BAB III percobaan dan hasil percobaan - · PDF fileSistem yang digunakan adalah Vickers....
-
Upload
truonghanh -
Category
Documents
-
view
218 -
download
2
Transcript of BAB III percobaan dan hasil percobaan - · PDF fileSistem yang digunakan adalah Vickers....
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 47
BAB III
PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN
Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan data energi impak dan kekerasan pada
baja AISI H13 yang diberi perlakuan panas hardening dan tempering. Berdasarkan
data tersebut kemudian diamati pengaruh beberapa variabel perlakuan panas
(temperatur austenitisasi, temperatur tempering, dan jumlah tempering) terhadap
ketangguhan dan kekerasan baja. Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap
kondisi struktur mikro untuk mempelajari mekanisme dan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan energi impak dan kekerasan pada setiap variabel
tersebut.
Sampel untuk uji impak yang berjumlah 18 sampel dipotong sesuai dengan standar
ASTM E 23 dengan ukuran 55 mm x 10 mm x 10 mm. Sembilan buah sampel akan
ditemper sebanyak satu kali (single tempering) sedangkan sembilan sampel lainnya
ditemper hingga tiga kali (triple tempering). Sampel untuk uji kekerasan dan
pengamatan struktur mikro yang berjumlah 21 sampel dipotong dengan ukuran 10
mm x 10 mm x 7 mm. Tiga buah sampel hanya diberi perlakuan hardening untuk
mengamati struktur mikro dan kekerasan baja tanpa tempering dan sisanya diberi
perlakuan hardening dan tempering dengan variasi temperatur austenitisasi,
temperatur tempering, dan jumlah tempering. Prosedur percobaan secara keseluruhan
dapat dilihat pada gambar 3.1.
3.1 MATERIAL UJI
Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja Bohler W302 (AISI H13)
berbentuk pelat yang diperoleh dari salah satu perusahaan pembuat baja Jerman,
yakni Bohler. Baja ini diproduksi dalam kondisi annealed.
Tabel 3.1 Komposisi Kimia Baja Bohler W302 (5)
Unsur Pemadu C Si Mn Cr Mo V
Komposisi (% berat) 0.39 1.1 0.4 5.2 1.4 0.95
Tabel 3.2 Sifat Fisik Baja Bohler W302 (5)
Temperatur (20 oC)
(500 oC)
(600 oC)
Densitas (kg/dm3)
7.8 7.64 7.6
Koefisien Termal Ekspansi Tempering temperatur tinggi
Per oF dari 68 oF Per oC dari 20 oC
-
12.9 x 10-6
13 x 10-6
Konduktivitas Termal W/m.K (hardened dan tempered)
-
27.7
27.5
Modulus Elastisitas N/mm2
215000
176000
165000
Specific Heat (J/kg.K) 460 550 590
Tabel 3.3 Perbandingan Sifat Mekanik Baja Bohler W302 Terhadap Beberapa
Baja Perkakas Pengerjaan Panas Lainnya (17)
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 48
Austenitisasi Austenitisasi Austenitisasi (13 Sampel, 6 UI+7 UK) (13 Sampel, 6 UI+7 UK) (13 Sampel, 6 UI+7 UK)
T = 1020o C T = 1050o C T = 1080o C t = 30 menit t = 30 menit t = 30 menit
Air Cooling
Single Tempering Single Tempering Single Tempering (12 Sampel, 6 UI + 6UK) (12 Sampel, 6 UI + 3UK) (12 Sampel, 6 UI + 6 UK)
T = 540o C T = 590o C T = 620o C t = 2 jam t = 2 jam t = 2 jam
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan
Triple Tempering (6 Sampel, 3 UI + 3UK)
T = 540o C t = 2 jam
Triple Tempering (6 Sampel, 3 UI + 3UK)
T = 590o C t = 2 jam
Triple Tempering (6 Sampel, 3 UI + 3UK)
T = 620o C t = 2 jam
Uji Kekerasan, Uji Impak & Pengamatan Struktur Mikro
(6 Sampel, 3 UI + 3UK)
Uji Kekerasan, Uji Impak & Pengamatan Struktur Mikro
(6 Sampel, 3 UI + 3UK)
Air Cooling Air Cooling Air Cooling
Pendinginan Udara Hingga Temperatur Kamar
Double Tempering Double Tempering Double Tempering
Air Cooling Air Cooling Air Cooling
Baja Perkakas Bohler W302 (AISI H13): 55 mm x 10 mm x 10 mmj (Uji Impak (UI), 18 sampel)
10 mm x 10 mm x 7 mm (Uji kekerasan (UK), 21 sampel)
Uji Impak (9 Sampel) Uji Kekerasan (9 sampel) Pengamatan Struktur Mikro
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 49
3.2 PERLAKUAN PANAS BAJA PERKAKAS AISI H13
3.2.1 Hardening
Hardening dilakukan dengan tujuan untuk memperkeras baja AISI H13 karena
baja tersebut diperoleh pada kondisi annealed, yaitu kondisi baja paling lunak.
Pada penelitian ini hardening dilakukan pada tiga temperatur austenitisasi yang
berbeda, yaitu 1020 oC, 1050 oC, dan 1080 oC.
Austenitisasi dilakukan dengan cara memanaskan baja dari temperatur kamar
hingga temperatur austenitisasi. Waktu tahan (soaking time) pada temperatur
austenitisasi adalah 30 menit. Untuk menghindari terjadinya retakan akibat
thermal shock maka proses austenitisasi dilakukan melalui beberapa tahap
pemanasan awal (pre-heating). Selain untuk menghindari terjadinya retakan
akibat thermal shock, pre-heating juga berguna untuk memperpanjang masa pakai
tanur. Pada percobaan ini pre-heating dilakukan dalam empat tahap, masing-
masing pada temperatur 200 oC , 400 oC , 600 oC, dan 850 oC (17). Pada temperatur
200 oC dan 400 oC baja ditahan selama 10 menit sedangkan pada temperatur 600 oC dan 850 oC baja ditahan selama 15 menit.
Setelah proses austenitisasi selesai, baja kemudian didinginkan dengan air
cooling, yaitu dengan mengeluarkan sampel dari dalam tanur dan
mendinginkannya pada temperatur kamar. Teknik hardening seperti ini
merupakan teknik standar yang umum dilakukan untuk memperkeras baja
perkakas AISI H13.
Alat yang digunakan untuk memanaskan baja hingga mencapai temperatur
austenitisasi adalah tube furnace. Untuk menghindari terjadinya karburisasi
selama proses hardening, tube furnace dihubungkan dengan tabung gas argon.
Gas argon dialirkan dengan laju rata-rata aliran gas sekitar 5 mL/menit. Hal ini
dapat dilihat pada gambar 3.2.
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 50
Seluruh sampel untuk uji impak dan uji kekerasan dimasukkan ke dalam tanur
pada temperatur kamar kemudian sedikit demi sedikit temperatur dinaikkan.
Temperatur yang ingin dicapai pertama kali adalah 200 oC. Pada temperatur ini
baja ditahan selama sekitar 10 menit. Kemudian baja dipanaskan hingga 400 oC
dan ditahan selama 10 menit. Pada temperatur 600 oC dan 850 oC baja ditahan
lebih lama, yakni 15 menit. Hal ini dilakukan dilakukan untuk memastikan
seluruh panas terdistribusi merata ke seluruh baja.
Setelah pre-heating selesai, tahap selanjutnya adalah austenitisasi. Baja yang telah
dipanaskan sampai temperatur 850 oC lalu dipanaskan lagi hingga temperatur
austenitisasi, yakni 1020 oC, 1050 oC, dan 1080 oC. Pada temperatur ini baja
ditahan selama 30 menit. Selama proses pre-heating dan austenitisasi gas argon
tetap dialirkan. Tahap terakhir adalah air cooling, yaitu pengeluaran baja dari
tanur dan mendinginkannya pada udara hingga temperatur kamar. Pendinginan
udara ini dilakukan dengan bantuan kipas angin agar proses pendinginan
berlangsung lebih cepat.
Gambar 3.2 Tube Furnace
Gambar 3.3 memperlihatkan secara skematik tahapan proses hardening pada baja
perkakas AISI H13 yang dilakukan pada percobaan ini. Variasi proses hardening
dapat dilihat pada tabel 3.4.
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 51
Tabel 3.4 Variasi Temperatur Hardening
Temperatur
Austenitisasi
Waktu Tahan Pendinginan
1020 oC 30 menit Air Cooling
1050 oC 30 menit Air Cooling
1080 oC 30 menit Air Cooling
T
30’ 1020 15’ 850 15’ 600 10’ 400 10’ 200 25 10’
t
Gambar 3.3 Skema Proses Pengerasan
3.2.2 Tempering
Tabel 3.5 memperlihatkan variasi perlakuan panas tempering pada percobaan ini.
Tabel 3.5 Variasi Temperatur dan Jumlah Tempering
Temperatur Tempering
Jumlah Tempering
Waktu Tahan (Soaking Time)
Pendinginan
Single 2 jam Air Cooling 540 oC Triple 2 jam Air Cooling Single 2 jam Air Cooling 590 oC Triple 2 jam Air Cooling Single 2 jam Air Cooling 620 oC Triple 2 jam Air Cooling
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 52
Pada percobaan ini seluruh sampel uji impak yang berjumlah 18 sampel diberi
perlakuan panas tempering dengan variasi temperatur dan jumlah tempering
(single dan triple tempering). Sembilan sampel ditemper sebanyak satu kali
sedangkan sembilan sampel lainnya ditemper sebanyak tiga kali dengan waktu
tahan selama dua jam untuk setiap tahap tempering. Sampel untuk uji kekerasan
dan pengamatan struktur mikro yang berjumlah 21 buah juga diberi perlakuan
panas yang sama dengan sampel uji impak. Tiga buah sampel hanya diberi
perlakuan hardening saja untuk melihat struktur mikro dan kekerasan baja setelah
pengerasan.
Tempering dilakukan pada muffle furnace dengan kondisi udara terbuka. Gambar
3.4 memperlihatkan alat yang digunakan untuk melakukan tempering.
Gambar 3.4 Muffle Furnace
Untuk lebih jelasnya, proses hardening dan tempering secara keseluruhan
disajikan pada tabel 3.6.
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 53
Tabel 3.6 Parameter Perlakuan Panas Hardening dan Tempering
Taustenitisasi Ttempering Jumlah Tempering
Single (Sampel 1)
540 oC Triple (Sampel 2)
Single (Sampel 3)
593 oC
Triple (Sampel 4)
Single (Sampel 5)
1020 oC
(Sampel Nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6 )
620 oC
Triple (Sampel 6)
Single (Sampel 7)
540 oC
Triple (Sampel 8)
Single (Sampel 9)
593 oC
Triple (Sampel 10)
Single (Sampel 11)
1050 oC
(Sampel Nomor 7, 8, 9, 10, 11,
12)
620 oC
Triple (Sampel 12)
Single (Sampel 13)
540 oC
Triple (Sampel 14)
Single (Sampel 15)
593 oC
Triple (Sampel 16)
Single (Sampel 17)
1080 oC
(Sampel Nomor 13, 14, 15, 16,
17, 18)
620 oC
Triple (Sampel 18)
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 54
3.3 PENGUJIAN KETANGGUHAN
3.3.1 Prosedur Percobaan
Jumlah sampel yang digunakan untuk pengujian ketangguhan adalah 18 buah
sampel. Sampel-sampel tersebut diperoleh dari baja perkakas yang berbentuk
pelat dengan ukuran 300 mm x 150 mm x 30 mm. Pelat ini kemudian dipotong
menjadi 18 buah sampel berukuran 55 mm x 10 mm x 10 mm dengan jari-jari
takikan (notch) sebesar 2,5 mm (gambar 3.5). Semua sampel tersebut kemudian
diaustenitisasi pada temperatur 1020 oC, 1050 oC, dan 1080 oC dan kemudian
didinginkan melalui pendinginan udara. Setelah didinginkan sembilan buah
sampel kemudian ditemper sebanyak satu kali sedangkan sisanya ditemper
sebanyak tiga kali pada temperatur 540 oC, 590 oC, dan 620 oC.
Takikan (Notch)
Gambar 3.5 Spesimen Untuk Uji Impak
Pengujian ketangguhan dilakukan pada temperatur kamar dengan menggunakan
mesin uji Charpy Impact Karl Frank GMBH di B4T Bandung. Kapasitas
maksimum mesin ini adalah 48 ft-lb. Prosedur dan mesin yang digunakan untuk
melakukan pengujian ketangguhan ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 55
Gambar 3.6 Mesin Uji Charpy Impact Karl Frank GMBH
Gambar 3.7 Mekanisme Uji Impak Charpy
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 56
3.3.2 Hasil Percobaan
Hasil pengujian ketangguhan pada setiap variabel perlakuan panas dapat dilihat
pada tabel 34 dibawah ini.
Tabel 3.7 Hasil Uji Impak
Taustenitisasi Ttempering Jumlah Tempering
Energi Impak (kgf-m)
Energi Impak (Joule)
Single
1,4 13,73
540 oC Triple
1,8 17,65
Single
2,0 19,61
593 oC Triple
3,6 35,30
Single
3,1 30,40
1020 oC
620 oC Triple
4,5 44,13
Single 0,8 7,85
540 oC Triple
1,4 13,73
Single 2,0 19,61
593 oC Triple
2,9 28,44
Single 3,0 29,42
1050 oC
620 oC Triple
3,7 36,28
Single 0,4 3,92
540 oC Triple
0,7 6,86
Single 0,5 4,90 593 oC
Triple
0,9 8,83
Single 0,8 7,85
1080 oC
620 oC
Triple
1,4 13,73
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 57
3.4 PENGUJIAN KEKERASAN
3.4.1 Prinsip Pengujian
Pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan alat Leco Micro Hardness
Tester. Sistem yang digunakan adalah Vickers. Indentor yang digunakan adalah
intan berbentuk prisma dengan sudut 136o (Gambar 3.9). Indentor dengan beban
statik sebesar 300 GramForce ditekankan pada permukaan material yang diuji
selama 10 detik.
Pengujian dilakukan di tiga titik yaitu satu buah di tengah dan dua buah di pinggir
(seperti pada gambar 3.10) kemudian hasilnya dirata-ratakan. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan data yang akurat. Gambar 3.8 merupakan gambar alat yang
digunakan untuk menentukan besarnya kekerasan. Pada Gambar 3.9 diperlihatkan
secara skematik bagaimana prinsip indentasi dan perhitungan kekerasan
berdasarkan Vickers.
Gambar 3.8 Leco Micro Hardness Tester
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 58
d1 d2
¼ d√2 ½ d√2
permukaan logam uji
136o 68o (d√2)/(4
sin68o)
Gambar 3.9 Model Pengujian Kekerasan Vickers
1
2
3
Gambar 3.10 Posisi Titik-Titik Pengujian Kekerasan
Catatan :
d = (d1 + d2) / 2 (3.1)
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 59
Persamaan yang digunakan dalam menghitung kekerasan adalah Persamaan 3.2.
Persamaan 3.2 diperoleh dengan penurunan seperti yang ditunjukkan pada
persamaan selanjutnya yaitu Persamaan 3.3 hingga 3.7.
2dP854,1HV = (3.2)
HV : kekerasan (HVN)
P : berat beban (kg)
d : panjang jejak (mm)
HV = 0,102 F / A = P / A (3.3)
A = 4 A’ = 4 kali luas bagian prisma (3.4)
A’ = ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
068sin42d
212d
21 (3.5)
A = 0
2
68sin2d =
854,1d2 (3.6)
2854,1
d dP854,1P
APHV 2 === (3.7)
Hasil uji kekerasan yang masih dalam sistem Vickers (HVN) kemudian
dikonversikan ke dalam sistem Rockwell C (HRC). Caranya adalah dengan cara
meregresikan data yang tersedia dari dua sistem pengukuran kekerasan, Vickers
dan Rockwell C. Untuk lebih jelasnya mengenai hal ini dapat dilihat pada
lampiran a.
3.4.2 Hasil Percobaan Hasil pengujian kekerasan pada setiap variabel perlakuan panas disajikan pada
lampiran b.
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 60
3.5 FOTO STRUKTUR MIKRO
3.5.1 Preparasi dan Prosedur Percobaan Sampel dipreparasi dengan teknik metalografi standar yaitu dengan cara
mengamplasnya dari grit 100 hingga 2000 kemudian dipoles dengan mesin poles
mekanik menggunakan serbuk alumina. Selama proses pengamplasan dan
pemolesan kondisi permukaan dipantau dengan mikroskop optik (Gambar 3.11)
untuk menghindari overpolishing yang justru akan membuat permukaan tidak
rata.
Sampel yang telah halus permukaannya kemudian dietsa dengan larutan nital 5%
yaitu campuran larutan HNO3 5% dan larutan etanol 95% sebagai pelarutnya.
Sampel kemudian dicelupkan ke dalam larutan nital selama sekitar 1 hingga 2
menit.
Sampel yang telah di etsa kemudian diamati kembali dengan mikroskop optik.
Jika hasil pengamatan bagus, artinya struktur mikronya dapat terlihat dengan baik,
selanjutnya diambil foto struktur mikro dengan perbesaran 300X, 500X, dan
600X.
Gambar 3.11 Mikroskop Optik Gambar 3.12 Mesin Poles Mekanik
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 61
3.5.2 Hasil Percobaan
Gambar 3.13 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1050oC, Tanpa Tempering.
600X
Gambar 3.14 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1080oC, Tanpa Tempering.
600X
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 62
Gambar 3.15 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1020oC dan Single
Tempering 540oC. 600X
Gambar 3.16 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1020oC dan Single
Tempering 593oC. 600X
Gambar 3.17 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1020oC dan Single
Tempering 620oC. 600X
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 63
Gambar 3.18 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1050oC dan Single
Tempering 540oC. 300X
Gambar 3.19 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1050oC dan Single
Tempering 593oC. 300X
Gambar 3.20 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1050oC dan Single
Tempering 620oC. 600X
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 64
Gambar 3.21 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1080oC dan Single
Tempering 540oC. 300X
Gambar 3.22 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1080oC dan Single
Tempering 593oC. 300X
Gambar 3.23 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1020oC dan Triple
Tempering 620oC. 300X
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 65
Gambar 3.24 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1050oC dan Triple
Tempering 540oC. 300X
Gambar 3.25 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1050oC dan Triple
Tempering 593oC. 300X
Gambar 3.26 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1050oC dan Triple
Tempering 620oC. 300X
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 66
Gambar 3.27 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1080oC dan Triple
Tempering 540oC. 300X
Gambar 3.28 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1080oC dan Triple
Tempering 593oC. 300X
Gambar 3.29 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1050 oC, Tanpa Tempering.
300X
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 67
Gambar 3.30 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1080oC, Single Tempering
620oC. 500X.
Gambar 3.31 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1050 oC dan Single
Tempering 540 oC. 300X
Gambar 3.32 Foto Struktur Mikro Sampel Hardening 1080 oC dan Single
Tempering 593oC. 300X
BAB III Percobaan dan Hasil Percobaan 68