BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh...

24
48 Universitas Indonesia BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PKP2B PRA DAN PASCA UU NO. 4 TAHUN 2009 A. Pendahuluan Di pandang dari sudut geologis, Indonesia dianugerahi oleh industri sumber daya alam mineral. Akan tetapi, walaupun memiliki sumber daya alam yang melimpah, Indonesia masih dikategorikan sebagai negara pengimpor, karena nilai impor pada setiap waktu melebihi nilai ekspor. 96 Sebagaimana telah ditetapkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sejak tahun 1993, pembangunan di sektor pertambangan diarahkan kepada penggunaan optimal mineral untuk pembangunan nasional dan difokuskan untuk penyediaan bahan baku untuk industri manufaktur domestik, peningkatan pendapatan pemerintah, dan peningkatan pendapatan ekspor dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Pembangunan di bidang pertambangan dilaksanakan melalui peningkatan diversifikasi produksi pertambangan dan efisiensi manajemen pertambangan. 97 Industri batubara Indonesia telah mengalami kesuksesan mengikuti permintaan tinggi akan sumber daya energi, baik domestik maupun internasional. Dengan demikian, batubara akan secara terus-menerus menjadi suatu komoditi pertambangan penting dalam waktu lama ke depan. 98 Pada waktu-waktu penciutan pangsa pasar komoditi mineral dan batubara, perusahaan-perusahaan telah memindahkan investasinya ke wilayah yang dianggap memiliki kebijakan mineral dan batubara yang lebih stabil, dimana berdasarkan fakta, negara-negara tersebut menjadi relatif lebih menarik mengingat perusahaan-perusahaan itu sendiri semakin menjadi lebih sadar dan berhati-hati dalam mempertimbangkan risiko bisnis. Suatu pemerintahan dapat mengatur dan mengawasi kebijakan mineral di wilayah kewenangannya tetapi, agar tetap 96 Ukar W. Soelistijo dan Supriatna Suhala, The Industrial Minerals Development in Indonesia, disusun dalam Mining in Indonesia: Fifty Years Development, 1945- 1995, Indonesian Mining Association, editor: Marangin Simatupang, Soetaryo Sigit, Beni N. Wahju, 1996, hal. 62. 97 Ibid, hal. 63. 98 Adjat Sudrajat dan S. Suryantoro, The Future Trend Mineral Exploration in Indonesia, disusun dalam Mining in Indonesia: Fifty Years Development, 1945- 1995, Indonesian Mining Association, editor: Marangin Simatupang, Soetaryo Sigit, Beni N. Wahju, 1996, hal. 43. Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Transcript of BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh...

Page 1: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

48 Universitas Indonesia

BAB III

PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERUSAHAAN KONTRAKTOR

PKP2B PRA DAN PASCA UU NO. 4 TAHUN 2009

A. Pendahuluan

Di pandang dari sudut geologis, Indonesia dianugerahi oleh industri

sumber daya alam mineral. Akan tetapi, walaupun memiliki sumber daya alam

yang melimpah, Indonesia masih dikategorikan sebagai negara pengimpor, karena

nilai impor pada setiap waktu melebihi nilai ekspor.96

Sebagaimana telah

ditetapkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sejak tahun 1993,

pembangunan di sektor pertambangan diarahkan kepada penggunaan optimal

mineral untuk pembangunan nasional dan difokuskan untuk penyediaan bahan

baku untuk industri manufaktur domestik, peningkatan pendapatan pemerintah,

dan peningkatan pendapatan ekspor dan memperluas lapangan kerja serta

kesempatan berusaha. Pembangunan di bidang pertambangan dilaksanakan

melalui peningkatan diversifikasi produksi pertambangan dan efisiensi

manajemen pertambangan.97

Industri batubara Indonesia telah mengalami kesuksesan mengikuti

permintaan tinggi akan sumber daya energi, baik domestik maupun internasional.

Dengan demikian, batubara akan secara terus-menerus menjadi suatu komoditi

pertambangan penting dalam waktu lama ke depan.98

Pada waktu-waktu penciutan pangsa pasar komoditi mineral dan batubara,

perusahaan-perusahaan telah memindahkan investasinya ke wilayah yang

dianggap memiliki kebijakan mineral dan batubara yang lebih stabil, dimana

berdasarkan fakta, negara-negara tersebut menjadi relatif lebih menarik mengingat

perusahaan-perusahaan itu sendiri semakin menjadi lebih sadar dan berhati-hati

dalam mempertimbangkan risiko bisnis. Suatu pemerintahan dapat mengatur dan

mengawasi kebijakan mineral di wilayah kewenangannya tetapi, agar tetap

96

Ukar W. Soelistijo dan Supriatna Suhala, The Industrial Minerals Development in Indonesia,

disusun dalam Mining in Indonesia: Fifty Years Development, 1945- 1995, Indonesian Mining

Association, editor: Marangin Simatupang, Soetaryo Sigit, Beni N. Wahju, 1996, hal. 62. 97

Ibid, hal. 63. 98

Adjat Sudrajat dan S. Suryantoro, The Future Trend Mineral Exploration in Indonesia, disusun

dalam Mining in Indonesia: Fifty Years Development, 1945- 1995, Indonesian Mining

Association, editor: Marangin Simatupang, Soetaryo Sigit, Beni N. Wahju, 1996, hal. 43.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 2: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

49 Universitas Indonesia

kompetitif, kebijakan-kebijakan tersebut harus secara konstan berevolusi menjadi

paling tidak semenarik negara-negara lain.99

Apabila risiko teknis dan risiko

penguasa (sovereign risk) terlalu tinggi, investasi pertambangan akan dengan

sendirinya bergeser kepada rejim yang lebih menarik - negara-negara dimana

kondisi geologis dan kadar mineralnya lebih rendah dari Indonesia - tetapi

memiliki sovereign risk yang secara signifikan lebih rendah untuk

mengkompensasi rendahnya kadar mineral tersebut.100

Kebijakan pertambangan mineral dan batubara di suatu negara akan

terimplementasi pada hukum pertambangan di negara tersebut. Istilah hukum

pertambangan merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris, yaitu mining

law. H. Salim HS memberikan definisi hukum pertambangan sebagai:

“keseluruhan kaidah hukum yang mengatur kewenangan negara dalam

pengelolaan bahan galian (tambang) dan mengatur hubungan hukum

antara negara dengan orang atau badan hukum dalam pengelolaan dan

pemanfaatan bahan galian (tambang).”101

Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau “mine” dapat

merujuk kepada salah satu definisi dalam the Mines and Quarries Act 1954

Section 180:

“mine is defined as an excavation or system of excavations made with the

purpose of, or in connection with, the getting, wholly or substantially by

means involving the employment of persons below ground, of minerals

(whether in their natural state or in solution or suspension) or products of

minerals”.102

B. Pengaturan Kegiatan Usaha Perusahaan Kontraktor PKP2B Pra UU No.

4 Tahun 2009

Dalam prakteknya selama ini, dua konsep telah diadopsi untuk

mengakomodasi penanaman modal asing di bidang pertambangan. Dalam hal

mineral non-bahan bakar, suatu perusahaan asing atau suatu perusahaan patungan

99

B. O’Regana and R. Molesa, Minerals Exploration in the Developing World, Centre for Environmental Research, University Of Limerick, Ireland, 2001. 100

Tim Scott, Debate Over Mining Law has been Long on Rhetoric, Short on Facts,

http://www.thejakartapost.com/detaileditorial.asp?fileid=20070314.E03&irec=2. 101

H. Salim HS, Hukum Pertambangan di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, 2007, hal. 8. 102

Peter A. Vincent, The Law relating to Mineral Working and Mineral Landholdings - A

Professional Briefing Paper for Surveyors, The Royal Institution of Chartered Surveyors, 2008,

hal 12.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 3: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

50 Universitas Indonesia

nasional-asing dapat melaksanakan kegiatan usaha pertambangan selaku

kontraktor yang bekerja untuk pemerintah berdasarkan KK. Sedangkan dalam hal

batubara, pihak asing atau perusahaan patungan nasional-asing tersebut harus

mengoperasikan selaku kontraktor untuk Perusahaan Negara Tambang Batubara

berdasarkan Perjanjian Kerja Sama Pengusahaan Tambang Batubara (“PKB”).

Sejarah pertambangan di Indonesia terkini memperlihatkan bahwa konsep KK

(dan PKB) telah sangat sukses dalam menarik investasi asing dalam bidang

pertambangan. Beberapa perusahaan besar menyatakan sistem kontraktor

pertambangan batubara yang diperkenalkan di Indonesia ini “sebagai pengaturan

pertambangan yang paling menarik di Asia Tenggara.103

Sejak diperkenalkannya

sistem KK / PKP2B, tercatat 235 (dua ratus tiga puluh lima) KK, PKB dan

PKP2B yang telah ditandatangani.104

Hingga tahun 1998, KK telah memasuki

Generasi VII dan PKP2B memasuki generasi III.105

Sejak pemberlakuan UU No. 11 Tahun 1967 dan peluncuran konsep KK

dalam rangka mengakomodasi penanaman modal asing dalam bidang

pertambangan, Indonesia telah berhasil untuk tetap menarik minat komunitas

pertambangan internasional. Konsep unik yang diperkenalkan oleh sistem KK,

yang kemudian juga diadopsi dalam PKB dan PKP2B, berisikan dua ketentuan

pokok yang sangat esensial dalam menarik minat para investor kepada bisnis

pertambangan yang penuh risiko. Ketentuan-ketentuan tersebut yaitu pemberian

hak keberlanjutan (conjunctive title) yang memberikan jaminan keberlanjutan atas

kegiatan usaha pertambangannya kepada kontraktor dan perlakuan “lex specialis”

atas KK dari pemerintah. Conjunctive title memberikan hak kepada kontraktor

untuk melanjutkan ke tahap eksploitasi apabila penemuan komersial (commercial

discovery) telah dilakukan; hak dan kewajiban kontraktor yang meliputi seluruh

tahap kegiatan pertambangan, mulai dari penyelidikan umum dan eksplorasi

sampai dengan tahap produksi dan pemasaran produk, seluruhnya telah ditentukan

dalam KK. Perlakuan “lex specialis” atas KK memberikan jaminan kepada

103

Sutaryo Sigit, Mining in Indonesia 1945 - 1995, disusun dalam Mining in Indonesia: Fifty

Years Development, 1945- 1995, Indonesian Mining Association, editor: Marangin Simatupang,

Soetaryo Sigit, Beni N. Wahju, 1996, hal. 22. 104

Tony Wenas, General Overview, Opportunity and Challenges of PT Freeport Indonesia,

presentasi pada Asia Pacific Mining Conference, Manila, 11 – 13 Oktober 2005, hal 15. 105

Sutaryo Sigit, loc. cit.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 4: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

51 Universitas Indonesia

kontraktor bahwa dalam hal telah disetujui oleh pemerintah termasuk DPR,

persyaratan dan ketentuan dalam KK tidak merupakan subjek dari perubahan

peraturan perundang-undangan, atau dengan kata lain, KK akan lebih

diprioritaskan dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.106

Pada awal negosiasi KK (1967 – 1970), sebagian besar dari KK

dinegosiasikan, karena persyaratan dan ketentuan KK tidak secara spesifik diatur

oleh peraturan perundang-undangan. Pada kontrak-kontrak KK selanjutnya,

persyaratan dan ketentuan mengenai teknikal, legal, dan hal-hal umum telah

distandarkan, tetapi tidak demikian dengan persyaratan dan ketentuan mengenai

perpajakan dan keuangan. Setiap waktu sejak penandatanganan KK pertama di

1967, perubahan para peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dan

keuangan lainnya mengakibatkan pemerintah untuk menyesuaikan persyaratan

dan ketentuan pada KK yang kemudian. Hal ini menuju kepada formulasi

“generasi” baru dari kontrak-kontrak KK, setiap generasi memiliki persyaratan

dan ketentuan tersendiri terkait perpajakan dan keuangan lainnya.107

Sejak 1981 sampai dengan saat ini, perkembangan PKB dan PKP2B dapat

dibagi menjadi 3 (tiga) generasi, yaitu:108

1. Generasi I (1981 – 1983) berbentuk PKB antara kontraktor dengan

Perusahaan Negara Tambang Batubara;

2. Generasi II (1993 – 1996) berbentuk PKB antara kontraktor dengan

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Tambang Batubara Bukit Asam

(“PTBA”); dan

3. Generasi III (1996 – sekarang) berbentuk PKP2B antara kontraktor

dengan pemerintah yang diwakili oleh Direktorat Jenderal

Pertambangan.

Untuk menyederhanakan pengelolaan PKB oleh Direktorat Jenderal

Pertambangan, pemerintah merubah PKB menjadi PKP2B pada tahun 1996.

Kebijakan ini juga dimaksudkan untuk melepaskan PTBA dari beban

administratif implementasi kontrak sebagai perwakilan pemerintah. Selain itu,

106

Ibid,. hal. 22 – 23. 107

Ibid. 108

Indonesian Coal Mining Association in cooperation with and support of Directorat of Coal,

Directorat General of Mines, Indonesian Coal Mining Development & Company Profiles, 1997,

hal. II – 2.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 5: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

52 Universitas Indonesia

fakta bahwa PTBA secara resmi memiliki seluruh aset berdasarkan PKB

menimbulkan banyak masalah bagi investor. Masalah terbesar adalah bahwa aset-

aset tersebut tidak dapat dibebankan jaminan dalam rangka pembiayaan untuk

pengusahaan pertambangan. PKP2B kemudian akan menjadi kontrak langsung

antara kontraktor dan pemerintah atas wilayah tertentu. Pengawasan atas

implementasi PKP2B akan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal

Pertambangan.109

Demi kesatuan pemahaman, dalam penelitian ini terminologi “PKP2B”

adalah juga merujuk kepada “PKB” mengingat keduanya merupakan kontrak

antara kontraktor dengan pemerintah yang khusus di sektor pertambangan

batubara dan penulis juga tidak memfokuskan penelitian pada perbedaan di antara

PKB dan PKP2B ataupun perbedaan di antara PKP2B dari satu generasi dengan

generasi lain.

Lebih lanjut, Tony Wenas mengemukakan bahwa sistem KK /PKP2B

sangat membantu/mendukung investasi pada sektor pertambangan dikarenakan:

memiliki klausula arbitrase untuk penyelesaian sengketa antara perusahaan

kontraktor KK/PKP2B; ketentuan tetap mengenai perpajakan; jaminan

keberlangsungan atas tahap kegiatan pertambangan; persamaan kedudukan antara

pemerintah dan investor; dalam struktur regulasi, status KK/PKP2B adalah sama

dengan sebuah undang-undang.110

Definisi PKP2B berdasarkan Pasal 1 Kepres No. 75 Tahun 1996

sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab I, yaitu:

“Perjanjian karya antara Pemerintah dan perusahaan Kontraktor Swasta

untuk melaksanakan pengusahaan pertambangan bahan galian batubara .”

Definisi lain tentang PKP2B dapat kita lihat dalam Pasal 1 Keputusan

Menteri Pertambangan dan Energi No. 1409.K/201/M.PE/1996 tentang Tata Cara

Pengajuan Pemrosesan Pemberian Kuasa Pertambangan, Izin Prinsip, Kontrak

Karya, dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (“Kepmen No.

1409 Tahun 1996”), yaitu:

109

Kuntoro Mangkusubroto, Mineral Development and Investment Policy in Indonesia, disusun

dalam Mining in Indonesia: Fifty Years Development, 1945- 1995, Indonesian Mining

Association, editor: Marangin Simatupang, Soetaryo Sigit, Beni N. Wahju, 1996, hal. 35. 110

Tony Wenas, loc. cit.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 6: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

53 Universitas Indonesia

“Suatu perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan

perusahaan swasta asing atau patungan antara asing dengan nasional

(dalam rangka Penanaman Modal Asing) untuk pengusahaan batubara

dengan berpedoman kepada Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang

Penanaman Modal Asing (“UU No. 1 Tahun 1967”) dan UU No. 11

Tahun 1967.”

Dalam Pasal 1 Kepres No. 75 Tahun 1996, tidak dijelaskan secara rinci

perusahaan kontraktor swasta yang dapat melakukan pengusahaan batubara.

Sementara itu dalam, Pasal 1 Kepmen No. 1409 Tahun 1996, perusahaan

kontraktor swasta yang dapat melakukan pengusahaan batubara tidak hanya

pengusahaan swasta nasional, tetapi juga swasta asing dan atau gabungan antara

perusahaan nasional dengan swasta asing. Persamaan dari kedua definisi tersebut

adalah memiliki objek yang sama, yaitu pengusahaan batubara.

Prosedur dan syarat yang terdapat dalam Kepmen No. 1409 Tahun 1996

disempurnakan dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.

1614 Tahun 2004 tentang Pedoman Pemrosesan Permohonan Kontrak Karya dan

Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (“Kepmen 1614 Tahun

2004”). Berdasarkan keputusan ini, kedudukan gubernur dan bupati/walikota

hanyalah sebagai saksi dalam PKP2B, sedangkan para pihak yang

menandatangani PKP2B adalah Menteri ESDM dengan pemohon. Tetapi, proses

untuk pengajuan permohonan PKP2B adalah kepada Direktorat Jenderal Geologi

dan Sumber Daya Mineral, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya masing-masing.111

Abrar Saleng mengemukakan bahwa pola PKP2B menganut pola

campuran antara pola kontrak karya dan kontrak production sharing. Dikatakan

campuran atau gabungan karena untuk ketentuan perpajakan mengikuti pola

kontrak karya, sedangkan pembagian hasil produksi mengikuti pola kontrak

production sharing. Pemerintah Indonesia menerima 13,5% dari produksi kotor

atas harga pada saat berada di atas kapal (free on board) atau harga setempat (at

sale point).112

Selain kewajiban penyerahan sebesar 13,5% hasil produksi batubaranya

secara tunai kepada Pemerintah, kewajiban-kewajiban lain perusahaan kontraktor

111

H. Salim HS, op. cit., hal. 50. 112

Abrar Saleng, dalam H. Salim HS, op. cit., hal. 232.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 7: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

54 Universitas Indonesia

PKP2B sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 7 Kepres No.

75 Tahun 1996, adalah sebagai berikut:

1. Bertanggung jawab atas pengelolaan pengusahaan pertambangan batubara

yang dilaksanakan berdasarkan PKP2B;

2. Menanggung semua resiko dan semua biaya berdasarkan PKP2B dalam

melaksanakan pengusahaan pertambangan batubara;

3. Berkewajiban menyampaikan Rencana Kerja dan Anggaran Belanja

tahunan (“RKAB”) kepada Pemerintah;

4. Berkewajiban untuk membayar:

a. Pajak kepada Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan perpajakan yang berlaku pada saat PKP2B

ditandatangani;

b. Pungutan-pungutan daerah yang telah mendapatkan pengesahan

oleh Pemerintah Pusat;

c. Biaya administrasi umum untuk sesuatu fasilitas atau pelayanan

yang diberikan oleh Pemerintah;

d. Iuran Tetap (dead rent) setiap kepada Pemerintah berdasarkan luas

wilayah kerjanya;

5. Setiap tahun wajib menyampaikan daftar rencana kebutuhan barang modal

dan bahan yang diimpor kepada Pemerintah untuk mendapatkan

persetujuan dalam rangka pembebasan dari Bea Masuk, pungutan impor,

dan Bea Balik Nama sehubungan dengan pemilikan barang-barang

tersebut;

6. Dalam hal perusahaan kontraktor PKP2B merupakan perusahaan

penanaman modal asing yang seluruh modalnya dimiliki warga negara

dan/atau badan hukum asing, perusahaan kontraktor PKP2B tersebut

menjual sebagian sahamnya kepada warga negara dan/atau badan hukum

Indonesia, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

dan

7. Terkait pengembangan kepentingan nasional, perusahaan kontraktor

PKP2B, dalam melaksanakan usahanya, wajib mengutamakan penggunaan

hasil produksi dan jasa dalam negeri, tenaga kerja Indonesia dan

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 8: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

55 Universitas Indonesia

memperhatikan kebijaksanaan Pemerintah dalam pengembangan daerah

dan perlindungan lingkungan.

Terkait dengan kewenangan pengelolaan dan penerbitan izin di bidang

pertambangan pada masa pra UU No. 4 Tahun 2009, Undang-Undang No. 22

Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (“UU No. 22 Tahun 1999”) sangat

memainkan peranan penting. Sebelum diberlakukannya Undang-Undang No. 22

Tahun 1999, pihak yang memiliki kewenangan dalam pengelolaan sumber daya

alam adalah pemerintah pusat. Ini disebabkan sistem pemerintahan, sebelum

diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 bersifat sentralistik, artinya segala

macam urusan yang berkaitan dengan pertambangan, baik yang berkaitan dengan

penetapan izin kuasa pertambangan, KK, PKP2B, maupun lainnya pejabat yang

berwenang memberikan izin adalah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

(“Menteri ESDM”). Namun, sejak diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999,

mengingat kewenangan lebih besar telah diberikan kepada pemerintah daerah

untuk melaksanakan pengaturan termasuk di bidang pertambangan,113

maka

pemberian izin diserahkan kepada pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota)

dan pemerintah pusat sesuai dengan kewenangannya.114

C. Ketentuan Baru Terkait Kegiatan Usaha Perusahaan Kontraktor PKP2B

Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009

1. Pengundangan UU No. 4 Tahun 2009 dan Peraturan Pelaksananya

Sejak pembahasan di DPR sampai dengan setelah

pemberlakuannya, UU No. 4 Tahun 2009 selalu menjadi topik diskusi

hangat di media massa. Terlihat tarik menarik berbagai kepentingan antara

lembaga pemerintahan pusat dan daerah, lembaga legislatif pusat dan

daerah, serta pengusaha pertambangan pemegang KP, KK, maupun

PKP2B (baik pengusaha pertambangan sesungguhnya, maupun para

makelar (broker) perizinan pertambangan yang hanya mampu

mendapatkan perizinan pertambangan tanpa memiliki dana, pengalaman,

maupun kapabilitas di bidang pertambangan). Menyitir tulisan Tim Scott

113

Tony Wenas, op. cit., hal. 16. 114

H. Salim HS, op. cit., hal. 50.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 9: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

56 Universitas Indonesia

terkait debat panjang pembahasan draft Undang-Undang Mineral dan

Batubara, sebagai berikut:

“The current debate over the proposed new mining law in

Indonesia is impoverished by a scarcity of hard economic facts

which drive the industry worldwide. The principal one is risk in all

its manifestations. Unfortunately, the debate here has been

somewhat clouded by environmental concerns, the problems

related to regional autonomy and forestry tinged with a shade of

economic nationalism resulting in a new untested draft law when

the old contract of work system was a tried and well regarded

system internationally.”115

Pada 16 Desember 2008 DPR mengesahkan rancangan undang-

undang pertambangan mineral dan batubara, yang mengakhiri debat

berkepanjangan selama tiga setengah tahun antara pembuat undang-

undang dan pemerintah. Drama “walk-outs” di akhir pembahasan oleh

berbagai fraksi partai politik di DPR mengenai apakah KK dan PKP2B

yang berlaku saat ini masih tetap akan diberlakukan, tetap tidak

menghalangi disahkannya rancangan undang-undang tersebut.116

UU No. 4 Tahun 2009 mencabut keberlakuan UU No. 11 Tahun

1967, dimana UU No. 11 Tahun 1967 telah memberikan kerangka hukum

bagi para pemegang konsesi pertambangan di Indonesia, termasuk seluruh

pemegang KK dan PKP2B. 117

Masih terdapat keraguan apakah undang-undang ini akan dapat

mencapai tujuan meningkatkan investasi dalam bidang pertambangan,

yang telah menderita disebabkan oleh kelemahan pengaturan selama

bertahun-tahun. Salah satu harapan terbesar adalah bahwa UU No. 4

Tahun 2009 dapat menghilangkan beberapa ketidakpastian sekitar rezim

investasi pada sektor pertambangan, yang telah berlangsung sekian lama.

Pemikiran awal dari para pengamat industri pertambangan Indonesia

adalah bahwa UU No. 4 Tahun 2009 tidak dapat memberikan tingkat

kepastian yang cukup untuk mendukung investasi proyek pertambangan

115

Tim Scott, loc. cit. 116

Hadiputranto, Hadinoto & Partners, Special Issue: Bill on Mineral and Coal Mining - 3.5 Years

in the Making!, Issue 3/2008, Desember 2008, hal. 1. 117

PricewaterhouseCoopers Indonesia, Digging Deeper – New Indonesian Mining Law Finally

Passes, Energy Utilities & Mining Newsflash – Special Edition No. 29 / 2008, Desember 2008.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 10: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

57 Universitas Indonesia

berskala besar, yang sangat vital untuk sebuah sektor pertambangan yang

kuat.118

Preseden sebelumnya terkait reformasi peraturan perundang-

undangan pada sektor energi adalah bahwa terdapat kesenjangan panjang

antara pemberlakuan undang-undang dengan peraturan pelaksananya.

Pada sektor minyak dan gas bumi, Undang-Undang No. 1 Tahun 2001

tentang Minyak dan Gas Bumi diikuti penerbitan peraturan pelaksananya

pada tahun 2004. Untuk bidang panas bumi, baru pada tahun 2007

peraturan pelaksana diterbitkan untuk Undang-Undang No. 23 Tahun 2003

tentang Panas Bumi.119

PP No. 22 Tahun 2010 dan PP No. 23 Tahun 2010 diberlakukan

kurang dari sebulan setelah batas 12 Januari 2010 sebagaimana ditentukan

dalam Pasal 174 UU No. 4 Tahun 2009, dengan sisa 2 buah peraturan

pelaksana lagi mengenai pengawasan pertambangan serta pasca tambang

dan reklamasi. Dibandingkan dengan 3 - 4 tahun yang diperlukan

pemerintah untuk menerbitkan peraturan pelaksana pada sumber daya

alam utama lainnya seperti sektor minyak dan gas bumi dan panas bumi di

atas, pemerintah patut diapresiasi oleh para pemain industri pertambangan

yang telah mendedikasikan waktu dan tenaga dalam memfinalisasi

peraturan pelaksana tersebut selama tahun kemarin.120

2. Status KK / PKP2B Pasca UU No. 4 Tahun 2009

Secara yuridis, terdapat 2 (dua) sistem pengusahaan pertambangan

batubara berdasarkan UU No. 11 Tahun 1967, yaitu: (i) sistem kontrak

kerja sama pengusahaan pertambangan antara instansi pemerintah atau

perusahaan negara selaku pemegang kuasa pertambangan dan pengusaha

sebagai kontraktor yang berbentuk KK atau PKP2B; dan (ii) sistem KP

yaitu wewenang yang diberikan kepada badan/perseorangan untuk

melaksanakan usaha pertambangan.121

118

Ibid. 119

Hadiputranto, Hadinoto & Partners, loc. cit. 120

Hadiputranto, Hadinoto & Partners, First wave of Implementing Regulations of Indonesia’s

New Mining Law finally issued, Client Allerts, Februari 2010, hal. 1. 121

UU No. 11 Tahun 1967.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 11: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

58 Universitas Indonesia

Sistem KK / PKP2B merupakan satu-satunya cara formal bagi

investor asing untuk menjalankan kegiatan usaha pertambangan di

Indonesia berdasarkan UU No. 11 Tahun 1967. Perlu dicatat bahwa selain

dari satu perjanjian KK yang ditandatangani sekitar akhir 2008 untuk

pengusahaan pertambangan pasir besi, tidak terdapat KK / PKP2B

berdasarkan UU No. 11 Tahun 1967 yang ditandatangani sejak akhir

1990-an.122

Salah satu poin penting dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2009

adalah bahwa sistem kontrak kerja sama pengusahaan pertambangan

antara pemerintah dan pengusaha sebagai kontraktor yang berbentuk KK

atau PKP2B akan dihapuskan. Hal ini menyebabkan kekecewaan bagi

pada investor.123

Akan tetapi, baik investor dalam negeri maupun investor

asing akan dapat untuk mengajukan ijin pertambangan dalam bentuk IUP

yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten, pemerintah daerah

provinsi, atau pemerintah pusat tergantung cakupan geografis wilayah

pertambangan dan infrastrukturnya.124

IUP adalah ijin yang diperlukan bagi suatu pihak untuk

menyelenggarakan kegiatan eksplorasi dan produksi operasi atas sumber

daya mineral atau batubara. Sistem IUP ini meniadakan pembedaan antara

investor dalam negeri dan investor asing dalam sektor pertambangan, dan

konsisten dengan Daftar Negatif Investasi yang berlaku saat ini

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2007 sebagaimana

diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 111 Tahun 2007 tentang Bidang

Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan

di Bidang Penanaman Modal, yang memperbolehkan 100% penanaman

modal asing bagi sektor pertambangan.125

Terdapat debat panjang mengenai apakah sistem KK / PKP2B akan

tetap diberlakukan pada Wilayah Pencadangan Negara (“WPN”), sebagai

wilayah yang secara umum didefinisikan sebagai wilayah yang

122

PricewaterhouseCoopers Indonesia, loc. cit. 123

Ibid. 124

Hadiputranto, Hadinoto & Partners, Special Issue: ..., op. cit., hal. 2. 125

PricewaterhouseCoopers Indonesia, loc. cit.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 12: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

59 Universitas Indonesia

dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional. Pada akhirnya, UU No.

4 Tahun 2009 menentukan bahwa wilayah tersebut juga dapat

dieksploitasi dengan bentuk perizinan yang disebut Izin Usaha

Pertambangan Khusus (“IUPK”), tetapi dengan perbedaan bahwa IUPK

akan diterbitkan langsung oleh pemerintah pusat, tanpa

mempertimbangkan cakupan geografis wilayah pertambangan.126

PP No. 23 Tahun 2010 selain menegaskan kembali mengenai

penghormatan atas keberlakuan KK dan PKP2B sampai jangka waktunya

berakhir juga memberikan privilege kepada kontraktor KK dan PKP2B.

Privilege tersebut yaitu bagi KK dan PKP2B yang belum memperoleh

perpanjangan pertama dan/atau kedua dapat diperpanjang menjadi IUP

perpanjangan tanpa melalui lelang.127

3. Penyesuaian Ketentuan dalam KK dan PKP2B dengan UU No. 4

Tahun 2009

UU No. 4 Tahun 2009 secara tegas menentukan bahwa KK dan

PKP2B yang masih berlaku sebelum UU No. 4 Tahun 2009 tetap

diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya KK atau PKP2B tersebut.

Akan tetapi, ketentuan yang tercantum dalam pasal-pasal KK dan PKP2B

tersebut wajib disesuaikan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak UU

No. 4 Tahun 2009 diundangkan kecuali mengenai penerimaan negara.

Adapun pengecualian terhadap penerimaan negara tersebut adalah sebagai

upaya peningkatan penerimaan negara.128

Tidak terlalu terdapat kejelasan dalam UU No. 4 Tahun 2009

bagaimana pasal-pasal dalam KK / PKP2B harus disesuaikan dengan UU

No. 4 Tahun 2009 tersebut. Perubahan dapat mencakup penyesuaian

dengan ketentuan baru dalam UU No. 4 Tahun 2009 mengenai kewajiban

divestasi, penetapan kembali luas wilayah pertambangan, pengurangan

126

Hadiputranto, Hadinoto & Partners, Special Issue: ..., loc. cit. 127

Pasal 112 ayat (2) PP No. 23 Tahun 2010. 128

Pasal 169 UU No. 4 Tahun 2009.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 13: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

60 Universitas Indonesia

jangka waktu produksi, larangan penggunaan perusahaan jasa

pertambangan afiliasi, dan lain sebagainya.129

Pada pertengahan Juni 2009 Menteri ESDM mengeluarkan daftar

perubahan KK / PKP2B yang memerlukan penyesuaian.130

Beberapa

ketentuan dalam KK / PKP2B yang diidentifikasi untuk disesuaikan

termasuk:131

a. Pemegang KK / PKP2B disyaratkan untuk menjual 20% saham milik

pemegang saham asingnya setelah 5 tahun sejak saat mulainya

produksi;

b. Pemegang KK / PKP2B disyaratkan untuk melaksanakan perencanaan,

penambangan dan penjualan sendiri dan dibatasinya kegiatan yang

dapat dilakukan oleh sub-kontraktor pertambangan pada tahap operasi

dan produksi;

c. Pemegang KK / PKP2B disyaratkan untuk menggunakan perusahaan

jasa pertambangan lokal / nasional sebagai sub-kontraktor dan jika

sub-kontraktor tersebut merupakan afiliasi, maka harus memperoleh

persetujuan dari Menteri ESDM;

d. Pemegang KK / PKP2B disyaratkan untuk taat kepada Domestic

Market Obligations (“DMO”) dan pembatasan lain pada produksi,

penjualan, penentuan harga, dan/atau ekspor;

e. Pemegang KK / PKP2B disyaratkan untuk menyesuaikan ketentuan

atas penundaan kegiatan sementara berdasarkan force majeure atau

keadaan yang menghalangi;

f. Pemegang KK / PKP2B yang telah mencapai tahap produksi dan

operasi dipersyaratkan untuk melaksanakan beberapa kegiatan yang

meningkatkan nilai komoditas (pemrosesan atau pemurnian seperti:

pencucian, penghacuran (crushing), atau pencampuran (blending)

batubara);

129

Hadiputranto, Hadinoto & Partners, Special Issue: ..., op. cit., hal. 4. 130

Justin M. Patrick, Ahmad Djoyosugito, Karl S. Park, Indonesia’s 2009 Mining Law and Draft

Regulations on Mining Business Activities, Seminar on “Indonesia’s New Mining Law: Legal and

Financing Issues”, Jakarta, 15 September 2009, hal 21. 131

Clifford Chance & Mochtar Karuwin Komar, New opportunities for coal mining investment in

Indonesia, Client Briefing, September 2009.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 14: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

61 Universitas Indonesia

g. Pemegang KK / PKP2B disyaratkan untuk memenuhi kewajiban

pembayaran pendapatan regional, pajak regional, kontribusi regional,

pendapatan lainnya (secara keseluruhan sejumlah tambahan 10% dari

keuntungan bersih) dan kewajiban pembayaran Pendapatan Non-Pajak

(royalti dan deadrent) sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku; dan

h. Ketentuan penyelesaian sengketa disesuaikan menjadi hanya

membolehkan penyelesaian melalui pengadilan Indonesia atau

arbitrase dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pada prakteknya sampai dengan tanggal 8 Maret 2010 belum

terdapat satu pun KK / PKP2B yang telah disesuaikan dengan UU No. 4

Tahun 2010.132

Robert Pritchard menambahkan bahwa pada prakteknya

negosiasi dengan pemerintah tidaklah mudah dan akan memakan waktu

dan biaya yang tidak sedikit. Berikut pendapat Beliau:

“The negotiation of development agreements can however be an

expensive and lengthy process and often it is only the most

substantial investors in the most important projects who can afford

the cost and time to see the negotiations through to the end.

Governments are understandably reluctant to grant special

privileges unless warranted by the importance of the project.”133

Walaupun tenggat waktu yang ditentukan dalam Pasal 169 UU No.

4 Tahun 2009 telah terlewati, pemerintah harus tetap sabar dan tidak

memaksakan kehendaknya kepada para kontraktor PKP2B, ketika

kontraktor tetap tidak bersedia menerima suatu usulan perubahan tertentu

pada PKP2B. Kemungkinan akan timbulnya sengketa antara pemerintah

dan perusahaan kontraktor perusahaan PKP2B selalu ada dan hal tersebut

akan diselesaikan melalui arbitrase berdasarkan klausul penyelesaian

sengketa di dalam PKP2B.

132

Luke Devine, Norman Bissett, Muhamad Karnova, Seminar on Arrival of the New Mining Law

Implementing Government Regulations, Ritz Carlton, Jakarta, 8 Maret 2010. 133

Robert Pritchard, Before You Venture Forth - A Checklist of Legal Safeguards for Foreign

Investment in Energy and Natural Resources Projects,

http://www.dundee.ac.uk/cepmlp/journal/html/vol4/article4-14.html, Volume 4 – Article 14, hal.

9.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 15: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

62 Universitas Indonesia

4. Kewajiban Penyampaian Rencana Kegiatan Penambangan

Perusahaan pemegang KK dan PKP2B yang telah melakukan

tahapan kegiatan eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, atau operasi

produksi pada 12 Januari 2009 (tanggal diberlakukannya UU No 4 Tahun

2009) wajib menyerahkan rencana kegiatan dari seluruh wilayah

pertambangan sampai dengan masa berakhirnya KK / PKP2B untuk

disetujui oleh pemerintah, selambat-lambatnya 11 Januari 2010.134

Pasal 171 UU No. 4 Tahun 2009 mengatur bahwa konsekuensi

tidak dipenuhi kewajiban penyerahan rencana kegiatan dari seluruh

wilayah pertambangan tersebut, maka luas wilayah pertambangan yang

telah diberikan kepada pemegang KK dan PKP2B disesuaikan dengan UU

No. 4 Tahun 2009.

5. Pengutamaan Kepentingan Dalam Negeri

Pangsa pasar atas batubara dari Indonesia selama ini meliputi

domestik dan ekspor. Di pasar domestik permintaan batubara antara lain

untuk pembangkit tenaga listrik, produksi semen, penggunaan industri dan

rumah tangga. Permintaan akan batubara untuk pembangkit tenaga listrik

adalah yang tertinggi seiring dengan perkembangan sektor

ketenagalistrikan di Indonesia. Sedangkan ekspor utama atas batubara

Indonesia yaitu negara-negara tetangga di Asia, termasuk Jepang, Korea,

Hongkong, Taiwan, Malaysia, Thailand, dan Philipines.135

Perusahaan pemegang KK dan PKP2B yang telah melakukan tahap

kegiatan operasi produksi wajib melaksanakan pengutamaan kepentingan

dalam negeri sesuai dengan ketentuan UU No. 4 Tahun 2009 dan PP No.

23 Tahun 2010.136

Pelaksanaan pengutamaan kepentingan dalam negeri oleh

perusahaan pemegang KK / PKP2B di antaranya adalah terkait

pembatasan atas ekspor komoditas tambang. Hak para pemegang KK /

134

Justin M. Patrick, Ahmad Djoyosugito, Karl S. Park, op. cit., hal 18. 135

Alastair B. Grant, General Summary of the Coal Development, disusun dalam Mining in

Indonesia: Fifty Years Development, 1945- 1995, Indonesian Mining Association, editor:

Marangin Simatupang, Soetaryo Sigit, Beni N. Wahju, 1996, hal. 170 - 171. 136

Pasal 112 ayat (3) PP No. 23 Tahun 2010.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 16: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

63 Universitas Indonesia

PKP2B untuk mengekspor komoditi tambangnya bergantung kepada

kewajiban untuk mengutamakan kepentingan dalam negeri, termasuk:

1. dalam rangka menjamin pemenuhan kebutuhan mineral dan batubara

dalam negeri sebagai bahan baku atau sumber energi (Domestic

Market Obligation / DMO);

2. penggunaan local content, yaitu: tenaga kerja setempat, barang,

peralatan, bahan baku, atau bahan pendukung dalam negeri; dan

3. penggunaan local expenditure, yaitu produk impor yang dijual di

Indonesia.137

Untuk kepentingan nasional, pemerintah pusat138

setelah

berkonsultasi dengan DPR dapat menetapkan kebijakan pengutamaan

mineral dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri dengan cara

pengendalian produksi dan ekspor. Terkait pengendalian produksi,

pemerintah pusat memiliki kewenangan untuk menetapkan jumlah

produksi tiap-tiap komoditas per tahun setiap provinsi. Pemerintah daerah

wajib mematuhi ketentuan jumlah yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat

tersebut.139

Sedangkan mengenai DMO, Menteri ESDM memiliki

kewenangan untuk menetapkan kebutuhan mineral dan batubara di dalam

negeri meliputi kebutuhan untuk industri pengolahan (seperti: industri

pengolahan bahan baku dalam negeri140

) dan pemakaian langsung (untuk

bahan bakar seperti: program percepatan pengembangan pembangkit

listrik 10.000 Megawatt141

) di dalam negeri.142

Dalam hal perusahaan pemegang KK / PKP2B berkeinginan untuk

menggunakan tenaga kerja asing, maka perusahaan pemegang KK /

PKP2B tersebut dipersyaratkan untuk mengajukan permohonan kepada

Menteri ESDM, untuk selanjutnya Menteri ESDM akan mengadakan suatu

137

Justin M. Patrick, Ahmad Djoyosugito, Karl S. Park, op. cit., hal 27. 138

Pasal 1 angka 36 UU No. 4 Tahun 2009 mendefinisikan “Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan

Pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.” 139

Pasal 5 UU No. 4 Tahun 2009. 140

Justin M. Patrick, Ahmad Djoyosugito, Karl S. Park, op. cit., hal 29. 141

Ibid. 142

Pasal 84 PP 23 Tahun 2010.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 17: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

64 Universitas Indonesia

evaluasi teknis dan berkoordinasi dengan menteri di bidang

ketenagakerjaan.143

Lebih lanjut, perusahaan pemegang KK / PKP2B dipersyaratkan

untuk menyampaikan rencana pembelian barang modal, peralatan, bahan

baku, dan bahan pendukung lainnya, produk impor yang dijual di

Indonesia, dan barang yang akan diimpor sendiri, kepada Menteri ESDM.

Dalam hal perusahaan pemegang KK / PKP2B melakukan melakukan

impor barang, peralatan, bahan baku dan bahan pendukung, maka

perusahaan pemegang KK/PKP2B tersebut wajib memenuhi ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang perdagangan.144

Pada prakteknya

rencana tersebut akan dicantumkan RKAB yang wajib dimintakan

persetujuannya kepada Menteri ESDM setiap tahunnya oleh perusahaan

pemegang KK/PKP2B.145

6. Penetapan Harga Minimum (Price Floors)146

dan Pembatasan

Produksi

PP No. 23 Tahun 2010 dalam Pasal 85, memberikan aturan umum

yang mensyaratkan perusahaan pemegang KK / PKP2B yang mengekspor

mineral atau batubara yang diproduksi untuk berpedoman pada suatu

harga patokan, aturan mana akan diatur lebih lanjut dalam peraturan

menteri.147

Harga patokan tersebut ditentukan berdasarkan mekanisme

pasar dan/atau sesuai dengan harga yang berlaku umum di pasar

internasional serta ditetapkan oleh: (i) Menteri ESDM untuk mineral

logam dan batubara; dan (ii) gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya untuk mineral bukan logam dan batuan.

Perusahaan pemegang KK dan PKP2B pada tahap operasi produksi

yang memiliki perjanjian jangka panjang untuk ekspor yang masih berlaku

dapat menambah jumlah produksinya guna memenuhi ketentuan pasokan

dalam negeri setelah mendapat persetujuan Menteri, gubernur, atau

143

Ibid. 144

Pasal 87 ayat (2) dan (3) PP 23 Tahun 2010. 145

Justin M. Patrick, Ahmad Djoyosugito, Karl S. Park, loc. cit. 146

Ibid., hal 7. 147

Hadiputranto, Hadinoto & Partners, First Wave..., op. cit., hal. 5.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 18: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

65 Universitas Indonesia

bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya sepanjang memenuhi

ketentuan aspek lingkungan dan konservasi sumber daya batubara sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.148

Untuk pertama kalinya dalam pengaturan kegiatan pertambangan

di Indonesia, UU No. 4 Tahun 2009 memberikan kewenangan kepada

Pemerintah Pusat untuk menentukan tingkat produksi untuk masing-

masing komoditi tambang setiap tahun dengan per provinsi basis.

Penetapan tingkat produksi dapat membawa risiko signifikan bagi para

investor.149

PP 23 Tahun 2010 dalam Pasal 89 lebih lanjut menentukan bahwa

Menteri ESDM melakukan pengendalian produksi mineral dan batubara

yang dilakukan oleh pemegang KK / PKP2B yang telah berproduksi.

Adapun pengendalian produksi mineral dan batubara tersebut dilakukan

untuk:

1. memenuhi ketentuan aspek lingkungan;

2. melakukan konservasi sumber daya mineral dan batubara; dan

3. mengendalikan harga mineral dan batubara.

Mengenai kewenangan penetapan besaran produksi mineral dan

batubara tersebut, Pasal 90 PP No. 23 Tahun 2010 menentukan bahwa

Menteri ESDM akan menetapkan besaran produksi mineral dan batubara

nasional pada tingkat provinsi. Akan tetapi, Menteri ESDM juga dapat

melimpahkan kewenangan tersebut kepada gubernur untuk menetapkan

besaran produksi mineral dan batubara kepada masing-masing

kabupaten/kota.

7. Penggunaan Perusahaan Jasa Pertambangan

Pasal 10 Peraturan Menteri ESDM No. 28 Tahun 2009 tentang

Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara

(“Permen No. 28 Tahun 2009”) menentukan bahwa para pemegang IUP /

IUPK wajib melaksanakan sendiri kegiatan penambangan, pengolahan,

dan pemurnian. Para pemegang IUP / IUPK diperkenankan menyerahkan

148

Pasal 112 ayat (8) PP No. 23 Tahun 2010. 149

Hadiputranto, Hadinoto & Partners, Special Issue..., op. cit., hal. 4.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 19: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

66 Universitas Indonesia

kegiatan penambangan kepada usaha jasa pertambangan, terbatas kepada:

(i) pengupasan lapisan (stripping) batuan penutup batubara (termasuk

peledakan), dan (ii) pengangkutan mineral dan batubara.

Para pemegang IUP / IUPK pertambangan tidak diperkenankan

untuk menggunakan afiliasinya untuk melaksanakan kegiatan operasi

pertambangan, kecuali atas persetujuan Menteri ESDM. Persetujuan

Menteri ESDM tersebut hanya akan diberikan dalam hal tidak tersedia

perusahaan jasa pertambangan sejenis di wilayah kegiatan pertambangan

pemegang IUP / IUPK tersebut atau tidak ada perusahaan jasa

pertambangan yang berminat/mampu. Selain itu, seluruh perusahaan

pertambangan pemegang IUP / IUPK wajib menggunakan perusahaan jasa

pertambangan lokal dan/atau nasional. Dalam hal tidak tersedia, pemegang

IUP atau IUPK dapat menggunakan perusahaan jasa pertambangan lain

yang berbadan hukum Indonesia.150

Permen No. 28 Tahun 2009, Pasal 1, angka 23, memberikan

definisi “Perusahaan Jasa Pertambangan Lain” sebagai perusahaan yang

didirikan atau berbadan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh

modalnya dimiliki oleh pihak asing. Dengan demikian, penyelenggaraan

usaha jasa pertambangan oleh pihak asing tetap terbuka secara tidak

langsung melalui perusahaan Penanaman Modal Asing (“PMA”), dengan

ketentuan prioritas tetap diberikan kepada perusahaan jasa pertambangan

lokal atau nasional.

Pasal 8 Permen 28 Tahun 2009 menegaskan bahwa para pemegang

IUP / IUPK harus menjamin tidak akan terjadi transfer pricing atau

transfer profit dalam hal perusahaan yang bersangkutan berkeinginan

untuk menggunakan perusahaan jasa pertambangan afiliasinya.

Selanjutnya Permen No. 28 Tahun 2009 dalam Pasal 36 ayat (2)

menentukan bahwa pemegang KK dan PKP2B yang telah menggunakan

perusahaan jasa pertambangan sebelum diberlakukannya Permen No. 28

Tahun 2009, maka pemegang KK dan PKP2B yang bersangkutan wajib

150

Hadiputranto, Hadinoto & Partners, Special Issue: ..., op. cit., hal. 4.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 20: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

67 Universitas Indonesia

menyesuaikan penggunaan perusahaan jasa pertambangannya dengan

ketentuan Permen No. 28 Tahun 2009 dalam waktu selambatnya 3 tahun.

8. Kewajiban Divestasi Saham Bagi Investor Asing

UU No. 4 Tahun 2009 memuat kewajiban bagi pemegang IUP /

IUPK yang memiliki pemegang saham asing, untuk melaksanakan

program divestasi saham setelah 5 tahun berproduksi.151

Adapun prinsip

dasar dibalik ketentuan mengenai divestasi adalah untuk membatasi

kepemilikan asing pada perusahaan pemegang konsesi pertambangan,

termasuk KK /PKP2B menjadi 80% setelah 5 tahun sejak tanggal mulai

produksi.152

PP 23 Tahun 2010 dalam Pasal 97 menetapkan persyaratan serta

prosedur terkait kewajiban divestasi ini, sebagai berikut:

1. Modal asing pemegang KK / PKP2B setelah 5 tahun sejak berproduksi

wajib melakukan divestasi sahamnya, sehingga sahamnya paling

sedikit 20% dimiliki peserta Indonesia.

2. Divestasi saham tersebut dilakukan secara langsung kepada peserta

Indonesia yang terdiri atas pemerintah pusat, pemerintah daerah

provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota, Badan BUMN,

Badan Usaha Milik Daerah (“BUMD”), atau badan usaha swasta

nasional.

3. Dalam hal pemerintah pusat tidak bersedia membeli saham

sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas, maka saham tersebut

ditawarkan kepada pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah

kabupaten/kota.

4. Apabila pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah

kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak bersedia

membeli saham, ditawarkan kepada BUMN dan BUMD dilaksanakan

dengan cara lelang.

151

Ibid., hal. 3. 152

Hadiputranto, Hadinoto & Partners, First wave ..., op. cit., hal. 6.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 21: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

68 Universitas Indonesia

5. Apabila BUMN dan BUMD sebagaimana dimaksud pada angka 4

tidak bersedia membeli saham, ditawarkan kepada badan usaha swasta

nasional dilaksanakan dengan cara lelang.

6. Penawaran saham sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan

dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kalender

sejak 5 (lima) tahun dari dimulainya produksi.

7. Pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah

kabupaten/kota, BUMN, dan BUMD harus menyatakan minatnya

dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari kalender

setelah tanggal penawaran.

8. Dalam hal pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi atau

pemerintah daerah kabupaten/kota, BUMN, dan BUMD tidak berminat

untuk membeli divestasi saham sebagaimana dimaksud pada angka 7,

saham ditawarkan kepada badan usaha swasta nasional dalam jangka

waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender.

9. Badan usaha swasta nasional harus menyatakan minatnya dalam

jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah

tanggal penawaran.

10. Pembayaran dan penyerahan saham yang dibeli oleh peserta Indonesia

dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh)

hari kalender setelah tanggal pernyataan minat atau penetapan

pemenang lelang.

11. Apabila divestasi sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak tercapai,

penawaran saham akan dilakukan pada tahun berikutnya berdasarkan

mekanisme ketentuan pada angka 2 sampai dengan angka 9 di atas.

Pasal 98 PP 23 Tahun 2010 memuat ketentuan mengenai anti dilusi

bagi peserta Indonesia setelah dijalankannya kewajiban divestasi oleh

pemegang saham asing dalam perusahaan pemegang KK / PKP2B.

Ditentukan bahwa dalam hal terjadi peningkatan jumlah modal perseroan,

peserta Indonesia sahamnya tidak boleh terdilusi menjadi lebih kecil dari

20% (dua puluh persen).

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 22: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

69 Universitas Indonesia

Sebenarnya di dalam Kepres No. 75 Tahun 1996 dan PKP2B

(sebagai contoh PKP2B Generasi III) telah terdapat ketentuan mengenai

kewajiban divestasi bagi pemegang saham asing. Akan tetapi, ketentuan

baik di dalam Kepres No. 75 Tahun 1996 ataupun PKP2B tidak

menentukan secara rinci besarnya persentase saham milik pemegang

saham asing yang wajib dijual kepada peserta Indonesia. Kewajiban

divestasi bagi pemegang saham asing

tersebut harus memenuhi

persyaratan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan

Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal

Asing (“PP 20 Tahun 1994”).153

Sayangnya PP 20 Tahun 1994 pun hanya

menentukan dead line dari kewajiban tersebut (paling lama 15 tahun sejak

berproduksi komersial), sedangkan besarnya persentase hanya ditentukan

minimal 5% (lima persen) untuk dimiliki oleh peserta Indonesia pada saat

pendirian.154

Mengenai besarnya persentase kepemilikan saham asing yang

harus dijual kepada peserta Indonesia setelah 15 tahun berproduksi

komersial tidak dicantumkan secara spesifik, hanya disebutkan untuk

dilaksanakan sesuai kesepakatan para pihak terkait didasarkan pada prinsip

kerjasama yang saling menguntungkan dan kelangsungan kegiatan usaha

perusahaan.155

Secara konservatif, dapat diinterpretasikan besarnya

persentase kepemilikan saham asing yang harus dijual kepada peserta

Indonesia tersebut paling tidak minimal sama dengan pada saat pendirian,

yaitu 5% (lima persen). Selain itu, Pasal 19 ayat (4) PKP2B memberikan

153

Bunyi Pasal 19 ayat (2) sampai dengan (3) PKP2B Generasi III:

“2. Tunduk pada ketentuan-ketentuan di bawah ini, Kontraktor menjamin bahwa saham-sahamnya

yang dimiliki oleh Penanam (-penanam) Modal Asing akan ditawarkan untuk dijual atau

dikeluarkan kepada Pemerintah atau warganegara – warganegara Indonesia atau perusahaan-

perusahaan Indonesia yang dikuasai oleh orang-orang berkewarganegaraan Indonesia

(selanjutnya disebut "peserta Indonesia").

3. Bagi Kontraktor PMA, jumlah saham yang akan ditawarkan kepada Peserta Indonesia harus

memenuhi persyaratan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1994 sebagaimana persyaratan

tersebut diberlakukan bagi pemilikan saham pada Perusahaan Modal Asing.

4. Sehubungan dengan Kontraktor PMA, dalam hal dilakukannya peningkatan jumlah modal saham Kontraktor peserta Indonesia berhak membeli saham baru sebanding dengan jumlah

saham yang mereka pegang saat itu guna memberikan kesempatan bagi mereka untuk

mempertahankan perbandingan pemilikan saham mereka di dalam Kontraktor, dengan ketentuan

bahwa hal tersebut tidak berlaku bagi saham-saham yang didaftarkan Kontraktor di bursa saham

Indonesia.” 154

Pasal 6 ayat (1) PP 20 Tahun 1994. 155

Pasal 7 ayat (1) PP 20 Tahun 1994.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 23: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

70 Universitas Indonesia

hak didahulukan (preemptive right) kepada peserta Indonesia untuk

membeli saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan kontraktor PKP2B

agar peserta Indonesia tersebut dapat mempertahankan kepemilikannya.

9. Kewajiban Pengolahan dan Pemurnian di Dalam Negeri Setelah 5

Tahun

UU No. 4 Tahun 2009 menginstruksikan agar seluruh proyek

pertambangan mineral memproses komoditas tambangnya di Indonesia.

Memproses disini berarti suatu proses yang meningkatkan nilai komoditi

terkait. Untuk perusahaan kontraktor KK yang telah mencapai tahap

produksi, diberikan jangka waktu tenggang (grace period) 5 tahun

sebelum perusahaan tersebut memenuhi kewajiban ini.156

Pasal 103 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2009 memberikan rasional dan

tujuan diterapkannya kewajiban pengolahan dan pemurnian di dalam

negeri, antara lain, untuk meningkatkan dan mengoptimalkan nilai

tambang dari produk, tersedianya bahan baku industri, penyerapan tenaga

kerja, dan peningkatan penerimaan negara.

PP 23 Tahun 2010 dalam Pasal 94 ayat (1) secara spesifik

mensyaratkan perusahaan pemegang KK / PKP2B untuk batubara wajib

melakukan pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah batubara yang

diproduksi baik secara langsung maupun melalui kerja sama dengan

perusahaan, pemegang IUP dan IUPK lainnya. Penjelasan Pasal 94 ayat

(1) PP 23 Tahun 2010 menentukan kegiatan pengolahan batubara meliputi:

1. penggerusan batubara (coal crushing);

2. pencucian batubara (coal washing);

3. pencampuran batubara (coal blending);

4. peningkatan mutu batubara (coal upgrading);

5. pembuatan briket batubara (coal briquetting);

6. pencairan batubara (coal liquefaction);

7. gasifikasi batubara (coal gasification); dan

8. coal water mixer.

156

Hadiputranto, Hadinoto & Partners, Special Issue:..., op. cit., hal. 3.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010

Page 24: BAB III PENGATURAN KEGIATAN USAHA … 27873-Perlindungan... · 101. Sedangkan guna memperoleh pengertian pertambangan atau ... Kepmen 1614 Tahun 2004 ”). Berdasarkan keputusan ini,

71 Universitas Indonesia

Arah kebijakan pemerintah dengan pemberlakuan UU No. 4 Tahun 2009

cenderung lebih pro kepada kepentingan nasional, kalau tidak ingin dikatakan

kepentingan penguasa. Hal ini terlihat dengan dihapuskannya sistem kontrak kerja

sama dan dilanjutkan dengan sistem perizinan, dimana kedudukan pemerintah

akan lebih tinggi sebagai penguasa yang berwenang memberikan izin IUP atau

IUPK kepada pihak swasta dibandingkan pada saat pemerintah bertindak sebagai

pihak dalam KK atau PKP2B yang secara hukum memiliki kedudukan sejajar

dengan kontraktor perusahaan KK atau PKP2B.

Di pandang dari sudut positif, niat luhur pemerintah untuk menciptakan

praktek usaha pertambangan, khususnya pertambangan batubara, di Indonesia

yang lebih tertib, patut diberikan apresiasi. Hal ini terefleksi antara lain, pada

pengaturan yang lebih rigid dan birokratif dalam penentuan WP, WPN, WIUP,

dan WIUPK serta penentuan yang lebih restriktif atas penerbitan IUP dan IUPK.

Beberapa ketentuan baru dalam UU No. 4 Tahun 2009 juga terasa bahwa rezim

pertambangan mineral dan batubara mulai mengakomodasi konsep pengaturan

dalam rezim minyak dan gas bumi berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun

2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Misalnya, keharusan dilakukannya lelang

untuk penerbitan IUP mineral logam dan batubara atau untuk penerbitan IUPK.

Dengan hal ini, praktek-praktek makelarisme (brokerage) perizinan pertambangan

dan tumpang tindih wilayah pertambangan diharapkan dapat diminimalisir ke

depannya.

Diharapkan juga kekecewaan para investor, terutama investor asing,

dengan digantinya sistem kontrak kerja sama ke sistem perizinan dapat sedikit

terobati dengan pengaturan baru yang bertujuan menertibkan kegiatan usaha

pertambangan di Indonesia ini. Walaupun sesungguhnya obat mujarab yang

diinginkan investor asing adalah penetapan wilayah kerja pertambangan yang

lebih besar (mengingat satu IUP batubara hanya maksimal 15.000 hektare dan

proyek-proyek pertambangan batubara yang dijalankan investor asing biasanya

berskala besar), kesetaraan kedudukan dan status lex spelialis dari KK / PKP2B,

serta adanya jaminan keberlangsungan.

Perlindungan hukum ..., Andri Budiman, FH UI, 2010