BAB III PENAFSIRAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA PERCERAIAN...
Transcript of BAB III PENAFSIRAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA PERCERAIAN...
44
BAB III
PENAFSIRAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA PERCERAIAN
DENGAN ALASAN PERSELISIHAN
A. Kasus Posisi Putusan Perkara Nomor 2304/Pdt. G/2013/ PA. Mlg
Pengadilan Agama Malang, yang memeriksa dan menjatuhkan Perkara
Cerai Talak pada peringkat pertama telah menjatuhkan Putusan dalam perkara
antara PEMOHON umur 35 tahun, Agama Islam, pekerjaan Swasta, bertempat
tinggal di kota Batu, Melawan TERMOHON umur 34 tahun, Agama Islam,
pekerjaan Ibu rumah tangga, bertempat tinggal di kota Batu.
Bahwa Pemohon dan Termohon telah menikah di Kabupaten Malang Pada
tanggal 10 September tahun 2000 berdasarkan kutipan Akta Nikah Nomor:
316/30/IX/2000. Setelah pernikahan yang telah berlangsung tersebut Pemohon
dan Termohon bertempa tinggal dirumah kediaman bersama dirumah orang tua
Pemohon yang berada di Kota Batu selama 13 tahun. Selama pernikahan tersebut
Pemohon dengan Termohon telah membangun rumah tangga dan menjalani hidup
bersama dengan rukun dan harmonis sebagaiman layaknya suami istri dan
dikaruniai 2 orang anak.1
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa keadaan rumah tangga
antara Pemohon dan Termohon berjalan dengan baik, rukun dan harmonis, namun
kurang lebih pada tahun 2010 tepatnya pada bulan januar ketentraman rumah
1 Diambil dari arsip Putusan Pengadilan Agama Malang Tanggal 23 Juni 2017. h.1
45
tangga antara Pemohon dan Termohon mulai tidak harmonis, sering terjadi
pertengkaran dan perselisihan yang disebabkan.
a. Termohon tidak terima terhadap nafkah wajib yang telah diberikan oleh
Pemohon walaupun Pemohon telah memberikan seluruh penghasilan
Pemohon.
b. Termohon sering meninggalkan rumah kediaman bersama tanpa tujuan dan
alasan yang sah dan tanpa sepengetahuan/persetujuan dari pihak Pemohon.2
Puncak perselisihan yang terjadi antara Pemohon dan Termohon
tersebut terjadi pada bulan April tahun 2013, yang mengakibatkan Pemohon
dan Termohon pisah ranjang meskipun tinggal satu rumah, sehingga antara
Pemohon dan Termohon telah pisah ranjang selama 8 bulan. Selama itu,
Pemohon jarang berkomunikasi dan Pemohon sudah tidak lagi memberikan
nafkah lahir dan nafkah batin.3
Dengan keadaan rumah tangga yang demikian, Pemohon berkesimpulan
bahwa rumah tangga antara Pemohon dan Termohon sudah tidak dapat
dilanjutkan dan Pemohon sudah tidak sanggup lagi untuk membangun dan
meneruskan hidup berumah tangga dengan Termohon. Karena kebahagiaan,
keharmonisan dan ketentraman rumah tangga tidak mungkin dicapai sesuai
dengan tujuan perkawinan. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Pemohon
mengajukan permohonan cerai talak kepada Pengadilan Agama Malang.
2 Ibid. h..2 3 Ibid. h..1
46
Perselisihan terus menerus yang kerap kali diajukan sebagai alasan
oleh para penggugat perceraian biasanya disebabkan karena salah satu pihak
merasa bahwa pihak yang lain, baik suami / istrinya, tidak menjalankan
kewajibannya sebagai seorang suami/istri dengan baik. Selain itu terdapat banyak
lagi masalah-masalah rumah tangga lain yang mereka kategorikan sendiri
sebagai bentuk perselisihan yang terus menerus. Semua ini harus mereka
buktikan di pengadilan agar Hakim mengabulkan gugatan perceraian tersebut.
Pembagian harta bersama merupakan akibat hukum perceraian yang dapat
dituntut para pihak, dalam hal ini suami atau istri.
B. Dasar Pertimbangan Hakim Mengabulkan Permohonan Perceraian
Pertimbangan atau alasan-asalan merupakan dasar yang dilakukan oleh
hakim menyelesaikan suatu putusan yang terdiri dari dua bagian, sebagai berikut.
1. Pertimbangan tentang duduk perkaranya (feitelijke gronden) adalah
upaya hakim dalam melakukan pertimbangan mengenai hal yang terjadi di
depan pengadilan yeng berupa gugatan dan jawaban yang dikutip secara
lengkap.
2. Pertimbangan hukum (rechts gronden) merupakan hasil untuk menentukan
nilai dari suatu putusan. Dapat dikatakan pertimbangan hukum merupakan
jiwa dan intisari putusan. Pertimbangan hukum berisi analisis, argumentasi,
pendapat atau kesimpulan hukum dari hakim yang memeriksa suatu
47
perkara. Dalam pertimbangan hukum dikemukakan analisis yang jelas
berdasarkan Undang- Undang pembuktian.4
Pertimbangan hukum dapat dikatakan merupakan jiwa dan intisari
suatu putusan. Pertimbangan berisi argumentasi, pendapat, analisis, dan
kesimpulan hukum dari hakim yang memeriksa suatu perkara. Dalam
pertimbangan dikemukakan suatu analisis yang jelas sesuai berdasarkan
Undang- Undang pembuktian yang terdiri dari:
a. pakah alat bukti yang diajukan penggugat dan tergugat memenuhi syarat
formil,
b. Alat bukti pihak mana yang mencapai batas minimal pembuktian,
c. Dalil gugat apa saja dan dalil bantahan apa saja yang terbukti,
d. Sejauh mana nilai kekuatan pembuktian yang dimiliki para pihak.5
Selanjutnya, diikuti hukum apa yang diterapkan menyelesaiakan
perkara tersebut. Bertitik tolak dari analisis itu, pertimbangan melakukan
argumentasi yang objektif dan rasional, pihak mana yang mampu
membuktikan dalil gugat atau dalil sesuai dengan ketentuan hukum yang
diterapkan.
4 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata di Indonesia, (Jakarta, Ciputat Press)
Cet.1, h.32. 5 Retnowulan Sutantio, Iskandar Oeripkartawinata. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan
Praktek, Mandar Maju, Bandung, 2009. h.58.
48
Dari hasil argumentasi itu hakim menjelaskan pendapatnya apa saja
yang terbukti dan yang tidak, dirumuskan menjadi kesimpulan hukum sebagai
dasar landasan penyelesaian perkara yang akan dituangkan dalam dictum
putusan. Pertimbangan hukum yang terdapat dalam putusan Nomor 2304/Pdt.
G/2013/ PA. Mlg perkara perceraian antara Pemohon dan Termohon adalah
sebagai berikut:6
1. Tentang Duduk Perkara
Bahwa Pemohon dan Termohon telah menikah di Kabupaten
Malang Pada tanggal 10 September tahun 2000 berdasarkan kutipan Akta
Nikah Nomor: 316/30/IX/2000. Setelah pernikahan yang berlangsung
tersebut Pemohon dan Termohon bertempat tinggal dirumah kediaman
bersama dirumah dengan orang tua Pemohon yang berada di Kota Batu
selama 13 tahun. Selama pernikahan tersebut Pemohon dengan Termohon
telah mebangun rumah tangga hidup bersama dengan rukun sebagaiman
layaknya suami istri dan dikaruniai 2 orang anak.7
Semula rumah tangga antara Pemohon dan Termohon berjalan
dengan baik, harmonis, dan rukun, namun kurang lebih sejak bulan januari
tahun 2010 ketentraman dan kerukunan rumah tangga antara Pemohon dan
Termohon mulai hilang, sering terjadinya pertengkaran dan perselisihan
yang disebabkan.
6 Diambil dari arsip Putusan Pengadilan Agama Malang Tanggal 23 Juni 2017. h.6. 7 Diambil dari arsip Putusan Pengadilan Agama Malang Tanggal 23 Juni 2017. h.1
49
a. Termohon tidak terima terhadap nafkah wajib yang diberikan
Pemohon walaupun Pemohon telah memberikan seluruh penghasilan
Pemohon.
b. Termohon sering meninggalkan rumah kediaman bersama tanpa
tujuan dan alasan yang sah tanpa sepengetahuan/persetujuan dari
pihak Pemohon .8
Puncak perselisihan ysng terjadi antara Pemohon dan Termohon
tersebut terjadi sejak bulan April tahun 2013, yang mengakibatkan
Pemohon dan Termohon hilangnya keharmonisan dalam rumah tangga
hingga pisah ranjang meskipun tinggal satu rumah, Pemohon dan
Termohon telah pisah ranjang selama 8 bulan. Selama itu, Pemohon
jarang berkomunikasi dengan termohon dan Pemohon sudah tidak lagi
memberikan nafkah lahir dan nafkah batin.9
Dengan keadaan rumah tangga yang demikian, akhirnya
Pemohon berkesimpulan bahwa keadaan rumah tangga antara Pemohon
dan Termohon sudah tidak mungkin dapat dilanjutkan dan Pemohon
sudah tidak sanggup lagi untuk membangun dan melanjutkan hidup
berumah tangga bersama Termohon, karena kebahagiaan dan
ketentraman rumah tangga tidak mungkin dicapai sesuai dengan
tujuannya suatu perkawinan.
8 Ibid. h..2 9 Ibid. h..1
50
Kemudian Pemohon sanggup meanggung seluruh biaya yang
timbul akibat diajukan nya perkara ini, berdasarkan hal-hal tersebut
diatas, Pemohon mengajukan permohonan cerai talak dan memohon dan
memohon kepada Ketua Pengadilan Agama Malang agar berkenan
menjatuhkan putusan sebagai berikut:
PRIMER:
Mengabulkan permohonan Pemohon dan memberikan ijin
kepada Pemohon (PEMOHON) untuk menjatuhkan talak satu raj’I
kepada Termohon (TERMOHON) di depan sidang Pengadilan Agama
Malang kemudian membebankan biaya perkara sesuai dengan
ketentuan hukum;
SUBSIDER:
Namun apabila Pengadilan Agama Malang berpendapat dan memiliki
kebijabkan lain, Pemohon mohon putusan yang yang seadil-adilnya.
Pada hari persidangan yang telah ditentukan, Pemohon hadir
dipersidangan namun Termohon tidak hadir dipersidangan sekalipun
telah dipanggil dengan patut dan tidak menyuruh orang lain untuk hadir
sebagai wakil/kuasanya, meskipun menurut berita acara telah dipanggil
Jurus Sita pada tanggal 24 Desember 2013 dan 15 Januari 2014 yang
dibacakan dipersidangan, dan tidak ternyata bahwa tidak hadirnya
tersebut disebabkan suatu halangan yang sah. Selanjutnya persidangan
dilanjutkan tanpa hadirnya Termohon. Ketua Majelis telah mengarahkan
51
Pemohon dan Termohon untuk diupayakan kearah perdamaian namun
tidak berhasil, kemudian dibacakan surat permohonan Pemohon yang
isinya tetap dipertahankan oleh Pemohon.10
Kemudian untuk menguatkan dalil-dalil permohonan, Pemohon
mengajukan alat bukti berupa:
a. SURAT:
Fotokopi Kutipan Akta Nikah yang dibuat Pegawai Pencatat Nikah
pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Batu Kabupaten Malang
Nomor: 316/30/IX/2000 Tanggal 10 September 2000, bermaterai
cukup dan fotokopi tersebut telah sesuai dengan aslinya, kemudian
surat bukti tersebut oleh Ketua Majelis diberi tanda (P.1);
b. SAKSI-SAKSI
Saksi I, berumur 54 tahun, Pekerjaan swasta, Agama islam, bertempat
tinggal di Kota Batu, atas pertanyaan ketua Majlis memberi keterangan
secara rinci dibawah sumpahnya sebagai berikut:
- Bawha saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon karena saksi
adalah saudara sepupu Pemohon;
- Bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami istri yang sah dan
sudah dikaruniai dua orang anak
- Bawha setelah menikah Pemohon dan Termohon tinggal bersama
di rumah orang tua Pemohon;
10 Ibid. h..2
52
- Bahwa semula rumah tangga Pemohon dengan Termohon berjalan
baik, rukun dan harmonis. Kemudian antara Pemohon dan
Termohon sering terjadi perselisihan dan pertengkaran karena
menurut keterangan dari tengga- tetangga lain Termohon sering
dibonceng laki-laki pada malam hari;
- Bahwa antara Pemohon dengan Termohon masih tinggal dalam
satu rumah namun mereka sudah tidak tidur dalam satu kamar lagi;
- Bahwa saksi sudah berusaha untuk menasehati akan tetapi tidak
berhasil
Saksi II, umur 54 tahun, agama Islam, Pekerjaan swasta, tempat
tinggal di Kota Batu, atas pernyataan ketua Majelis memberi
keterangan sebagai berikut:
- Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon karena saksi
adalah tetangga Pemohon;
- Bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami istri yang sah, dan
sudah dikaruniai dua orang anak;
- Bahwa setelah menikah Pemohon dan Termohon tinggal
dirumah orang tua Pemohon;
- Bahwa semual rumah tangga Pemohon dengan Termohon
berjalan dengan baik, rukun dan harmonis. Kemudian antara
Pemohon dan Termohon sering terjadi perselisihan dan
53
pertengkaran, setahu saksi, Pemohon berangkat bekerja, maka
Termohon juga ikut keluar tanpa pamit dan pulangnya selalu
malam kira-kira jam 1 malam dan itu dilakukan hamper setiap
hari, selain itu Termohon juga selingkuh dengan lelaki lain;
- Bahwa saksi pernah menginap dirumah Pemohon dan Termohon
dan saksi melihat Pemohon dan Termohon tidak tidur dalam satu
kamar;
- Bahwa saksi sudah berusaha untuk menasehati akan
permasalahan yang terjadi antara Pemohon dan Termohon akan
tetapi tidak berhasil;
Atas berdasarkan keterangan saksi-saksi tersebut, Pemohon
menyatakan tidak keberatan dan menerimanya dan pada akhirnya
Pemohon menyatakan sudah tidak mengajukan sesuatu apapun dan
mohon putusan. Untuk mempersingkat segala hal ihwal selama
persidangan, maka ditunjuk berita acara tersebut sebagai bagian yang
tidak terpisah dari putusan ini;11
11 Ibid. h..4
54
2. Tentang Pertimbangan Hakim
Pemohon telah mengajukan Permohonannya tertanggal 17
Desember 2013 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Malang
dengan Nomor 2304/Pdt.G/2013/PA.Mlg, yang mengemukakan hal-hal
sebagai berikut:
Dalam perkara ini maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah
sebagaimana tersebut diatas dan bahwa perkara ini adalah termasuk
kewenagan Pengadilan Agama Malang yang telah diajukan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, maka secara formil dapat
diterima
Berdasarkan bukti Foto Copy Kutipan Akta nikah Nomor:
316/30/IX/2000 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan
Batu Kabupaten Malang tanggal 10 september 2000, bermaterai cukup,
dan foto copy tersebut telah dicocokan telah sesuai dengan aslinya (P.1)
dapat dikatakan terbukti bahwa antara Pemohon dan Termohon masih
terikat dalam ikatan perkawinan yang sah dan dikaruniai 2 orang anak.
Kemudian Majelis Hakim telah berusaha dan mengupayakan untuk
mendamaikan dengan cara menasehati Pemohon agar rukun kembali
dengan Termohon, akan tetapi tidak berhasil. Selain itu Termohon tidak
hadir manghadap dipersidangan dan tidak pula menyuruh orang lain untuk
hadir sebagai wakil/kuasanya meskipun telah dipanggil secara patut dan
resmi maka Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Termohon telah
55
mengakui sepenuhnya secara murni dan benarnya akan dalil-dalil yang
diajukan oleh Pemohon;
Dalam persidangan Pemohon telah memberikan keterangan dan
telah pula meneguhkan dalil-dalil dengan permohonannya dengan
mengajukan bukti-bukti berupa surat dan menghadirkan dua orang saksi
masing-masing SAKSI I dan SAKSI II, keduanya telah memberikan
keterangan dibawah sumpahnya yang ada pada pokoknya keduanya
mengetahui bahwa antara Pemohon dengan Termohon sering bertengkar
yang disebabkan karena Termohon sering keluar tanpa pamit dan pulang
selalu malam kira-kira jam 1 malam dan itu dilakukan hamper setiap hari,
selain itu Termohon juga selingkuh dengan lelaki lain;
Setelah Majelis mendengarkan keterangan Pemohon yang
dihubungkan dengan keterangan saki-saksi sebagaimana terurai diatas,
Majelis telah menemukan fakta bahwa Pemohon dan Termohon sebagai
suami istri sudah tidak lagi memiliki ikatan bathin yang kokoh, bahkan
salah satu saksi pernah menginap dirumah Pemohon dan Termohon dan
melihat Pemohon dan Termohon tidak tidur dalam satu kamar, sedangkan
ikatan bathin dalam suatu perkawinan merupakan unsur yang penting
untuk mengikat keharmonisan dan kerukunan agar kekalnya suatu
kehidupan rumah tangga;
56
Meskipun demikian, perpecahan rumah tangga Pemohon dengan
Termohon masih ada peluang untuk rujuk lagi sebagaimana Firman Allah
S.W.T dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat 229 yang berbunyi:
عْرُوفٍ أاوْ تاسْرِيحٌ بِإحِْساانٍ ۗ تاانِ ۖ فاإمِْسااكٌ بمِا رَّ قُ ما الطَّلَا
Artinya: “Talak (yang dapat dirujuk) dua kali, setelah itu boleh
dirujuk lagi dengan cara yang makruf atau menceraikan dengan cara
yang baik” (Q.S Al-Baqoroh ayat 229)12
Dengan telah terbuktinya dalil permohonan Pemohon, maka
tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 Undang-undang
Nomor 1 tahun 1974 dan Pasal 3 kompilasi Hukum Islam ikatan
perkawinan antara Pemohon dan Termohon sulit dapat diwujudkan.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka
permohonan Pemohon telah memenuhi urusan pasal 70 Undang-undang
Nomor 7 tahun 1989 Jo. Pasal 19 (f) dan pasal 22 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 serta pasal 116 (f) kompilasi Hukum
Islam, permohonan Pemohon telah cukup alasan untuk bercerai karena
tidak bertentangan dengan hukum, maka permohonan Pemohon harus
dikabulkan dengan Putusan Verstek.
12 Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, Diterjemahkan Depertemen Agama RI, P.T Karya
Toha Putra, Semarang 2002, Q.S Al- Baqaroh:229.
57
Kemudian berdasarkan pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7
tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 selanjutnya Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang
Peradilan Agama, biaya perkara harus dibebankan kepada Pemohon dan
memperhatikan pasal 125 HIR serta pasal-pasal dari Undang-undang dan
hukum syara yang berkaitan dengan perkara ini13
Dalam mengadili perkara ini Hakim menyatakan bahwa Termohon
yang telah dipanggil secara patut untuk menghadap di persidangan, tidak
hadir. Oleh karna itu Hakim mengabulkan permohonan Pemohon dengan
verstek kemudian memberi ijin kepada Pemohon (PEMOHON) untuk
menjatuhkan talak satu raj’I terhadap Termohon (TERMOHON) di depan
sidang Pengadilan Agama Malang dan membebankan Pemohon untuk
membayar biaya perkara sebesar Rp. 316.000- (tiga ratus enam belas ribu
rupiah);14
C. Landasan Hakim dalam Memutus Putusan Perkara Nomor 2304/Pdt.
G/2013/ PA. Mlg Perceraian dengan alasan Perselisihan
1. Pendapat Hakim tentang Perselisihan Sebagai Alasan Perceraian
Perselisihan dalam rumah tangga sebagai salah satu alasan yang
cukup bagi seorang suami maupun istri untuk mengajukan perceraian,
13 Ibid, h.7-8.
14 Ibid, h.9.
58
sebagaimana dicakup dalam pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun
1975, merupakan fenomena yang banyak terjadi di Indonesia. Perselisihan
merupakan salah satu pemicu perceraian terbesar yang terjadi di
Indonesia dari tahun ke tahun. Perselisihan yang menyebabkan
terjadinya perceraian menunjukan adanya disorientasi tujuan suami istri
dalam membangun rumah tangga mereka, selain dari pada itu perselisihan
yang terjadi disebabkan oleh kurangnya kedewasaan yang mencakup
intelektualitas, emosionalitas, dan kemampuan suami istri dalam mengelola
dan mengatasi berbagai masalah yang terjadi dalam rumah tangga sehingga
rumah tangga hidup dalam kegelisahan yang berkepanjangan yang pada
akhirnya mengancam kehidupan sehari anak-anak generasi mendatang.15
Sedangkan menurut pakar- pakar hukum perkawinan, pada
umumnya terdapat beberapa hal yang memicu perselisihan dalam rumah
tangga yang dapat berujung pada perceraian, antara lain:16
a. Tidak memahami tujuan pembentukan dasar keluarga. Dalam ajaran
setiap agama, perkawinan memiliki sejumlah tujuan yang sangat
mulia. Memahami tujuan itu sangatlah penting untuk menghindarkan
pernikahan bergerak tidak tentu arah dan hanya mengakibatkan
terjadinya pernikahan yang sia-sia tidak bermakna.
15 Muhammad Syaifudin, Sri Turatmiyah, Analisa Yahannan, Hukum Perceraian, Sinar
Grafika, hlm 208 16 Fathul Jannah, Kekerasan Terhadap Istri, ( Yogyakarta : LKis Yogyakarta, 2002 ), hal.
15.
59
Tujuan-tujuan itu adalah suatu upaya untuk mewujudkan
keluarga yang bahagia (sakinah), menjalin cinta-kasih dan
tergapainya ketenteraman hati, keharmonisan keluarga, melanjutkan
keturunan, dan mempererat tali silaturahmi. Jika tujuan pernikahan
yang sebenarnya dipahami dengan benar, akan lebih mudah meraih
keluarga bahagia yang terhindar dari konflik-konflik yang
berkepanjangan. Kesepahaman tentang tujuan pernikahan
sesungguhnya akan menjadi perekat kokoh sebuah pernikahan.
b. Ketimpangan dalam persoalan hak dan kewajiban antara suami istri.
Baik yang terdapat menurut ajaran agama maupun yang terdapat dalam
ketentuan hukum, perkawinan menuntut setiap orang yang terikat di
dalamnya untuk memenuhi hak dan kewajiban dari setiap pihak yang
diatur dengan jelas baik dalam Undang–undang maupun ketentuan
agama.
Semua ketentuan atas hak dan kewajiban suami-istri, orangtua
dan anak-anak, serta hubungan dengan keluarga yang lain telah diatur
secara jelas. Terabaikannya hak dan kewajiban, misalnya soal nafkah,
pendidikan atau perlindungan, tentu akan dengan sangat mudah
menyulut perselisihan dalam keluarga yang bisa berujung pada
perceraian.
c. Kebahagiaan yang tidak dirasakan. Kebahagiaan merupakan hal yang
sangat penting bagi sepasang suami istri untuk membangun rumah tangga
60
agar tercapainya rasa, kebahagiaan yang lahir dari upaya keras yang
dilakukan pasangan suami-istri dengan cara memenuhi semua hak dan
kewajiban, baik kewajiban perorangan maupun kewajiban bersama.
Kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan yang terdiri dari
intelektual, spiritual, finansial, moral, idiologis, dan seksual.
Kebahagiaan yang utama dari beberapa kebahagian yang telah
dikemukakan bergantung kepada persepsi atau kerangka pandang
dan pemahaman dari setiap pasangan suami-istri untuk mengambil sikap
dalam membangun rumah tangga. Ketika kebahagiaan ini tidak
dirasakan akibat fungsi keluarga tidak berjalan utuh dengan baik
yang dipicu oleh ketimpangan dalam pemenuhan hak dan
kewajiban yang mengakibatkan perselisihan dalam rumah tangga,
perceraian hanya menunggu waktu.
Jika perselisihan rumah tangga diajukan sebagai alasan untuk
mengajukan perceraian, maka PP Nomor 9 Tahun 1975 menentukan
dalam Pasal 21 bahwa perselisihan antara suami-istri tersebut haruslah
perselisihan dan pertengkaran yang bersifat terus menerus. Sehingga dapat
dikatakan tidak akan dapat lagi antara suami istri tersebut untuk hidup
rukun dalam kehidupan rumah tangga dan bila perkawinan itu diteruskan
hanya akan menambah kemudharatan/hal-hal yang tidak baik yang
memutuskan apakah suami istri tersebut tidak dapat lagi hidup rukun
61
dalam kehidupan rumah tangga adalah hakim, setelah gugatan diajukan ke
pengadilan tingkat pertama di daerah tempat kediaman tergugat.
Dalam hal ini hakim Pengadilan Agama harus mendapat
kejelasan tentang sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran yang terjadi,
setelah mendengarkan dari pihak keluarga serta orang-orang yang terdekat
dengan pihak suami atau pihak istri. Keadaan-keadaan yang menimbulkan
perselisihan rumah tangga biasanya dapat berupa berbagai hal. Misalnya
permasalahan ekonomi, dimana salah satu pihak mempunyai penghasilan
yang lebih tinggi sehingga pihak satunya merasa tersaingi dan masalah-
masalah keuangan dalam rumah tangga dapat memicu pertengkaran
diantara mereka. Atau bisa juga karena istri merasa suami selama ini tidak
cukup dalam memberikan nafkah / uang belanja sehingga duami dikatakan
kurang memiliki tanggung jawab. Keadaan-keadaan lainnya yang cukup
sering diajukan dalam gugatan perceraian atas dasar perselisihan rumah
tangga antara lain :
a. Adanya gangguan orang ketiga. Faktor ini merupakan faktor sering
kali terjadi dalam kehidupan masyarakat masa kini. Dimana kasus
perselingkuhan nampaknya makin sering terjadi dalam perkawinan.
b. Adanya ikut campur berlebihan dari pihak keluarga. Permasalahan ini
biasanya terjadi apabila orang tua dari salah satu pihak sering
mencampuri dan mengatur urusan rumah tangga, hal ini akan sangat
62
berpotensi menimbulkan terjadinya pertengkaran dalam kehidupan
rumah tangga tersebut.
c. Adanya ketidak harmonisan dan ketidak bahagiaan rumah tangga
secara umumnya. Dalam permsalahan ini sering kali terjadi didalam
rumah tangga misalnya karena sifat salah satu pihak yang tidak bisa
ditolerir pihak lain. Bentuknya bermacam–macam. Contohnya pihak
istri menganggap suami terlalu otoriter, atau pihak suami menganggap
istrinya terlalu cemburu dan mengatur. Dalam hal ini termasuk juga bila
suami ingin melakukan poligami dan istri tidak setuju sehinggahal ini
menyebabkan ketidak harmonisan antara suami dan istri kemudian
timbul percekcokan terus menerus, dan lain sebagainya.
Dalam suatu rumah tangga apabila terjadi permasalahan,
terkadang dapat diatasi sehingga kedua belah pihak dapat rukun dan
harmonis kembali, tetapi adakalanya kesalah pahaman dan perbedaan
pendapat antara suami dan istri ini menjadi pertengkaran yang semakin
larut, tidak dapat didamaikan dan menyebabkan terjadinya pertengkaran
antara suami istri secara terus menerus.
Apabila suatu perkawinan itu dilanjutkan maka pembentukan
rumah tangga yang damai, bahagia dan tentram yang seperti di
isyariatkan oleh agama tidak akan tercapai dan ditakutkan akan terjadi pula
perpecahan dalam suatu keluarga yang semakin meluas.
63
Agama Islam meperbolehkan dilakukannya perceraian itu merupakan
alternatif jalan keluar yang terakhir bagi suami istri yang benar-benar merasa
gagal dalam membina dan membangun keluarga atau rumah tangganya.17
Berdasarkan alasan-alasan perceraian yang telah ditetapkan, ada
beberapa hal yang ingin penulis kemukakan mengenai salah satu syarat
perceraian yaitu poin (f) “Antara suami dan isteri terus menerus terjadi
perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi
dalam rumah tangga”. Yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 9
Tahun 1975 pasal 19 yang diterapkan untuk memutus Putusan Perkara No.
2304/Pdt. G/2013/Pa. Mlg.18
Perselisihan dan pertengkaran terus-menerus, menurut penulis
suami- istri tidak akan pernah merasakan kebahagiaan dan
kesejahteraan suatu perkawinan apabila diantara mereka terus-menerus
bertengkar dan berselisih paham. Apapun yang menjadi alasannya
keadaan tersebut sangat tidak menguntungkan bagi kedua belah pihak
beserta anak-anaknya.
Alasan perceraian yang terdapat dalam pasal 19 huruf ( f
) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 karena tidak ada peraturan
perundangan yang mengatur secara jelas mengenai kriteria perselisihan
17 Satria Efendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer Analisis Yurisprudensi
dengan Pendekatan Ushuliyah, (Jakarta: Prenada Media, Cet. I, 2004), hlm. 107. 18 Peraturan Pemerintah (PP) No. 1 Tahun 1975
64
dan pertengkaran terus- menerus maka dipertegas lagi dalam Yurisprudensi
Mahkamah Agung.
Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 15 K.AG/1980 tanggal
2 Desember 1981, sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran
yang terus menerus antara suami istri antara lain:
a. Suami tidak memberi nafkah kepada istri
b. Suami telah menikah lagi dengan wanita lain
c. Memaki-maki di depan umum
d. Sering tidak pulang kerumah
e. Terjadi kekerasan dalam rumah tangga (penganiayaaan)
f. Terjadi keributan atau pertangkaran yang terus menerus antara suami
istri.19
Pada kriteria yang keenam menyebutkan bahwa terjadi keributan
antar suami-istri. Pada kriteria tersebut, penulis merasa masih kurang jelas
apa yang menjadi sebab-sebab dari keributan tersebut. mengenai penyebab
keributan antara suami-istri penulis berpendapat bahwa terjadinya keributan
terdapat beberapa sumber, antara lain:20
i. Masalah penghasilan atau ekonomi
ii. Keturunan
iii. Keyakinan
iv. Kehadiran pihak lain
19 Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 15 K.AG/1980 tanggal 2 Desember 1981 20 Agung Candra Setiawan, Konflik dalam kelurga Penyebab dan cara Menyelesaikannya,
Tanggal 16 July 2017, dari: https://keluarga.com/1146/konflik-dalam-keluarga-penyebab-dan-cara-
menyelesaikannya
65
v. Mertua
vi. Ragam perbedaan
vii. Komunikasi terbatas
viii. Seks
2. Analisis Putusan Pekaran Nomor 2304/Pdt. G/2013/ PA. Mlg Perceraian
dengan alasan Perselisihan
Dalam menetapkan Perkara, pasal 19 poin (f) sering dijadikan
alternatif jika alasan-alasan perceraian lainnya tidak dapat dibuktikan
oleh kedua belah pihak. Menurut Sukarno Aburaera pasal 19 poin (f)
merupakan “keranjang sampah” yang selalu digunakan dalam praktik.21 Oleh
karena itu perlu dilakukannya sebuah analisa agar tidak terjadi penyalah
gunaan dasar perceraian untuk memutus suatu perkara dan untuk mengetahui
lebih jelas apakah pertimbangan hakim dalam memutus perkara perceraian
telah sesui dengan dasar hukum yang ada.
Dari kasus posisi diatas penyebab Pemohon mengajukan permohonan
perceraian karena Termohon pergi meninggalkan rumah tanpa izin Pemohon.
Penyebab Termohon pergi meninggalkan rumah karena sering terjadi
pertengkaran atau perselisihan diantara keduanya yang disebabkan oleh
permasalhan ekonomi. Termohon merasa kurang dengan nafkah yang
diberikan oleh Pemohon meskipun Pemohon telah memberikan semua
21 Sukarno Abureara, Filsafat Hukum Teori dan Praktek, (Jakarta, kencana, 2014), h.75.
66
penghasilannya, sehingga Termohon pergi meninggalkan rumah kediaman
bersama dan tidak kembali lagi.
Dalam hal ini Termohon telah melakukan nusyuz, karena Termohon
sudah tidak menjalankan kewajibannya sebagai istri dan tidak ta’at kepada
Pemohon sebagai suaminya. 22Kepergian Termohon tersebut disebabkan
karena memang Termohon tidak ingin lagi hidup bersama Pemohon sebagai
suaminya, Termohonn tidak ingi berdamai dan menyelesaikan masalah rumah
tangganya, dan Pemohon juga tidak pergi mencari istrinya. Hal ini dibuktikan
karena setelah kepergiannya Termohon tidak pernah kembali lagi ketempat
kediaman mereka.
Salah satu sebab perselisihan dan pertengkaran antara Pemohon dan
Termohon sesuai dengan yang tertulis dalam jawaban Termohon adalah
karena masalah keuangan, dimana Termohon merasa kurang cukup dengan
nafkah yang diberikan oleh Pemohon meskipun Pemohon telah memberikan
semua hasil penghasilannya.
Dalam mengadili suatu perkara perceraian, Hakim harus mengetahui
dengan jelas tentang fakta dan peristiwa yang menjadi persilisihan dan
pertengkaran terus menerus dalam rumah tangga tersebut untuk selanjutnya
dibuktikan dengan saksi-saksi dan alat bukti yang diajukan para pihak.23
22 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2009),
hlm.227. 23 Direktorat jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Op.Cit. Hal. 25
67
Selnjutnya untuk menilai ada atau tidaknya suatu kerekatan dalam
perkawinan, harus dapat dibuktikan bahwa alasan perceraian yang diajukan ke
pengadilan merupakan peristiwa yang menggangu keharmonisan rumah
tangga sehingga menyebabkan keretakan dan keadaan tersebut tidak dapat
dipulihkan kembali. Hal tersebut dapat dilihat dari pembuktian dipersidangan
melalui saksi-saksi dari pihak keluarga atau orang-orang yang terdekat dengan
Pemohon dan termohon.
Dari pemeriksaan saksi-saksi tersebut akan diketahui apakah
perselisihan terus menerus dalam rumah tangga tersebut terbukti atau tidak
yang selanjutnya akan dituangkan dalam pertimbangan putusan.
Berdasarkan asas hukum acara perdata Hakim harus
mendengarkan keterangan dan penjelasan dari kedua pihak. Namun,
dalam kasus ini Termohon tidak mengajukan saksi-saksi, sehingga hakim
hanya mendengar keterangan saksi-saksi dari pihak Pemohon. Penyebab
perselisihan antara Pemohon dan Termohon tidak diketahui oleh kedua
saksi tersebut. Akan tetapi, sebagai orang-orang terdekat Pemohon dan
Termohon, saksi- saksi telah berusaha menasihati dan mendamaikan
keduanya tetapi tidak berhasil. Pemohon dan Termohon tetap ingin bercerai.
Berdasarkan macam-macam alat bukti yang telah disampaikan, penulis
dapat menyimpulkan bahwa perselisihan dan pertengkaran secara terus
menerus antara suami-istri merupakan alasan yang utama atau alasan yang
mendasar bagi pihak suami dalam mengajukan permohonan perceraian.
68
Sebagaimana terdapat beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya
perselisihan antara suami dan istri diantaranya:
a. Termohon tidak terima terhadap nafkah wajib yang diberikan Pemohon
walaupun Pemohon telah memberikan seluruh penghasilan Pemohon.
b. Termohon sering meninggalkan rumah kediaman bersama tanpa tujuan
dan alasan yang sah.24
Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa dasar dan pertimbangan
Hakim yang digunakan dalam memutus Pekaran Nomor 2304/Pdt. G/2013/
PA. Mlg adalah Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 poin (f) atau
pasal 116 point (f) kompilasi Hukum Islam “Antara suami dan isteri terus
menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan
hidup rukun lagi dalam rumah tangga”.25
Kemudian dasar dan pertimbangan hakim ini diperkuat dengan
Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 15 K.AG/1980 tanggal 2
Desember 1981, sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran
terus menerus yang terdapat pada poin (d) “Salah satu pihak sering tidak
pulang kerumah” dan poin (f) ”Terjadi keributan atau pertengkaran yang
terus menerus antara suami istri.26
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka permohonan
Pemohon telah memenuhi urusan pasal 70 Undang-undang Nomor 7 tahun
24 Ibid. h..2 25 Lihat Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 26 Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 15 K.AG/1980 tanggal 2 Desember 1981
69
1989 “Pengadilan telah berkesimpulan bahwa kedua belah pihak tidak
mungkin lagi didamaikan dan telah cukup alasan perceraian. maka
Pengadilan menetapkan permohonan tersebut dikabulkan”.27 permohonan
Pemohon telah cukup alasan untuk bercerai karena tidak bertentangan dengan
hukum, maka permohonan Pemohon harus dikabulkan dengan Putusan
Verstek.
Dari pertimbangan hukum yang ada hakim telah menarik kesimpulan
terbukti atau tidaknya gugatan itu. Selain itu juga berdasarkan
keyakinan dan pengetahuannya yaitu keyakinan terhadap kondisi rumah
tangga pasangan suami istri tidak mungkin hidup rukun lagi sehingga rumah
tangga tidak mungkin diselamatkan. Penilaian Hakim berdasarkan pada
kenyataan dalam rumah tangga bahwa perselisihan itu sudah sangat lama
dan parah sehingga perkawinan itu tidak mungkin dipertahankan lagi.
Berdasarkan pertimbangan hukum diatas, diketahui hakim berpendapat
bahwa dalam rumah tangga Pemohon dan Termohon sudah terjadi konflik,
tidak harmonis dan benar-benar sudah pecah berantakan. Kondisi tersebut
menunjukan bahwa diantara Pemohon dan Termohon tidak lagi ada rasa cinta
dan kasih saying dan saling membutuhkan. Sehingga tujuan perkawinan untuk
membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah tidak tercapai.
Menurut penulis pertimbangan hakim sehingga mengabulkan
permohonan Pemohon sudah tepat, karena hakim sudah memiliki cukup
27 Lihat pasal 70 Undang-undang Nomor 7 tahun 1989
70
alasan. Selain dari pada itu hakim berkeyakinan dengan keadaan seperti itu
perceraian lebih baik dikabulkan dari pada perkawinan tetap dipertahankan.
Dalam Islam perkawinan tidak diikat dalam ikatan mati dan tidak pula
mempermudah terjadinya perceraian. Perceraian boleh dilakukan jika benar-
benar dalam keadaan darurat dan terpaksa. Perceraian dibenarkan dan
dibolehkan apabila hal tersebut lebih baik dari pada tetap dalam ikatan
perkawinan tetapi tidak tercapai kebahagiaan dan selalu dala penderitaan.
Agama Islam membolehkan perceraian dengan alasan-alasan tertentu, kendati
perceraian itu sangat dibenci oleh Allah S.W.T.28
28 Ahmad Shiddiq, Hukum Talak dala ajaran Islam, (Surabaya Pustaka Pelajar 2001), cet,
Ke-1, h.54-55