BAB III PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Peraturan …repository.unika.ac.id/15741/4/13.20.0057 Maria...
Transcript of BAB III PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Peraturan …repository.unika.ac.id/15741/4/13.20.0057 Maria...
45
BAB III
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2017 tentang
Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas Negeri di
Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2017 merupakan tahun pertama bagi sekolah menengah atas
menyelenggarakan penerimaan peserta didik baru menggunakan pedoman
dengan Peraturan Gubernur, karena sebelumnya menggunakan pedoman
Peraturan Walikota. Hal ini terjadi dikarenakan adanya perpindahan
wewenang dari Pemerintah Kota Semarang ke Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah.37
Pada tahun ini Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2017
tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas Negeri
di Provinsi Jawa Tengah menjadi pedoman pelaksanaan penerimaan peserta
didik baru tingkat SMA, proses seleksi yang dilakukan juga tidak jauh
berbeda dengan tahun sebelumnya yang menggunakan Peraturan Walikota,
yaitu masih menggunakan sistem rayonisasi.38
Peraturan Gubernur Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Penerimaan Peserta
Didik Baru Pada Sekolah Menengah Atas Di Provinsi Jawa Tengah yang
37
Hasil wawancara dengan Gatot Bambang Hastowo selaku Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, pada tanggal 9 Juni 2017. 38
Ibid.
46
selanjutnya akan disebut Peraturan Gubernur, menegaskan bahwa pada Pasal
3 huruf a menyatakan bahwa “Tujuan diterapkannya tata kelola
penyelenggaraan Penerimaan Peserta Didik Baru Jenjang SMA Negeri dan
SMK Negeri yang transparan, akuntabel, dan jauh dari praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme”. Pasal 3 huruf c juga menyatakan bahwa “mewujudkan rasa
keadilan bagi para peserta Penerimaan Peserta Didik Baru Jenjang SMA
Negeri dan SMK Negeri”. Kedua pasal tersebut dapat diketahui bahwa
kebijakan dari gubernur tersebut telah dibuat dengan baik dan sangat
transparan sehingga tidak ada kecurangan apapun sehingga terwujud rasa
keadilan39
seperti yang dinyatakan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Tengah Gatot Bambang Hastowo yang menyakatakan bahwa
pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun 2017 ini bersifat
obyektivitas, akuntabilitas, transparantif dan tidak diskriminasi, sehingga
setiap masyarakat dapat mengaksesnya.40
Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru tahun 2017 menggunakan
sistem online. Pendaftaran yang dilakukan secara online menurut Kepala
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, merupakan hal yang baik dan selaras
dengan tagline Gubernur Jawa Tengah yaitu “Mboten Ngapusi, Mboten
Korupsi” yang artinya dalam pelaksanaan ini terdapat obyektivitas,
akuntabilitas, transparansi dan tidak diskriminasi. Hal tersebut dikarenakan
39
Ibid. 40
Ibid.
47
dengan sistem online semua orang dapat mengakses dan mendaftar, sehingga
masyarakat dapat terlayani dengan baik dan keterbukaan yang jelas, bahkan
masyarakat pun dapat memonitori pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik
Baru setiap hari.41
B. Profil SMA Negeri 1 Semarang
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 merupakan salah satu
sekolah menengah atas yang ada di Kota Semarang. SMA Negeri 1 terletak di
pusat pemerintahan Kota Semarang yaitu di Jalan Taman Menteri Supeno
Nomor 1, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota
Semarang. Lokasi SMA Negeri 1 juga tidak jauh dari icon Kota Semarang
adalah Lapangan Pancasila atau lebih dikenal oleh masyarakat Kota Semarang
dengan Kawasan Simpang Lima. Sebelumnya SMA Negeri 1 merupakan
bangunan kuno di Kota Semarang yang pada tahun 1945 digunakan menjadi
rumah sakit tentara Belanda, namun seiring berjalannya waktu pada tahun
1960 beralih fungsi menjadi SMA Negeri 1 Semarang.42
41
Ibid. 42
Internet, 2017, http://sman1-smg.sch.id, diakses pada tanggal 4 Juli 2017 Pukul 16.00
48
Gambar 1
SMA Negeri 1 Semarang
Sumber Data : Studi Lapangan di SMA Negeri 1 Semarang, 2017
SMA Negeri 1 memiliki Moto yang sejak awal dibentuknya SMA
Negeri 1 Semarang hingga sekarang selalu diterapkan dan menjadi pedoman
bagi para siswa-siswi yaitu Prima Dalam Prestasi, Santun Dalam Perilaku
(Excellent In Achievement And Polite In Behavior).43
Dengan moto tersebut
diharapkan seluruh siswa dan siswi SMA Negeri 1 Semarang harus selalu
43
Ibid.
49
mengutamakan dan mengedepankan prestasi namun juga tidak melupakan
sopan dan santun dalam berperilaku sehari-hari di masyarakat44
.
Gambar 2
Motto SMA Negeri 1 Semarang
Sumber Data : Studi Lapangan di SMA Negeri 1 Semarang, 2017
Selain Moto yang selalu diterapkan pada siswa dan siswi, SMA Negeri
1 Semarang juga memiliki visi dan misi. Adapun visi dari SMA Negeri 1
Semarang yaitu “Sekolah Sebagai Pusat Keunggulan IMTAQ dan IPTEK
Berwawasan Lingkungan Serta Mampu Bersaing Di Era Global Selaras
44
Hasil Wawancara dengan Agustin Yuanis selaku Waka Kurikulum SMA Negeri 1 Semarang, pada
tanggal 13 Juni 2017.
50
Dengan Kepribadian Nasional.” Sedangkan misi dari SMA Negeri 1
Semarang adalah :45
1. Melaksanakan kegiatan untuk meningkatkan akhlak mulia yang
berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa
2. Melaksanakan pembelajaran, pelatihan, dan bimbingan secara
efektif untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berwawasan lingkungan sehingga mampu bersaing di era global
3. Melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan kepribadian bangsa
dan menanamkan semangat kebangsaan
4. Mengupayakan pelestarian fungsi lingkungan dan mencegah
pencemaran yang merusak lingkungan hidup
5. Meningkatkan kualitas sumber daya lingkungan dan mencegah
pencemaran yang merusak lingkungan hidup
6. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia menuju
profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan yang mampu
bersaing di era global
7. Menyelenggarakan sistem administrasi sekolah berbasis ICT dan
pelayanan prima
8. Menerapkan manajemen partisipatif yang berstandar internasional
dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan stakeholder sekolah.
Untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar, SMA Negeri 1
yang berdiri di atas lahan seluas 4,2 Ha telah dilengkapi berbagai fasilitas
diantaranya yaitu : ruang kelas, ruang guru, ruang tata usaha, ruang bimbingan
konseling, ruang sekretariat Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS),
laboratorium bahasa, laboratorium biologi, laboratorium fisika, laboratorium
kimia, laboratorium komputer, Lapangan Olahraga, Lapangan Upacara, Aula
Besar dan Kecil, TRCC-Video Conference, kelas seni rupa, seni musik, dan
seni tari.46
Selain dengan fasilitas yang dapat menunjang kegiatan siswa,
terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh seluruh siswa
45
Ibid. 46
Internet, 2017, http://sman1-smg.sch.id, diakses pada tanggal 4 Juli 2017 Pukul 16.00
51
sesuai dengan minat dan bakat masing-masing siswa, ekstrakurikuler yang
dapat diikuti yaitu : Pramuka, Paskibra, Palang Merah Remaja (PMR), Sipeas
(Pecinta Alam), voli, basket, kempo, bulu tangkis, futsal, perisai diri, Tae
Kwon Do, Kerohanian Islam/Kerohanian Katholik, Kerohanian Kristen,
Modern Dance, Ekspresi (Majalah SMA Negeri 1 Semarang), Band, Tari
Tradisional, Cheerleaders, Paduan Suara, Teater, Desain Grafis,
Sinematografi.47
Dalam menjalankan Moto, Visi dan Misi dari SMA Negeri 1
Semarang, Kepala Sekolah tidak bisa bekerja sendiri, melainkan harus ada
kerjasama yang baik sehingga tercipta proses kegiatan belajar mengajar yang
sesuai dengan Moto, Visi dan Misi SMA Negeri 1 Semarang. Adapun struktur
organisasi SMA Negeri 1 Semarang adalah sebagai berikut :
47
Hasil wawancara dengan Mustain selaku Waka Kesiswaan dan Agustin Yuanis selaku Waka
Kurikulum SMA Negeri 1 Semarang, pada tanggal 7 Juni 2017.
52
Gambar 3
Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Semarang
Sumber Data : Studi Lapangan di SMA Negeri 1 Semarang, 2017
Dari struktur organisasi tersebut, dapat diketahui tugas dari setiap bagian di
satuan pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Komite Sekolah, menurut Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa
tugas komite sekolah adalah sebagai berikut
komite sekolah merupakan lembaga mandiri yang dibentuk dan
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan
pertimbangan, arahan, dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta
pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan
2. Tugas Kepala Tata Usaha Sekolah adalah melaksanakan tugas
ketatausahaan sekolah, administrasi siswa, tenaga kependidikan serta
sarana dan prasarana sekolah.
Kepala
Sekolah
Waka Kurikulum
GURU
SISWA
Waka
Kesiswaan
Waka
Humas
Waka
Sarana Prasarana
Kepala
Tata Usaha
Komite
Sekolah
53
3. Tugas Kepala Sekolah adalah merumuskan, menetapkan, dan
mengembangkan visi, misi dan tujuan sekolah. Selain itu kepala
sekolah juga bertugas membuat rencana kerja dan rencana kegiatan
dan anggaran sekolah, serta bertugas mengawasi dan mengevaluasi
jalannya proses belajar mengajar di sekolah.48
4. Tugas Waka Kesiswaan adalah membantu kepala sekolah
merencanakan dan melaksanakan tugas yang berhubungan langsung
dengan penerimaan peserta didik baru, siswa, dan organisasi siswa
intra sekolah (OSIS)
5. Tugas Waka Kurikulum adalah membantu kepala sekolah dalam
merencanakan dan melaksanakan kurikulum pelajaran yang akan
diberikan kepada siswa dan ikut serta dalam pengembangan tenaga
kependidikan.
6. Tugas Waka Humas adalah membantu kepala sekolah untuk
berhubungan dengan masyarakat, sehingga apabila ada masyarakat
yang membutuhkan informasi apapun dari SMA Negeri 1 Semarang
maka akan dijelaskan oleh Waka Humas. Selain itu Waka Humas juga
membantu masyarakat untuk mengetahui informasi terbaru mengenai
SMA Negeri 1 Semarang.
48
Hasil studi lapangan di SMA Negeri 1 Semarang dan Wawancara dengan Endang Suyatmi. L selaku
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Semarang, pada tanggal 13 Juni 2017.
54
7. Waka Sarana dan Prasarana adalah membantu kepala sekolah dalam
menginventarisasi sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 1
Semarang, serta membantu kepala sekolah untuk mengevaluasi sarana
prasarana yang harus diganti atau diperbaiki.
8. Guru atau Tenaga Kependidikan, menjalankan tugas belajar mengajar
dengan baik dan kondusif sesuai dengan kode etik guru Indonesia.49
C. Profil SMA Negeri 9 Semarang
SMA Negeri 9 Semarang merupakan salah satu Sekolah Menengah
Atas yang berada di kawasan Semarang Atas yaitu di Kecamatan
Banyumanik. SMA Negeri 9 Semarang berada di Jalan Cemara Raya,
Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. SMA
Negeri 9 mulai didirikan pada tahun 1981 berdasarkan dengan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nomor
0291/O/1981 yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal Soetanto
Wirjoprasnoto tentang Pembukaan Sekolah Baru. Sampai sekarang
pembangunan sarana kegiatan belajar dan penambahan fasilitas guna
menunjang kegiatan siswa dan belajar mengajar masih terus bertambah.
Pembangunan yang masih berlangsung hingga sekarang ini bertujuan supaya
proses kegiatan belajar mengajar semakin nyaman dan siswa-siswi dapat
49
Hasil wawancara dengan Mustain selaku Waka Kesiswaan SMA Negeri 1 Semarang, pada tanggal
7 Juni 2017.
55
mengkuti perkembangan pendidikan yang semakin hari semakin maju
mengikuti perkembangan zaman.50
Gambar 4
SMA Negeri 9 Semarang
Sumber Data : Studi Lapangan di SMA Negeri 9 Semarang, 2017
Sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar,
SMA Negeri 9 memiliki visi dan misi. Adapun visi dari SMA Negeri 9
adalah : Unggul Dalam Prestasi, Berakhlak Mulia dan Berbudaya
Lingkungan. Sedangkan misi dari SMA Negeri 9 Semarang adalah sebagai
berikut :51
50
Hasil Wawancara dengan Rumisih selaku Waka Kesiswaan SMA Negeri 9 Semarang, pada tanggal
7 Juni 2017. 51
Ibid.
56
1. Melaksanakan pembelajaran, dan bimbingan secara efektif sehingga
setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai potensi yang
dimikiki
2. Mengembangkan potensi, bakat siswa melalui kegiatan ekstra
kurikuler
3. Melatih siswa untuk dapat berbahasa inggris secara aktif,
menggunakan teknologi informasi untuk pengembangan pembelajaran
dan menulis karya ilmiah
4. Mempersiapkan lingkungan sekolah yang bersih, indah, nyaman, dan
aman
5. Membudayakan pergaulan santun, agamis, dengan menatap wajah,
melempar senyum, mengulurkan tangan dan mengucapkan salam
6. Mendorong siswa mempelajari, memahami, dan mengamalkan agama
yang dianutnya.
Untuk menunjang kegiatan siswa dan proses belajar mengajar, SMA
Negeri 9 yang berdiri di atas lahan seluas 14.740 m2 telah dilengkapi dengan
fasilitas yang dapat menunjang aktivitas tersebut. Fasilitas dari SMA Negeri 9
yaitu : Ruang Kelas, Laboratorium Fisika, Laboratorium Kimia, Laboratorium
Biologi, Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, Ruang Multimedia,
Perpustakaan, Aula, Ruang UKS, Ruang Bimbingan Konseling, Ruang
Koperasi, Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru sekaligus Ruang Data
Kurikulum, Ruang Tata Usaha, Ruang Organisasi Siswa Intra Sekolah
57
(OSIS), Mushola, Kantin, Ruang Palang Merah Remaja (PMR), Lapangan
Upacara, Lapangan Basket sekaligus Lapangan Futsal, Lapangan Voli. SMA
Negeri 9 Semarang menampung bakat dan minat para siswa-siswi dengan
mengadakan ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh siswa-siswi. Dengan
adanya ekstrakrukuler para siswa diharapkan dapat menyalurkan bakat dan
minatnya dengan ekstrakruikuler tersebut. Ekstrakurikuler yang dapat diikuti
para siswa-siswi diantaranya : Futsal, Sepak Bola, Bogasana (Tata Boga),
Paduan Suara, Voli, Palang Merah Remaja (PMR), Pramuka, Bulu Tangkis,
Bismapala (Pecinta Alam), Basket, Bahasa Jepang, Fotografi, Karawitan,
Debat Bahasa Inggris, Karya Ilmiah Remaja (KIR).52
Dalam melaksanakan visi misi serta berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar, kepala sekolah tidak bekerja sendiri melainkan dengan beberapa
bagian yang memiliki tugas dan wewenangnya masing-masing, sehingga
terwujud sekolah yang berjalan sesuai dengan visi dan misi dari SMA Negeri
9 Semarang. Tidak berbeda dari SMA Negeri 1 Semarang, SMA Negeri 9
Semarang memiliki struktur organisasi sekolah yang sama. Struktur organisasi
tersebut adalah sebagai berikut :
52
Hasil wawancara dengan Rumisih selaku Waka Kesiswaan SMA Negeri 9 Semarang
58
Gambar 5
Struktur Organisasi SMA Negeri 9 Semarang
Sumber Data : Studi Lapangan di SMA Negeri 9 Semarang, 2017
Tentunya tugas dan wewenangnya juga tidak berbeda dari struktur
organisasi dari SMA Negeri 1 Semarang, karena pada dasarnya setiap sekolah
menengah atas selalu memiliki struktur organisasi yang sama serta tugas dan
wewenang yang sama.53
Tugas dan wewenang tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Komite Sekolah, menurut Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa
tugas komite sekolah adalah sebagai berikut
komite sekolah merupakan lembaga mandiri yang dibentuk dan
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan
53
Hasil studi lapangan di SMA Negeri 9 Semarang dan wawancara dengan Rumisih selaku Waka
Kesiswaan SMA Negeri 9 Semarang, pada tanggal 7 Juni 2017.
Kepala
Sekolah
Waka Kurikulum
GURU
SISWA
Waka
Kesiswaan
Waka
Humas
Waka
Sarana Prasarana
Kepala
Tata Usaha
Komite
Sekolah
59
pertimbangan, arahan, dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta
pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan
2. Tugas Kepala Tata Usaha Sekolah adalah melaksanakan tugas
ketatausahaan sekolah, administrasi siswa, tenaga kependidikan serta
sarana dan prasarana sekolah.
3. Tugas Kepala Sekolah adalah merumuskan, menetapkan, dan
mengembangkan visi, misi dan tujuan sekolah. Selain itu kepala
sekolah juga bertugas membuat rencana kerja dan rencana kegiatan
dan anggaran sekolah, serta bertugas mengawasi dan mengevaluasi
jalannya proses belajar mengajar di sekolah.
4. Tugas Waka Kesiswaan adalah membantu kepala sekolah
merencanakan dan melaksanakan tugas yang berhubungan langsung
dengan penerimaan peserta didik baru, siswa, dan organisasi siswa
intra sekolah (OSIS)
5. Tugas Waka Kurikulum adalah membantu kepala sekolah dalam
merencanakan dan melaksanakan kurikulum pelajaran yang akan
diberikan kepada siswa dan ikut serta dalam pengembangan tenaga
kependidikan.
6. Tugas Waka Humas adalah membantu kepala sekolah untuk
berhubungan dengan masyarakat, sehingga apabila ada masyarakat
yang membutuhkan informasi apapun dari SMA Negeri 1 Semarang
maka akan dijelaskan oleh Waka Humas. Selain itu Waka Humas juga
60
membantu masyarakat untuk mengetahui informasi terbaru mengenai
SMA Negeri 1 Semarang.
7. Waka Sarana dan Prasarana adalah membantu kepala sekolah dalam
menginventarisasi sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 1
Semarang, serta membantu kepala sekolah untuk mengevaluasi sarana
prasarana yang harus diganti atau diperbaiki.
8. Guru atau Tenaga Kependidikan, menjalankan tugas belajar mengajar
dengan baik dan kondusif berdasarkan dengan kode etik guru
Indonesia.
D. Implementasi Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun 2017 di
SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 9 Semarang
Penerimaan Peserta Didik Baru serentak dilaksanakan oleh seluruh
Sekolah Menengah Atas di Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 11-21 Juni
2017 yang dilakukan secara online dengan mengakses
http://ppdb.jatengprov.go.id atau bisa datang langsung ke sekolah terkait pada
jam kerja yang juga akan dilayani secara online dengan bantuan panitia
penyelenggara di sekolah masing-masing. Pendaftaran secara online menurut
Gatot Bambang Hastowo, merupakan hal yang baik dan selaras dengan
tagline Gubernur Jawa Tengah yaitu “Mboten Ngapusi, Mboten Korupsi”
yang artinya dalam pelaksanaan ini terdapat obyektivitas, akuntabilitas,
transparansi dan tidak diskriminasi. Hal tersebut dikarenakan dengan sistem
online semua orang dapat mengakses dan mendaftar, sehingga masyarakat
61
dapat terlayani dengan baik dan keterbukaan yang jelas, bahkan masyarakat
pun dapat memonitori pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru setiap
hari.54
Tahun 2017 ini yang menjadi wilayah rayonisasi SMA Negeri 1
Semarang adalah: Kecamatan Semarang Selatan, Kecamatan Gajahmungkur,
Kecamatan Semarang Timur, Kecamatan Tembalang, Kecamatan
Banyumanik, Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan Pedurungan.
Wilayah rayonisasi SMA Negeri 9 Semarang adalah: Kecamatan
Banyumanik, Kecamatan Gunungpati, Kecamatan Candisari, Kecamatan
Tembalang, Kecamatan Gajahmungkur, Kecamatan Semarang Selatan.55
Pada waktu pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru terdapat
beberapa orangtua calon peserta didik yang setuju dengan sistem online ini
namun masih belum memahami dengan pasti bagaimana mekanisme
pelaksanaannya, selain itu sistem online yang diakses serentak oleh calon
peserta didik membuat jaringan internet menjadi lambat sehingga banyak
berkas milik calon peserta yang tidak bisa di input secara online sehingga
harus menyerahkan kekurangan berkas dengan datang ke sekolah. hal ini
dinyatakan oleh orangtua calon siswa :
“menurut saya, penerimaan peserta didik pada tahun ini masih kurang
sosialisasi dari pihak sekolah dengan orangtua calon siswa, pendaftaran
online itu memang praktis namun setelah mendaftar kami sebagai
54
Hasil Wawancara dengan Gatot Bambang Hastowo selaku Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah 55
Hasil studi lapangan di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 9 Semarang.
62
orangtua bingung harus melakukan langkah apa lagi, karena tidak ada
sosialisasi, kami hanya diberi jadwal kegiatan saja”56
Selain itu orangtua juga mengeluhkan bahwa harus ke sekolah untuk
mendaftarkan anaknya secara manual, hal tersebut membuat orangtua merasa
sangat direpotkan dan tidak praktis lagi, seperti yang dinyatakan orangtua
calon peserta didik ini:
“walaupun pendaftaran dilakukan secara online namun dari pihak sekolah
sendiri tidak memberikan sosialisasi kepada orangtua calon siswa,
sehingga banyak orangtua yang tidak paham, mungkin kalau orangtua
nya seorang guru sedikit banyak pasti paham dengan sistem ini, tetapi
apabila orangtuanya awam seperti saya pasti tidak akan paham. Dengan
kurangnya sosialisasi ini membuat orangtua harus wira-wiri ke sekolah
Kalau seperti ini kan merepotkan calon siswa dan orangtua siswa,
jatuhnya tidak praktis lagi,”57
Hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pendaftaran sistem
online sudah baik, namun kurangnya sosialisasi baik dari Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah maupun dari pihak sekolah, sehingga
banyak orangtua yang tidak memahami apa langkah selanjutnya yang harus
ditempuh apabila sudah mendaftar, karena banyak orangtua yang bukan dari
tenaga kependidikan dan jaringan yang lemah juga membuat calon siswa sulit
untuk mengakses bahkan untuk memasukkan data dalam website tersebut,
sehingga calon siswa harus melakukannya secara manual datang ke sekolah.
56
Hasil wawancara dengan Bapak Nunung selaku orangtua calon siswa yang mengikuti Penerimaan
Peserta Didik Baru Tahun 2017 57
Hasil wawancara dengan Ibu Enny Ervan selaku orangtua dari calon siswa yang mengikuti
Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun 2017
63
Penerimaan Peserta Didik Baru Sekolah Menengah Atas Tahun 2017
ini menggunakan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2017
tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Sekolah Menengah Atas Negeri
Di Provinsi Jawa Tengah yang selanjutnya akan disebut Peraturan Gubernur
sebagai dasar dan pedoman pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru. Alur
Penerimaan Peserta Didik Baru di seluruh Sekolah Menengah Atas telah
disamakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah
sehingga SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 9 memiliki alur pendaftaran yang
sama pula, alur tersebut adalah sebagai berikut :58
Gambar 6
Alur Penerimaan Peserta Didik Baru 2017
58
Hasil Wawancara dengan Gatot Bambang Hastowo selaku Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah
64
Sumber Data : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah,
2017
Dalam pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru, Kepala Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah menyatakan dengan tegas bahwa :59
“Pergub ini bisa dikatakan memaksa karena harus dan wajib dilaksanakan
sesuai dengan apa yang tertulis di Pergub ini. Karena dengan Pergub ini
kami berharap bahwa Penerimaan Peserta Didik Baru tahun ini yang
merupakan Penerimaan Peserta Didik Baru pertama yang di handle oleh
pemerintah provinsi sehingga harapannya Penerimaan Peserta Didik Baru
2017 ini lebih bermutu, integritas meningkat dan seluruh calon siswa
beserta orangtua calon siswa dapat terlayani seluruhnya dengan baik.”
Selain itu pernyataan tersebut juga dilengkapi dengan pernyataan dari pihak
SMA Negeri 1 Semarang menyatakan bahwa :60
“Penerimaan Peserta Ddidik tahun ini kami merupakan tahun pertama
bergabung dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan berada di
bawah kebijakan Peraturan Gubernur, karena pada tahun sebelumnya
kami selalu bergabung dengan pemerintah kota dan berada di bawah
kebijakan Peraturan Walikota. Dan saya sangat optimis PPDB ini
berjalan dengan baik. Namun menurut saya, Peraturan Gubernur ini
sifatnya masih fleksibel mengikuti keadaan lingkungan sekolah”
pernyataan serupa juga diungkapkan oleh SMA Negeri 9 Semarang yang
menyatakan bahwa :61
“semua teknis pelaksanaan PPDB pada tahun ini berpacu pada Pergub
Jawa Tengah dan tidak boleh keluar dari aturan yang sudah ditetapkan
pemerintah. Selain itu kami juga telah melakukan pelatihan yang matang
dengan panitia, dan pastinya kami juga telah melakukan koordinasi
dengan kepala sekolah untuk membahas bagaimana teknis pelaksanaan
59
Ibid. 60
Hasil Wawancara dengan Suryonoto selaku Sekretaris Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun 2017
SMA Negeri 1 Semarang, pada tanggal 13 Juni 2017 61
Hasil Wawancara dengan Rumisih selaku Ketua Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun 2017
sekaligus Waka Kesiswaan SMA Negeri 9 Semarang, pada tanggal 7 Juni 2017
65
PPDB. Pergub ini juga tidak bisa dikatakan sepenuhnya merupakan
aturan yang sifatnya memaksa, kami pihak sekolah menentukan sendiri
lingkungan mana yang dapat masuk ke dalam lingkungan SMA Negeri 9
Semarang.”
Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa
sesungguhnya Peraturan Gubernur belum sepenuhnya dapat dikatakan
sebagai peraturan yang sifatnya memaksa seperti yang dinyatakan Kepala
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, karena masih ada beberapa
ketentuan yang pihak sekolah dapat menentukan sendiri. Hal ini membuat
pelaksanaan kebijakan tersebut menjadi tidak sama di setiap sekolah, karena
masih bisa fleksibel mengikuti keadaan lingkungan sekolah. Dengan sifat
yang fleksibel seperti itu malah membuat calon siswa tidak mendapat
perlakuan yang sama, seharusnya dengan adanya Peraturan Gubernur tersebut
pelaksanaan di tiap sekolah harus sesuai dan sama dengan sekolah lainnya,
sehingga setiap siswa yang mendaftar di seluruh Sekolah Menengah Atas di
Jawa Tengah mendapat perlakuan yang sama. Saat Penerimaan Peserta Didik
Baru berlangsung masih terdapat orangtua calon siswa yang menganggap
bahwa kebijakan ini kurang konsisten dan memberikan rasa adil bagi calon
siswanya. Hal ini dinyatakan bahwa, 62
“saya merasa bahwa kebijakan ini tidak berlaku sama di setiap
sekolahnya. Sebagai contoh pemberian nilai tambahan untuk suatu jenis
perlombaan yang sama, nilai yang diberikan tiap sekolah itu berbeda.
Saya berharap seharusnya pemerintah dapat bersikap tegas menyikapi hal
ini.”
62
Hasil wawancara dengan Ibu Enny Ervan selaku orangtua dari siswa yang mengikuti Penerimaan
Peserta Didik Baru Tahun 2017
66
Dalam Peraturan Gubernur tersebut juga tidak diatur ketentuan tentang berapa
jumlah nilai yang akan ditambahkan apabila memiliki prestasi, dalam
Peraturan Gubernur tersebut hanya diatur jenis prestasi apa saja yang masuk
ke dalam kriteria nilai prestasi, seperti yang dinyatakan di Pasal 11 ayat (1)
huruf c Peraturan Gubernur. Berikut ini merupakan tabel penambahan nilai
prestasi baik pada bidang akademik maupun non akademik (seni dan
olahraga) di SMA Negeri 9 Semarang :
Tabel 1
Nilai Prestasi Akademik SMA N 9 Semarang
G
a
m
b
a
r
G
Sumber Data : Studi Lapangan di SMA Negeri 9 Semarang, 2017
67
Tabel 2
Nilai Prestasi Non Akademik SMA N 9 Semarang
Sumber Data : Studi Lapangan di SMA Negeri 9 Semarang, 2017
SMA Negeri 1 memiliki acuan tambahan nilai yang berbeda dengan acuan
nilai yang digunakan oleh SMA Negeri 9. Acuan tambahan nilai tersebut
adalah sebagai berikut :
68
Tabel 3
Nilai Prestasi Akademik SMA Negeri 1 Semarang
Sumber Data : Studi Lapangan di SMA Negeri 1 Semarang, 2017
69
Tabel 4
Nilai Prestasi Non Akademik SMA Negeri 1 Semarang
Sumber Data : Studi Lapangan di SMA Negeri 1 Semarang, 2017
Dari kedua acuan tambahan nilai prestasi tambahan akademik dan non
akademik dari SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 9 Semarang, dapat diketahui
bahwa setiap sekolah menerapkan tambahan nilai yang berbeda. Perbedaan
pertambahan nilai tersebut menimbulkan kecemburuan pada masyarakat,
karena masyarakat menganggap bahwa pemerintah membuat kebijakan yang
70
tidak adil dengan memberikan standart tambahan nilai yang berbeda di setiap
sekolah, dan dengan perbedaan tersebut masyarakat juga merasa diperlakukan
secara diskriminatif karena dalam kejuaraan yang sama namun diberikan
tambahan nilai yang berbeda.63
Peran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah juga
dirasa kurang maksimal dalam pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru,
dampak ini sangat dirasakan oleh SMA Negeri 1 yang pemetaan rayonisasi
berubah dari tahun sebelumnya, dan perubahan tersebut tanpa ada
pertimbangan pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah
dengan pihak SMA Negeri 1 Semarang. SMA Negeri 1 hanya memiliki
kewenangan untuk menentukan wilayah lingkungan sekitar yang
mendapatkan nilai tambahan (nilai lingkungan), hal ini juga merupakan hasil
perundingan antara kelurahan dan pihak SMA Negeri 1 Semarang.64
Suryonoto selaku Sekretaris Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun 2017
SMA Negeri 1 Semarang menyatakan bahwa apabila dalam perubahan
pemetaan rayon ini tanpa adanya koordinasi dengan pihak sekolah.65
Dengan
pembagian pemetaan yang berubah tersebut SMA Negeri 1 merasa bahwa
pemerintah tidak adil karena wilayah yang dekat tidak diprioritaskan
melainkan wilayah yang jauh masuk dalam rayon dan menjadi prioritas.
63
Hasil wawancara dengan Ibu Enny Ervan selaku orang tua calon peserta didik di SMA Negeri 1
Semarang 64
Hasil wawancara dengan Suryonoto selaku Sekretaris Penerimaan Peserta Didik Baru 2017 SMA
Negeri 1 Semarang, pada tanggal 13 Juni 2017. 65
Ibid.
71
Perubahan tersebut juga dikhawatirkan dapat menimbulkan kecemburuan
pada masyarakat. Seharusnya dalam pengambilan kebijakan pemerintah harus
berdiskusi dan berkoordinasi dengan panitia langsung, karena pihak sekolah
merupakan pihak yang paling mengetahui bagaimana keadaan di lapangan
seperti apa, sehingga pada saat tiba waktunya pelaksanaan dapat sesuai dan
dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan keadaan sekolah.66
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah
menyatakan bahwa dalam kebijakan yang diberlakukan tersebut sudah tepat
dan baik dibandingan tahun sebelumnya, karena Peraturan Gubernur ini
dibuat sesuai dengan keadaan pada saat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
melakukan pengamatan di lapangan, namun apabila dalam pelaksanaannya
masih terdapat kekurangan maka kekurangan akan di evaluasi setelah
Penerimaan Peserta Didik Baru 2017 usai berlangsung. Kepala Dinas
menghimbau supaya satuan pendidikan melaksanakan proses penerimaan ini
sesuai dengan kebijakan yang berlaku, sehingga tidak ada kelemahan dan
kekurangan. 67
Namun saat mulai diberlakukan kebijakan tersebut, pihak sekolah
menemukan kelebihan dan kekurangan dari kebijakan tersebut, hal tersebut
dinyatakan oleh pihak SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 9 Semarang.
Suryonoto menyatakan bahwa dalam pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik
66
Ibid. 67
Hasil wawancara dengan Gatot Bambang Hastowo selaku Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, pada tanggal 9 Juni 2017.
72
Baru ini mempunyai kelebihan dan kelemahan yang berbeda di tiap
sekolahnya. Di SMA Negeri 1 Semarang merasa bahwa kebijakan yang
diterapkan pemerintah membuat siswa dan siswi yang berdomisili di wilayah
SMA Negeri 1 Semarang dapat terakomodir seluruhnya, dan dengan
kebijakan ini, SMA Negeri 1 ikut membantu pemerintah dalam mengurangi
kemacetan dan tentunya juga mengurangi jumlah siswa yang terlambat.
Namun dibalik kelebihan tersebut, tetap ada faktor yang menjadi kelemahan
yaitu pembagian rayonisasi yang kurang tepat sehingga dapat menimbulkan
kecemburuan di masyarakat.68
Dalam pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru SMA Negeri 9
juga menemukan kelebihan dan kelemahan dari diberlakukannya kebijakan
tersebut. Kelebihan yang dirasakan oleh SMA Negeri 9 sama dengan SMA
Negeri 1 Semarang, yaitu keterlambatan masuk sekolah dan kemacetan di
jalan raya dapat dikurangi, selain itu bisa mengakomodir siswa siswi yang
berada di wilayah SMA Negeri 9 Semarang. Selain kelebihan, kelemahan juga
dirasakan oleh SMA Negeri 9 yaitu dengan kebijakan yang diberlakukan
tersebut membuat SMA Negeri 9 tidak bisa mendapatkan siswa-siswi yang
berprestasi dari luar rayon, luar kota, dan luar provinsi karena minimnya kuota
yang ditentukan oleh pemerintah.69
68
Hasil wawancara dengan Suryonoto selaku Sekretaris Penerimaan Peserta Didik Baru 2017 SMA
Negeri 1 Semarang, pada tanggal 13 Juni 2017. 69
Hasil wawancara dengan Rumisih selaku Ketua Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru 2017
sekaligus Wakasek SMA Negeri 9 Semarang, pada tanggal 7 Juni 2017.
73
Dari kelemahan-kelemahan yang muncul di sekolah-sekolah tersebut,
seharusnya pemerintah memberikan perhatian dan evaluasi khusus akan hal
tersebut, supaya kedepannya tidak terjadi lagi kelemahan-kelemahan dan
bahkan tidak muncul kelemahan-kelemahan baru yang lain.
Sejak mulai diterbitkannya Peraturan Gubernur hingga dimulainya
Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun 2017, Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah menegaskan bahwa akan diterapkan
sanksi tegas yaitu apabila terdapat calon peserta didik atau tenaga pendidik
yang kedapatan memalsukan SKTM atau Piagam Penghargaan maka akan
langsung dikeluarkan dari sekolah, sehingga harapannya dengan diberikan
sanksi tegas ini maka tidak ada lagi kecurangan-kecurangan yang terjadi.
70Setiap sekolah juga menerapkan sanksi apabila terbukti terjadi kecurangan.
SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 9 Semarang menerapkan hal yang sama yaitu
menekankan kepada seluruh panitia Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun
2017 untuk tidak melakukan kecurangan apapun, dan juga panitia dihimbau
untuk teliti dalam menyeleksi piagam dan SKTM yang masuk.71
Namun pada
saat pelaksanaan di SMA Negeri 9 masih terdapat kecurangan yaitu
70
Hasil wawancara dengan Gatot Bambang Hastowo selaku Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, pada tanggal 9 Juni 2017. 71
Hasil wawancara dengan Rumisih dan Suryonoto selaku panitia Penerimaan Peserta Didik Baru
Tahun 2017 di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 9 Semarang, pada tanggal 7 dan 13 Juni 2017.
74
pemalsuan SKTM dan pihak sekolah langsung menindak secara tegas dengan
mengeluarkan siswa tersebut.72
Selain kekurangan yang dirasakan para orangtua calon peserta didik,
masih ada orangtua peserta didik yang menyatakan bahwa kebijakan yang
diterapkan pemerintah tersebut berdampak baik. Kebijakan pemerintah
dianggap baik karena pemerintah dianggap menghargai profesi seorang tenaga
pendidik, hal ini dinyatakan bahwa :73
“saya merasa bahwa dengan kebijakan ini profesi saya sebagai tenaga
pendidik di apresiasi oleh pemerintah, karena anak saya mendapatkan
nilai tambahan dari nilai kemaslahatan, sehingga dengan nilai
tambahan tersebut anak saya diterima di SMA Negeri 1 Semarang”
Beliau juga menambahkan bahwa kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah
sudah berjalan dengan baik dan dirasa sangat efektif untuk mengurangi
kemacetan di jalan raya. Selain itu dengan rayonisasi dapat membuat peserta
didik tidak ada alasan lagi untuk terlambat saat datang ke sekolah, sehingga
kedisiplinan di suatu sekolah bisa meningkat.74
Tidak hanya rayonisasi yang dianggap kebijakan yang baik, namun nilai
prestasi juga dianggap kebijakan yang memiliki dampak baik bagi sekolah
dan siswa. Hal ini dinyatakan oleh pihak SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 9
Semarang, bahwa :
72
Hasil wawancara dengan Rumisih selaku ketua panitia Penerimaan Peserta Didik Baru 2017
sekaligus Waka Kesiswaan SMA Negeri 9 Semarang, pada tanggal 7 Juni 2017 73
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Nurwati selaku orangtua siswa yang mengikuti Penerimaan Peserta
Didik Baru tahun 2017, pada tanggal 14 Juni 2017. 74
Ibid.
75
“adanya nilai prestasi, sekolah sangat diuntungkan karena kami bisa
mempunyai siswa dan siswi yang berprestasi di bidang akademik dan
non akademik, yang nanti nya dapat mewakili SMA Negeri 1 apabila
ada perlombaan. Selain itu dengan adanya siswa siswi yang berprestasi
dapat membawa nama baik sekolah”75
Pernyataan serupa juga dinyatakan oleh SMA Negeri 9 :
“kami sangat menyambut baik adanya nilai prestasi, karena dengan ini
kami bisa mendapatkan siswa siswi terbaik yang dapat meningkatkan
standart kualitas SMA Negeri 9 Semarang dan kami dapat
menghasilkan lulusan terbaik dan berprestasi”
Selain pihak sekolah yang merasa nilai prestasi merupakan kebijakan yang
baik, orangtua calon peserta didik pun juga dapat merasakan dampak baik dari
kebijakan ini :76
“sangat setuju dengan adanya kebijakan ini, karena anak yang
berprestasi dihargai prestasinya, selain itu dengan adanya nilai prestasi
ini dapat memicu anak-anak yang belum memiliki prestasi untuk dapat
berprestasi juga, sehingga nantinya di suatu sekolah seluruh siswanya
bisa aktif mewakili sekolahnya untuk mengikuti suatu perlombaan dan
dapat mengharumkan nama sekolah”
Jadi pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru memiliki kekurangan
dan kelebihan masing-masing yang dapat dirasakan oleh pihak sekolah dan
orangtua calon peserta didik, sehingga dengan adanya kekurangan dan
kelebihan dalam Peraturan Gubernur tersebut maka harus dievaluasi sehingga
kedepannya tidak terjadi lagi kekurangan-kekurangan tersebut.
75
Hasil wawancara dengan Suryonoto selaku sekretaris Penerimaan Peserta Didik Baru SMA Negeri 1
Semarang, pada tanggal 13 Juni 2017. 76
Hasil wawancara dengan Ibu Yulia Astuti selaku orang tua siswa yang mengikuti Penerimaan
Peserta Didik Baru tahun 2017, pada tanggal 14 Juni 2017.
76
E. Kelemahan Sistem Penerimaan Peserta Didik yang diatur dalam
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2017 tentang
Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas Negeri di
Provinsi Jawa Tengah
Penerimaan peserta didik baru pada tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA) merupakan agenda rutin tiap tahun yang dilakukan oleh sekolah dan
pemerintah. Mulai tanggal 1 Januari 2017 pengelolaan Sekolah Menengah
Atas menjadi wewenang pemerintah provinsi, sehingga Penerimaan Peserta
Didik Baru (PPDB) pada tahun ini juga merupakan pertama kalinya dikelola
oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, karena sebelumnya selalu
dikelola oleh Dinas Pendidikan Kota Semarang. Pergantian pengelolaan
tersebut didasari dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi
berwenang untuk melakukan pengelolaan pendidikan menengah dan
pendidikan khusus.77
Selain itu yang mendasari perubahan wewenang adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 Tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan. Hal tersebut dinyatakan pada Pasal 53 huruf (a)
yang menyatakan bahwa
“satuan pendidikan menengah dan satuan pendidikan tinggi yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
77
Hasil Wawancara dengan Gatot Bambang Hastowo selaku Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, pada tanggal 9 Juni 2017.
77
kewenangan masing-masing wajib mengalokasikan tempat bagi calon
peserta didik berkewarganegaraan Indonesia yang memiliki potensi
akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi paling sedikit
20% dari jumlah peserta didik baru”
Maka dengan Pasal 53 huruf (a) tersebut pengelolaan sekolah
menengah atas dan sekolah menengah kejuruan menjadi wewenang
pemerintah provinsi. Dengan bergabungnya sekolah menengah atas dengan
pemerintah provinsi, maka secara otomatis pula proses penerimaan peserta
didik menjadi wewenang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa
Tengah. Proses penerimaan peserta didik baru pada tahun ini sesungguhnya
tidak jauh beda dengan tahun sebelumnya, beberapa sistemnya masih sama,
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah menyatakan
bahwa :
“Pada tahun ini memang baru pertama kalinya SMA bergabung dengan
pemerintah provinsi, yang sesungguhnya tidak jauh beda dengan
penerimaan peserta didik baru sebelumnya yaitu menggunakan sistem
rayonisasi, nilai prestasi, dan yang terbaru menambahkan bahwa siswa
miskin menjadi prioritas kami, supaya siswa miskin juga bisa
mendapatkan pendidikan. Pada tahun ini masih menggunakan sistem
online seperti tahun-tahun sebelumnya.”78
Dari Pernyataan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Jawa Tengah tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya sistem online
pemerintah berharap tidak terjadi lagi berbagai macam kecurangan seperti
pada tahun-tahun sebelumnya.79
Namun pada saat melaksanakan studi
78
Hasil wawancara dengan Gatot Bambang Hastowo selaku Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, pada tanggal 9 Juni 2017 79
Ibid.
78
lapangan serta wawancara dengan pihak SMA Negeri 1 Semarang, masih
banyak keluhan baik dari pihak sekolah maupun pihak orangtua calon peserta
didik baru. Dalam wawancara dengan panitia penyelenggara Penerimaan
Peserta Didik (PPDB) 2017 menyatakan bahwa :
”Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pada tahun ini, saya rasa kurang
efektif. Hal ini dikarenakan pada tahun-tahun sebelumnya wilayah
Kecamatan Candisari dan Kecamatan Gayamsari masuk dalam rayon
SMA Negeri 1 Semarang. Namun pada tahun ini kedua kecamatan
tersebut tidak masuk dalam rayon SMA Negeri 1, malahan Kecamatan
Banyumanik yang dulunya tidak pernah masuk dalam rayon kami, pada
tahun ini menjadi bagian dalam rayon SMA Negeri 1 Semarang. Dengan
adanya perubahan tersebut dianggap tidak efektif karena lokasi daerah
Kecamatan Banyumanik yang cukup jauh dari SMA Negeri 1 Semarang
masuk ke dalam rayon, sedangkan Kecamatan Candisari dan Gayamsari
tidak masuk dalam rayon. Dengan pembagian yang kurang adil ini pula
kami khawatir akan menimbulkan kecemburuan sosial pada masyarakat,
karena baru pada tahun ini dua kecamatan tersebut tidak masuk dalam
rayon SMA Negeri 1 Semarang.”80
Tidak hanya pemetaan yang kurang merata, namun SMA Negeri 1 merasa
bahwa kuota bagi calon peserta didik yang berasal dari luar kota atau luar
provinsi semakin menurun. Dengan menurunnya kuota bagi calon peserta
didik dari luar kota atau luar provinsi, SMA Negeri 1 tidak bisa
mengakomodir siswa pendatang.81
Kekurangan dari sistem penerimaan
peserta didik baru tersebut juga diungkapkan oleh pihak SMA Negeri 9
Semarang, menyatakan bahwa :
“Memang baru tahun ini kami bergabung dengan Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah, dan sistem yang diterapkan pun juga tidak jauh berbeda,
80
Hasil wawancara dengan Suryonoto selaku Sekretaris Penerimaan Peserta Didik Baru SMA Negeri
1 Semarang, pada tanggal 13 Juni 2017. 81
Ibid.
79
hanya pada tahun ini siswa miskin menjadi prioritas kami sebagai satuan
pendidikan untuk memberikan mereka kesempatan mendapat pendidikan.
Namun dalam sistem ini yang kami rasa kurang adil yaitu kuota
rayonisasi untuk calon siswa dari luar kota dan luar provinsi semakin
menurun. Selain itu siswa yang rumahnya masuk dalam rayon kami tidak
mendapatkan poin tambahan apa-apa, karena yang mendapatkan poin
hanya siswa-siswi yang rumahnya satu lingkungan dengan SMA Negeri 9
Semarang saja, jadi apabila kecamatannya masuk dalam rayon tapi
rumahnya tidak satu lingkungan maka juga tidak mendapatkan poin
apapun.”82
Selain itu, SMA N 9 merasa bahwa Peraturan Gubernur ini sudah lebih
baik dari sebelumnya, karena memberikan kesempatan bagi siswa yang
kurang mampu, namun kesempatan ini banyak dimanfaatkan orang-orang
yang tidak bertanggungjawab dengan memalsukan Surat Keterangan Tanda
Miskin (SKTM) supaya dapat diterima di sekolah tersebut.83
Para tenaga pendidik yang menjadi panitia Penerimaan Peserta Didik
Baru tahun 2017 telah menyatakan bahwa masih banyak kekurangan dari
kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah, dan kekurangan tersebut
dapat menjadi sebuah kelemahan dari kebijakan penerimaan peserta didik
baru itu sendiri.84
Dalam kebijakan tersebut ada juga kelemahan yang dapat
dimanfaatkan beberapa orang untuk dapat melakukan kecurangan dengan
melakukan pemalsuan. Pada Pasal 1 Butir 24 Peraturan Gubernur telah jelas
dinyatakan bahwa : “Siswa miskin adalah anggota keluarga miskin yang
82
Hasil wawancara dengan Rumisih selaku Ketua Panitis Penerimaan Peserta Didik Baru sekaligus
Waka Kesiswaan SMA Negeri 9 Semarang, pada tanggal 7 Juni 2017. 83
Ibid. 84
Hasil wawancara dengan Rumisih dan Suryonoto selaku panitia Penerimaan Peserta Didik Baru
SMA Negeri 9 dan SMA Negeri 1 Semarang, pada tanggal 7 dan 13 Juni 2017.
80
berdomisili di Jawa Tengah yang dibuktikan dengan kepemilikan Kartu
Keluarga (KK) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP)” namun pada
pelaksanaannya sekolah hanya menggunakan kartu keluarga dan SKTM saja
tanpa menggunakan Kartu Indonesia Pintar, sehingga mudah untuk dilakukan
pemalsuan. SKTM mudah untuk didapat oleh siapa saja, dan pembuatannya
tidak membutuhkan waktu yang lama karena pihak kecamatan atau kelurahan
tidak melakukan survey apakah keluarga tersebut benar-benar dari keluarga
tidak mampu atau tidak.85
Selain itu kelemahan pemalsuan SKTM ini tidak
sesuai dengan pernyataan Rawls yang menyatakan bahwa prinsip kesetaraan
haruslah adil artinya tidak ada seorangpun yang diperbolehkan untuk
mendominasi pilihan atau memanfaatkan kesempatan yang tidak adil.86
Hal
ini dikarenakan adanya kesempatan untuk siswa miskin untuk mendapatkan
pendidikan yang sama dengan siswa lainnya tapi kesempatan tersebut
dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk
melakukan kecurangan. Selain peristiwa SKTM yang dapat menjadi
kelemahan dari penerimaan peserta didik baru, Rayonisasi juga menjadi
kelemahan. Pada Pasal 11 ayat (1) huruf b Peraturan Gubernur yang
menyatakan bahwa :
seleksi penerimaan peserta didik baru memperhatikan hal sebagai
berikut: calon peserta didik yang tempat tinggalnya di lingkungan sekitar
85
Ibid. 86
Karen Lebacqz, 1986, Teori-Teori Keadilan ; Six Theories of Justice, Nusa Media, Bandung, hlm
50.
81
satuan pendidikan tersebut, terutama calon peserta didik dari keluarga
miskin yang tinggalnya di sekitar satuan pendidikan.
Walaupun sistem rayonisasi telah diterapkan pada pasal tersebut,
namun pada tahun ini rayonisasi masih dikeluhkan oleh pihak sekolah karena
pemerintah tidak memberikan pemetaan lokasi rayonisasi yang pasti dan
berbeda dari tahun sebelumnya,87
terlebih perubahan pemetaan tersebut tidak
memprioritaskan wilayah terdekat dari sekolah namun malah memprioritaskan
wilayah yang jauh dari sekolah tersebut, sehingga sekolah tidak dapat
mengakomodir siswa-siswi yang terdekat. Peristiwa pemetaan yang tidak
merata dialami oleh SMA Negeri 1, pada tahun sebelumnya Kecamatan
Candisari dan Kecamatan Gayamsari merupakan wilayah rayon SMA Negeri
1, namun untuk tahun ini kedua kecamatan tersebut tidak masuk dalam rayon,
melainkan Kecamatan Banyumanik yang menjadi wilayah rayon SMA Negeri
1.88
Seperti yang dinyatakan oleh orangtua calon siswa ini, menyatakan
bahwa “pemerintah kurang adil dan konsisten dalam menentukan pemetaan
kuota rayon, daerah yang jauh masuk rayon, tapi yang dekat tidak masuk
rayon”89
, serta kuota untuk siswa luar kota dan luar provinsi yang semakin
menurun seperti yang dinyatakan pada Pasal 15 ayat (1) Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 Tahun 2017 yang menyatakan bahwa:
87
Hasil wawancara dengan Suryonoto selaku sekretaris Penerimaan Peserta Didik Baru SMA Negeri 1
Semarang, pada tanggal 13 Juni 2017. 88
Ibid 89
Hasil wawancara dengan Ibu Dyah Wardani selaku orangtua siswa yang anaknya mengikuti
Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun 2017, pada tanggal 12 Juni 2017.
82
sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerima
calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari
sekolah paling sedikit sebesar 90% (Sembilan puluh persen) dari total
jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima.
Pasal tersebut diartikan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
tidak memberikan kesempatan yang sama bagi setiap calon siswa, karena 90%
sekolah wajib memprioritaskan yang terdekat lalu sisanya sebanyak 10%
dibagi 7% bagi siswa luar kota dan 3% bagi siswa luar provinsi. Padahal tidak
menutup kemungkinan bahwa siswa dari luar kota maupun luar memiliki
kemampuan yang lebih dari siswa yang ada di dalam rayon atau dalam kota,
namun pemerintah tidak memberi kesempatan yang sama. Selain itu sistem
penerimaan peserta didik baru yang selanjutnya dapat memicu terjadinya
kelemahan ialah adanya penambahan nilai hanya bagi siswa yang wilayah
rumahnya ada di dekat lingkungan sekolah, sehingga apabila siswa tersebut
masuk dalam rayon tetapi rumahnya tidak se-lingkungan dengan sekolah
maka juga tidak mendapatkan nilai tambahan.90
Tidak hanya pihak sekolah yang merasa kebijakan penerimaan peserta
didik baru ini kurang adil, namun orangtua calon siswa juga merasa kebijakan
ini kurang berjalan dengan baik,91
orangtua calon siswa menyatakan bahwa :
“menurut saya PPDB pada tahun ini masih kurang disosialisasikan
kepada calon siswa dan orangtua siswa, ini banyak dirasakan oleh para
orangtua yang mendampingi anaknya mendaftar sekolah, kami belum
90
Hasil wawancara dengan Rumisih selaku Ketua Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru 2017
sekaligus Waka Kesiswaan SMA Negeri 9 Semarang. 91
Hasil wawancara dengan Bapak Nunung selaku orangtua dari siswa yang anaknya mengikuti
Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun 2017, pada tanggal 12 Juni 2017.
83
paham betul akan sistem-sistem yang diberlakukan. Contohnya saya
kurang merasa pas apabila siswa miskin mendapatkan prioritas, karena
kami belum dijelaskan bagaimana mekanisme nya. Dengan seperti itu
kan kurang adil bagi kami yang anaknya memiliki nilai yang baik dan
tidak mendapatkan nilai tambahan apapun, karena ternyata pintar-pun
belum tentu menjadi prioritas. Seharusnya apabila sistem siswa miskin
diberlakukan pemerintah tetap memberikan standart nilai yang sesuai
dengan standart nilai sekolah tersebut,”92
Rasa ketidak adilan pun juga turut dirasakan oleh para orangtua
sehingga orangtua memiliki anggapan bahwa apabila anaknya pintar pun
belum tentu menjadi prioritas untuk dapat diterima disekolah tersebut,93
hal
ini juga menjadi sebuah kelemahan dari kebijakan penerimaan peserta didik
baru ini, karena baik pemerintah dan sekolah kurang memberikan sosialisasi
kepada orangtua tentang bagaimana kebijakan tersebut. Selain itu pihak
sekolah dan pemerintah tidak memberikan standat nilai yang sesuai dengan
tiap sekolah sehingga siswa miskin dengan nilai rendah mendapat peringkat
atas di sekolah tersebut dan diterima di sekolah tersebut. Para orangtua pun
juga merasa pemerintah dirasa kurang konsisten dalam menentukan pemetaan
rayonisasi, sehingga pemerintah terkesan hanya membuat kebijakan saja tanpa
tau kondisi di lapangan seperti apa.94
Tidak hanya sistem rayon, siswa miskin yang mendapatkan prioritas
dari pihak sekolah, namun pemerintah juga memberikan sistem nilai prestasi.
Nilai prestasi tersebut diperuntukkan bagi siswa-siswi yang memiliki prestasi
92
Ibid. 93
Ibid. 94
Hasil wawancara dengan Ibu Dyah Wardani selaku orangtua dari siswa yang anaknya mengikuti
Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun 2017, pada tanggal 12 Juni 2017.
84
di bidang akademik maupun non akademik yang dibuktikan dengan piagam
penghargaan. Nilai prestasi diatur pada Pasal 11 ayat (1) huruf c yang
menyatakan bahwa :
seleksi penerimaan peserta didik baru, memperhatikan hal-hal sebagai
berikut : calon peserta didik yang memiliki prestasi bidang akademik,
olah raga, kesenian, ketrampilan, dan bidang organisasi baik individu
maupun kelompok.
Pada pelaksanaannya, Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru SMA Negeri 1
Semarang menyatakan bahwa :
“Pada PPDB tahun 2017 ini masih diberlakukan sistem nilai prestasi,
yang memberi tambahan nilai kepada siswa-siswi yang berprestasi dalam
bidang akademik dan non akademik yang dibuktikan dengan piagam
penghargaan dan lolos melewati seleksi yang cukup ketat yang telah
dipersiapkan oleh pihak sekolah”95
SMA Negeri 9 juga menyatakan hal yang sama mengenai sistem nilai prestasi,
beliau menyatakan bahwa :
“tahun ini walaupun sudah bergabung dengan pemerintah provinsi,
sistem nilai prestasi juga masih tetap ada, karena itu merupakan salah
satu cara bagaimana sekolah bisa mendapatkan siswa-siswi teladan yang
memiliki prestasi baik bidang akademik maupun non akademik. Bagi
yang akan mendaftar menggunakan sistem jalur prestasi harus
menyertakan piagam penghargaan serta mengikuti seleksi yang sudah
disiapkan oleh panitia kami.”96
SMA Negeri 9 Semarang menghimbau para panitia untuk menyeleksi
secara ketat piagam penghargaan yang digunaka peserta didik, supaya tidak
95
Hasil wawancara dengan Suryonoto Sekretaris Penerimaan Peserta Didik BaruTahun 2017 SMA
Negeri 1 Semarang, pada tanggal 13 Juni 2017 96
Hasil Wawancara dengan Rumisih Ketua Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun 2017 sekaligus
Wakasek Kesiswaan SMA Negeri 9 Semarang, pada tanggal 7 Juni 2017
85
terjadi “kecolongan” piagam yang palsu.97
Untuk Penerimaan Peserta Didik
Baru Tahun 2017 ini memang sudah minim untuk terjadinya kecurangan
karena seleksi yang diterapkan sangat ketat, namun pada praktiknya
Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun 2017 ini para orang tua siswa juga
mengeluhkan sistem ini, karena sistem ini dirasa kurang adil saat memberikan
nilai tambahan, orangtua tersebut menyatakan bahwa :
“saya kurang setuju dengan sistem nilai prestasi ini, karena Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah tidak memberikan
rambu-rambu dan kebijakan yang jelas, karena seharusnya ada
pembatasan tertentu seperti piagam apa yang dapat diterima dan piagam
apa saja yang tidak dapat diterima. Karena dengan tidak adanya rambu-
rambu ini membuat orangtua memanfaatkan mencari kelemahan dari
sistem ini sehingga banyak peluang untuk terjadinya kecurangan.”98
Selain alasan tersebut, masih ada orangtua calon siswa yang kurang setuju
dengan adanya sistem jalur prestasi, ia menyatakan bahwa :
“saya sesungguhnya setuju dengan nilai prestasi ini, karena dengan
penambahan nilai ini pemerintah menghargai kerja keras anak untuk
memenangkan suatu perlombaan, namun yang saya sayangkan adalah
pemerintah tidak konsisten dalam memberikan nilai tambahan. Kalau
seperti ini dimana letak keadilan dari pemerintah dan pihak satuan
pendidikan?seharusnya pemerintah dan satuan pendidikan konsisten
dalam menetapkan nilai tambahan sehingga penambahan nilai antara satu
sekolah dengan sekolah yang lain itu sama.”99
Dari hasil wawancara dengan kedua orangtua yang mendampingi
anaknya dalam mendaftar sekolah, dapat diketahui bahwa sistem jalur prestasi
97
Ibid 98
Hasil wawancara dengan Ibu Dyah Wardani selaku orangtua dari siswa yang mengikuti Penerimaan
Peserta Didik Baru Tahun 2017, pada tanggal 12 Juni 2017 99
Hasil wawancara dengan Ibu Enny Ervan selaku orangtua dari siswa yang mengikuti Penerimaan
Peserta Didik Baru Tahun 2017, pada tanggal 12 Juni 2017
86
yang diterapkan pemerintah dan dilaksanakan oleh sekolah, masih terdapat
banyak kekurangan dan kurang sesuai dengan Pasal 4 huruf Peraturan
Gubernur yang menyatakan bahwa :
penyelenggaraan penerimaan peserta didik baru didasarkan pada : tidak
diskriminatif, artinya setiap warga negara yang berusia sekolah dapat
mengikuti program pendidikan di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia tanpa membedakan suku, daerah asal, agama, golongan, dan
status sosial
pembedaan pemberian tambahan nilai tersebut dianggap bahwa calon anaknya
dilakukan secara tidak adil dan diskriminatif,100
sehingga tidak sesuai dengan
apa yang dinyatakan pada Pasal 4 huruf c Peraturan Gubernur sehingga
menambah lagi kelemahan sistem penerimaan peserta didik baru tahun 2017.
Memang pihak sekolah telah memberikan seleksi yang ketat supaya tidak
terjadi kecurangan dan pihak sekolah pun juga optimis sistem ini tidak ada
kecurangan dan dapat memperlakukan para calon siswa dengan adil.101
Namun kenyataannya masih banyak orangtua yang anaknya diperlakukan
kurang adil dengan adanya perbedaan penambahan nilai prestasi antara
sekolah satu dengan sekolah yang lainnya.102
Kelemahan tersebut disebabkan
karena kurangnya penjelasan baik dari pihak sekolah maupun pemerintah
perihal penambahan nilai sehingga masih ada yang merasa kurang
diperlakukan dengan adil, selain itu dengan kurangnya penjelasan yang jelas
100
Ibid. 101
Hasil wawancara dengan Rumisih dan Suryonoto selaku panitia Penerimaan Peserta Didik Baru
SMA Negeri 9 dan SMA Negeri 1 Semarang, pada tanggal 7 dan 13 Juni 2017. 102
Hasil wawancara dengan para orangtua calon peserta didik tahun 2017 di SMA Negeri 1 dan SMA
Negeri 9 Semarang.
87
dari pemerintah dan sekolah mengenai mekanisme penerimaan peserta didik
baru dengan sistem nilai prestasi, maka masih ada peluang bagi orangtua
melakukan kecurangan dengan pemalsuan piagam penghargaan.
Berdasarkan dari hasil studi lapangan dan wawancara yang dilakukan,
maka dapat diketahui bahwa kelemahan dari peneriman peserta didik baru
tahun 2017 ini adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya sosialisasi dari pihak Dinas Pendidikan dan pihak sekolah
kepada orangtua calon peserta didik tentang teknis pelaksanaan
penerimaan peserta didik baru
2. Kurangnya ke-konsistenan pemerintah saat menerapkan kebijakan,
sehingga pada saat pelaksanaan penerimaan peserta didik baru di
setiap sekolah menjadi berbeda
3. Pada saat pembuatan kebijakan, pemerintah kurang mengetahui
bagaimana keadaan sesungguhnya di setiap satuan pendidikan,
sehingga pada saat diterapkannya kebijakan tersebut masih kurang
sesuai dengan keadaan di beberapa sekolah
4. Kurangnya pemerataan fasilitas sekolah dan peningkatan mutu tenaga
pendidik di setiap sekolah, sehingga para calon peserta didik masih
cenderung memaksakan diri untuk mendaftar di sekolah favorit yang
berada di luar rayon dengan alasan kualitas dan fasilitas sekolah yang
lebih baik daripada mendaftar di sekolah yang tidak favorit yang
berada dalam rayon yang sama dengan calon peserta didik.
88
Dari hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah, Pihak SMA Negeri 1 Semarang, SMA Negeri 9 Semarang dan para
orangtua yang anaknya menjadi calon siswa penerimaan peserta didik baru
tahun 2017, maka dapat diketahui bahwa dengan kebijakan yang telah
diberlakukan oleh pemerintah, ternyata masih ditemukan banyak kekurangan
dan menimbulkan rasa ketidakadilan bagi pihak sekolah maupun pihak calon
peserta didik.103
Selain menimbulkan rasa ketidakadilan, kebijakan yang
diterapkan pemerintah juga menimbulkan kecemburuan sosial di
masyarakat,104
menimbulkan berbagai macam kecurangan, serta masih banyak
calon peserta didik yang tidak paham tentang bagaimana pelaksanaan peserta
didik baru tersebut, karena pihak sekolah dan pemerintah tidak memberikan
penjelasan dan sosialisasi kepada calon peserta didik.105
Kekurangan-
kekurangan yang terjadi dalam penerimaan peserta didik baru tersebut
menimbulkan kelemahan saat diterapkannya Peraturan Gubernur Jawa
Tengah Nomor 9 Tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada
Sekolah Menengah Atas Di Provinsi Jawa Tengah.
Selain kekurangan yang telah dijelaskan sebelumnya, Peraturan
Gubernur memiliki tujuan yang dinyatakan pada Pasal 3 huruf a bahwa
“Tujuan diterapkannya tata kelola penyelenggaraan Penerimaan Peserta Didik
103
Hasil wawancara dengan orangtua calon peserta didik 2017 di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 9
Semarang. 104
Hasil wawancara dengan Suryonoto selaku sekretaris Penerimaan Peserta Didik Baru SMA Negeri
1 Semarang. 105
Hasi wawancara dengan Bapak Nunung dan Ibu Dyah Wardani selaku orangtua calon peserta didik
tahun 2017
89
Baru Jenjang SMA Negeri dan SMK Negeri yang transparan, akuntabel, dan
jauh dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme”. Pasal 3 huruf c juga
menyatakan bahwa “mewujudkan rasa keadilan bagi para peserta Penerimaan
Peserta Didik Baru Jenjang SMA Negeri dan SMK Negeri”. Kedua pasal
tersebut dapat diketahui bahwa kebijakan dari gubernur tersebut telah dibuat
dengan baik dan sangat transparan sehingga tidak ada kecurangan apapun
sehingga terwujud rasa keadilan.106
Seperti yang dinyatakan oleh Kepala
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Gatot Bambang Hastowo yang
menyakatakan bahwa pelaksanaan PPDB 2017 ini sifatnya obyektivitas,
akuntabilitas, transparantif dan tidak diskriminasi, sehingga setiap masyarakat
dapat mengaksesnya.107
Ternyata pada saat pelaksanaannya masyarakat masih merasa bahwa
dirinya diperlakukan dengan tidak adil, seperti penambahan nilai yang tidak
sama untuk kejuaraan yang sama, pemetaan rayonisasi yang tidak
memprioritaskan wilayah terdekat, kuota luar kota dan luar provinsi semakin
menurun, calon siswa yang berada dalam rayon tidak mendapat nilai
tambahan melainkan yang se-lingkungan dengan sekolah mendapat nilai
tambahan, pemalsuan SKTM padahal sesungguhnya siswa tersebut
merupakan siswa yang mampu, kurangnya sosialisasi tentang mekanisme
PPDB kepada calon siswa beserta orangtuanya, kurangnya ke-konsistenan
106
Hasil wawancara dengan Bambang Gatot Hastowo selaku Kepala DInas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah. 107
Ibid.
90
sekolah terhadap kebijakan yang berlaku. Dengan kelemahan-kelemahan
tersebut banyak pihak yang merasa kurang diperlakukan dengan adil,
sehingga menganggap kebijakan yang diterapkan pemerintah kurang baik.108
Dari kelemahan yang terjadi pada saat Penerimaan Peserta Didik 2017
tersebut, dapat diketahui bahwa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
provinsi, belum sepenuhnya baik dan belum sesuai dengan undang-undang
yang berlaku di Indonesia. Kebijakan tersebut belum sesuai dengan Pasal 4
ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang menyatakan bahwa : “pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa.”
Namun pada kenyataannya, dalam proses seleksi peserta didik baru,
banyak calon siswa dan orangtua siswa masih kurang diperlakukan dengan
adil dan diskriminatif dengan kebijakan yang diberlakukan tersebut.109
Selain
itu dengan diberlakukannya kebijakan tersebut juga masih belum bisa
mengurangi adanya kecurangan-kecurangan.110
Sesungguhnya semua warga
negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, apapun
kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah, seperti yang dinyatakan pada
108
Hasil wawancara dengan SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 9 Semarang, serta orangtua calon peserta
didik. 109
Hasil wawancara dengan orangtua calon peserta didik baru di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 9
Semarang 110
Ibid.
91
Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”,
sehingga dengan Pasal tersebut dalam pembuatan kebijakan tentang
pendidikan seharusnya mempertimbangkan pasal tersebut, sehingga tidak
terjadi kebijakan yang diskriminatif dan tidak adil pada masyarakat.
Kecurangan-kecurangan seperti pemalsuan SKTM dan piagam penghargaan
kejuaraan yang terjadi pada proses penerimaan peserta didik baru111
seharusnya juga dapat dicegah dan dihindari oleh pemerintah, tidak hanya
sekolah saja yang seharusnya berperan aktif dalam menghindari kecurangan,
melainkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga harus berperan aktif
dalam menghindari kecurangan yang biasa terjadi di proses Penerimaan
Peserta Didik Baru karena pemerintah memiliki hak dan kewajiban untuk
mengarahkan, membimbing, mengawasi penyelenggaraan pendidikan
sehingga dalam pelaksanaan proses penerimaan peserta didik calon siswa dan
orangtua merasa diberlakukan dengan adil dan tidak diskriminatif. Hal ini
dinyatakan pada Pasal 10 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “pemerintah dan
pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu dan
111
Hasil wawancara dengan Rumisih selaku Ketua Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru 2017
sekaligus Waka Kesiswaan SMA Negeri 9 Semarang.
92
mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.
Dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan mengenai Penerimaan
Peserta Didik Baru pemerintah seharusnya memperhatikan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sehingga hak-hak
para calon siswa dapat terpenuhi. Selain itu Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, juga mengatur hal yang sama. Pada pasal 3
dinyatakan bahwa :
perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak
agar hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang
berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera
Dari pasal tersebut telah sangat jelas dinyatakan bahwa setiap anak
berhak untuk mendapatkan perlindungan dari diskriminasi supaya dapat
hidup, tumbuh, berkembang dengan baik, namun pada kenyataannya
pemerintah kurang memperhatikan hal tersebut, hal ini dikarenakan kebijakan
yang diterapkan kurang memberikan rasa adil bagi calon siswa. Para siswa
masih kurang diberlakukan dengan adil karena terdapat penambahan nilai
yang tidak sama untuk kejuaraan yang sama, pemetaan rayonisasi yang tidak
memprioritaskan wilayah terdekat, kuota luar kota dan luar provinsi yang
semakin menurun, tidak adanya penambahan nilai bagi calon siswa yang
masuk dalam rayon.
93
Ditegaskan kembali dalam Pasal 49 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa “Negara,
Pemerintah, keluarga, dan orangtua wajib memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan”. Dari pasal
tersebut diketahui bahwa pastinya semua orang telah memberikan kesempatan
yang luas terhadap anaknya dalam pendidikan, namun pemerintah masih
membatasi ruang gerak anak dalam menentukan pendidikan yang akan dituju
tersebut. Peraturan Gubernur memang tidak membatasi ruang gerak anak
dalam menentukan pendidikannya, namun dengan kebijakan tentang
rayonisasi tersebut membuat ruang gerak anak dalam menentukan
pendidikannya menjadi semakin terbatas. Selain itu pemerintah juga telah
berusaha memberi bantuan pendidikan kepada siswa yang kurang mampu
untuk bisa bersekolah dan mendapat pendidikan yang sama dengan anak
lainnya, dengan tambahan nilai SKTM.112
Hal tersebut telah dinyatakan pada
Pasal 53 ayat (1) yang menyatakan bahwa : “pemerintah bertanggungjawab
untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau
pelayanan khusus bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan
anak yang bertempat tinggal didaerah terpencil”. Fasilitas tersebut belum
berfungsi dengan baik karena masih banyak celah bagi pihak yang akan
melakukan kecurangan-kecurangan dan memanfaatkan SKTM supaya
112
Hasil wawancara dengan Rumisih dan Suryonoto selaku panitia Penerimaan Peserta Didik Baru
Tahun 2017 di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 9 Semarang
94
anaknya dapat bersekolah disekolah tersebut, contohnya seperti kebijakan dari
Peraturan Gubernur tersebut yang memberi kuota khusus bagi siswa yang
kurang mampu.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa kebijakan yang
dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Tengah mengenai Penerimaan Peserta Didik
Baru Tahun 2017 masih bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak karena dalam kebijakan ini
pemerintah menerapkan kebijakan yang sesungguhnya membatasi ruang gerak
anak dalam menentukan pendidikan yang akan ditujunya. Ruang gerak ini
dibatasi dengan adanya kebijakan rayonisasi. Seharusnya pemerintah
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya terhadap anak untuk
menentukan pendidikan yang akan ditujunya. Selain hal tersebut, pemberian
fasilitas kepada siswa miskin sudah baik dan sesuai dengan Pasal 53 Ayat (1),
namun pada pelaksanaannya masih bertentangan dengan pasal tersebut karena
masih banyak terdapat celah untuk melakukan kecurangan dengan
menggunakan SKTM palsu.113
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2017 tentang
Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Sekolah Menengah Atas Negeri Di
Provinsi Jawa Tengah masih bertentangan pula dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Keduanya
113
Hasil wawancara dengan Rumisih selaku ketua panitia Penerimaan Peserta Didik Baru sekaligus
Waka Kesiswaan SMA Negeri 9 Semarang.
95
bertentangan dikarenakan masih banyak calon siswa dan orangtua calon siswa
yang merasa dirinya kurang diberlakukan dengan adil dan diskriminatif
karena kebijakan tersebut kurang konsisten dalam menentukan wilayah
pemetaan rayonisasi serta pemberian nilai tambahan bagi siswa yang
berprestasi dan masih belum bisa mengurangi bahkan menghilangkan
kecurangan-kecurangan seperti pemalsuan SKTM atau piagam penghargaan
yang terjadi tiap tahunnya.114
Hal tersebut sangat bertentangan dan tidak
selaras dengan Pasal 4 yang menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan
secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif, selain itu juga
tidak selaras dengan Pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan.
Pertentangan antara Peraturan Gubernur dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat lebih jelas
dilihat pada tabel 5 tentang perbandingan undang-undang di bawah ini.
114
Hasil wawancara dengan orangtua calon peserta didik di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 9
Semarang
96
Tabel 5
Perbandingan Undang-Undang
Peraturan Gubernur
Nomor 9 Tahun 2017
Undang-Undang
Perlindungan Anak
Undang-Undang
Sistem Pendidikan
Nasional
Penjelasan
Pasal 11 ayat (1)
Penerimaan peserta
didik baru harus
memperhatikan hal
sebagai berikut :
a. Calon peserta
didik yang
orangtua nya
sebagai guru
atau tenaga
pendidik
b. Calon peserta
didik yang
tempat
tinggalnya di
lingkungan
sekitar satuan
pendidikan
c. Calon peserta
didik yang
memiliki
prestasi
akademik dan
non akademik,
baik individu
atau kelompok.
Pasal 4
Pendidikan
diselenggarakan
secara demokratis
dan berkeadilan
serta tidak
diskriminatif
Pasal 5
Setiap warga negara
mempunyai hak
yang sama untuk
memperoleh
pendidikan yang
bermutu
Keduanya
bertentangan
dikarenakan masih
banyak calon siswa
dan orangtua calon
siswa yang merasa
dirinya kurang
diberlakukan
dengan adil dan
masih
diskriminatif115
karena kebijakan
tersebut kurang
konsisten dan
masih belum bisa
mengurangi bahkan
menghilangkan
kecurangan-
kecurangan yang
terjadi tiap
tahunnya. Padahal
setiap warga
negara mempunyai
hak yang sama
untuk mendapat
pendidikan yang
bermutu
Huruf F Pedoman
Teknis
Menggunakan
rayonisasi dengan
menunjukkan KK di
wilayah masing-masing.
(minimal sudah
berdomisili didaerah
tersebut selama 6
bulan).
Pasal 49
Negara, Pemerintah,
keluarga dan
orangtua wajib
memberikan
kesempatan yang
seluas-luasnya
kepada anak untuk
memperoleh
pendidikan
Dalam peraturan
Gubernur tersebut
pemerintah
dianggap masih
sangat membatasi
ruang gerak calon
peserta didik,
karena pemerintah
menerapkan
kebijakan tentang
rayonisasi,
sehingga calon
115
Ibid.
97
peserta didik tidak
bisa bebas dalam
mendaftar
sekolah116
Pasal 11 ayat (3)
Seleksi penerimaan
peserta didik baru pada
jenjang SMA dan SMK
wajib melaksanakan
program ramah sosial
dengan merekrut siswa
miskin yang memiliki
minat dan potensi,
minimal 20% dari daya
tamping.
Pasal 53
Pemerintah
bertanggungjawab
untuk memberikan
biaya pendidikan atau
bantuan cuma-cuma
bagi anak dari
keluarga kurang
mampu
Sesungguhnya
Pasal 11 dari
Peraturan Gubernur
tersebut tidak
bertentangan
dengan Undang-
Undang
Perlindungan
Anak, namun pada
pelaksanaannya
masih terdapat
kecurangan dengan
memalsukan
SKTM, padahal
calon peserta didik
berasal dari
keluarga mampu117
Tidak hanya terdapat kekurangan dari Peraturan Gubernur ini namun
dari tabel perbandingan tersebut, dapat diketahui bahwa Peraturan Gubernur
Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2017 bertentangan dengan undang-undang yang
sebelumnya sudah berlaku di Indonesia, yaitu bertentangan dengan Pasal 49
dan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak serta Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
116
Hasil wawancara dengan Bapak Nunung selaku orangtua calon peserta didik Penerimaan Peserta
Didik Baru tahun 2017 117
Hasil wawancara dengan Rumisih selaku ketua panitia Penerimaan Peserta Didik Baru sekaligus
Waka Kesiswaan SMA Negeri 9 Semarang.