BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam ...
Transcript of BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam ...
53
BAB III
PEMBAHASAN
A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Mahkamah Agung
Nomor:1166K/Pid.Sus/2016.
Dasar hakim dalam menjatuhkan putusan pengadilan perlu
didasarkan kepada teori dan hasil penelitian yang saling berkaitan
sehingga didapatkan hasil penelitian yang maksimal dan seimbang dalam
teori dan praktek. Selain itu sebagai dasar penting untuk diperhatikan oleh
hakim dalam menjatuhkan suatu putusan sebagian telah diatur didalam
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
dalam Pasal 8 ayat (2), menyatakan: hakim dan hakim konstitusi wajib
menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
yang hidup didalam masyarakat.85
Ada banyak pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sebuah
putusan terhadap suatu tindak pidana yang sedang berlangsung dengan
mempertimbangkan beberapa aspek, agar putusan tersebut masuk akal dan
dapat diterima didalam masyarakat, dan juga dapat dipahami oleh pihak
korban maupun pihak pelaku.86
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa hukum itu dipandang
terlepas dari masyarakat dimana hukum itu berlaku, maka hakim dalam
menjalankan kekuasaan kehakimannya wajib menafsirkan hukum demi
85
Tamara Maulida Pohan, Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Vonis
Rehabilitasi Terhadap Penyalahgunaan Narkotika (Studi di Pengadilan Negeri Kota
Tebing Tinggi), Skripsi, Diterbitkan oleh Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah
Sumatera Utara, 2019, hlm.29 86
Muh.Arham Latif, Analisis Putusan Hakim Terhadap Anak Pelaku Tindak
Pidana Kejahatan Seksual (Studi Putusan Pengadilan Negeri Makassar
Nomor:146/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Mks), Skripsi, Diterbitkan oleh Fakultas Syari‟ah dan
Hukum UIN Alauddin Makassar, 2017, hlm.45
54
rasa keadilan masyarakat dan menemukan atau menafsirkan hukum sesuai
dengan rasa keadilan dalam masyarakat itu, sebab hakim tidak terlepas
dari masyarakat dimana ia berada dalam melakukan tugasnya.87
Dalam hal ini pengadilan yang memutuskan suatu perkara akan
menjatuhkan pidana kepada terdakwa, maka terlebih dahulu hakim yang
memeriksa perkara tersebut harus melakukan pertimbangan-pertimbangan
mengenai faktor apa saja yang dapat memberatkan ataupun meringankan
pidana yang akan dijatuhkan kepada terdakwa. Sebagai penegak hukum,
hakim mempunyai tugas dibidang yudisial, yaitu menerima, memeriksa,
memutus dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. 88
Dasar pertimbangan merupakan argumen yang menjadi dasar
bahan untuk menyusun pertimbangan majelis hakim sebelum hakim
membuat analisa hukum yang kemudian digunakan untuk menjatuhkan
putusan kepada terdakwa.Sebelum hakim memutuskan perkara, terlebih
dahulu ada serangkaian keputusan yang harus dilakukan, yaitu:
a. Keputusan mengenai perkaranya yaitu apakah perbuatan
terdakwa telah melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya
b. Keputusan mengenai hukumnya, yaitu apakah perbuatan yang
dilakukan terdakwa itu merupakan tindak pidana dan apakah
terdakwa tersebut bersalah dan dapat dipidana
c. Keputusan mengenai pidananya apabila terdakwa memang dapat
dipidana.89
87
Arbijoto, Kebebasan Hakim Analisis Kritis Terhadap Peran Hakim Dalam
Menjalankan Kekuasaan Kehakiman, (Jakarta:Diadit Media, 2010), hlm.28 88
Deka Aryanti, Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Tindak Pidana
Penyalahgunaan Narkotika (Analisis Putusan Nomor.1091/Pid.Sus/2015/Pn.Plg),
Skripsi, Diterbitkan Oleh Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Raden Fatah Palembang,
2018, hlm.75 89
Lilik Mulyadi, Kekuasaan Kehakiman, (Surabaya:Bina Ilmu, 2007),hlm.136
55
Untuk menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana
narkotika, hakim dapat membuat pertimbangan-pertimbangan dalam
memutuskan perkara. Adapun pertimbangan-pertimbangan itu adalah
sebagai berikut:
1. Pertimbangan yang bersifat Yuridis.
Adalah pertimbangan hakim yang didasarkan pada faktor-faktor
yang terungkap di dalam persidangan dan oleh Undang-undang
telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam
putusan. Pertimbangan yang bersifat yuridis diantaranya:
a. Dakwaan jaksa penuntut umum
Dakwaaan merupakan dasar hukum acara pidana karena berdasar
pada pemeriksaan dipersidangan dilakukan. Dakwaan yang
dijadikan pertimbangan hakim adalah dakwaan yang telah
dibacakan didepan sidang pengadilan.
b. Keterangan saksi
Keterangan saksi adalah seseorang yang menyampaikan atau
memberikan keterangan dalam proses penyelesaian tindak pidana
berkenaan dengan peristiwa hukum yang ia dengar sendiri, lihat
sendiri, dan ia alami sendiri.90
Keterangan sanksi menjadi salah
satu komponen yang harus diperhatikan dalam menjatuhkan
putusan.
c. Keterangan terdakwa
Keterangan terdakwa adalah apa yang dinyatakan terdakwa di
sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang diketahui
sendiri maupun di alami sendiri.
90
Saksi,https://id.m.wikipedia.org, Diakses pada tanggal 23 Desember 2019
56
d. Barang-barang bukti
Dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP disebutkan mengenai apa-apa
saja yang dapat disita:
1. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau
sebagian diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai
hasil dari tindak pidana.
2. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk
melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya
3. Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyidikan
tindak pidana
4. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan untuk
melakukan tindak pidana
5. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan
tindak pidana yang dilakukan.
Jadi yang dimaksud dengan barang bukti adalah barang yang
dipergunakan oleh terdakwa untuk melakukan suatu tindak pidana.91
e. Pasal-Pasal Peraturan Hukum Pidana
Salah satu hal yang sering terungkap didalam proses
persidangan adalah pasal-pasal peraturan hukum pidana.
Pasal-pasal ini bermula terlihat dan terungkap pada surat
dakwaan jaksa penuntut umum, yang diformulasikan sebagai
ketentuan hukum pidana yang dilanggar oleh terdakwa. Pasal-
pasal tersebut kemudian dijadikan dasar pemidanaan atau
tindakan oleh hakim.92
91
Floria Dianti, Apa Perbedaan Alat Bukti dengan Barang Bukti,
https://m.hukumonline.com, Diakses pada tanggal 23 Desember 2019
57
2. Pertimbangan yang bersifat non Yuridis yaitu:
a. Latar belakang perbuatan terdakwa
Adalah setiap keadaan yang menyebabkan timbulnya
keinginan serta dorongan keras pada diri terdakwa dalam
melakukan tindak pidana kriminal.
b. Akibat perbuatan terdakwa
Perbuatan pidana yang dilakukan terdakwa sudah pasti
membawa korban ataupun kerugian pada pihak lain.
c. Kondisi terdakwa
Kondisi diri terdakwa adalah keadaan fisik maupun psikis
terdakwa sebelum melakukan kejahatan, termasuk pula status
sosial yang melakat pda dirinya. Keadaan fisik dimaksudkan
adalah usia dan tingkat kedewasaan, sementara keadaan psikis
dimaksudkan adalah berkaitan dengan perasaan misalnya
dengan keadaan marah.
d. Keadaan sosial ekonomi terdakwa, kondisi sosial ekonomi
tersebut dapat dijadikan pertimbangan dalam menjatuhkan
putusan sepanjang hal tersebut merupakan fakta yang
terungkap dipersidangan karena pada dasarnya faktor
ekonomi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
terdakwa untuk melakukan tindakan kejahatan.93
e. Faktor agama terdakwa.
Oleh sebab itu maka untuk melihat kinerja hakim dapat diukur
dari tiga sifat dalam menjatuhkan pidana, yaitu unsur yuridis
93 Nurhafifah dan Rahmiati, Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana
Terkait Hal Yang Memberatkan Dan Meringankan Putusan, Kanun Jurnal Hukum,No.66
Agustus, 2015, hlm.253-254, Diakses pada tanggal 23 Desember 2019
58
(kepastian hukum), unsur filosofis (kemanfaatan) dan unsur
sosiologis. Unsur sosiologis yaitu mempertimbangkan tata
nilai budaya yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.94
Adapun kasus dalam Putusan Mahkamah Agung
Nomor:1166K/Pid.Sus/2016 adalah sebagai berikut:
1. Identitas terdakwa
Nama : BAMBANG SUSILO bin BAJURI
Tempat Lahir : Kediri
Umur/tanggal lahir : 49 tahun / 17 Oktober 1966
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Jalan Angkasa Gang I, kelurahan Lirboyo,
Kecamatan Mojoroto, kota Kediri
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
2. Posisi Kasus
Bahwa ia terdakwa Bambang Susilo bin Bajuri pada hari senin
tanggal 14 Sepember 2015 sekira jam 22.00 WIB atau setidak-tidaknya
pada suatu waktu dalam bulan September tahun 2015 dirumah kontrakan
terdakwa di ruko pasar sapu Kelurahan Bandar Kidul Kecamatan
Mojoroto Kota Kediri atau pada suatu tempat termasuk daerah hukum
Pengadilan Negeri Kediri, tanpa hak atau melawan hukum menawarkan
untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual
94
Deka Aryanti, Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Tindak Pidana
Penyalahgunaan Narkotika (Analisis Putusan Nomor.1091/Pid.Sus/2015/Pn.Plg),
Skripsi, Diterbitkan Oleh Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Raden Fatah Palembang,
2018, hlm.77
59
beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan 1 perbuatan
tersebut terdakwa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Bahwa berawal dari adanya informasi dari masyarakat,
selanjutnya tim reskoba polres Kediri Kota antara lain saksi Dodit Eko
PW dan saksi Yumawan melakukan penyelidikan pada waktu dan tempat
tersebut di atas, ternyata mendapatkan terdakwa sedang mempersiapkan
diri akan mengkonsumsi Narkotika, selanjutnya telah disita dari tangan
terdakwa berupa 0,31 gram serbuk warna putih yang diduga sabu-sabu,
seperangkat alat hisap yang terdiri dari botol minum sprite, pipet kaca
yang sudah dipecah, 1 (satu) lembar bukti setoran BCA dan 1(satu) buah
HP Merk Evercoss warna hitam dan serbuk yang diduga sabu-sabu beserta
pipet kaca tersebut pada saat itu dilakukan penggeledahan ditemukan
dalam genggaman tangan kanan terdakwa dan berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratoris kriminalistik dari laboratorium forensik cabang
surabaya No.Lab : 6933/NNF/2015 tanggal 29 September 2015 barang
bukti Nomor:10302/2015/NNF, berupa 1 (satu) kantong plastik kristal
warna putih dengan berat netto 0,033 gram milik Bambang Susilo bin
Bajuri tersebut diambil kesimpulan: setelah dilakukan pemeriksaan secara
Laboratorius Kriminalistik disimpulkan bahwa barang bukti dengan
Nomor: 10302/ 2015/NNF seperti tersebut dalam 1 kantong plastik adalah
benar kristal metamfetamina, terdaftar dalam golongan 1 (satu) Nomor
urut 61 Lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika, sabu-sabu tersebut didapatkan terdakwa hasil dari pembelian
kepada Roma dengan harga sebesar Rp.400.000,00 (empat ratus ribu
rupiah) dan terdakwa mengakui telah membeli sabu-sabu melalui Roma
dengan cara memesan melalui HP Evercoss sebanyak 4 (empat) kali dan
yang diingat pembelian ketiga pada tanggal 9 September 2015 dengan cara
60
menstransfer melalui rekening BCA dan sabu-sabu diserahkan dengan
cara diranjau di daerah Tepus Gang II Desa Tepus Kecamatan Gampeng
Rejo Kabupaten Kediri selanjutnya telah dikonsumsi oleh terdakwa sendiri
sampai habis, sampai yang terakhir ketika terdakwa akan mengkonsumsi
sabu-sabu selanjutnya oleh petugas diamankan beserta barang buktinya;
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
dengan Pasal 114 ayat 1 (satu) dan 112 ayat 1 (satu) Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika;95
3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum
Isi tuntutan jaksa penuntut umum pada kejaksaan Negeri Kediri
pada tanggal 21 Desember 2015 sebagai berikut:
a. Menyatakan terdakwa Bambang Susilo bin Bajuri terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Tanpa
hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau
menyediakan narkotika golongan I bukan tanaman sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam Pasal 112 ayat 1(satu) Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika sebagaimana
dalam dakwaan alternatif kedua;
b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara
selama 6 (enam) tahun dikurungkan selama terdakwa berada
dalam masa tahanan dan membayar denda sebesar
Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) subsidair 4 (empat)
bulan penjara.
c. Menyatakan barang bukti berupa:
0,31 gram serbuk warna putih yang diduga sabu-sabu
95
Putusan Mahkamah Agung Nomor:1166K/Pid.Sus/2015
61
Seperangkat alat hisap yang terdiri dari alat bong dari botol
minuman sprite
Pipet kaca yang sudah dipecah;
1 (satu) lembar bukti setoran BCA;
Dimusnahkan;
1 (satu) buah HP merk Evercoss warna hitam dirmpas untuk
negara;
Menetapkan supaya terdakwa dibebani membayar biaya
perkara sebesar Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah).
4. Pertimbangan Hakim
Putusan hakim merupakan puncak dari suatu perkara yang sedang
diperiksa dan diadili oleh hakim.Adapun pertimbangan hakim terhadap
terdakwa adalah sebagai berikut:
a. Bahwa terdakwa Bambang Susilo bin Bajuri telah memenuhi
Pasal 55 ayat (2) dan Pasal 128 ayat (3) Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
b. Bahwa Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika menentukan pecandu yang sudah dewasa
sebagaimana dimaksud Pasal 55 ayat 2 (dua), yang sedang
menjalani rehabilitasi medis 2 kali masa pengobatan/ perawatan
dokter di rumah sakit dan / atau lembaga rehabilitasi medis yang
ditujukan pemerintah tidak dapat dituntut.
5. Penahanan
a. Penyidik sejak tanggal 15 September 2015 sampai dengan
tanggal 4 Oktober 2015
b. Perpanjangan masa tahanan oleh Penuntut umum sejak tanggal 5
Oktober 2015 sampai dengan tanggal 13 November 2015
62
c. Penuntut umum sejak tanggal 10 November 2015 sampai dengan
tanggal 29 November 2015
d. Perpanjangan oleh ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 18
Desember 2015 sampai dengan tanggal 15 Februari 2016.
6. Dakwaan
Bahwa ia terdakwa Bambang Susilo bin Bajuri diajukan
kepersidangan oleh Penuntut Umum dengan dakwaan kesatu dengan Pasal
114 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika,
kedua dengan Pasal 112 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika.96
7. Tuntutan
Tuntutan pidana kepada terdakwa yang pada pokoknya sebagai
berikut:
a. Menyatakan terdakwa Bambang Susilo bin Bajuri terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “tanpa
hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau
menyediakan Narkotika Golongan 1 bukan tanaman sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam Pasal 112 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika sebagaimana
dalam dakwaan alternatif kedua.
b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara
selama 6 (enam) tahun dikurungkan selama terdakwa berada
berada dalam masa tahanan dan membayar denda sebesar
Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) subsidair 4 (empat)
tahun penjara.
96
Putusan Mahkamah Agung Nomor:1166K/Pid.Sus/2016
63
c. Menyatakan barang bukti berupa :
0,31 gram serbuk warna putih yang diduga sabu-sabu
Seperangkat alat hisap yang terdiri dari alat bong dari botol
minuman sprite
Pipet kaca yang sudah dipecah
1 (satu) lembar bukti setoran BCA; dimusnahkan
1 (satu) buah Hp merk Evercross warna hitam dirampas untuk
negara97
d. Menetapkan supaya terdakwa dibebani membayar biaya perkara
sebesar Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah).
8. Hal yang Memberatkan dan Hal yang Meringankan
Hal yang memberatkan dan hal yang meringankan kepada
terdakwa, adalah sebagai berikut:
a. Hal yang Memberatkan
Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
yang sedang gencar-gencarmya memberantas kejahatan
Narkotika.
Terdakwa sudah beberapa kali membeli Narkotika jenis sabu-
sabu.
b. Hal yang Meringankan
Terdakwa berlaku sopan dan tidak mempersulit jalannya
persidangan
Terdakwa berterus terang membenarkan dan mengakui
perbuatannya
97
Putusan Mahkamah Agung Nomor.1166K/Pid.Sus/2016
64
Terdakwa telah melaporkan diri ke BNN untuk sembuh dari
ketergantungan Narkotika.
Adapun kasus dalam putusan Nomor:1166K/Pid.Sus/2016. Yang
diambil dari keterangan dari terdakwa pada saat terdakwa dalam
persidangan yaitu:98
1. Terdakwa menjelaskan bahwa pada saat ditangkap oleh tim
reskoba polres Kediri Kota antara lain saksi Dodik Eko PW dan
saksi Yumawan terdakwa sedang mempersiapkan diri akan
mengkonsumsi Narkotika, dalam kantong plastik berisikan
serbuk warna putih yang diduga sabu-sabu dengan berat 0,31
gram, seperangkat alat hisap yang terdiri dari alat bong dari botol
minuman sprite, pipet kaca yang sudah dipecah, 1 (satu) lembar
bukti setoran BCA dan 1 (satu) buah HP merk Evercoss warna
hitam.
2. Terdakwa membenarkan keterangan polisi kalau dirinya
membawa, menguasai, menyimpan, memiliki narkotika jenis
sabu-sabu seberat 0,31 gram.
3. Terdakwa menjelaskan bahwa pada saat ditangkap oleh tim
Reskoba Polres Kediri Kota serbuk yang diduga sabu-sabu
beserta pipet kaca tersebut dan pada saat dilakukan
penggeledahan ditemukan dalam genggaman tangan kanan
terdakwa.
4. Terdakwa menjelaskan mendapatkan barang bukti yang
ditemukan oleh tim Reskoba Polres Kediri Kota antara lain saksi
Dodik Eko PW dan saksi Yumawan pada tanggal 14 September
2015 sekira pukul 22.00 WIB atau setidak-tidaknya pada saat
98
Putusan Mahkamah Agung Nomor.1166K/Pid.Sus/2016
65
waktu dalam bulan September 2015 terdakwa mengakui telah
membeli sabu-sabu melalui Roma dengan cara memesan melalui
HP sebanyak 4 kali dan yang diingat pembelian ketiga pada
tanggal 9 September 2015 dengan cara mentransfernya melalui
rekening BCA dengan harga Rp.400.000,00 (empat ratus ribu
rupiah) dan sabu-sabu diserahkan diranjau didaerah Tepus Gang
II Desa Tepus Kecamatan Gampeng Rejo Kabupaten Kediri.
5. Terdakwa menjelaskan bahwa sabu-sabu tersebut terdakwa
konsumsi sendiri sampai habis, dan yang terakhir ketika terdakwa
hendak mengkonsumsi sabu-sabu selanjutnya oleh petugas
diamankan beserta barang bukti.
6. Terdakwa menjelaskan bahwa terdakwa sudah berada pada
kategori ketergantungan narkotika pada tingkat yang berat.
7. Terdakwa menjelaskan bahwa sehingga 6 bulan yang lalu
terdakwa pernah datang ke BNN Kota Kediri untuk melaporkan
diri sebagai penyalahguna yang sudah kecanduan. Dan terdakwa
pada waktu melaporkan diri ke BNN telah melakukan
assesment.
8. Terdakwa menjelaskan bahwa BNN Kota Kediri ketika
melakukan assesment menyarankan terdakwa untuk mengikuti
program rehabilitasi rawat inap tetapi terdakwa mempunyai
tanggungan keluarga sehingga menolak untuk direhabilitasi rawat
jalan.
9. Terdakwa menjelaskan bahwa waktu dalam masa perawatan,
terdakwa datang satu kali sehingga terdakwa mengalami
perawatan pada saat pertama melaporkan diri dan satu kali
setelah assesment rawat jalan. Assesment dan rawat jalan
66
dilakukan pertama kali pada tanggal 10 Juni 2015, setelah itu
terdakwa datang kembali untuk direhabilitasi rawat jalan.99
Dalam sidang permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari
Rabu, tanggal 24 Agustus 2016 oleh hakim tingkat kasasi beranggotakan
Prof. Dr. Surya Jaya, S.H.,M.Hum., Hakim Agung yang ditetapkan oleh
ketua Mahkamah Agung sebagai ketua Majelis, Dr.H.
Margono,S.H.,M.Hum.,M.M. dan Maruap Dohmatiga
Pasaribu,S.H.,M.Hum., Hakim-Hakim Agung sebagai anggota, dan
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari dan tanggal itu
juga oleh ketua Majelis Hakim-Hakim Anggota tersebut, dan dibantu oleh
M. Iksan Fathoni, S.H.,M.H., Panitera Pengganti dan tidak dihadiri oleh
Pemohon Kasasi/Terdakwa dan Jaksa/Penuntut Umum.
Dalam Putusan Mahkamah Agung, Hakim menyatakan bahwa
tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima karena berdasarkan
pemeriksaan di persidangan, hakim berpendapat/mempunyai
pertimbangan bahwa terdakwa telah memenuhi Pasal 55 ayat (2) dan Pasal
128 ayat (3) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
dan menurut Pasal tersebut tindakan terdakwa tidak dapat dituntut pidana
dan memerintahkan terdakwa dikeluarkan dari tahanan.100
Dengan dasar
pertimbangan sebagai berikut:
1. Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim yang
didasarkan pada fakta-fakta yang terungkap di dalam persidangan
dan oleh Undang-Undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus
99
PutusanMahkamah Agung Nomor.1166K/Pid.Sus/2016 100
Sovia Hasanah, Maksud Amar Putusan Tuntutan Penuntut Umum Tidak Dapat
Diterima, https://m.hukumonline.com, Diakses pada tanggal 25 Desember 2019.
67
dimuatdidalam putusan. Adapun pertimbangan hakim yang
digolongkan sebagai petimbangan yuridis, yaitu:101
a. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Perumusan dakwaan didasarkan atas hasil pemeriksaan, dan
dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor:1166K/
Pid.Sus/2016, dalam putusan ini jaksa penuntut umum
menuntut terdakwa dengan dakwaan telah melanggar Pasal
114 ayat 1 (satu) Jo Pasal 112 ayat (1) Undang-undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
b. Keterangan terdakwa
Keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa nyatakan di
sidang pengadilan tentang perbuatan yang ia lakukan atau ia
ketahui sendiri atau ia alami sendiri (Pasal 184 KUHAP).
Keterangan terdakwa sekaligus juga merupakan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan oleh penuntut umum, hakim maupun penasihat
hukum. 102
Berikut ini adalah pertimbangan hakim dalam putusan
Mahkamah Agung Nomor:1166K/Pid.Sus/2016, yang berkaitan dengan
keterangan terdakwa yang disampaikan didalam sidang yang pada
pokoknya menerangkan, adalah sebagai berikut:
1. Bahwa terdakwa ditangkap pada tanggal 14 September 2015
sekira pukul 22.00 WIB atau setidak-tidaknya pada saat waktu
dalam bulan September 2015 terdakwa mengakui telah
101
Deka Aryanti, Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Tindak Pidana
Penyalahgunaan Narkotika (Analisis Putusan Nomor.1091/Pid.Sus/2015/Pn.Plg),
Skripsi, Diterbitkan Oleh Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Raden Fatah Palembang,
2018, hlm.90 102
Deka Aryanti, Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Tindak Pidana
Penyalahgunaan Narkotika (Analisis Putusan Nomor.1091/Pid.Sus/2015/Pn.Plg),
Skripsi, Diterbitkan Oleh Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Raden Fatah Palembang,
2018, hlm.92
68
membeli Narkotika jenis sabu-sabu dengan berat 0,31 gram.
Terdakwa mengaku membeli melalui Roma dengan cara
memesan melalui HP sebanyak 4 kali dan yang diingat
pembelian ketiga pada tanggal 9 September 2015 dengan cara
mentransfer melalui rekening BCA dengan harga
Rp.400.000,00 (empat ratus ribu rupiah) dan sabu-sabu
diserahkan diranjau didaerah Tepus Gang II Desa Tepus
Kecamatan Gampeng Rejo Kabupaten Kediri.
2. Terdakwa mengakui telah memiliki Narkotika jenis sabu-sabu.
3. Terdakwa menjelaskan bahwa terdakwa sudah berada pada
kategori ketergantungan Narkotika pada tingkat yang berat.
c. Keterangan Saksi
Keterangan saksi dapat dikategorikan sebagai alat bukti
sepanjang keterangan itu mengenai suatu peristiwa pidana
yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dan
harus disampaikan didalam sidang pengadilan dengan
mengangkat sumpah. Dengan kata lain, keterangan saksi ini
akan memberikan gambaran terbukti atau tidaknya dakwaan
jaksa penuntut umum sehingga dengan keterangan saksi hakim
mempunyai gambaran akan dakwaan jaksa penuntut umum.103
d. Barang Bukti.
Adanya barang bukti yang terungkap dalam persidangan akan
menambah keyakinan hakim dalam menilai besar tidaknya
perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa, tentu hal itu
103
Deka Aryanti, Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Tindak Pidana
Penyalahgunaan Narkotika (Analisis Putusan Nomor.1091/Pid.Sus/2015/Pn.Plg),
Skripsi, Diterbitkan Oleh Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Raden Fatah Palembang,
2018, hlm.94
69
akan lebih menambah keyakinan hakim apabila barang bukti
tersebut dikenali dan diakui oleh terdakwa maupun para saksi
dalam persidangan.
Dalam Putusan Mahkamah Agung pada Nomor:1166K/
Pid.Sus/2016, dengan barang bukti sebagai berikut:
1. 1 (satu) kantong plastik berisikan kristal warna putih yang
diduga sabu-sabu dengan berat netto 0,033 gram.
2. Seperangkat alat hisap yang terdiri dari alat bong dan botol
minuman sprite.
3. Pipet kaca yang sudah pecah.
4. 1 (satu) lembar bukti setoran BCA
5. 1 (satu) buah HP merk Evercoss warna hitam.
2. Pertimbangan yang bersifat Filosofis dalam Putusan Mahkamah
Agung Nomor:1166K/Pid.Sus/2016, yaitu bahwa dalam persidangan
majelis hakim tidak menemukan adanya hal-hal yang dapat
menghapus pidana, maupun alasan pemaaf dan alasan pembenar
pada diri terdakwa untuk tidak diberikan hukuman.
3. Pertimbangan yang bersifat Sosiologis dalam Putusan Mahkamah
Agung Nomor:1166K/Pid.Sus/2016, yaitu bahwa hakim menyatakan
bahwa tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima karena
berdasarkan pemeriksaan di persidangan, hakim
berpendapat/mempunyai pertimbangan bahwa terdakwa terbukti
melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika namun tidak
dapat dituntut karena ada alasan pengecualian penuntutan pidana.104
104
Sovia Hasanah, Maksud Amar Putusan Tuntutan Penuntut Umum Tidak Dapat
Diterima, https://m.hukumonline.com, Diakses pada tanggal 25 Desember 2019.
70
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dasar
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pada Putusan
Nomor:1166K/Pid.Sus/2016, sudah sesuai dengan aspek yuridis, filosofis,
sosiologis. Hakim pada putusan ini telah memperhatikan apa yang
seharusnya menjadi dasar-dasar dalam menjatuhkan Putusan terhadap
Pecandu Narkotika, dengan melihat fakta-fakta yang ada dipersidangan.105
Bahwa terdakwa sebagai penyalahguna/kecanduan telah
memenuhi ketentuan Pasal 55 ayat (1) dan Pasal 128 ayat (1) Undang-
undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika karena telah
melaporkan diri kepihan BNN Kota Kediri dan telah melakukan
Assesment dan pengobatan sebanyak dua kali maka secara hukum
terdakwa yang tertangkap membawa, menyimpan atau memiliki Narkotika
sebanyak 0,31 gram tidak dapat dilakukan proses atau tuntutan hukum.
Bahwa penuntutan terhadap terdakwa merupakan suatu bentuk
kriminalisasi sebab perbuatan terdakwa a quo telah dikecualikan oleh
Pasal 55 ayat (2) jo. Pasal 128 ayat (3) Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika jo. SEMA Nomor 4 Tahun 2010.
Bahwa, pada pokoknya ketentuan dalam SEMA tersebut
membenarkan penyalahguna narkotika yang sedang menjalani masa
perawatan/rehabilitasi rawat jalan membawa, memiliki, menyimpan atau
menggunakan narkotika jenis sabu maksimum 1 gram.
Bahwa berdasarkan alasan pertimbangan tersebut perbuatan
terdakwa terbukti melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika,
namun tidak dapat dituntut karena ada alasan pengecualian penuntutan
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) dan Pasal 128 ayat
(1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jo. SEMA
105
PutusanMahkamah Agung Nomor.1166K/Pid.Sus/2016
71
Nomor 4 Tahun 2010. Oleh karena itu penuntutan penuntut umum
dinyatakan tidak dapat diterima.106
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dasar
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman dalam putusan
Mahkamah Agung Nomor:1166K/Pid.Sus/2016, yang berkenaan dengan
pelaku penyalahgunaan narkotika, dalam hal ini adalah pecandu narkotika.
Dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor:1166K/Pid.Sus/2016, bahwa
pecandu tersebut tidak dikenai sanksi pidana ataupun penjara, akan tetapi
dikenai sanksi rehabilitasi.
Rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan mengembalikan
kondisi para mantan penyalahguna/ketergantungan narkotika kembali
sehat dalam arti sehat fisik, psikologis, sosial dan spiritual/agama
(keimanan).107
Putusan hakim dalam Hal ini sudah sesuai dengan aspek
yuridis, filosofis, dan sosiologis. Hakim dalam memutuskan hukuman
pada perkara ini telah memperhatikan apa yang seharusnya menjadi dasar-
dasar dalam menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa, dengan melihat
fakta-fakta didalam persidangan, surat dakwaan, keterangan terdakwa,
saksi dan alat bukti. Dengan penjatuhan hukuman rehabilitasi diharapkan
pecandu narkotika dapat sembuh dari ketergantungannya terhadap
narkotika.
106
Putusan Mahkamah Agung Nomor:1166K/Pid.Sus/2016 107
Darda Syahrizal, Op.Cit., hlm.3
72
B. Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Mahkamah
Agung Nomor:1166K/Pid.Sus/2016.
Dalam agama Islam Istilah narkoba/narkotika tidak dijelaskan
secara langsung dalam Al-quran maupun Al-Sunnah. Keduanya hanya
menyebutkannya dengan istilah Khamar.108
Meskipun demikian, jika suatu
hukum Islam belum ditentukan statusnya, hal itu dapat diselesaikan
melalui metode qiyas. Jadi dimana sesuatu yang disamakan ternyata lebih
besar akibat buruknya dari pada sesuatu yang menjadi bandingannya.109
Khamar adalah minuman yang memabukkan. Khamar dalam
bahasa Arab berarti “menutup” kemudian dijadikan nama bagi segala yang
memabukkan dan menutup aurat. Selanjutnya, kata khamar dipahami
sebagai nama minuman yang membuat peminumnya mabuk atau
gangguan kesadaran.110
Adapun dalam hukum Islam Narkotika/Narkoba diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab dengan kata al-mukhaddirat yang berasal dari akar
khaddra-yukhaddiru yang berarti hilang rasa, bingung, membius, tidak
sadar, menutup, gelap, atau mabuk.
Menurut pengertian syara‟ dan bahasa Arab adalah nama untuk
setiap yang menutup akal dan menghilangkannya, khususnya zat yang
dijadikan untuk minuman keras yang terbuat dari kurma, anggur dan zat
lainnya. Sesuatu yang dapat menutupi kesadaran berfikir seseorang
108
Sofa Nur Afifah, Analisis Pendapat Ibnu Taimiyyah Tentang Sanksi Pidana
Pengguna Narkoba, Skripsi, diterbitkan oleh fakultas syariah dan hukum, UIN
Walisongo Semarang, 2017, hlm.16 109
Narkoba Dalam Pandangan Agama, hlm. 4 110
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, Op.Cit., hlm.78
73
disebut dengan khamar, dan haram status hukumnya apabila dikonsumsi
oleh manusia.111
Khamar dalam istilah hukum nasional adalah minuman keras atau
minuman yang mengandung alkohol. Minuman beralkohol adalah
minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil
pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara di fermentasi dan
destilasi, atau fermentasi tanpa destilasi, maupun yang diproses dengan
cara mencampur kosentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran
minuman yang mengandung ethanol.112
Dengan memperhatikan pengertian khamar tersebut kebanyakan
para ulama berpendapat bahwa apapun bentuknya (khamar, ganja, ekstasi,
sabu-sabu dan sejenisnya) yang dapat memabukkan, menutup akal atau
menjadikan seseorang tidak dapat mengendalikan diri dan akal pikirannya
adalah haram.113
Segala sesuatu yang dapat mengganggu akal pikiran dan dapat
mengeluarkannya dari tabiat aslinya sebagai salah satu unsur manusia
yang dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk adalah khamar,
yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Termasuk diantaranya adalah
bahan yang dikenal dengan sebutan narkoba/narkotika.114
Dasar hukum pengharaman narkoba dimaksud adalah hadis
Rasulullah Saw. Yang berbunyi:
ن هى رصو ل الله صلى الله عليو وسلم عن كل مسكر و مفت
111Makhrus Munajat, Dikonsumsi Hukum Pidana Islam, (Yogyakarta:Longung
Agung, 2004),hlm.125 112
Mardani, Hadis Ahkam, (Jakarta:PT Raja Grafindi,2012),hlm.322 113
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta:Prenada Media,
2003),hlm.289 114
Achmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam,
(Jakarta:Sinar Grafika, 2004),hlm.9
74
Rasulullah SAW. Melarang setiap perkara yang memabukkan dan dapat
melemahkan badan (Diriwayatkan Ahmad dan Abu Daud).115
Hadis ini analog kepada khamar, oleh karena itu narkoba yang
mempunyai sifat merusak melebihi khamar, sehingga pengguna (ganja,
putaw, ekstasi, kokain dan sejenisnya) yang meracik, penanaman,
memproses, menyimpan, penjual, pembeli, bahkan yang menyuguhkan
serta orang-orang yang mau disuguhi, semua dosa dan dilaknat Allah.116
Ayat-ayat suci yang menyangkut minuman keras (khamar) dapat
disamakan dengan narkoba.
a. Narkoba, Alkohol adalah Haram. يطن فا ي يها الذين امن وا انا المرولميسر والأنصا ب والأزلام رجس من عمل الش
جتنب وه لعلكم ت فلحون (90)نكم العداوةوالب غضآء ف المروالميسر ويصدكم ع ا يريدالشيطن ان ي و قع ب ي ن ذ ان
ت هون(91)كرالله ن وعن الصلوة ف هل ان تم م“Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya minuman keras,
berjudi, berkurban untuk berhala dan mengundi nasib dengan panah,
adalah perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan”.(QS. Al-Maa-idah:90)
“Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan
menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan
shalat,maka tidakkah kamu berhenti?”.(QS.Al-Maaidah:91)
Merujuk kepada ayat dan hadis diatas, Islam memandang narkoba
adalah haram hukumnya, memang ada manfaatnya tetapi ada juga
mudharatnya, namun kerugiannya dan mudharatnya lebih besar dari
manfaatnya.117
Dalam hal ini, Narkotika lebih besar akibat buruknya
daripada khamar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sayyid Al-Sabid yang
menyatakan, “sesungguhnya ganja itu haram. Diberikan sanksi had orang
115
Zainudin Ali Hukum Pidana Islam, (Jakarta:Sinar Garafika,2012),hlm.78-79 116
Narkoba Dalam Pandangan Agama,hlm.3 117
Ibid, Hlm.2
75
yang menyalahgunakannya, sebagaimana diberikan sanksi had peminum
khamar. Ganja itu lebih keji dibandingkan dengan khamar. Di samping
itu, ganja termasuk kategori khamaryang secara lafal dan maknawi telah
di haramkan oleh Rasul-Nya. 118
Keharaman Narkotika itu tidak terbatas banyak atau sedikit, jika
banyak dapat memabukkan maka sedikitpun akan tetap haram meskipun
yang sedikit itu tidak memabukkan. Begitu juga dengan para pelaku
penyalahguna narkotika, pemakai, penjual, pembeli, produsen, pengedar
dan penerima narkotika hukumnya tetap haram.119
Para ulama sepakat bahwa konsumen khamar ditetapkan sanksi
hukum had, yaitu dera sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran
yang dilakukan oleh seseorang. Terhadap pelaku pidana yang
mengkonsumsi minuman memabukkan dan/atau obat-obat yang
membahayakan, sampai batas yang membuat gangguan kesadaran (teler),
menurut pendapat Ahmad Hanafi, besarnya hukuman bagi pelaku tindak
pidana peminum khamar berdasarkan ijma‟ sahabat yaitu delapan puluh
(80) kali cambuk, karena dianalogikan dengan tindak pidana qadzaf.
Empat puluh (40) cambuk sebagai hukuman hudud dan empat puluh lagi
sebagai hukuman ta‟zir.120
Namun ada riwayat yang menegaskan bahwa jika pemakai
setelah dikenai sanksi hukum masih melakukan dan terus melakukan
beberapa kali (empat kali) hukumannya adalah hukuman mati.Dalam
Islam hukuman bagi peminum khamar dikemukakan oleh H. Hamka Haq
118
Nurul Irfan, Op.Cit.,hlm.224-225 119
Yusuf Qarawadhi, Halal Haram dalam Islam, (Surakarta;Sinar Grafika,
2003),hlm.108 120
Mardani, Hukum Pidana Islam, (Jakarta:Kencana,2019),hlm.173
76
sebagai berikut. “Hukuman peminum khamar adalah hukuman dera
sebanyak 40 kali dera sampai 80 kali dera”.121
Hukum dan keadilan tuhan merupakan suatu hal yang tidak dapat
dipisahkan. Ajaran Islam memerintahkan agar setiap manusia khususnya
hakim senantiasa menegakkan kebenaran dan keadilan. Seperti halnya
penegakan hukum dalam kasus pecandu narkotika yang penulis bahas.
Dari Putusan hakim pada Putusan Nomor:1166K/Pid.Sus/2016,
penulis menyimpulkan bahwa apa yang diputuskan oleh hakim sudah
sejalan dengan peraturan perundang-undangan dalam Undang-undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika mengenai penyalahgunaan/
pecandu narkotika yang mana sebagai penyalahguna/pecandu narkotika
wajib untuk direhabilitasi.
Konsep rehabilitasi menurut hukum pidana Islam terhadap
pecandu narkotika ialah seseorang yang dapat direhabilitasi apabila hakim
belum memutuskan atau memberikan hukuman kepada pecandu narkotika,
maka pecandu mendapatkan pengampunan dan dapat
direhabilitasi.Rehabilitasi dalam hukum pidana Islam dikenal sebagai
Ta‟dib. Ta‟dib secara bahasa ialah supaya menjaga kemaslahatan umum
atau menegakkan kedisiplinan. Ta‟dibmerupakan salah satu bentuk
hukuman terhadap pembuatan maksiat yang dilakukkan berulang-ulang.
Dalam narkotika Ta‟dib atau rehabilitasi diberlakukan karena adanya
perbuatan penyalahgunaan narkotika secara berulang-ulang yang
disebabkan kecanduan pada narkotika. Jadi syarat penerapan rehabilitasi
121
Zainudin Ali, Op.Cit., hlm.101
77
terhadap pengguna narkotika/pecandu narkotika adalah pengguna tersebut
telah melakukan secara berulang-ulang atau sudah kecanduan.122
Sebagian Ulama berpendapat bahwa ta‟dib atau rehabilitasi
penyalahguna narkotika merupakan suatu hak dari penyalahguna dan
bukan sebagai kewajiban yang harus dikerjakan. Hal itu sama halnya
dengan pecandu narkotika, dimana rehabilitasi merupakan hak bagi
mereka bukan sebagai kewajiban.
Pemidanaan bentuk rehabilitasi dalam hukum pidana Islam
merupakan bentuk pemulihan dan restorasi pelaku pidana kejahatan, untuk
menjadi pribadi yang lebih baik. Proses rehabilitasi dalam hukum Islam
juga sebagai bentuk pencegahan penyakit masyarakat terhadap sebuah
kejahatan sosial.123
Rehabilitasi adalah bentuk sanksi tindakan yang tersebar di luar
KUHP.124
Sanksi diartikan sebagai suatu tanggungan, tindakan, hukuman
untuk memaksa seseorang agar mentaati ketentuan Undang-Undang.
Tindakan diartikan sebagai suatu hukuman yang diberikan kepada
seseorang yang sifatnya tidak menderitakan melainkan mendidik dan
mengayomi.
Dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 1166K/Pid.Sus/2016,
hakim memutus terdakwa berupa penjatuhan sanksi rehabilitasi. Sanksi
rehabilitasi merupakan cara untuk membina dan membimbing pelaku
tindak pidana narkotika kearah/hal-hal yang lebih positif. Karena Pecandu
122
Muhammad Masrur Fuadi, Konsep Rehabilitasi Terghadap Pengguna
Narkotika Dalam Perspektif Hukum Positif Dan Hukum Islam, Skripsi, Diterbitkan oleh
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, hlm.57 123
Syaflin Halim, Rehabilitasi Sebagai Pengalih Sanksi Penyalahgunaan Narkoba
dalam Hukum Islam, medan, 30 November-03 Desember 2018, hlm.7-8 124
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakart:Sinar Grafika, 2015),
hlm.194
78
narkotika adalah orang yang menggunakan narkotika dalam
ketergantungan. Sedangkan ketergantungan narkotika adalah kondisi yang
ditandai oleh dorongan untuk menggunakan secara terus menerus dengan
takaran yang cenderung meningkat. Dan untuk menanganinya dibutuhkan
proses rehabilitasi secara bertahap agar pelaku penyalahguna/pecandu
narkotika bisa lepas dari ketergantungannya.125
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan bahwa sanksi
bagi pelaku penyalahgunaan/pecandu narkotika adalah ta‟zir. Adapun
penyalahgunaan narkotika mengakibatkan kerugian jiwa dan harta benda.
Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:126
a. Menjatuhkan hukuman yang berat terhadap penjual, pengedar,
dan penyelundupan bahan-bahan narkotika. Bahkan jika perlu
diberikan hukuman mati.
b. Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang
melindungi produsen atau pengedar narkotika.
c. Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan
penyalahgunaan narkotika.
Ta‟zir ialah sanksi yang diberlakukan kepada pelaku jarimah
yang melakukan pelanggaran baik berkaitan dengan hak Allah maupun
hak manusia dan tidak termasuk dalam kategori hudud atau kafarat.
Karena ta‟zir tidak ditentukan secara langsung oleh Al-quran dan hadis,
maka ini menjadikompetensi penguasa setempat.127
125
Syaflin Halim, Rehabilitasi Sebagai Pengalih Sanksi Penyalahgunaan
Narkoba dalam Hukum Islam, medan, 30 November-03 Desember 2018, hlm.8 126
Nurul Irfan dan Masyrofah,Op.Cit., hlm.178 127
Nurul Irfan dan Masyrofah,Op.Cit., hlm.139-140
79
Sanksi hukum pengguna narkotika diqiyaskan dengan hukuman
bagi peminum khamar, sanksi hukum tersebut dapat diberlakukan
manakala telah memenuhi dua unsur:128
1. Meminum khamar, dalam artian pelaku telah meminum atau
menggunakan sesuatu yang memabukkan, baik itu sedikit
atapun banyak.
2. Adanya niat melawan hukum (kesengajaan), dalam artian si
peminum mengetahui bahwa apa yang diminum itu adalah
khamar.
Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa pengguna/pecandu
narkotika harus diberlakukan hukuman yang sama dengan peminum
khamar yaitu dera/cambuk sebanyak 80 kali. Rasa sakit yang ditimbulkan
akibat cambukan lebih berat daripada hanya sekedar penjara.129
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa Tinjauan Hukum
Pidana Islam Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor:1166K
/Pid.Sus/2016), penegakan sanksinya bagi penyalahguna/pecandu
narkotika adalah ta‟zir. Yaitu hukuman atas pelanggaran yang tidak
ditetapkan hukumannya didalam Al-quran dan Hadis, yang mana
hukuman ta‟zir ini dalam hukum pidana Islam diserahkan keputusannya
kepada pemerintah/penguasa negara (ulil amri). Akan tetapi dalam
pelaksanaan hukumannya tetap harus memperhatikan aspek-aspek
kemaslahatan baik bagi pelaku maupun bagi masyarakat dari
kemudharatan (bahaya).
128
Rokhmadi, Hukum Pidana Islam, (Semarang:CV. Karya Abadi Jaya,2015),
hlm.58 129
Sofa Nur Afifah, Analisis Pendapat Ibnu Taimiyyah Tentang Sanksi Pidana
Pengguna Narkoba, Skripsi, Diterbitkan oleh Fakutas Syariah dan Hukum, Universitas
Negeri Walisongo Semarang, hlm. 76