Bab III Metode
-
Upload
novidha-satya-ningtyas -
Category
Documents
-
view
23 -
download
5
Transcript of Bab III Metode
![Page 1: Bab III Metode](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/5491601fb4795927058b551c/html5/thumbnails/1.jpg)
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan
November 2011. Analisis dilakukan di laboratorium Biokimia Gizi dan Evaluasi
Nilai Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian terbagi atas bahan dan
alat untuk pembuatan mayonnaise serta bahan dan alat untuk analisis. Bahan
untuk pembuatan mayonnaise terdiri dari minyak zaitun, minyak goreng kemasan
(terdiri dari minyak kelapa, minyak sawit, dan minyak kedelai), ekstrak bunga
rosella basah, telur, garam, mustard, lada, dan bumbu lainnya. Adapun bahan
untuk analisis di antaranya adalah NaOH, HCl, DPPH, Heksana, Selenium mix.
Alat yang digunakan untuk pembuatan mayonnaise terdiri dari
foodextractor, mixer, rotary evaporator, baskom, dan timbangan. Adapun alat-
alat untuk melakukan analisis di antaranya adalah labu lemak, labu Kjeldahl,
corong pemisah, spektrofotometer, dan lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian Pendahuluan
Ekstraksi bunga rosella
Tahapan yang dilakukan untuk membuat ekstraksi bunga rosella mengacu
pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Mardiah (2010). Tahapan tersebut
disajikan pada Gambar 1.
Sortasi bunga rosella segar
Penghancuran kelopak bunga rosella
dilarutkan dalam air 1:4
Ekstraksi dengan perbedaan suhu (50oC distirer selama dua jam)
Dilakukan penyaringan
didapatkan filtrate kelopak bunga rosella
Pemekatan filtrat
Pekatan ekstrak bunga rosella
Gambar 1 Diagram alir ekstraksi bunga rosella
![Page 2: Bab III Metode](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/5491601fb4795927058b551c/html5/thumbnails/2.jpg)
15
Gambar 2 Proses ekstraksi bunga rosella
Penentuan penambahan pekatan ekstrak rosella terhadap mayonnaise
Penentuan penambahan pekatan ekstrak rosella dilakukan dengan
persentase penambahan pekatan. Persentase penambahan dibandingkan
dengan jumlah minyak yang digunakan yaitu 450 ml setara dengan 384 g.
Pengamatan dilakukan terhadap kekentalan mayonnaise dengan kontrol.
Adapun hasil dari penambahan 20% pekatan ekstrak rosella didapatkan
kekentalan yang terlalu encer dibandingkan dengan kontrol. Oleh karena itu,
penambahan pekatan ekstrak rosella dibatasi sampai dengan 15%.
Penelitian Lanjutan
Formulasi mayonnaise dengan penambahan ekstrak bunga rosella
Pembuatan mayonnaise dilakukan dengan menggunakan resep rumah
tangga. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah minyak yang terdiri dari
minyak kelapa, minyak sawit, minyak kedelai, dan minyak zaitun sebagai kontrol
serta bahan tambahan lainnya. Penambahan pekatan ekstrak bunga rosella
dibatasi sesuai hasil penelitian pendahuluan yaitu kurang dari 20% jumlah
minyak yang digunakan. Dengan demikian ditetapkan formulasi penambahan
ekstrak bunga rosella yaitu 5%, 10%, dan 15% dibandingkan dengan jumlah
minyak yang digunakan. Jenis dan jumlah bahan yang digunakan dalam
formulasi mayonnaise disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Formulasi mayonnaise
Bahan Dasar Ekstrak bunga rosella
0% 5% 10% 15%
Kuning telur 45 45 45 45 Saus mustard 7 5 5 5 Garam 1 1 1 1 Lada 1 1 1 1 Air jeruk nipis 10 7 7 7 Air hangat 10 10 10 10 Minyak 384 384 384 384 Pekatan ekstrak bunga rosella 0 19.2 38.4 57.6
![Page 3: Bab III Metode](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/5491601fb4795927058b551c/html5/thumbnails/3.jpg)
16
Jumlah formulasi mayonnaise dengan penambahan ekstrak bunga rosella
ada 9 jenis formula. Formula tersebut adalah mayonnaise K-R5% (berbahan
dasar minyak kelapa dengan penambahan ekstrak bunga rosella 5%),
mayonnaise K-R10% (berbahan dasar minyak kelapa dengan penambahan
ekstrak bunga rosella 10%), mayonnaise K-R15% (berbahan dasar minyak
kelapa dengan penambahan ekstrak bunga rosella 15%), mayonnaise D-R5%
(berbahan dasar minyak kedelai dengan penambahan ekstrak bunga rosella
5%), mayonnaise D-R10% (berbahan dasar minyak kedelai dengan penambahan
ekstrak bunga rosella 10%), mayonnaise D-R15% (berbahan dasar minyak
kedelai dengan penambahan ekstrak bunga rosella 15%), mayonnaise S-R5%
(berbahan dasar minyak sawit dengan penambahan ekstrak bunga rosella 5%),
mayonnaise S-R10% (berbahan dasar minyak sawit dengan penambahan
ekstrak bunga rosella 10%), dan mayonnaise S-R15% (berbahan dasar minyak
sawit dengan penambahan ekstrak bunga rosella 15%).
Adapun proses pembuatan dari mayonnaise dengan penambahan ekstrak
bunga rosella adalah sebagai berikut :
Kuning telur, garam, mustard dan lada dicampur rata
Ditambahkan minyak sedikit demi sedikit
Adonan diaduk terus hingga mengental
Tambahkan air jeruk mipis dan air hangat
Campuran diaduk hingga merata
Ditambahkan pekatan ekstrak bunga rosella
Kembali diaduk hingga merata
Gambar 3 Diagram alir proses pembuatan ekstrak bunga rosella
![Page 4: Bab III Metode](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/5491601fb4795927058b551c/html5/thumbnails/4.jpg)
17
Metode Analisis Kimia
Analisis kimia yang dilakukan meliputi:
1. Kadar Air (AOAC 1995)
Cawan aluminium dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC selama 15
menit, lalu didinginkan dalam desikator selama 10 menit. Cawan kosong
kemudian ditimbang dengan neraca analitik (a gram). Di samping itu, sampel
ditimbang dengan neraca analitik sebanyak 5 gram (b gram). Sampel tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam cawan dan dikeringkan dalam oven pada suhu
100oC selama kurang lebih 6 jam, didinginkan dalam desikator kemudian
ditimbang (c gram). Cawan berisi sampel kemudian dikeringkan kembali dalam
oven selama 15-30 menit, lalu ditimbang kembali. Pengeringan diulangi hingga
diperoleh berat sampel yang relatif konstan (berat dianggap konstan jika selisih
berat sampel kering yang ditimbang ≤0.0003 gram).
Rumus perhitungan:
2. Kadar Protein Metode Mikro Kjeldahl (AOAC 1995)
Kadar protein dalam sampel dianalisis dengan menggunakan metode
Kjeldahl yang merupakan analisis kadar total N. Sampel sejumlah 0,3 g
dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl dan ditambahkan dengan katalis secukupnya
(selenium mix ± 0.5 g) dan 25 ml H2SO4 pekat. Sampel kemudian didestruksi
pada suhu tinggi hingga larutan berwarna jernih dan tidak berasap, dinginkan,
lalu dimasukkan ke dalam labu kjedahl yang lebih besar. Terhadap sampel
kemudian ditambahkan 2–3 tetes indikator metil merah–metil biru. Sampel
kemudian ditambahkan NaOH 30% sampai berwarna hijau, lalu destilasi dengan
larutan penampung 20 ml H3BO3.Terhadp sampel lalu ditambahkan 2–3 tetes
indikator metil merah–metil biru. Sampel kemudian didiamkan hingga larutan
penampung berubah warna hijau, setelah itu ujung alat destilasi dibilas. Sampel
kemudian dititrasi dengan larutan HCl standar hingga berwarna keunguan.
![Page 5: Bab III Metode](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/5491601fb4795927058b551c/html5/thumbnails/5.jpg)
18
3. Kadar Lemak (AOAC 1995)
Labu lemak terlebih dahulu dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC, lalu
didinginkan dalam desikator dan dihitung beratnya. Contoh sebanyak 5 gram
dalam bentuk kering dibungkus dalam kertas saring, kemudian dimasukkan ke
dalam alat ekstrasi soxhlet. Alat kondensor diletakkan di atas dan labu lemak
secukupnya. Selanjutnya dilakukan refluks selama minimal 6 jam sampai pelarut
yang turun kembali ke dalam labu lemak menjadi jernih.
Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstrasi kemudian dikeringkan dalam
oven bersuhu 105oC untuk mengeluarkan sisa pelarut hingga mencapai berat
yang konstan, kemudian didinginkan dalam desikator. Labu lemak kemudian
ditimbang dan berat lemak dapat diketahui.
Kadar lemak (% bb) = Berat lemak (gram) x 100%
Berat contoh (gram)
4. Kadar Karbohidrat (Winarno 1997)
Kadar karbohidrat ditentukan secara by difference, yaitu merupakan hasil
pengurangan dari 100% dengan kadar air, kadar protein, kadar lemak, dan kadar
abu, sehingga kadar karbohidrat sangat tergantung pada kandungan zat gizi
lainnya. Penentuan dengan cara ini kurang akurat dan merupakan pertimbangan
kasar sebab karbohidrat terhitung termasuk pula serat kasar yang tidak
menghasilkan energi. Serat kasar adalah fraksi karbohidrat yang sukar dicerna.
Karbohidrat (%) = 100% - % kadar (air + protein + lemak + abu)
5. Analisis Bilangan Peroksida (AOAC 1995)
Sampel ditimbang kurang lebih 3 gram, kemudian disimpan dalam
erlenmeyer 250ml. Sebanyak 25 ml campuran kloroform dan asetat kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 1 ml larutan KI dalam ruang
gelap, kemudian didiamkan selama 2 menit dalam ruang gelap. Setelah itu,
sampel dikeluarkan dan ditambahkan larutan kanji dan 75ml air destilata. Setelah
terbentuk warna biru, larutan kemudian dititrasi dengan larutan tiosulfat hingga
menjadi tidak berwarna.
Peroksida = ml tiosulfat x N x 1000/ gsampel
![Page 6: Bab III Metode](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/5491601fb4795927058b551c/html5/thumbnails/6.jpg)
19
6. Analisis Asam Lemak Bebas (AOAC 1995)
Bahan yang diuji ditimbang sebanyak 5g dalam Erlenmeyer 250ml. Ke
dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 50ml alkohol netral 95%, lalu
dipanaskan selama 10 menit di atas hot plate sambil diaduk. Larutan ini
kemudian dititer dengan larutan NaOH 0.1 N dan menggunakan indikator warna
PP 1% sebagai indikator pH. Sampel kemudian dititrasi sampai pH 7, kemudian
dihitung jumlah NaOH yang digunakan.
Asam lemak bebas dinyatakan dalam persen asam lemak, dihitung sampai
dua desimal dengan rumus:
M = bobot molekul asam lemak bebas (256 untuk asam palmitat)
V = volume NaOH untuk titrasi
T = Normalitas larutan NaOH
m = bobot sampel dalma gram
7. Analisis angka TBA (Thiobarbituric Acid Value) (AOAC 1999)
Analisis angka TBA dilakukan dengan menimbang labu ukur 25 ml dan
contoh sebanyak 100 mg. Terhadap contoh kemudian ditambahkan 1-butanol
sampai tanda tera. Larutan contoh kemudian ditambahkan 5 ml pereaksi TBA
(200 mg TBA dalam 100 ml 1-butanol). Setelah tercampur, larutan dipanaskan
hingga suhu 95oC, kemudian didinginkan dan diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 530 nm. Standar yang digunakan adalah 1,1,3,3-tetrametoxy
propane sebagai prekursor malonaldehid. Konsentrasi malonaldehid contoh
dihitung berdasarkan persamaan (Wanasundra 1995).
8. Kadar Antosianin Total (Prior et. al.1998)
Kadar antosianin diukur dengan metode perbedaan pH, yaitu mengukur
absorbansi larutan pada pH 1 dan pH 4,5 yang diukur pada panjang gelombang
510nm dan 700nm dan dihitung dengan menggunakan rumus:
Abs= [(A510-A700)pH1-(A510-A700)pH4,5]
![Page 7: Bab III Metode](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/5491601fb4795927058b551c/html5/thumbnails/7.jpg)
20
Konsentrasi antosianin dihitung sebagai sianidin 3-glukosida dengan
koefisien ekstingsi molar 29.600 L mol-1 cm-1 dan berat molekul 449,2
menggunakan rumus:
Konsentrasi antosianin (mg L-1) = (A x BM x fp x 1000)/(ԑ x L)
dimana:
A = Absorbansi [(A510-A700)pH1-(A510-A700)pH4,5]
BM = Berat molekul (489,2)
fp = faktor pengenceran
ԑ = koefisien ekstingsi molar (29.600)
L = diameter kuvet (1 cm)
Penggunaan buffer
Pengukuran sampel pada pH 1,0 menggunakan buffer sodium klorida
0,025 M. Pengukuran sampel pada pH 4,5 menggunakan buffer sodium asetat
0,4 M. Pengaturan pH dalam buffer sodium klorida menggunakan asam klorida
sedangkan dalam buffer sodium asetat menggunakan asam asetat.
Preparasi sampel
Sebanyak 10g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, sampel
disentrifuse pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Pisahkan filtrat dan
endapannya. Endapan yang dihasilkan kemudian ditambahkan metanol
sebanyak 25 ml. Sampel kemudian dikocok selama 2 jam, kemudiandisentrifuse
pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Filtrat yang terbentuk kemudian
dipisahkan dari endapannya pada tempat yang berbeda sebelum dicampurkan
dengan metanol. Hal ini dilakukan berulang kali hingga filtrat tidak berwarna.
Fltrat metanol kemudian dievaporasi hingga kering, kemudian dicampurkan
dengan filtar pertama.
Determinasi sampel
Pada sebuah gelas piala 50 ml, sampel sebanyak 4 ml ditambahkan 1 ml
buffer sodium klorida, kemudian absorbansinya dibaca pada panjang gelombang
510 nm dan 700 nm. Pada gelas piala lain, sampel sebanyak 4 ml ditambahkan 1
ml buffer sodium asetat kemudian absorbansinya dibaca pada panjang
gelombang 510 nm dan 700 nm.
![Page 8: Bab III Metode](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/5491601fb4795927058b551c/html5/thumbnails/8.jpg)
21
9. Aktivitas Antioksidan (Kubo et. al. 2002)
Pada tabung reaksi, sebanyak 20 µL sampel dicampurkan dengan 1 ml
DPPH, kemudian ditambahkan air bebas ion hingga 5 mL. Larutan diinkubasi
pada suhu ruang selama 30 menit dalam keadaan gelap, kemudian larutan
diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 517 nm.
Untuk kurva standar, larutan sampel yang digunakan diganti dengan
larutan standar antioksidan yaitu vitamin C dan kontrol negatif, yaitu metanol.
Kapasitas antioksidan kemudian dinyatakan dalam persen dengan perhitungan:
% Kapasitas antioksidan = x 100%
AEAC
Keterangan:
A= absorbansi
C= konsentrasi sampel dari kurva standar (mg/L)
Fp= faktor pengenceran
M= berat sampel (mg)
Uji Organoleptik
Pada uji hedonik, panelis diminta tanggapannya mengenai kesukaan dan
ketidaksukaan terhadap suatu produk, sedangkan untuk uji mutu hedonik
tanggapan diberikan berdasarkan kesan baik atau buruk. Menurut Rahayu
(1998), uji hedonik bertujuan untuk mengetahui respon panelis terhadap sifat
mutu yang umum misalnya warna, aroma, rasa. Uji organoleptik yang dilakukan
pada pembuatan mayonnaise dengan penambahan ekstrak bunga rosella
(Hibiscus sabdariffa L) adalah uji hedonik dan mutu hedonik. Melalui uji hedonik
akan diketahui sifat mutu mayonnaise yang dihasilkan baik rasa, warna, aroma,
kekentalan dan keseluruhan. Sedangkan uji mutu hedonik ingin mengetahui
respon terhadap sifat-sifat produk yang lebih spesifik seperti warna, aroma, rasa,
kekentalan, kekompakkan, dan after taste.
Uji organoleptik dilakukan terhadap panel agak terlatih. Hal ini dikarenakan
lebih mudah mendapatkan panel agak terlatih di Departemen Gizi Masyarakat.
Mahasiswa Gizi Masyarakat, seringkali menjadi panelis bagi penelitian skripsi
![Page 9: Bab III Metode](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/5491601fb4795927058b551c/html5/thumbnails/9.jpg)
22
sebelumnya juga didukung oleh mata kuliah tentang uji organoleptik. Oleh
karena itu, panel agak terlatih lebih mudah didapatkan. Uji organoleptik dengan
panel agak terlatih membutuhkan 15–25 orang (Setyaningsih dkk. 2010).
Dalam uji hedonik panelis diminta untuk menilai tingkat kesukaan produk
dengan skala 1 – 9, yaitu (1) amat sangat tidak suka, (2) sangat tdak suka, (3)
tidak suka, (4) agak tidak suka, (5) biasa, (6) agak suka, (7) suka, (8) sangat
suka, dan (9) amat sangat suka. Sedangkan pada uji mutu hedonik, panelis
diminta untuk memberikan penilaian terhadap sifat produk meliputi warna dengan
nilai (1) putih, (2) putih kekuningan, (3) kuning pucat, (4) kuning, (5) agak kuning,
(6) kuning kemerahan, (7) agak merah muda, (8) merah muda pucat dan (9)
merah muda. Aroma meliputi (1) sangat amis, (2) amis, (3) agak amis, (4) sedikit
agak amis, (5) tidak amis, (6) sedikit agak segar, (7) agak segar, (8) segar dan
(9) sangat segar.
Rasa meliputi (1) sangat pahit, (2) pahit, (3) agak pahit, (4) sedikit agak
pahit, (5) hambar, (6)agak asam, (7) asam, (8) sangat asam dan (9) amat sangat
asam. After taste setelah mengkonsumsi produk seperti (1) amat sangat kesat,
(2) sangat kesat, (3) agak kesat, (4) sedikit agak kesat, (5) kesat, (6) sedikit agak
hambar, (7) agak hambar, (8) hambar dan (9) amat sangat tidak kesat (hambar) .
Kekentalan dinilai sesuai dengan penilaian berikut: 1) sangat encer, (2) encer, (3)
agak encer, (4) sedikit agak encer, (5) solid, (6) sedikit agak kental, (7) agak
kental, (8) kental dan (9) sangat kental. Serta penilaian kekompakkan yaitu 1)
sangat terpisah, (2) terpisah, (3) agak terpisah, (4) sedikit agak terpisah, (5)
tidak solid, (6) sedikit agak solid, (7) agak solid, (8) solid dan (9) sangat solid.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak kelompok untuk menentukan formula terpilih dan hasil analisis
secara kimia masing-masing sampel. Adapun model rancangan percobaan
adalah sebagai berikut:
Yijk = + Ai + Bj + ABjk Eikj
Keterangan:
Yijk = Peubah respon akibat faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dengan
ulangan ke-k
Ai = Pengaruh penggunaan jenis minyak pada taraf ke-i
![Page 10: Bab III Metode](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081821/5491601fb4795927058b551c/html5/thumbnails/10.jpg)
23
Bj = Pengaruh tingkat penambahan ekstrak bunga rosella (Hibiscus
sabdariffa L) pada taraf ke-j
Abij = Pengaruh interaksi antara penggunaan jenis minyak dan penambahan
ekstrak bunga rosella terhadap mayonnaise.
Eijk = Galat pada faktor tingkat penggunaan jenis minyak pada taraf ke-i,
faktor penambahan ekstrak bunga rosella pada taraf ke-j pada ulangan
ke-k
i = jenis minyak yang digunakan (minyak zaitun,minyak kedelai, minyak
kelapa, minyak kelapa sawit)
j = banyaknya taraf pada penambahan ekstrak bunga rosella (5%, 10%,
15%)
Pengolahan dan Analisis Data
Data hasil analisis, baik hasil penilaian organoleptik maupun sifat fisiko-
kimia, dianalisis perbedaannya menggunakan uji Anova. Jika terdapat perbedaan
signifikan, kemudian dilakukan uji lanjut Duncan untuk menentukan sampel yang
berbeda signifikan dengan sampel lainnya.