BAB III METODE PENELITIAN.doc

82
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu aspek penting dalam perusahaan dan pemerintah. Bagi perusahaan pajak merupakan cerminan kinerja perusahaan secara keuangan dan dapat meningkatkan kepercayaan para investor atas kinerja keuangan yang terdapat di perusahaan. Sedangkan bagi pemerintah, pajak merupakan pendapatan yang saat ini menjadi salah satu perhatian khusus pemerintah karena pendapatan pemerintah saat ini tidak hanya dari sektor migas yang telah diketahui mengalami penurunan dalam beberapa tahun ini. Pemerintah pada akhirnya meletakkan penerimaan sektor pajak menjadi penerimaan yang perlu ditingkatkan untuk membiayai seluruh pengeluaran negara yang bertujuan untuk mensejahterahkan rakyat. Definisi pajak menurut Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) No. 28 Tahun 2007 adalah:

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN.doc

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu aspek penting dalam perusahaan dan pemerintah. Bagi

perusahaan pajak merupakan cerminan kinerja perusahaan secara keuangan dan dapat

meningkatkan kepercayaan para investor atas kinerja keuangan yang terdapat di perusahaan.

Sedangkan bagi pemerintah, pajak merupakan pendapatan yang saat ini menjadi salah satu

perhatian khusus pemerintah karena pendapatan pemerintah saat ini tidak hanya dari sektor

migas yang telah diketahui mengalami penurunan dalam beberapa tahun ini. Pemerintah pada

akhirnya meletakkan penerimaan sektor pajak menjadi penerimaan yang perlu ditingkatkan

untuk membiayai seluruh pengeluaran negara yang bertujuan untuk mensejahterahkan rakyat.

Definisi pajak menurut Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) No. 28

Tahun 2007 adalah:

“Kontribusi Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Definisi tersebut mempunyai makna bahwa pajak dipungut berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan bersifat memaksa. Hasil dari penerimaan pajak tersebut digunakan

untuk keperluan-keperluan negara yang bertujuan untuk kemakmurkan rakyat.

Sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah menganut self assessment. Self

assessment merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang penuh kepada

wajib pajak untuk melakukan perhitungan, pembayaran dan pelaporan sendiri atas besarnya

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN.doc

pajak yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak. Berdasarkan sistem yang dianut oleh Indonesia

tersebut, masyarakatlah yang melakukan pendaftaran diri sebagai Wajib Pajak, melakukan

perhitungan atas besarnya pajak yang terhutang, melakukan pembayaran atas pajaknya sendiri

ke bank atau kantor pos, dan melakukan pelaporan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

Setiap orang yang memperoleh pendapatan atas pekerjaannya akan dikenakan pajak

penghasilan oleh pemerintah. Penghasilan karyawan dalam sebuah perusahaan akan dilakukan

pemotongan atas pajak oleh perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja dan pada akhirnya

perusahaan akan menyetorkannya kepada pemerintah. Pajak yang berlaku bagi karyawan

adalah Pajak Penghasilan Pasal 21. Penghasilan dari karyawan tersebut dilakukan pemotongan

atas Pajak Penghasilan Pasal 21 oleh perusahaan, karena perusahaan diberikan wewenang

untuk melakukan pemotongan terhadap karyawannya. Selain self assessment, Indonesia juga

menganut withholding tax system. Withholding tax system adalah sistem yang mewajibkan

Wajib Pajak untuk memungut dan memotong pajak dari pihak lain. Dengan sistem seperti itu,

pemerintah mampu menekan biaya atas pemungutan karena telah ditangani oleh perusahaan

tempat karyawan tersebut bekerja.

Perhitungan pajak penghasilan merupakan perhitungan atas pajak penghasilan yang

dimana formula perhitungannya telah diatur di dalam peraturan perpajakan yang berlaku saat

ini. Setelah perhitungan pajak penghasilan dilakukan, maka perusahaan melakukan

pemotongan pajak penghasilan. Pemotongan pajak penghasilan dilakukan sesuai perhitungan

jumlah pajak yang harus dibayarkan atas penghasilan karyawan yang bekerja di perusahaan.

PT. Geluran Adikarya merupakan perusahaan yang sedang berkembang di Sidoarjo.

PT. Geluran Adikarya ini melakukan kegiatan perusahaannya di bidang manufaktur.

Karyawan yang bekerja di perusahaan ini berjumlah 30 pegawai tetap yang diantaranya

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN.doc

dikenakan pajak penghasilan, karena penghasilannya termasuk dalam Penghasilan Tidak

Kena Pajak (PTKP). Setiap pegawai tetap penghasilannya akan dipotong dengan Pajak

Penghasilan Pasal 21 dan setiap pegawai memiliki masa kerja yang berbeda-beda. Dari masa

kerja yang berbeda-beda inilah apakah akan mempengaruhi besarnya PPh Pasal 21. Untuk

gambaran selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 1.1 sebagai berikut.

PT GELURAN ADI KARYA 3,70% 12 0,89%GAJI KARYAWAN Bulan April Th. 2014

MASA KERJA*dlm tahun

1 THE YONO BUDI L K 2 anak 5 20.000.000 740.000 836.438 2 SATRIA ARIEF BUDI L K 1 anak 5 7.500.000 277.500 243.000 3 POLINA IDA HARTINI P K 1 anak 5 4.000.000 148.000 74.475 4 IRMA ROSIDAH P K 1 anak 1 3.000.000 111.000 26.325 5 LUKMAN HAKIM ABRORI L K 0 anak 2 3.000.000 111.000 34.763 6 TUSA DILYANTO L K 2 anak 2 2.750.000 101.750 5.850 7 ANITA YOESIANTI P TK 0 anak 3 2.200.000 81.400 4.680 8 MAGDALENA SJENVEE STP P TK 0 anak 2 4.000.000 148.000 91.350 9 VRIDA ROSANA P TK 0 anak 2 2.200.000 81.400 4.680 10 NURUL ISNAINI P K 1 anak 3 2.550.000 94.350 4.658 11 NADIA INGGRIDA P TK 0 anak 2 2.200.000 81.400 4.680 12 RIZKI ANGGRAENI RAHMAWATI P TK 0 anak 1 2.200.000 81.400 4.680 13 M. BUSROH HAWADIB L K 2 anak 3 2.850.000 105.450 10.665 14 GONO WIJAYANTO L TK 0 anak 2 2.200.000 81.400 4.680 15 HARI SANTOSO L K 2 anak 5 2.950.000 109.150 15.480 16 AGUS SALIM L K 2 anak 5 2.950.000 109.150 15.480 17 MOH BASIR L K 0 anak 4 2.750.000 101.750 22.725 18 HERY YUSWANTO L K 1 anak 3 2.650.000 98.050 9.473 19 IMAM SYAFI'I L K 1 anak 2 2.550.000 94.350 4.658 20 JEFRI ARIFIN L K 1 anak 1 2.600.000 96.200 7.065 21 MAT KARIM L K 1 anak 3 2.700.000 99.900 11.880 22 ROHADI L K 2 anak 5 2.950.000 109.150 15.480 23 SLAMET L K 1 anak 2 2.550.000 94.350 4.658 24 SUMARKO L K 2 anak 2 2.800.000 103.600 8.258 25 SUPRIYANTO L K 0 anak 4 3.000.000 111.000 34.763 26 PURWANTO L K 2 anak 3 2.950.000 109.150 15.480 27 KRISTIANA P TK 0 anak 2 2.200.000 81.400 4.680 28 SUHARTOYO L K 1 anak 4 2.850.000 105.450 19.103 29 EFENDI SETIAWAN L K 2 anak 3 2.750.000 101.750 5.850 30 HERMANTO L K 1 anak 3 2.750.000 101.750 14.288

104.600.000 3.870.200 1.560.240

JHT 3,7 % PPH 21jumlahL/P status GAJINO. NAMA KARYAWAN

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN.doc

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan, maka rumusan masalah yang

akan dikemukakan adalah:

“Apakah jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anak, masa kerja, gaji, dan JHT 3,7% akan

mempengaruhi besarnya Pajak Penghasilan Pasal 21 tahun 2014PT. Surabaya Inn Berkarya

telah sesuai dengan undang-undang perpajakan No. 36 Tahun 2008 tentang PPh?”

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dan kegunaan penelitian menggambarkan tentang sesuatu yang hendak

dicapai dan manfaat yang akan diperoleh dengan adanya penelitian ini, sehingga

dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh variabel jenis kelamin, status perkawinan,

jumlah anak, masa kerja, gaji, dan JHT 3,7% terhadap besarnya PPh Pasal 21 di PT.

Geluran Adikarya.

2. Mengkaji variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi besarnya PPh Pasal

21 di PT. Geluran Adikarya.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan informasi atau pengetahuan tambahan di bidang akuntansi perpajakan

khususnya dan merupakan sumber referensi bagi jurusan akuntansi terutama bagi yang

akan meneliti lebih lanjut mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan,

pemotongan dan pemungutan PPh pasal 21 atas gaji pegawai tetap dan hubungan antara

jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anak, masa kerja pegawai terhadap PPh Pasal 21.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dari penelitian yang dilakukan

penulis dengan cara mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama perkuliahan dalam

pembahasan masalah pada PT. Geluran Adikarya.

b. Bagi Perusahaan

Penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan untuk mengevaluasi perhitungan,

pemotongan dan pemungutan PPh pasal 21 atas gaji pegawai tetap yang telah dilakukan.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk kejelasan dan ketepatan arah pembahasan dalam skripsi ini penulis

menyusun sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang diambil data penelitian yang akan

dikemukakan mengenai landasan teori penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran

penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang variabel penelitian dan definisi operasional,

penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dengan metode analisis

yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan diuraikan tentang deskriptif objek penelitian, analisis data dan pembahasan

penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini serta beberapa saran

yang membangun pihak-pihak terkait dalam masalah lama mencari kerja bagi tenaga kerja

terdidik.

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN.doc

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai landasan teori, kerangka pemikiran,

dan hipotesis penelitian. Di dalam landasan teori dijelaskan beberapa teori yang berkaitan

dengan variabel penelitian. Kerangka pemikiran berisi uraian singkat tentang permasalahan

yang diteliti. Sedangkan hipotesis adalah pernyataan singkat yang disimpulkan dari

kajian pustaka.

2.1 Landasan Teori

Pengertian Pajak Penghasilan

Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah

diubah untuk ke empat kalinya diubah pada tahun 2008 dengan Undang-undang No. 36 Tahun

2008 yang digunakan sebagai dasar hukum pemungutan pajak penghasilan. Menurut pasal 4

ayat 1 Undang-undang No. 36 Tahun 2008 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

penghasilan adalah :

“Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.”

Berdasarkan pengertian tersebut, penghasilan dapat disimpulkan sebagai suatu hal yang

menambah kekayaan wajib pajak dalam bentuk apa pun dan penghasilan tersebutlah yang

dapat dipotong pajak.

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Pajak penghasilan adalah pungutan resmi pemerintah kepada masyarakat yang

memiliki penghasilan atau penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam Tahun Pajak, pajak

ini digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan untuk kepentingan masyarakat

(Dewi Rina Komarawati). Soebakir, dkk (1999:41) mengemukakan definisi pajak penghasilan

sebagai suatu pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima

atau diperolehnya dalam tahun pajak. Salah satu subyek pajak adalah badan, terdiri dari

perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya badan usaha milik negara, badan

usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma,

kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga dana pensiun dan bentuk

badan usaha lainnya. Dengan demikian, pajak penghasilan badan yang dikenalkan terhadap

salah satu bentuk usaha tersebut, atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu

tahun pajak.

Subjek Pajak Penghasilan.

Pajak penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima

atau diperolehnya dalam tahun pajak. Dalam pasal 2 ayat (1) disebutkan yang dapat menjadi

subjek pajak adalah :

a. Orang pribadi

Orang pribadi adalah orang yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183

(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang

pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan

puluh tiga hari) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan.

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN.doc

b. Warisan yaitu berupa warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang

berhak.

c. Badan

d. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Subjek pajak penghasilan menurut pasal 2 ayat 1 tersebut menjelaskan bahwa seseorang taat

menjadi subjek pajak, apabila mereka memenuhi ketentuan-ketentuan yang terdapat pada

undang-undang perpajakan yang berlaku

Badan menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP)

Tahun 2008 menyatakan bahwa:

“Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha. Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia maupun tidak berkedudukan atau bertempat di Indonesia terdiri dari PT, CV, perseroan lainnya, BUMN/BUMD, dengan nama atau bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga dan bentuk badan lainnya, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria :1) Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan. 2) Pembiayaannya bersumber dari Anggara Pendapatan dan Belanja Negara atau

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.”

Berdasarkan undang-undang tersebut mengatakan bahwa subjek pajak adalah orang-orang

yang melakukan kegiatan usaha maupun tidak melakukan usaha dan ketentuannya berdasarkan

persyaratan-persyaratan yang telah dijelaskan tersebut

Objek Pajak Penghasilan

Objek dari pajak penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesaia maupun dari luar

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang

bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun termasuk penggantian imbalan, hadiah dari

undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan, laba usaha, keuntungan karena

penjualan atau karena pengalihan harta, penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah

dibebankan sebagai biaya, bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan lain karena

jaminan, dividen, royalti, sewa, penerimaan atau perolehan pembayaran berkala, keuntungan

karena pembebasan utang, keuntungan karena selisih kurs mata uang asing, premi asuransi,

iuran, tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

Pengertian PPh Pasal 21

Ketentuan Pasal 21 Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur tentang pembayaran

pajak dalam tahun berjalan melalui pemotong pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,

honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak

orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. Pajak

Penghasilan Pasal 21 adalah pajak yang dipotong pihak lain atas penghasilan, gaji, upah,

honorarium, tunjangan dan pembayaran dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Pemotong PPh Pasal 21

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pada pasal 21 ayat (1) sebagaimana telah

disesuaikan dengan PER 31/ PJ/ 2009, bahwa pemotong pajak penghasilan pasal 21 terdiri

dari:

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN.doc

a. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan.

b. Bendaharawan pemerintah baik Pusat maupun Daerah

c. Dana pensiun atau badan lain seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), PT Taspen,

PT ASABRI

d. Perusahaan dan bentuk usaha tetap (BUT)

e. Yayasan, lembaga, kepanitia-an, asosiasi, perkumpulan, organisasi massa, organisasi sosial

politik dan organisasi lainnya serta organisasi internasional yang telah ditentukan

berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan.

f. Penyelenggara kegiatan.

Pemotong PPh Pasal 21 yang diberi kuasa untuk meelakukan pemotongan pajak berdasarkan

Undang-undang No. 36 Tahun 2008 dapat disimpulkan bahwa pemotong PPh Pasal 21

dilakukan oleh badan yang melakukan pemberian kerja kepada seseorang, sehingga seseorang

tersebut mendapatkan penghasilan yang nantinya akan dipotong oleh pemberi kerja tersebut.

Penerima Penghasilan Yang Dipotong Pph Pasal 21

Peraturan Direktur Jendral Nomor PER - 31/PJ/2009 Bab III mengenai penerima

penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 dan atau PPh pasal 26 terdiri dari :

a. Pegawai.

b. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau

jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.

c. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan

pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi :

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN.doc

1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,

arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,

bintang iklan, sutradara, kru film, foto model.

3. Peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.

4. Olahragawan

5. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.

6. Pengarang, peneliti, dan penerjemah.

7. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya,

telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada

suatu kepanitiaan.

8. Agen iklan

9. Pengawas atau pengelola proyek.

10. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara.

11. Petugas penjaja barang dagangan.

12. Petugas dinas luar asuransi.

13. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis

lainnya.

d. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan

keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi :

1. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni,

ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya.

2. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja.

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN.doc

3. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu.

4. Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang.

5. Peserta kegiatan lainnya.

Jadi berdasarkan paparan di atas, yang menerima penghasilan dipotong adalah seseorang yang

mendapatkan penghasilan dari suatu kegiatan-kegiatan tertentu, yang dimana kegiatan tersebut

memiliki pihak yang bertanggungjawab dalam pelaksanaannya, sehingga seseorang tersebut

diberikan penghasilan yang nantinya akan dipotong langsung oleh pihak yang

bertanggungjawab tersebut.

Tarif dan Penerapan PPh Pasal 21.

Berikut ini adalah tarif dan ketentuang-ketentuan secara singkat mengenai tarif dan

penerapan PPh Pasal 21:

a. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, pegawai tidak tetap, pemagang dan calon

pegawai serta distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenis, dikenakan tarif Pasal 17

Undang-undang PPh dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP dihitung

berdasarkan sebagai berikut: pegawai tetap, penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan (5%

dari penghasilan bruto, maksimum Rp 6.000.000,- setahun atau Rp 500.000,- (sebulan);

dikurangi iuran pensiun. Iuran jaminan hari tua, dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak

(PTKP).

b. Penerima Pensiun Bulanan, penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun (5% dari

penghasilan bruto, maksimum Rp 2.400.000,- setahun atau Rp 200.000,- sebulan);

dikurangi PTKP. Pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai: Penghasilan bruto

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN.doc

dikurangi PTKP. (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.03/2008 tanggal 31

Desember 2008).

c. PTKP adalah penghasilan tidak kena pajak merupakan nomor keterangan setahun. PTKP

sebenarnya adalah batasan dimana penghasilan seseorang tidak kena pajak, dalam

menghitung penghasilan kena pajak bagi pegawai yang penghasilannya dibayar bulanan

maka konsep PTKP yang diterapkan adalah PTKP dalam hitungan setahun, terkecuali bagi

mereka yang penghasilannya dibayar harian maka PTKP nya adalah harian. Peraturan

Menteri Keuangan RI Nomor 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besarnya

Penghasilan Tidak Kena Pajak yang ditetapkan pada tanggal 22 Oktober 2012. Dengan

berlakunya peraturan PTKP ini maka mulai tahun 2013, masyarakat Indonesia yang

memiliki penghasilan sampai dengan Rp. 24,3 juta tidak akan dikenakan pajak. Berikut

adalah Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru :

1. Untuk Diri Wajib Pajak Orang Peribadi = Rp. 24.300.000,-

2. Tambahan Untuk Wajib Pajak Kawin = Rp. 2.025.000,-

3. Tambahan untuk penghasilan istri yang digabung dengan penghasilan suami = Rp.

24.300.000,-

4. Tambahan untuk anggota keluarga (max. 3 orang) = @ Rp. 2.025.000,-

d. Tarif Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan No. 36 tahun 2008 menjelaskan lapisan

penghasilan kena pajak dengan tarif pajak sebagai berikut :

1. Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 5%

2. Diatas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 250.000.000,- 15%

3. Diatas Rp. 250.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,- 25%

4. Diatas Rp. 500.000.000,- 30%

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut UU No. 28 tahun 2007 yang membahas mengenai ketentuan umum dan tata

cara perpajakan, pengertian Surat Pemberitahuan adalah:

“Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

Jadi Surat Pemberitahuan merupakan surat yang menjadi bukti bahwa seoarang Wajib Pajak

sudah melakukan pembayaran sesuai dengan hasil perhitungan secara perpajakan. Terdapat

dua macam SPT yaitu:

1. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.

2. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun

Pajak.

Jadi jika SPT Masa merupakan SPT yang didapat setiap satu masa atau satu bulan masehi tiap

kali melakukan pembayaran pajak yang terutang, sedangkan SPT Tahunan merupakan SPT

yang didapat setiap tahun pajak atau akhir bulan masehi tiap kali melakukan pembayaran

pajak yang terutang.

Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)

Berdasarkan UU No. 28 tahun 2007 mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan,

menjelaskan fungsi SPT adalah:

1. Sebagai sarana Wajib Pajak untuk melaporkan dan mempertanggung- jawabkan

penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN.doc

2. Sebagai sarana Wajib Pajak untuk melaporkan tentang pembayaran atau pelunasan pajak

yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain

dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak penghasilan yang merupakan objek pajak

dan atau bukan objek pajak

3. Sebagai saranan Wajib Pajak yang melakukan pemotongan terhadap penerima pengasilan

untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan

disetorkan.

Pengertian Surat Setoran Pajak (SSP)

Berdasarkan UU No. 28 tahun 2007 mengenai ketentuan umum dan tata cara

perpajakan mengenai pasal (1) butir 14 menyatakan bahwa Surat Setoran Pajak (SSP) adalah

bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir

atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk

oleh Menteri Keuangan.

Pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa Surat Setoran Pajak merupakan alat bukti

bagi Wajib Pajak sebagai tanda bahwa Wajib Pajak tersebut telah selesai membayar semua

kewajibannya untuk membayar pajak terhutang yang mereka miliki yang nantinya surat

tersebut akan diserahkan ke Kantor Pelayanan Pajak.

Fungsi Surat Setoran Pajak (SSP)

Fungsi dari SSP (Surat Setoran pajak) adalah:

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN.doc

1. sebagai sarana Wajib Pajak dalam melakukan pembayaran pajak

2. sebagai sarana Wajib Pajak dalam bukti dan laporan pembayaran pajak

Dalam formulir SSP, wajib pajak harus mengisi data-data atau keterangan yang

diperlukan terkait dengan pembayaran pajak tersebut. Keterangan-keterangan tersebut adalah:

1. nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),

2. nama Wajib Pajak,

3. mata Anggaran Penerimaan (MAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS)

4. masa pajak dan tahun pajak,

5. nomor ketetapan (khusus untuk pembayaran STP atau SKPKB/SKPKBT),

6. jumlah pembayaran,

7. tanggal pembayaran.

2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis

Adanya kecenderungan semakin meningkatnya pengangguran tenaga kerja terdidik

yang tidak tertampung dalam pasar kerja merupakan masalah dalam sistem

ketenagakerjaan di Indonesia termasuk Kota Magelang, karena semestinya dihadapi adalah

persoalan kelangkaan tenaga kerja terdidik bukan kelebihan tenaga kerja terdidik.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah pengangguran tenaga kerja terdidik di

Kota Magelang dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah umur, pendidikan,

pendapatan, pengalaman kerja dan jenis kelamin. Variabel tersebut sebagai variabel

independen dan bersama-sama dengan variabel dependen yaitu lama mencari kerja

diukur dengan alat analisis regresi berganda untuk mendapatkan signifikansinya. Untuk

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN.doc

memperjelas faktor-faktor yang mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik

dapat dilihat dalam Gambar 2.4 sebagai berikut.

Gambar 2.4Kerangka Pemikiran Teoritis

Jenis Kelamin (X1)

Status (X2)

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Jumlah Anak (X3)Pajak Penghasilan

Pasal 21 (Y)

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Masa Kerja (X4)

Gaji (X5)

JHT 3,7% (X5

2.3 Hipotesis

Dari permasalahan dan teori yang ada maka dapat disusun hipotesis sebagai

berikut:

1. Diduga terdapat perbedaan PPh Pasal 21 antara jenis kelamin laki- laki dan jenis

kelamin perempuan.

2. Diduga terdapat perbedaan PPh Pasal 21 antara status kawin dan status tidak kawin.

3. Diduga jumlah anak berpengaruh terhadap PPh Pasal 21.

4. Diduga masa kerja berpengaruh terhadap PPh Pasal 21.

5. Diduga gaji berpengaruh terhadap PPh Pasal 21.

6. Diduga masa kerja berpengaruh terhadap PPh Pasal 21.

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN.doc

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel secara sederhana dapat diartikan ciri dari individu, objek, segala peristiwa

yang dapat diukur secara kuantitatif. Hasil pengukuran suatu variabel bisa konstan

atau tetap, bisa juga berubah-ubah (Nana Sudjana,1996).

Variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

variabel dependen (tergantung) dan variabel independen (bebas). Indikator yang

diterapkan untuk masing-masing variabel tersebut adalah :

1. Variabel Terikat (Dependen Variable)

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 (Y).

2. Variabel Bebas (Independen Variable)

a. Jenis Kelamin (X1).

b. Status (X2).

c. Jumlah Anak (X3).

d. Masa Kerja (X4).

e. Gaji (X5).

f. JHT 3,7% (X6).

Definisi operasional merupakan pengubahan konsep yang masih berupa

abstrak dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diuji

dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain berdasarkan variabel yangdigunakan.

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 (Y)

Merupakan pemotongan dari penghasilan yang responden dapatkan selama bekerja

dikurangi dengan jamsostek JHT 3,7%. Diukur dalam satuan rupiah.

2. Jenis Kelamin (X1).

Menyatakan jenis kelamin dari responden. Diukur dengan skala dummy : 1 = jika

jenis kelamin laki-laki; 0 = jika jenis kelamin perempuan

3. Status (X2).

Menyatakan status nikah atau belim menikah pada responden yang bekerja dalam

perusahaan tersebut. Dikur dengan skala dummy : 0 = jika sudah menikah; 1 = jika

belum menikah.

4. Jumlah Anak (X3).

Menyatakan jumlah anak yang dimiliki dari setiap responden yang sudah menikah.

Diukur dalam satuan anak.

5. Masa Kerja (X4).

Menyatakan sudah berapa lama responden telah bekerja di perusahaan tersebut. Diukur

dalam satuan tahun.

6. Gaji (X5).

Menyatakan jumlah dari gaji bruto yang telah diterima oleh responden tersebut. Diukur

dalam satuan rupiah.

7. JHT 3,7% (X6)

Menyatakan jumlah pembayarana asuransi jamsostek yang ditanggung oleh responden

Page 23: BAB III METODE PENELITIAN.doc

dalam perusahaan tersebut. Diukur dalam satuan rupiah.

3.2 Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi obyek dalam penelitian

(Yenselpischa, 2008). Responden yang akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini

adalah WPOP yang bekerja di PT. Geluran Adikarya dengan kriteria: (1) telah bekerja pada

instansi yang terletak di kota Sidoarjo minimal selama 1 tahun, sampel yang

direkomendasikan sebesar 30. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti menentukan sampel

sebesar 30 responden.

Hasil dari perolehan sampel tersebut, kemudian dianalisis dengan menggunakan

metode pengambilan sampel menggunakan quota purposive sampling, yaitu peneliti

menggunakan pertimbangan sendiri secara sengaja dalam memilih responden yang

dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan atau unit sampel yang sesuai

dengan ciri-ciri, sifat, atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri pokok responden.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan memperhatikan ciri-ciri, sifat, atau

karakteristik di atas dan diharapkan dengan ciri-ciri tersebut dapat mewakili responden

dalam penelitian ini.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data merupakan gambaran tentang keadaan atau persoalan yang dikaitkan dengan

tempat dan waktu yang merupakan dasar dari suatu pengambilan keputusan.

Page 24: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Data berperan sebagai masukkan yang akan diolah menjadi informasi yang jelas. Dari

informasi tersebut kemudian dianalisis menghasilkan output untuk penentuan rencana

lebih lanjut (J. Supranto, 2000).

1. Data primer

Data primer yang diperlukan ini diperoleh melalui wawancara langsung dengan

menanyakan kepada responden (Manajer HRD (Human and Resources Departement)

PT. Geluran Adikarya) di Kota Sidoarjo. Data primer yang akan dikumpulkan

meliputi data tentang jenis kelamin, status pernikahan, jumlah anak, masa lama

kerja, gaji, JHT 3,7% dan besarnya PPh Pasal 21.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari instansi terkait

yaitu PT. Geluran Adikarya. Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini berupa

data tentang penggajian karyawan

3.4 Metode Pengumpulan Data

Menurut Moch. Nazir (1998) dalam penelitian biasanya dipergunakan beberapa

macam pengumpulan data. Metode pengumpulan data disesuaikan dengan pokok

permasalahan yang sedang di teliti, situasi dan kondisi serta keakuratan yang diharapkan.

Dalam penelitian ini menggunakan metode interview (wawancara), dimana wawancara

adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

sambil bertatap muka antara si penanya dengan responden dengan menyiapkan

serangkaian daftar pertanyaan (kuesioner) mendetail dengan urutan yang telah

Page 25: BAB III METODE PENELITIAN.doc

ditetapkan sebelumnya dan proses interview tersebut harus mengikuti urutan dan

daftar pertanyaan yang telah ditetapkan secara ketat, sehingga didapatkan responden

yang dapat mewakili besarnya PPh Pasal 21 yang bekerja pada PT. Geluran Adikarya.

3.5 Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda yang

digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perubahan suatu variabel

terhadap variabel lainnya yang ada hubungannya. Model besarnya PPh Pasal 21 pada

penelitian ini merujuk dari model yang dibangun oleh Fadhilah Rahmawati dan Vincent

Hadi Wiyono (2004), yang dapat dinotasikan secara fungsional sebagai berikut :

Y = a+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6 X6 . . .. . . . . . . . . .(3.1)

Keterangan :

Y = PPh Pasal 21 (rupiah)

X1 = Jenis kelamin, dimana : 0 = jika laki-laki; 1 = jika perempuan

X2 = Status, dimana : 0 = jika kawin; 1 = jika tidak kawin

X3 = Jumlah anak (anak)

X4 = Masa kerja (tahun)

X5 = Gaji (rupiah)

X6 = JHT 3,7% (rupiah)

a = Konstanta

1, 2, ... 6 = Koefisien regresi

Page 26: BAB III METODE PENELITIAN.doc

3.5.1 Pengujian Terhadap Gejala Penyimpangan Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan akan dilakukan

pengujian penyimpangan asumsi klasik. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui

apakah model yang akan digunakan dalam penelitian ini dinyatakan bebas dari

penyimpangan asumsi klasik.

3.5.1.1 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan menguji apakah model regresi ditemukan korelasi

antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-

variabel tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar

sesama variabel independen sama dengan nol (Imam Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada

tidaknya multikolinearitas di dalam regresi yaitu:

1. Nilai R square (R²) yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris

sangat tinggi, tetapi secara individu variabel-variabel independen banyak yang tidak

signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2. Menganalisis matrik korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 9,0) maka hal

ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.

3. Melihat nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Suatu model

regresi bebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai tolerance kurang dari 0,1

dan nilai VIF lebih dari 1,0.

Page 27: BAB III METODE PENELITIAN.doc

3.5.1.2 Uji Autokorelasi

Kondisi dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan

variabel gangguan pada periode lain, dengan kata lain variabel gangguan yang tidak random.

Faktor-faktor yang menyebabkan autokorelasi antara lain kesalahan dalam menentukan

model penggunaan lag pada model, tidak memasukkan variabel yang penting. Akibat

adanya autkolerasi adalah parameter yang diestimasi menjadi bias dan variannya tidak

meminimum, sehingga tidak efisien (Gujarati Damodar N, 2003). Salah satu cara

mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan Durbin-Watson test

dapat ditulis sebagai berikut :

Page 28: BAB III METODE PENELITIAN.doc

1

d =

t = N

(e1 − (e1 − 1)) 2

t = 2 t = N

e 2

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.2)

Page 29: BAB III METODE PENELITIAN.doc

t =2

Dimana :

d = koefisien Durbin-Watson

t = t hitung

N = sampel

e = residual

nilai d yang diperoleh dibandingkan dengan dL dan dU pada tabel, jika d < dL atau d >

4-dL berarti terdapat autokorelasi, bila nilai d terletak antara 4-dU < d < 4-dL atau dL

< d < dU berarti tidak dapat dipastikan adanya autokorelasi, bilamana dU < d < 4- dU

berarti bebas dari autokorelasi positif maupun negatif.

Gambar 3.1Uji Durbin - Watson

Page 30: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Autokorelasi positif

Daerah keragu-raguan

Daerah keragu-raguan

Autokorelasi negatif

Bebas Autokorelasi

positif maupun negatif

0 dL dU 4-dU 4-dL 4

3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. jika variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang

baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk

mendeteksi adanya gejala heteroskedastisitas dalam model persamaan regresi

digunakan metode glejser. Metode ini melakukan regresi antara nilai absolut dari tiap

variabel independen. Apabila koefisien regresi tersebut signifikan maka dapat

heteroskedasisitas di dalam data. (Gujarati Damodar N, 2003).

3.5.1.4 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Penggunaan

uji normalitas karena pada analisis statistik parametrik asumsi yang harus dimiliki oleh

data adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi

Page 31: BAB III METODE PENELITIAN.doc

normal. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati

normal. Cara mendeteksinya adalah dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari

distribusi normal. Selain itu pengambilan kesimpulan dengan melihat tampilan grafik

histogram, apabila histogram hampir menyerupai genta dan titik variance semuanya

mengikuti arah garis diagonal menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas

artinya layak pakai (Imam Ghozali, 2005).

3.5.2 Pengujian Statistik (Goodness of Fit)

Setelah model bebas dari pengujian asumsi klasik, dilanjutkan dengan justifikasi

statistik. Justifikasi statistik merupakan uji giving goodness of fit model yang menyangkut

ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dengan melihat dari

Goodness of Fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien

determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t (Imam Ghozali, 2005).

3.5.3.1 Koefisien Determinasi ( R² )

Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

Page 32: BAB III METODE PENELITIAN.doc

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel indepnden dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias

terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan

satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel

tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independen.

Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan Adjusted

R2pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai

Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan

kedalam model (Imam Ghozali, 2005).

3.5.3.2 Uji Signifikasi Simultan (Uji F)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan

dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Untuk menguji hipotesis digunakan statistik F dengan pengambilan keputusan sebagai

berikut (Imam Ghozali, 2005) :

Quick look : jika nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat

kepercayaan 5 persen, dengan kata lain menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan

Page 33: BAB III METODE PENELITIAN.doc

bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel

dependen.

Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Jika nilai F

hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

3.5.3.3 Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji t)

Uji t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing- masing

variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut (Imam Ghozali, 2005) :

Quick look : jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat

kepercayaan sebesar 5 persen, maka Ho dapat ditolak jika nilai t lebih besar dari 2

(dalam nilai absolut). Dengan kata lain menerima hipotesis alternatif, yang

menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi

variabel dependen.

Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Jika nilai

statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, menerima hipotesis

alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual

mempengaruhi variabel dependen.

Page 34: BAB III METODE PENELITIAN.doc

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT. Geluran Adikarya adalah perusahaan di bidang perencanaa peralatan industri,

transportasi LPG serta produsen tangki penyimpanan baik dalam baja ringan dan stainless

steel. Perusahaan ini menawarkan set-up baru, ekspansi, re-new, memperbaiki dan memelihara

peralatan industri. Perusahaan ini menyediakan desain engineering untuk memenuhi

kebutuhan Anda, PT. Geluran Adikarya juga menangani cosultant design. Pelanggan utama

PT. Geluran Adikarya, berasal dari perusahaan lokal dan multinasional di Jawa, Bali, dan

Nusa Tenggara. PT. Geluran Adikarya telah mengembangkan sebuah sistem terintegrasi yang

dapat menghasilkan produk-produk terbaik dalam waktu singkat dan dengan biaya yang paling

efisien. PT. Geluran Adikary menyewa banyak profesional desainer, insinyur dan tukang las

yang memegang sertifikasi internasional diperbarui secara teratur, untuk mempertahankan

keterampilan dan kemampuan mereka dalam melayani pelanggan kami. Akhirnya, PT Geluran

Adikarya tidak pernah gagal untuk memenuhi spesifikasi pelanggan dan persyaratan atau

bahkan standar kualitas internasional

PT. Geluran Adikarya mempunyai karyawan sejumlah 54 (lima puluh empat) orang,

namun yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 (tiga puluh) orang dengan gaji

lebih besar dari PTKP sehingga pemotongan pajaknya tidak nihil. Karyawan terdiri dari:

Page 35: BAB III METODE PENELITIAN.doc

a. 2 orang Komisaris

b. 1 orang Direktur

c. 1 orang General Manager

a. 1 orang Manager Accounting

b. 1 orang Manager Finance

c. 1 orang Manager Operasional

d. 1 orang Manager HRD

e. 4 orang Marketing

f. 8 orang Accounting dan Finance

g. 4 orang Kepala Pergudangan

h. 3 orang Bagian Pengadaan barang

i. 1 orang Kasir

j. 2 orang Administrasi

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi Perusahaan

Untuk menjadi perusahaan pilihan pertama di bidang pabrik - peralatan proses dan

dimodifikasi kendaraan transportasi caroserie.

b. Misi Perusahaan

Page 36: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Dengan menjamin kepuasan pelanggan dan menyediakan mereka dengan nilai tambah

yang konsisten dengan menyediakan produk kualitas terbaik dengan biaya yang efisien

dengan dukungan teknologi modern dan tim engineering yang berkualitas.

Dengan mempertahankan keberhasilan dan pertumbuhan bisnis perusahaan melalui

keunggulan kompetitif, pertumbuhan pangsa pasar, basis pelanggan setia, kinerja operasi

yang optimal dan peningkatan profitabilitas melalui perbaikan berkelanjutan orang,

sistem dan teknologi.

Dengan makmur staf dan karyawan melalui program pengembangan sumber daya

manusia, penilaian kinerja, pembentukan fasilitas yang berbeda dan program

pengembangan karir perusahaan

c. Motto

Produk & layanan kelas pertama dengan harga yang kompetitif.

4.1.3 Kebijakan Perusahaan terhadap Karyawan

Jam kerja yang berlaku untuk karyawan tetap adalah scbagai berikut: Senin s.d

Jum’at : pukul 08.00 – 16.00 WIB dan Sabtu : pukul 08.00 – 13.00 WIB

Istirahat : pukul 12.00 – 13.00 WIB

Perusahaan mengambil kebijaksanaan dengan mengelompokkan sistem penggajian

yang berlaku juga untuk karyawan tetap, sebagai berikut: karyawan bulanan adalah karyawan

yang menerima gaji setiap akhir bulan dalam jumlah yang tetap, yaitu terdiri dari direktur,

manajer, supervisor, dan karyawan (staff).

Page 37: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Kompensasi dan tunjangan:

1. Tunjangan Hari Raya (THR)

Masing-masing karyawan mendapat tunjangan hari raya berupa barang (natura dan

kenikmatan) diberikan setiap tahun pada saat menjelang hari raya Idul Fitri.

2. Cuti

a. Untuk karyawan dengan masa kerja 1 tahun, Jumlah hari : 12 hari (tidak termasuk hari

Minggu dan Libur) dikurangi dengan cuti masal.

b. Cuti Masal

1. Hari Raya Idul Fitri: 3 hari ( sebelum,pada saat idul fitri, dan sehari sesudah idul

fitri.)

2. Masa kerja < 1 tahun, belum dapat mengambil hak cuti

c. Cuti hamil

Jumlah hari cuti hamil: 12 minggu (6 minggu sesudah & sebelum) melahirkan

4.1.4 Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Karyawan

Saat ini PT. Geluran Adikarya menggunakan Net Method untuk memotong dan

menghitung pajak atas gaji karyawan setiap bulannya untuk kemudian disetorkan ke Kantor

Pajak Pratama (KPP) setiap tahun. Pajak tersebut dipotong langsung oleh bendahara PT.

Geluran Adikarya kepada karyawan yang bersangkutan. Dengan kata lain, pajak penghasilan

pasal 21 dibebankan langsung kepada karyawan atau karyawan membayar sendiri pajak yang

dibebankan.

Page 38: BAB III METODE PENELITIAN.doc

4.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah semua data dari observasi lapangan terkumpul, yang

kemudian diolah menggunakan perangkat lunak yang mendukung. Analisis data terdiri

dari uji asumsi klasik dan pengujian statistik (goodness of fit).

4.2.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi Klasik ini dilakukan karena dalam model regresi perlu memperhatikan

adanya penyimpangan-penyimpangan atas asumsi klasik, karena pada hakekatnya jika

asumsi klasik tidak dipenuhi maka variabel-variabel yang menjelaskan akan menjadi

tidak efisien. Asumsi-asumsi klasik yang harus dipenuhi yaitu asumsi,

multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan normalitas.

4.2.1.1 Pengujian Multikolinieritas

Menurut Imam Ghozali (2005) multikolinearitas dapat dilihat dari nilai

Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan

setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Nilai cutoff yang umum dipakai untuk mengukur tidak adanya gejala

multikolinieritas minimal nilai tolerance 0,10 atau harga VIF maksimal 10.

Tabel 4.1 juga menunjukkan masing-masing harga VIF dan tolerance dari

variabel independen. Harga VIF ini berguna untuk mengetahui ada tidaknya gejala

Page 39: BAB III METODE PENELITIAN.doc

multikolinieritas dalam model regresi. Hasil pengujian VIF dari model regresi disajikan

dalam Tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1

Pengujian Multikolinieritas

Coefficientsa

Variabel Collinearity Statistics Keterangan

Tolerance VIF

1

(Constant)

JENIS_KELAMIN ,540 1,853 Bebas multikolinieritas

STATUS ,394 2,541 Bebas multikolinieritas

JUMLAH_ANAK ,515 1,943 Bebas multikolinieritas

MASA_KERJA ,699 1,430 Bebas multikolinieritas

JHT ,810 1,234 Bebas multikolinieritas

Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan sebagai

prediktor model regresi menunjukkan nilai VIF yang tidak jauh dari nilai 1 (nilai sangat

jauh berada di bawah angka 10). Hal ini berarti bahwa variabel- variabel penelitian tidak

menunjukkan adanya gejala multikolinieritas dalam model regresi.

Hasil pengujian ini sangat sesuai dengan pendapat Imam Ghozali (2005) yang

menyatakan bahwa multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya

Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian

sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen dan diregres terhadap

Page 40: BAB III METODE PENELITIAN.doc

variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen

yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai

tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan

menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah

nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10. Setiap analisis harus

menentukan tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir.

4.2.1.2 Pengujian Autokorelasi

Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dideteksi dengan

Durbin - Watson Test. Pada tabel Model Summaryb (terlampir) menunjukkan nilai

Durbin - Watson sebesar 1,823, dengan n = 30 dan k = 5, diperoleh nilai dL = 1,571

dan dU = 1,780, karena nilai Durbin - Watson terletak diantara batas atas dU dan 4-dU,

maka dapat disimpulkan bahwa model berada pada daerah bebas autokorelasi positif

maupun negatif. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi yang

digunakan dinyatakan baik dan layak dipakai karena tidak terjadi autokorelasi.

Gambar 4.1Uji Durbin - Watson

Page 41: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Autokorelasi positif

Daerah keragu-raguan

Daerah keragu-raguan

Autokorelasi negatif

Bebas Autokorelasi

positif maupun negatif

0 1,571 1,780 1,992 4-1,780 4-1,571 4

Page 42: BAB III METODE PENELITIAN.doc

4.2.1.3 Pengujian Heterokedastisitas

Pengujian Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi

yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Untuk menentukan apakah terdapat heterokedastisitas dalam penelitian ini adalah

dengan melihat grafik scatter plot, jika hasil data menyebar, yaitu di atas dan di bawah

nilai nol maka model regresi layak pakai karena bebas heterokedastisitas. Dari gambar 4.2

terlihat bahwa tidak adanya pola tertentu dalam grafik scatter plot, hal ini dapat terlihat

dari penyebaran data (titik) yang terjadi secara acak, baik di atas maupun di bawah nilai

nol pada sumbu Y. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi yang digunakan

dinyatakan baik dan layak untuk digunakan karena tidak terjadi heterokedastisitas.

Gambar 4.2

Grafik Scatterplot

Page 43: BAB III METODE PENELITIAN.doc

4.2.1.4 Pengujian Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi

normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data

normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak,

salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah melihat histrogram

yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi

normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan pengujian grafik P-P

Plot untuk pengujian residual model regresi. Metode yang handal untuk mengetahui

normalitas data adalah dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan

distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari

distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan

ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah

normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis

diagonalnya.

Gambar 4.3 menunjukkan grafik histogram yang memberikan pola

distribusi t idak normal, dan gambar 4.4 menyajikan Normal Probability Plot di mana

terlihat titik-titik yang menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya tidak

mengikuti arah garis diagonal. Ini menunjukkan model regresi tidak layak pakai karena

tidak memenuhi asumsi normalitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar 4.3 dan

gambar 4.4 sebagai berikut

Page 44: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Gambar 4.3

Grafik Histogram

Gambar 4.4

Grafik Normal Probabilitis Plot

Page 45: BAB III METODE PENELITIAN.doc

4.2.2 Pengujian Statistik (Goodness of Fit)

Ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness

of Fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien

determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t.

4.2.2.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ini digunakan untuk menjelaskan seberapa besar pengaruh

variabel-variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel terikatnya. Nilai koefisien

determinasi digunakan adjusted R square. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa

koefisien determinasi (adjusted R2) yang diperoleh sebesar 1,000. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin, status, jumlah anak, masa kerja, gaji, dan

JHT 3,7% dapat menerangkan 100 persen variasi besarnya PPh Pasal 21.

Tabel 4.2

Uji Koefisien

Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 1,000a 1,000 1,000 ,213 1,823

a. Predictors: (Constant), JHT, JENIS_KELAMIN, MASA_KERJA, JUMLAH_ANAK, STATUS

b. Dependent Variable: PPH_21

4.2.2.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Page 46: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Uji F digunakan untuk membuktikan apakah variabel independen (jenis kelamin,

status, jumlah anak, masa kerja, gaji, dan JHT 3,7%) secara bersama- sama (simultan)

mempunyai pengaruh yang signifikan baik positif maupun negatif terhadap variabel

dependennya (besarny PPh Pasal 21).

Dari uji ANOVA atau F test diperoleh nilai F hitung sebesar

3082773233451,444 dengan probabilitas 0,000. karena probabilitas jauh lebih kecil

dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi besarnya PPh Pasal

21 atau dapat dikatakan bahwa umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman kerja dan

jenis kelamin secara bersama-sama berpengaruh terhadap lama mencari kerja.

Tabel 4.3

Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 697305024143,082 5 139461004828,616 3082773233451,444 ,000b

Residual 1,086 24 ,045

Total 697305024144,168 29

a. Dependent Variable: PPH_21

b. Predictors: (Constant), JHT, JENIS_KELAMIN, MASA_KERJA, JUMLAH_ANAK, STATUS

4.2.2.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat signifikansi

Page 47: BAB III METODE PENELITIAN.doc

dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual dan

menganggap variabel lain konstan.

Tabel 4.4

Uji t

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -109687,035 ,138 -793295,683 ,000

JENIS_KELAMIN -,075 ,115 ,000 -,654 ,519

STATUS 8437,134 ,146 ,023 57651,362 ,000

JUMLAH_ANAK -8437,640 ,068 -,044 -123955,311 ,000

MASA_KERJA -,045 ,036 ,000 -1,233 ,229

JHT 1,301 ,000 1,014 3583846,032 ,000

a. Dependent Variable: PPH_21

Excluded Variablesa

Model Beta In t Sig. Partial

Correlation

Collinearity Statistics

Tolerance VIF Minimum

Tolerance

1 GAJI .b . . . ,000 . ,000

a. Dependent Variable: PPH_21

b. Predictors in the Model: (Constant), JHT, JENIS_KELAMIN, MASA_KERJA, JUMLAH_ANAK, STATUS

Parameter yang digunakan untuk uji t dalam penelitian ini adalah dengan

membandingkan antara nilai signifikansi dengan taraf nyata 5 persen. Dari hasil

pengolahan data maka dapat dinyatakan bahwa :

a. Nilai signifikansi dari variabel jenis kelamin adalah 0,519 dimana hasil tersebut

lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 dan bertanda positif, artinya bahwa variabel

Page 48: BAB III METODE PENELITIAN.doc

jenis kelami tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel besarnya PPh

Pasal 21.

b. Nilai signifikansi dari variabel status perkawinan adalah 0,000 dimana hasil

tersebut lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 dan bertanda positif, artinya bahwa

variabel status perkawinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel

besarnya PPh Pasal 21.

c. Nilai signifikansi dari variabel jumlah anak adalah 0,000 dimana hasil tersebut

lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 dan bertanda positif, artinya bahwa variabel

jumlah anak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel besarnya PPh

Pasal 21.

d. Nilai signifikansi dari variabel masa kerja adalah 0,229 dimana hasil tersebut

lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 dan bertanda positif, artinya bahwa variabel

masa kerja tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel besarnya

PPh Pasal 21.

e. Nilai signifikansi dari variabel gaji adalah 0,000 dimana hasil tersebut lebih kecil

dari nilai signifikansi 0,05 dan bertanda positif, artinya bahwa variabel gaji

berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel besarnya PPh Pasal 21.

f. Nilai signifikansi dari variabel JHT 3,7% adalah 0,000 dimana hasil tersebut

lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 dan bertanda positif, artinya bahwa variabel

JHT 3,7% berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel besarnya PPh Pasal

21.

4.3 Pembahasan

Analisis regresi berganda adalah model untuk mengetahui pengaruh variabel

independen yaitu jenis kelamin, status, jumlah anak, masa kerja, gaji, dan JHT 3,7% ,

Page 49: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Adjusted R2 0,569

F 27,154Sig. F 0,000Durbin Watson 1,992

terhadap variabel dependennya yaitu besarnya PPh Pasal 21. Perhitungan statistik dalam

analisis regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan bantuan program komputer yang mendukung, dalam hal ini menggunakan

program I B M SPSS Statistics 21. Ringkasan hasil pengolahan data dengan menggunakan

program IBM SPSS tersebut disajikan dalam Tabel 4.5 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.15

Hasil Pengolahan Data

Coefficientsa

Model Standardized Coefficients

t Sig.

koef Std. Error Beta

1

(Constant) -109687,035 ,138 -793295,683 ,000JENIS_KELAMIN -,075 ,115 ,000 -,654 ,519STATUS 8437,134 ,146 ,023 57651,362 ,000JUMLAH_ANAK -8437,640 ,068 -,044 -123955,311 ,000MASA_KERJA -,045 ,036 ,000 -1,233 ,229JHT 1,301 ,000 1,014 3583846,032 ,000

Variabel Koef SE Std. Koef t SigKonstanta 5,963 2,587 2,305 0,023Umur 0,318 0,080 0,482 3,962 0,0001Pendidikan 0,674 0,283 0,542 2,384 0,019Pendapatan 1,757E-6 0,0006 0,561 2,867 0,005Pengalaman Kerja 2,386 0,442 0,429 5,400 0,0004 J e n i s K ela m in -1,281 0 ,432 -0,2 3 4 -2,961 0 ,004

Variabel dependen Lama Mencari Kerja

Standar error of the estimate 1,779

R2 0.591

Page 50: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Sumber : Data primer yang diolah, 2010

Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan maka diperoleh

persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

LMK = 5,963 + 0,318 Umur + 0,674 Pendidikan + 0,000001757 Pendapatan +

2,386 Pengalaman Kerja - 1,281 Jenis Kelamin + ..........................(4.1)

Dari model tersebut diperoleh bahwa koefisien regresi variabel jenis

kelamin bertanda negatif, sedangkan variabel lainnya bertanda positif. Untuk

menentukan variabel yang memiliki pengaruh yang paling dominan dapat dilihat

dari nilai koefisien standardized dari model regresi (Imam Ghozali, 2005). Dalam

hal ini diperoleh bahwa variabel pendapatan merupakan variabel yang

berpengaruh paling dominan terhadap lama mencari kerja yang ditunjukkan

dengan nilai standardized coefficients sebesar 0,561 yang paling besar diantara

variabel lainnya.

Page 51: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Secara umum penelitian ini menunjukkan hasil yang sesuai dengan yang

diharapkan. Penjelasan kemaknaan dari masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengaruh Umur Terhadap Lama Mencari Kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel umur memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap lama mencari kerja. Hasil ini memberikan bukti

empiris bahwa umur yang semakin tua akan semakin sulit untuk mencari kerja.

Koefisien regresi umur adalah sebesar 0,318 menyatakan bahwa setiap

pertambahan umur sebesar 1 tahun akan menyebabkan lama mencari kerja

bertambah sebesar 0,318 bulan.

Kondisi demikian secara umum dikaitkan dengan tingkat produktivitas

yang lebih baik dari golongan usia muda dibanding golongan usia tua. Dalam hal

ini pemberi kerja akan mempertimbangkan produktivitas kerja yang akan

diberikan oleh pencari kerja.

Dengan kondisi persaingan kerja yang semakin besar, pemberi kerja akan

berperan aktif dalam menyeleksi tenaga kerja yang akan dipekerjakannya. Salah

satu pertimbangan perusahaan adalah mengenai umur pencari kerja. Dalam hal ini

perusahaan tentu akan mencari tenaga kerja yang masih cenderung produktif.

Pada usia-usia yang relatif tua, meskipun sudah memiliki pengalaman kerja yang

lebih banyak, namun dengan kondisi fisik yang semakin tua maka

produktivitasnya juga akan mengalami penurunan. Sehingga dalam persaingan

tenaga kerja pada usia-usia yang relatif lebih tua cenderung memiliki waktu yang

lebih lama dalam mencari kerja.

Page 52: BAB III METODE PENELITIAN.doc

2. Pengaruh Pendidikan Terhadap Lama Mencari Kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendidikan memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap lama mencari kerja. Hasil ini

memberikan bukti empiris bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka lama

mencari kerja akan semakin lama terkait dengan tingginya aspirasi untuk

memperoleh pekerjaan yang sesuai dan sebanding dengan return biaya

pendidikannya. Koefisien regresi pendidikan adalah sebesar 0,674 menyatakan

bahwa setiap peningkatan pendidikan sebesar 1 tahun akan menyebabkan lama

mencari kerja meningkat sebesar 0,674 bulan.

Alasan utama atas diperolehnya pengaruh positif yang signifikan ini

terkait dengan pertimbangan bahwa seseorang yang memiliki pendidikan yang

lebih tinggi akan cenderung mengetahui informasi di pasar kerja, dengan begitu

pencari kerja lebih leluasa dalam memilih pekerjaan yang sesuai dan lebih selektif

dalam mencari pekerjaan yang cocok, sehingga memerlukan waktu yang lebih

lama.

3. Pengaruh Pendapatan Terhadap Lama Mencari Kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap lama mencari kerja. Hasil ini

memberikan bukti empiris bahwa pencari kerja yang mempunyai upah yang lebih

tinggi akan memiliki waktu mencari kerja yang lebih lama. Koefisien regresi

pendapatan adalah sebesar 0,000001757 menyatakan bahwa setiap pertambahan

pendapatan sebesar 100.000 rupiah akan menyebabkan lama mencari kerja

bertambah sebesar 0,1757 bulan.

Page 53: BAB III METODE PENELITIAN.doc

Hal ini terkait dengan pertimbangan bahwa dengan upah yang lebih tinggi

pencari kerja akan cenderung menginginkan pekerjaan dengan penghasilan yang

lebih layak sehingga ada kecenderungan akan mencari pekerjaan yang terbaik

sehingga memakan waktu yang lebih lama.

4. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Lama Mencari Kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengalaman kerja memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap lama mencari kerja. Hasil ini

memberikan bukti empiris bahwa pencari kerja yang mempunyai pengalaman

kerja akan memiliki waktu mencari kerja yang lebih cepat dibanding pencari kerja

yang tidak memiliki pengalaman kerja. Koefisien regresi pengalaman kerja adalah

sebesar 2,386 menyatakan bahwa lama mencari kerja pencari kerja yang sudah

pernah bekerja 238,6 persen lebih cepat dibanding dengan pencari kerja yang

belum pernah bekerja.

Dengan memiliki pengalaman kerja tenaga kerja akan mempunyai lebih

banyak kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, terkait dengan keinginan

pemberi kerja untuk mendapatkan tenaga kerja yang terdidik dan terlatih untuk

memperkecil biaya pelatihan yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dalam

melatih karyawan baru. Dengan kata lain tenaga kerja yang berpengalaman lebih

siap untuk memasuki dunia kerja dibanding dengan tenaga kerja yang tidak

berpengalaman.

5. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Lama Mencari Kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin memiliki

pengaruh negatif dan signifikan terhadap lama mencari kerja. Hasil ini

Page 54: BAB III METODE PENELITIAN.doc

memberikan bukti empiris bahwa adanya perbedaan lama mencari kerja antara

pencari kerja yang berjenis kelamin laki-laki dengan pencari kerja berjenis

kelamin perempuan. Koefisien regresi jenis kelamin adalah sebesar 1,281 menyatakan

bahwa lama mencari kerja pencari kerja perempuan 128,1 persen lebih cepat

dibanding dengan pencari kerja laki-laki.

Hal ini menggambarkan bahwa perempuan turut aktif dalam dunia kerja, ini

juga mematahkan anggapan masyarakat bahwa hanya laki-laki yang

seharusnya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, karena laki-laki

merupakan tulang punggung keluarga yang memiliki kewajiban untuk menafkahi

keluarganya, sedangkan perempuan hanya berada di posisi mengurus rumah

tangga saja, seolah-olah tidak diperbolehkankan untuk bekerja guna membantu

mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.