BAB III METODE PENELITIAN -...

48
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 89 BAB III METODE PENELITIAN Penulisan Bab III mengenai metode penelitian menguraikan tentang proses persiapan dan pelaksanaan penelitian. Dalam proses persiapan diuraikan mengenai desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, serta penyusunan instrumen penelitian. Tahap pelaksanaan penelitian meliputi prosedur penelitian, dan analisis data penelitian. Secara rinci uraian dijabarkan sebagai berikut. A. Pendekatan dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas teknik konseling metafora untuk meningkatkan tanggung jawab siswa Kelas 1 SD. Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Terdapat tiga jenis variabel dalam penelitian, yaitu: 1. Variabel independen : Teknik Konseling Metafora 2. Variabel dependen : Tanggung jawab 3. Variabel moderator : IQ dan jenis kelamin Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah untreathed control group design with dependent pretest and posttest samples (Cook & Campbell, 1979; Heppner, Wampold, dan Kivlighan, 2008). Desain ini menggunakan pengukuran sebanyak dua kali yang dikenakan pada kelompok kontrol dan eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Penggunaan desain eksperimen dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam format sebagai berikut. Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Eksperimen Kuasi Random O X O Ekperimen R O1 X O2 Kontrol R O1 -X O2 Perlakuan Kelompok

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN -...

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

89

BAB III

METODE PENELITIAN

Penulisan Bab III mengenai metode penelitian menguraikan tentang proses

persiapan dan pelaksanaan penelitian. Dalam proses persiapan diuraikan mengenai

desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, serta penyusunan instrumen

penelitian. Tahap pelaksanaan penelitian meliputi prosedur penelitian, dan analisis

data penelitian. Secara rinci uraian dijabarkan sebagai berikut.

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas teknik konseling

metafora untuk meningkatkan tanggung jawab siswa Kelas 1 SD. Sesuai dengan

tujuan yang akan dicapai dalam penelitian maka pendekatan yang digunakan

dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif.

Terdapat tiga jenis variabel dalam penelitian, yaitu:

1. Variabel independen : Teknik Konseling Metafora

2. Variabel dependen : Tanggung jawab

3. Variabel moderator : IQ dan jenis kelamin

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah untreathed

control group design with dependent pretest and posttest samples (Cook &

Campbell, 1979; Heppner, Wampold, dan Kivlighan, 2008). Desain ini

menggunakan pengukuran sebanyak dua kali yang dikenakan pada kelompok

kontrol dan eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Penggunaan

desain eksperimen dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam format sebagai

berikut.

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Eksperimen Kuasi

Random O X O

Ekperimen R O1 X O2

Kontrol R O1 -X O2

Perlakuan Kelompok

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

90

Keterangan:

1. O1 : Pretest

2. O2 : Posttest

3. X : Perlakuan Teknik Konseling Metafora

4. -X : Tanpa Perlakuan Teknik Konseling Metafora

Kerlinger (1999) menyatakan bahwa syarat penelitian eksperimen murni

adalah: (1) adanya manipulasi minimal terhadap satu variabel; (2) pengambilan

subjek penelitian dilakukan secara acak; (3) pemberian perlakuan kepada kelompok

dilakukan secara acak pula. Jika dari persyaratan tersebut tidak terpenuhi karena

suatu alasan, maka penelitian disebut sebagai penelitian dengan rancangan

eksperimen kuasi. Berdasar uraian tersebut, maka penelitian ini menggunakan

desain eksperimen kuasi, yaitu eksperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran

dampak, unit eksperimen, namun tidak menggunakan pengambilan subjek secara

acak dalam pemilihan subjek karena seluruh subjek dalam populasi digunakan.

Populasi subjek penelitian dipilih berdasar skor nilai karakter tanggung jawab

subjek yang berada dalam kategori skor sedang, rendah dan sangat rendah. Alasan

peneliti memilih eksperimen kuasi juga sejalan dengan pandangan Heppner,

Wampold, dan Kivlighan (2008;182) bahwa pemilihan responden secara acak sulit

dilakukan dalam setting pendidikan, terdapat pertimbangan etis dalam memberikan

layanan, kesulitan dalam melakukan pengontrolan secara penuh, dan kesulitan

dalam menetapkan kelompok kontrol yang tepat.

Dalam penelitian ini akan dikumpulkan dua jenis, yaitu data kuantitatif yang

digunakan untuk menguji efektivitas teknik konseling metafora dalam

meningkatkan tanggung jawab siswa. Setelah data kuantitatif diperoleh akan

ditindaklanjuti dengan pengumpulan data kualitatif yang digunakan sebagai

pendukung data kuantitatif untuk dapat lebih memberikan pemaknaan dan

pengayaan terhadap dinamika hasil penelitian yang diperoleh. Data kualitatif akan

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

91

dikumpulkan terhadap subjek-subjek penelitian yang memperoleh skor ekstrim

setelah perlakuan diterima atau subjek outlier.

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

92

Terdapat dua jenis data kualitatif yang akan digali dalam penelitian ini yakni

data mengenai keterlibatan subjek dalam proses konseling dan data mengenai

perubahan tanggung jawab subjek menurut guru dan orang tua. Data kualitatif tentang

keterlibatan responden yang mendukung dan menghambat peningkatan tanggung

jawab selama proses perlakuan diperoleh dari hasil FGD dengan para observer asisten

peneliti yang mengamati proses konseling.

Berikut ini disajikan diagram pelaksanaan penelitian dengan menggunakan

desain penelitian eksperimen yang akan dilakukan.

(FGD)

Gambar 3.1 (Sumber: Adaptasi dari Creswell & Clark, 2007, Creswell,

2010)

Berdasar diagram tersebut dapat dijabarkan tahap penelitian kuantitatif dan

kualitatif sebagai berikut:

a. Tahap Kuantitatif dilakukan melalui pretes dan posttest. Pengukuran tanggung

jawab siswa sebelum perlakuan dilakukan selama satu pekan demikian pula

pengukuran setelah perlakuan dilakukan selama satu pekan. Data yang diperoleh

HASIL DAN

INTERPRETASI

KESELURUHAN QUANTITATIF kualitatif

PROSEDUR: Dua kelompok:

kelompok kontrol & eksperimen

Hasil pengukuran: skor tanggungnjawab pre-test dan post-test

Observasi PRODUK: Uji statistik (analisis

data)

PROSEDUR: Observasi Wawancara FGD Dokumen

hasil karya siswa

PRODUK: Dinamika

penelitian

PROSEDUR: Diskusi

efektivitas intervensi

PRODUK: Diskusi

hasil

penelitian

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

93

akan dianalisis secara statistik.

b. Tahap kualitatif dilakukan selama perlakuan dan setelah perlakuan selesai

dilakukan. Hasil analisis data kuantitatif pada tahap pertama menghasilkan

kasus-kasus ekstrem dan outlier (Creswell & Clark, 2007) yang kemudian

ditindaklanjuti dengan pengumpulan data kualitatif mengenai kasus-kasus

ekstrem tersebut. Dalam tahap ini data dikumpulkan dengan teknik observasi

langsung terhadap anak selama perlakuan dan setelah perlakuan, mengamati hasil

karya siswa selama perlakuan, wawancara semi terstruktur dengan guru dan

kepala sekolah, serta focus group discussion (FGD) yang melibatkan orang tua,

observer, dan guru.

Tabel 3.2. Alur Pengumpulan Data Kuantitatif dan Kualitatif

METODE PROSES HASIL ANALISIS

Kuantitatif 1. Pre-test

Melakukan observasi berpedoman

pada checklist observasi tanggung

jawab yang telah disiapkan.

Observasi dilakukan selama satu

pekan sebelum perlakuan diberikan.

Skor pre-test Uji statistik:

1. Deskriptif

2. Anacova

3. Anava

2. Post-test

Melakukan observasi berpedoman

pada checklist observasi tanggung

jawab yang telah disiapkan.

Observasi dilakukan selama satu

pekan setelah perlakuan diberikan

Skor post-test

Kualitatif 1. Selama perlakuan berlangsung:

Observasi partisipan dengan

pencatatan naratif mengenai berbagai

perilaku yang menghambat dan

mendukung keterlibatan subjek

penelitian dalam mengikuti konseling

metafora.

Hasil

observasi

dalam bentuk

narasi

Analisis

kualitatif

tematik

2. Setelah perlakuan:

a. Wawancara dengan guru dan

kepala sekolah

b. FGD dengan guru dan orang tua.

Hasil

verbatim

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

94

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Muhammadiyah 1 Alternatif (SD Mutual) Kota

Magelang. Terdapat dua hal yang mendasari pemilihan SD tersebut sebagai lokasi

penelitian. Alasan yang utama berkaitan dengan hasil studi pendahuluan yang

menunjukkan masih rendahnya perilaku tangung jawab siswa kelas 1 berdasar

penilaian guru dan hasil pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti, serta peran

SD Mutual sebagai sekolah percontohan di wilayah Jawa Tengah yang perlu

dioptimalkan tidak hanya kualitas kognitif namun juga karakter siswa. Alasan

kedua berkaitan dengan pertimbangan praktis sebagai berikut: (1) SD Mutual

menyatakan kesediaan untuk bekerja sama dalam pelaksanaan penelitian, (2) SD

Mutual memiliki jumlah kelas 1 sebanyak 4 kelas, sehingga peneliti dapat

memperoleh jumlah subjek penelitian yang memadai sebagai kelompok kontrol dan

eksperimen; (3) SD Mutual menerapkan pembelajaran yang dimulai pukul 6.30.

Selama ini, waktu tersebut digunakan sebagai waktu pembiasaan ibadah, melalui

kegiatan mengaji dan sholat Dhuha. Periode waktu tersebut (06.30-07.15) memberi

kesempatan pada peneliti untuk memberi perlakuan tanpa mengganggu jam

pelajaran siswa.

2. Subjek Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak yang berada pada

tahap perkembangan kanak-kanak tengah atau masa middle childhood (Papalia,

Olds, & Feldman, 2002:294), yang masih duduk di kelas 1 SD Mutual Kota

Magelang dan memiliki kategori skor tanggung jawab dalam kelompok sedang,

rendah dan sangat rendah. Usia midle childhood dipilih sebagai populasi

penelitian didasarkan pada pendapat Bennett, dkk (1999) yang menyatakan bahwa

usia SD merupakan usia penting untuk membantu anak mengembangkan kebiasaan

dan nilai-nilai yang akan terus dibawa dalam keseharian anak. SD merupakan dasar

bagi keberhasilan pendidikan di masa-masa selanjutnya.

Berdasar pertimbangan tersebut, penelitian ini melibatkan siswa Kelas 1 SD

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

95

sebagai partisipan yang akan dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Pemilihan populasi penelitian didasari oleh karakteristik yang telah peneliti

tentukan. Secara rinci karakteristik populasi penelitian adalah:

a. Siswa berusia 6-7 tahun.

b. Merupakan siswa Kelas 1 SD Muhammadiyah 1 Alternatif (SD Mutual)

Kota Magelang.

c. Tidak mengalami hambatan perkembangan dalam aspek kognitif dibuktikan

dari hasil tes IQ dan wawancara dengan guru.

d. Tidak mengalami hambatan perkembangan dalam aspek emosi yang

diketahui dari hasil wawancara dengan guru.

e. Memiliki skor tanggung jawab dalam kategori sedang, rendah atau sangat

rendah, berdasar hasil observasi awal dan keterangan dari guru.

Subjek penelitian dipilih berdasar hasil observasi tanggung jawab awal,

yaitu subjek dengan skor tanggung jawab dalam kategori sedang, rendah dan

sangat rendah. Kategori skor observasi dibuat berdasarkan model distribusi normal

rerata ideal dan standar deviasi ideal (Azwar, 2002; Koyan, 2012), sehingga

diperoleh kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah, sebagai

berikut:

Tabel 3.3 Standar Kategorisasi Perilaku Tanggung Jawab Siswa

Berdasar Distribusi Normal Teoritik

Rentang Skor Kategori/Predikat Skor

Mi + 1,5 SDi < Mi + 3,0 SDi Sangat Tinggi ≧ 142

Mi + 0,5 SDi < Mi + 1,5 SDi Tinggi 111 s.d 143

Mi – 0,5 SDi < Mi + 0,5 SDi Sedang 79 s.d 111

Mi – 1,5 SDi < Mi – 0,5 SDi Rendah 47 s.d 79

Mi – 3,0 SDi < Mi – 1,5 SDi Sangat Rendah ≦ 46

Kategori tersebut digunakan sebagai pedoman untuk menentukan dan

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

96

menyeleksi siswa yang akan digunakan sebagai subjek penelitian berdasar skor

pengamatan awal. Selain dari hasil pengamatan, penentuan subjek penelitian juga

didasarkan pada hasil FGD dengan guru wali Kelas 1 SD Mutual. Berdasar proses

tersebut, diperoleh 51 jumlah siswa dari empat kelas yang dibagi dalam

kelompok kontrol dan eksperimen. Pembagian subjek dalam kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen dilakukan dengan menggunakan teknik sampling acak

sederhana (simple random sampling) dengan melakukan undian terhadap

masing-masing subjek. Hasil akhir pengundian diperoleh 25 subjek menjadi

kelompok eksperimen dan 26 subjek di kelompok kontrol. Berikut ini dapat

diketahui pengelompokan subjek penelitian berdasar norma kategori skor karakter

tanggung jawab awal pada masing-masing kategori, sebagai berikut:

Tabel 3.4. Sebaran Subjek dalam Kelompok Penelitian

Kelompok Kategori Skor Subjek Penelitian Total

1 2 3 4 5

Eksperimen 5 14 6 0 0 25

Kontrol 1 19 6 0 0 26

Keterangan:

1 = sangat rendah

2 = rendah

3 = sedang

4 = tinggi

5 = sangat tinggi

Kelompok eksperimen akan mendapatkan perlakuan berupa teknik konseling

metafora sedangkan kelompok kontrol akan mendapat perlakuan yang sama dengan

kelompok ekperimen setelah penelitian selesai dilaksanakan (waiting list group).

Perlakuan kelompok kontrol sebagai waiting list group dilakukan untuk memenuhi

kode etik penelitian, sehingga semua subjek yang telah diketahui memiliki kategori

skor karakter tanggung jawab rendah akan dapat memperoleh perlakuan yang sama

setelah penelitian selesai.

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

97

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional dalam penelitian ini dirumuskan untuk menghindari

kesalahtafsiran terhadap makna, sebagai berikut.

1. Tanggung jawab

Tanggung jawab dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa yang dapat

diamati melalui perilaku yang menunjukkan tanggung jawab pribadi dan sosial

siswa Kelas 1 SD Mutual selama berada di sekolah. Perilaku tanggung jawab

diamati berdasar indikator tanggung jawab pribadi dan sosial sebagai berikut. (a)

Tanggung jawab pribadi terdiri dari kemampuan anak untuk dapat memegang

komitmen pribadi yang ditunjukkan dalam kemampuan mengutamakan hal yang

dianggap penting, komitmen untuk melaksanakan kewajiban sepenuh hati,

mencoba melakukan sesuatu dengan berbagai cara, dan (2) Tanggung jawab sosial

yang terdiri dari kemampuan merespon apa yang diinginkan orang lain, perduli dan

memberi perhatian kepada orang lain, meringankan dan memberi yang terbaik,

menjadikan lingkungan menjadi lebih baik, dan bersedia berkorban untuk

kepentingan sesama. Pengukuran perilaku tanggung jawab dilakukan dengan

mengamati berbagai perilaku yang ditunjukkan selama anak di sekolah melalui

observasi partisipan dengan teknik time sampling pada pagi dan siang baik di

dalam kelas maupun di luar kelas. Skor tanggung jawab anak diperoleh dengan

menjumlah total frekuensi perilaku yang muncul dalam checklist yang telah

dikonversikan ke dalam skor interval.

2. Teknik Konseling Metafora

Teknik konseling metafora merupakan serangkaian kegiatan untuk anak

kelas satu di sekolah dasar yang dikemas dalam cerita-cerita metafora yang didasari

oleh penggunaan dua jenis metafora, yakni metafora bahasa dan visual atau

gambar. Teknik konseling ini dikemas dalam modul konseling yang diberi nama

STAR KIDS (Story Teach A Responsibility for Kids). Dalam teknik konseling

metafora, konselor memfasilitasi anak mengubah perilaku tidak bertanggung jawab

menjadi perilaku yang bertanggung jawab melalui cerita-cerita metafora yang dapat

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

98

menimbulkan rasa empati pada diri anak, sehingga meningkatkan dorongan dalam

diri anak untuk berperilaku baik. Cerita metafora dalam seting kelompok

diterapkan bagi anak usia 6-7 tahun mengingat pada usia tersebut anak memiliki

kecintaan pada cerita, berada dalam masa imajinatif, bermain, dan belajar dari

interaksi dengan guru dan teman sebaya. Rangkaian kegiatan anak dalam teknik

konseling metafora meliputi tahapan berikut ini.

a. Penjelasan tentang tujuan kegiatan dan beragam kegiatan yang akan dilakukan

bersama.

b. Perumusan aturan yang disepakati bersama mengenai aturan kelompok selama

proses konseling berlangsung.

c. Perumusan konsekuensi yang akan diterima anak selama eksperimen

berlangsung. Konsekuensi yang digunakan lebih menekankan pada pemberian

token economy bagi anak yang mengikuti aturan yang telah disepakati.

d. Pelaksanaan teknik konseling metafora dalam proses konseling melalui empat

tahap, yaitu: mengenalkan penggunaan metafora dalam bentuk cerita;

mengeksplorasi penggunaan metafora; mentransformasi atau membingkai

kembali metafora dengan mendorong konseli (anak) melakukan perubahan

makna metafora secara positif; dan menghubungkan metafora dengan dunia

nyata (Secara rinci tahapan penerapan Teknik Konseling Metafora “STAR

KIDS” dapat dilihat pada lampiran modul).

Penerapan teknik konseling metafora akan dilakukan dengan dilengkapi oleh

seperangkat media konseling yang terdiri dari model pelaksanaan teknik konseling

metafora, modul konseling berisi kumpulan cerita metafora, buku kegiatan siswa,

buku laporan kegiatan siswa. Isi masing-masing media tersebut, sebagai berikut.

a. Model pelaksanaan teknik konseling metafora berisi rangkaian atau prosedur

berbagai kegiatan yang akan dilakukan konselor (peneliti) dan anak selama

proses perlakuan berlangsung. Model ini berisi pedoman umum operasional

konseling yang meliputi: (1) Rasional; (2) Visi dan Misi; (3) Deskripsi

Kebutuhan; (4) Tujuan; (5) Komponen Modul; (6) Sasaran Intervensi; (7)

Rencana Operasional; (8) Pengembangan Tema/Topik; (9) Satuan Layanan BK;

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

99

(10) Kualifikasi Konselor; dan (11) Penilaian atau Evaluasi.

b. Modul pelaksanaan konseling berisi kumpulan cerita metafora yang terdiri dari

15 cerita metafora yang telah dirangkum dari berbagai sumber yang sesuai

dengan tujuan meningkatkan tanggung jawab anak. Modul ini bertujuan untuk

memudahkan peneliti dalam menyampaikan cerita yang digunakan sebagai

media konseling dalam memberi perlakuan kepada siswa.

c. Buku kegiatan siswa berisi berbagai lembar kerja yang akan dilakukan anak

setelah mendengar cerita metafora sebagai bentuk eksplorasi penggunaan

metafora dalam bentuk metafora visual. Buku ini diharapkan dapat membantu

anak dalam mentransformasi atau membingkai metafora dengan mendorong

konseli (siswa) melakukan perubahan makna metafora secara positif; dan

menghubungkan metafora dengan dunia nyata.

d. Buku Laporan Kegiatan berisi hasil observasi dan penilaian peneliti mengenai

jalannya eksperimen. Buku ini akan memudahkan peneliti dalam mencatat

berbagai kejadian selama eksperimen berlangsung, sehingga dapat memudahkan

peneliti dalam melakukan refleksi hasil pelaksanaan eksperimen dan mengetahui

berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku tanggung jawab siswa

selama perlakuan.

Pelaksanaan konseling metafora dilaksanakan dalam 15 kali pertemuan di dalam

kelas, yang akan dipandu oleh seorang konselor, dibantu oleh co-konselor (asisten

konselor dan wali kelas) dan observer. Masing-masing pertemuan membutuhkan

waktu 30-60 menit. Rincian materi secara lengkap terdapat dalam Modul

Pelaksanaan Teknik Konseling Metafora “STAR KIDS”.

3. Kecerdasan (inteligensi) dalam penelitian ini mengacu pada konsep kecerdasan

umum berupa kemampuan persepsi dan berpikir logis sistematis yang ditunjukkan

dari kemampuan subjek dalam mencari hubungan gambar soal dan pilihan

jawaban. Pengukur kecerdasan (IQ) dilakukan dengan menggunakan tes skala

Raven seri SPM yang terdiri dari 60 soal berupa gambar-gambar dengan pola

hubungan dari tingkat yang paling mudah sampai paling sulit.

4. Jenis Kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah label yang diberikan

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

100

kepada anak mengenai identitas sebagai laki-laki atau perempuan sejak dilahirkan.

Jenis kelamin dalam penelitian ini diketahui dari data dokumentasi sekolah dan

ciri-ciri fisik yang dapat diamati sesuai seragam sekolah yang dikenakan siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data, Pengembangan Instrumen, dan Tahap Penelitian

1. Teknik Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

dua jenis pengumpulan data, yakni pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. Data

kuantitatif dikumpulkan dengan melakukan observasi terstruktur menggunakan

lembar pedoman checklist observasi. Instrumen yang disusun dalam penelitian ini

berupa checklist observasi perilaku tanggung jawab anak di sekolah yang dilengkapi

dengan pedoman observasi. Lembar checklist digunakan untuk mengumpulkan data

kuantitatif mengenai perilaku tanggung jawab anak sebelum dan sesudah pemberian

perlakuan. Data yang diperoleh berupa jumlah frekuensi perilaku yang dimunculkan

anak selama proses pengamatan berlangsung yang akan dikonversi ke dalam skor

interval.

Selain data kuantitatif, dilakukan pula pengumpulan data kualitatif sebagai

pendukung dengan menggunakan lembar pedoman FGD (Focus Group Disscusion)

dan wawancara semi terstruktur, serta lembar survey sebagai validasi sosial teknik

konseling metafora. FGD dan wawancara setelah perlakuan dimaksudkan untuk

memperoleh data mengenai dampak perlakuan terhadap perilaku tanggung jawab

anak selama di sekolah yang dirasakan guru setelah anak memperoleh perlakuan.

FGD juga dilakukan terhadap para wali murid (orang tua) di kelompok eksperimen.

Pelaksanaan FGD dan wawancara menggunakan teknik semi terstruktur yang telah

dilengkapi dengan pedoman wawancara.

Data kualitatif setelah perlakuan hanya dilakukan terhadap kelompok

eksperimen mengingat data kualitatif hanya sebagai pendukung data kuantitatif

setelah subjek menerima perlakuan. Selain itu, pengumpulan data kualitatif bagi

semua responden tidak dapat dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya

penelitian.

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

101

2. Pengembangan Instrumen Penelitian

a). Penyusunan Checklist dan Pedoman Observasi Tanggung Jawab

Dalam penelitian ini teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data

utama yang digunakan untuk mengamati perilaku karakter tanggung jawab anak.

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara

sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera terutama mata.

Observasi merupakan alat utama yang digunakan oleh peneliti dan ahli klinis yang

digunakan dalam asesmen masalah-masalah perilaku, sosial, dan emosi anak.

Pelaksanaan observasi perilaku secara langsung (direct behavioral observation)

merupakan suatu prosedur dimana observer mengembangkan target perilaku yang

diamati sesuai dengan definisi operasional yang dikembangkan, mengamati subjek,

dan mencatat secara sistematis perilaku tersebut (Merrel, 2003). Proses observasi

dapat difokuskan pada frekuensi, kenampakan, dan kesiapan perilaku tersebut

muncul untuk dapat diamati (Miller, 1998).

Observasi digunakan dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan

beberapa alasan, sebagai berikut: (a) anak sebagai subjek penelitian belum

memiliki kemampuan untuk melakukan retrospeksi secara mendalam; (b). anak

usia 6-7 tahun di kelas satu SD masih berada dalam tahap perkembangan berpikir

tingkat operasional konkrit (Piaget dalam Santrock, 2002), hal ini menyebabkan

anak belum mampu berpikir abstrak dan mampu menjawab pertanyaan atau

menuliskan jawaban tentang nilai-nilai karakter yang ada dalam diri mereka dengan

gamblang. Pernyataan-pernyataan tentang nilai karakter relatif bersifat abstrak dan

sulit untuk dipahami anak-anak, sehingga kemungkinan untuk melakukan

pengumpulan data melalui proses wawancara dan angket terhadap anak kurang

efisien; c). tanggung jawab tercermin dalam berbagai indikator perilaku yang dapat

diamati. Kondisi ini mendukung metode pengamatan sebagai salah satu teknik

pengumpulan data yang tepat untuk digunakan.

Berdasar seting pengamatan yang dilakukan, penelitian ini menggunakan

pengamatan langsung dalam seting alamiah (naturalistic observation). Seting

alamiah ditandai dengan adanya pencatatan perilaku yang diamati dalam seting

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

102

alamiah (Merrell, 2003). Proses pengamatan perilaku dilakukan dalam seting

lingkungan sekolah baik saat anak berada di dalam kelas, di halaman sekolah,

masjid, perpustakaan, dan tempat-tempat di sekitar sekolah. Pengamatan dilakukan

terhadap perilaku tanggung jawab anak baik saat anak sendiri maupun selama anak

berinteraksi dengan teman, guru, dan semua pihak yang berada di sekolah. Guna

mengatasi kemungkinan subjek penelitian menunjukkan perilaku berbeda karena

merasa diobservasi, observer akan dikenalkan terlebih dahulu sebelum pengamatan

dimulai dan terlibat secara langsung dalam kegiatan anak selama di sekolah.

Keikutsertaan observer dalam setting untuk mengobservasi disebut sebagai

observasi partisipan (Miller, 1998).

Cara pengumpulan data observasi dilakukan dengan pencatatan checklist

yaitu suatu pencatatan dengan menggunakan daftar aspek perilaku yang telah

dipilih untuk diobservasi sehingga pengamat dapat mencatat dengan mudah

perilaku yang tampak (Irwin dan Bushnell, 1980). Prosedur pencatatan selama

proses pengamatan dilakukan dengan pendekatan time sampling yaitu pengamatan

yang dilakukan dengan memfokuskan pada sedikit perilaku khusus yang telah

didefinisikan dengan baik dengan menggunakan checklist atau coding system,

kemudian observer melakukan pengamatan dalam setiap periode waktu tertentu

yang dipisahkan dalam unit-unit waktu (Miller, 1998; Beaty, 2008).

Selain checklist, observer juga diberi pedoman observasi untuk

memudahkan pemahaman mengenai daftar perilaku yang tercantum di dalam

checklist. Penilaian terhadap tanggung jawab anak dilakukan secara langsung dari

hasil total frekuensi perilaku tanggung jawab anak yang muncul dari hasil

pengamatan.

Observasi sebagai prosedur yang sistematis mensyaratkan adanya pencatatan

selama proses pengamatan. Peneliti mengembangkan metode pencatatan dengan

menggunakan daftar centang (checklist) sebagai metode pencatatan hasil observasi.

Menurut Beaty (2008) checklist merupakan daftar sifat atau perilaku spesifik

yang ditata dalam urutan logis. Pengamat harus memberi tanda ada atau tidak ada

perilaku saat pengamatan. Checklist dipandang efisien dalam pencatatan observasi

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

103

karena memudahkan observer untuk mengetahui perilaku-perilaku yang diamati

secara cepat, sederhana, dan memudahkan interpretasi.

Terdapat beberapa prosedur yang peneliti lakukan dalam mengembangkan

instrumen penelitian berupa checklist dan pedoman observasi, sebagai berikut.

1). Kisi-kisi Instrumen Checklist Observasi

Kisi-kisi instrumen checklist observasi perilaku tanggung jawab anak di

sekolah dikembangkan berdasar studi pendahuluan dan literatur yang mengacu

pada teori Lickona mengenai tanggung jawab, yang kemudian dirumuskan dalam

definisi operasional variabel penelitian. Merujuk pada definisi operasional tersebut

diperoleh aspek-aspek dan indikator variabel penelitian, kemudian dijabarkan

butir-butir perilaku yang menunjukkan tanggung jawab anak di sekolah.

Daftar butir perilaku tanggung jawab diperoleh dari hasil observasi langsung

di lapangan yang sebelumnya dilakukan melalui teknik pengumpulan data

observasi partisipan dengan pencatatan narasi. Selain itu, daftar perilaku tanggung

jawab juga diperoleh dari hasil wawancara serta FGD dengan sejumlah guru

kelas satu sebelum penelitian dimulai. Proses pengumpulan data kualitatif dalam

studi pendahuluan dilakukan untuk mengembangkan instrumen penelitian berupa

checklist observasi perilaku tanggung jawab anak dan mengetahui karakteristik

anak yang kurang bertanggung jawab menurut perspektif guru. Berdasar FGD yang

telah dilakukan, peneliti memperoleh sejumlah subjek yang menurut pengamatan

guru memiliki tanggung jawab rendah selama di sekolah yang ditandai dengan

perilaku tidak taat aturan, sering tidak mengerjakan tugas, tidak memperhatikan

guru saat pelajaran, jalan-jalan di dalam kelas dan mengganggu proses

pembelajaran, membuang sampah sembarangan, tidak bersegera saat waktu sholat,

melakukan tugas piket harus diingatkan beberapa kali, tidak membawa atribut

kelengkapan sekolah (ID card, dasi, ikat pinggang, topi), datang terlambat, tidak

menyerahkan surat undangan atau pemberitahuan ke pada orangtua. Selain FGD,

dilakukan pula wawancara dengan guru kelas satu dan wali kelas. Tujuan utama

dalam wawancara pra penelitian adalah untuk memperoleh data mengenai persepsi

guru terhadap berbagai jenis perilaku tanggung jawab anak di sekolah. Hasil

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

104

wawancara awal ini mendapatkan sejumlah perilaku tanggung jawab anak menurut

guru sebagai berikut: (1). Tanggung jawab merupakan sesuatu yang harus

dikerjakan; (2) Dapat menyelesaikan tugas yang diberikan; (3) Memakai atribut

sekolah dengan lengkap dan rapi.; (4) Mengerjakan tugas dengan tepat waktu; (5)

Mengerjakan PR; (6) Mengerjakan tugas di kelas; (7) Anak menyampaikan surat

atau pesan dari guru kepada orangtua; (8) Melaksanakan piket kelas; (9) Sholat

tepat waktu; (10) Mengerjakan tugas tanpa harus disuruh; (11) Anak yang

bertanggung jawab ikut terlibat dalam pengawasan terhadap teman yang lain, jika

ada yang melakukan perilaku yang melanggar aturan tanpa diminta akan melapor

ke guru; (12) Membuang sampah pada tempatnya; (13) Datang ke sekolah tepat

waktu.

Selain hasil FGD dan wawancara dengan guru, peneliti juga melakukan

observasi partisipan selama anak berada di sekolah untuk mengetahui jenis-jenis

perilaku tanggung jawab yang ditunjukkan anak kelas satu SD. Berdasar hasil

pengamatan diperoleh beberapa bentuk perilaku tanggung jawab anak di sekolah

sebagai berikut: datang sekolah tepat waktu, mengerjakan tugas tepat waktu,

mengumpulkan PR, menaati aturan yang ditetapkan guru, fokus pada saat guru

menjelaskan materi pelajaran, bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas,

merawat benda yang dimiliki dan mengembalikan barang yang dipinjam dari teman

dengan baik, melaksanakan tugas piket kelas, segera ke masjid untuk sholat, tertib

dalam melaksanakan sholat, membuang sampah pada tempatnya, menjaga kerapian

dan kebersihan barang pribadinya, bermain dengan gembira dan tidak

menyakiti/mengganggu teman, mengikuti aturan main dalam permainan bersama,

menunjukkan keperdulian dengan apa yang dilakukan teman (contoh: teman

berkelahi lalu melapor kepada bu guru), meminta maaf saat berbuat salah kepada

teman, dan mengerjakan apa yang diminta oleh guru dengan baik.

Berdasar hasil FGD dan observasi kualitatif tersebut, peneliti memperoleh

beragam perilaku tanggung jawab anak yang akan disusun dalam checklist

observasi sebagai instrumen penelitian dalam proses pengumpulan data kuantitatif

mengenai tanggung jawab anak sebelum dan sesudah eksperimen dilakukan.

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

105

Pengembangan checklist observasi melalui proses ini diharapkan dapat

meningkatkan validitas content checklist observasi yang digunakan. Daftar

perilaku dari hasil observasi dan wawancara kualitatif yang peneliti peroleh

kemudian dikelompokkan sesuai teori dimensi karakter menurut Lickona yang

terdiri dari dimensi pribadi dan sosial. Pengelompokan perilaku sesuai dimensi

karakter menurut Lickona dilakukan untuk meningkatkan validitas construct

observasi. Hasil pengelompokan tersebut disusun dalam kisi-kisi checklist

observasi sebagai berikut.

Tabel 3.5. Kisi-kisi Insrumen Checklist Observasi Tanggung Jawab

N

O

ASPEK

TANGGUNG

JAWAB

SUB ASPEK PERILAKU Total

1

PRIBADI

a. Mengutamakan

hal yang penting

1) Menjaga keselamatan

diri.

2) Mengerjakan soal

sendiri tanpa

mencotek teman.

3) Membuat keputusan

yang baik.

4) Memanfaatkan waktu

dengan baik.

5) Belajar dengan

sungguh –sungguh.

6) Makan dan minum

sesuai waktu yang

ditetapkan.

7) Menjaga kerapian dan

kebersihan diri. 22

b. Melaksanakan

kewajiban

1) Sholat tepat waktu.

2) Mengerjakan PR tepat

waktu.

3) Datang ke sekolah

tepat waktu.

4) Menyelesaikan tugas

dengan baik.

5) Fokus memperhatikan

penjelasan guru.

6) Membereskan barang

pada tempatnya.

7) Menjaga kerapian dan

kebersihan barang

yang dimiliki.

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

106

8) Tertib saat sholat.

9) Mengaji dengan

sungguh-sungguh.

10) Serius dan

sungguh-sungguh

mengerjakan tugas

kelas (piket).

11) Memakai atribut

sekolah dengan

lengkap dan rapi.

c. Mencoba

melakukan

sesuatu dengan

berbagai cara

1) Mengerjakan tugas

tanpa disuruh.

2) Meminta bimbingan

saat membutuhkan.

3) Mengajukan

pertanyaan saat tidak

tahu.

4) Menyelesaikan tugas

kelompok dengan

kreatif.

SOSIAL

a. Merespon sesuai

apa yang

diinginkan orang

lain

1) Antri saat menunggu

giliran.

2) Tidak marah saat

teman berbuat salah.

3) Menghargai teman

saat bermain.

4) Menahan diri untuk

tidak

memukul/meyakiti

teman saat berselisih

paham.

5) Berbicara sopan

kepada teman dan

guru.

6) Mengikuti aturan main

dan tidak curang.

7) Menerima kesalahan

diri/tidak

menyalahkan orang

lain.

8) Meminta maaf saat

merasa bersalah.

9) Meminjam barang

teman dengan

meminta ijin.

10) Merawat benda yang

dipinjam dari teman

dengan baik.

22

2

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

107

11) Menjaga kesepakatan

bersama

b. Perduli dan

perhatian kepada

orang lain.

1) Menghibur teman

yang sedang sedih.

2) Meminjami teman

barang yang dibutuh.

3) Berbagi

makanan/minuman.

4) Meringankan

beban dan

memberi yang

terbaik.

1) Membantu teman

yang membutuhkan.

2) Membantu guru yang

sedang kerepotan

(menghapus papan

tulis, membawakan

bawaan guru,

membantu guru

membagikan sesuatu).

3) Berpartisipasi aktif

dalam tugas

kelompok.

4) Menjadikan

dunia/lingkungan

menjadi lebih

baik

1) Menjaga kerapian

lingkungan.

2) Membuang sampah

pada tempatnya.

3) Merawat tanaman

yang ada di

sekitarnya.

e. Berkorban.

1) Mengalah saat

bermain.

2) Merelakan miliknya

untuk teman/orang

lain (infak).

Berdasar kisi-kisi instrumen tersebut disusun checklist dan pedoman

observasi perilaku tanggung jawab anak di sekolah. Susunan checklist observasi

perilaku tanggung jawab anak dalam bentuk lembar observasi yang berisi: aspek

nilai karakter tanggung jawab, deskripsi perilaku tanggung jawab yang diuraikan

dalam aitem-aitem perilaku, kolom yang digunakan untuk mencatat frekuensi

kemunculan perilaku setiap 10 menit sekali, kolom total untuk menjumlah

frekuensi perilaku yang muncul pada tiap-tiap aitem dalam lima skala (tidak

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

108

pernah, jarang, kadang-kadang, sering, dan sangat sering). Skala yang digunakan

diberi nilai 1-5 (tidak pernah = 1; jarang = 2; kadang-kadang = 3; sering = 4; selalu

= 5), kolom catatan yang digunakan untuk mencatat tambahan informasi hasil

pengamatan terhadap perilaku tanggung jawab anak yang bersifat kualitatif baik

mengenai perilaku anak maupun konteks lingkungan di sekitar anak selama

observasi berlangsung, yang tidak terangkum dalam daftar checklist perilaku.

Kolom catatan ini diberikan sebagai salah satu cara untuk meminimalkan

kelemahan metode checklist yang bersifat tertutup.

Selain checklist observasi, disusun pedoman observasi untuk mempermudah

observer dalam memahami daftar perilaku yang terdapat di checklist observasi

sehingga diharapkan observer memiliki pemahaman yang sama mengenai daftar

perilaku yang ada. Tujuan pembuatan pedoman observasi juga dilakukan untuk

meningkatkan reliabilitas observasi (Merrel, 2003). Pedoman observasi terdiri dari:

daftar perilaku tanggung jawab anak dan definisi operasional atau keterangan yang

menjelaskan masing-masing aitem perilaku dalam daftar checklist observasi.

2). Penimbangan Instrumen

Penimbangan instrumen dilakukan oleh dua orang pakar Bimbingan dan

Konseling serta satu orang psikolog perkembangan anak. Tujuan penimbangan

instrumen (professional atau expert judgement) adalah untuk memenuhi validitas

isi (content validity). Validitas isi diperoleh dengan menganalisa aspek atau unsur

suatu konsep secara teoritis. Menurut Azwar (2003), validitas isi diestimasi melalui

pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional ataupun melalui professional

judgement. Guna lebih meningkatkan validitas isi, daftar perilaku yang terdapat

dalam checklist observasi dikembangkan berdasar pengamatan partisipasi awal

terhadap perilaku tanggung jawab anak di kelas satu dengan pencatatan secara

naratif. Selain diperoleh dari hasil pengamatan awal, daftar perilaku juga diperoleh

dari hasil wawancara dan FGD dengan guru-guru kelas yang berjumlah empat

orang. Setelah peneliti memperoleh sejumlah daftar perilaku tanggung jawab anak

di sekolah, kemudian dikelompokkan sesuai teori Lickona mengenai dimensi

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

109

tanggung jawab dan diuraikan sesuai dengan bentuk-bentuk indikator perilaku

tanggung jawab anak. Dua komponen tanggung jawab meliputi tanggung jawab

pribadi dan sosial.

Proses penimbangan instrumen dilakukan oleh dua ahli Bimbingan dan

Konseling, yaitu Dr. Collete Dollarhide (doktor dalam bidang Bimbingan dan

Konseling Ohio State University), Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N (Guru Besar dalam

bidang Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia), serta

Anggreswari Ayu Dhamayanti (pakar bidang Psikologi Perkembangan Anak yang

bekerja sebagai dosen di STIKES Ahmad Yani Yogyakarta dan menjadi pengelola

PAUD Ahsanu Amala Yogyakarta). Setelah checklist observasi ditelaah oleh para

penimbang terdapat beberapa aitem perilaku tanggung jawab yang menurut

penimbang kurang tepat, baik secara konstruk maupun bahasa. Revisi dilakukan

sesuai saran yang diberikan oleh para penimbang. Revisi tersebut sebagai berikut.

Tabel 3.6. Perubahan Instrumen Berdasar Saran Penimbang

Nama

Penimbang

Aspek/Indikator Sebelum

direvisi

Setelah direvisi

Dr.Collete

Dolarhide

1.Aspek tanggung

jawab

Perpaduan dari

beberapa teori

(Lickona;

Lynda dan Eyre)

Fokus pada satu

teori.

2.Indikator

perilaku

tanggung jawab

Seting perilaku

ada yang di

rumah dan

sekolah.

Fokus pada

perilaku tanggung

jawab dalam seting

sekolah.

3.Cara

perhitungan

perilaku

Skoring berdasar

frekuensi

kemunculan

perilaku.

Skoring memuat

kualitas yang

disimpulkan dalam

lima kategori

(tidak pernah,

jarang,

kadang-kadang,

sering, dan sangat

sering)

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

110

Prof. Dr. Syamsu

Yusuf L.N, M.Pd

1.Aspek tanggung

jawab Penjabaran aspek

dan sub aspek

dimuat dalam

kolom yang

berbeda.

Penjabaran aspek

dan sub aspek

dimuat

berdampingan untuk

lebih memudahkan

observer dalam

mengkaitkan aspek

dengan sub aspek

yang dimaksud.

Anggreswari Ayu,

M.Si.,Psi

1.Aspek tanggung

jawab

Penjabaran aspek

dalam sub aspek

masih tidak

dibedakan antara

dimensi pribadi

dengan dimensi

sosial.

Sub aspek

dipisahkan untuk

masing-masing

aspek tanggung

jawab.

2.Penjabaran

indikator Sub aspek tidak

selalu terwakili

oleh perilaku

secara rinci

Setiap sub aspek

terwakili oleh aitem

perilaku tanggung

jawab.

Ada beberapa sub

aspek yang

memiliki perilaku

sama.

Masing-masing sub

aspek diamati dalam

perilaku yang

berbeda.

3.Seting

pengamatan Pengamatan lebih

banyak

difokuskan pada

perilaku di dalam

kelas.

Pengamatan

mencakup berbagai

perilaku dalam

seting sekolah baik

dalam proses

pembelajaran

maupun istirahat

dan kegiatan lain.

Setelah checklist observasi diperbaiki sesuai masukan para penimbang,

selanjutnya dilakukan uji instrumen aitem-aitem checklist obsevasi oleh para

observer dengan menghadirkan dua observer untuk melakukan uji keterbacaan.

Masing-masing observer melakukan pengamatan terhadap anak kelas satu SD,

setelah menyelesaikannya para observer diajak berdiskusi dan diminta memberi

Page 23: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

111

masukan terhadap butir-butir aitem perilaku yang dianggap masih membingungkan

dan rancu dengan perilaku yang lain. Hasil diskusi dijadikan sebagai bahan

masukan untuk perbaikan butir aitem observasi dan pemberian keterangan

operasional dalam pedoman observasi.

3). Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Penggunaan teknik observasi digunakan sebagai asesmen utama penelitian

memiliki banyak kelebihan, namun terdapat beberapa keterbatasan dan masalah

yang dapat terjadi dalam penggunaan observasi sebagai alat pengumpul data.

Keterbatasan observasi dapat terjadi baik berasal dari observee berupa perubahan

perilaku karena mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi, maupun berasal dari

bias observer. Guna mengatasi keterbatasan yang berasal dari observee maka

sebelum penelitian dimulai observer telah dikenalkan beberapa hari sebelum

pelaksanaan observasi dilakukan. Hal ini diharapkan dapat membiasakan observee

(siswa) akan keberadaan observer dalam lingkungan sehari-hari selama siswa

berada di sekolah, serta dengan tidak mengungkapkan tentang hipotesis penelitian

dan subjek-subjek yang terbagi dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

(Miller, 1998). Kedua hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan validitas

observasi serta telah diperkuat pula dengan adanya peran para penimbang (expert

jugdement) yang telah menyatakan bahwa daftar perilaku yang diamati telah

mencerminkan nilai karakter tanggung jawab yang diteliti. Hasil expert judgement

merupakan validitas kontruk. Sedangkan content validity atau validitas isi yang

dikembangkan dalam menyusun checklist observasi dilakukan dengan

penyusunan daftar perilaku tanggung jawab berdasar hasil pengamatan awal

terhadap perilaku-perilaku anak dan hasil wawancara dengan guru-guru mengenai

indikator perilaku tanggung jawab. Berdasar daftar perilaku yang diperoleh,

kemudian dikembangkan checklist observasi yang sesuai dengan teori Lickona.

Content validity digunakan untuk memastikan bahwa masing-masing aitem pada

suatu alat ukur telah mencakup seluruh domain isi yang hendak diukur dan mampu

mengungkap atribut yang hendak diukur sesuai dengan keperilakuannya (Azwar,

Page 24: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

112

2012).

Reliabilitas observasi berkaitan dengan konsistensi dalam pengamatan

(Miller,1998). Konsistensi antar rater untuk dapat mengamati perilaku dengan

interpretasi yang sama merupakan kunci reliabilitas dalam observasi. Peningkatan

reliabilitas observasi dapat dilakukan dengan cara mengatasi bias observer dalam

penelitian ini yaitu dengan membuat skoring yang spesifik disertai dengan

pedoman observasi yang menjabarkan tentang berbagai perilaku yang dimaksud,

sehingga para observer memiliki pemahaman yang sama mengenai daftar

perilaku yang dimaksud. Selain membuat pedoman observasi, reliabilitas dapat

diukur dengan menghitung test-retest reliability dan internal consistency

reliability. Menurut Azwar (2012), interrater reliability merupakan teknik

reliabilitas yang dilakukan oleh beberapa orang rater agar dapat meminimalkan

pengaruh subjektivitas dalam pemberian skor. Dalam penelitian ini interrater

dilakukan sebelum proses pengumpulan data dimulai. Masing-masing rater

mengamati anak yang sama tanpa diketahui oleh anak yang diamati. Berdasar hasil

interrater diperoleh korelasi yang signifikan antara rater satu dengan rater yang

lain, dengan koefisien korelasi berkisar antara 0,785 sampai dengan 0.998 dengan

tingkat signifikansi p < 0.05.

Validitas pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan teknik triangulasi

data (data triangulation) yaitu penggunaan beberapa sumber data dan bukti dari

situasi yang berbeda serta triangulasi metodologi (methodological triangulation)

yaitu pemeriksaan konsistensi temuan yang dihasilkan oleh metode pengumpulan

data yang berbeda seperti menggabungkan data wawancara dengan data observasi.

Jika masing-masing temuan memiliki kesimpulan yang sama maka validitas

ditegakkan (Creswell, 2010; Moloeng, 2004). Dalam penelitian ini, validitas data

dilakukan melakukan wawancara dan FGD dengan melibatkan guru dan orang

tua.

4). Prosedur Pelaksanaan Observasi

Observer yang terlibat dalam penelitian ini adalah mahasiswa Bimbingan

dan Koseling serta Pendidikan Guru PAUD FKIP Universitas Muhammadiyah

Page 25: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

113

Magelang yang telah mendapat mata kuliah Pemahaman Individu (observasi dan

wawancara) dan Deteksi Dini Perkembangan Anak. Diasumsikan mahasiswa yang

telah lulus mata kuliah tersebut telah memiliki kemampuan dan ketrampilan

melakukan pengamatan terhadap anak. Sebelum pelaksanaan observasi dimulai,

para observer yang berjumlah 10 mahasiswa dan peneliti sendiri (total observer

terdiri dari 11 observer) diberi pelatihan tentang observasi yang meliputi materi

tentang teori observasi, teknik pencatatan, kode etik observasi terhadap anak,

praktik observasi dalam kelas antar rater, serta kontrak antara peneliti dan

observer. Pelatihan terhadap para observer dilakukan selama dua hari, diawali

dengan materi observasi secara umum pada hari pertama, dan observasi tanggung

jawab anak pada hari kedua. Pada saat penelitian dilaksanakan baik pra maupun

pasca perlakuan, observer terlebih dahulu memperoleh briefing dan setelah selesai

observasi hari tersebut, observer dikumpulkan untuk mendiskusikan jalannya

observasi dipandu oleh peneliti. Diskusi setelah pelaksanaan observasi

diharapkan dapat menambah pemahaman peneliti terhadap seting kejadian suatu

perilaku terutama jika terjadi peristiwa-peristiwa penting yang dapat

mempengaruhi perilaku alamiah observee. Misalnya ketika sekolah kedatangan

tamu pejabat penting dari Jakarta, kondisi ini menyebabkan proses pembelajaran

tidak dilakukan seperti hari-hari biasa dan mungkin terjadi perilaku anak yang

making good (tidak alamiah). Selain pembahasan tentang hal-hal istimewa, diskusi

setelah pengamatan ditujukan pula untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang

dialami observer selama proses pengamatan dilakukan.

Pelaksanaan observasi dilaksanakan selama satu minggu sebelum dan

sesudah perlakuan dengan teknik pencatatan menggunakan time sampling. Dalam

penelitian ini time sampling dilakukan pada satu jam pertama di pagi hari, satu jam

kedua saat istirahat, dan satu jam ketiga di siang hari. Dalam jangka waktu satu

jam, observer akan mengamati subjek setiap sepuluh menit yang diselingi dengan

istirahat. Dengan demikian, selama satu jam observer akan mengamati subjek

sebanyak 3x10 menit dengan diselingi istirahat di setiap selesai pengamatan per

sepuluh menit.

Page 26: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

114

Masing-masing subjek akan diamati tiga kali dalam seminggu, pada awal,

tengah, dan akhir pekan. Ada subjek yang diamati hari Senin, Rabu, dan Ju’mat,

ada pula yang diamati pada Selasa, Kamis, dan Sabtu. Pemilihan hari tersebut

dilakukan untuk mengantisipasi adanya perbedaan perilaku anak di awal pekan dan

di akhir pekan. Sebagian besar siswa kelas satu SD masih dipengaruhi oleh mood

dalam berperilaku. Saat awal pekan (hari Senin dan Selasa) sering kali masih

menunjukkan perilaku tidak bersemangat karena pengaruh libur di hari Minggu,

atau sebaliknya pada hari Jum’at dan Sabtu anak biasanya menunjukkan perilaku

yang semangat karena pulang awal dan mendekati hari libur. Penjadwalan ini

diharapkan mampu meminimal bias dan meningkatkan peluang kemunculan

perilaku yang lebih alamiah.

b). Penyusunan Pedoman Wawancara

Wawancara dilakukan dengan desain semi terstruktur (semi-structured

interview) sebagai data pendukung untuk mengetahui secara lebih mendalam

berbagai peristiwa yang terjadi selama perlakuan berlangsung yang meliputi

hambatan atau kesulitan, kondisi siswa, dan berbagai kejadian yang mungkin tidak

tercakup dalam buku Laporan Kegiatan.

Wawancara juga merupakan metode tambahan yang digunakan untuk

menunjang dan memperkaya data penelitian. Wawancara dilakukan setelah

perlakuan selesai. Wawancara dilakukan secara individual dan kelompok.

Wawancara individual dilakukan dengan kepala sekolah dan guru. Sedangkan

kelompok dilakukan dengan tehnik Focus Group Disscussion yang melibatkan

guru, dan orangtua.

Wawancara kelompok dalam penelitian ini dilakukan sebagai teknik

pengumpulan data pendukung untuk mengetahui perubahan tanggung jawab siswa

sebelum dan sesudah perlakuan dilaksanakan menurut perspektif guru dan orang

tua. Berikut pedoman wawancara yang disusun.

Page 27: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

115

Tabel 3.7. Pedoman Wawancara dan FGD

NO ASPEK YANG DIUNGKAP PERTANYAAN

1. Kepuasan terhadap program STAR

KIDS

Apakah Saudara puas dengan program

STAR KIDS yang dilakukan untuk

meningkatkan tanggung jawab anak?

2. Perubahan tanggung jawab

pribadi

Apakah siswa yang terlibat dalam

program STAR KIDS menunjukkan rasa

tanggung jawab pribadi semakin baik?

Berikan contoh perbedaan sebelum dan

sesudah perlakuan!

3. Perubahan tanggung jawab sosial Apakah siswa yang terlibat dalam

program STAR KIDS menunjukkan rasa

tanggung jawab sosial yang semakin

baik? Berikan contoh perbedaan sebelum

dan sesudah perlakuan!

4. Perubahan sikap positif Apakah siswa yang terlibat dalam

program STAR KIDS menunjukkan

perubahan sikap yang positif? Jelaskan!

5. Perubahan perilaku Apakah siswa yang terlibat dalam

program STAR KIDS menunjukkan

perubahan perilaku yang semakin baik?

Jelaskan!

6. Tindak lanjut program STAR KIDS Apakah Teknik konseling metafora

“STAR KIDS” perlu diterapkan bagi

semua anak untuk meningkatkan rasa

tanggung jawab mereka?

c). Penyusunan Modul Teknik Konseling Metafora ‘STAR KIDS”

1). Struktur Model Teknik Konseling Metafora “STAR KIDS”

Sesuai dengan tujuan penelitian, sebelum memberikan perlakuan penelitian

terlebih dahulu disusun modul Pelaksanaan Teknik Konseling Metafora yang

diberi nama Modul “STAR KIDS” (Story Teach A Responsibility for Kids) untuk

meningkatkan tanggung jawab anak. Modul ini disusun berdasarkan konsep

konseling anak menurut Muro dan Kottman (1995); Geldard dan Geldard (2011);

serta Conte (2009); Battino (2008); Close (1998) yang menyatakan bahwa

konseling bagi anak merupakan proses yang aktif dengan penggunaan bermain

dan media bermain, anak telah memiliki kemampuan mendaftar kelemahan dan

kelebihan yang dimiliki dengan bantuan konselor, anak dapat fokus pada

Page 28: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

116

perasaan yang mereka alami dan mampu mendiskusikan apa yang dirasakan,

anak suka cerita-cerita fantasi, dan dapat terlibat dalam proses konseling dalam

waktu yang cukup lama.

Selain menerapkan prinsip perkembangan anak, modul teknik konseling

metafora didasarkan pada konsep pendekatan konseling dengan model brief

groups counseling, mengingat waktu anak di sekolah terbatas. Terdapat tiga

tahapan dalam prosedur konseling kelompok, yaitu beginning sessions, working

sessions, dan termination (Brown, 1994).

Prinsip ketiga yang diterapkan dalam konseling metafora adalah konsep

konseling yang memunculkan cerita metafora dengan pelibatan proses empati

dalam tahap eksplorasi dan transformasi metafora sehingga anak menemukan

makna metafora secara positif. Metafora yang digunakan dalam penelitian ini

melibatkan dua bentuk metafora, yakni language metaphor dan visual

metaphor

Kedua bentuk metafora tersebut digunakan karena beberapa alasan.

Pertama, metafora bahasa memiliki keutamaan dari sisi bahasa dan pikiran.

Menurut Siegelman (1990), metafora mudah dipahami, meningkatkan

pemahaman anak terhadap dunia, serta menjadi penghubung antara pengertian

(insight) dan perasaan (feeling), memudahkan penyampaian pesan dan mudah

diingat oleh anak (Owen, 2004). Metafora bahasa juga lebih memiliki persuasive

effect yang dapat meningkatkan motivasi anak untuk merubah sikap dan perilaku

(Soporydan Dillard, 2002), dan memudahkan anak untuk mengidentifikasikan

dirinya dengan karakter, tema, atau peristiwa dalam cerita. Kedua, metafora

visual membantu anak mengekspresikan dan menyelesaikan emosi-emosi yang

dialami, serta menguatkan anak untuk mengingat pesan yang disampaikan

sehingga dapat menjadi pendorong bagi perubahan perilaku mereka.

Penggunaan tahapan metafora dalam penelitian ini lebih sederhana dan

penerapannya dapat lebih mudah dimengerti oleh anak-anak, mengingat tahap

perkembangan kognitif anak tengah yang berada dalam fase operasional konkrit,

daya konsentrasi anak yang masih terbatas, masa anak sebagai masa bermain,

Page 29: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

117

serta karakteristik psikososial anak yang berada pada masa industri, dimana anak

memiliki kecenderungan menghasilkan karya yang dianggap penting, maka

perluasan teknik metafora melalui visual metaphor yang dihasilkan anak akan

semakin meningkatkan keterlibatan anak dalam proses konseling yang

diterapkan. Visual metaphor dilakukan setelah konselor menyajikan language

metaphor melalui cerita-cerita yang telah disiapkan. Setelah selesai mendengar

cerita, anak akan diminta menggambarkan karakter utama dan nilai yang

terkandung dalam cerita.

Penerapan konseling metafora dimasukkan dalam tahap working sessions

pada proses pelaksanaan konseling kelompok. Geldrad, Yin-Foo, &

Shakespeare-Finch (2009) memaparkan penggunaan metafora dalam proses

konseling dalam empat tahap, yaitu: (1) Mengenalkan penggunaan konseling

metafora. (2) Mengeksplorasi penggunaan metaphora. (3) Mentransformasi atau

membingkai kembali metafora dengan mendorong konseli melakukan perubahan

makna metafora secara positif. (4) Menghubungkan metafora dengan dunia

nyata.

Tahap ketiga dalam konseling kelompok untuk anak adalah tahap akhir

(termination). Dalam tahap akhir konselor melakukan a specific time frame

secara berangsung-angsur. Sesi ini diperlukan untuk membahas berbagai

perasaan yang dialami konseli sehingga para anggota kelompok dapat menyadari

perasaan-perasaan yang ada dalam kelompok dan berbagai penyelesaian terhadap

konflik-konflik perasaan yang mungkin timbul.

Penyusunan model selain didasarkan pada studi literatur tersebut, juga

didasari oleh hasil penelitian awal dalam studi pendahuluan, serta hasil-hasil

penelitian yang berkaitan dengan konseling metafora, konseling empati, dan

pengembangan nilai karakter anak. Berdasar hal-hal yang mendasari tersebut

diperoleh struktur model sebagai berikut:

Page 30: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

118

Tabel 3.8. Struktur Model Teknik Konseling Metafora untuk Meningkatkan

Tanggung Jawab Siswa Kelas 1

No Tahapan

Konseling

Kelompok

Prosedur dalam

Pelaksanaan Konseling

Metafora Empati

Dampak yang diharapkan

1. Tahap

Permulaan

(beginning

sessions)

a. Perkenalan antar

anggota kelompok

b. Mengintegrasikan

tujuan kelompok dan

individu

c. Membentuk rasa aman

d. Membangun kekuatan

kelompok

e. Mengidentifikasi sistem

pemberian dukungan

f. Pemberdayaan anggota

kelompok

a. Mengakrabkan seluruh anggota

kelompok

b. Menyamakan tujuan yang akan

dicapai

c/d. Memberi rasa nyaman dan

percaya pada setiap anggota

kelompok

e. Memperoleh pihak yang dapat

mendukung perubahan anak

f. Tercipta peer group counseling

yang dapat saling membantu dan

menguatkan satu sama lain

2. Tahap

kerja

(working

sessions)

a.Mengenalkan

penggunaan konseling

metafora

a. Menarik perhatian anak

b. Mendorong imajinasi anak

c.Meningkatkan ingatan anak

akan nilai yang ditanamkan

d. Meningkatkan pemahaman

anak tentang sebab-akibat atau

pengalaman -konsekuensi dari

suatu perlakuan

b.Mengeksplorasi

penggunaan metafora

a. Menegaskan pemahaman anak

tentang cerita

b. Menguatkan pesan yang

terkandung dalam cerita

(menekankan tanggung jawab

yang terkandung dalam isi

cerita)

c. Memunculkan empati

d. Mengkaitkan dengan kondisi

inner life anak sehari-hari

c. Mentransformasi atau

membingkai kembali

metafora

a. Mendorong anak melakukan

perubahan makna metafora

secara positif dengan nilai

Page 31: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

119

Struktur model tersebut menjabarkan secara rinci keterkaitan antara kegiatan

konseling melalui metafora empati yang bertujuan meningkatkan nilai karakter

tanggung jawab konseli melalui beberapa tahap, tahapan baik dalam prinsip

konseling seting kelompok maupun dalam tahap pemaparan metafora (language

metaphor), pengeksplorasian penggunaan metafora (visual metaphor),

mentransformasi metafora dengan mendorong konseli melakukan perubahan makna

metafora secara positif, menghubungkan metafora dengan dunia nyata, kemudian

dikaitkan dengan nilai karakter tanggung jawab yang perlu dikembangkan anak

selama proses konseling.

2) Kisi-kisi Modul Konseling Metafora “STAR KIDS”

Penyusunan Modul Konseling Metafora “STAR KIDS” didasari oleh tujuan

untuk mengembangkan tanggung jawab anak baik dalam dimensi pribadi maupun

sosial. Studi literatur yang telah dilakukan terhadap beragam cerita metafora anak

menghasilkan beberapa cerita yang sesuai dengan dimensi tanggung jawab yang

akan dikembangkan dalam penelitian ini. Tema cerita yang sesuai dirangkum

dalam kisi-kisi modul sebagai berikut.

tanggung jawab yang harus

dimiliki

d. Menghubungkan

metafora dengan dunia

nyata

a. Membantu anak menemukan

beragam tanggung jawab yang

perlu dikembangkan anak

dalam kehidupan sehari-hari

berdasar cerita yang

dipaparkan

3 Tahap

Akhir (

terminatio

n)

a. Time frame a. Membahas perasaan yang

dialami masing-masing

konseli dan menyelesaikan

konflik-konflik perasaan yang

timbul antar anggota

kelompok.

Page 32: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

120

Tabel 3.9. Kisi-kisi Modul Konseling Metafora “STAR KIDS”

SESI

KONSE

-LING

TEMA METAFORA ASPEK

TANGGUNG JAWAB

PENUNJANG

TEKNIS

Sesi 1 Berdansa dengan Serigala Dimensi Pribadi 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR

KIDS”

2. Lembar kegiatan

harian anak dalam

buku tugas

3. Kertas dan krayon

Sesi 2 Kisah si Keledai Dimensi Pribadi 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR

KIDS”

2. Lembar kegiatan

harian anak dalam

buku tugas

Sesi 3 Kelinci dan Kura-kura Dimensi Pribadi 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR

KIDS”

2. Lembar kegiatan

harian anak dalam

buku tugas

Sesi 4 Toples Sang Profesor Dimensi Pribadi 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR

KIDS”

2. Lembar kegiatan

harian anak dalam

buku tugas (lembar

prioritas)

3. Toples, batu, kerikil,

pasir, dan air

Sesi 5 Si Induk Ayam Dimensi Sosial 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR

KIDS”

2. Lembar

menggambar

3. Lembar kegiatan

harian anak dalam

buku tugas (lembar

rencana belajar dan

Page 33: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

121

kegiatan)

Sesi 6 Gagak yang Haus Dimensi Pribadi 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR

KIDS”

2. Lembar kegiatan

harian anak dalam

buku tugas (lembar

menulis perilaku

gagak)

Sesi 7 Semut dan Belalang Dimensi Sosial 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR

KIDS”

2. Lembar kegiatan

harian anak dalam

buku tugas (lembar

daftar tugas di

rumah)

3. Lembar rencana

penyelesaian tugas

sebelum waktunya.

Sesi 8 Kuda Yang Hilang Dimensi Pribadi 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR

KIDS”

2. Lembar kegiatan

harian anak dalam

buku tugas (lembar

evaluasi

penyelesaian tugas)

Sesi 9 Lelaki yang Bijaksana Dimensi Sosial 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR

KIDS”

2. Lembar kegiatan

harian anak dalam

buku tugas (lembar

menggambar)

Sesi 10 Doki si Kodok Dimensi Pribadi dan

sosial

1. Buku modul

pelaksanaan “STAR

KIDS”

2. Lembar kegiatan

harian anak dalam

Page 34: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

122

buku tugas (lembar

suara hati)

Sesi 11 Hadiah yang Cantik Dimensi Sosial 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR

KIDS”

2. Lembar kegiatan

harian anak dalam

buku tugas (lembar

bekerja sama)

Sesi 12 Gratis Dimensi Sosial 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR

KIDS”

2. Lembar kegiatan

harian anak dalam

buku tugas (lembar

kertas surat buat

ayah)

Sesi 13 Batu Besar Sang Raja Dimensi Sosial 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR

KIDS”

2. Lembar kegiatan

harian anak dalam

buku tugas (lembar

suara hati buat ibu)

Sesi 14 Kera dan Lumba-lumba Dimensi Sosial 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR

KIDS”

2. Lembar kegiatan

harian anak dalam

buku tugas (lembar

pertolonganku)

Sesi 15 Gembala dan Serigala Dimensi Sosial 1. Buku modul

pelaksanaan “STAR

KIDS”

2. Lembar kegiatan

harian anak dalam

buku tugas (lembar

kesalahanku)

Page 35: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

123

3). Validasi Modul Teknik Konseling Metafora “STAR KIDS”

Penyusunan Model Konseling Metafora “STAR KIDS” didukung dengan

adanya uji validasi model untuk meningkatkan validasi rasional dan validasi

empirik modul. Uji validasi model bertujuan untuk memperoleh kelayakan model

untuk diterapkan sebagai modul konseling dalam pemberian perlakuan penelitian,

sehingga modul konseling ini dapat dinyatakan teruji secara efektif.

Proses validasi diawali dengan penyusunan skala penilaian model dan modul

pelaksanaan konseling berupa lembar validasi yang berfungsi sebagai alat ukur

modul. Skala penilaian dikembangkan berdasar komponen-komponen yang

terdapat di dalam model, yang meliputi komponen rasional, visi dan misi, deskripsi

kebutuhan, tujuan, komponen program, rencana operasional, satuan layanan

bimbingan dan konseling, pengembangan tema/topik, kualifikasi konselor, dan

evaluasi program. Adapun isi modul lebih difokuskan sebagai panduan atau

pedoman pelaksanaan model yang berisi SKLBK (Satuan Kegiatan Layanan

Bimbingan dan Konseling) dan materi cerita serta tahapan konseling yang akan

dilakukan konselor dan konseli. Lembar validasi dilengkapi dengan skala penilaian

bertingkat menurut tingkat kelayakan, yaitu tidak memadai, kurang memadai,

cukup memadai, memadai, dan sangat memadai.

Pelaksanaan validasi model melibatkan 3 (tiga) orang pakar, dua pakar

dalam bidang bimbingan dan konseling (BK), serta satu pakar dalam bidang

psikologi anak. Dua bidang kepakaran dipilih karena modul konseling metafora

bagi anak merupakan modul yang mengembangkan proses konseling sehingga

perlu melibatkan pakar BK, sedangkan subjek penelitian dan ranah kajian tanggung

jawab anak usia dini memiliki karakteristik khusus sehingga memerlukan kajian

khusus dari sisi perkembangan anak. Hal tersebut membutuhkan keterlibatan

psikolog anak untuk memberikan penilaian mengenai modul yang dikembangkan.

Berikut ini identitas para pakar:

a) Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N., M.Pd sebagai Guru Besar dalam bidang

Bimbingan dan Konseling di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Page 36: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

124

b) Dr. Ipah Saripah. M.Pd., selaku pakar Bimbingan dan Konseling anak di

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

c) Dr. Medina Chotidjah, M.Si.,Psi, selaku pakar psikologi perkembangan di

Universitas Islam Negeri Bandung.

Berdasar validasi yang telah dilakukan oleh para pakar dapat disimpulkan

bahwa para pakar memberi penilaian layak untuk digunakan dengan beberapa

perbaikan. Beberapa masukan yang diberikan dapat disimpulkan sebagai berikut.

Tabel 3.10. Hasil Validasi Model Konseling Metafora

“STAR KIDS” dan Perbaikan yang Dilakukan

Dimensi Model dan Modul Kategori Saran

Struktur

Modul

Judul Memadai Judul model menarik

Sistematika Memadai Buat urutan dalam model

sesuai dengan urutan

dalam skala penilaian

Keterbacaan dan

bahasa

Memadai Tata bahasa dan

pengetikan perlu lebih

diperhatikan

Isi Modul Rasional Memadai Tegaskan mengapa

tanggung jawab penting

dan mengapa

menggunakan konseling

metafora

Visi dan Misi BK Kurang

memadai

Pencantuman visi dan misi

BK upayakan untuk tidak

seolah-olah fokus hanya

pada bimbingan belajar

Deskripsi Kebutuhan Kurang

memadai

Dicermati agar tidak

tumpah tindih dengan

rasional

Tujuan Model Memadai Didasarkan dari deskripsi

kebutuhan

Asumsi Model Kurang

memadai

1. Perbaiki struktur kalimat

dalam memaparkan

asumsi penelitian

2. Asumsi memuat urutan

dari tingkat filosofis

sampai teknis.

Page 37: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

125

Target Intervensi Sangat

memadai

Sesuai

Rancangan Model Sangat

memadai

Logis dan tepat

Tahapan Model Memadai Fokus pada tahapan

pelaksanaan konseling

Rencana Operasional Memadai Kata “STAR KIDS” perlu

dimunculkan sejak awal

pemaparan model

Kompetensi

Konselor

Memadai Sesuai

Evaluasi dan

Indikator

Keberhasilan

Memadai Perlu penjelasan evaluasi

dalam proses konseling

dan evaluasi hasil akhir

konseling. Bedakan

keberhasilan proses dan

produk/hasil. Gunakan cara

evaluasi yang tepat untuk

mengevaluasi proses dan

produk.

Isi Modul

Pelaksanaan

Konseling

Pengantar Memadai Sesuai

Tujuan Memadai Sesuai

Peran Konselor dan

Siswa

Peran

Konselor

dan Siswa

Usahakan peran konselor

dapat muncul di setiap

tahap konseling

Nilai Karakter

Tanggung Jawab

Nilai

karakter

tanggung

jawab

Sesuai

Langkah-langkah

Konseling Metafora

Empati “STAR

KIDS”

Memadai Uraikan secara rinci

pertahapan mengenai

bagaimana cara

menggunakan dan proses

yang berlangsung

pertahapan konseling.

SKLBK Memadai Tambahkan uraian tentang

langkah konseling secara

lebih detail

Materi setiap sesi Memadai Sesuaikan dengan alat dan

bahan yang digunakan

Page 38: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

126

Setelah uji validasi rasional dilakukan, peneliti melakukan perbaikan model

dan modul pelaksanaan konseling sesuai masukan dan saran dari para pakar. Usai

proses uji validasi dilanjutkan dengan uji validasi empirik dengan mengujicobakan

modul pelaksanaan secara terbatas. Uji validasi empirik ini dilakukan oleh peneliti,

didampingi dengan satu asisten peneliti yang akan terlibat sebagai ko-konselor, dan

dua siswa kelas satu dan dua SD sebagai subjek dalam uji empirik. Berdasar hasil

uji validasi empirik diperoleh beberapa perubahan, yaitu:

1. Waktu pelaksanaan konseling yang semula hanya dijadwalkan 30-45

menit diubah menjadi 45-60 menit.

2. Pelaksanaan konseling yang semula direncanakan dapat ditangani oleh

satu konselor dan satu ko-konselor perlu ditambah, mengingat

anak-anak banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan saat kegiatan

konseling berlangsung, untuk mengantisipasi kemampuan konselor

dalam merespon semua konseli dengan baik maka jumlah konselor

untuk pelaksanaan eksperimen perlu ditambah, dengan perbandingan 1

konselor : 7 konseli. Dengan demikian akan dibutuhkan minimal tiga

konselor

3. Materi cerita metafora perlu disajikan tidak hanya melalui proses

dibacakan, tetapi perlu dengan alat peraga atau ekspresi yang dramatis

untuk menarik perhatian anak-anak.

4. Lembar kerja perlu disiapkan sepenuhnya oleh konselor mengingat tidak

semua anak siap dengan alat tulis dan pewarna.

5. Untuk lebih meningkatkan ketertarikan anak, diawal proses konseling

(begining session) perlu diberikan ice-breaking atau

permainan-permainan yang dapat mengkondisikan anak agar lebih siap

melangsungkan proses konseling. Hal ini juga mengingat proses

konseling yang dilakukan di pagi hari, sehingga kondisi anak dari

rumah belum selalu siap fokus terhadap suatu kegiatan, serta masih

banyaknya cadangan energi di dalam diri anak. Ice-breaking yang

Page 39: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

127

diterapkan dapat berupa kegiatan-kegiatan yang melibatkan oleh fisik

dan merangsang emosi positif anak.

6. Dalam pelaksanaan tahap mengeksplorasi penggunaan metafora,

membingkai kembali, dan menghubungkan dengan dunia nyata, perlu

disediakan reinforcement bagi anak yang dapat menunjukkan

pemahaman yang baik, hal ini diharapkan dapat meningkatkan

keseriusan dan minat anak dalam menjalani proses konseling.

Reinforcement dapat diberikan dalam bentuk token ekonomi yang

dibagikan di akhir sesi konseling.

Hasil revisi model setelah uji validasi rasional dan empirik Model Konseling

Metafora “STAR KIDS” menjadi dasar bagi peneliti untuk melaksanakan

perlakuan dalam penelitian eksperimen.

Pada tahap akhir penelitian, validasi model penelitian dilakukan pula oleh

guru dan orangtua dalam social validity, yakni proses mengetahui validasi model

konseling berdasar efektivitas pelaksanaan konseling menurut pendapat guru

dan orangtua.

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang akan diraih dalam penelitian ini maka

pelaksanaan penelitian dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan tersebut terdiri

dari tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian; dan tahap purna

penelitian. Berikut ini uraian mengenai masing-masing tahap prosedur penelitian:

a) Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan meliputi beberapa langkah penelitian yang terdiri dari

penyusunan Checklist dan Pedoman Observasi, Pedoman Wawancara, Model

dan Modul Konseling Metafora “STAR KIDS”, uji coba, dan evaluasi modul

pelatihan, seleksi subjek penelitian, persiapan ko-fasilitator, dan observer.

Page 40: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

128

b). Tahap Pelaksanaan Penelitian

1). Tahap pretest

Pretest dilakukan dengan melakukan observasi nilai karakter tanggung jawab

subjek penelitian baik yang di kelompok kontrol maupun eksperimen. Observasi

dilakukan oleh 10 observer. Observer tidak mengetahui apakah subjek yang

mereka observasi termasuk dalam kelompok kontrol atau kelompok eksperimen.

Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya bias dalam diri para observer.

Proses observasi dilakukan selama satu minggu dengan teknik time-sampling

dalam seting alamiah, sesuai dengan aktivitas subjek sehari-hari di sekolah.

Pelaksanaan pretest berlangsung dari tanggal 26 April s.d 01 Mei 2014.

2). Tahap pemberian perlakuan

Perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen yang terdiri dari 25 subjek

yang berasal dari lima kelas. Sebelum perlakuan dimulai terlebih dulu peneliti

melakukan koordinasi eksternal dengan kepala sekolah, guru kelas

masing-masing subjek, wali murid subjek penelitian, dan koordinasi internal

bersama para ko-konselor. Kegiatan koordinasi bertujuan untuk menyamakan

persepsi tentang prosedur penerapan konseling metafora “STAR KIDS” dan

mengkoordinasikan ketentuan-ketentuan yang akan diberlakukan bagi subjek

penelitian.

Pelaksanaan konseling bertempat di ruang perpustakaan dan dilakukan setiap

pagi hari pukul 6.30 s.d 7.30 mulai tanggal 02 Mei s.d 10 Juni 2014. Setiap sesi

konseling menggunakan alokasi waktu sekitar 60 menit dalam 17 kali pertemuan.

Pertemuan pertama dilakukan untuk perkenalan awal dan mensosialisasikan

pelaksanaan konseling kepada para subjek penelitian disertai dengan pemberian

lembar kesediaan sebagai subjek penelitian yang diisi oleh orang tua di rumah.

Pertemuan ke-2 s.d ke-16 merupakan proses inti dalam pelaksanaan sesi

konseling metafora ‘STAR KIDS”, dan hari ke-17 merupakan hari pemberian

kenang-kenangan dan penguatan bagi para subjek penelitian mengenai akhir

pelaksanaan proses konseling.

Page 41: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

129

Pelaksanaan teknik konseling metafora “STAR KIDS” untuk meningkatkan

tanggung jawab anak usia dini dikembangkan sesuai dengan analisis kebutuhan

berdasar hasil observasi perilaku tanggung jawab anak, survey, dan FGD

terhadap para guru kelas satu SD Mutual yang telah dilakukan.

Berdasar seting konseling kelompok yang digunakan dalam model konseling

metafora “STAR KIDS” maka pelaksanaan konseling dilakukan dengan terlebih

dulu membentuk kelompok dengan memperhatikan hal-hal sebagaimana yang

diungkapka oleh Brown (1994, 63-77), sebagai berikut:

a) Menentukan tujuan kelompok. Tujuan konseling dalam penelitian ini adalah

untuk meningkatkan pembentukan nilai karakter tanggung jawab anak usia

dini.

b) Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan konseling. Waktu yang disepakati

antara peneliti, kepala sekolah, koordinator kesiswaan, penanggung jawab

BK, dan guru adalah pukul 6.30 . Waktu ini merupakan waktu sebelum siswa

masuk kegiatan pembelajaran inti yang biasa diisi dengan kegiatan mengaji.

Pelaksanaan dilakukan di ruang perpustakaan yang relatif luas, nyaman,

tenang, dan kondusif.

c) Penyaringan anggota kelompok dilakukan dengan mengobservasi siswa

sehingga diperoleh siswa-siswa yang perilaku tanggung jawab di sekolah

rendah, dipertegas dari hasil FGD guru-guru kelas satu dan dokumen guru

mengenai siswa yang memiliki tanggung jawab rendah. Hasil observasi dan

FGD guru akan ditindaklanjuti dengan meminta kesediaan orangtua atau wali

murid untuk menyetujui keterlibatan anak dalam sesi konseling kelompok

metafora.

d) Mencegah munculnya perilaku bermasalah yang sering terjadi dalam proses

konseling kelompok yakni inappropriate atau ineffective communications

(mengintrupsi, membuat komentar yang tidak tepat, memanggil-manggil

nama, keheningan, monopoli, dan memberi sebutan-sebutan yang bodoh

pada anggota kelompok) dan physical distractions (memukul, tidak dapat

duduk diam di tempat duduk, kecemasan yang mengganggu, serta perilaku

Page 42: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

130

nonverbal yang menunjukkan kecenderungan menarik diri). Pencegahan

perilaku tersebut dapat dilakukan dengan menyebutkan harapan konselor akan

keikutsertaan peserta secara aktif dan saling terhubung antara anggota satu

dengan yang lain.

e) Membuat perencanaan kelompok dengan menentukan tujuan dan harapan para

peserta kelompok.

f) Menegakkan aturan kelompok.

g) Mengevaluasi kelompok.

Pelaksanaan prosedur konseling metafora dilakukan dengan urutan

beginning session, working session, dan termination. Tahap awal(beginning

session) diperlukan untuk memberi kesempatan pada para anggota kelompok

saling menyesuaikan diri; tahap inti atau kerja adalah tahap diterapkan konseling

metafora melalui bahasa dan visual; dan tahap terakhir dilakukan dengan

mengadakan refleksi umum dan tindak lanjut atau evaluasi. Pelaksanaan konseling

kelompok dalam tahap inti yakni working session merupakan tahap yang

direncanakan untuk menerapkan konseling metafora. Pelaksanaan konseling

metafora sendiri dilakukan dengan prosedur:

i. Mengenalkan penggunaan teknik konseling metafora.

ii. Mengeksplorasi penggunaan metafora.

iii. Mentransformasi atau membingkai kembali metafora dengan mendorong

konseli melakukan perubahan makna metafora secara positif.

iv. Menghubungkan metafora dengan dunia nyata.

c). Tahap posttest

Kegiatan posttest dilakukan mulai tanggal 08 Juli s.d 15 Juli 2014. Kegiatan ini

dilakukan dengan mengobservasi tanggung jawab subjek penelitian secara

alamiah dalam seting sekolah sehari-hari dengan menggunakan checklist dan

pedoman observasi tanggung jawab yang telah disediakan. Setelah selesai

observasi para observer yang melakukan proses pengamatan mengumpulkan

hasil pengamatan setiap harinya kepada peneliti dan dilanjutkan dengan diskusi

Page 43: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

131

mengenai kejadian-kejadian penting atau istimewa selama proses observasi

berlangsung.

d). Tahap Purna Penelitian

Setelah penelitian selesai dilaksanakan, peneliti mewawancarai guru-guru kelas

satu subjek penelitian yang memiliki skor ekstrim guna mengetahui dinamika

pasca penelitian. Selain itu peneliti juga mempresentasikan hasil penelitian

kepada pihak sekolah dan melaksanakan pemberian perlakuan bagi kelompok

kontrol. Pemberian perlakuan yang sama seperti kelompok eksperimen bagi

kelompok kontrol bertujuan untuk menegakkan kode etik penelitian agar

kelompok kontrol yang diketahui berada dalam kategori skor tanggung jawab

rendah mendapat perlakuan yang sama dengan kelompok eksperimen.

E. Teknik Analisis Data

1) Analisis Data Kuantitatif

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis melalui teknik analisis

deskriptif dan teknik analisis statistik. Analisis deskriptif digunakan untuk

menganalisis data kualitatif sebelum dan sesudah perlakuan, adapun data yang

bersifat kuantitatif pre test dan posttest dianalisis menggunakan teknik statistik

dengan mengunakan anacova (analysis of covariance) dan anava satu jalur

(one-way anova) dengan melalui proses komputasi program SPSS 17,0 for windows.

Sebelum melakukan uji analisis, terlebih dulu dilakukan uji persyaratan atau uji

asumsi yang meliputi uji normalitas, linieritas, dan homogenitas.

Perhitungan analisis data diperoleh melalui prosedur sebagai berikut.

a. Sebelum diolah, data terlebih dulu diverifikasi. Data-data yang tidak lengkap atau

tidak sempurna (misalnya tidak mengikuti pretest atau posttest; tidak ada skor IQ,

jumlah keikutsertaan subjek dalam proses konseling tidak optimal) tidak akan

diikutsertakan untuk dianalisis. Setelah proses verifikasi selesai prosedur data

dilanjutkan ke proses kedua.

b. Dalam proses kedua ini, peneliti menentukan skor tiap subjek sesuai dengan alat

Page 44: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

132

pengumpul data yang digunakan. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan checklist observasi sebagai panduan penghitungan frekuensi perilaku

tanggung jawab yang muncul sesuai aitem-aitem yang terdapat dalam checklist.

Masing-masing skor frekuensi dijumlah berdasar masing-masing aitem. Skor awal

yang diperoleh berdasar frekuensi merupakan skor rasio, sehingga perlu diubah

terlebih dahulu ke dalam skor interval sebelum dilakukan perhitungan analisis uji

hipotesis.

c. Skor awal observasi dalam bentuk data frekuensi diubah ke dalam data interval

dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.11. Konversi skor rasio ke dalam skor interval

Skor frekuensi Skor interval Keterangan

0 1 Tidak pernah

1 s.d 3 2 Jarang

4 s.d 6 3 Kadang-kadang

7 s.d 9 4 Sering

≧ 10 5 Selalu

d. Setelah data interval diperoleh, perhitungan analisis data untuk menguji hipotesis

dilakukan. Pengujian data secara kuantitatif diawali dengan melakukan analisis

deskriptif data berupa rata-rata (mean), skor maksimal, skor minimal, dan standar

deviasi masing-masing variabel data. Seluruh perhitungan statistik menggunakan

bantuan paket program SPSS for Windows versi 17. Hasil perhitungan statistik

secara rinci terdapat di halaman lampiran.

e. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan guna mengetahui pengaruh

perlakuan Konseling Metafora dalam meningkatkan pembentukan nilai karakter

tanggung jawab anak. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji

ANACOVA (analisis covarian) dan dilanjutkan dengan uji korelasi regresi untuk

mengetahui seberapa besar sumbangan relatif dari masing-masing variabel kontrol

terhadap nilai karakter tanggung jawab. Sebelum pengujian hipotesis dilakukan,

uji persyaratan harus terpenuhi. Shavelson (1988) menyatakan bahwa dalam uji

Page 45: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

133

ANACOVA terdapat tiga uji asumsi yang familier dilakukan, yakni uji normality,

homogeneity of variances, dan independence. Sesuai dengan pendapat Shavelson

mengenai uji asumsi yang harus dipenuhi, Wismanto (2005) menyatakan bahwa

analisis statistik parametrik bekerja dengan kurve normal, oleh karena itu setiap

teknik analisis membutuhkan persyaratan uji normalitas, dan uji asumsi yang lain.

Hipotesis komparasi yang menggunakan analisis anakova membutuhkan tiga uji

prasyarat, yakni uji normalitas, homogenitas, dan linieritas. Dalam penelitian ini,

peneliti menyajikan hasil uji persyaratan yang harus dipenuhi sebagai berikut:

1). Pengujian Persyaratan

i. Uji Normalitas Distribusi Variabel Dependen

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel terikat Y

terdistribusi normal. Pengujian asumsi normalitas sebaran data merupakan

asumsi paling dasar dalam inferensi statistik parametrik, karena dalam analisis

ini perlu diketahui pasti apakah parameter-parameter data terutama mean,

standar deviasi, dan varians memang dapat dipercaya dan layak untuk mewakili

serta menggambarkan keseluruhan data. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan Uji One-sample Kolmogorov-Smirnov test. Kaidah yang

digunakan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran adalah jika p>0.05, maka

sebarannya normal, dan jika p<0.05 maka sebaran dinyatakan tidak normal

(Hadi, 1993). Hasil uji normalitas menunjukkan sebaran data kedua kelompok

sebagai berikut:

Tabel 3.12. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Distribusi Variabel

Skor Variabel

Kecerdasan Pretest Posttest

Kolmogorov-

Smirnov

Statistik 1.153 0.713 0.883

df 45 45 45

Sig 0.140 0.699 0.419

Keterangan Normal Normal Normal

Berdasar Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa taraf signifikansi masing-masing

variabel p>0.05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran skor masing-masing

variabel pada kelompok eksperimen dan kontrol terdistribusi secara normal.

Page 46: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

134

Dengan demikian, uji asumsi normalitas terpenuhi.

ii. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah beberapa kelompok data

penelitian memiliki varians yang sama atau tidak. Uji homogenitas kelompok

dilakukan dengan uji Levene. Jika nilai signifikansi Levene’s Test lebih kecil dari

0.05 (p<0.05) berarti nilai Levene’s Test signifikan. Hal ini menunjukkan adanya

perbedaan diantara kedua kelompok. Sebaliknya, jika nilai signifikansinya lebih

besar dari 0.05 (p>0.05) berarti kedua kelompok homogen. Berikut disajikan hasil

uji homogenitas variabel dependen.

Tabel 3.13 . Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varian

Sumber Type III Sum

of Squares

df Mean

Squares

F Sig

Corrected Mode 2908.554 4 727.139 7.731 0.000

Intercept 349.797 1 349.797 3.719 0.061

IQ 58.221 1 58.221 0.619 0.436

Kelompok 1830.264 1 1830.264 19.460 0.000

Jenis Kelamin 0.008 1 0.008 0.000 0.993

Kelompok*Jenis 36.582 1 36.582 0.153 0.698

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa semua nilai signifikansi varians lebih besar dari 0.05

(p>0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel dalam penelitian ini

homogen.

iii. Uji Linieritas

Uji asumsi linieritas dalam uji Anacova perlu dilakukan untuk mengetahui

hubungan linier antara kovariat dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini uji

linieritas dilakukan guna mengetahui hubungan linier antara kelompok dengan IQ,

dan kelompok dengan pretest. Hasil analisis uji linieritas skor antara kelompok

dengan IQ menunjukkan nilai F = 0.859 dengan taraf signifikansi sebesar 0.431

Page 47: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

135

(lebih besar dari p = 0.05), hasil ini menunjukkan bahwa hubungan antara skor

kelompok dan IQ tidak linier. Hasil analisis uji linieritas yang ketiga antara

kelompok dan skor pretest menunjukkan hasil nilai F = 9.986 dengan taraf

signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari p = 0.05, dengan demikian hubungan

antara skor kelompok dan skor pretest adalah linier. Asumsi ketiga mengenai

interaksi antara skor kelompok dan skor pretest tidak memenuhi uji prasyarat

anakova, sehingga untuk mengetahui perbedaan antar kelompok ini perlu diuji

dengan menggunakan perbandingan antar gain score melalui uji analisis varians

satu jalur. Berdasar uji prasyarat yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

uji linieritas dalam penelitian ini dapat dilanjutkan.

2) Analisis Data Kualitatif

Teknik analisis data kualitatif yang diperoleh melalui pengumpulan data

observasi, wawancara, dan focus group discussion dilakukan melalui analisis

tematik. Analisis tematik merupakan cara memperoleh pola dari kumpulan informasi

awal yang diperoleh. Tujuan analisis tematik adalah untuk mendeskripsikan dan

menginterpretasikan realitas sosial tertentu. Analisis data dapat dilakukan melalui tiga

tahap yaitu tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi data (Miles dan Huberman, 1992). Namun dalam penelitian ini digunakan

langkah-langkah analisis data menurut Creswell (2010). Langkah-langkah tersebut

dilakukan sebagai berikut.

a) Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis yang meliputi

transkrip wawancara dan hasil observasi partisipan.

b) Membaca keseluruhan data, pada tahap ini peneliti menulis

catatan-catatan khusus atau gagasan-gagasan umum tentang data yang

diperoleh baik dari hasil observasi maupun hasil wawancara.

c) Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data. Coding merupakan

proses mengolah materi atau informasi menjadi segmen-segmen tulisan

sebelum memaknainya. Dalam penelitian ini koding dikembangkan

berdasar data yang telah terkumpul. Proses pengkodean bagian-bagian

Page 48: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/21167/6/D_BP_1008954_Chapter3.pdfTEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN ...

Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

136

transkrip dilakukan untuk mendapat padatan faktual, tema, kategori, guna

ditelaah lebih lanjut. Data mentah hasil koding kembali ditransformasi dan

disistemasi secara logis hingga mencapai hasil akhir. Mengidentifikasi

coding untuk mendeskripsikan seting, orang, kategori, atau tema-tema

yang akan dianalisis. Tahap identifikasi dilakukan dengan

menghubungkan tema-tema. Tema-tema inilah yang menjadi hasil utama

dalam penelitian. Tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi coding

berdasar masing-masing subjek dengan skor ekstrim.

d) Menginterpretasi tema-tema yang akan disajikan dalam laporan kualitatif.

Interpretasi hasil analisis akan disampaikan dalam bentuk naratif dengan

menggabungkan semua hasil kualitatif berdasar masing-masing subjek

dan mencoba mencari pola perubahan tanggung jawab sebelum dan

setelah perlakuan, serta memperoleh pola sikap antara subjek yang

menunjukkan perubahan positif dan subjek yang tidak menunjukkan

perubahanan tanggung jawab berdasar hasil analisis data.