BAB III METODE PENELITIAN A. Desain...

30
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuasi (eksperimen semu). Pada penelitian eksperimen semu dilakukan dengan cara membandingkan kelompok (Emzir, 2012). Penelitian ini membandingkan dua kelas penelitian sebagai sampel yaitu kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan saintifik dan kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran langsung untuk melihat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan habits of mind siswa kelas tersebut. Pengambilan kelas eksperimen semu ini berdasarkan kelas yang sudah terbentuk dan peneliti menerima subjek seadanya tanpa menambah kelas baru (Ruseffendi, 2010). Hal ini dasarkan agar penelitian tidak mengganggu jadwal belajar mengajar yang ada di sekolah. Penelitian ini disebut penelitian eksperimen semu karena kontrol atau pengendalian variabel tidak bisa dilakukan secara ketat, atau secara penuh (Sudjana dan Ibrahim, 2007). Terdapat beberapa variabel dari luar diantaranya interaksi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, jam tambahan di luar jadwal penelitian, keadaan fisik dan mental subjek penelitian yang mengancam validitas internal yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti. Peneliti hanya dapat mengontrol variabel bebas tertentu yang dapat mempengaruhi varibel terikat dengan tujuan agar keadaan kelas eksperimen dan kelas kontrol tetap sama. Variabel tersebut diantaranya guru, sarana dan prasarana kelas, lama pembelajaran dan materi pelajaran.. Dengan demikian rancangan atau desian penelitian berdasarkan pada pengambilan kelas dan diadakanya pretest dan posttest untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis adalah nonequivalent control group design. Adapun desain penelitiannya sebagai berikut: Pretest Perlakuan Posttest Kelas eksperimen : O X O --------------------------------------

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. Desain...

  • Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kuasi (eksperimen semu). Pada

    penelitian eksperimen semu dilakukan dengan cara membandingkan kelompok

    (Emzir, 2012). Penelitian ini membandingkan dua kelas penelitian sebagai

    sampel yaitu kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran model eliciting

    activities dengan pendekatan saintifik dan kelas kontrol yang mendapatkan

    pembelajaran langsung untuk melihat perbedaan peningkatan kemampuan

    pemecahan masalah dan habits of mind siswa kelas tersebut. Pengambilan kelas

    eksperimen semu ini berdasarkan kelas yang sudah terbentuk dan peneliti

    menerima subjek seadanya tanpa menambah kelas baru (Ruseffendi, 2010). Hal

    ini dasarkan agar penelitian tidak mengganggu jadwal belajar mengajar yang ada

    di sekolah.

    Penelitian ini disebut penelitian eksperimen semu karena kontrol atau

    pengendalian variabel tidak bisa dilakukan secara ketat, atau secara penuh

    (Sudjana dan Ibrahim, 2007). Terdapat beberapa variabel dari luar diantaranya

    interaksi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, jam tambahan di luar jadwal

    penelitian, keadaan fisik dan mental subjek penelitian yang mengancam validitas

    internal yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti. Peneliti hanya dapat mengontrol

    variabel bebas tertentu yang dapat mempengaruhi varibel terikat dengan tujuan

    agar keadaan kelas eksperimen dan kelas kontrol tetap sama. Variabel tersebut

    diantaranya guru, sarana dan prasarana kelas, lama pembelajaran dan materi

    pelajaran..

    Dengan demikian rancangan atau desian penelitian berdasarkan pada

    pengambilan kelas dan diadakanya pretest dan posttest untuk melihat peningkatan

    kemampuan pemecahan masalah matematis adalah nonequivalent control group

    design. Adapun desain penelitiannya sebagai berikut:

    Pretest Perlakuan Posttest

    Kelas eksperimen : O X O

    --------------------------------------

  • 49

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Kelas kontrol : O O

    Keterangan :

    O : Pemberian tes (pretest dan posttest) kemampuan pemecahan masalah

    matematis

    X : Perlakuan khusus yakni pembelajaran matematika dengan model

    eliciting activities

    ------- : Subjek tidak dikelompokkan secara acak

    Untuk melihat habits of mind siswa, desain penelitiannya menggunakan

    pre-post respons control design yang digunakan sebagai berikut:

    Pre-response Perlakuan Post-response

    Kelas eksperimen : O X O

    --------------------------------------

    Kelas kontrol : O O

    Keterangan :

    O : Pemberian angket (pre-response dan post-response) habits of mind

    X : Perlakuan khusus yakni pembelajaran matematika dengan model

    eliciting activities

    ------- : Subjek tidak dikelompokkan secara acak

    Untuk menjamin bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang

    sama, peneliti menunjukkan dengan analisis inferensial perhitungan nilai ulangan

    harian siswa yang diperoleh sebelum pelaksanaan penelitian dari kedua kelas.

    Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan

    awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis selengkapnya

    dapat dilihat pada Lampiran 3.1.

    B. Populasi dan Sampel

    Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian berfungsi

    sebagai epistemic subjek atau informan mengenai fenomena yang diteliti (Siregar,

    1998). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

    penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010).

    Sugiyono (2010) memberikan pengertian bahwa populasi adalah wilayah

  • 50

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan

    karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

    ditarik kesimpulan. (Riduwan, 2011) mengemukakan bahwa populasi adalah

    berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya.

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP

    Negeri 1 Cipeundeuy di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat yang berjumlah

    288 siswa pada tahun ajaran 2017/2018. Kelas VII di SMP tersebut berjumlah

    sebanyak 9 kelas. Pemilihan populasi ini didasarkan pada tahapan dari Piaget

    dimana siswa SMP sudah berada pada tahap perkembangan kognitif yang berada

    pada tahap peralihan dari tahap operasi konkrit ke operasi formal. Pada tahap

    formal (11 atau 12 tahun ke atas) siswa sudah dapat berpikir simbolis dan bisa

    memahami sesuatu secara bermakna tanpa memerlukan obyek yang konkrit,

    sehingga siswa SMP kelas VII ini sudah dikenalkan dengan materi-materi yang

    bersifat abstrak.

    Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi

    yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang akan di teliti. Sampel adalah sebagian dari

    jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010). Arikunto

    (2010) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau

    wakil populasi yang diteliti). Riduwan (2011) menyatakan bahwa sampel adalah

    bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan

    diteliti. Sampel penelitian diambil berdasarkan teknik purposive sampling yaitu

    perhitungan guru yang mengajar bahwa kedua kelas memiliki karakteristik

    kemampuan awal yang sama, diajar oleh guru yang sama, mendapatkan sarana

    dan prasarana kelas yang kelas, waktu pembelajaran yang sama dan materi

    pelajaran yang juga sama sehingga kelas yang terpilih adalah kelas VII G

    sebanyak 31 siswa sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran

    dengan pendekatan model eliciting activities dan kelas VII H sebanyak 33 siswa

    sebagai kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran langsung untuk

    mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan habits of

    mind siswa.

    Berdasarkan observasi kelas sebelum penelitian dilakukan, kelas

    eksperimen dan kelas kontrol memiliki jumlah siswa yang berbeda, akan tetapi

  • 51

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    kemampuan kognitif siswa pada dua kelas tersebut cenderung setara karena kelas

    VII di SMP Negeri 1 Cipeundeuy tidak dibagi dalam kelas unggulan dan reguler.

    Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada setiap materi yang

    pernah dipelajari. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika yang

    mengajar di kelas ekperimen dan kelas kontrol, sebagian siswa memiliki

    kemampuan rendah dalam memahami materi dan menyelesaikan masalah

    matematis. Guru di sekolah menggunakan pembelajaran langsung, namun pada

    saat mengajar, guru biasanya menyampaikan materi pembelajaran dan menuliskan

    rumus konsep materi yang sedang dipelajari. Hal itu terjadi karena penggunaan

    pembelajaran konstruktivis yang dituntut dalam kurikulum 2013 akan memakan

    waktu lama jika digunakan untuk menyelesaikan seluruh materi pembelajaran dan

    perlu pesiapan khusus sebelum pembelajaran dilaksanakan.

    C. Variabel Penelitian

    Variabel pada penelitian ini terdiri variabel bebas (independent variable),

    variabel terikat (dependent variable) dan variabel kontrol. Variabel bebas adalah

    variabel penyebab atau variabel perlakuan yang mempengaruhi atau yang menjadi

    sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah

    variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas

    dan variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan

    sehingga pengaruh variabel bebas dan variabel terikat tidak dipengaruhi oleh

    faktor lain (Sugiyono, 2010). Adapun variabel bebas (independent variable)

    dalam penelitian ini adalah pendekatan model eliciting activities, variabel terikat

    (dependent variable) yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis serta

    variabel kontrol kemampuan awal matematis (KAM) siswa yang terdiri dari KAM

    tinggi, sedang, rendah. Pengelompokkan siswa bedasarkan KAM diperoleh dari

    hasil ulangan harian yang dilaksanakan sebelum penelitian keterkaitan antara

    variabel bebas, variabel bebas dan variabel kontrol.

    Dengan adanya keterkaitan yang dapat dilihat antara varibel bebas dan

    variabel terikat serta variabel kontrol yang dapat diliha pada Tabel 3.1 sebagai

    berikut:

  • 52

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Tabel 3.1

    Keterkaitan Model Eliciting Activities, Kemampuan Pemecahan

    Masalah dan Habits of Mind

    Aspek KAM

    Pembelajaran

    Model Eliciting

    Activities (E)

    Pembelajaran

    Langsung (L)

    Kemampuan

    Pemecahan Masalah

    Matematis

    Tinggi (T) KPMMTE KPMMTL

    Sedang (S) KPMMSE KPMMSL

    Rendah (R) KPMMRE KPMMRL

    Keseluruhan KPMME KPMML

    Habits of Mind

    Tinggi (T) HOMTE HOMTL

    Sedang (S) HOMSE HOMSL

    Rendah (R) HOMRE HOMRL

    Keseluruhan HOME HOML

    Keterangan Tabel 3.1 sebagai berikut:

    KPMMTE : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berkemampuan

    tinggi yang mendapat pembelajaran model eliciting activities

    KPMMTL : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berkemampuan

    tinggi yang mendapat pembelajaran langsung

    KPMME : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat

    pembelajaran model eliciting activities

    KPMML : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat

    pembelajaran langsung

    HOME : Habits of mind siswa yang mendapat pembelajaran model eliciting

    activities

    HOML : Habits of mind siswa yang mendapat pembelajaran langsung

    D. Definisi Operasional

    Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah terkait

    variabel yang digunakan dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi

    operasional sebagai berikut.

    1. Pembelajaran model electing activities adalah pembelajaran yang menekankan

    pada kemampuan untuk memahami, menjelaskan, dan mengkomunikasikan

  • 53

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    konsep-konsep yang terkandung dalam suatu masalah yang berkaitan dengan

    dengan dunia nyata melalui tahapan pemodelan matematika. Langkah-langkah

    pembelajarannya adalah guru membacakan artikel yang mengembangkan

    konteks masalah siswa, siswa merespon berdasarkan artikel, guru

    mengelompokkan siswa (3-4 anggota per kelompok), guru membacakan

    problem statment bersama dengan siswa dan meyakinkan bahwa setiap

    kelompok memahami apa yang ditanyakan, siswa membuat solusi model

    matematika dan meninjau ulang solusi permasalahan, kemudian perwakilan

    kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

    2. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa

    menyelesaikan berbagai masalah matematis non rutin dengan mengidentifikasi

    masalah, merumuskan model, menentukan penyelesaian dari model dengan

    menggunakan strategi yang tepat dan memberikan tafsiran terhadap hasil yang

    diperoleh. Kegiatan ini sangat penting dalam pembelajaran matematika karena

    prosedur pemecahan dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan

    untuk menghadapi masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari.

    Indikator pemecahan masalah yang digunakan peneliti adalah menjelaskan atau

    menginterpretasi hasil sesuai permasalahan asal serta memeriksa kebeneran

    hasil atau jawaban, membuat model matematika dari suatu situasi atau masalah

    sehari-hari dan menyelesaikannya, memilih dan menerapkan strategi untuk

    menyelesaikan masalah matematika atau di luar matematika. Indikator

    pemecahan masalah matematis dalam penelitian ini adalah menyelesaikan

    masalah matematis tertutup dengan konteks di dalam matematika.

    3. Habits of mind adalah proses kebiasaan (pola yang dilakukan terus menerus)

    dari berpikir cerdas dalam menghadapi masalah sehingga masalah tersebut

    bukan menjadi masalah lagi. Kebiasaan yang digunakan peneliti adalah

    ketekunan, mengelola tindakan secara cepat, mendengarkan dengan

    pemahaman dan rasa empati, berpikir fleksibel, metakognisi, merefleksi

    kebenaran jawaban, mempertanyakan dan menemukan permasalahan,

    menerapkan situasi masa lalu pada situasi yang baru, berpikir dan

    berkomunikasi dengan jelas dan cermat, mencari data dengan semua indera,

    berkarya, berimajinasi dan berinovasi, menanggapi dengan kekaguman dan

  • 54

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    keheranan, berani mengambil resiko, dapat bekerja dan belajar dengan orang

    lain dalam tim dan belajar dengan berkelanjutan.

    4. Pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian

    rupa sehinggga siswa mampu mengkonstruksi konsep secara aktif, hukum,

    prinsip, melalui tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau

    merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik menarik

    kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep.

    5. Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana

    pada proses pembelajaran hanya terjadi transfer ilmu pengetahuan, bukan

    proses pengkonstruksian pengetahuan. Konsep diberikan secara langsung oleh

    guru kepada siswa dan contoh soal aplikasi konsep yang dibahas secara

    langsung. Selanjutnya, guru memberikan latihan soal dan siswa mengerjakan

    secara individu dan berkelompok. Terakhir, siswa diberikan soal-soal

    pekerjaan rumah.

    6. Kemampuan awal matematis adalah kemampuan matematika yang dimiliki

    siswa sebelum pembelajaran pada penelitian ini terlaksana, dengan

    memberikan tes kemampuan awal berkaitan dengan materi yang telah

    dipelajari sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan diteliti.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dengan teknik tes dan non tes

    karena jenis data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan data kualitatif.

    Penjelasan lebih lanjut tentang pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai

    berikut:

    1. Teknik Tes

    Data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dikumpulkan

    melalui tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang diberikan kepada

    siswa yang diteliti sebelum siswa diberi perlakuan dan setelah perlakuan. Pretest

    diberikan sebelum pelaksanaan pembelajaran, dan posttest diberikan setelah

    proses pembelajaran dalam penelitian selesai. Tes ini dibuat untuk mengukur

    sejauh mana kemampuan pemecahan masalah matematis yang telah dimiliki siswa

    pada materi bangun datar segitiga setelah menerima pembelajaran model eliciting

  • 55

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    activities dengan pendekatan saintifik pada kelas eksperimen dan pembelajaran

    langsung pada kelas kontrol.

    2. Teknik Non Tes

    a. Observasi

    Riduwan (2004) mengatakan observasi yaitu melakukan pengamatan

    secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang

    dilakukan dengan membuat catatan anekdo yaitu catatan yang bersifat penting.

    Teknik observasi pada dasarnya digunakan untuk mengamati dan melihat

    perubahan fenomena-fenomena sosial yang berkembang dan tumbuh yang

    kemudian dilakukan perubahan terhadap penilaian tersebut sehingga mampu

    membedakan antara yang diperlukan ataupun yang tidak (Margono, 2007).

    Pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan saintifik yang terjadi,

    diobservasi dengan menggunakan lembar pengamatan guru dan siswa. Teknik ini

    bertujuan untuk mengamati kegiatan guru dan kegiatan siswa yang dihadapkan

    muncul dalam pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan saintifik

    setiap kali tatap muka. Data yang diperoleh digunakan untuk memperkuat hasil tes

    yang diberikan.

    b. Angket

    Data habits of mind siswa dikumpulkan dari angket habits of mind melalui

    posttest. Angket habits of mind siswa tersebut diberikan pada kelas eksperimen

    yang mendapat pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan

    saintifik dan kelas kontrol yang mendapat pembelajaran langsung pada akhir

    penelitian. Hasil angket diberikan skor sehingga diperoleh data kuantitatif untuk

    kemudian dianalisis.

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data kemampuan awal

    matematis (KAM) siswa pada awal sebelum diberikan perlakuan pembelajaran,

    yaitu data kemampuan kognitif yang dimiliki siswa sebelum pelaksanaan

  • 56

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    penelitian berlangsung di kelas tanpa dilakukan tes. Data KAM siswa diperoleh

    dari nilai ulangan harian matematika siswa pada beberapa materi sebelumnya.

    F. Instrumen Penelitian

    Sebelum dilakukan pengumpulan data, perlu disiapkan beberapa instrumen

    penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1. Instrumen Pembelajaran

    Beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh peneliti adalah menyiapkan

    instrumen pembelajaran dan bahan ajar materi bangun datar segitiga yang

    didesain berdasarkan karakteristik pembelajaran model eliciting activities untuk

    memudahkan dalam meningkatkan kemampuan pemecahana masalah matematis

    siswa pada kelas ekperimen dan juga untuk melihat peningkatan habits of mind

    siswa. Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini adalah rancangan pelaksanaan

    pembelajaran (RPP) untuk 6 kali pertemuan di kelas. Sedangkan bahan ajar

    dalam penelitian ini dirancang dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS). Majid

    (2012) menjelaskan bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang dapat membantu

    guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sebuah bahan ajar paling

    tidak mencakup: (1) petunjuk belajar (petunjuk bagi guru/siswa); (2) kompetensi

    yang akan dicapai; (3) informasi pendukung; (4) latihan-latihan; (5) petunjuk

    kerja, dapat berupa lembar kerja (LK); dan (6) evaluasi.

    Sebelum digunakan pada kelas eskperimen, perangkat pembelajaran dan

    bahan ajar terlebih dahulu divalidasi oleh pakar, dalam hal ini adalah dosen

    pembimbing dengan tujuan untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran

    dan bahan ajar.

    2. Instrumen Pengumpulan Data

    Berdasarkan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, diperoleh dua

    jenis data intrumen pengumpulan, yaitu instrumen tes dan instrumen non tes.

    a. Instrumen Tes

    Instrumen dalam penelitian ini adalah tes kemampuan pemecahan masalah

    matematis yang berupa soal uraian untuk mengukur kemampuan pemecahan

    masalah matematis siswa. Tipe tes yang digunakan adalah tipe uraian yang

  • 57

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    disebut juga dengan tipe subjektif, sebab skor pengerjaan seseorang dipengaruhi

    oleh penilai, latar belajang penilai, kemampuan memahami penilai, kondisi penilai

    dan sebagainya (Ruseffendi, 2006). Alasan peneliti memilih soal uraian yaitu agar

    proses berpikir, langkah-langkah pengerjaan, ketelitian serta kemampuan

    pemecahan masalah matematis siswa dapat diketahui.

    Tes yang diberikan terdiri dari pretest dan posttest. Tujuan dari

    pemberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sedangkan posttest

    untuk mengetahui peningkatan dari hasil kemampuan pemecahan masalah

    matematis setelah dilakukan pembelajaran. Sebelumnya, dilakukan pengujian soal

    untuk mendapatkan instrumen yang teruji validitas dan reliabilitasnya. Adapun

    penyusunan tersebut berdasarkan indikator-indikator kemampuan pemecahan

    masalah matematis siswa. Lalu disusun kisi-kisi soal, dibuat kunci jawaban dan

    pedoman penskorannya. Kisi-kisi kemampuan pemecahan masalah matematis

    yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:

    Tabel 3.2

    Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

    Kemampuan

    Matematis Indikator

    Nomor

    Soal

    Pemecahan Masalah

    Matematis Membuat model matematika dari suatu situasi atau

    masalah sehari-hari dan menyelesaikannya 1

    Menjelaskan atau menginterpretasi hasil sesuai

    permasalahan asal serta memeriksa kebeneran hasil

    atau jawaban

    2

    Memilih dan menerapkan strategi untuk

    menyelesaikan masalah matematika atau di luar

    matematika

    3

    Adapun pedoman penilaian tes kemampuan pemecahan masalah

    matematis siswa dalam penelitian ini mengadopsi dari Charles (1994) yaitu

    penskoran holistik yang disajikan pada Tabel 3.3 berikut.

  • 58

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Tabel 3.3

    Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

    Respon Siswa Terhadap Soal Skor

    Tidak ada jawaban

    0

    Data yang terdapat pada soal hanya kembali disalin, tapi tidak ada

    yang dilakukan dengan data tersebut atau ada pekerjaan tetapi tidak

    ada pemahaman yang dijelaskan terhadap soal.

    Terdapat jawaban yang salah dan tidak ada pekerjaan lain yang di-

    tampilkan.

    Terdapat langkah awal menunjukkan penemuan solusi dari sekedar

    1

    menyalin data yang merefleksikan beberapa pemahaman, namun

    pendekatan yang digunakan tidak mengarah pada solusi yang tepat.

    Memulai dengan strategi yang tidak tepat, tetapi tidak dikerjakan,

    dan tidak ada bukti bahwa siswa beralih ke strategi lain. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa siswa mencoba salah satu pendekatan yang salah.

    Siswa menggunakan strategi yang tidak tepat dan mendapat jawaban

    2

    salah, tetapi pekerjaannya menunjukkan beberapa pemahaman tentang

    masalah.

    Menggunakan strategi yang tepat, tetapi:

    a) tidak dilakukan cukup jauh untuk mencapai solusi

    b) diterapkan dengan salah sehingga menyebabkan tidak ada jawaban

    atau jawaban salah.

    Terdapat jawaban benar, tetapi:

    a) pekerjaan tersebut tidak dapat dipahami

    b) tidak ada pekerjaan yang ditunjukkan.

    Siswa menerapkan strategi solusi yang mengarah pada solusi yang

    3

    tepat, tetapi dia salah memahami bagian dari masalah atau mengabai-

    kan kondisi dalam masalah.

    Strategi penyelesaian yang tepat diterapkan dengan benar, tetapi:

    a) siswa salah menjawab masalah tanpa alasan yang jelas

    b) bagian numerik dari jawaban yang diberikan benar dan jawaban salah

    c) tidak terdapat jawaban yang diberikan.

  • 59

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Jawaban benar, dan terdapat beberapa bukti bahwa strategi solusi

    yang tepat telah dipilih. Namun, penerapan strategi tidak sepenuhnya

    jelas.

    Siswa membuat kesalahan dalam melaksanakan strategi solusi yang

    4

    tepat. Namun, kesalahan ini tidak dapat mencerminkan kesalah-

    pahaman baik pada masalah atau bagaimana menerapkan strategi,

    melainkan seperti kesalahan komputasi.

    Strategi yang tepat dipilih dan dilaksanakan. Memberikan jawaban

    yang benar dari data dalam soal.

    b. Instrumen Non Tes

    Instrumen non tes dalam penelitian ini terdiri atas:

    1) Lembar Observasi

    Penelitian ini menggunakan dua jenis lembar observasi, yaitu lembar

    observasi untuk guru dan lembar observasi untuk siswa. Lembar observasi untuk

    guru digunakan dengan tujuan untuk melihat peningkatan serta memastikan

    tahapan dan komponen pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan

    saintifik telah sesuai dengan teori. Lembar observasi siswa digunakan dengan

    tujuan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran model

    eliciting activities dengan pendekatan saintifik. Lembar observasi ini dijabarkan

    menjadi pernyataan-penyataan yang berbentuk daftar cek yang diisi oleh observer

    selama proses pembelajaran di kelas untuk melihat gambaran aktivitas siswa dan

    guru, untuk melihat sejauh mana tahapan-tahapan pembelajaran model eliciting

    activities diterapkan, sehingga dapat diketahui tahapan mana yang harus

    diperbaiki.

    2) Angket

    Data habits of mind siswa dikumpulkan dari angket habits of mind melalui

    posttest. Angket habits of mind diberikan di akhir pertemuan setelah diberikan

    perlakuan pembelajaran model eliciting activities di kelas eksperimen, begitu pula

    di kelas kontrol. Adapun aspek habits of mind siswa diteliti tersedia pada Tabel

    3.4 berikut.

  • 60

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Tabel 3.4

    Aspek Habits of Mind

    No. Aspek Habits of Mind

    1 Ketekunan

    2 Mengelola tindakan cepat (berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak)

    3 Mendengarkan dengan pemahaman dan rasa empati

    4 Berpikir fleksibel

    5 Metakognisi (kemampuan untuk mengetahui apa yang diketahui dan apa

    yang tidak diketahui)

    6 Merefleksi kebenaran jawaban

    7 Mempertanyakan dan menemukan permasalahan

    8 Menerapkan situasi masa lalu pada situasi yang baru

    9 Berpikir dan berkomunikasi dengan jelas dan cermat

    10 Mencari data dengan semua indera

    11 Berkarya, berimajinasi dan berinovasi

    12 Menanggapi dengan kekaguman dan keheranan

    13 Berani mengambil resiko

    14 Dapat bekerja dan belajar dengan orang lain dalam tim

    15 Belajar dengan berkelanjutan

    3) Dokumen Kemampuan Awal Matematis Siswa

    Data kemampuan awal matematis (KAM) siswa diperleh dari nilai ulangan

    harian sebanyak enam kali. Nilai tersebut digunakan untuk mengelompokkan

    siswa berdasarkan kriteria pengelompokan sampel penelitian berdasarkan KAM

    kategori tinggi, sedang dan rendah (Rohmat, 1998) yang tertera pada Tabel 3.5

    berikut.

    Tabel 3.5

    Kriteria Pengelompokkan Sampel Penelitian Berdasarkan KAM

    Skor Tes KAM Kategori

    ̅ Tinggi

  • 61

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    ̅ ̅ Sedang

    ̅ Rendah

    Berdasarkan perhitungan data kemampuan pemecahan masalah matematis

    siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh banyaknya siswa

    berdasarkan KAM siswa tinggi, sedang dan rendah serta dapat dilihat Tabel 3.6

    berikut. Perhitungan lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.1.

    Tabel 3.6

    Kategori KAM Siswa

    Kelas Kategori KAM Siswa

    Total Tinggi Sedang Rendah

    Eksperimen 4 23 4 31

    Kontrol 6 21 6 33

    Total 10 44 10 64

    G. Analisis terhadap Instrumen Pengumpulan Data

    1. Analisis terhadap Instrumen

    Tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berupa pretes dan

    posttest diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa yang telah mempelajari materi

    segitiga sebelum diberikan kepada sampel saat penelitian, pengujian instrumen

    dilakukan pada satu kelas IX SMP tempat penelitian dengan jumlah 38 siswa.

    Hasil ujicoba tersebut kemudian dianalisis secara keseluruhan maupun per butir

    soal.

    a. Analisis Validitas Butir Soal

    Suatu instrumen dikatakan valid, apabila dapat mengukur apa yang

    seharusnya diukur (ketepatan) pada kelompok tertentu (Ruseffendi, 2010). Uji

    validitas yang digunakan adalah uji validitas tiap butir soal dikorelasikan dengan

    skor total. Validitas instrumen diketahui dari hasil pemikiran dan hasil

    pengamatan, dari hasil tersebut diperoleh validitas teoritik dan validitas empirik.

    1) Validitas Teoritik

    Validitas teoritik atau validitas logika adalah validitas instrumen yang

    dilakukan berdasarkan logika atau teoritik (Suherman, 2003). Validitas ini akan

    menunjukkan suatu instrumen valid dengan mempertimbangkan aturan atau teori

  • 62

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    yang ada. Dalam hal ini, pertimbangan tersebut akan dilakukan seseorang yang

    ahli dalam bidang tertentu, minimal orang yang berpengalaman, dalam penelitian

    ini yaitu dosen pembimbing dan guru matematika tempat penelitian. Dalam proses

    validitas ada dua hal yang dinilai yaitu validitas muka dan validitas isi. Validitas

    muka suatu instrumen disebut pula sebagai validitas bentuk instrumen

    (pertanyaan, pernyataan, suruhan) atau validitas tampilan yaitu keabsahan susunan

    kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga pengertiannya tidak memunculkan

    pernafsiran yang berbeda (Suherman, 2003). Beberapa aspek yang menjadi

    pertimbangan validitas muka yaitu kejelasan butir tes dan segi bahasa, kejelasan

    gambar, diagram dan grafik yang diberikan dalam soal.

    Validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi

    yang akan diukur (Sukardi, 2003). Validitas ini berkenaan dengan kesahihan

    instrumen, dengan materi yang akan ditanyakan, baik menurut per butir soal

    maupun secara menyeluruh (Ruseffendi, 1998). Hal yang menjadi pertimbangan

    validitas isi adalah kesesuaian butir tes kemampuan pemecahan masalah

    matematis dengan materi yang diberikan, kesesuaian kemampuan pemecahan

    masalah matematis dengan indikator-indikator kemampuan pemecahan masalah

    matematis, indikator peningkatan kompetensi dan tingkat kemampuan berpikir

    siswa kelas VII.

    2) Validitas Empirik

    Validitas empirik berkenaan dengan tingkat ketepatan instrumen

    mengukur segi yang akan diukur dibandingkan dengan hasil pengukuran dari

    instrumen lain yang menjadi kriteria (Syaodih, 2011). Instrumen standar adalah

    instrumen yang menjadi kriteria. Instrumen tes kemampuan pemecahan masalah

    matematis diujicobakan terlebih dahulu pada satu kelas IX tempat penelitian

    untuk mengetahui apakah tes yang digunakan valid atau tidak. Dengan

    menggunakan Pearson Product Moment (Arikunto, 2011) sebagai berikut.

    ∑ ∑ ∑

    √{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }

    Keterangan

    : koefisien korelasi

    X : skor siswa pada suatu butir

  • 63

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Y : skor siswa pada seluruh butir

    : banyaknya siswa

    Selanjutnya dihitung dengan Uji-t (Sudjana dan Ibrahim, 2010) dengan

    rumus:

    Dimana:

    t : nilai

    r : koefisien korelasi hasil

    n : banyaknya siswa

    Distribusi (Tabel t) untuk = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2)

    Kaidah keputusan : Jika > berarti valid sebaliknya

    Jika berarti tidak valid

    Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria validitas setiap item soal

    (Arikunto, 2011) pada Tabel 3.7 sebagai berikut:

    Tabel 3.7

    Kriteria Validitas Soal

    Besarnya r Interpretasi

    0,80 < r 1,00 Sangat tinggi

    0,60 < r 0,80 Tinggi

    0,40 < r 0,60 Sedang

    0,20 < r 0,40 Rendah

    0,00 < r 0,20 Sangat rendah

    Uji validitas butir soal kemampuan pemecahan masalah matematis dalam

    penelitian ini menggunakan aplikasi microsoft office excel dan SPSS 20 for

    windows. Hasil rekapitulasinya dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut dan

    perhitungannya dapat diliha pada Lampiran 3.3.

    Tabel 3.8

    Data Hasil Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah

    Matematis

    Nomor Soal Koefisien

    Korelasi Kriteria Kategori

    1 0,88 Valid Sangat tinggi

    2 0,80 Valid Sangat tinggi

    3 0,75 Valid Tinggi

  • 64

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Dari Tabel 3.8 terlihat bahwa semua butir soal valid untuk digunakan

    sebagai instrumen mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis terkait

    materi bangun datar segitiga.

    b. Analisis Reliabilitas Butir Soal

    Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup

    dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

    tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf

    kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap

    (Arikunto, 2010). Semakin tinggi nilai reliabilitas suatu instrumen berarti semakin

    tinggi pula tingkat kepercayaan instrumen tersebut. Namun, instrumen yang

    reliabel belum tentu valid, tetapi instrumen yang valid sebagian besar reliabel

    sehingga instrumen yang baik itu (yang berupa test maupun non test) harus valid

    dan reliabel. Pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    metode Alpha Cronbach (Hendriana dan Soemarmo, 2014) dengan rumus:

    (

    ) (

    ∑ )

    Keterangan :

    : koefisien reliabilitas

    : simpangan baku seluruh butir tes

    : simpangan baku butir tes ke-i

    k : banyak butir soal

    Adapun kriteria reliabilitas tes yang digunakan pada setiap item soal

    (Arikunto, 2011) dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut:

    Tabel 3.9

    Kriteria Reliabilitas Soal

    Besarnya r11 Interpretasi

    0,80 < r11 1,00 Sangat tinggi

    0,60 < r11 0,80 Tinggi

    0,40 < r11 0,60 Sedang

    0,20 < r11 0,40 Rendah

    0,00 < r11 0,20 Sangat rendah

    Berdasarkan Tabel 3.9 diperoleh koefisien relaibilitas data hasil siswa

    adalah 0,76 yang berarti soal kemampuan pemecahan masalah matematis

    dinyatakan reliabel dengan kriteria tinggi. Hasil perhitungan selengkapnya dengan

  • 65

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    bantuan aplikasi microsoft office excel dan SPSS 20 for windows dapat di lihat

    pada Lampiran 3.3.

    c. Analisis Indek Kesukaran Butir Soal

    Pengujian terhadap indeks kesukaran butir soal dilakukan dengan tujuan

    untuk mengetahui sejauh mana kesukaran suatu tes. Dengan demikian uji indeks

    kesukaran maka dapat diketahui apakah soal tersebut termasuk kategori sulit,

    sedang atau mudah. Untuk mengetahui indeks kesukaran dapat digunakan rumus

    (Hendriana dan Soemarmo, 2014) yaitu:

    IK =

    Keterangan : IK : indeks kesukaran

    SA : jumlah skor siswa dari kelompok atas

    SB : jumlah skor siswa dari kelompok bawah

    JA : jumlah skor ideal kelompok atas

    Indeks kesukaran butir tes diklasifikasikan (Hendriana dan Soemarmo,

    2014) sesuai dengan kriteria pada Tabel 3.10 berikut ini:

    Tabel 3.10

    Kriteria Indeks Kesukaran Soal

    Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi IK

    0,00 < IK 0,20 Sangat tinggi

    0,20 < IK 0,40 Tinggi

    0,40 < IK 0,60 Sedang

    0,60 < IK 0,80 Rendah

    0,80 < IK 1,00 Sangat rendah

    Adapun hasil perhitungan indeks kesukaran dengan bantuan microsoft

    office excel dan SPSS 20 for windows dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut.

    Rekapitulasi dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3.3.

    Tabel 3.11

    Data Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal

    Nomor Soal Indeks Kesukaran Kategori

    1 0,59 Sedang

    2 0,55 Sedang

    3 0,45 Sedang

    Berdasarkan Tabel 3.11 dapat dilihat bahwa indeks kesukaran soal

    kemampuan pemecahan masalah matematis semua soal berkriteria sedang.

    Dengan demikian, soal kemampuan pemecahan masalah matematis yang telah

    diujicoba telah sesuai untuk dijadikan instrumen pada penelitian ini.

  • 66

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    d. Analisis Daya Pembeda Butir Soal

    Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat

    membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan

    siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Uji daya beda

    dilakukan untuk mengetahui perbedaan kelompok tinggi dengan kelompok rendah

    pada setiap butir soal. Suatu butir soal dikatakan memiliki daya beda (DB) yang

    baik artinya butir soal tersebut dapat membedakan kualitas jawaban antara siswa

    sudah paham dan yang belum paham tentang tugas dalam butir soal tes yang

    bersangkutan (Hendriana dan Soemarmo, 2014). Menentukkan daya beda soal

    dengan rumus:

    DB =

    Keterangan:

    DB : daya beda

    Sa : jumlah skor siswa dari kelompok atas

    Sb : jumlah skor siswa dari kelompok bawah

    JA : jumlah skor ideal kelompok atas

    Lebih lanjut, kriteria yang digunakan untuk menguji daya beda dapat dilihat

    pada Tabel 3.12 sebagai berikut:

    Tabel 3.12

    Kriteria Daya Beda Soal

    Daya Beda (DB) Interpretasi DB

    0,70 DB < 1,00 Sangat baik 0,40 DB < 0,60 Baik 0,20 DB < 0,40 Cukup 0,00 DB < 0,20 Jelek

    Adapun hasil perhitungan daya beda soal dapat dilihat pada Tabel 3.13

    berikut. Rekapitulasi dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3.3.

    Tabel 3.13

    Data Hasil Perhitungan Daya Beda Soal

    Nomor

    Soal

    Indeks

    Kesukaran Kategori

    1 0,63 Baik

    2 0,44 Baik

    3 0,41 Baik

    Berdasarkan Tabel 3.13 dapat dilihat bahwa daya beda soal kemampuan

    pemecahan masalah matematis semua soal berkategori baik. Dengan demikian,

    soal kemampuan pemecahan masalah matematis yang telah diujicobakan telah

    sesuai untuk digunakan di dalam penelitian ini.

  • 67

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    2. Analisis Instrumen Non Tes

    a. Analisis Lembar Observasi

    Lembar observasi siswa dan guru dalam pembelajaran model eliciting

    activities sebelum diujikan kepada sampel penelitian, divalidasi terlebih dahulu

    oleh validator. Kegiatan validasi muka dan isi, dilakukan oleh para ahli, dalam hal

    ini yang menjadi validator yaitu dosen pembimbing.

    b. Analisis Angket Habits of Mind

    Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui

    habits of mind siswa adalah angket habits of mind. Terdapat 15 pernyataan di

    dalam skala ini, 13 diantaranya pernyataan positif dan 12 pernyataan lainya

    negatif. Pernyataan positif dan negatif tersebut bertujuan untuk mendorong siswa

    agar serius dalam membaca pernyataan-pernyataan yang diberikan, sehingga

    respon yang diberikan lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

    Jawaban-jawaban yang disediakan terdiri dari empat pilihan yang akan

    dipilih siswa yaitu sangat sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan

    sangat tidak setuju (STS). Ketiadaan jawaban netral (N) disebabkan sebagai

    alasan agar siswa lebih tegas dalam memberikan respon positif atau negatif.

    Respon positif siswa terhadap pernyataan diberikan skor SS = 4, S = 3, TS = 2

    dan STS = 1, sedangkan pemberian skor terhadap respon negatif adalah SS = 1, S

    = 2, TS = 3 dan STS = 4. Sebelum diberikan kepada sampel, angket in

    diujicobakan terlebih dahulu kepada kelas IX sebanyak 32 siswa yang sebelumnya

    dilakukan validasi muka oleh dosen pembimbing. Sugiyono (2010) menyatakan

    bahwa data yang diperoleh dari pengukuran sikap dengan skala sikap yaitu

    berbentuk interval. Hal ini didukung oleh Ruseffendi (1998) yang

    mengungkapkan bahwa data skala sikap dapat dianalisis layaknya data interval,

    sehingga data dari angket habits of mind ini dapat diolah oleh peneliti. Setelah

    diujicobakan pada siswa, hasil angket kemudian dihitung dengan menggunakan

    rumus korelasi product moment Pearson untuk mengetahui validitasnya.

    Untuk melihat valid atau tidaknya hasil angket, menggunakan statistik t

    yaitu membandingkan thitung dengan ttabel dengan mengambil taraf signifikansi

    dan derajat kebebasan (dk = n-2) menggunakan rumus di bawah ini:

  • 68

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Jika thitung > ttabel maka soal tersebut valid dan sebaliknya,

    Jika thitung ttabel maka soal tersebut tidak valid

    Hasil perhitungan validitas item pernyataan angket habits of mind dengan

    bantuan aplikasi microsoft excel dan SPSS 20 for Windows dan dapat dilihat pada

    Tabel 3.14 berikut ini dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

    3.5.

    Tabel 3.14

    Hasil Uji Validitas Item Pernyataan Habits of Mind Siswa

    Nomor

    Soal

    Koefisien

    Korelasi Kriteria Kategori

    1 0,53 Valid Sedang

    2 0,70 Valid Sedang

    3 0,67 Valid Sedang

    4 0,58 Valid Sedang

    5 0,57 Valid Sedang

    6 0,67 Valid Sedang

    7 0,65 Valid Sedang

    8 0,51 Valid Sedang

    9 0,66 Valid Sedang

    10 0,62 Valid Sedang

    11 0,69 Valid Sedang

    12 0,70 Valid Sedang

    13 0,59 Valid Sedang

    14 0,53 Valid Sedang

    15 0,57 Valid Sedang

    Berdasarkan Tabel 3.8 terlihat bahwa semua pernyataan pada angket habits

    of mind berarti valid dan berkategori sedang, sehingga semua butir pernyataan

    dapat digunakan pada penelitian ini. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

    Lampiran 3.5.

    Selanjutnya, nilai reliabilitas tes angket habits of mind siswa adalah 0,88

    menggunakan rumus Alpha-Cronbach dengan bantuan microsoft office excel dan

  • 69

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    SPSS 20 for windows yang berarti termasuk kriteria sangat tinggi. Perhitungan

    reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.5.

    H. Teknik Analisis Data

    Data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan data kuantitatif dari tes

    dan data kuantitatif dari non tes. Analisis data kuantitatif berupa hasil kemampuan

    pemecahan masalah matematis dan hasil angket habits of mind siswa (posttest),

    N-gain.

    1. Analisis Data Kuantitatif

    a. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

    1) Analisis Data Pretest dan Posttest

    Analisis data pretest dan posttest dilakukan dengan tujuan untuk

    mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebelum dan

    sesudah pembelajaran di kelas eskperimen dan di kelas kontrol. Peneliti

    menggunakan bantuan microsoft office excel dan SPSS 20 for windows untuk

    mengolah data diperoleh. Beberapa analisis statistiknya adalah sebagai berikut:

    a) Analisis Statistik Deskriptif

    Analisis statistika deskriptif adalah analisis tahap awal dari hasil penelitian

    menggunakan data pretest dan posttest, untuk menggambarkan keadaan sampel

    dalam bentuk rata-rata, media, modus, standar deviasi, varians, nilai maksimum,

    nilai minimum, persentase dari masing-masing kelompok data. Untuk lebih jelas

    dalam membandingkan data juga dapat disajikan dalam bentuk diagram batang.

    b) Analisis Statistik Inferensial

    Dalam penelitian ini, analisis statistik inferensial digunakan untuk

    menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik

    inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu terhadap

    data kemampuan awal matematis siswa. Untuk menguji data kemampuan awal

    dan menguji hipotesis dilakukan tahapan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji

  • 70

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    kesamaan rata-rata (pretest) atau uji perbedaan dua rata-rata (posttest). Analisis

    data tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS 20 for

    windows.

    Uji Normalitas

    Uji normalitas adalah langkah awal dalam menganalisis data secara

    spesifik. uji ini dilakukan terhadap data pretest dan posttest, pada masing-masing

    kelompok data baik secara keseluruhan atau pun berdasarkan KAM. Uji

    normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi

    normal atau tidak. Pengujian normalitas untuk distribusi skor tes awal (pretest)

    dan skor tes akhir (posttest) dilakukan dengan menggunakan uji Shaphiro Wilk

    dengan taraf signifikan 5% atau = 0,05. Uji statistik Shapiro Wilk merupakan uji

    normalitas yang paling kuat dan sampel yang akan dianalisis kurang dari 50

    (Razali dan Wah, 2011). Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut.:

    H0 : Sampel berdistribusi normal

    H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

    Kriteria pengujian:

    Jika nilai sig (p-value) < ( ), maka H0 ditolak

    Jika nilai sig (p-value) ≥ ( ), maka H0 diterima

    Jika ada tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis dapat dilakukan

    dengan pengujian nonparametrik yaitu Mann-Whitney dan uji homogenitas tidak

    perlu dilakukan. Sebaliknya jika data normal, maka dilanjutkan dengan uji

    homogenitas.

    Uji Homogenitas

    Uji homogenitas dilakukan untuk menyelidiki variansi kelompok

    eksperimen dan kelompok kontrol sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan

    terhadap data pretest dan posttest secara berpasangan antara kelompok

    eksperimen dan kontrol keseluruhan maupun berdasarkan KAM. Pengujian

    homogenitas dilakukan dengan uji Levene. Hipotesis yang akan diujikan sebagai

    berikut (Sudjana, 2005).

    H0 :

    H1 :

    H0 : variansi antar kelompok data homogen

  • 71

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    H1 : variansi antar kelompok data tidak homogen

    Keterangan:

    : variansi kelompok eksperimen

    : variansi kelompok kontrol

    Kriteria pengujian:

    Jika nilai sig (p-value) < ( ), maka H0 ditolak

    Jika nilai sig (p-value) ≥ ( ), maka H0 diterima

    Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas (kesamaan dua

    varians), analisis berikutnya adalah menganalisis data menggunakan uji kesamaan

    dua rata-rata.

    Uji Kesamaan Dua Rata-rata

    Uji kesamaan dua rata-rata skor pretest untuk mengetahui apakah terdapat

    perbedaan rata-rata data pretest secara signifikan antara kelas eksperimen dan

    kelas kontrol. Jika data skor pretest kedua kelas berdistribusi normal dan

    homogen, maka pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji-t atau

    independent sampel t-test. Jika data skor pretest kedua kelas tidak berdistribusi

    normal, maka digunakan uji Mann-Whitney U, sedangkan jika data skor pretest

    kedua kelas tidak homogen, maka pengujian hipotesis yang dilakukan uji t’.

    2) Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau

    secara Keseluruhan

    Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran model

    eliciting activities dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan

    pemecahan masalah matematis secara signifikan ditinjau berdasarkan keseluruhan

    siswa. Data yang digunakan adalah peningkatan (gain) kemampuan pemecahan

    masalah matematis siswa yang terjadi sesudah diberikan perlakuan pada masing-

    masing kelas, dihitung dengan membandingkan skor pretest dan posttest dengan

    rumus gain ternormalisasi Hake (Meltzer, 2002):

    Gain ternormalisasi (g) =

    Keterangan:

    g : indeks gain

    : skor posttest

  • 72

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    : skor pretest

    : skor maksimum

    Hasil perhitungan indeks N-gain kemudian diinterpretasikan dengan

    menggunakan kategori menurut Hake (Meltzer, 2002) pada Tabel 3.15 berikut:

    Tabel 3.15

    Perhitungan N-Gain

    N-Gain Interpreatasi

    g >0,7

    0,3

  • 73

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    siswa (tinggi, sedang, dan rendah). Adapun rumusan hipotesis ditinjau

    berdasarkan kemampuan awal matematis siswa (KAM) tinggi adalah sebagai

    berikut:

    H0 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

    memperoleh pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan

    saintifik tidak lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh

    pembelajaran langsung ditinjau berdasarkan KAM siswa tinggi

    H1 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

    memperoleh pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan

    saintifik lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran

    langsung ditinjau berdasarkan KAM siswa tinggi

    Rumusan hipotesis ditinjau berdasarkan kemampuan awal matematis siswa

    (KAM) sedang adalah sebagai berikut:

    H0 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

    memperoleh pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan

    saintifik tidak lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh

    pembelajaran langsung ditinjau berdasarkan KAM siswa sedang

    H1 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

    memperoleh pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan

    saintifik lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran

    langsung ditinjau berdasarkan KAM siswa sedang

    Rumusan hipotesis ditinjau berdasarkan kemampuan awal matematis siswa

    (KAM) rendah adalah sebagai berikut:

    H0 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

    memperoleh pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan

    saintifik tidak lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh

    pembelajaran langsung ditinjau berdasarkan KAM siswa rendah

    H1 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

    memperoleh pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan

    saintifik lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran

    langsung ditinjau berdasarkan KAM siswa rendah

  • 74

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah apabila

    data berdistribusi normal dan homogen dilakukan uji-t, apabila data berdistribusi

    normal tetapi tidak homogen maka dilakukan uji t’, apabila data tidak

    berdistribusi normal dilakukan uji non parametrik Mann-Whitney. Dengan kriteria

    Jika nilai sig (p-value) < ( ), maka H0 ditolak, sebaliknya jika nilai sig

    (p-value) ≥ ( ), maka H0 diterima.

    b. Analisis Angket Habits of Mind Siswa

    Untuk habits of mind, data skor angket habits of mind yang diperoleh

    kemudian diolah dengan mengkonversi pilihan siswa ke dalam bentuk angka.

    1) Analisis Data Pre-response dan Post-response

    Analisis data post-response angket habits of mind dilakukan untuk melihat

    peningkatan habits of mind siswa setelah dilakukan pembelajaran pada kelas

    eksperimen dan kelas kontrol. Dalam mengolah data peneliti menggunakan

    bantuan microsoft office excel dan SPSS 20 for windows. Adapun langkah-langkah

    uji statistiknya adalah sebagai berikut:

    a) Analisis Data Deskriptif

    Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil post-response, terlebih

    dahulu dilakukan perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi rata-rata,

    simpangan baku, nilai maksimal, nilai minimum. Hal ini dilakukan untuk

    mengetahui gambaran data yang akan diuji.

    b) Analisis Data Inferensial

    Pengujian hipotesis untuk data angket habits of mind dilakukan dengan uji

    dua perbedaan rerata, yaitu uji-t dikarenakan data tersebut merupakan data

    interval. Namun, sebelum dilakukan uji dua perbedaan rata-rata, dilakukan uji

    normalitas dan uji homogenitas. Jika data normal dan homogen, maka dilakukan

    uji-t. Jika data tidak normal, maka tidak perlu dilanjutkan dengan uji homogenitas

    maka selanjutnya dilakukan uji non parametrik, yaitu uji Mann-Whitney U.

    Selanjutnya jika data tidak homogen, maka dilakukan uji t’.

    2) Analisis Data Habits of Mind Ditinjau Berdasarkan Keseluruhan Siswa

    Analisis ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah ketiga, yaitu

    mengetahui apakah habits of mind antara siswa yang memperoleh pembelajaran

    model eliciting activities lebih tinggi secara signifikan daripada siswa yang

  • 75

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    memperoleh pembelajaran langsung ditinjau berdasarkan keseluruhan siswa. Data

    dianalisis dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji perbedaan

    dua rata-rata. Setelah dilakukan analisis deskriptif, langkah selanjutnya adalah

    menguji hipotesis. Hipotesisnya sebagai berikut.

    H0 : Peningkatan habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran model

    eliciting activities dengan pendekatan saintifik tidak lebih tinggi daripada

    siswa yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari keseluruhan

    siswa

    H1 : Peningkatan habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran model

    eliciting activities dengan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada siswa

    yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari keseluruhan siswa

    3) Analisis Data Habits of Mind Ditinjau Berdasarkan KAM Siswa

    Analisis ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah keempat, yaitu

    untuk mengetahui apakah habits of mind antara siswa yang memperoleh

    pembelajaran model eliciting activities lebih tinggi secara signifikan daripada

    siswa yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau berdasarkan kemampuan

    awal matematis siswa (tinggi, sedang dan rendah). Data dianalisis dengan

    menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji perbedaan dua rata-rata.

    Adapun rumusan hipotesis ditinjau berdasarkan kemampuan awal matematis

    (KAM) tinggi adalah sebagai berikut:

    H0 : Peningkatan habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran model

    eliciting activities dengan pendekatan saintifik tidak lebih tinggi daripada

    siswa yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari KAM siswa

    tinggi

    H1 : Peningkatan habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran model

    eliciting activities dengan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada

    siswa yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari KAM siswa

    tinggi

    Rumusan hipotesis ditinjau berdasarkan kemampuan awal matematis

    (KAM) sedang adalah sebagai berikut:

  • 76

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    H0 : Peningkatan habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran model

    eliciting activities dengan pendekatan saintifik tidak lebih tinggi daripada

    siswa yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari KAM siswa

    sedang

    H1 : Peningkatan habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran model

    eliciting activities dengan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada

    siswa yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari KAM siswa

    sedang

    Rumusan hipotesis ditinjau berdasarkan kemampuan awal matematis

    (KAM) rendah adalah sebagai berikut:

    H0 : Peningkatan habits of mind siswa memperoleh pembelajaran model

    eliciting activities dengan pendekatan saintifik tidak lebih tinggi daripada

    siswa yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari KAM siswa

    rendah

    H1 : Peningkatan habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran model

    eliciting activities dengan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada siswa

    yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari KAM siswa rendah

    2. Analisis Data Kualitatif

    a. Analisis Data Lembar Observasi

    Lembar observasi guru dan siswa dianalisis dengan mendeskripsikan

    aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran model eliciting activities dengan

    pendekatan saintifik yang dilakukan di kelas. Hal ini dilakukan untuk melihat

    peranan guru dalam pembelajaran sudah sesuai dengan komponen dan tahapan

    pada pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan saintifik serta

    melihat aktivitas yang ditimbulkan siswa terhadap aktivitas guru dalam

    pembelajaran tertentu.

    I. Prosedur Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap

    pelaksanaan, tahap analisis. Uraian singkat dari tahap-tahap tersebut adalah

    sebagai berikut:

  • 77

    Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    1. Tahap persiapan meliputi penyusunan proposal, seminar proposal, orientasi

    sekolah untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang ada, jumlah

    siswanya, dan cara mengajar guru matematika selam pembelajaran,

    penyusunan perangkat pembelajaran seperti rancangan pelaksanaan

    pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS), penyusunan instrumen,

    pengujian instrumen perbaikan instrumen serta penyelesaian untuk pelaksanaan

    penelitian.

    2. Tahap pelaksanaan meliputi melakukan pretest kemampuan pemecahan

    masalah matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, penerapan

    pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan saintifik pada kelas

    eksperimen dan penerapan pembelajaran langsung pada kelas kontrol,

    melakukan posttest kemampuan pemecahan masalah matematis dan pengisian

    angket habits of mind setelah pembelajaran dilaksanakan dan dilakukan

    pengumpulan data.

    3. Tahap analisis meliputi menganalisis data untuk pengujian hipotesis, membuat

    pembahasan terhadap hasil analisis data, uji hipotesis, membuat pembahasan

    terhadap hasil penelitian dan penyusunan laporan secara lengkap.

    J. Rencana Jadwal Penelitian

    Rencana penelitian dilakukan mulai bulan November 2017 sampai dengan

    Juli 2018. Jadwal rencana kegiatan penelitian dapat dilihat dari Tabel 3.16

    berikut:

    Tabel 3.16

    Jadwal Rencana Penelitian

    No Kegiatan Bulan

    Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

    1 Pembuatan Proposal

    2 Seminar Proposal

    3 Menyusun Instrumen

    4 Pelaksanaan KBM

    5 Pengumpulan Data

    6 Pengolahan Data

    7 Ujian Tahap I dan II