BAB III METODE PENELITIAN A. Desain...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. Desain...
-
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi (eksperimen semu). Pada
penelitian eksperimen semu dilakukan dengan cara membandingkan kelompok
(Emzir, 2012). Penelitian ini membandingkan dua kelas penelitian sebagai
sampel yaitu kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran model eliciting
activities dengan pendekatan saintifik dan kelas kontrol yang mendapatkan
pembelajaran langsung untuk melihat perbedaan peningkatan kemampuan
pemecahan masalah dan habits of mind siswa kelas tersebut. Pengambilan kelas
eksperimen semu ini berdasarkan kelas yang sudah terbentuk dan peneliti
menerima subjek seadanya tanpa menambah kelas baru (Ruseffendi, 2010). Hal
ini dasarkan agar penelitian tidak mengganggu jadwal belajar mengajar yang ada
di sekolah.
Penelitian ini disebut penelitian eksperimen semu karena kontrol atau
pengendalian variabel tidak bisa dilakukan secara ketat, atau secara penuh
(Sudjana dan Ibrahim, 2007). Terdapat beberapa variabel dari luar diantaranya
interaksi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, jam tambahan di luar jadwal
penelitian, keadaan fisik dan mental subjek penelitian yang mengancam validitas
internal yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti. Peneliti hanya dapat mengontrol
variabel bebas tertentu yang dapat mempengaruhi varibel terikat dengan tujuan
agar keadaan kelas eksperimen dan kelas kontrol tetap sama. Variabel tersebut
diantaranya guru, sarana dan prasarana kelas, lama pembelajaran dan materi
pelajaran..
Dengan demikian rancangan atau desian penelitian berdasarkan pada
pengambilan kelas dan diadakanya pretest dan posttest untuk melihat peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis adalah nonequivalent control group
design. Adapun desain penelitiannya sebagai berikut:
Pretest Perlakuan Posttest
Kelas eksperimen : O X O
--------------------------------------
-
49
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kelas kontrol : O O
Keterangan :
O : Pemberian tes (pretest dan posttest) kemampuan pemecahan masalah
matematis
X : Perlakuan khusus yakni pembelajaran matematika dengan model
eliciting activities
------- : Subjek tidak dikelompokkan secara acak
Untuk melihat habits of mind siswa, desain penelitiannya menggunakan
pre-post respons control design yang digunakan sebagai berikut:
Pre-response Perlakuan Post-response
Kelas eksperimen : O X O
--------------------------------------
Kelas kontrol : O O
Keterangan :
O : Pemberian angket (pre-response dan post-response) habits of mind
X : Perlakuan khusus yakni pembelajaran matematika dengan model
eliciting activities
------- : Subjek tidak dikelompokkan secara acak
Untuk menjamin bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang
sama, peneliti menunjukkan dengan analisis inferensial perhitungan nilai ulangan
harian siswa yang diperoleh sebelum pelaksanaan penelitian dari kedua kelas.
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan
awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 3.1.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian berfungsi
sebagai epistemic subjek atau informan mengenai fenomena yang diteliti (Siregar,
1998). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010).
Sugiyono (2010) memberikan pengertian bahwa populasi adalah wilayah
-
50
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan. (Riduwan, 2011) mengemukakan bahwa populasi adalah
berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP
Negeri 1 Cipeundeuy di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat yang berjumlah
288 siswa pada tahun ajaran 2017/2018. Kelas VII di SMP tersebut berjumlah
sebanyak 9 kelas. Pemilihan populasi ini didasarkan pada tahapan dari Piaget
dimana siswa SMP sudah berada pada tahap perkembangan kognitif yang berada
pada tahap peralihan dari tahap operasi konkrit ke operasi formal. Pada tahap
formal (11 atau 12 tahun ke atas) siswa sudah dapat berpikir simbolis dan bisa
memahami sesuatu secara bermakna tanpa memerlukan obyek yang konkrit,
sehingga siswa SMP kelas VII ini sudah dikenalkan dengan materi-materi yang
bersifat abstrak.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang akan di teliti. Sampel adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010). Arikunto
(2010) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau
wakil populasi yang diteliti). Riduwan (2011) menyatakan bahwa sampel adalah
bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan
diteliti. Sampel penelitian diambil berdasarkan teknik purposive sampling yaitu
perhitungan guru yang mengajar bahwa kedua kelas memiliki karakteristik
kemampuan awal yang sama, diajar oleh guru yang sama, mendapatkan sarana
dan prasarana kelas yang kelas, waktu pembelajaran yang sama dan materi
pelajaran yang juga sama sehingga kelas yang terpilih adalah kelas VII G
sebanyak 31 siswa sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran
dengan pendekatan model eliciting activities dan kelas VII H sebanyak 33 siswa
sebagai kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran langsung untuk
mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan habits of
mind siswa.
Berdasarkan observasi kelas sebelum penelitian dilakukan, kelas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki jumlah siswa yang berbeda, akan tetapi
-
51
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan kognitif siswa pada dua kelas tersebut cenderung setara karena kelas
VII di SMP Negeri 1 Cipeundeuy tidak dibagi dalam kelas unggulan dan reguler.
Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada setiap materi yang
pernah dipelajari. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika yang
mengajar di kelas ekperimen dan kelas kontrol, sebagian siswa memiliki
kemampuan rendah dalam memahami materi dan menyelesaikan masalah
matematis. Guru di sekolah menggunakan pembelajaran langsung, namun pada
saat mengajar, guru biasanya menyampaikan materi pembelajaran dan menuliskan
rumus konsep materi yang sedang dipelajari. Hal itu terjadi karena penggunaan
pembelajaran konstruktivis yang dituntut dalam kurikulum 2013 akan memakan
waktu lama jika digunakan untuk menyelesaikan seluruh materi pembelajaran dan
perlu pesiapan khusus sebelum pembelajaran dilaksanakan.
C. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini terdiri variabel bebas (independent variable),
variabel terikat (dependent variable) dan variabel kontrol. Variabel bebas adalah
variabel penyebab atau variabel perlakuan yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas
dan variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga pengaruh variabel bebas dan variabel terikat tidak dipengaruhi oleh
faktor lain (Sugiyono, 2010). Adapun variabel bebas (independent variable)
dalam penelitian ini adalah pendekatan model eliciting activities, variabel terikat
(dependent variable) yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis serta
variabel kontrol kemampuan awal matematis (KAM) siswa yang terdiri dari KAM
tinggi, sedang, rendah. Pengelompokkan siswa bedasarkan KAM diperoleh dari
hasil ulangan harian yang dilaksanakan sebelum penelitian keterkaitan antara
variabel bebas, variabel bebas dan variabel kontrol.
Dengan adanya keterkaitan yang dapat dilihat antara varibel bebas dan
variabel terikat serta variabel kontrol yang dapat diliha pada Tabel 3.1 sebagai
berikut:
-
52
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1
Keterkaitan Model Eliciting Activities, Kemampuan Pemecahan
Masalah dan Habits of Mind
Aspek KAM
Pembelajaran
Model Eliciting
Activities (E)
Pembelajaran
Langsung (L)
Kemampuan
Pemecahan Masalah
Matematis
Tinggi (T) KPMMTE KPMMTL
Sedang (S) KPMMSE KPMMSL
Rendah (R) KPMMRE KPMMRL
Keseluruhan KPMME KPMML
Habits of Mind
Tinggi (T) HOMTE HOMTL
Sedang (S) HOMSE HOMSL
Rendah (R) HOMRE HOMRL
Keseluruhan HOME HOML
Keterangan Tabel 3.1 sebagai berikut:
KPMMTE : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berkemampuan
tinggi yang mendapat pembelajaran model eliciting activities
KPMMTL : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berkemampuan
tinggi yang mendapat pembelajaran langsung
KPMME : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat
pembelajaran model eliciting activities
KPMML : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat
pembelajaran langsung
HOME : Habits of mind siswa yang mendapat pembelajaran model eliciting
activities
HOML : Habits of mind siswa yang mendapat pembelajaran langsung
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah terkait
variabel yang digunakan dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi
operasional sebagai berikut.
1. Pembelajaran model electing activities adalah pembelajaran yang menekankan
pada kemampuan untuk memahami, menjelaskan, dan mengkomunikasikan
-
53
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konsep-konsep yang terkandung dalam suatu masalah yang berkaitan dengan
dengan dunia nyata melalui tahapan pemodelan matematika. Langkah-langkah
pembelajarannya adalah guru membacakan artikel yang mengembangkan
konteks masalah siswa, siswa merespon berdasarkan artikel, guru
mengelompokkan siswa (3-4 anggota per kelompok), guru membacakan
problem statment bersama dengan siswa dan meyakinkan bahwa setiap
kelompok memahami apa yang ditanyakan, siswa membuat solusi model
matematika dan meninjau ulang solusi permasalahan, kemudian perwakilan
kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa
menyelesaikan berbagai masalah matematis non rutin dengan mengidentifikasi
masalah, merumuskan model, menentukan penyelesaian dari model dengan
menggunakan strategi yang tepat dan memberikan tafsiran terhadap hasil yang
diperoleh. Kegiatan ini sangat penting dalam pembelajaran matematika karena
prosedur pemecahan dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan
untuk menghadapi masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator pemecahan masalah yang digunakan peneliti adalah menjelaskan atau
menginterpretasi hasil sesuai permasalahan asal serta memeriksa kebeneran
hasil atau jawaban, membuat model matematika dari suatu situasi atau masalah
sehari-hari dan menyelesaikannya, memilih dan menerapkan strategi untuk
menyelesaikan masalah matematika atau di luar matematika. Indikator
pemecahan masalah matematis dalam penelitian ini adalah menyelesaikan
masalah matematis tertutup dengan konteks di dalam matematika.
3. Habits of mind adalah proses kebiasaan (pola yang dilakukan terus menerus)
dari berpikir cerdas dalam menghadapi masalah sehingga masalah tersebut
bukan menjadi masalah lagi. Kebiasaan yang digunakan peneliti adalah
ketekunan, mengelola tindakan secara cepat, mendengarkan dengan
pemahaman dan rasa empati, berpikir fleksibel, metakognisi, merefleksi
kebenaran jawaban, mempertanyakan dan menemukan permasalahan,
menerapkan situasi masa lalu pada situasi yang baru, berpikir dan
berkomunikasi dengan jelas dan cermat, mencari data dengan semua indera,
berkarya, berimajinasi dan berinovasi, menanggapi dengan kekaguman dan
-
54
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keheranan, berani mengambil resiko, dapat bekerja dan belajar dengan orang
lain dalam tim dan belajar dengan berkelanjutan.
4. Pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa sehinggga siswa mampu mengkonstruksi konsep secara aktif, hukum,
prinsip, melalui tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik menarik
kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep.
5. Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana
pada proses pembelajaran hanya terjadi transfer ilmu pengetahuan, bukan
proses pengkonstruksian pengetahuan. Konsep diberikan secara langsung oleh
guru kepada siswa dan contoh soal aplikasi konsep yang dibahas secara
langsung. Selanjutnya, guru memberikan latihan soal dan siswa mengerjakan
secara individu dan berkelompok. Terakhir, siswa diberikan soal-soal
pekerjaan rumah.
6. Kemampuan awal matematis adalah kemampuan matematika yang dimiliki
siswa sebelum pembelajaran pada penelitian ini terlaksana, dengan
memberikan tes kemampuan awal berkaitan dengan materi yang telah
dipelajari sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan diteliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dengan teknik tes dan non tes
karena jenis data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan data kualitatif.
Penjelasan lebih lanjut tentang pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Teknik Tes
Data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dikumpulkan
melalui tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang diberikan kepada
siswa yang diteliti sebelum siswa diberi perlakuan dan setelah perlakuan. Pretest
diberikan sebelum pelaksanaan pembelajaran, dan posttest diberikan setelah
proses pembelajaran dalam penelitian selesai. Tes ini dibuat untuk mengukur
sejauh mana kemampuan pemecahan masalah matematis yang telah dimiliki siswa
pada materi bangun datar segitiga setelah menerima pembelajaran model eliciting
-
55
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
activities dengan pendekatan saintifik pada kelas eksperimen dan pembelajaran
langsung pada kelas kontrol.
2. Teknik Non Tes
a. Observasi
Riduwan (2004) mengatakan observasi yaitu melakukan pengamatan
secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang
dilakukan dengan membuat catatan anekdo yaitu catatan yang bersifat penting.
Teknik observasi pada dasarnya digunakan untuk mengamati dan melihat
perubahan fenomena-fenomena sosial yang berkembang dan tumbuh yang
kemudian dilakukan perubahan terhadap penilaian tersebut sehingga mampu
membedakan antara yang diperlukan ataupun yang tidak (Margono, 2007).
Pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan saintifik yang terjadi,
diobservasi dengan menggunakan lembar pengamatan guru dan siswa. Teknik ini
bertujuan untuk mengamati kegiatan guru dan kegiatan siswa yang dihadapkan
muncul dalam pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan saintifik
setiap kali tatap muka. Data yang diperoleh digunakan untuk memperkuat hasil tes
yang diberikan.
b. Angket
Data habits of mind siswa dikumpulkan dari angket habits of mind melalui
posttest. Angket habits of mind siswa tersebut diberikan pada kelas eksperimen
yang mendapat pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan
saintifik dan kelas kontrol yang mendapat pembelajaran langsung pada akhir
penelitian. Hasil angket diberikan skor sehingga diperoleh data kuantitatif untuk
kemudian dianalisis.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data kemampuan awal
matematis (KAM) siswa pada awal sebelum diberikan perlakuan pembelajaran,
yaitu data kemampuan kognitif yang dimiliki siswa sebelum pelaksanaan
-
56
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian berlangsung di kelas tanpa dilakukan tes. Data KAM siswa diperoleh
dari nilai ulangan harian matematika siswa pada beberapa materi sebelumnya.
F. Instrumen Penelitian
Sebelum dilakukan pengumpulan data, perlu disiapkan beberapa instrumen
penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Instrumen Pembelajaran
Beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh peneliti adalah menyiapkan
instrumen pembelajaran dan bahan ajar materi bangun datar segitiga yang
didesain berdasarkan karakteristik pembelajaran model eliciting activities untuk
memudahkan dalam meningkatkan kemampuan pemecahana masalah matematis
siswa pada kelas ekperimen dan juga untuk melihat peningkatan habits of mind
siswa. Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini adalah rancangan pelaksanaan
pembelajaran (RPP) untuk 6 kali pertemuan di kelas. Sedangkan bahan ajar
dalam penelitian ini dirancang dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS). Majid
(2012) menjelaskan bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang dapat membantu
guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sebuah bahan ajar paling
tidak mencakup: (1) petunjuk belajar (petunjuk bagi guru/siswa); (2) kompetensi
yang akan dicapai; (3) informasi pendukung; (4) latihan-latihan; (5) petunjuk
kerja, dapat berupa lembar kerja (LK); dan (6) evaluasi.
Sebelum digunakan pada kelas eskperimen, perangkat pembelajaran dan
bahan ajar terlebih dahulu divalidasi oleh pakar, dalam hal ini adalah dosen
pembimbing dengan tujuan untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran
dan bahan ajar.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Berdasarkan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, diperoleh dua
jenis data intrumen pengumpulan, yaitu instrumen tes dan instrumen non tes.
a. Instrumen Tes
Instrumen dalam penelitian ini adalah tes kemampuan pemecahan masalah
matematis yang berupa soal uraian untuk mengukur kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. Tipe tes yang digunakan adalah tipe uraian yang
-
57
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
disebut juga dengan tipe subjektif, sebab skor pengerjaan seseorang dipengaruhi
oleh penilai, latar belajang penilai, kemampuan memahami penilai, kondisi penilai
dan sebagainya (Ruseffendi, 2006). Alasan peneliti memilih soal uraian yaitu agar
proses berpikir, langkah-langkah pengerjaan, ketelitian serta kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dapat diketahui.
Tes yang diberikan terdiri dari pretest dan posttest. Tujuan dari
pemberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sedangkan posttest
untuk mengetahui peningkatan dari hasil kemampuan pemecahan masalah
matematis setelah dilakukan pembelajaran. Sebelumnya, dilakukan pengujian soal
untuk mendapatkan instrumen yang teruji validitas dan reliabilitasnya. Adapun
penyusunan tersebut berdasarkan indikator-indikator kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. Lalu disusun kisi-kisi soal, dibuat kunci jawaban dan
pedoman penskorannya. Kisi-kisi kemampuan pemecahan masalah matematis
yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan
Matematis Indikator
Nomor
Soal
Pemecahan Masalah
Matematis Membuat model matematika dari suatu situasi atau
masalah sehari-hari dan menyelesaikannya 1
Menjelaskan atau menginterpretasi hasil sesuai
permasalahan asal serta memeriksa kebeneran hasil
atau jawaban
2
Memilih dan menerapkan strategi untuk
menyelesaikan masalah matematika atau di luar
matematika
3
Adapun pedoman penilaian tes kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa dalam penelitian ini mengadopsi dari Charles (1994) yaitu
penskoran holistik yang disajikan pada Tabel 3.3 berikut.
-
58
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3
Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Respon Siswa Terhadap Soal Skor
Tidak ada jawaban
0
Data yang terdapat pada soal hanya kembali disalin, tapi tidak ada
yang dilakukan dengan data tersebut atau ada pekerjaan tetapi tidak
ada pemahaman yang dijelaskan terhadap soal.
Terdapat jawaban yang salah dan tidak ada pekerjaan lain yang di-
tampilkan.
Terdapat langkah awal menunjukkan penemuan solusi dari sekedar
1
menyalin data yang merefleksikan beberapa pemahaman, namun
pendekatan yang digunakan tidak mengarah pada solusi yang tepat.
Memulai dengan strategi yang tidak tepat, tetapi tidak dikerjakan,
dan tidak ada bukti bahwa siswa beralih ke strategi lain. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa mencoba salah satu pendekatan yang salah.
Siswa menggunakan strategi yang tidak tepat dan mendapat jawaban
2
salah, tetapi pekerjaannya menunjukkan beberapa pemahaman tentang
masalah.
Menggunakan strategi yang tepat, tetapi:
a) tidak dilakukan cukup jauh untuk mencapai solusi
b) diterapkan dengan salah sehingga menyebabkan tidak ada jawaban
atau jawaban salah.
Terdapat jawaban benar, tetapi:
a) pekerjaan tersebut tidak dapat dipahami
b) tidak ada pekerjaan yang ditunjukkan.
Siswa menerapkan strategi solusi yang mengarah pada solusi yang
3
tepat, tetapi dia salah memahami bagian dari masalah atau mengabai-
kan kondisi dalam masalah.
Strategi penyelesaian yang tepat diterapkan dengan benar, tetapi:
a) siswa salah menjawab masalah tanpa alasan yang jelas
b) bagian numerik dari jawaban yang diberikan benar dan jawaban salah
c) tidak terdapat jawaban yang diberikan.
-
59
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jawaban benar, dan terdapat beberapa bukti bahwa strategi solusi
yang tepat telah dipilih. Namun, penerapan strategi tidak sepenuhnya
jelas.
Siswa membuat kesalahan dalam melaksanakan strategi solusi yang
4
tepat. Namun, kesalahan ini tidak dapat mencerminkan kesalah-
pahaman baik pada masalah atau bagaimana menerapkan strategi,
melainkan seperti kesalahan komputasi.
Strategi yang tepat dipilih dan dilaksanakan. Memberikan jawaban
yang benar dari data dalam soal.
b. Instrumen Non Tes
Instrumen non tes dalam penelitian ini terdiri atas:
1) Lembar Observasi
Penelitian ini menggunakan dua jenis lembar observasi, yaitu lembar
observasi untuk guru dan lembar observasi untuk siswa. Lembar observasi untuk
guru digunakan dengan tujuan untuk melihat peningkatan serta memastikan
tahapan dan komponen pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan
saintifik telah sesuai dengan teori. Lembar observasi siswa digunakan dengan
tujuan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran model
eliciting activities dengan pendekatan saintifik. Lembar observasi ini dijabarkan
menjadi pernyataan-penyataan yang berbentuk daftar cek yang diisi oleh observer
selama proses pembelajaran di kelas untuk melihat gambaran aktivitas siswa dan
guru, untuk melihat sejauh mana tahapan-tahapan pembelajaran model eliciting
activities diterapkan, sehingga dapat diketahui tahapan mana yang harus
diperbaiki.
2) Angket
Data habits of mind siswa dikumpulkan dari angket habits of mind melalui
posttest. Angket habits of mind diberikan di akhir pertemuan setelah diberikan
perlakuan pembelajaran model eliciting activities di kelas eksperimen, begitu pula
di kelas kontrol. Adapun aspek habits of mind siswa diteliti tersedia pada Tabel
3.4 berikut.
-
60
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4
Aspek Habits of Mind
No. Aspek Habits of Mind
1 Ketekunan
2 Mengelola tindakan cepat (berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak)
3 Mendengarkan dengan pemahaman dan rasa empati
4 Berpikir fleksibel
5 Metakognisi (kemampuan untuk mengetahui apa yang diketahui dan apa
yang tidak diketahui)
6 Merefleksi kebenaran jawaban
7 Mempertanyakan dan menemukan permasalahan
8 Menerapkan situasi masa lalu pada situasi yang baru
9 Berpikir dan berkomunikasi dengan jelas dan cermat
10 Mencari data dengan semua indera
11 Berkarya, berimajinasi dan berinovasi
12 Menanggapi dengan kekaguman dan keheranan
13 Berani mengambil resiko
14 Dapat bekerja dan belajar dengan orang lain dalam tim
15 Belajar dengan berkelanjutan
3) Dokumen Kemampuan Awal Matematis Siswa
Data kemampuan awal matematis (KAM) siswa diperleh dari nilai ulangan
harian sebanyak enam kali. Nilai tersebut digunakan untuk mengelompokkan
siswa berdasarkan kriteria pengelompokan sampel penelitian berdasarkan KAM
kategori tinggi, sedang dan rendah (Rohmat, 1998) yang tertera pada Tabel 3.5
berikut.
Tabel 3.5
Kriteria Pengelompokkan Sampel Penelitian Berdasarkan KAM
Skor Tes KAM Kategori
̅ Tinggi
-
61
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
̅ ̅ Sedang
̅ Rendah
Berdasarkan perhitungan data kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh banyaknya siswa
berdasarkan KAM siswa tinggi, sedang dan rendah serta dapat dilihat Tabel 3.6
berikut. Perhitungan lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.1.
Tabel 3.6
Kategori KAM Siswa
Kelas Kategori KAM Siswa
Total Tinggi Sedang Rendah
Eksperimen 4 23 4 31
Kontrol 6 21 6 33
Total 10 44 10 64
G. Analisis terhadap Instrumen Pengumpulan Data
1. Analisis terhadap Instrumen
Tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berupa pretes dan
posttest diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa yang telah mempelajari materi
segitiga sebelum diberikan kepada sampel saat penelitian, pengujian instrumen
dilakukan pada satu kelas IX SMP tempat penelitian dengan jumlah 38 siswa.
Hasil ujicoba tersebut kemudian dianalisis secara keseluruhan maupun per butir
soal.
a. Analisis Validitas Butir Soal
Suatu instrumen dikatakan valid, apabila dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur (ketepatan) pada kelompok tertentu (Ruseffendi, 2010). Uji
validitas yang digunakan adalah uji validitas tiap butir soal dikorelasikan dengan
skor total. Validitas instrumen diketahui dari hasil pemikiran dan hasil
pengamatan, dari hasil tersebut diperoleh validitas teoritik dan validitas empirik.
1) Validitas Teoritik
Validitas teoritik atau validitas logika adalah validitas instrumen yang
dilakukan berdasarkan logika atau teoritik (Suherman, 2003). Validitas ini akan
menunjukkan suatu instrumen valid dengan mempertimbangkan aturan atau teori
-
62
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang ada. Dalam hal ini, pertimbangan tersebut akan dilakukan seseorang yang
ahli dalam bidang tertentu, minimal orang yang berpengalaman, dalam penelitian
ini yaitu dosen pembimbing dan guru matematika tempat penelitian. Dalam proses
validitas ada dua hal yang dinilai yaitu validitas muka dan validitas isi. Validitas
muka suatu instrumen disebut pula sebagai validitas bentuk instrumen
(pertanyaan, pernyataan, suruhan) atau validitas tampilan yaitu keabsahan susunan
kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga pengertiannya tidak memunculkan
pernafsiran yang berbeda (Suherman, 2003). Beberapa aspek yang menjadi
pertimbangan validitas muka yaitu kejelasan butir tes dan segi bahasa, kejelasan
gambar, diagram dan grafik yang diberikan dalam soal.
Validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi
yang akan diukur (Sukardi, 2003). Validitas ini berkenaan dengan kesahihan
instrumen, dengan materi yang akan ditanyakan, baik menurut per butir soal
maupun secara menyeluruh (Ruseffendi, 1998). Hal yang menjadi pertimbangan
validitas isi adalah kesesuaian butir tes kemampuan pemecahan masalah
matematis dengan materi yang diberikan, kesesuaian kemampuan pemecahan
masalah matematis dengan indikator-indikator kemampuan pemecahan masalah
matematis, indikator peningkatan kompetensi dan tingkat kemampuan berpikir
siswa kelas VII.
2) Validitas Empirik
Validitas empirik berkenaan dengan tingkat ketepatan instrumen
mengukur segi yang akan diukur dibandingkan dengan hasil pengukuran dari
instrumen lain yang menjadi kriteria (Syaodih, 2011). Instrumen standar adalah
instrumen yang menjadi kriteria. Instrumen tes kemampuan pemecahan masalah
matematis diujicobakan terlebih dahulu pada satu kelas IX tempat penelitian
untuk mengetahui apakah tes yang digunakan valid atau tidak. Dengan
menggunakan Pearson Product Moment (Arikunto, 2011) sebagai berikut.
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }
Keterangan
: koefisien korelasi
X : skor siswa pada suatu butir
-
63
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Y : skor siswa pada seluruh butir
: banyaknya siswa
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t (Sudjana dan Ibrahim, 2010) dengan
rumus:
√
√
Dimana:
t : nilai
r : koefisien korelasi hasil
n : banyaknya siswa
Distribusi (Tabel t) untuk = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2)
Kaidah keputusan : Jika > berarti valid sebaliknya
Jika berarti tidak valid
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria validitas setiap item soal
(Arikunto, 2011) pada Tabel 3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7
Kriteria Validitas Soal
Besarnya r Interpretasi
0,80 < r 1,00 Sangat tinggi
0,60 < r 0,80 Tinggi
0,40 < r 0,60 Sedang
0,20 < r 0,40 Rendah
0,00 < r 0,20 Sangat rendah
Uji validitas butir soal kemampuan pemecahan masalah matematis dalam
penelitian ini menggunakan aplikasi microsoft office excel dan SPSS 20 for
windows. Hasil rekapitulasinya dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut dan
perhitungannya dapat diliha pada Lampiran 3.3.
Tabel 3.8
Data Hasil Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
Nomor Soal Koefisien
Korelasi Kriteria Kategori
1 0,88 Valid Sangat tinggi
2 0,80 Valid Sangat tinggi
3 0,75 Valid Tinggi
-
64
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari Tabel 3.8 terlihat bahwa semua butir soal valid untuk digunakan
sebagai instrumen mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis terkait
materi bangun datar segitiga.
b. Analisis Reliabilitas Butir Soal
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap
(Arikunto, 2010). Semakin tinggi nilai reliabilitas suatu instrumen berarti semakin
tinggi pula tingkat kepercayaan instrumen tersebut. Namun, instrumen yang
reliabel belum tentu valid, tetapi instrumen yang valid sebagian besar reliabel
sehingga instrumen yang baik itu (yang berupa test maupun non test) harus valid
dan reliabel. Pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Alpha Cronbach (Hendriana dan Soemarmo, 2014) dengan rumus:
(
) (
∑
∑ )
Keterangan :
: koefisien reliabilitas
: simpangan baku seluruh butir tes
: simpangan baku butir tes ke-i
k : banyak butir soal
Adapun kriteria reliabilitas tes yang digunakan pada setiap item soal
(Arikunto, 2011) dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9
Kriteria Reliabilitas Soal
Besarnya r11 Interpretasi
0,80 < r11 1,00 Sangat tinggi
0,60 < r11 0,80 Tinggi
0,40 < r11 0,60 Sedang
0,20 < r11 0,40 Rendah
0,00 < r11 0,20 Sangat rendah
Berdasarkan Tabel 3.9 diperoleh koefisien relaibilitas data hasil siswa
adalah 0,76 yang berarti soal kemampuan pemecahan masalah matematis
dinyatakan reliabel dengan kriteria tinggi. Hasil perhitungan selengkapnya dengan
-
65
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bantuan aplikasi microsoft office excel dan SPSS 20 for windows dapat di lihat
pada Lampiran 3.3.
c. Analisis Indek Kesukaran Butir Soal
Pengujian terhadap indeks kesukaran butir soal dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh mana kesukaran suatu tes. Dengan demikian uji indeks
kesukaran maka dapat diketahui apakah soal tersebut termasuk kategori sulit,
sedang atau mudah. Untuk mengetahui indeks kesukaran dapat digunakan rumus
(Hendriana dan Soemarmo, 2014) yaitu:
IK =
Keterangan : IK : indeks kesukaran
SA : jumlah skor siswa dari kelompok atas
SB : jumlah skor siswa dari kelompok bawah
JA : jumlah skor ideal kelompok atas
Indeks kesukaran butir tes diklasifikasikan (Hendriana dan Soemarmo,
2014) sesuai dengan kriteria pada Tabel 3.10 berikut ini:
Tabel 3.10
Kriteria Indeks Kesukaran Soal
Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi IK
0,00 < IK 0,20 Sangat tinggi
0,20 < IK 0,40 Tinggi
0,40 < IK 0,60 Sedang
0,60 < IK 0,80 Rendah
0,80 < IK 1,00 Sangat rendah
Adapun hasil perhitungan indeks kesukaran dengan bantuan microsoft
office excel dan SPSS 20 for windows dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut.
Rekapitulasi dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3.3.
Tabel 3.11
Data Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal
Nomor Soal Indeks Kesukaran Kategori
1 0,59 Sedang
2 0,55 Sedang
3 0,45 Sedang
Berdasarkan Tabel 3.11 dapat dilihat bahwa indeks kesukaran soal
kemampuan pemecahan masalah matematis semua soal berkriteria sedang.
Dengan demikian, soal kemampuan pemecahan masalah matematis yang telah
diujicoba telah sesuai untuk dijadikan instrumen pada penelitian ini.
-
66
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Analisis Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat
membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan
siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Uji daya beda
dilakukan untuk mengetahui perbedaan kelompok tinggi dengan kelompok rendah
pada setiap butir soal. Suatu butir soal dikatakan memiliki daya beda (DB) yang
baik artinya butir soal tersebut dapat membedakan kualitas jawaban antara siswa
sudah paham dan yang belum paham tentang tugas dalam butir soal tes yang
bersangkutan (Hendriana dan Soemarmo, 2014). Menentukkan daya beda soal
dengan rumus:
DB =
Keterangan:
DB : daya beda
Sa : jumlah skor siswa dari kelompok atas
Sb : jumlah skor siswa dari kelompok bawah
JA : jumlah skor ideal kelompok atas
Lebih lanjut, kriteria yang digunakan untuk menguji daya beda dapat dilihat
pada Tabel 3.12 sebagai berikut:
Tabel 3.12
Kriteria Daya Beda Soal
Daya Beda (DB) Interpretasi DB
0,70 DB < 1,00 Sangat baik 0,40 DB < 0,60 Baik 0,20 DB < 0,40 Cukup 0,00 DB < 0,20 Jelek
Adapun hasil perhitungan daya beda soal dapat dilihat pada Tabel 3.13
berikut. Rekapitulasi dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3.3.
Tabel 3.13
Data Hasil Perhitungan Daya Beda Soal
Nomor
Soal
Indeks
Kesukaran Kategori
1 0,63 Baik
2 0,44 Baik
3 0,41 Baik
Berdasarkan Tabel 3.13 dapat dilihat bahwa daya beda soal kemampuan
pemecahan masalah matematis semua soal berkategori baik. Dengan demikian,
soal kemampuan pemecahan masalah matematis yang telah diujicobakan telah
sesuai untuk digunakan di dalam penelitian ini.
-
67
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Analisis Instrumen Non Tes
a. Analisis Lembar Observasi
Lembar observasi siswa dan guru dalam pembelajaran model eliciting
activities sebelum diujikan kepada sampel penelitian, divalidasi terlebih dahulu
oleh validator. Kegiatan validasi muka dan isi, dilakukan oleh para ahli, dalam hal
ini yang menjadi validator yaitu dosen pembimbing.
b. Analisis Angket Habits of Mind
Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui
habits of mind siswa adalah angket habits of mind. Terdapat 15 pernyataan di
dalam skala ini, 13 diantaranya pernyataan positif dan 12 pernyataan lainya
negatif. Pernyataan positif dan negatif tersebut bertujuan untuk mendorong siswa
agar serius dalam membaca pernyataan-pernyataan yang diberikan, sehingga
respon yang diberikan lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Jawaban-jawaban yang disediakan terdiri dari empat pilihan yang akan
dipilih siswa yaitu sangat sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan
sangat tidak setuju (STS). Ketiadaan jawaban netral (N) disebabkan sebagai
alasan agar siswa lebih tegas dalam memberikan respon positif atau negatif.
Respon positif siswa terhadap pernyataan diberikan skor SS = 4, S = 3, TS = 2
dan STS = 1, sedangkan pemberian skor terhadap respon negatif adalah SS = 1, S
= 2, TS = 3 dan STS = 4. Sebelum diberikan kepada sampel, angket in
diujicobakan terlebih dahulu kepada kelas IX sebanyak 32 siswa yang sebelumnya
dilakukan validasi muka oleh dosen pembimbing. Sugiyono (2010) menyatakan
bahwa data yang diperoleh dari pengukuran sikap dengan skala sikap yaitu
berbentuk interval. Hal ini didukung oleh Ruseffendi (1998) yang
mengungkapkan bahwa data skala sikap dapat dianalisis layaknya data interval,
sehingga data dari angket habits of mind ini dapat diolah oleh peneliti. Setelah
diujicobakan pada siswa, hasil angket kemudian dihitung dengan menggunakan
rumus korelasi product moment Pearson untuk mengetahui validitasnya.
Untuk melihat valid atau tidaknya hasil angket, menggunakan statistik t
yaitu membandingkan thitung dengan ttabel dengan mengambil taraf signifikansi
dan derajat kebebasan (dk = n-2) menggunakan rumus di bawah ini:
-
68
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
√
√
Jika thitung > ttabel maka soal tersebut valid dan sebaliknya,
Jika thitung ttabel maka soal tersebut tidak valid
Hasil perhitungan validitas item pernyataan angket habits of mind dengan
bantuan aplikasi microsoft excel dan SPSS 20 for Windows dan dapat dilihat pada
Tabel 3.14 berikut ini dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
3.5.
Tabel 3.14
Hasil Uji Validitas Item Pernyataan Habits of Mind Siswa
Nomor
Soal
Koefisien
Korelasi Kriteria Kategori
1 0,53 Valid Sedang
2 0,70 Valid Sedang
3 0,67 Valid Sedang
4 0,58 Valid Sedang
5 0,57 Valid Sedang
6 0,67 Valid Sedang
7 0,65 Valid Sedang
8 0,51 Valid Sedang
9 0,66 Valid Sedang
10 0,62 Valid Sedang
11 0,69 Valid Sedang
12 0,70 Valid Sedang
13 0,59 Valid Sedang
14 0,53 Valid Sedang
15 0,57 Valid Sedang
Berdasarkan Tabel 3.8 terlihat bahwa semua pernyataan pada angket habits
of mind berarti valid dan berkategori sedang, sehingga semua butir pernyataan
dapat digunakan pada penelitian ini. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 3.5.
Selanjutnya, nilai reliabilitas tes angket habits of mind siswa adalah 0,88
menggunakan rumus Alpha-Cronbach dengan bantuan microsoft office excel dan
-
69
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SPSS 20 for windows yang berarti termasuk kriteria sangat tinggi. Perhitungan
reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.5.
H. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan data kuantitatif dari tes
dan data kuantitatif dari non tes. Analisis data kuantitatif berupa hasil kemampuan
pemecahan masalah matematis dan hasil angket habits of mind siswa (posttest),
N-gain.
1. Analisis Data Kuantitatif
a. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
1) Analisis Data Pretest dan Posttest
Analisis data pretest dan posttest dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebelum dan
sesudah pembelajaran di kelas eskperimen dan di kelas kontrol. Peneliti
menggunakan bantuan microsoft office excel dan SPSS 20 for windows untuk
mengolah data diperoleh. Beberapa analisis statistiknya adalah sebagai berikut:
a) Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistika deskriptif adalah analisis tahap awal dari hasil penelitian
menggunakan data pretest dan posttest, untuk menggambarkan keadaan sampel
dalam bentuk rata-rata, media, modus, standar deviasi, varians, nilai maksimum,
nilai minimum, persentase dari masing-masing kelompok data. Untuk lebih jelas
dalam membandingkan data juga dapat disajikan dalam bentuk diagram batang.
b) Analisis Statistik Inferensial
Dalam penelitian ini, analisis statistik inferensial digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik
inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu terhadap
data kemampuan awal matematis siswa. Untuk menguji data kemampuan awal
dan menguji hipotesis dilakukan tahapan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji
-
70
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesamaan rata-rata (pretest) atau uji perbedaan dua rata-rata (posttest). Analisis
data tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS 20 for
windows.
Uji Normalitas
Uji normalitas adalah langkah awal dalam menganalisis data secara
spesifik. uji ini dilakukan terhadap data pretest dan posttest, pada masing-masing
kelompok data baik secara keseluruhan atau pun berdasarkan KAM. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi
normal atau tidak. Pengujian normalitas untuk distribusi skor tes awal (pretest)
dan skor tes akhir (posttest) dilakukan dengan menggunakan uji Shaphiro Wilk
dengan taraf signifikan 5% atau = 0,05. Uji statistik Shapiro Wilk merupakan uji
normalitas yang paling kuat dan sampel yang akan dianalisis kurang dari 50
(Razali dan Wah, 2011). Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut.:
H0 : Sampel berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian:
Jika nilai sig (p-value) < ( ), maka H0 ditolak
Jika nilai sig (p-value) ≥ ( ), maka H0 diterima
Jika ada tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis dapat dilakukan
dengan pengujian nonparametrik yaitu Mann-Whitney dan uji homogenitas tidak
perlu dilakukan. Sebaliknya jika data normal, maka dilanjutkan dengan uji
homogenitas.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk menyelidiki variansi kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan
terhadap data pretest dan posttest secara berpasangan antara kelompok
eksperimen dan kontrol keseluruhan maupun berdasarkan KAM. Pengujian
homogenitas dilakukan dengan uji Levene. Hipotesis yang akan diujikan sebagai
berikut (Sudjana, 2005).
H0 :
H1 :
H0 : variansi antar kelompok data homogen
-
71
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H1 : variansi antar kelompok data tidak homogen
Keterangan:
: variansi kelompok eksperimen
: variansi kelompok kontrol
Kriteria pengujian:
Jika nilai sig (p-value) < ( ), maka H0 ditolak
Jika nilai sig (p-value) ≥ ( ), maka H0 diterima
Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas (kesamaan dua
varians), analisis berikutnya adalah menganalisis data menggunakan uji kesamaan
dua rata-rata.
Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata skor pretest untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan rata-rata data pretest secara signifikan antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Jika data skor pretest kedua kelas berdistribusi normal dan
homogen, maka pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji-t atau
independent sampel t-test. Jika data skor pretest kedua kelas tidak berdistribusi
normal, maka digunakan uji Mann-Whitney U, sedangkan jika data skor pretest
kedua kelas tidak homogen, maka pengujian hipotesis yang dilakukan uji t’.
2) Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau
secara Keseluruhan
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran model
eliciting activities dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis secara signifikan ditinjau berdasarkan keseluruhan
siswa. Data yang digunakan adalah peningkatan (gain) kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang terjadi sesudah diberikan perlakuan pada masing-
masing kelas, dihitung dengan membandingkan skor pretest dan posttest dengan
rumus gain ternormalisasi Hake (Meltzer, 2002):
Gain ternormalisasi (g) =
Keterangan:
g : indeks gain
: skor posttest
-
72
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
: skor pretest
: skor maksimum
Hasil perhitungan indeks N-gain kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakan kategori menurut Hake (Meltzer, 2002) pada Tabel 3.15 berikut:
Tabel 3.15
Perhitungan N-Gain
N-Gain Interpreatasi
g >0,7
0,3
-
73
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa (tinggi, sedang, dan rendah). Adapun rumusan hipotesis ditinjau
berdasarkan kemampuan awal matematis siswa (KAM) tinggi adalah sebagai
berikut:
H0 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan
saintifik tidak lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran langsung ditinjau berdasarkan KAM siswa tinggi
H1 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan
saintifik lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
langsung ditinjau berdasarkan KAM siswa tinggi
Rumusan hipotesis ditinjau berdasarkan kemampuan awal matematis siswa
(KAM) sedang adalah sebagai berikut:
H0 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan
saintifik tidak lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran langsung ditinjau berdasarkan KAM siswa sedang
H1 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan
saintifik lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
langsung ditinjau berdasarkan KAM siswa sedang
Rumusan hipotesis ditinjau berdasarkan kemampuan awal matematis siswa
(KAM) rendah adalah sebagai berikut:
H0 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan
saintifik tidak lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran langsung ditinjau berdasarkan KAM siswa rendah
H1 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan
saintifik lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
langsung ditinjau berdasarkan KAM siswa rendah
-
74
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah apabila
data berdistribusi normal dan homogen dilakukan uji-t, apabila data berdistribusi
normal tetapi tidak homogen maka dilakukan uji t’, apabila data tidak
berdistribusi normal dilakukan uji non parametrik Mann-Whitney. Dengan kriteria
Jika nilai sig (p-value) < ( ), maka H0 ditolak, sebaliknya jika nilai sig
(p-value) ≥ ( ), maka H0 diterima.
b. Analisis Angket Habits of Mind Siswa
Untuk habits of mind, data skor angket habits of mind yang diperoleh
kemudian diolah dengan mengkonversi pilihan siswa ke dalam bentuk angka.
1) Analisis Data Pre-response dan Post-response
Analisis data post-response angket habits of mind dilakukan untuk melihat
peningkatan habits of mind siswa setelah dilakukan pembelajaran pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Dalam mengolah data peneliti menggunakan
bantuan microsoft office excel dan SPSS 20 for windows. Adapun langkah-langkah
uji statistiknya adalah sebagai berikut:
a) Analisis Data Deskriptif
Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil post-response, terlebih
dahulu dilakukan perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi rata-rata,
simpangan baku, nilai maksimal, nilai minimum. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui gambaran data yang akan diuji.
b) Analisis Data Inferensial
Pengujian hipotesis untuk data angket habits of mind dilakukan dengan uji
dua perbedaan rerata, yaitu uji-t dikarenakan data tersebut merupakan data
interval. Namun, sebelum dilakukan uji dua perbedaan rata-rata, dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas. Jika data normal dan homogen, maka dilakukan
uji-t. Jika data tidak normal, maka tidak perlu dilanjutkan dengan uji homogenitas
maka selanjutnya dilakukan uji non parametrik, yaitu uji Mann-Whitney U.
Selanjutnya jika data tidak homogen, maka dilakukan uji t’.
2) Analisis Data Habits of Mind Ditinjau Berdasarkan Keseluruhan Siswa
Analisis ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah ketiga, yaitu
mengetahui apakah habits of mind antara siswa yang memperoleh pembelajaran
model eliciting activities lebih tinggi secara signifikan daripada siswa yang
-
75
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memperoleh pembelajaran langsung ditinjau berdasarkan keseluruhan siswa. Data
dianalisis dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji perbedaan
dua rata-rata. Setelah dilakukan analisis deskriptif, langkah selanjutnya adalah
menguji hipotesis. Hipotesisnya sebagai berikut.
H0 : Peningkatan habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran model
eliciting activities dengan pendekatan saintifik tidak lebih tinggi daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari keseluruhan
siswa
H1 : Peningkatan habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran model
eliciting activities dengan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari keseluruhan siswa
3) Analisis Data Habits of Mind Ditinjau Berdasarkan KAM Siswa
Analisis ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah keempat, yaitu
untuk mengetahui apakah habits of mind antara siswa yang memperoleh
pembelajaran model eliciting activities lebih tinggi secara signifikan daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau berdasarkan kemampuan
awal matematis siswa (tinggi, sedang dan rendah). Data dianalisis dengan
menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji perbedaan dua rata-rata.
Adapun rumusan hipotesis ditinjau berdasarkan kemampuan awal matematis
(KAM) tinggi adalah sebagai berikut:
H0 : Peningkatan habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran model
eliciting activities dengan pendekatan saintifik tidak lebih tinggi daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari KAM siswa
tinggi
H1 : Peningkatan habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran model
eliciting activities dengan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari KAM siswa
tinggi
Rumusan hipotesis ditinjau berdasarkan kemampuan awal matematis
(KAM) sedang adalah sebagai berikut:
-
76
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H0 : Peningkatan habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran model
eliciting activities dengan pendekatan saintifik tidak lebih tinggi daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari KAM siswa
sedang
H1 : Peningkatan habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran model
eliciting activities dengan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari KAM siswa
sedang
Rumusan hipotesis ditinjau berdasarkan kemampuan awal matematis
(KAM) rendah adalah sebagai berikut:
H0 : Peningkatan habits of mind siswa memperoleh pembelajaran model
eliciting activities dengan pendekatan saintifik tidak lebih tinggi daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari KAM siswa
rendah
H1 : Peningkatan habits of mind siswa yang memperoleh pembelajaran model
eliciting activities dengan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran langsung ditinjau dari KAM siswa rendah
2. Analisis Data Kualitatif
a. Analisis Data Lembar Observasi
Lembar observasi guru dan siswa dianalisis dengan mendeskripsikan
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran model eliciting activities dengan
pendekatan saintifik yang dilakukan di kelas. Hal ini dilakukan untuk melihat
peranan guru dalam pembelajaran sudah sesuai dengan komponen dan tahapan
pada pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan saintifik serta
melihat aktivitas yang ditimbulkan siswa terhadap aktivitas guru dalam
pembelajaran tertentu.
I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap analisis. Uraian singkat dari tahap-tahap tersebut adalah
sebagai berikut:
-
77
Dewi Ratna Ningsih, 2018 PENERAPAN MODEL ELICTING ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Tahap persiapan meliputi penyusunan proposal, seminar proposal, orientasi
sekolah untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang ada, jumlah
siswanya, dan cara mengajar guru matematika selam pembelajaran,
penyusunan perangkat pembelajaran seperti rancangan pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS), penyusunan instrumen,
pengujian instrumen perbaikan instrumen serta penyelesaian untuk pelaksanaan
penelitian.
2. Tahap pelaksanaan meliputi melakukan pretest kemampuan pemecahan
masalah matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, penerapan
pembelajaran model eliciting activities dengan pendekatan saintifik pada kelas
eksperimen dan penerapan pembelajaran langsung pada kelas kontrol,
melakukan posttest kemampuan pemecahan masalah matematis dan pengisian
angket habits of mind setelah pembelajaran dilaksanakan dan dilakukan
pengumpulan data.
3. Tahap analisis meliputi menganalisis data untuk pengujian hipotesis, membuat
pembahasan terhadap hasil analisis data, uji hipotesis, membuat pembahasan
terhadap hasil penelitian dan penyusunan laporan secara lengkap.
J. Rencana Jadwal Penelitian
Rencana penelitian dilakukan mulai bulan November 2017 sampai dengan
Juli 2018. Jadwal rencana kegiatan penelitian dapat dilihat dari Tabel 3.16
berikut:
Tabel 3.16
Jadwal Rencana Penelitian
No Kegiatan Bulan
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 Pembuatan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Menyusun Instrumen
4 Pelaksanaan KBM
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan Data
7 Ujian Tahap I dan II