BAB III METODE PENELITIAN A. -...

14
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu ciri, sifat atau ukuran tentang suatu konsep pengertian tertentu sebagai titik perhatian dari suatu penelitian. Dengan demikian variabel dapat berbentuk benda atau kejadian yang dapat diamati dan diukur. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu: 1. Variabel Bebas “Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat” (Sugiyono, 2008:61). Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas adalah Permainan Tongue Twister. Tongue twister adalah sebuah kata, frase, maupun kalimat yang sulit untuk diucapkan secara berturut-turut yang dikemas dengan pengulangan suara yang sama maupun pengulangan bunyi konsonan yang sama.” (Vas, 2006: 1). Permainan tongue twister ini dapat membantu anak tunarungu dalam mempraktikkan bunyi-bunyi tertentu yang menjadi pembelajaran artikulasi. Tongue twister tidak hanya mengulangi bunyi yang sama dalam kalimat maupun pembelajaran artikulasi saja, tetapi juga merupakan alat yang efektif untuk mengajar di kelas. 2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2011:61). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah pembelajaran wicara konsonan frikatif (s), yang dimaksud frikatif adalah sebuah istilah lingusitik, ini merupakan sejenis fonem tertentu. Frikatif dalam bahasa Indonesia adalah 'bunyi desah'. Daftar frikatif dalam fonologi bahasa Indonesia: /f/,/v/, /s/, /z/, /sy/, /kh/, /gh/.

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. -...

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3912/6/S_PLB_0900054_Chapter3.pdf · 25 Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui

Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu ciri, sifat atau ukuran tentang

suatu konsep pengertian tertentu sebagai titik perhatian dari suatu

penelitian. Dengan demikian variabel dapat berbentuk benda atau kejadian

yang dapat diamati dan diukur. Pada penelitian ini terdapat dua variabel

yaitu:

1. Variabel Bebas

“Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat”

(Sugiyono, 2008:61). Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas

adalah Permainan Tongue Twister. Tongue twister adalah sebuah kata,

frase, maupun kalimat yang sulit untuk diucapkan secara berturut-turut

yang dikemas dengan pengulangan suara yang sama maupun

pengulangan bunyi konsonan yang sama.” (Vas, 2006: 1).

Permainan tongue twister ini dapat membantu anak tunarungu

dalam mempraktikkan bunyi-bunyi tertentu yang menjadi

pembelajaran artikulasi. Tongue twister tidak hanya mengulangi bunyi

yang sama dalam kalimat maupun pembelajaran artikulasi saja, tetapi

juga merupakan alat yang efektif untuk mengajar di kelas.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah “variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2011:61).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah

pembelajaran wicara konsonan frikatif (s), yang dimaksud frikatif

adalah sebuah istilah lingusitik, ini merupakan sejenis fonem tertentu.

Frikatif dalam bahasa Indonesia adalah 'bunyi desah'. Daftar frikatif

dalam fonologi bahasa Indonesia: /f/,/v/, /s/, /z/, /sy/, /kh/, /gh/.

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3912/6/S_PLB_0900054_Chapter3.pdf · 25 Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui

25

Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Edja (2005:145), dasar pengucapan fonem /s/: ujung lidah

dan lengkung kaki gigi bawah. Dengan cara pembentukannya:

a. Ujung lidah menekan lengkung pada gigi bawah, pinggir lidah

mengenai geraham udara ke luar melalui saluran yang terbentuk

sepanjang bagian tengah lidah, sehingga menimbulkan suara geser,

tetapi tidak bersuara, karena pita suara tidak bergetar.

b. Posisi gigi, gigi bawah dan atas hampir terhimpit, tetapi juga tidak

saling menekan, posisi menyempit, ujung atau sudut bibir saling

menekan.

Kemampuan pengucapan konsonan Frikatif (s) anak tunarungu

dapat dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan ketika sebelum

diberikan intervensi dengan sesudah diberikan intervensi.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini digunakan

metode penelitian eksperimen, “Metode penelitian eksperimen adalah

metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan” (Sugiyono,

2011:14). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

eksperimen dengan menggunakan rancangan Single Subject Research

(SSR) yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh suatu perlakuan yang diberikan pada satu subyek. Pada

penelitian ini, peneliti bermaksud memperoleh data mengenai pengaruh

penggunaan permainan tongue twister terhadap pembentukan konsonan

frikatif (s) pada siswa tunarungu kelas 7.

Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa Single Subject Research

(SSR) merupakan bagian yang integral dari analisis tingkah laku. SSR

mengacu pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk

mendokumentasikan perubahan tingkah laku subjek secara perseorangan.

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3912/6/S_PLB_0900054_Chapter3.pdf · 25 Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui

26

Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini memungkinkan untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara

perlakuan dari perubahan tingkah laku.

1. Desain Penelitian

Pola desain eksperimen subjek tunggal yang digunakan dalam

penelitian ini adalah desain A-B-A yang terdiri dari tiga tahapan

kondisi, yaitu:

a. A-1 adalah lambang dari data garis datar (baseline dasar).

Baseline merupakan suatu kondisi awal kemampuan subjek dalam

pengucapan konsonan frikatif (s) sebelum diberikan perlakuan

atau intervensi. Pada kondisi ini, untuk mengetahui kemampuan

pengucapan konsonan frikatif (s) anak tunarungu sebelum

dilakukan intervensi adalah memberikan tes pengucapan kata

dengan memberikan karangan cerita yang terdapat konsonan /s/ di

awal, di tengah, dan di akhir. Kemudian dihitung skor yang

dimiliki anak, data skor selanjutnya dimasukkan ke dalam

pencatatan data.

b. B (intervensi) adalah untuk data perlakuan atau intervensi, kondisi

kemampuan subjek dalam pengucapan konsonan Frikatif (s)

dengan permasalahan pembentukan selama intervensi. Pada tahap

ini subjek diberikan perlakuan secara berulang-ulang dengan

menggunakan permainan tongue twister. Anak diberikan delapan

kalimat tongue twister yang harus dibacakan secara cepat. Jika

terdapat kesalahan dalam pengucapannya, berikan latihan

meraban untuk mengajarkan cara pengucapan konsonan /s/

dengan benar.

c. A-2 (baseline 2) merupakan pengulangan kondisi baseline 1

sebagai evaluasi apakah intervensi yang diberikan berpengaruh

pada subjek atau tidak. Hasil evaluasi dapat menunjukkan apakah

intervensi yang diberikan membuat pengaruh positif pada subjek

dengan membandingkan kondisi subjek pada baseline-1 dan

baseline-2. Pelaksanaannya anak diintruksikan untuk

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3912/6/S_PLB_0900054_Chapter3.pdf · 25 Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui

27

Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membacakan karangan cerita sederhana yang terdapat konsonan

/s/ di awal, di tengah, dan di akhir seperti pada baseline 1 (A-1).

Desain A-B-A ini dipilih karena dapat menunjukkan apakah

terdapat hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas.

Adapun secara visual desain A-B-A digambarkan sebagai berikut:

Grafik 3.1. Desain A-B-A

2. Prosedur Penelitian

a. Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan penelitian Pembelajaran Wicara

Konsonan Frikatif (s) Melalui Permainan Tongue Twister Pada

Siswa Tunarungu dengan desain A-B-A memiliki tiga tahapan

sebagai berikut:

1) Baseline-1 (A-1)

Pada tahap ini pengukuran kemampuan dilakukan secara

berulang untuk memperoleh baseline sebagai landasan

pembanding keefektifan. Masing-masing sesi dilakukan pada

hari yang berbeda dan tanpa melalui permainan tongue twister

dalam periode waktu selama 15 menit. Dengan penjabaran

sebagai berikut:

a) Lakukan percakapan terlebih dahulu sebelum memulai sesi

baseline.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9

A-1 B A-2

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3912/6/S_PLB_0900054_Chapter3.pdf · 25 Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui

28

Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) Dalam mengukur kemampuan artikulasi anak tunarungu

dengan gangguan kesulitan pengucapan, dilakukan dengan

memberikan beberapa kalimat dalam bentuk karangan

cerita sederhana yang terdapat beberapa kata yang ada pada

butir-butir soal yang telah disediakan sebagai awal tes

untuk memperhatikan sejauh mana gangguan subtitusi

terjadi.

c) Dalam mengukur kemampuan anak dalam pengucapan

konsonan frikatif (s), dilakukan dengan menghitung

presentase kata yang diucapkan anak.

Pada fase ini pengukuran dilakukan dengan memberikan tes

lisan yang dilakukan dengan cara, peneliti memberikan kalimat

konsonan (s), kemudian peneliti meminta anak membaca

kalimat sesuai dengan yang diberikan peneliti.

2) Intervensi (B)

Intervensi kemampuan pengucapan konsonan frikatif (s)

dilakukan secara berulang dan berlangsung selama 30 menit

untuk setiap sesinya. Intervensi dilakukan dengan

menggunakan permainan tongue twister. Perlakuan yang

diberikan kepada peserta didik, sebagai berikut:

a) Mengondisikan subjek di dalam ruangan khusus, dimana

tidak ada orang lain selain subjek dan peneliti. Hal ini

untuk menghindari kesulitan kosentrasi dan kebisingan

suara.

b) Subjek dibimbing untuk mengikuti tahap demi tahap

permainan tongue twister.

c) Subjek diminta mengerjakan setiap perintah yang

disampaikan oleh peneliti.

d) Dilakukan evaluasi pada setiap sesi yang telah dilakukan.

e) Setiap tahap dan butir soal yang dilalui mendapat ceklis dan

nilai pada lembar soal yang telah dipersiapkan.

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3912/6/S_PLB_0900054_Chapter3.pdf · 25 Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui

29

Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Baseline-2 (A-2)

Pada tahap pengukuran ini kemampuan berbicara dilakukan

secara berulang. Dimana pada setiap masing-masing sesi

dilakukan pada hari yang berbeda, tanpa penggunaan

permainan tongue twister dalam periode waktu selama 30

menit. Dengan penjabaran sebagai berikut:

a) Lakukan percakapan terlebih dahulu sebelum memulai

sesi baseline. (Sebagaimana yang dilakukan pada tahap A-

1).

b) Melakukan pengukuran ulang kemampuan anak dalam

pengucapan konsonan frikatif (s), dengan menggunakan

butir soal yang sama pada saat dilakukan tes sebelumnya.

c) Dalam mengukur kemampuan anak dalam pengucapan

konsonan frikatif (s) dilakukan dengan menghitung

presentase kata yang diucapkan anak.

Pada fase ini pengukuran dilakukan dengan memberikan tes

lisan yang dilakukan dengan cara, peneliti memberikan

karangan cerita sederhana yang mengandung kalimat konsonan

(s), kemudian peneliti memina anak membaca kalimat sesuai

dengan yang diberikan peneliti (sebagaimana yang dilakukan

pada tahap A-1).

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti merupakan subjek tunggal, sesuai dengan

metode penelitian yang digunakan, yaitu penelitian subjek tunggal.

Adapun identitas anak tersebut adalah sebagai berikut:

Nama : MJD

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 24 Mei 1997

Agama : Islam

Kebutuhan : Tunarungu

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3912/6/S_PLB_0900054_Chapter3.pdf · 25 Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui

30

Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jenis Kelamin : Perempuan

Kelas : VII SMPLB Negeri Cicendo

Alamat : Jl. Kebon Bibit

Pemilihan subjek dalam penelitian ini berdasarkan rekomendasi

pihak sekolah yang ditunjang dengan hasil pengamatan selama

observasi.

2. Karakteristik Anak

Dari hasil pengamatan peneliti selama studi pendahuluan, kelebihan

yang ada pada sujek yaitu lancar dalam berkomunikasi secara lisan. MJ

jarang menggunakan bahasa isyarat ketika berkomunikasi dengan guru

maupun orang baru yang bukan tunarungu. Namun masih terdapat

kesalahan dalam pengucapan fonem /s/ dalam berkomunikasi secara

lisan. Sehingga lawan bicara terkadang bingung dalam memahami apa

yang sedang MJ katakan. Dengan kondisi yang seperti itu, diharapkan

dapat meningkatkan kemampuan pengucapan konsonan /s/ pada anak

ini dengan cara pemberian intervensi.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri Cicendo

Bandung, yang beralamat di Jl. Cicendo No. 2. Kegiatan penelitian

yang dilakukan berlangsung pada saat diluar jam pelajaran dengan

meminta izin terlebih dahulu kepada wali kelas. Kegiatan ini

dilaksanakan di sebuah ruangan khusus yang terpisah dari ruang kelas.

Hal ini dilakukan agar subjek dapat lebih kosentrasi dalam

mengerjakan tes dan melakukan kegiatan sesuai dengan yang

diinstuksikan peneliti.

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka

harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya

dinamakan instrumen penelitian.

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3912/6/S_PLB_0900054_Chapter3.pdf · 25 Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui

31

Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen penelitian adalah berupa tes yang bersifat mengukur,

karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternatif

jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar-salah

maupun skala jawaban. Instrumen yang berisi jawaban skala,

berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk

skala deskriptif ataupun skala garis. (Sukmadinata, 2010:230)

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan selama

menyusun intrumen penelitian.

a. Membuat Kisi-kisi.

Kisi-kisi dalam penelitian ini sebagai dasar pengembangan

intrumen dan disesuaikan dengan kemampuan awal anak.

b. Penyusunan Instrumen

Penyusunan insrumen menjadi pegangan peneliti untuk terjun

ke lapangan. Penyusunan instrumen disesuaikan dengan kisi-kisi

yaitu berdasarkan pada kemampuan awal anak. Adapun instrumen

tes yang diberikan adalah tes megucapkan kata. Tes ini berfungsi

untuk mengukur kemampuan dalam mengucapkan kata sesuai yang

terdapat dalam kartu. Dalam tes ini subjek diberikan instruksi

untuk melakukan kegiatan mengucapkan sebanyak delapan kalimat

tongue twister yang di dalamnya terdapat sepuluh kata konsonan

/s/ di awal, sepuluh kata konsonan /s/ di tengah, dan sepuluh kata

konsonan /s/ di akhir. Setelah tes dilakukan, selanjutnya hasil

tersebut dihitung.

c. Penyusunan Program Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (s)

Penyusunan program pembelajaran wicara ini bertujuan untuk

panduan dalam pembelajaran artikulasi sebagai bentuk intervensi

pada siswa tunarungu.

d. Uji Validitas

Sebelum instrumen penelitian digunakan, maka peneliti perlu

mengetahui layak tidaknya intrumen yang akan dijadikan sebagai

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3912/6/S_PLB_0900054_Chapter3.pdf · 25 Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui

32

Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

alat tes. Instrumen penelitian dikatakan layak digunakan sebagai

alat tes apabila memenuhi kriteria, yakni instrumen harus valid.

Melalui proses judgement kelayakan alat pengumpul data dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Skor validitas diolah dengan menggunakan rumus:

P = F/N x 100%

Keterangan : P = Presentase

F = Jumlah cocok

N = Jumlah penilai ahli

Setelah tahap judgement dilaksanakan, intrumen tes diberikan

kepada subjek yang lain dan dilakukan sebelum eksperimen

sesungguhnya dimulai, hal ini dilkaukan semata-mata untuk

menambah keyakinan peneliti dalam penggunaan instrumen yang

akan digunakan. Melalui tahap judgement, maka instrumen yang

digunakan selanjutnya memiliki validitas dengan kemampuan

anak.

Adapun tiga ahli yang melakukan penilaian validitas adalah:

Penilai I : Dr. Dudi Gunawan, M.Pd. (Dosen PLB UPI)

Penilai II : Siti Maryati, S.Pd (Guru SLB Negeri Cicendo)

Penilai III : Neni Satriani, S.Pd (Guru SLB Negeri Cicendo)

Tabel 3.1

Hasil Perhitungan Uji Validitas

Butir Soal Bobot Penilaian

Persentase (%) Keterangan Cocok Tidak Cocok

1 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

2 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

3 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

4 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

5 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

6 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3912/6/S_PLB_0900054_Chapter3.pdf · 25 Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui

33

Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

8 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

Hasil uji validitas instrumen melalui judgement para ahli di atas

dapat diperoleh hasil 100%. Maka dari itu instrumen yang digunakan

dapat dikatakan valid.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang dapat

memperlihatkan pengaruh penggunaan permainan tongue twister

terhadap peningkatan kemampuan pengucapan konsonan frikatif (s)

pada anak tunarungu. Teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk

menjelaskan dan menjawab permasalaha secara objektif.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah data

yang berbentuk tes lisan. “Tes berguna untuk mengukur ada atau

tidaknya, serta besarnya kemampuan objek yang diteliti.” (Suharsimi,

1997)

Pada penelitian ini, tes lisan digunakan untuk mengukur sejauh

mana peningkatan kemampuan pengucapan konsonan frikatif (s) pada

anak yang teliti. Tes yang dilakukan adalah sebanyak empat kali pada

fase baseline-1 (A-1), enam kali pada fase intervensi (B), dan empat

kali pada fase baseline-2 (A-2).

Skoring dilakukan dimana setiap ucapan yang benar dan salah akan

diberi nilai sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan pada setiap tes

tersebut. Data yang telah diperoleh dicatat pada catatan data yang telah

disiapkan, setelah semua data terkumpul kemudian masing-masing

komponen dijumlahkan dan untuk menghitung persentase peningkatan

kemampuan pengucapan konsonan frikatif (s), dapat dihitung dengan

cara:

Jumlah jawaban benar x 100%

Jumlah soal

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3912/6/S_PLB_0900054_Chapter3.pdf · 25 Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui

34

Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pre test dan post test

kemampuan berbicara untuk mengetahui adanya pengaruh satu

perlakuan terhadap target behavior yang sudah ditentukan selanjutnya

data dianalisis dengan membandingkan hasil penelitian pada saat A-1

(baseline-1) dan A-2 (baseline-2) setelah subjek menerima perlakuan

selama intervensi. Setelah semua data terkumpul, data diolah dan

dianalisis ke dalam statistik deskriptif agar memperoleh gambaran

yang jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu yang

ditentukan.

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan

pengukuran presentase yang merupakan suatu pengukuran variabel

terikat yang biasa digunakan oleh peneliti dan guru untuk mengukur

perilaku dalam bidang akademik maupun sosial.

Presentase (%) dihitung dengan cara jumlah soal yang benar dibagi

seluruh soal dikalikan seratus.

Langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam menganalisis data

kemampuan berbicara, adalah sebagai berikut:

a. Menghitung presentase kata yang diucapkan anak sebagai

pengukuran data pada fase baseline dari subjek setiap sesinya.

b. Menghitung presentase kata yang diucapkan anak sebagai

pengukuran data pada fase intervensi dari subjek setiap sesinya.

c. Menghitung presentase kata pada tabel perhitungan dari presentase

kata yang diucapkan subjek pada fase baseline, fase intervensi

pada subjek setiap sesinya.

d. Membandingkan presentase kata pada fase baseline dan prosentase

kata pada fase intervensi dari subjek.

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3912/6/S_PLB_0900054_Chapter3.pdf · 25 Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui

35

Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat terlihat

secara langsung perubahan yang terjadi dari kedua fase tersebut.

f. Adapun grafik perkembangan yang digunakan untuk mengolah

data berupa grafik desain A-B-A.

Setelah semua data diperoleh, masing-masing data baseline-1,

intervensi, dan baseline-2 dibuat analisis dekskriptif. Pada penelitian

dengan subjek tunggal, data disajikan dengan menggunakan statistik

deskriptif yang berbentuk grafik. Hal ini bertujuan untuk

mempermudah memahami data, adakah pengaruh peningkatan

pengucapan konsonan frikatif (s) melalui permainan tongue twister.

Sedangkan data dijabarkan dalam bentuk grafik. Adapun grafik yang

digunakan adalah bentuk grafik garis.

Menurut Sunanto (2006:36-37) terdapat beberapa komponen

grafik garis, yaitu:

1) Absis adalah sumbu x yang merupakan sumbu mendatar yang

menunjukkan satuan untuk variabel bebas (misalnya sesi, hari,

tanggal).

2) Ordinat adalah sumbu y yang merupakan sumbu vertikal yang

menunjukkan satuan untuk variabel terikat (misalnya persen,

frekuensi, durasi).

3) Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu x dengan sumbu y

sebagai titik awal satuan variabel bebas dan terikat.

4) Skala garis-garis pendek pada sumbu x dan sumbu y yang

menunjukkan ukuran (misalnya: 0%, 25%, 50%, 75%).

5) Label Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi

eksperimen misalnya baseline atau intervensi.

6) Garis Perubahan Kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukkan

adanya perubahan kondisi ke lainnya.

7) Judul Grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar

segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

2. Analisis data

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3912/6/S_PLB_0900054_Chapter3.pdf · 25 Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui

36

Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik

kesimpulan. Menurut Sunanto (2006:65) pada penelitian dengan

kasus tunggal biasanya menggunakan statistik deskriptif yang

sederhana hal ini bertujuan agar memperoleh gambaran yang jelas

tentang hasil intervensi dalam jangka waktu yang ditentukan.

Setelah terkumpul, selanjutnya data dianalisis dengan perhitungan

tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Perhitungan ini dilakukan dengan menganalisis data setiap kondisi

dan antar kondisi.

Analisis dalam kondisi memiliki komponen yang meliputi:

a. Panjang kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi yang juga

menggambarkan banyaknya sesi dalam kondisi tersebut.

b. Kecenderungan arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi

semua data dalam kondisi di mana banyaknya data yang berada di

atas dan di bawah garis sama banyak.

c. Tingkat stabilitas (level stability)

Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi.

Tingkat kestabilan dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya

data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean.

d. Tingkat perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan data antara

dua data. Tingkat perubahan merupakan selisih antara data pertama

dengan data terakhir.

e. Jejak data (data path)

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam

suatu kondisi dengan tiga kemungkinan yaitu menarik, menurun,

dan mendatar.

f. Rentang

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN A. - repository.upi.edurepository.upi.edu/3912/6/S_PLB_0900054_Chapter3.pdf · 25 Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui

37

Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rentang adalah jarak antara data pertama dengan data terakhir

sama halnya pada tingkat perubahan (level change).

Sedangkan analisis antar kondisi meliputi komponen sebagai

berikut:

1) Variabel yang diubah

Merupakan variabel terikat atau sasaran yang difokuskan.

2) Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Merupakan perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi

baseline dan intervensi.

3) Perubahan stabilitas dan efeknya

Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari

sederetan data.

4) Perubahan level data

Menunjukkan seberapa besar data diubah.

5) Data yang tumpang tindih

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi terjadi akibat dari

keadaan data yang sama pada kedua kondisi.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data

tersebut adalah:

a) Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1.

b) Menskor hasil penilaian pada kondisi treatment/intervensi.

c) Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2.

d) Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada

kondisi baseline-1, intervensi dan baseline-2.

e) Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi

dan skor baseline-2.

f) Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat

secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.

g) Membuat analisis kondisi dan antar kondisi.