BAB III METODE PENELITIAN A. 1.repository.upi.edu/20724/5/s_pgsd_kelas_1205277_chapter3.pdfa....
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. 1.repository.upi.edu/20724/5/s_pgsd_kelas_1205277_chapter3.pdfa....
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Jalan Pangeran Santri No. 37 Kelurahan
Kotakulon, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang tepatnya di SD
Negeri Gudangkopi 1. Alasan pertama peneliti memilih sekolah ini sebagai
tempat penelitiannya karena ditemukannya permasalahan pada kelas V di sekolah
tersebut. Alasan kedua karena letak sekolah ini bisa dikatakan strategis dan mudah
dijangkau.
Gambar 3.1 Denah Lokasi SD N Gudangkopi 1
2. Waktu Penelitian
Pengambilan data awal pada penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 Januari
2016. Penelitian ini dilakukan dengan perkiraan waktu selama enam bulan,
terhitung dari bulan Januari sampai bulan Juni 2016.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian di sini adalah siswa-siswa kelas V SD Negeri Gudangkopi
1 yang terdiri dari 26 siswa. Masing-masing siswa laki-laki berjumlah 13 orang
dan siswa perempuan berjumlah 13 orang. Alasan pertama peneliti mengambil
subjek penelitian ini karena adanya permasalahan pada kelas tersebut, yakni
dalam kemampuan menyimpulkan isi cerita anak pada keterampilan membaca.
Alasan kedua peneliti karena mengingat jumlah siswa sebanyak 26 orang yang
tergolong ideal untuk dilakukan penelitian.
Gudang Kamar
Mandi
Kelas
I & II
Kelas
III
Kelas
IV Kelas V
Kelas
VI
Kantor
Guru
U
Lapangan Upacara
32
C. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
a) Pengertian PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu penelitian berbasis kelas
yang diadakan karena adanya permasalahan di dalam kelas guna memperbaiki
permasalahan tersebut. Menurut Wiriaatmadja (dalam Hanifah, 2014, hlm. 3)
mengatakan bahwa “PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki
dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara prefisional.”
Menurut Wiriaatmadja (2005, hlm. 13) “PTK adalah bagaimana sekelompok guru
dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan
untuk memperbaiki permasalahan pembelajaran dengan melakukan tindakan-
tindakan yang sesuai.
b) Tujuan PTK
Tujuan PTK menurut Boro (dalam Sumadayo, 2013, hlm. 22)
mengemukakan bahwa “tujuan utama penelitian ini adalah pengembangan
keterampilan guru berdasarkan pada persoalan-persoalan pembelajaran yang
dihadapi guru pada kelasnya sendiri.” Adapun menurut Sumadayo (2013, hlm. 23)
mengemukakan bahwa “...tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengubah
perilaku penelitiannya, perilaku orang lain, dan atau untuk mengubah kerangka
kerja, organisasi, atau struktur lain yang pada gilirannya menghasilkan perubahan
pada perilaku orang lain.” Selain itu menurut Hanifah (2014, hlm. 9)
mengemukakan bahwa “tujuan utama PTK yaitu melakukan perbaikan dan
peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran.”
Dari ketiga pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari PTK yaitu
mengubah keadaan yang ada dengan memperbaiki dan mengembangkan
keterampilan guru serta mengubah perilaku siswa menjadi lebih baik dalam
berinteraksi.
33
c) Manfaat PTK
Manfaat PTK salah satunya menurut Hanifah (2014, hlm. 10)
mengemukakan bahwa “hasil PTK dapat dijadikan sumber masukan dalam rangka
melakukan pengembangan kurikulum. ”Menurut Sumadayo (2013, hlm. 24)
mengemukakan bahwa “manfaat yang dapat dipetik jika guru mau dan mampu
melaksanakan penelitian tindakan kelas itu terkait dengan komponen
pembelajaran, antara lain: (1) inovasi pembelajaran, (2) pengembangan kurikulum
ditingkat sekolah dan di tingkat kelas, dan (3) peningkatan profesionalisme guru.”
Maksud pertama yaitu inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran yang
dimaksud yaitu guru menggunakan beberapa komponen pendukung dalam
pembelajaran, yaitu contohnya menggunakan model, metode, pendekatan, atau
menggunakan media. Fungsi komponen pendukung pembelajaran adalah agar
siswa lebih mudah memahami mata pelajaran yang sedang dijelaskan oleh guru
serta dengan penambahan metode/media siswa tidak akan cepat merasa bosan.
Maksud kedua yaitu pengembangan kurikulum ditingkat sekolah dan di
tingkat kelas. Dengan adanya PTK akan memperbaiki saat pengembangan
kurikulum. Kurikulum yang telah ada akan diperbaiki sejalan dengan adanya
PTK. Hasil-hasil PTK akan bermanfaat jika dijadikan sumber untuk
mengembangkan kurikulum baik ditingkat sekolah maupun di tingkat kelas.
Maksud ketiga yaitu peningkatan profesionalisme guru. Apabila guru
terlibat dalam pembuatan PTK, maka secara otomatis dapat meningkatkan
profesionalisme guru. PTK dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui masalah
apa yang terjadi di kelas serta cara untuk mengatasi permasalahan tersebut.
2. Desain Penelitian
Model penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan
desain model penelitian Kemmis dan Mc Taggart. Model Kemmis dan Mc
Taggart ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh
Kurt Lewin. Pada model ini terdiri atas empat komponen penelitian, yaitu
perencanaan (planning), tindakan/aksi (action), observasi (observing), dan refleksi
(reflecting). Hubungan antara keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu
siklus. Keempat tahapan tersebut saling berhubungan dan berkaitan satu sama
lainnya. Untuk pelaksanaan sesungguhnya jumlah siklus tergantung pada
34
permasalahan yang perlu diselesaikanya serta adanya perbaikan dari satu tindakan
ke tindakan lainnya hingga target penelitian tercapai. Berikut adalah gambar
desain PTK model Kemmis dan Mc Taggart.
Gambar 3.2 Desain PTK model Kemmis dan Mc Taggart
Hanifah (2014, hlm. 53)
D. Prosedur Penelitian
1. Tahapan Perencanaan
Ada beberapa langkah kegiatan yang peneliti lakukan sebelum melakukan
siklus, yaitu:
a. Meminta izin kepada kepala sekolah SD Negeri Gudangkopi 1 serta guru wali
kelas V untuk mengadakan penelitian.
b. Meminta RPP dengan materi menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa
kalimat yang telah dibuat oleh guru.
c. Melakukan pembelajaran di kelas V.
d. Memperoleh data tentang gambaran umum mengenai keadaan kelas serta
siswanya dan masalah yang terjadi pada kelas.
e. Mengidentifikasi masalah.
f. Melakukan wawancara pada guru kelas V.
g. Menganalisis masalah.
h. Menentukan obat/tindakan yaitu metode yang cocok, yaitu metode PQRST
dengan teknik permainan “Amplop Warna”.
35
Adapun perencanaan pada setiap siklus adalah:
a. Mempersiapkan rencana pembelajaran.
b. Mempersiapkan permainan amplop warna
c. Mempersiapkan format penilaian
d. Mempersiapkan alat evaluasi
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Langkah kegiatan dalam tahap pelaksanaan pembelajaran menyimpulkan isi
cerita anak di kelas V SD Negeri Gudangkopi 1 dengan menerapkan metode
PQRST dengan teknik permainan “Amplop Warna”, langkah-langkahnya yaitu:
a. Kegiatan Awal (5 menit)
1) Guru mengucapkan salam.
2) Guru bersama siswa berdo’a sebelum memulai proses pembelajaran.
3) Guru mengecek kehadiran siswa.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai kepada siswa.
5) Siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai cerita anak yang
sudah pernah dibacanya.
b. Kegiatan Inti (45 menit)
(1) Siswa mendengarkan materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru.
(2) Siswa dikondisikan untuk belajar dengan tenang.
(3) Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah
dijelaskan.
(4) Siswa mengikuti aturan guru yang membagi siswa menjadi 6 kelompok,
masing-masing kelompoknya terdiri dari 4-5 orang siswa. Anggota
kelompok bersifat heterogen dengan kemampuan yang berbeda-beda.
(5) Siswa menerima LKS yang dibagikan oleh guru kepada setiap kelompok.
Tahap Preview/Peninjauan
(6) Siswa menerima cerita anak yang dibagikan oleh guru kepada setiap
kelompok.
(7) Siswa secara berkelompok melihat atau membaca sekilas judul, kalimat-
kalimat awal/akhir dan semua gambar yang terdapat di dalam cerita.
36
Tahap Question/Pertanyaan
(8) Siswa membuat pertanyaan berdasarkan cerita anak yang dibagikan oleh
guru guna menganalisis isi bacaan.
(9) Siswa membuat pertanyaan secara berkelompok berdasarkan cerita anak
dengan bimbingan guru.
Tahap Read/Membaca
(10) Siswa ditugaskan guru untuk membaca cerita anak secara seksama untuk
mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang telah disusunnya.
(11) Siswa ditugaskan untuk memberi tanda bagian penting.
(12) Siswa ditugaskan untuk membaca lagi bagian yang kurang dipahami.
(13) Siswa ditugaskan guru untuk menuliskan jawaban yang ditemukan oleh
kelompok dalam lembar kerja yang dibagikan.
Tahap Sumary/Merangkum
(14) Siswa membuat sebuah rangkuman isi cerita anak dengan bantuan
Permainan Amplop Warna.
(15) Siswa mengikuti aturan permainan yang dijelaskan oleh guru.
(16) Siswa didampingi oleh guru dalam melakukan permainan.
(17) Kelompok dalam mendapatkan amplop warna itu harus mencari terlebih
dahulu di tempat yang telah ditentukan oleh guru.
(18) Setelah semua kelompok mendapatkan amplop warna, setiap kelompok
diminta untuk membukanya dan menjawab pertanyaan yang berada di
dalamnya.
(19) Siswa menggaris bawahi jawaban pada bacaan atas pertanyaan amplop
warna dengan bimbingan guru (cara mempermudahnya di teks cerita telah
dibedakan mana yang rangkuman dan yang bukan).
(20) Jawaban yang digaris bawahi tersebut yang nantinya akan dijadikan sebagai
rangkuman dari cerita anak.
(21) Kelompok diminta untuk mengurutkan jawaban sesuai cerita anak untuk
dijadikan sebagai rangkuman.
(22) Semua kelompok selesai merangkum isi cerita anak dengan kelompoknya
masing-masing.
37
(23) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru apa yang harus dilakukan oleh
setiap kelompok setelah selesai merangkum isi cerita anak.
Tahap Tes/Ujian
(24) Setelah selesai merangkum, guru mengambil kembali teks cerita pada setiap
kelompok agar siswa tidak hanya menyalin dari teks saat membuat
kesimpulan.
(25) Setiap kelompok membuat kesimpulan berdasarkan hasil rangkuman serta
jawaban atas pertanyaan yang dibuatnya sendiri.
(26) Setiap kelompok mendiskusikan kesimpulan dari keseluruhan isi cerita.
(27) Perwakilan dari setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusi dengan syarat semua anggota kelompok memahami mengenai
menyimpulkan isi cerita anak.
(28) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan bagian-bagian yang belum
dimengerti untuk menyamakan persepsi.
c. Kegiatan Akhir (20 menit)
(1) Siswa bersama guru membuat kesimpulan mengenai hasil belajar yang telah
dilaksanakan.
(2) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari.
(3) Siswa menerima soal evaluasi yang dibagikan oleh guru.
(4) Setelah selesai, guru mengajak siswa untuk berdo’a.
(5) Guru mengucapkan salam.
3. Tahap Observasi
Pada tahap ini pengamat bertugas untuk melakukan pengamatan selama
penelitian berlangsung. Peneliti mengamati dan mencatat semua hal yang terjadi
di dalam kelas ketika pembelajaran. Pengamatan yang dilakukan berhubungan
dengan keadaan yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung dan lingkungan
belajar. Selain itu juga observer mengamati segala aktivitas siswa dan kinerja
guru. Guru yang dimaksud adalah peneliti, karena peneliti juga bertugas untuk
mengajar. Seluruh aktivitas yang terjadi di dalam kelas ketika penelitian direkam
menggunakan berbagai macam instrumen penelitian, yaitu lembar observasi
kinerja guru, lembar observasi aktivitas siswa, serta dokumentasi kegiatan yang
lainnya. Kegiatan diatas merupakan pengamatan ketika proses pembelajaran.
38
Selain itu juga melakukan pengamatan pada saat evaluasi hasil belajar siswa.
Dalam hal ini, evaluasi hasil belajarnya adalah kemampuan dalam menyimpulkan
isi cerita anak. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi tujuan dalam
pembelajaran serta mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyimpulkan
isi cerita anak. Instrumen yang digunakan adalah format penilaian tes.
4. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dalam mengetahui
keberhasilan atau kegagalan dari tindakan penelitian yang telah dilakukan. Hal ini
mengkaji ulang data/aktivitas yang terjadi ketika penelitian berlangsung agar lebih
memahami proses dan hasil tindakan yang dilakukan. Setelah itu peneliti dapat
menentukan langkah selanjutnya dalam memperbaiki masalah yang ada di dalam
penelitian.
Dalam menentukan langkah selanjutnya untuk memperbaiki masalah yang
ada dapat dilakukan dengan cara menganalisis apa saja yang menghambat
keberhasilan ketika sedang pembelajaran. Kemudian peneliti merancang
pembelajaran ulang dengan menambahkan metode atau yang lainnya guna
memperbaiki permasalahan yang ditemukan. Ini disebut dengan perencanaan
siklus pada penelitian tindakan kelas yang digunakan. Siklus akan terus
bertambah sampai permasalahan yang ada dapat diselesaikan sesuai dengan yang
diharapkan.
E. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Riduwan (2013, hlm. 74) mengemukakan bahwa, “wawancara adalah suatu
cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung
dari sumbernya.” Adapun menurut Sukmadinata (2007, hlm. 216) yang
menyatakan bahwa “wawancara merupakan salah satu bentuk teknik
pengumpulan data yang dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka
secara individual.” Sehingga dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan
suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh sebuah informasi dari orang melalui
39
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penanya kepada narasumber (sumber
informasi).
Teknik ini dilakukan secara langsung kepada narasumber, misalnya guru
wali kelas atau siswa yang menjadi subjek penelitian. Dalam melakukan
wawancara diperlukan pedoman wawancara untuk menerapkan teknik wawancara
ini.
b. Observasi
Riduwan (2013, hlm. 76) menyatakan bahwa, “observasi yaitu melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan
yang dilakukan.” Selain itu menurut Sukmadinata (2007, hlm. 220)
mengemukakan bahwa, “observasi merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung.” Jadi observasi merupakan suatu teknik pengamatan
yang dilakukan dengan cara mengamati secara langsung ke tempat penelitian
dengan menggunakan pancaindera.
Seperti halnya dengan wawancara, observasi juga memerlukan pedoman
untuk melakukan penelitian. Pedoman observasi dapat berupa daftar check
(checklist).
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar,
dilihat, dialami, dan dipikirkan oleh observer dalam rangka pengumpulan data
dalam penelitian kualitatif. Hal ini sesuai yang diutarakan oleh Wiriaatmadja
(2005, hlm 125) mengemukakan bahwa “catatan lapangan memuat deskriptif
berbagai kegiatan suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai bentuk
interaksi sosial, dan nuansa-nuansa lainnya.”
d. Tes
Tes umumnya bersifat mengukur. Menurut Riduwan (2013, hlm. 76)
mengemukakan bahwa “tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.” Adapun menurut Margono (2010, hlm. 170) mengemukakan bahwa
“tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang
40
dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi
penetapan skor angka.”
Jadi tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan
seorang individu maupun kelompok guna mendapatkan jawaban/hasil yang
diinginkan. Untuk melakukan tes ini tentu saja mengacu pada indikator dan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Instrumen Pengumpulan Data
a. Pedoman Wawancara
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian. Pedoman wawancara ini berupa
daftar pertanyaan yang diajukan untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam
penelitian. Pihak-pihak tersebut adalah guru wali kelas dan siswa itu sendiri yang
menjadi subjek dalam penelitian ini. Pertanyaann-pertanyaan yang diajukan
berkaitan dengan segala informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
b. Lembar Observasi
Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi
berupa data yang dibutuhkan dalam penelitian melalui kegiatan pengamatan dan
pencatatan. Dalam melakukan observasi, diperlukan format lembar observasi.
Format lembar observasi tersebut memuat identitas tempat, waktu observasi, serta
hal-hal yang perlu diamati dan dicatat. Lembar observasi yang diperlukan dalam
penelitian adalah lembar observasi kinerja guru dan lembar observasi aktivitas
siswa. Lembar observasi ini digunakan baik sebelum, proses, maupun setelah
tindakan.
c. Catatan Lapangan
Dalam penelitian ini catatan lapangan dilakukan untuk mendapatkan data
yang terjadi di kelas. Format catatan lapangan ini berupa catatan selama proses
pembelajaran berlangsung. Mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir.
d. Format Penilaian Tes
Format penilaian tes dalam penelitian ini diperlukan untuk instrumen
sesudah melakukan tes. Format penilaian tes berbentuk tabel yang di dalamnya
terdapat nama-nama siswa beserta aspek yang menjadi bahan dalam penilaian.
41
Format penilaian tes ini disertai juga dengan deskriptor dari masing-masing aspek
yang tersedia.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data pada penelitian ini meliputi pengolahan data proses
dan pengolahan data hasil. Adapun untuk penjelasan lebih lanjutnya mengenai
pengolahan data penelitian ini sebagai berikut.
a. Pengolahan Data Proses
Pengolahan data proses yang dilakukan pada penelitian ini yaitu
menggunakan pedoman wawancara dan lembar observasi kinerja guru, serta
lembar observasi aktivitas siswa. Pertama adalah pedoman wawancara diolah
dalam bentuk deskripsi yang berada di format wawancara.
Kedua yaitu format observasi kinerja guru. Data yang diperoleh melalui
instrumen ini ditafsirkan melalui pencapaian indikator dari setiap aspeknya.
Aspek yang dinilai mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Skor
maksimal dari setiap aspeknya adalah tiga dengan ketentuan mendapatkan skor
tiga jika memenuhi tiga indikator, skor dua jika memenuhi dua indikator dan skor
satu jika hanya memenuhi satu indikator. Langkah selanjutnya yaitu dengan
mempersentasekan jumlah skor yang telah didapatkan, dengan perhitungan:
Jumlah skor yang diperoleh
Jumlah skor ideal
Persentase yang telah didapatkan kemudian ditasfirkan dengan acuan
kriteria di bawah ini:
Tabel 3.1 Kriteria persentase observasi kinerja guru
Rentang Penilaian Kriteria Penilaian
81 % - 100% Baik Sekali
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup
21% - 40% Kurang
0% - 20% Kurang Sekali
x 100 % Persentase Skor :
42
Ketiga yakni format observasi aktivitas siswa, pengolahan data pada
instrumen ini sama halnya dengan format observasi kinerja guru. Data yang
didapatkan ditafsirkan dengan menggunakan skor pada setiap aspek dalam format
aktivitas siswa secara individu. Aspek yang diukur dalam observasi aktivitas
siswa ini adalah keaktifan, kerjasama, dan kedisiplinan. Setiap aspek mempunyai
skor maksimal tiga, dengan acuan mendapatkan skor tiga jika memenuhi tiga
indikator, skor dua jika memenuhi dua indikator dan skor satu jika hanya
memenuhi satu indikator. Tiga aspek yang dinilai dengan tiga indikator, maka
skor idealnya adalah sembilan.
Setelah setiap siswa dalam setiap aspeknya telah diberi skor, maka tahap
selanjutnya adalah mempersentasekan skor tersebut. Perhitungan yang digunakan
sama halnya dengan perhitungan persentase dalam kinerja guru, yaitu:
Jumlah skor yang diperoleh
Jumlah skor ideal
Tahap selanjutnya adalah menafsirkan persentase skor yang telah
didapatkan ke dalam kriteria penilaian dengan acuan tabel di bawah ini:
Tabel 3.2 Kriteria persentase observasi aktivitas siswa
Rentang Penilaian Kriteria Penilaian
81 % - 100% Baik Sekali
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup
21% - 40% Kurang
0% - 20% Kurang Sekali
b. Pengolahan Data Hasil
Data diperoleh melalui hasil tes siswa yang dilakukan di SD Negeri
Gudangkopi 1 pada materi menyimpulkan isi cerita anak. Terdapat tiga aspek
yang dinilai dalam penilaian hasil ini, yaitu penilaian pengertian kesimpulan,
menjawab pertanyaan berdasarkan cerita anak, dan membuat kesimpulan. Semua
aspek memiliki skor maksimal yaitu 12. Berikut adalah cara menghitung hasil tes
siswa, yaitu
x 100 % Persentase Skor :
43
Nilai = x 100
Selanjutnya menentukan tuntas atau tidak tuntasnya siswa dalam mencapai
KKM. Dalam menentukan KKM ada kriteria dalam penetapannya yaitu
kompleksitas, daya dukung, serta intake siswa. Berikut adalah tabel dalam
penentuan KKM
Tabel 3.3 Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Kompetensi Dasar
(KD)
Kriteria Ketuntasan Minimal
Jumlah Kompleksitas
Daya
Dukung
Intake
Siswa
Menyimpulkan isi
cerita anak dalam
beberapa kalimat
75 77 63 216
KKM 72
Adapun rentang skor KKM dalam KTSP, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.4 Rentang Skor
Kriteria Kategori Rentang Skor
Kompleksitas
Tinggi 81-100
Sedang 65-80
Rendah 50-64
Daya Dukung
Tinggi 81-100
Sedang 65-80
Rendah 50-64
Intake Siswa
Tinggi 81-100
Sedang 65-80
Rendah 50-64
Adapun kriteria dalam penetapan KKM pada kompetensi dasar ini, yaitu:
1) Kompleksitas
Kompleksitas berhubungan dengan tingkat kesulitan materi yang diberikan
oleh guru pada siswa. Indikator dalam tingkat kompleksitas ini adalah sebagai
berikut:
44
a. Memerlukan kemahiran dan kecermatan dalam menjelaskan materi.
b. Penggunaan metode pembelajaran yang menarik dan inovatif.
c. Membutuhkan alokasi waktu yang panjang.
Kompleksitas untuk kompetensi dasar ini termasuk dalam kategori sedang
yaitu 75. Hal ini dikarenakan ada satu dari tiga indikator yang tidak memenuhi,
yaitu penggunaan metode pembelajaran yang menarik dan inovatif.
2) Daya Dukung
Daya dukung berhubungan dengan kemampuan dari tersedianya sarana dan
prasarana yang dapat menunjang pembelajaran yang diajarkan. Selain itu juga
dapat dilihat dari buku sumber yang berkaitan dengan materi. Berikut adalah
indikator dalam pencapaian tingkat daya dukung, yaitu:
a. Tersedianya buku sumber sumber mengenai kompetensi yang diajarkan,
misalnya buku mata pelajaran bahasa Indonesia.
b. Tersedianya sarana yang sesuai dengan tuntutan kompetensi.
c. Tersedianya prasarana yang sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Kompleksitas untuk kompetensi dasar ini termasuk dalam kategori sedang
yaitu 77. Hal ini dikarenakan ada satu dari tiga indikator yang tidak memenuhi,
yaitu tersedianya buku sumber sumber mengenai kompetensi yang diajarkan,
misalnya buku mata pelajaran bahasa Indonesia
3) Intake Siswa
Intake siswa merupakan tingkat kemampuan rata-rata yang dimiliki oleh
siswa secara keseluruhan. Berikut adalah indikator dalam pencapian intake siswa,
yaitu:
a. Siswa mempunyai kemampuan penalaran yang tinggi.
b. Siswa cakap atau terampil menerapkan konsep.
c. Siswa menyelesaikan tugas sesuai tugas yang telah diberikan.
Kompleksitas untuk kompetensi dasar ini termasuk dalam kategori rendah
yaitu 63. Hal ini dikarenakan hanya beberapa siswa yang memenuhi indikator
yang telah ditetapkan.
2. Analisis Data
Analisis data merupakan cara mengelompokkan data sehingga data mudah
dibaca. Data yang telah didapat dari berbagai sumber seperti wawancara,
45
observasi, ataupun alat pengumpulan data yang lainnya harus dianalisis serta
diatur dengan sistematis. Analisis data perlu dilakukan karena agar antara satu
data dengan yang lainnya mempunyai kerelevanan sehingga dapat menjadi satu
kesatuan yang utuh untuk mendukung permasalahan yang terdapat saat penelitian.
Hanifah (2014, hlm. 75) mengemukakan bahwa pengolahan data dilakukan
melalui tiga tahap, yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses penyederhanaan yang dilakukan melalui
seleksi, pemfokusan dan pengabstrakan data mentah menjadi informasi yang
bermakna. Data yang diperolah dari lapangan jumlahnya cukup banyak yang perlu
untuk dicatat secara teliti dan rinci.
b. Paparan Data
Paparan data merupakan proses penampilan data secara lebih sederhana
dalam bentuk paparan naratif, termasuk dalam format matrik, grafik, dan
sebagainya.
c. Penyimpulan Data
Penyimpulan data merupakan proses pengambilan intisari dari penyajian
data yang telah di deskripsikan dalam bentuk pernyataan kalimat.
G. Validasi Data
Validasi data digunakan untuk mendapatkan kebenaran/keakuratan
mengenai suatu data. Selain itu, melakukan validasi data juga dapat membuktikan
proses, prosedur, dan solusi yang diterapkan sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan. Menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2005, hlm. 168)
mengemukakan bahwa bentuk validasi yang dapat digunakan dalam penelitian
tindakan kelas adalah
1. Member check
2. Triangulasi
3. Saturasi
4. Eksplanasi saingan
5. Audit trail
6. Expert opinion.
Member check merupakan salah satu bentuk validasi data yang dilakukan
dengan memeriksa kembali keterangan atau informasi yang diperoleh peneliti saat
46
melakukan penelitian. Yaitu dengan cara mengkonfirmasi kepada guru dan siswa
melalui tanya jawab pada setiap akhir tindakan. Hal tersebut seperti yang
dikemukakan oleh Syamsuddin, dan Damaianti, VS. (2011, hlm. 242) “melakukan
member check, yakni memeriksa kembali keterangan atau informasi data yang
diperoleh selama observasi atau wawancara, apakah keterangan/informasi itu
tidak berubah, atau ajeg.”
Triangulasi merupakan bentuk validasi yang memungkinkan untuk
memeriksa kembali kebenaran hipotesis dengan cara membandingkan terhadap
hasil orang lain atau sumber lain. Misalnya dengan membandingkan hasil
penelitian dengan yang hadir juga dalam penelitian tersebut.
Saturasi merupakan bentuk validasi yang dilakukan saat data sudah jenuh
atau ketika tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan.
Eksplanasi saingan merupakan bentuk validasi yang dilakukan dengan cara
mencari data yang mendukung penelitian yang dilaksanakan atau cara validasi
yang dilakukan dengan cara menggunakan pembandingan. Berdasarkan pendapat
Wiriaatmadja (2005, hlm. 170) berkaitan dengan validasi bentuk ini
mengemukakan bahwa
anda tidaklah melakukan upaya untuk menyanggah atau membuktikan
kesalahan penelitian saingan, melainkan mencari data yang akan
mendukungnya. Apabia anda tidak berhasil menemukannya, maka hal ini
mendukung kepercayaan terhadap hipotesis, kontruk atau kategori dalam
penelitian anda sendiri pada awalnya.
Audit trail merupakan bentuk validasi data yang dilakukan untuk mengaudit
atau untuk memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau prosedur yang
digunakan oleh peneliti serta dalam pengambilan kesimpulan. Cara ini pun
bermanfaat untuk memeriksa catatan-catatan yang dibuat oleh peneliti.
Expert opinion merupakan bentuk validasi data yang mengarahkan pada
nasehat atau saran kepada para ahli atau pakar dalam bidang penelitian tersebut.
Misalnya dengan meminta arahan kepada pembimbing penelitian. Menurut
Hanifah (2014, hlm. 81) mengemukakan bahwa “pembimbing akan memeriksa
semua tahapan kegiatan penelitian, dan memberikan arahan terhadap masalah-
masalah penelitian yang peneliti kemukakan.”
47
Berdasarkan keenam bentuk validasi data yang telah di jelaskan di atas,
dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk validasi triangulasi, dan expert
opinion. Berikut adalah alasan peneliti menggunakan bentuk validasi tersebut.
1. Triangulasi
Alasannya karena dalam penelitian ini data yang telah diperoleh diperiksa
kembali kebenarannya atau membandingkannya dengan orang lain. Yang
dimaksud orang lain disini yaitu observer, apabila peneliti yang menjadi gurunya.
Observer dan evaluator bertukar informasi atau memastikan kebenaran data
mengenai yang terjadi ketika pembelajaran. Jika data yang didapat peneliti
berbeda, maka ada kemungkinan untuk mengubah data menjadi data baru yang
lebih lengkap.
2. Expert Opinion
Alasannya karena dalam penelitian ini membutuhkan arahan serta masukan
dari pihak-pihak yang telah ahli dalam penelitian ini. Misalnya data yang telah
dicek kebenarannya oleh peneliti, diperiksa kembali oleh pihak yang telah ahli
seperti dosen pembimbing. Pembimbing akan memeriksa tahapan dalam kegiatan
penelitian dan akan memberikan arahan terhadap masalah-masalah penelitian
yang sedang diteliti.