BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/43487/4/BAB...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/43487/4/BAB...
22
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2018 sampai dengan Oktober
2018. Bertempat di Laboraturium Ilmu dan Teknologi pangan, Jurusan Ilmu dan
Teknologi Pangan dan Laboraturium Peternakan, Jurusan Peternakan Fakultas
Pertanian – Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada pembuatan nugget dalam penelitian kali ini
antara lain blender, juicer, timbangan digital SF- 400, kukusan, kompor, pisau,
talenan, baskom, loyang, sendok,wadah plastik, freezer, gelas ukur. Sedangkan
alat yang digunakan pada proses penelitian antara lain timbangan analitik Pioneer
Ohaus PA413, tabung reaksi, rak tabung reaski, erlenmeyer, pipet ukur,
timbangan analitik, pipet tetes, labu takar, spatula besi, beaker glass, gelas ukur,
aluminium foil, cawan porselen, desikator merk Glaswerk Wertheim 6132, labu
kjeldahl, alat destilasi, buret, labu soxhlet,waterbath, spectrofotometer thermos
spectronic merek Genesys 20, waterbath ,botol vial, soxhlet, labu lemak, kertas
saring, kain saring, tanur, mortal martil, texture analyzerr EZ Test tipe EZ-SX
merk SHIMIDZU, oven merk WTC Binder 7200 tipe E53 no 89749, kuvet, vortex,
lemari es, botol kaca, tube sentrifuge,sentrifugasi
Bahan yang digunakan pada pembuatan nugget dalam penelitian ini antara
lain jamur tiram putih tepung tapioka, tepung maizena, bawang putih, merica,
garam, daun bawang, gula dan garam, tepung roti, putih telur dan daun pisang
yang diperoleh dari pasar Landungsari dan daun kelor dengan warna daun hijau
diperoleh dari Balai Besar Pelatihan Perternakan Batu. Sedangkan bahan kimia
23
yang digunakan dalam proses penelitian ialah aquades, etanol 96%, amilum 1%,
iodin 1 N, serbuk DPPH (2,2 – diphenyl – 1 – pycrihidrazine), H2SO4 0,3 N,
NaOH 1,5 N yang diperoleh dari Laboraturium Ilmu dan Teknologi Pangan
Universitas Muhammadiyah Malang.
3.3 Metodologi Penelitian
3.3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan 1 tahap, yaitu pembuatan nugget jamur
tiram putih dengan substitusi tepung jagung dan daun kelor. Rancangan percobaan
adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor. Adapun faktor
pertama yaitu perbedaan konsentrasi penambahan tepung jagung yang terdiri dari
3 level, yaitu 10%, 20% dan 50%. Faktor kedua yang digunakan adalah
konsentrasi penambahan ekstrak daun kelor , yaitu dengan penambahan 1%, 2%
dan 3% sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan dan tiap kombinasi diulang
sebanyak 3 kali. Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan pada aplikasi daun
kelor pada nugget ikan, konsentrasi daun kelor yang baik digunakan yaitu 2%
sehingga pada pembuatan nugget jamur tiram ini adalah 2% dari berat bahan.
1. Faktor pengaplikasian nugget jamur tiram putih (perbedaan konsentrasi
penambahan tepung jagung dan tepung tapioka) (A) terdiri dari 3 level,
yaitu :
A1 : tepung maizena 10% : tepung tapioka 90%
A2 : tepung maizena20% : tepung tapioka 80%
A3 : tepung maizena 50% : tepung tapioka50%
2. Faktor penambahan ekstrak daun kelor terdiri dari 3 level, yaitu:
P1 : ekstrak daun kelor 1%
P2 : ekstrak daun kelor 2%
24
P3 : ekstrak daun kelor 3%
Kombinasi perlakuan diperoleh sebanyak perlakuan dengan 3x ulangan yang
terlihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Matriks Rancangan Acak Kelompok Faktorial 3x3
Perbandingan tepung
jagung dan tapioka
Konsentrasi ekstrak daun kelor
P1 P2 P3
A1 A1P1 A1P2 A1P3
A2 A2P1 A2P2 A3P2
A3 A3P1 A3P2 A3P3
Keterangan:
A1(P1) = tepung jagung 10% : tepung tapioka 90% + penambahan ekstrak daun
kelor 1%
A1(P2) = tepung jagung 10% : tepung tapioka 90% + penambahan ekstrak daun
kelor2%
A1(P3) = tepung jagung 10% : tepung tapioka 90% + penambahan ekstrak daun
kelor 3%
A2(P1) = tepung jagung 20% : tepung tapioka 80% + penambahan ekstrak daun
kelor 1%
A2(P2) = tepung jagung 20% : tepung tapioka 80% + penambahan ekstrak daun
kelor 2%
A3(P3) = tepung jagung 20% : tepung tapioka 80% + penambahan ekstrak daun
kelor 3%
A1(P1) = tepung jagung 50% : tepung tapioka 50% + penambahan ekstrak daun
kelor 1%
A2(P2) = tepung jagung 50% : tepung tapioka 50% + penambahan ekstrak daun
kelor 2%
A3(P3) = tepung jagung 50% : tepung tapioka 50% + penambahan ekstrak daun
kelor 3%
25
3.3.2 Pelaksanaan Penelitian
3.3.2.1 Pembuatan Ekstrak Daun Kelor (Hastuti dkk, 2015)
Daun kelor dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan air yang
mengalir sampai benar-benar bersih. Kemudian daun dipisahkan dari batang,
dikeringkan dan dimasukkan dalam juicer sampai terpisah antara padatan dan
cairan. Setelah terpisah cairan diambil
Gambar 1. Pembuatan Ekstrak Daun kelor (Hastuti dkk, 2015 dengan modifikasi))
3.3.2.2 Pembuatan Nugget Jamur Tiram Putih (Priwnindo, 2009 modifikasi)
1. Penghalusan jamur tiram putih dengan menumbuk dan memblender
tanpa air sebanyak 250gr. Sebelum penghalusan jamur tiram putih
dicuci bersih terlebih dahulu.
2. Pembuatan adonan, dengan mencampurkan jamur halus, tepung jagung
dan tapioca dengan konsentrasi A1 : 10% : 90%, A2 : 20% : 80% dan
A3 : 50% : 50%, lalu pencampuran bahan tambahan seperti susu, roti
tawar dan telur. Kemudian penambahan bumbu – bumbu seperti
Daun
Kelor
Sortasi daun kelor
Ekstraksi dengan juicer
Ekstrak
Daun kelor
kering
Ampas
Daun kering,
batang,cemaran fisik
Cairan
26
bawang putih, bawang bombai, pala, merica, garam. Adonan tersebut
diaduk rata lalu diletakkan dalam loyang.
3. Pengukusan dan pencetakkan adonan, adonan nugget jamur dikukus
selama 30 - 45 menit. Setelah selesai adonan yang sudah dikukus lalu
di potong persegi dengan ketebalan 3cm.
4. Battering dan Breading, pelapisan adonan nugget jamur dengan putih
telur atau tepung terigu dan breading dengan tepung roti.
5. Penggorengan nugget hingga berwarna kuning keemasan dan
ditiriskan, kemudian dilakukan pengujian seperti uji kadar lemak,
protein, karbohidrat, susut masak, serat, kadar air dan antioksidan.
3.4 Parameter Penelitian
3.4.1 Analisis Kadar Air (AOAC, 2005)
1. Mengeringkan botol vial yang akan digunakan dalam oven selama 24 jam
dengan suhu 100 – 105°C.
2. Mendinginkan botol vial dalam desikator selama 15 menit.
3. Menimbang bobot botol vial sebagai berat botol (A).
4. Menimbang bahan sebanyak 2 gram kedalam botol vial yang telah
dikeringkan, dan dicatat sebagai berat bahan dalam botol (B).
5. Mengeringkan sampel dalam oven pada suhu 100-105°C selama 6 jam
6. Menimbang kembali sampel sebagai bobot akhir sampel (C).
7. Menghitung kadar air sampel dengan rumus:
% kadar air = B – C X 100%
B – A
27
Gambar 2. Pembuatan Nugget Jamur (Priwindo, 2009 dengan modifikasi)
Penggorengan 170°C selama 15 menit
Nugget
Jamur Tiram
Pelapisan
Pengukusan 75°C selama 35 menit
Pencetakan
Tepung
terigu dan
tepung roti
Berbentuk
persegi 9X18 cm
Pencampuran
Tepung
tapioka,mai
zena dan
bumbu
Penghalusan
Jamur tiram
putih
1. Kadar air
2. Kadar serat
3. Kadar lemak
4. Susut masak
5. Aktivitas
antioksidan
6. Kadar
vitamin C
7. Tekstur
8. Organoleptik
(warna, rasa,
28
3.4.2 Analisis Kadar Lemak (Sudarmadji, dkk., 2003)
1. Mengambil 2 gram sampel dan memasukkan ke dalam tabung reaksi soxhlet
dalam timbel
2. Menimbang labu lemak yang sudah dipanaskan dalam oven selama 15 menit
dan sudah didinginkan dalam desikator
3. Memasang tabung reaksi pada kondensor diatasnya dan memasang labu
lemak yang berisi pelarut petroleum eter 10 ml
4. Mengalirkan air pendingin melalui kondensor
5. Memasang dan menyalakan waterbath dengan alat destilasi soxhlet selama 4
jam
6. Setelah mendapatkan cairan ekstraktant lalu dikeringkan dan dipanaskan di
dalam oven dengan suhu 100 0C dalam waktu ±15 menit sampai mendapat
residu (lemak)
7. Mendinginkan labu yang telah dipanaskan dalam oven
8. Menimbang labu yang telah didinginkan dalam desikator
9. Menghitung kadar lemak dengan rumus:
Kadar Lemak (%) =
3.4.3 Analisis Kadar Serat (Anggorodi, 1994)
1. Menimbang sampel seberat 1 gr dan meletakkannya dalam beaker glass
2. Menambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N
3. Memanaskan selama 30 menit
4. Menambahkan 25 ml NaOH 1,5 N
5. Memanaskannya kembali selama 30 menit
29
6. Menyaring dengan kertas saring yang telah dioven pada suhu 105-110°C
selama 1 jam
7. Mendinginkan di dalam eksikator selama 15 menit
8. Menimbang sampel (A)
9. Mencuci sisa saringan berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml
H2SO4 0,3N, 50 ml air panas dan terkahir 25 ml aseton
10. Memasukkan kertas saring dan isinya ke dalam cawan porselen
11. Mengoven pada suhu 105-110°C sampai berat konstan
12. Memasukkan dalam eksikator selama 15 menit
13. Menimbang sampel (Y)
14. Memanaskan dalam tanur pada suhu 600°C selama 6 jam,
15. Mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit
16. Menimbang sampel (Z)
17. Menghitung kadar serat kasar dengan sebagai berikut:
Kadar serat
Ket :
X = berat sampel
Y = berat sampel + kertas saring + cawan setelah dioven
Z = berat sampel + cawan setelah ditanur
A = berat kertas saring
3.4.5 Analisis Kadar Aktivitas Antioksidan (Yue dan Xu, 2008)
30
3.4.5.1 Pembuatan Larutan DPPH 0,25 mM
1. Menghitung kebutuhan serbuk DPPH degan rumus:
Konsentrasi = massa (mg)
Mr x volume (L)
2. Melarutkan serbuk DPPH dengan methanol 70% pada labu ukur 50 mL
hingga batas tera dan menghomogenkannya.
3. Menyimpan larutan DPPH pada kondisi gelap dan tertutup rapat kondisi
dingin, serta sesegera mungkin untuk digunakan.
3.4.5.2 Ekstraksi Bahan Aktif
1. Menghaluskan sampel dengan mortal dan martil.
2. Menimbang sampel sebanyak 1 gram ke dalam tube centrifuge.
3. Menambahkan larutan metanol 70% sebanyakl 9 mL.
4. Melakukan sentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit.
5. Memisahkan supernatan untuk uji aktivitas antioksidan.
3.4.5.3 Analisis Aktivitas Antioksidan
1. Mengambil supernatan sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan larutan metanol 70% sebanyak 7 mL.
3. Menambahkan 2 mL larutan DPPH 0,25 mM dan menghomogenkannya.
4. Menutup mulut tabung dengan plastic wrap, dan bahan tabung dengan pelapis
gelap.
5. Menyimpan sampel pada kondisi gelap selama 30 menit.
6. Membaca serapan λ dengan spektofotometer UV Vis pada λ = 517 nm.
7. Menghitung aktivitas antioksidan:
% inhibibisi = Abs blanko – Abs sampel X 100%
Abs blanko
31
3.4.6 Analisis Kadar Vitamin C (AOAC, 1995)
1. Timbang sampel sebanyak 5 gram
2. Masukkan dalam labu ukur 50 ml
3. Tambahkan aquades sampai batas tera
4. Homogenkan dan saring menggunakan kertas saring sampai diperoleh filtrat
5. Filtrat diambil 10 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
6. Tambahkan 1 ml larutan amilum 1%
7. Titrasi dengan larutan iodin standart 0.01 N sampai terjadi perubahan warna
8. Menghitung kadar vitamin C dengan rumus:
% Vitamin C = ml iodin x 0.01 N x 100/25 x 88 x 100
Berat bahan (mg)
3.4.7 Analisis Susut Masak (Yanti, 2008)
Nilai susut masak merupakan nilai massa daging yang berkurang setelah
proses pemanasan atau pengolahan masak.
1. Pencetakan adonan dan dilakukan penimbangan sebelum perebusan (A)
2. Setelah perebusan 30 – 45 menit dilakukan penimbangan (B)
3. Perhitungan nilai susut masak dengan rumus :
% susut masak = berat awal (A) – berat akhir (B) x 100
Berat awal (A)
3.4.8 Analisis Tekstur (Handoko, 2011)
Prinsip dari analisis tekstur dengan menggunakan texture analyzer adalah
pemberian tekanan pada sampel dengan jarak tertentu, hingga sebagian dari gel
yang terbentuk hancur. Gaya yang diperoleh dinyatakan dalam satuan Newton dan
32
diambil sebagai nilai konsistensi gel. Adapun tahapan analisis konsistensi gel
dengan menggunakan teksture anlayzer adalah sebagai berikut:
1. Memasang jig pada lubang alat texture analyzer.
2. Menyalakan alat texture analyzer, dan melakukan kalibrasi alat melalui
program trapesium X.
3. Melakukan scanning jarak dan gaya pada sampel.
4. Mengatur jarak penetrasi sampel setinggin 38 mm, dan batas pemberian
tekanan sebesar 100 Newton.
5. Melakukan uji pada sampel, dan mencata nilai hardness dan energi yang
terbaca pada alat.
3.4.9 Organoleptik (rasa, warna dan kesukaan) (Rahayu, 2010)
Analisis organoleptik dilakukan untuk mengetahui daya terima produk
nugget jamur oleh konsumen melalui beberapa parameter. Parameter yang
diujikan pada uji ini adalah kesukaan terhadap rasa, warma, dan kesukaan.
Analisis organoleptik ini menggunakan metode hedonic test. Metode ini
memungkinkan para panelis untuk membrikan nilai terhadap tingkat kesukaan
pada masing-masing parameter. Kisaran nilai yang ada pada skala hedonik
berkisar 1-5 pada skala numerik untuk masing-masing parameter. Semakin tinggi
nilai yang diberikan maka semakin tinggi pula tingkat kesukaan konsumen.
Masing-masing sampel akan diberi kode yang berbeda, untuk menghindari
terjadinya pembandingan tingkat kesukaan panelis antar sampel. Pengujian
kesukaan ini menggunakan panelis cukup terlatih dengan minimal jumlah 20
orang. Pengujian menggunakan uji skala hedonik terdiri atas 5 nilai dengan 5
pertanyaan seperti yang tercantum pada tabel berikut ini:
33
Tabel 2. Skor Organoleptik
No Rasa Warna Kesukaan Kekenyalan
1 Sangat tidak
pahit Hijau pekat
Sangat tidak
suka
Sangat tidak
kenyal
2 Tidak pahit Hijau tua Tidak suka Tidak kenyal
3 Cukup pahit Hijau muda Cukup suka Cukup kenyal
4 Pahit Cokelat
kehijauan Suka
Kenyal
5 Sangat pahit Cokelat Sangat suka Sangat kenyal
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan atau penelitian kemudian
dianalisa secara statistik menggunakan uji ANOVA (Analysis of Variance) pada α
= 5% untuk mengetahui apakah perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap
sifat fisik, sifat kimia dan organoleptik dari nugget jamur. Apabila hasil uji pada α
= 5% memberikan pengaruh nyata maka akan dilanjutkan dengan Uji DMRT
(Duncan’s Multiple Range Test) pada α = 5% untuk menentukan perlakuan mana
yang memberikan perbedaan nyata. Penentuan perlakuan terbaik ditentukan
menggunakan uji efektivitas De Garmo dkk., (1984).