BAB III LAPORAN PRODUKSI - repository.bsi.ac.id€¦ · Meskipun ada pengarah acara, program...
Transcript of BAB III LAPORAN PRODUKSI - repository.bsi.ac.id€¦ · Meskipun ada pengarah acara, program...
BAB III
LAPORAN PRODUKSI
1.1. Proses Kerja Produser
Menurut Latief dan Utud (2017:23) Menjadi produser berarti siap
menghasilkan karya artistik yang dapat memberikan kebahagiaan hiburan,
informasi dan Pendidikan kepada masyarakat. Tidak hanya sekadar
menghasilkan keuntungan, rating, dan share yang baik.
Produser adalah penanggung jawab atas seluruh pelaksanaan kegiatan
produksi. Melakukan koordinasi pelaksanaan praproduksi, produksi dan pasca
produksi (Latief dan Utud, 2017:7).
Berdasarkan kutipan diatas, penulis sebagai produser membuat program
dokumenter televisi yang berjudul “Nagara Siang Padang” yang bertema sejarah
dan kebudayaan. Penulis sebagai produser mengkoordinasikan pra produksi dari
awal ide sampai naskah jadi fase pengembangan, memasuki persiapan produksi
sampai produksi pengambilan gambar, lalu penyuntingan dan editing sampai
promosi pada pasca produksi.
Di sini produser juga penanggung jawab dalam perizinan, jadwal-jadwal serta
anggaran. Produser juga bertugas mengatur dan memantau jalannya proses
produksi agar perencanaan yang sudah disepakati oleh kru tidak keluar jalur.
1.1.1. Pra Produksi
Pra Produksi dalam kamus besar bahasa Indonesia (Edisi 3:2007) yang
artinya Pra- artinya suatu tahapan awal sebelum memasuki tahapan
selanjutanya yaitu tahapan produksi dan sedangkan untuk Produksi artinya
suatu proses atau mengeluarkan hasil. Jadi jika disimpulkan pra produksi
artinya adalah suatu tahapan awal untuk mengeluarkan hasil yang memuaskan
dari pembuatan film.
Menurut Latief dan Utud (2015:148) Praproduksi (preproduction) adalah
tahapan pelaksanaan pembahasan dan pencarian ide, gagasan, perencanaan,
pemilihan pengisi acara (talent), lokasi, dan kerabat kerja (kru).
Dalam pra produksi pembuatan dokumenter termasuk di dalamnya,
pemilihan subyek atau tema, melakukan riset, menentukan kru, memilih
peralatan yang akan digunakan, menentukan metode yang akan dipakai, serta
membuat schedule shooting (Supriyadi dkk, 2014:44).
Berdasarkan kutipan diatas penulis sebagai produser pada tahap ini
mengembangkan ide dan bekerjasama dengan sutradara dan penulis naskah.
Mengadakan rapat kepada tim dan melakukan riset ke tempat yang dituju,
menentukan narasumber yang akan diwawancarai serta membuat rincian
budget yang diperlukan untuk program documenter Nagara Siang Padang dan
menyepakati Bersama tim untuk menentukan patungan perorang. Produser
juga membuat jadwal shooting dan mengecek kembali persiapan untuk H-1
produksi.
1.1.2. Produksi
Produksi program adalah rangkaian proses teknis yang menghasilkan
suatu produksi program (Supriyadi dkk, 2014:13).
Menurut Latief dan Utud (2017b:16) Pada tahap produksi, produser non
drama tetap terlibat sebagai leader. Meskipun ada pengarah acara, program
director (PD) yang bertugas menterjemahkan naskah dalam perspektif
pemikirannya.
Berdasarkan kutipan di atas pada tahap ini penulis sebagai produser
mengawasi dan mengkoordinir kru dalam produksi agar hasil rapat yang
dilakukan pada tahap praroduksi dapat terealisasikan. Produser juga
melakukan konfirmasi kembali kepada pihak-pihak yang terlibat seperti kru
dan narasumber. Produser juga memastikan keperluan dan kebutuhan selama
tahap produksi sudah terpenuhi mulai dari alat-alat, surat-surat yang
dibutuhkan serta konsumsi selama produksi.
1.1.3. Pasca Produksi
Pasca Produksi dalam buku kamus besar bahasa Indonesia (Edisi 3:2007)
Pasca artinya suatu tahapan terakhir atau sesudah memasuki tahapan
selanjutanya sedangkan untuk Produksi artinya suatu proses atau
mengeluarkan hasil. Jadi menurut kamus besar Bahasa Indonesia Pasca-
Produksi adalah suatau tahapan sesudah proses produksi untuk mengeluarkan
hasil dari pembuatan tersebut.
Menurut Setyawan, (2017:28) Pasca Produksi adalah tahapan terakhir
atau tahap post production/pascaproduksi merupakan tahap penyelesaian atau
penyempurnaan terhadap bahan, baik yang berupa pita auditif maupun pita
audiovisual.
Pasca produksi (postproduction) adalah tahapan terakhir dari produksi
program siaran. Dalam tahapan pasca produksi program yang sudah direkam
harus melalui beberapa proses, diantaranya editing offline, online, insert
graphic, narasi, effect visual, dan audio serta mixing (latief dan Utud,
2015:155).
Pada kutipan diatas penulis sebagai produser memantau dan mengawasi
proses editing baik gambar dan suara yang dilakukan sutradara dan
penyunting gambar (editor). Produser juga ikut serta evaluasi proses produksi,
pemilihan gambar yang bagus serta wawancara narasumber mana saja yang
sesuai dengan tema dokumenter. Dan membuat desain produksi sekaligus dan
menyusun laporan produksinya bersama kru yang lainnya masing-masing
jobdesk.
1.1.4. Peran dan Tanggng Jawab Produser
Menurut Karsito (2008:57) dalam Rusman Latief dan Yustiatie Utud
(2017:19) menyebutkan produser adalah seoarang sineas professional yang
membuat film. Memiliki wewenang dan tanggung jawab secara manajemen
dan artistik terhadap proses produksi sebuah karya film, meliputi penentuan
ide cerita, penulisan scenario, sutradara, tim kreatif (kru), dan pemain (artis).
Merancang produksi, promosi, pemasaran, dan menyusun anggaran.
Memberikan panduan (arahan) kepada manajer produksi/pimpinan produksi,
beserta seluruh staf produksi di bawahnya. Meletakkan dasar-dasar strategi
bagi pelaksanaan produksi dan pengelolaan produksi (administrasi).
Mendapatkan laporan dari semua departemen (progress report)..
Pada kutipan diatas tanggung jawab penulis sebagai produser di dalam
“Nagara Siang Padang” adalah mengembangkan ide dan bekerjasama dengan
sutradara, setelah itu riset dengan semua tim, menghitung budgeting baik itu
dari produksi maupun pasca produksi, membuat jadwal shooting produksi,
memastikan dan memeriksa peralatan yang sudah di sewa maupun kesiapan
semua peralatan teknis yang akan digunakan, memastikan narasumber dan
melakukan briefing bersama kru lain sebelum produksi dimulai, melakukan
evaluasi bersama seluruh kru, memilih gambar yang sesuai direncanakan
bersama sutradara dan mengecek hasil edit bersama sutradara dan penyunting
gambar.
1.1.5. Proses Penciptaan Karya
1. Konsep Kreatif
Produser sebagai pimpinan tim produksi harus dapat menyatukan
pemikiran dari beberapa konsep dari tiap individunya. Pada dokumenter
“Nagara Siang Padang” menggunakan suara asli dari narasumber, Sound
On Tape (VO-SOT) merupakan dari sisi gambar sebuah gabungan antara
gambar suasana atau peristiwa dan gambar narasumber yang
diwawancarai langsung melalui suara narasumber sendiri agar penonton
tidak bosan pada saat penayangan dan juga menyerap informasi dan
inspirasi yang diangkat. Dari segi anggaran atau budgeting, untuk alat
kami mendapat potongan harga karena tugas akhir. Sedangkan untuk
konsumsi, produser menyiapkan budget tidak lebih dari 15.000 dan
meminimalisir biaya tak terduga. Untuk working schedule produser dan
tim sepakat melakukan shooting selama 3 hari. Alat, jadwal dan anggaran
pun dimaksimalkan sesuai dengan yang sudah ditentukan.
2. Konsep Produksi
Proses produksi dilakukan secara bertahap dengan perencanaan yang
matang. Proses pengambilan wawancara disesuaikan dengan waktu
narasumber. Setelah melakukan wawancara dengan berbagai narasumber,
isi pernyataan yang telah diberikan narasumber kemudian diulas kembali
bersama tim dengan tujuan untuk mencocokan data-data yang mendukung
seperti foto maupun video yang telah didapatkan pada waktu melakukan
riset.
Pada saat proses pengambilan wawancara merupakan tanggung jawab
dari penulis naskah yang sebelumnya telah didiskusikan bersama
sutradara. Dan produser mengembangkan isi tema untuk menentukan isi
pertanyaan.
3. Konsep Teknis
Sesuai hasil diskusi dengan tim akhirnya kami memutuskan untuk
menggunakan kamera Sony Nex VG30 karena cara pengoperasiannya dan
hasil gambar sesuai dengan konsep gambar yang kami inginkan. Bukan
hanya itu, kamera Sony Nex VG30 dipilih juga karena bentuknya yang
cukup kecil dan ringan, DJI Phantom untuk mengambil beberapa
stockshoot dari sisi yang berbeda. Lalu editor menggunakan laptop untuk
menunjang kegiatannya agar tidak terlalu berat dalam pengerjaannya.
editor juga mempersiapkan software editing yang digunakan dalam proses
editing seperti Adobe Premiere Pro CC 2015.
3.1.6. Kendala Produksi dan Solusinya
Beberapa kendala produser dalam program dokumenter televisi “Nagara Siang
Padang” :
1. Pra Produksi
Kendala :
a. Adanya perbedaan pendapat dengan beberapa anggota dalam
menentukan budget patungan
b. Riset pertama yang tidak full tim karena beberapa kru tidak bisa
meninggalkan pekerjaan
Solusi :
a. Berdiskusi kembali dengan tim dan menjelaskan kembali lebih detail
sesuai dengan breakdown budgeting yang sudah produser buat.
b. Kru yang tidak ikut, harus ikut pada riset kedua.
2. Produksi
Kendala :
a. Perubahan jadwal shooting hari pertama karena narasumber ada
keperluan mendesak
b. Panas terik lalu hujan, faktor cuaca yang tidak bias diperediksi. karena
shooting di outdoor
Solusi :
a. Reschedule ulang jadwal pada hari kedua
b. Lebih sering melakukan break untuk dan reschedule
3. Pasca produksi
Kendala : Dari penyunting gambar yang sangat sibuk sehingga
kehambatan waktu untuk proses penyuntingan gambar.
Solusi : Produser menegaskan penyunting gambaragar tanggung
jawab jobdesknya.
Lembar Kerja Produser
1. Konsep Program
2. Working Schedule
3. Breakdown Budget
4. Shooting Schedule
5. Equipment List
Konsep Program
Program dokumenter Nagara Siang Padang ini melakukan pengambilan
gambar dan wawancara narasumber selama 3 hari di salah satu desa di daerah
Cianjur. Pada dokumenter ini juga menampilakan audio visual yang real dari
narasumber. Untuk audio yang digunakan adalah sound on tape yaitu suara yang
direkam pada saat pengambilan gambar dan wawancara berlangsung. Instrument
dari alat musik khas Sunda dan suara atmosfer pun dipakai pada dokumenter ini
untuk mempertegas suasana. Visual yang ditampilkan pada dokumenter ini selain
dari gambar wawacara diselingi dengan insert-insert mengenai Situs Gunung
Padang.
Spot atau tempat untuk pengambilan gambar pada saat wawancara
disesuaikan dengan pembahasan yang diberikan dari narasumber. Program
dokumenter ini bersifat taping dan menggunakan singlecam.
Tabel III. 1.
Working Schedule
Production Company : M.O.P Films Produser : Neria Netanya Azelina
Project Tittle : Nagara Siang Padang Sutradara : Tirta Firdaus
Durasi : 20 menit
No Tahap Aktivitas
Target per minggu
Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Pra
Pro
du
ksi
Penemuan Ide
2 Mengembangkan gagasan
3 brefieng kelompok
4 Riset pertama
5 bimbingan perdana
6 pembuatan tor
7 Pembuatan surat riset
8 riset kedua
9 shooting schedule
10 biaya produksi
11 program meeting
12 cek alat
13 mempersiapkan produksi
14
Pro
du
ksi
Briefing Produksi
15 Shooting
16 Pengambilan gambar dan wawancara
17 Backup data
18 Review gambar
19 Evaluasi gambar
20
Pasc
a P
rod
uk
si
Processing
21 Rought Cut
22 Memilih stock shot
23 Editing online
24 Logging
25 Final cut
26 Evaluasi editing
27 Finish Editing
Tabel III. 2.
Breakdown Budget
Production Company : M.O.P Films Produser : Neria Netanya Azelina
Project Tittle : Nagara Siang Padang Sutradara : Tirta Firdaus
Durasi : 20 menit
No Item Unit Rate Amount Notes
Pra Produksi
1 Riset Pertama
Konsumsi : 120.000 (1 hari)
- Rp 15.000 x 2 kali
makan = Rp 30.000 x 4 orang
= Rp 120.000
Akomodasi:
Bensin pulang pergi: 150.000 (2
2 hari 1
malam
Rp 290.000
motor)
- Rp 75.000 x 2 motor
= Rp 150.000
Biaya tak terduga : HTM
- Rp 5.000 x 4 orang
= Rp 20.000
2 Print bab 1, bab 2 & TOR Rp 60.000
3 Riset Kedua
Konsumsi : 225.000 (2 hari)
- Rp 15.000 x 3 kali
makan = Rp 45.000 x 5 orang
= Rp 225.000
Akomodasi:
Bensin pulang pergi: 225.000 (3
motor)
- Rp 75.000 x 3 motor
= Rp 225.000
Biaya tak terduga : uang terima kasih
- Rp 40.000 x 5 orang
= Rp 200.000
3 hari 2
malam
Rp 650.000
4 Biaya tak terduga Rp 50.000
Total Rp 1.050.000
Produksi
5 Sewa kamera 3 hari Rp 1.050.000 Diskon 50% (sponsor)
6 Sewa Clip on 3 hari Rp 100.000 Diskon 50% (sponsor)
7 Sewa Adapter commlite 3 hari Rp 50.000 Diskon 50% (sponsor)
8 Slider konova 3 hari Rp 150.000 Diskon 50% (sponsor)
9 LED video light 15 inch 3 hari Rp 150.000 Diskon 50% (sponsor)
10 Sewa Rode mic pro 3 hari Rp 50.000 Diskon 50% (sponsor)
11 Sewa lensa Fix EF 16-35mm f/28 L 3 hari Rp 150.000 Diskon 50% (sponsor)
12 Sewa lensa wide EF 70-200mm f/28 L
II
3 hari Rp 150.000 Diskon 50% (sponsor)
13 Sewa lensa tele EF 24-70mm f/28 L 3 hari Rp 175.000 Diskon 50% (sponsor)
14 Sewa monitor viltrox 7 inch 3 hari Rp 100.000 Diskon 50% (sponsor)
15 Sewa Dji Phantom 4 Pro 1 hari Rp 1.000.000
16 Konsumsi dan Transport
Konsumsi: : 900.000 (3 hari)
- Rp 15.000 x 2 kali
makan = Rp 30.000 x 10
orang = Rp 300.000 / per hari
Total Rp 900.000 / 3 hari
Akomodasi:
Bensin PP mobil + tol : 500.000
Bensin PP motor :75.000 x 2mtr
= 150.000
Biaya tak terduga: 500.000
3 hari Rp 2.050.000
17 Narasumber 1 Rp 800.000 Buat kang nanang uang terima
kasih dan tempat tinggal
18 Narasumber 2 Rp 100.000
19 Narasumber 3 Rp 50.000
Total Rp 6.137.500
Pasca Produksi
20 Desain Produksi 3 Rp 350.000
21 Poster 1 Rp 25.000
22 DVD + cover 2 Rp 35.000
Total: Rp 355.000
Grand Total Rp 6.492.500
Jumlah Pemasukan : Rp 1.500.000 x 5 = Rp 7.500.000
Jumlah Pengeluaran : Rp 6.492.500
Sisa : Rp 1.007.500
Tabel III. 3.
Shooting Schedule
Production Company : M.O.P Films Produser :Neria Netanya Azelina
Project Tittle : Nagara Siang Padang Sutradara : Tirta Firdaus
Durasi : 20 menit
No Hari dan
Tanggal
Waktu dan
Pelaksanaan Kegiatan
1
Jumat, 1
Juni 2018
01:00-02:00 Ambil alat
2 02.00-03.00 Sahur
3 03.00-07.00 Menuju ke Cianjur
4 07.00-08.00 Sambpai di Desa Campak
5 08.00-09.00 Istirahat
6 09.00-10.00 Setting perlengkapan
7 10.00-15.00 Pengambilan gambar + wawancara orang
dinas dan turis
8 15.00-17.00 Break backup data
9 17.00-17.25 Pengambilan gambar stock shot dan
timelapse
10 17.25-21.00 Break
11 21.00-22.00 Produksi hari pertama selesai, backup data
sambil preview video.
12 22.00 Tidur
No Hari dan
Tanggal
Waktu dan
Pelaksanaan Kegiatan
1
Sabtu, 2
Juni 2018
06.00-06.30 Persiapan perlengkapan
2 06.00-07.00 Menuju lokasi
3 07.00-10.00 Penambilan gambar + wawancara komunitas
4 10.00-12.30 Break backup data
5 13.00-15.00 Pengambilan gambar + wawancara Kang
Nanang
6 15.00-16.00 Break backup data
7 16.00-17.25 Pengambilan gambar stock shot
8 17.25-21.00 Break Ishoma
9 21.00-22.00 Produksi hari ke 2 selesai, backup data
sambil preview video
10 22.00 Tidur
No Hari dan
Tanggal
Waktu dan
Pelaksanaan Kegiatan
1
Minggu, 3
Juni 2018
06.00-07.00 Persiapan perlengkapan
2 07.00-08.30 Pengambilan gambar stock shot
3 08.30-10.00 Wawancara Kang Nanang
4 10.00-11.00 Break backup data, preview video
5 15.00 Produksi hari ke 3 selesai
6 16.00 Pulang ke Jakarta
Tabel III. 4.
Equipment List
Production Company : M.O.P Films Produser : Neria Netanya Azelina
Project Tittle : Nagara Siang Padang Sutradara : Tirta Firdaus
Durasi : 20 menit
No Nama Seri Jumlah Keterangan
1 Kamera
Sony Nex VG30 1 Sewa
Sony Mirrorles 1 Milik sendiri
Canon 60 D (BTS) 1 Milik sendiri
DJI Phantom 1 Sewa
2 Tripot - 1 Sewa
3 Rode - 1 Sewa
4
Clip on
Sennheiser
EW112-P G3
- 1 Sewa
5 Slider Konova 1 Sewa
6 Adapter Commlite 1 Sewa
7
Lensa
Fix Cannon EF
16-35mm F/2.8 L 1 Sewa
Wide Cannon EF
24-70mm f/2.8 L 1 Sewa
Tele Cannon EF
70-200mm f/2.8 L
II
1 Sewa
8 Lighting
LED video light
15 inch Bi- color
(ATT VL 1200
DR)
1 Sewa
3.2. Proses Kerja Sutradara
Menurut Latief dan Utud (2015:127) sutradara televisi adalah seseorang
yang menyutradarai program acara televisi yang terlibat dalam proses kreatif dan
praproduksi hingga pasca produksi, baik untuk drama maupun nondrama dengan
lokasi di studio (in-door) maupun alam terbuka (out-door) dan menggunakna
sistem produksi single dan/atau multikamera.
Seorang sutradara memiliki wewenang yang sangat besar dalam proses
produksi dokumenter “Nagara Siang Padang”. Sutradara juga harus bisa
mengatasi masalah dalam kondisi apapun didalam proses produksi “Nagara
Siang Padang” dengan membuat keputusan yang bijak untuk menghasilkan karya
yang bagus dan bisa melancarkan dalam proses produksinya.
Seorang sutradara mengatur sebuah pengambilan gambar secara konsep
kretif yang akan menghasilkan karya dukumenter “Nagara Siang Padang” untuk
menghiasi gambar yang menarik. Sutradara juga mengatur kru dalam
melaksanakan jobdesk untuk kelanjaran produksi dokumenter “Nagara Siang
padang”.
3.2.1. Pra Produksi
Tahapan ini merupakan proses awal dari seluruh kegiatan produksi
program siaran sehingga juga disebut tahap perencanaan program siaran.
Bermula dari timbulnya sebuah ide atau gagasan yang menjadi tanggung
jawab produser, meskipun sebenarnya ide atau gagasan ini tidak dari dirinya,
artinya dapat saja datang dari luar (baca orang lain), hanya setelah mendapat
persetujuan dari pemilik ide atau gagasan tadi, tanggung jawab beralih
menjadi tanggung jawab produser yang bersangkutan. Ide atau gagasan tadi
kemudian melalui proses yang panjang, akhirnya produser yang bersangkutan
bekerja sama dengan pengarah acara/ sutradara dan penulis naskah (Setyawan,
2017:28)
Menurut Supriyadi dkk (2014:48) Sutradara dokumenter akan sangat
terbantu oleh hasil riset yang baik dengan data yang valid yang dibutuhkan
dalam dokumenter tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, Sutradara bersama penulis naskah/reporter
dan prosuser mensepakati ide yang telah dibuat bersama. Kemudian penulis
sebagai sutradara bersama produser, penulis naskah, kameraman dan editor
melakukan riset sekaligus untuk menentukan inti apa saja yang ingin di bahas
oleh penulis naskah dan sutradara menggambarkan dengan bentuk audio
visual dengan titik-titik tempat pengambilan gambar yang sudah di sepakati
oleh sutradara dan kameraman.
Selanjutnya agar memudahkan penonton untuk memahami isi dari
dokumenter yang akan kita produksi nantinya. Serta mempertimbangkan
tingkat kesulitan dari setiap adegan/moment yang akan diproduksi, yang
nantinya akan mempengaruhi biaya produksi. Ide cerita yang telah dibentuk
dalam TOR (Term Of Reference), kemudian dibedah oleh sutradara kedalam
bentuk treatment.
3.2.2. Produksi
Produksi program adalah rangkaian proses teknis yang menghasilkan
suatu produksi program Supriyadi dkk (2014:13).
Menurut Supriyadi dkk (2014:92) pada tahap produksi sutradara mulai
memimpin dan mengkontrol jalannya produksi.
Menurut Naratama dalam Fachruddin, (2014:62) pengarah acara identik
dengan sutradara televisi, yaitu seseorang yang menyutradarai program acara
televisi yang terlibat dalam proses kreatif dari pra hingga pasca produksi, baik
untuk drama maupun nondrama dengan lokasi di studio (indoor) maupun alam
(outdoor), dan menggunakan system produksi single dan/atau multicamera.
Pada tahap produksi penulis selaku sutradara melakukan pengambilan
gambar, melakukan wawancara dengan narasumber sesuai treatment yang
dibuat oleh penulis naskah. Di dalam pengambilan gambar, penulis dan
penata kamera memilih angle dan shot apa yang akan digunakan pada saat
mengambil gambar visualisasi dan wawancara.
3.2.3. Pasca Produksi
Pasca produksi (post-production) tahapan terakhir dari produksi
program siaran. Pada tahap ini rekaman materi shooting yang didapat dari
lokasi akan dilakukan proses editing. Tujuan dari editing dalah untuk
menyempurnakan materi program agar dapat memiliki makna dan
menyesuaikan dengan durasi yang tersedia (Latief dan Utud, 2017:263-264).
Menurut Supriyadi dkk, (2014:94) Sutradara melakukan control
terhadap proses edit gambar dan VO.
Pada tahap pasca produksi penulis selaku sutradara bersama editor
memilih gambar dari hasil shooting, audio visual dan music ilustrasi yang
sesuai dengan konsep dokumenter. Sutradara juga memperhatikan proses
editing dari berbagai aspek, diantaranya metode penyambungan yang
dilakukan oleh editor pada setiap pemotongan shot, dan pada saat editor
memberikan transisi dalam setiap penyambungan gambar. Aspek lainnya
yaitu colour grading.
3.2.4. Peran dan Tanggung Jawab Sutradara
Sutradara adalah orang yang bertanggung jawab atas semua hasil karya
yang baik secara artistik maupun teknik sinematik. Dia juga harus mampu
menjadi leader untuk kru yang lainnya. Sutradara harus mampu
mentransformasikan gagasannya, agar tujuan atau pesan yang ingin
disampaikan bias dipahami oleh penontonya (Supriyadi dkk, 2014:50).
Pada tahap ini penulis selaku sutradara memiliki peran dan tanggung
jawab untuk memvisualisasikan ide cerita dokumenter televisi “Nagara Siang
Padang” dengan baik dan benar. Sutradara jungga bertanggung jawab dan
mengatasi perkembangan yang terjadi dari pra produksi, produksi dan pasca
produksi.
Sutradara juga bertanggung jawab penuh dan melaksanakan produksi
sesuai dengan apa yang sudah dikonsepkan dan memberi arahan kepada
penata kamera dan editor agar sesuai dengan konsep yang sudah dibuat.
3.2.5. Proses Penciptaan Karya
Konsep yang mendukung pembuatan program dokumenter televisi
“Nagara Siang Padang” harus dibuat penulis dan diantaranya ada tiga
konsep yaitu :
a. Konsep Kreatif
Konsep dokumenter “Nagara Siang Padang” ini sutradara dengan
penulis naskah memutuskan untuk menggunakan teknik Direct
Cinema/Observational jadi dokumenter “Nagara Siang Padang” adanya
narasi, Voice Over ataupun teks. Dengan demikian sutradara dan penulis
naskah memberikan kesempatan bagi penonton untuk mengembangkan
interprestasi dan penafsirannya sendiri tentang dokumenter yang sudah
kita buat.
Dalam pencahayaan sutradara cukup membuat warna yang real adanya
karena termasuk dalam konsep sutradara. Sutradara memberikan
pencahayaan yang lebih terang untuk menambah cahaya dalam kondisi
gelap disituasi yang tidak memungkinkan untuk menambah iris kamera.
Tetapi ada kalanya dalam gambar keadaan kelap di karenakan
menggambarkan suasana yang real.
Pada Dokumenter Nagara Siang Padang, konsep pengambilan gambar
yang sutradara gunakan dari ukuran gambar, penulis menggunakan
medium shot (MS) untuk wawancara, close up (CU) untuk mengambil
detail objek, long shot (LS) untuk mengambil gambar suasana dan objek
pada saat komunitas bermain alat musik, extreme long shot (ELS) dan
very long shot (VLS) digunakan untuk mengambil pemandangan dan
suasana gunung padang dari ketinggian dan kejauhan menggunakan
drone. Dari kamera angle penulis lebih sering menggunakan eye level
pada saat wawancara. Posisi kamera yang dipakai saat wawancara yaitu
front middle left side. Teknik continity, komposisi dan cutting juga
penulis pakai pada konsep pengambilan gambar.
Sutradara juga memberikan suasana yang sesuai dengan kenyataannya.
Sutradara juga akan mengkolaborasi riset yang telah didapat, namun tetep
dengan kenyataan atau faktual.
b. Konsep Produksi
Untuk konsep produksi penulis selaku sutradara mengarahkan
narasumber pada saat wawancara agar tidak tegang dengan cara
mengobrol biasa agar terlihat santai namun tetap fokus dengan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan penulis, selain itu sutradara
memberikan pengarahan kepada penata kamera objek mana saja yang
akan diambil pada saat produksi.
c. Konsep Teknis
Dalam konsep teknis penulis selaku sutradara menggunakan
singlecam dan drone untuk mempermudah penata kamera mendapatkan
gambar-gambar serta berbagai angle yang menarik.
3.2.6. Kendala Produksi dan Solusinya
1. Pra Produksi
Kendala : Pada saat riset tidak membawa kamera profesional untuk
hunting lokasi.
Solusi : Memakai kamera handphone.
2. Produksi
Kendala :
a. Visual yang didapat pada saat produksi kurang lengkap
b. Adanya suara bising pengunjung
Solusi :
a. Membuat shotlist tambahan
b. Meminta kru yang lain untuk clear area
3. Pasca Produksi
Kendala : Adanya perbedaan pendapat dengan editor dalam
penyuntingan gambar.
Solusi : Menjelaskan dan mengarahkan kepada editor untuk
mencari gambar yang baik.
Lembar Kerja Sutradara
1. Konsep Program
2. Treatment
3. Outline Naskah
Konsep Program
Program dokumenter Nagara Siang Padang mengangkat sejarah, kultur
budaya situs gunung padang untuk memberikan informasi ilmu pengetahuan kepada
audience secara audio visual. Penulis selaku sutradara melakukan pengambilan
gambar, melakukan wawancara dengan narasumber sesuai treatment yang telah
dibuat.
Penulis juga menampilkan juru pelihara, anggota komunitas, pengunjung
asing dan pengunjung spiritual sebagai narasumber untuk memberikan informasi
yang sesuai dengan bidang dan keperluannya di Situs Gunung Padang
Dalam pencahayaan penulis cukup membuat warna yang real adanya karena termasuk
dalam konsep penyutradaraan. Dokumenter ini memakai singlecam karena penulis
ingin memaksimalkan alat yang ada, selain itu penulis menampilkan angle-angle yang
menarik dengan menggunakan drone untuk memperjelas bentuk dan susunan Situs
Gunung Padang.
Susunan gambar gambar yang diperoleh dari produksi disusun dalam tahap
editing sesuai dengan treatmen yang dibuat oleh sutradara dan bersama dengan editor
melakukan penyuntingan gambar.
Treatment Program Dokumenter
Production Company : M.O.P Films Produser : Neria Netanya
Azelina
Project Tittle : Nagara Siang Padang Sutradara : Tirta Firdaus
Durasi : 20 menit
1. Kominitas memainkan alat musik tradisional alat musik karinding
2. Arti nama Nagara Siang Padang
a. Wawancara kang Nanang koordinator juru pelihara wilayah kabupaten
cianjur
b. Asal mula terbentuknya nama Nagara Siang Padang
3. Sejarah Nagara Siang Padang
a. Wawancara kang Nanang koordinator juru pelihara wilayah kabupan
cianjur
b. Teras 2
- Membahas sejarah Nagara Siang Padang dari tahun ke tahun
- Membahas sejarah dari situs menjadi cagar budaya
- Foto-foto terdahulu abah kang nanang
- Foto foto hasil penelitian dari tahun ke tahun
- Bentuk punden berundak situs gunung padang
4. Keunikan dan keistimewaan situs gunung padang
Teras 3
a. Wawancara kang Nanang koordinator juru pelihara wilayah kabupaten
cianjur
- Membahas keunikan batu situs gunung padang
- Membahas keistimewaan situs gunung padang
- Bentuk punden berundak situs gunung padang
- Bentuk batu balok dan batu prisma
- Bentuk batu tapak maung
- Bentuk batu gamelan alat musik purba
b. Nanang memainkan alat musik batu gamelan
c. Wawancara nanang tentang istilah punden berundak
- Membahas istilah sunda terdahulu
5. Wawancara dilshan dan sajeewa pengunjung turis
- Tujuan berkunjung ke situs gunung padang
- Apa yang di dapat setelah berkunjung
6. Komunitas situs gunung padang
Teras 4
a. Wawancara kang Widodo ketua komunitas situs gunung padang
b. Tentang pekerjaan komunitas
c. Komunitas merawat situs gunung padang
d. Team komunitas menjamu tamu yang berkunjung
e. Team komunitas memainkan dan memperkenalkan musik karinding
f. Membahas musik karinding untuk energi spiritu
7. Pengunjung spiritual
a. Wawancara Firman pengunjung spiritual
- Membahas tujuan ke situs gunung padang
- Membahas manfaat situs gunung padang secara spiriual
Tabel III. 5.
Outline Program Dokumenter
Production Company : M.O.P Films Produser: Neria Netanya Azelina
Project Tittle :Nagara Siang Padang Sutradara : Tirta Firdaus
Durasi : 20 menit
NO VIDEO AUDIO
Trailer
TITLE PROGRAM “NAGARA SIANG PADANG”
masuk segmen 1
1 Gambar komunitas memainkan alat musik
tradisional
Atmosfer musik karinding
2 Gambar suasana situs gunung padang Atmosfer musik karinding
3 Wawancara Nanang Statement Nanang tentang sebuah
nama Nagara Siang Padang
4 Gambar suasana situs gunung padang Back sound :Musik instrumental
5 Wawancara Nanang Statement Nanang tentang sejarah
6 Cuplikan fofo abah kang nanang Statement Nanang tentang sejarah
7 Gambar situs gunung padang dari
ketinggian
Statement Nanang tentang sejarah
8 Gambar nj kroom peneliti arkeolog
belanda situs gunung padang
Statement Nanang tentang sejarah
9 Cuplikan gambar dokumen hasil
penelitian
Statement Nanang tentang sejarah
10 Gambar suasana situs gunung padang Statement Nanang tentang sejarah
11 Gambar batu batu situs gunung padang Statement Nanang tentang sejarah
12 Gambar bentuk situs gunung padang Statement Nanang tentang sejarah
13 Wawancara Nanang Statement Nanang tentang sejarah
Segment 2
14 VO Gambar suasana situs gunung padang VO membahas tentang cagar budaya
15 Wawancara nanang Statement Nanang tentang keunikan
dan keistimewaan situs gunung
padang
16 Gambar batu balok Statement Nanang tentang keunikan
dan keistimewaan situs gunung
padang
17 Gambar batu prisma Statement Nanang tentang keunikan
dan keistimewaan situs gunung
padang
18 Gambar batu singgasana Statement Nanang tentang keunikan
dan keistimewaan situs gunung
padang
19 Gambar batu pandarungan Statement Nanang tentang keunikan
dan keistimewaan situs gunung
padang
20 Gambar batu gamelan musik purba Statement Nanang tentang keunikan
dan keistimewaan situs gunung
padang
21 Gambar Nanang memainkan alat musik
purba batu gamelan
Atmosfer musik batu gamelan
22 Gambar ketukan tangan Nanang
memainkan alt music batu gamelan
Atmosfer musik batu gamelan
23 Wawancara nanang Statement Nanang tentang keunikan
dan keistimewaan situs gunung
padang
24 Gambar simbol simbol batu Statement Nanang tentang keunikan
dan keistimewaan situs gunung
padang
25 Gambar teras teras situs gunung padang Statement Nanang tentang keunikan
dan keistimewaan situs gunung
padang
26 Gambar bukit bukit sekitar gunung padang Statement Nanang tentang keunikan
dan keistimewaan situs gunung
padang
27 Wawancara Nanang Statement Nanang tentang keunikan
dan keistimewaan situs gunung
padang
28 Gambar aktifitas situs gunung padang Backsound musik instrumental
29 Wawancara Dilshan pengunjung turis Statement Dilshan tentang situs
gunung padang
30 Wawancara sajeewa pengunjung turis Statement sajeewa tentang situs
gunung padang
31 Gambar situs gunung padang dari
ketinggian
Statement sajeewa tentang situs
gunung padang
32 Timelapse Atmosfer
33 Gambar suasana situs gunung padang Atmosfer
34 Gambar komunitas komunitas situs
gunung padang
Atmosfer
35 Gambar pernak pernik situs gunung
padang
Back sound :Musik instrumental
Atmosfer
36 Gambar aktifitas warga sekitar gunung
padang
Back sound :Musik instrumental
Atmosfer
37 Gambar situs gunung padang dari
ketinggian
Back sound :Musik instrumental
Atmosfer
SEGMENT 3
38 Wawancara Widodo ketua komunitas situs
gunung padang
Statement Widodo tentang di
bentuknya komunitas
39 Gambar komunitas sedang merawat situs Statement Widodo tentang di
bentuknya komunitas
40 Gambar komunitas sedang menjamu para
pengunjung
Statement Widodo tentang di
bentuknya komunitas
41 Gambar komunitas memainkan musik
tradisional
Statement Widodo tentang di
bentuknya komunitas
42 Gambar komunitas sedang memotong
rumput
Statement Widodo tentang di
bentuknya komunitas
43 gambar komunitas menghibur para
pengunjung
Statement Widodo tentang di
bentuknya komunitas
45 Wawancara Widodo ketua komunitas situs
gunung padang
Statement Widodo tentang di
bentuknya komunitas
46 Wawancara Firman pengunjung spiritual Statement Firman tentang spiritual
47 Gambar suasana situs gunung padang Statement Firman tentang spiritual
48 Gambar mata air situs gunung padang Statement Firman tentang spiritual
49 Gambar perintah larangan situs gunung
padang
Statement Firman tentang spiritual
50 Wawancara Firman pengunjung spiritual Statement Firman tentang spiritual
51 BTS Backsound musik manuk dadali
3.3. Proses Kerja Penulis Naskah
Penulis naskah adalah, orang yang bertanggung jawab pada pembuatan
naskah, data riset, dan sekaligus berperan sebagai reporter juga. Supriyadi dkk,
(2014:49)
Penulis naskah sangat membutuhkan dorongan dan wawasan yang luas
dalam pembuatan naskah dokumenter. Pengembangan ide tentang produksi
dokumenter yang menarik dan penuh wawasan bagi penonton membuat
tantangan tersendiri bagi penulis, untuk terus mengembangkan ide dan wawasan
sehingga menarik dan berkonsep yang jelas.
Untuk membuat naskah dokumenter, memiliki tahapan-tahapan yakni:
penyusunan data/riset/observasi pada subyek, penulisan TOR (term of reference),
penulisan sinopsis, penulisan treatment, dan penulisan naskah itu sendiri.
Supriyadi dkk, (2014:51)
Dari hasil riset penulis dapat mengetahui bagaimana struktur penuturan yang
akan ditulis. Selanjutnya metode risetnya harus terjun langsung berkomunikasi
dengan subjeknya. Maka dari pada itu, seorang penulis naskah berperan penting
dalam sebuah produksi program dokumenter, drama, dan non drama.
3.3.1. Pra Produksi
Pra produksi adalah persiapan awal yang harus dilakukan dalam
produksi documenter. tahapan kerja ini terpenting atau utama dalam setiap
produksi film, juga televisi, baik fiksi maupun dokumenter. Produksi film
mampu berjalan lancar dan sukses karena berangkat dari persiapan produksi
yang mantap. Setiap permasalahan harus lebih dulu diselesaikan pada tahap
pra.
Peran penting bagi seorang penulis disaat praproduksi yaitu
menentukan ide yang akan menjadi bahan untuk membuat suatu cerita
Selanjutnya seorang penulis bersama sutradara dan produser menyepakati ide
untuk mengangkat tema Sejarah dan mengatur jadwal untuk melakukan riset
ke Situs Gunung Padang tersebut.
Yang dimaksud riset adalah mengumpulkan data atau informasi
melalui observasi mendalam mengenai subjek, dan lokasi sesuai tema yang
akan diketengahkan. Riset bisa dilakukan oleh tim riset khusus, bisa pula
dilakukan sendiri oleh penulis naskah merangkap sutradara. Fachruddin
(2014:344)
Setelah melakukan riset kepada narasumber, penulis dapat membuat
bahan pertanyaan-pertanyaan yang akan dibuat dalam TOR (Term Of
Reference).
Selanjutnya ide tersebut dikembangkan dan akan menjadi garis besar
cerita (treatment) untuk menjadi sandaran kualitas naskah, sehingga naskah
yang diperlihatkan sesuai dengan kejadian apa adanya.
3.3.2. Produksi
Produksi program adalah rangkaian proses teknis yang menghasilkan
suatu produksi program (Supriyadi dkk, 2014:13).
Menurut (Supriyadi,dkk, 2014:54) Ketika shooting script sudah selesai
dibuat, berarti pelaksanaan shooting sudah bisa dilakukan. Shooting script
merupakan panduan dokumentator di lapangan, shooting script ibarat sebuah
peta yang akan menghantarkan anda agar “tidak tersesat di jalan”.
Saat produksi berlangsung penulis melakukan adegan wawancara
terhadap narasumber dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat
pada tahap pra produksi. Selanjutnya penulis harus tahu cara mengarahkan
wawancara, agar yang ingin diungkap dapat terpenuhi. Dengan demikian
penulis memulai wawancara dengan pertanyaan yang sifatnya mudah atau
umum.
3.3.3. Pasca Produksi
Ketika shooting selesai bukan berarti pekerjaan selesai, proses
selanjutnya sudah menanti yakni pasca produksi. Supriyadi dkk (2014:62)
Saat pasca produksi penulis memilih jawaban-jawaban yang di dapat
pada saat produksi sesuai dengan pertanyaan yang diperlukan dalam bentuk
transkip wawancara dan juga mendampingi editor pada saat editing.
3.3.4. Peran dan Tanggung Jawab Penulis Naskah
Penulis naskah adalah orang yang bertanggung jawab pada pembuatan
naskah, data riset, dan sekaligus berperan sebagai reporter juga. Supriyadi dkk
(2014:49)
Peran penulis naskah yaitu membuat riset sesuai target, sehingga
produksi dapat berjalan dengan efisien. Kemudian penemuan ide dan
treatment juga menjadi kunci penting bagi penulis, karena semua data yang
telah kita dapatkan saat riset akan disusun dalam sebuah panduan yang
memudahkan kita melakukan shooting.
3.3.5. Proses Penciptaan karya
a. Konsep Kreatif
Penulis mengharapkan agar masyarakat dapat mengenal keunikan dari
Situs Gunung Padang yang diselingi dengan sejarah dari Situs Gunung
Padang tersebut. Karna situs gunung padang merupakan cagar budaya
nasional dan masih banyak sejarah dan ilmu pengetahuan yang dapat
dipelajari dari situs gunung padang ini.
Penulis mengembangkan sebuah alur cerita dengan ide yang
ditentukan setelah meriset. Menggunakan upaya kreatif untuk
menampilkan kejadian atau realitas, dalam bentuk documenter.
Berdasarkan data yang kami dapatkan kami dapat menyimpulkan
format program kami yaitu documenter sejarah, karna mengulas kembali
asal sebuah nama diawal, yang akan diceritakan langsung oleh narasumber
tujuan.
b. Konsep Produksi
Penulis memfokuskan kepada narasumber untuk memberikan
informasi mengenai Situs Gunung Padang dengan menyusun pertanyaan-
pertanyaan yang akan diberikan kepada narasumber.
c. KonsepTeknis
Sebelum melakukan wawancara kepada narasumber penulis terlebih
dahulu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
kepada narasumber, hal ini dilakukan agar pada saat produksi penulis
tidak memikirkan kembali masalah pertanyaan yang akan diajukan
kepada narasumber.
Penulis bekerja sama atau membantu camera person dan sutradara
untuk mencari pengambilan gambar yang baik pada saat wawancara dan
penempatan narasumber, sebab hal tersebut berpengaruh besar terhadap
apa yang ditampilkan pada saat wawancara tidak hanya mendapatkan
informasinya saja melainkan juga mendapatkan gambar yang bagus, jelas,
dan menarik.
Kemudian Penulis disini juga bekerja sama dengan editor dan
sutradara sehingga nantinya pada saat proses editiing hasil visual dapat
sesuai dengan narasi.
3.3.6. Kendala Produksi dan Solusinya
a. Pra produksi
Kendala : akses menuju lokasi sulit (Tidak terjangkau angkutan
umum)
menambah narasumber untuk menciptakan konflik di
dalam naskah
Solusinya : Mengharuskan membawa kendaraan pribadi
melakukan riset lapangan dengan narasumber tambahan.
b. Produksi
Kendala : Penulis harus melakukan pendekatan, hal ini pun sedikit
sulit dilakukan karena banyak narasumber yang harus di
wawancarai serta memiliki umur yang lebih tua dan
kesibukan yang padat.
Solusinya : Penulis melakukan pendekatan lebih dalam kepada
narasumber agar tidak merasa ada jarak antara penulis
dengan narasumber sehingga narasumber dapat bercerita
dengan lancar.
c. Pasca produksi
Kendala : Banyak pertanyaan yang sudah di lontarkan kepada
narasumber dan itu melebihi durasi yang sudah di tentukan.
Solusinya : Mengambil inti dari statement narasumber yang secara
langsung mewakili keseluruhan.
Lembar Kerja Penulis Naskah
1. Konsep Program
2. TOR
3. Treatment Naskah
4. Transkip Wawancara
Konsep Program
Program dokumenter Nagara Siang Padang ini melakukan pengambilan
gambar dan wawancara narasumber selama 3 hari disalah satu desa di daerah Cianjur.
Pada dokumenter ini Penulis ingin menampilkan sejarah yang diselingi dengan
keunikan dari Situs Gunung Padang.
Karena situs gunung padang merupakan cagar budaya nasional dan masih
banyak sejarah dan ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari dari situs gunung padang
ini.
Penulis mengembangkan sebuah alur cerita dengan ide yang ditentukan
setelah meriset. Menggunakan upaya kreatif untuk menampilkan kejadian atau
realitas, dalam bentuk dokumenter.
Berdasarkan data yang kami dapatkan kami dapat menyimpulkan format
program kami yaitu dokumenter sejarah, karna mengulas kembali asal sebuah nama
diawal, yang akan diceritakan langsung oleh narasumber tujuan.
TOR (Term of Reference)
Program Dokumenter
Production Company : M.O.P Films Produser : Neria Netanya A
Project Title : Nagara Siang Padang Sutradara : Tirta Firdaus
Durasi : 20 Menit Penulis Naskah : M. Iqbal
Masalah
Pada zaman sekarang sudut pandang terhadap sejarah dan budaya muncul
beriringan dengan teknologi yang semakin canggih, salah satu nya mengenai situs
gunung padang masih banyak masyarakat yang belum mengetahui situs ini.
Sedangkan masyarakat yang mengetahuinya hanya mengetahui dari sudut pandang
mistiknya saja hinggal hal ini dilihat oleh media dan menjadi kesempatan bagi
mereka untuk menganggkat cerita-cerita mitos dari situs gungung padang, padahal
masih bnyak hal-hal menarik yang dapat di ambil dari situs gunung padang.
Fokus
Sejarah dan ilmu pengetahuan yang dapat digali dari situs purbakala gunung
padang yang akan dijelaskan oleh Kang Maman selaku juru plihara situs gunung
padang.
Topik
Situs gunung padang ialah suatu cagar budaya nasional yang banyak dikenal
dimasyarakat sebagai tempat mistik nya, sebenar nya di luar dari pada itu situs ini
mempunyai banyak hal-hal yang lebih menarik untuk di ketahui seperti dari segi
sejarah, budaya, dan banyak nya informasi ilmu pengetahuan yang dapat di gali dari
situs gunung padang ini.
Angle
Situs gunung padang merupakan cagar budaya nasional yang masih sedikit
orang mengetahuinya. Sedikit orang yang mengetahui apa itu situs gunung padang,
bagaimana bentuk situs gunung padang tersebut, dimana lokasi situs gunung padang
tersebut, apa saja yang terdapat di area situs tersebut, seperti apa tanggapan
masyarakat sekitar tentang situs gunung padang ini.
Sumber dan Pertanyaan
1. Kang Nanang
Asal Mula pemberian nama Nagara Siang Padang?
Sejarah Gunung Padang?
Keunikan dan Keistimewaan Situs Gunung Padang (bebatuannya)?
Penjelasan bentuk Pundan Berundak?
2. Anggota Komunitas (Bp.Widodo & Bp.Yusuf)
Penjelasan tentang komunitas situs gunung padang
Apa saja aktifitas para anggota komunitas situs gunung padang
Bagaimana merawat dan menjaga situs gunung padang
Bagaimana anggota komunitas menyambut para pengunjung
3. Mr. Dilshan & Sajeewa
Apa tujuan anda datang ke gunung padang?
Apa yang anda rasakan dan dapatkan setelah berkunjung kegunung
padang?
4. Bapak Firman
Apa tujuan anda datang ke gunung padang?
Apa yang anda rasakan dan dapatkan setelah berkunjung kegunung
padang?
Treatment Naskah
Production Company : M.O.P Films Produser :Neria Netanya.A
Project Title : Nagara Siang Padang Sutradara : Tirta Firdaus
Durasi : 20 Menit Penulis Naskah : M. Iqbal
1. EXT - Sekitar Gunung padang (Pagi)
Suasana sekitar gunung padang, petunjuk jalan yang mengarahkan ke
megalitikum gunung padang. Suasana menuju gunung padang. Gunung
padang dari kejauhan.
2. EXT - Gunung Padang (Pagi).
Gunung padang dari kejauhan. Aktifitas yang ada di gunung padang.
Masuk kedalam narasi mengulas sedikit tentang judul gunung padang. (Situs
Gunung padang merupakan situs megalitikum yang ditemukan di Indonesia.
Tepatnya berada di cianjur jawa barat………)
3. EXT - Gunung Padang (Pagi)
Wawancara narasumber (Kang Nanang) yang memperkuat dan
menjelaskan tentang sejarah gunung padang (disertakan foto-foto
dokumentasi sejarah). Narasumber duduk disekitar gunung padang dan
bercerita tentang sejarah gunung padang.
4. EXT - Gunung Padang (Siang)
Mengambil gambar detail tentang bebatuan yang tersusun di gunung
padang. Gunung padang memiliki bangunan yang unik. Bebatuan yang
disusun menyerupai piramida ini memiliki 5 bagian, yaitu, teras 1, teras 2,
teras 3, teras 4 dan teras 5. Bebatuan yang digunakan memiliki bentuk yang
abstrak tetapi rata-rata memiliki 5 sudut. Bebatuan yang ada di gunung
padang ini juga memiliki kandungan besi sehingga bebatuan gunung padang
menghasilkan suara apabila di pukul.
Wawacara narasumber (Kang Nanang) menjelaskan tentang bebatuan
yang ada di gunung padang. Narasumber memukul salah satu batu dan
menghasilkan suara.
5. EXT – Teras empat gunung padang (Sore)
Wawancara salah satu anggota komunitas gunung padang, kapan
berdiri, kegiatan komunitas,
6. EXT- Gunung padang (Sore)
Di atas bukit gunung padang ini sangat menarik karna warga percaya
menjadi tempat perbintangan pada jaman dahulu. Bagaimana tidak, di atas
bukit gunung padang ini kita dapat melihat berbintangan dengan sangat jelas
baik menggunakan alat maupun dengan telanjang mata. Dipercaya pada jaman
dahulu gunung padang merupakan pusat untuk melihat berbintangan di
Indonesia.
7. EXT - Gunung Padang (Siang)
Aktifitas pengunjung di gunung padang. Following aktifitas educator
di gunung padang. Pengunjung dan team edukator berkeliling dan
menjelaskan tentang gunung padang secara singkat. Selain bangunan
bersejarah situs gunung padang menjadi tempat wisata terutama wisata regili.
Dimana banyak masyarakat yang mempercayai gunung padang padat
mengantarkan doa langsung kepada langit.
8. EXT- Gunung Padang (Sore)
Aktifitas gunung padang. Sunset.
Tabel III.6.
Transkip Wawancara
Production Company : M.O.P Films Produser : Neria Netanya Azelina
Project Title : Nagara Siang Padang Sutradara : Tirta Firdaus
Durasi : 20 menit Penulis Naskah : Muhammad Iqbal
Narasumber :
1. Kang Nanang
2. Dilshan dan Sajeewa (turis asing)
3. Kang Widodo (anggota komunitas gunung padang)
4. Pak Firman (pengunjung spiritual)
No Memory Time Logging Statement Ket
1 1 02.44-08.47 Pada tahun 1763 tempat ini sudah digunakan oleh nene moyang kita semua,
oleh leluhur, yaitu ini sebagai ajang tempat bertafakur, bertadabur alam, atau
untuk spiritual, sama sebenarnya tapi yang saya dengar seperti itu, hanya saja
ditahun 1763 tadi, tempat ini masih hutan belantara hanya beberapa bagian
batu yang diperlihatkan batu berdiri itupun yang tinggi-tinggi yang lain nya
masih ketutup-ketutup. Nah kemudian ditempat ini atau gunung padang ini
OK
pernah di teliti atau di analisis oleh arkeologi belanda bernama......... yaitu
pada tahun 1914 waktu masih hutan, nah kemudian pada tahun1979 gunung
padang mulai digunakan oleh masyarakat untuk lahan pertanian, sehingga
batu-batu ini tertutup oleh daun daun organik. Kemudian kakek saya
menanam padi, jagung, singkong dibukit ini kemudian baru ditemukan batu-
batu begini, sejajar seperti ini setelah dibuka semakin lebar
2 1 08.57-10.06 Keunikan gunung padang, kalau keunikan dan keistimewaan batu-batu yang ada di gunung padang pertama, bahwa batu-batu digunung padang ini balok dan panjang-panjang nah kemudian jenis batu nya dikategorikan sebagai jenis batu andesit, bahkan ini jenis nya andesit piroksin, artinya jenis batu yang banyak mengandung kadar besi yang tinggi, Makannya kalau batu di sentuh dengan jaripun itu nyaring bunyinya semua batu, hanya saja ada dua jenis batu musik purba yang dikenal dengan batu bonang dan batu kecapi atau batu gamelan atau juga orang mengatakan batu gong seperti itu. Itu kategori nya sebagai simbol jenis alat musik purba
OK
3 1 10.45-13.21 Bahkan lebih dari pada itu keistimewaan gunung padang mengerucut ke simbol simbol angka lima maksud nya apa atau seperti apa bahwa situs gunung padang terdiri dari lima teras, terdiri dari lima undakan, nah terdiri dari lima gerbang sejajar, kemudian keunikan yang lain di batu-batu itu banyak di temukan relief, relief itu ukiran-ukiran di batu, ada yang menyerupai jempol, kemudian ada itu nyaris simbol tangan lima jari, ada juga relief kujang, simbol pusaka sunda yaitu kujang, kemudian ada simbol jejak maung, ada singgasana, ada juga batu panjaringan, itu istilah dulu yang saya ketahui, Kemudian lebih dari pada itu ada istilah sebutan ditempat ini seperti yang dalam filsafat sunda yang saya ketahui sebelum sekarang dikenal dengan istilah punden berundak, menurut saya ini sih belum
OK
kepiramid, kecandi, ini kepunden walaupun konsepnya sama yaa, mau candi, mau punden, mau piramid semua itu nama jenis peninggalan orang tua terdahulu tetapi beda prioritasnya beda jaman nya, nah, ini menurut saya tuh namanya punden berundak, menurut saya dan ini diperkuat oleh arkeologi, nah akan tetapi sebelum dulu sebelum istilah konsepnya punden berundak dari abah dulu orang tua asli masyarakat gunung padang ini tempat gunung padang ini dikenal dengan istilah meniti taraje nincah hambalan, meniti taraje nincah hambalan, nah itu salah satu ungkapan atau arti proses perjalanan, menitih itu dari bawah berjalan perlahan hati-hati dan sampai level melalui tangga tiga empat sampai lima, itu yang saya perhatikan seperti itu, jadi itulah keunikan-keunikan yang ada di gunung padang ini seperti itu.
4 1 13.21-14.40 Before coming here, we have done a lot of searching about places to visit around Central and East Java and we found this place which has a history of seventeen thousand years and because this place has a great history in the past we finally decided to visit this place.
OK
5 1 14.40.02 When we arrived here we could see that there had been a great civilization
using high technology. When you look at these rocks you can see that there
are many structures and buildings that already exist but this time is clear
because the time has all been destroyed but there are still some structures that
survive
OK
6 1 15.35.00 Yang dikerjakan komunitas di gunjng padang ini, menyapu, menggunting
rumput, mengambil sampah trus untuk menata seperti ini kan, ini setiap garis
OK
yang dikasih tanda itu tambang kaya gitu itu tugas kami juga sebenarnya,
selain untuk mempe4kenalkan ke anak-anak muda sekarang, karna itu kan
selama ini seolah-olah yang di sebut alat musik tradisional itu seolah-olah
seperti punah, kita perkenalkan dengan membawa itu, ketika mereka
berkunjung kesini mereka bertanya itu alat musik apa, kita jelaskan ini yang
disebut alat musik tradisional disebut karinding, selain karinding ada yang
disebut celempung, trus suling, kecapi, dulu itu dipergunakan untuk
mengusir hama dan untuk mengiringi upacara-upacara seperti ritual.
7 1 15.40.05 Yang saya tau ini tempatkan salah satu peradaban tertua didunia katanya, trus
ditempat ini juga dulu konon didirikan untuk niatannya mereka mendirikan
nya untuk mendekatkan diri lagi kesang maha pencipta, jadi saya dan teman-
teman saya tuh datang ke sini itu untuk meneruskan, untuk meneruskan apa
yang mereka sudah kerjakan, jadi saya meluangkan waktu dikeseharian saya
untuk pergi ke tempat ini untuk lebih mendekatkan diri lagi kesang pencipta
dengan menikmati semua yang sudah dia berikan kekita. Termasuk tempat
ini.
OK
8 1 17.09.00 Kalau secara spiritual karna berdasarkan niatnya tadi, yaa untuk lebih
mendekatkan diri, saya merasa lebih mudah untuk bersyukur terhadap semua
kenikmatan yang sudah diberikan melalui alam semesta yang ada ditempat
ini, trus pengaruh nya kekehidupan saya kepribadian menjadi lebih baik
mudah untuk menikmati, untuk lebih mudah bersyukur, dengan apa yang ada
ketimbang mengeluh dengan apa yang belum punya.
OK
3.4. Proses Kerja Penata Kamera
Cameraman atau penata kamera adalah orang yang bertanggung jawab atas
pengambilan gambar untuk program televisi (Rusman Latief dan Yustiatie Utud,
2015:131).
Menurut Supriyadi dkk (2014:182) Penata kamera bertanggung jawab
terhadap penggerakan dan mengoperasikan kamera dan sering juga melakukan
pencahayaan dalam suatu adegan.
Proses pembuatan dokumenter televisi “Nagara Siang Padang”, seorang
penata kamera tidak bekerja sendirian dalam bekerja pada saat produksi. Penata
kamera akan berdiskusi dengan produser dan sutradara untuk membuat camera
report yang akan diambil pada saat produksi dokumenter televisi ini.
Sebagai penata kamera harus dapat mevisualisasikan isi skenario yang nanti
di tentukan konsepnya oleh sutradara. Jadi tidak hanya merekam saja tetapi juga
menghasilkan visual yang berkarakter dari shoot yang diambil, punya angle yang
menarik selain itu juga menentukan bloking-bloking yang nantinya tidak
melanggar kaidah garis imajiner serta tidak berantakan dengan bloking lighting.
3.4.1. Pra Produksi
Pra Produksi dalam buku kamus besar bahasa Indonesia (Edisi 2008: 4)
yang artinya Pra- artinya suatu tahapan awal sebelum memasuki tahapan
selanjutanya yaitu tahapan produksi dan sedangkan untuk Produksi artinya
suatu proses atau mengeluarkan hasil yang memuaskan dari pembuatan film.
Menurut Supriyadi dkk (2014:148) didalam tahap pra produksi ini
penata kamera berdiskusi dengan produser dan sutradara untuk menentukan
gambar yang akan di ambil saat shooting, merencanakan sequence gambar
yang akan di ambil.
Tugas penata kamera pada saat pra produksi adalah Mempelajari semua
naskah yang sudah di setujui oleh produser, Mengimplementasikan naskah ke
dalam sebuah bentuk dan gerak serta tata letak kamera melalui floor plan
kamera, Menguasai macam- macam segi kamera agar sesuai dengan kualitas
gambar yang akan di pakai untuk proses produksi, berdiskusi tentang
ilustrasiyang akan di ambil dalam segi floor plan dengan sang sutradara.
(Fachruddin, 2014 : 368)
Sesuai kutipan diatas penata kamera pada proses pra produksi
melakukan hunting lokasi bersama seluruh tim untuk bertemu narasumber
yang terlibat dalam dokumenter, serta memastikan lokasi yang mana yang
menjadi target pengambilan gambar bersama sutradara. Penulis juga
menghadiri rapat seluruh tim sebagai persiapan sebelum produksi. Sesuai
prosedur penata kamera membantu sutrdara untuk mem persiapkan tata
kamera memberikan saran atas angle dan shot-shot yang tepat dan
mempersiapkan perlengkapan teknis.
3.4.2. Produksi
Menurut Supriyadi dkk (2014:13) menjelaskan bahwa Produksi adalah
rangkaian proses teknis menghasilkan suatu produksi program.
Tahapan produksi ini tidak dilakukan sendiri melainkan harus
kesepakatan seluruh alat dan melakukan shooting ditemani oleh sutradara.
Tugas penata kamera saat produksi adalah mengoprasikan kamera
untuk shooting live atau taping program baik di dalam maupun diluar studio,
Memberikan saran ke director untuk pengambilan gambar terbaik,
bertanggung jawab untuk pemeliharaan kamera agar tetap siap
operasi,bertanggung jawab terhadap kualitas gambar komposisi dan lensa,
selalu menggunakan istilah teknis dalam operasional produksi, bekerjasama
dengan baik bersama semua kru produksi mengikuti intruksi director atau
pengarah acara untuk memperoleh gambar sesuai dengan script.
( Supryadi dkk, 2014 : 150 )
Kesimpulan diatas pada produksi dokumenter televisi penulis sebagai
penata kamera, Produksi menjadi tahapan yang sangat penting bagi seorang
penata kamera, karena kesuksesan dalam sebuah karya tergantung pada
tahapan ini. Tahapan ini menjadi sebuah penentu dalam penciptaan karya.
3.4.3. Pasca Produksi
Menurut supriyadi dkk (2014:149) penata kamera membuat label pada
materi (kaset atau file tergantung kamera yang digunakan.menuliskan catatan
dalam katalog yang isinya berupa (liputan apa saja, gambar apa saja, gambar
siapa saja) ini digunakan demi kebutuhan proses editing dan dokumentasi,
membuat time code dari hasil liputan.
Penata kamera menyimpan hasil shooting yang dari memory card
dicopy ke laptop untuk diserahkan oleh penyunting gambar sesuai shooting
list. Penata kamera juga tahap mereview atau evaluasi hasil gambar dan
membantu atau menjelaskan ke penyunting gambar atau editor jika kurang
pahami.
3.4.4. Peran dan Tanggung Jawab Penata Kamera
Peran dan tanggung jawab penata kamera yaitu mengambil gambar
sesuai dengan kebutuhan serta bertanggung jawab terhadap materi visual dan
audio saat proses dilapangan (Irwanto dkk,2014:149)
Menurut Latief dan Utud (2015:132) Jika cameraman bertugas
merekam program siaran televisi program informasi bertanggung jawab
dengan objek yang direkam. Pada saat masuk ke studio dengan format
program hiburan dengan system multi kamera, peran cameraman akan menjai
operator kamera. Seluruh pergerakan, angle dan penempatan posisi kamera
diarahka dari panel studio oleh PD. Tidak dapat dengan kemauannya sendiri
mengambil gambar tetapi sesuai atau permintaan PD.
Dari kutipan diatas peran dan tanggung jawab penata kamera pada saat
pra produksi menyiapkan peralatan kamera jenis apa yang digunakan serta
semua peralatan dites agar tidak ada masalah pada saat produksi. Pada saat
produksi penata kamera bertanggung jawab pengambilan gambar dan menjaga
alat-alat produksi.
Sedangkan di pasca produksi menemani penyunting gambar untuk
melihat hasil gambar yang telah disetujui oleh sutradara dan memilih atau
preview gambar yang diperlukan untuk diedit sesuai skenario dokumenter
televisi yang telat dibuat. Maksud dari preview mengecek hasil video hasil
shooting ketika ada gambar goyang atau tidak sesuai treatment atau director
shot maka dibuang cari gambar yang sesuai treatment yang layak untuk diedit
videonya yang hasil gambar tidak ada kendala dari audio maupun gambar.
3.4.5. Proses Penciptaan Karya
Pada program dokumenter televisi yaitu mengangkat “Nagara siang
padang” bertugas menjadi penata kamera dikarenakan sangat tertarik untuk
mengangkat sejarah tentang gunung padang yang berada di daerah cianjur.
Dalam program dokumenter televisi lebih terfokuskan ke sejarah tempat itu
dan susunan batu-batu yang menarik dan konon katanya setiap batu itu
memiliki arti masing-masing.
Penata kamera ingin memberikan sebuah gambar yang indah dan
menarik untuk dilihat oleh penonton. Penata kamera juga ingin menerapkan
apa yang sudah dapat selama menjalani proses perkuliahan adapun proses
tahapan penciptaan karya yang penata kamera lewati sebagai berikut:
1. Konsep Kreatif
Pada program dokumenter televisi yaitu mengangkat “nagara siang
padang” ini lebih terfokuskan ke sejarah situs gunung padang itu sendiri
dan batu-batu yang memiliki makna disetiap bentuk dan susunannya.
Penata kamera ingin memberikan sebuah gambar yang indah dan
menarik untuk dilihat oleh penonton. Penata kamera juga ingin
menerapkan apa yang sudah didapat selama menjalani proses
perkuliahan.
Dalam perekaman gambar penulis menempatkan kamera
berdasarkan arahan sutradara, memory card sebagai metode
penyimpanan karena format tersebut mudah dipindahkan ke hardisk dan
laptop. Selain itu penulis juga harus mempelajari dan memahami angel-
angel pengambilan gambar. Berikut ada beberapa angel-angel
pengambilan gambar :
a. MS (Medium Shot)
Gambar di ambil dari pinggang ke atas hingga kepala
objek: penempatkan penonton pada sebuah komunitas yang
sedang memainkan alat musik karinding mewawancarai
narasumber, dan pengambilan shoot pintu masuk gunung
padang.
b. CU (Close Up)
Gambar di ambil dari jarak yang dekat. Batas kepala
hingga leher bagian bawah: menempatkan penonton pada
susunan batu-batu, pemandangan area sekitar situs gunung
padang.
c. LS (Long Shot)
Gambar objek dengan latar belakang yang jelas:
menempatkan penonton pada gambar suasana situs gunung
padang, gambar bukit-bukit sekitar situs gunung padang,
suasana tangga situs, dan suasana pengunjung situs gunung
padang.
d. Wide
Menonjolkan pemandangan yang lebar atau luas:
mempatkan penonton pada time lapse situs gunung padang,
gambar teras-teras punden berundak dan time lapse matahari
tenggelam
2. Konsep Produksi
Pada konsep ini penulis memegang jabatan sebagai Penata kamera.
Konsep produksi yang digunakan adalah merekam kegiatan serta
pernyataan wawancara dari narasumber,
Penata kamera pada program dokumenter ini bekerja sama dengan
produser terutama sutradara untuk menyatukan kekompakan dalam
membuat program dokumenter televisi ini hingga dikemasnya jadi
manarik dan pesan yang disampaikan bisa sampai ke penonton. Penata
kamera berusaha dengan sebaik-baiknya agar documenter ini menjadi
sesuai dengan apa yang diharapkan.
3. Konsep Teknis
Penulis, menggunakan kamera Sony NEX-VG 30 karena gambar
yang dihasilkan berkualitas bagus dan kamera tersebut mudah di pahami
serta tidak rumit dalam melakukan pengaturan kamera oleh penulis.
Adapun beberapa tambahan yaitu tripod, slider, LED, dan clip on yang
membantu dalam proses kerja kamera dalam pengambilan gambar dan
suara.
Pada tahap ini, sebagai penata kamera akan mempersiapkan segala
kebutuhan alat saat produksi untuk memenuhi keinginan sutradara
dalam hal pengambilan gambar. Pemilihan alat yang digunakan
diantaranya :
1. 1 set kamera Sony Nex VG 30 HD Camcorder PAL Zoom Lens
(Tripod, Batteray, charger)
2. Drone DJI phantom 4 PRO
3. Lensa canon EF 16-35mm F/2,8 L USM
4. Lensa canon EF 24-70MM F/2,8 L USM
5. Lensa canon EF 70-200MM F/2,8 L II IS USM
6. Adafter commlite
7. Monitor HDMI 7” for DSLR camera
8. LED video light 15 inch bi-color (ATT VL-1200 DR)
9. Rode mic pro
10. Wireless clip on
11. Ifootage shark slider
3.4.6. Kendala Produksi dan Solusinya
a. Pra Produksi
Kendala :
1. Berdebat masalah jenis kamera yang ingin digunakan pada
saat produksi antar sutradara, produser dan penata kamera
2. Pada saat riset lokasi adanya kendala di perjalanan yaitu
perbedaan arah jalan masuk menuju lokasi yang di tempuh.
Solusi :
1. Dan akhirnya produser dan sutradara pun memilih jenis
kamera yang sesuai dengan budged yang telah di sepakati
bersama.
2. kita mengambil jalan masing-masing dan bertemu dilokasi
Produksi.
b. Produksi
Kendala :
1. Pada saat shooting pagi terganggu dengan kabut yang
tebal yang menutupi pemandangan lokasi
2. Pada saat terakhir wawancara narasumber tidak sesuai
jadwal yang di harapakan beliau datang agak siang
karena mungkin distu kondisi semalam habis hujan
Solusi :
1. Menunggu kabut hilang dengan terbitnya matahari
2. Menunggu narasumber datang ke lokasi
c. Pasca Produksi
Kendala :
1. Kekuranagn stok shot lokasi akhirnya kami memutuskan
untuk mengambil gambar di curug dan ternyata tidak
diperbolehkan karena waktu yang sudah mulai sore
kondisi jalan kurang bagus dan pada saat itu dalam
keadaan gerimis
2. Adanya sedikit salah paham antara crew akibat miss
komunikasi
Solusi :
1. Menunggu sampe besok dan kita mengisi luang dengan
ngbrol dan poto dokumen-dokumen yang berasa di rumah
narasumber
2. Berkumpul dan dibicarakan baik-baik dan saling mengrti
satu sama lain
Lembar Kerja Penata Kamera
1. Konsep Program
2. Spesifikasi Kamera
3. Camera Report
Konsep Program
Pada program dokumenter televisi mengangkat “Nagara Siang Padang” ini
lebih terfokuskan ke sejarah situs gunung padang dan batu-batu yang memiliki makna
disetiap bentuk dan susunannya. Penata kamera ingin memberikan sebuah gambar
yang indah dan menarik untuk dilihat oleh penonton. Dalam perekaman gambar
penulis menempatkan kamera berdasarkan arahan sutradara, dan menggunakan
memory card sebagai metode penyimpanan karena format tersebut mudah
dipindahkan ke hardisk dan laptop.
Pada program dokumenter ini hanya menggunakan single cam dan character
program yang digunakan adalah taping. Penata camera bekerja sama dengan produser
terutama sutradara untuk menyatukan kekompakan dalam membuat program
dokumenter televisi ini hingga dikemas jadi menarik dan pesan yang disampaikan
bisa sampai ke penonton.
Penulis, menggunakan kamera Sony NEX-VG 30 karena gambar yang dihasilkan
berkualitas bagus dan kamera tersebut mudah di pahami serta tidak rumit dalam
melakukan pengaturan kamera oleh penulis.
Tabel III.7.
Spesifikasi Kamera
Gambar III.1.
Camera Type Camcorder
Sensor Sensor Size : APS-C (Nikon DX,
Pentax,Sony)
Sensor Type : CMOS
Effective Pixels : 16.1 megapixels
Controls Minimum ISO : 100
Maximum ISO : 25600
Fastest shutter speed (1/n seconds) :
4000
Slowest shutter speed (n seconds) :
30 seconds
Focus Point : 25
max continous shooting speed :
6FPS
Display Size : 3 inches
Articulating / hinged screen : Yes
Video Video Capture : Yes
Max. resolution : 1080p
Standard framerate (s) : 24,60
Software RAW support RAW, RAW + JPEG
Lens
Interchangeable : Yes
Supported mounts : Sony E
Focal Length (wide) : 18mm
Focal length (telephoto) : 200 mm
Widest aperture / f-stop : 3.5
Optical zoom : 11.1 x
Storage Supported media : SD, SDHC,
SDXC, Memory Stick Pro Duo,
Memory Stick Pro-HG Duo.
Audio Built – in speaker : Yes
Built – in microphones : Yes
Microphone input : Yes
Ports Video Out : Yes
Connection (s) : USB, HDMI mini,
3.5mm stereo audio, AV Multi
Battery Model : NP-FV70
Removable : Yes
Spesifikasi lengkap DRONE DJI PHANTOM 4 PRO
Gambar III.2.
Aircraft
Weight (Battery & Propellers
Included) 1388 g
Diagonal Size (Propellers
Excluded) 350 mm
Max Ascent Speed S-mode: 6 m/s
P-mode: 5 m/s
Max Descent Speed S-mode: 4 m/s
P-mode: 3 m/s
Max Speed
S-mode: 45 mph (72 kph)
A-mode: 36 mph (58 kph)
P-mode: 31 mph (50 kph)
Max Tilt Angle
S-mode: 42°
A-mode: 35°
P-mode: 25°
Max Angular Speed S-mode: 250°/s
A-mode: 150°/s
Max Service Ceiling Above Sea
Level 19685 feet (6000 m)
Max Flight Time Approx. 30 minutes
Operating Temperature Range 32° to 104°F (0° to 40°C)
Satellite Positioning Systems GPS/GLONASS
Hover Accuracy Range
Vertical:
±0.1 m (with Vision Positioning)
±0.5 m (with GPS Positioning)
Horizontal:
±0.3 m (with Vision Positioning)
±1.5 m (with GPS Positioning)
Vision System
Vision System
Forward Vision System
Backward Vision System
Downward Vision System
Velocity Range ≤31 mph (50 kph) at 6.6 ft (2 m) above
ground
Altitude Range 0 – 33 feet (0 – 10 m)
Operating Range 0 – 33 feet (0 – 10 m)
Obstacle Sensory Range 2 – 98 feet (0.7 – 30 m)
FOV 60°(Horizontal), ±27°(Vertical)
Measuring Frequency 10 Hz
Operating Environment Surface with clear pattern and adequate
lighting (lux>15)
Camera
Sensor 1’’ CMOS
Effective pixels: 20M
Lens
FOV 84° 8.8 mm/24 mm (35 mm format
equivalent) f/2.8 – f/11 auto focus at 1 m –
∞
ISO Range
Video:
100 – 3200 (Auto)
100 – 6400 (Manual)
Photo:
100 – 3200 (Auto)
100- 12800 (Manual)
Mechanical Shutter Speed 8 – 1/2000 s
Electronic Shutter Speed 8 – 1/8000 s
Max Image Size 3:2 Aspect Ratio: 5472 × 3648
4:3 Aspect Ratio: 4864 × 3648
16:9 Aspect Ratio: 5472 × 3078
PIV Image Size
4096×2160
3840×2160
2720×1530
1920×1080
1280×720
Still Photography Modes
Single Shot
Burst Shooting: 3/5/7/10/14 frames
Auto Exposure Bracketing (AEB): 3/5
bracketed frames at 0.7 EV Bias
Interval: 2/3/5/7/10/15/20/30/60 s
Video Recording Modes
H.265
C4K:4096×2160 24/25/30p @100Mbps
4K:3840×2160 24/25/30p @100Mbps
2.7K:2720×1530 24/25/30p @65Mbps
2.7K:2720×1530 48/50/60p @80Mbps
FHD:1920×1080 24/25/30p @50Mbps
FHD:1920×1080 48/50/60p @65Mbps
FHD:1920×1080 120p @100Mbps
HD:1280×720 24/25/30p @25Mbps
HD:1280×720 48/50/60p @35Mbps
HD:1280×720 120p @60Mbps
H.264
C4K:4096×2160 24/25/30/48/50/60p
@100Mbps
4K:3840×2160 24/25/30/48/50/60p
@100Mbps
2.7K:2720×1530 24/25/30p @80Mbps
2.7K:2720×1530 48/50/60p @100Mbps
FHD:1920×1080 24/25/30p @60Mbps
FHD:1920×1080 48/50/60 @80Mbps
FHD:1920×1080 120p @100Mbps
HD:1280×720 24/25/30p @30Mbps
HD:1280×720 48/50/60p @45Mbps
HD:1280×720 120p @80Mbps
Max Video Bitrate 100 Mbps
Supported File Systems FAT32 (≤32 GB); exFAT (>32 GB)
Photo JPEG, DNG (RAW), JPEG + DNG
Video MP4/MOV (AVC/H.264; HEVC/H.265)
Supported SD Cards
Micro SD
Max Capacity: 128GB
Write speed ≥15MB/s, Class 10 or UHS-1
rating required
Operating Temperature Range 32° to 104°F (0° to 40°C)
Gimbal
Stabilization 3-axis (pitch, roll, yaw)
Controllable Range Pitch: -90° to +30°
Max Controllable Angular Speed Pitch: 90°/s
Angular Control Accuracy ±0.01°
Infrared Sensing System
Obstacle Sensory Range 0.6 – 23 feet (0.2 – 7 m)
FOV 70° (Horizontal), ±10° (Vertical)
Measuring Frequency 10 Hz
Operating Environment
Surface with diffuse reflection material,
and reflectivity > 8% (such as wall, trees,
humans, etc.)
Remote Controller
Operating Frequency 2.400 – 2.483 GHz and 5.725 – 5.825 GHz
Max Transmission Distance
2.400 – 2.483 GHz (Unobstructed, free of
interference)
FCC: 4.3 mi (7 km)
CE: 2.2 mi (3.5 km)
SRRC: 2.5 mi (4 km)
5.725 – 5.825 GHz (Unobstructed, free of
interference)
FCC: 4.3 mi (7 km)
CE: 1.2 mi (2 km)
SRRC: 3.1 mi (5 km)
Operating Temperature Range 32° to 104°F (0° to 40°C)
Battery 6000 mAh LiPo 2S
Transmitter Power (EIRP)
2.400 – 2.483 GHz
FCC: 26 dBm
CE: 17 dBm
SRRC: 20 dBm
5.725 – 5.825 GHz
FCC: 28 dBm
CE: 14 dBm
SRRC: 20 dBm
Operating Current/Voltage 1.2 [email protected] V
Video Output Port GL300E: HDMI
GL300F: USB
Mobile Device Holder
GL300E: Built-in display device (5.5 inch
screen, 1920×1080, 1000 cd/m2, Android
system, 4 GB RAM+16 GB ROM)
GL300F: Tablets and smart phones
Intelligent Flight Battery
Capacity 5870 mAh
Voltage 15.2 V
Battery Type LiPo 4S
Energy 89.2 Wh
Net Weight 468 g
Charging Temperature Range 41° to 104°F (5° to 40°C)
Max Charging Power 100 W
Charger
Voltage 17.4 V
Rated Power 100 W
Tabel III.8.
Camera Report
Production Company : M.O.P Films Produser : Neria Netaya Azelina
Project Tittle : Nagara siang padang Sutradara : Tirta Firdaus
Durasi : 20 menit
NO
Segment
Visual
Video
Audio
Ket. Shot Size Angle Moving
1 1 LS Eye Level Still
Gambar komunitas
memainkan alat musik
tradisional
Atmosfer musik
karinding
OK
2 1 CU Eye Level Still
Gambar komunitas
memainkan alat musik
tradisional
Atmosfer musik
karinding
OK
3 1 ECU Eye Level Moving
(drone)
Gambar suasana situs
gunung padang
Atmosfer musik
karinding OK
4 1 MS Eye Level Still Wawancara kang Nanang
Statement Nanang
tentang sebuah nama
Nagara Siang
Padang
OK
4 1 ELS
Eye Level
Moving(drone) Gambar suasana situs
gunung padang
Back sound :Musik
instrumental OK
5 1 ELS High angle Moving(drone) Gambar suasana situs
gunung padang
Back sound :Musik
instrumental OK
6 1 MU Eye Level Still Wawancara kang Nanang
Statement kang
Nanang tentang
sejarah
OK
7 1 ELS Eye level Moving(drone) Gambar situs gunung
padang dari ketinggian
Statement kang
Nanang tentang
sejarah
OK
8 1 CU Eye level still
Gambar NJ kroom peneliti
arkeolog belanda situs
gunung padang
Statement kang
Nanang tentang
sejarah
OK
9 1 CU Eye level Still Cuplikan gambar dokumen
hasil penelitian
Statement kang
Nanang tentang
sejarah
OK
10 1 ELS
Eye level
Moving
(drone)
Gambar suasana situs
gunung CU padang
Statement kang
Nanang tentang
sejarah
OK
11 1 CU Eye level Moving
(drone)
Gambar suasana situs
gunung CU padang
Statement kang
Nanang tentang
sejarah
OK
12 1 CU Eye level Still Gambar batu batu situs
gunung padang
Statement kang
Nanang tentang
sejarah
OK
13 1 ELS Eye level Moving(drone) Gambar bentuk situs gunung
padang
Statement kang
Nanang tentang
sejarah
OK
14 1 MS Eye level Still Wawancara kang Nanang
Statement kang
Nanang tentang
sejarah
OK
15 2 ELS Eye level Still VO Gambar suasana situs
gunung padang
VO membahas
tentang cagar budaya OK
16 1 LS Eye level Still VO Gambar suasana situs
gunung padang
VO membahas
tentang cagar budaya OK
17 1 CU Eye level Still VO Gambar suasana situs
gunung padang
VO membahas
tentang cagar budaya OK
18 2 MS Eye level Still Wawancara kang nanang
Statement kang
Nanang tentang
keunikan dan
keistimewaan situs
gunung padang
OK
19 2 CU Eye level Still Gambar batu balok
Statement kang
Nanang tentang
keunikan dan
keistimewaan situs
gunung padang
OK
20 2 CU Eye level Still Gambar batu prisma
Statement kang
Nanang tentang
keunikan dan
keistimewaan situs
gunung padang
OK
21 2 CU Eye level Still Gambar batu singgasana
Statement kang
Nanang tentang
keunikan dan
keistimewaan situs
gunung padang
OK
22 2 MS Eye level Still Gambar batu pandarungan
Statement kang
Nanang tentang
keunikan dan
keistimewaan situs
gunung padang
OK
23 2 LS High level Still(change
focus)
Gambar batu gamelan musik
purba
Statement kang
Nanang tentang
keunikan dan
keistimewaan situs
gunung padang
OK
24 2 LS Eye level Still
Gambar kang Nanang
memainkan alat musik
purba batu gamelan
Atmosfer musik batu
gamelan OK
25 2 CU High level Still
Gambar ketukan tangan
kang Nanang memainkan alt
music batu gamelan
Atmosfer musik batu
gamelan OK
26 2 MS Eye level Still Wawancara kang nanang
Statement kang
Nanang tentang
keunikan dan
keistimewaan situs
gunung padang
OK
27 2 CU Paning
right CU Still Gambar simbol simbol batu
Statement kang
Nanang tentang
keunikan dan
keistimewaan situs
OK
gunung padang
28 2 LS Eye level Still Gambar teras teras situs
gunung padang
Statement kang
Nanang tentang
keunikan dan
keistimewaan situs
gunung padang
OK
29 2 CU Eye level Still Gambar teras teras situs
gunung padang
Statement kang
Nanang tentang
keunikan dan
keistimewaan situs
gunung padang
OK
30 2 ELS Eye level Moving
(drone)
Gambar bukit bukit sekitar
gunung padang
Statement kang
Nanang tentang
keunikan dan
keistimewaan situs
gunung padang
OK
31 2 MS Eye level Still Wawancara kang Nanang
Statement kang
Nanang tentang
keunikan dan
keistimewaan situs
gunung padang
OK
32 2 LS Eye level Still Gambar aktifitas situs
gunung padang
Backsound musik
instrumental OK
33 2
CU high angle Still
Gambar aktifitas situs
gunung padang
Backsound musik
instrumental OK
34 2 ELS Eye level Still Gambar aktifitas situs
gunung padang
Backsound musik
instrumental OK
35 2 VLS Eye level Still Gambar aktifitas situs
gunung padang
Backsound musik
instrumental OK
36 2 MS Eye
level Still
Wawancara Dilshan
pengunjung turis
Statement Dilshan
tentang situs gunung
padang
OK
37 2 MS Eye
level Still
Wawancara sajeewa
pengunjung turis
Statement sajeewa
tentang situs gunung
padang
OK
38 2 ELS Eye level Moving(drone) Gambar situs gunung
padang dari ketinggian
Statement sajeewa
tentang situs gunung
padang
OK
39 2 CU Eye level Still Gambar suasana situs
gunung padang
Atmosfer
OK
40 2 LS Eye level Still Gambar suasana situs
gunung padang
Atmosfer
OK
41 2 LS High angle Moving(drone) Gambar komunitas situs
gunung padang Atmosfer OK
42 2 CU Eye level Paning right Gambar pernak pernik situs
gunung padang
Back sound :Musik
instrumental
OK
43 2 LS Eye level Still Gambar aktifitas warga
sekitar gunung padang
Back sound :Musik
instrumental
Atmosfer
OK
44 2 ELS Eye level Moving(drone) Gambar situs gunung
padang dari ketinggian
Back sound :Musik
instrumental
Atmosfer
OK
45 3 MS Eye level Still
Wawancara Widodo ketua
komunitas situs gunung
padang
Statement Widodo
tentang di bentuknya
komunitas
OK
46 3 LS Eye level Paning right Gambar komunitas sedang
merawat situs
Statement Widodo
tentang di bentuknya
komunitas
OK
47 3 CU hight angle Still Gambar komunitas sedang
merawat situs
Statement Widodo
tentang di bentuknya
komunitas
OK
48 3 LS High angle Paning left Gambar komunitas sedang
menjamu para pengunjung
Statement Widodo
tentang di bentuknya
komunitas
OK
49 3 CU Eye level Still
Gambar komunitas
memainkan musik
tradisional
Statement Widodo
tentang di bentuknya
komunitas
OK
50 3 CU Hight angle Still Gambar komunitas sedang
memotong rumput
Statement Widodo
tentang di bentuknya
komunitas
OK
53 3 LS Hight angle Still gambar komunitas
menghibur para pengunjung
Statement Widodo
tentang di bentuknya
komunitas
OK
54 3 MS Eye level Still
Wawancara Widodo ketua
komunitas situs gunung
padang
Statement Widodo
tentang di bentuknya
komunitas
OK
55 3 MS Eye level Still Wawancara Firman
pengunjung spiritual
Statement Firman
tentang spiritual OK
56 3 MS Eye level Still Gambar suasana situs
gunung padang
Statement Firman
tentang spiritual OK
57 3 CU Hight angle Still Gambar mata air situs
gunung padang
Statement Firman
tentang spiritual OK
58 3 LS Eye level Still Wawancara Firman
pengunjung spiritual
Statement Firman
tentang spiritual OK
3.5. Proses Kerja Penyunting Gambar
Editing adalah suatu penyuntingan yang dilakukan terhadap gambar
bergerak dari hasil perekaman kamera yang dalam prosesnya melalui
penyeleksian, pemilihan dan pemilahan, penggabungan, termasuk unsur suara
untuk dijadikan rangkaian utuh dalam suatu produksi.” Editor atau Penyunting
gambar bekerja di tahap akhir, seorang yang bertanggung jawab dan bertugas
menyunting gambar bergerak melalui proses seleksi memilih, memilah untuk
dijadika sebuah rangkain kesatuan film yang utuh (Supriyadi dkk,2014:10)
Menurut Fachruddin (2014:395) editing televisi adalah proses menyusun,
memaipulasi, dan merangkai ulang rekaman video (master tape) menjadi suatu
rangkaian cerita yang baru (sesuai naskah) dengan memberikan penambahan
tulisan, gambar, atau suara sehingga mudah dimengerti dan dapat dinikmati
pemirsa.
Sesuai kutipan diatas, penulis sebagai editor menjaga kesinambungan setiap
perpindahan scene yang sudah masuk pada proses editing. Editor tidak hanya
mengikuti arahan sutradara tetapi memberikan kreatif masukan-masukan
ataupun solusi dalam suatu gambar dan audio dan bekerja sama saat penyunting
gambar dengan sutradara agar hasil yang diperoleh maksimal sesuai yang
diharapkan.
3.5.1. Pra Produksi
Menurut latief dan Utud (2015:148) pra produksi adalah tahapan
pelaksanaan pembahasan dan pencarian ide, gagasan, perencanaan, lokasi,
pemilihan pengisi acara (talent) lokasi dan kerabat kerja kru.
Pra produksi merupakan tahapan yang penting dalam sebuah produksi
program, karena dalam tahapan ini semua persiapan pada langkah awal
sebelum pelaksanaan produksi di lakukan. Semakain baik persiapan yang di
lakukan, maka semakin baik pula program yang akan ditayangkan.
Menurut Rahmawati dan Rusnandi dalam Supriyadi dkk (2014: 148-
149) mengemukakan bahwa “editor bekerja setelah proses produksi selesai
namun editor sudah dilibatkan bahkan sebelum proses produksi dimulai.
Menurut Fachruddin (2015:397) penyutingan gambar pada dasarnya
harus memiliki tujuan yang pasti. Tujuan tersebut yang intinya mengatur atau
membawa seorang penyunting gambar ke sebut hasil yang baik.
Pada tahapan pra produksi, Setelah ide ditemukan dan disepakati
bersama untuk dilakukan karya tugas akhir yang kemudian dikembangkan
oleh penulis naskah, Penulis sebagai editor bersama rekan tim lainnya, mulai
menganalisa kembali naskah baik secara konseptual maupun teknis dengan
membahas dan mendiskusikan konsep editing yang diinginkan oleh sutradara.
Penulis sebagai seorang editor diharapkan sudah mulai mengambil
bagian untuk menganalisa keseluruhan pada naskah/treatment program yang
telah dibuat penulis naskah, dimulai dengan melihat adegan apa saja yang
tertulis, memahami ide dari cerita yang akan di sajikan baik itu dari tema, alur
cerita, tujuan, memilah-memilih hal yang penting dan tidak penting dalam
keseluruhan isi cerita, pesan informasi utama apa yang ingin disampaikan
serta siapa saja yang menjadi target audien dan apa tujuan dari program
tersebut.
Setelah menganalisa naskah, penulis diharapkan dapat menemukan
gambar dan ikut memberikan saran kepada sutradara dengan menamparkan
konsep editing dan merencanakan system kerja seperti apa yang akan di
lakukan dalam suatu proses pengemasan karya yang akan dibuat berjudul
“Situs megalitikum Gunung padang” ini nantinya, sehingga produksi mampu
editing nantinya akan terkonsep dan dikemas dengan baik sehingga dapan
menghasilkan karya yang lebih baik.
3.5.2. Produksi
Produksi Siaran Program Televisi adalah suatu proses pengiriman sinyal
ke berbagai lokasi secara bersamaan baik melalui satelit, radio, televisi,
komunikasi data pada jaringan dan lain sebagainya, dan bisa juga
didefinisikan sebagai layanan server ke client yang menyebarkan data kepada
beberapa client sekaligus dengan cara paralel dengan akses yang cukup cepat
dari sumber video atau audio. (Apip,2014:72)
Keterlibatan editor dalam tahap produksi ini adalah proses untuk
merubah naskah ke dalam bentuk gambar. Prubahan visual ini bertujuan
program yang dibuat dapat dinikmati oleh penonton dan pesan yang ingin
disampaikan tercapai. Dalam tahap produksi editor dapat membantu atau
mengawal sutradara dalam hal shot yang akan diambil agar jangan sampai
terlewat (Supriyadi dkk,2014:167)
Menurut Supriyadi dkk (2014:92) aktivitas pada produksi editor adalah
desain grafis animator mulai merancang bahan animasi untuk id program
bumper dan template serta memikirkan transisi serta efek-efek yang akan
digunakan.
Dalam proses produksi dokumenter televisi penulis sejak awal harus
melakukan perumusan ide, perumusan konsep saat riset, penulis naskah,
hingga perekaman gambar. Dengan demikian editor dapat memahami gambar
keseluruhan dalam taham produksi.
Saat produksi penyunting gambar memberi masukan untuk mengambil
gambar bila ada beberapa shot yang terlewatkan ke sutradara, medampingi
penata kamera, mengawasi proses produksi atau membantu dalam hal
pengambilan stock shoot untuk mempermudahkan dalam proses editing.
3.5.3. Pasca Produksi
Tahapan pasca produksi adalah proses atau tahap yang dilalui setelah
semua materi dasar program berupa shot-shot dan unsur pendukungannya
sudah selesai. Atau kolaborasi kerjasama antara sutradara dengan editor sudah
dimulai. (Supriyadi dkk,2014:167)
Menurut Supriyadi dkk (2014:168) “Dalam proses ini editor
memegang peranan penting dalam peyusunan gambar hingga menjadi satu
kesatuan cerita yang utuh dan sesuai cerita yang diinginkan.”
Saat proses ini seorang editor dapat menyusun rekaman gambar,
Tahapan Proses editing sebagai berikut:
a. Logging
Logging adalah proses editor memotong gambar, mencatat waktu
pengambilan gambar dan memilih shot- shot yang ada di sesuaikan
dengan camera report. Proses logging itu diperlukan sebagai
antipasti dari penunya kapasitas hardisk sehingga pemilihan gambar
yang paling baik akan membuat hardisk tidak terlalu penuh.
(Supriyadi dkk, 2014:148)
b. Digitizing
Adalah proses merekam/memasukan gambar dan suara yang telah
dilogging. (Supriyadi dkk, 2014:148)
c. Offline editing
Menurut Supriyadi dkk, (2014:150) Sebuah proses menata gambar
sesuai scenario dan urutan shot yang telah ditentukan sutradara.
Dalam proses offline terdapat aktivitas memanggil file gambar yang
telah dilogging dan digitized untuk diurutkan sesuai konsep cerita.
1. Selection of shot and action
Disini edior dan sutradara mengevaluasi keseluruh hasil
syuting, kemudian mencatat gambar (shoot) aksi (adegan)
yang dianggap terbaik. (Ayawaila, 2008:155)
2. Assembly cut atau first assembly
Shoot-shoot terbaik mulai digunting dan disusun sesuai
kode nomor urut yang diberikan. Keputusan pemilihan
shoot didasari beberapa pilihan antara lain: karena
indahnya gambar, tipe shoot sudut pengambilan atau gerak
kamera yang semua sesuai dengan selera estetika,
pemahaman sinematografi dan filmis kita (Ayawaila,
2008:155)
3. Rough cut
Masih secara kasar editor mulai merancang bangun
struktur, tempo, dan irama urutan gambar sesuai alur yang
diinginkan, sekaligus mengukur paduannya dengan panjang
narasim dialog maupun music. (Ayawaila,2008:156)
d. Online Editing
Online editing atau final cut adalah saat proses editing mendekati
tahap akhir sesudah editor melakukan pemilihan, pemontongan, dan
merangkai urutan shoot sesuai tempo dan rhitme/ irama (rhythm).
Ini dapat dilihat dari rangkaian adegan yang membentuk sequens
hingga membentuk kontruksi cerita utuh (Ayawaila, 2008:158).
Transisi Editing merupakan peralihan dari gambar atau shot yang
satu ke berikutnya. Sebagai berikut:
1. Cut merupakan transisi shoot pertama ke shoot berikutnya
secara langsung. Transisi paling umum digunakan dan paling
fleksibel.
2. Dissolve merupakan transisi shoot dimana gambar pada shoot
sebelumnya selama beberapa saat bertumpuk dengan shoot
setelahnya
Dalam proses editing seorang editor bertanggung jawab untuk
menghubungkan shoot-shoot yang telah diambil kemudian menjadi satu
peristiwa yang utuh dalam rangkaian scene ataupun sequence agar
mempunyai makna dan pesan yaitu materi informasi yang bersangkutan
dengan pembahasan setiap segmennya, dibahas sesuai dengan unsur fakta
yang diperoleh dari riset dan dipadukan dengan jenis informasi yang tidak
terikat waktu (timeless) atau berita yang penyajiannya kepada khalayak tidak
harus secepat mungkin karena informasi yang terkandung dapat disaksikan
berkali-kali.
Ada 3 syarat penting dalam editing menurut (Sarwo, 2014:216) :
a. Kesinambungan Cerita (Continuity)
b. Kesinambungan gambar dan kesinambungan suara
c. Kesinambungan irama adegan, hubungan antara shot, sequence,
memahami loncatan-loncatan ruang dan waktu yang terjadi pada
keseluruhan cerita.
3.5.4. Peran dan Tanggung Jawab Penyunting Gambar
Menurut Supriyadi dkk (2014:82) “Peran dan tanggung jawab editor
mengoperasika peralatan editing pada pasca produksi. Sering membuat atau
membantu dalam kreatif keputusan editing. Menentukan susunan shot yang
akan digunakan dengan mendiskusikan kepada sutradara, dan bertanggung
jawab penuh atas penyesesaian akhir suatu karya audio visual.
Penulis mempunyai tanggung jawab dalam proses penyuntingan mulai
dari gambar dan suara agar menjadi sebuah tampilan visual maupun audio
yang baik serta membentuk alur cerita yang ada menjadi lebih menarik,
menyiapkan berbagai keperluan editor pada saat dibutuhkan, memilih gambar
sesuai treatment agar bisa memahami alur cerita yang akan dibuat, serta
memotong gambar yang tidak diperlukan sesuai dengan isi karya dokumenter
atau pesan yang akan disampaikan kepada penonton, agar khalayak dapat
memahami dan menyerap isi dari karya dokumenter tersebut.
3.5.5. Proses Penciptaan Karya
a. Konsep Kreatif
Memiliki konsep dan ide-ide kreatif untuk menjadikan program
dokumenter yang dibuat kelihatan lebih menarik secara pendidikan
sejarah sehingga informasi dapat tersampaikan dengan baik kepada
audience.
Dalam konsep kreatif penyunting gambar menyajikan audio visual
yang menarik dan tidak membosankan untuk ditayangkan kepada para
audience untuk mengenal sejarah Gunung padang. maka dari itu
penyunting gambar menyiapkan beberapa transisi cross dissolve, efek
camera blur, efek control, efek warp stabilizer dan memakai color
grading dan seimbang dengan backsound yang pas sehingga audio
visual atau film yang dihasilkan bagus dan menarik untuk di tayangkan
kepada para penonton. Untuk backsound penulis menggunakan
instrument seruling Sunda sehingga terkesan lebih menarik.
b. Konsep Produksi
Konsep Produksi editing yang penulis lakukan kepada konsep ini
melakukan cut to cut video yang tidak sesuai dengan treatment yang
telah dibuat, agar menghasilkan video yang sesuai dengan konsep
naskah, serta untuk mempermudah proses editing mengumpulkan data-
data saat pra hingga produksi.
c. Konsep Teknis
Proses teknis disini adalah berupa rangkaian kerja editing mulai
dari proses logging, capturing, cutting, rendering hingga proses akhir
finishing hasil kerja. Dalam konsep teknis juga penulis sebagai
penyunting gambar menggunakan alat spesifikasi yang tinggi untuk
hardware seperangkat komputer HP pavilion noteebook serta mouse
dan menggunakan software adobe premiere Pro CC 2015 untuk
menghasilkan karya maksimal.
3.5.6. Kendala Produksi dan Solusinya
Pada dasarnya pada penyunting gambar atau pada tahap editing pasti
mengalami kendala-kendala:
1. Pra Produksi
Kendala : Pada saat menentukan konsep editing untuk program
dokumenter televisi Nagara Siang Padang ini, penulis
mengalami kesulitan dalam mendapatkan gambaran visual
seperti apa nanti konsep editing yang akan dibuat penulis sebagai
seorang editor.
Solusi : penulis mencari referensi gambar dari beberapa film
dokumenter yang memiliki shot – shot atau angle yang
editingnya menarik.
2. Produksi
Kendala : Suara audio dalam tahap pengambilan gambar banyak
yang noise atau tidak bagus.
Solusi : Penyunting gambar mengedit dengan cara merubah
audio di software editing.
3. Pasca Produksi
Kendala : Pada proses editing penulis telah menyusun gambar sesuai
dengan treatment yang telah dibuat tetapi durasi yang
dihasilkan film tersebut melewati durasi
Solusi : Penulis memilih ulang gambar dan wawancara yang tidak
benar- benar terpakai.
Lembar Kerja Editor
1. Konsep Program
2. Laporan Editing
3. Proses Pembuatan Program ID
4. Spesifikasi Editing
Konsep Program
Proses penciptaan sebuah karya ini bermula dari rapat produksi Editor dan
tim. Setelah memilih sebuah tema yang sudah ditentukan, akhirnya tim memutuskan
untuk membuat karya program film dokumenter televisi yang berjudul “NAGARA
SIANG PADANG”. Secara teknis program ini melakukan cut to cut video yang
sesuai dengan treatment yang telah dibuat sehingga audio visual atau film yang
dihasilkan bagus dan menarik untuk di tayangkan kepada para penonton. Maka
konsep dan ide-ide kreatif untuk menjadikan program dokumenter yang dibuat
kelihatan lebih menarik secara pendidikan sejarah sehingga informasi dapat
tersampaikan dengan baik kepada audience.
Laporan Editing
Production Company : M.O.P Films Produser : Neria Netanya Azelina
Project Tittle : Negara Siang Padang Sutradara : Tirta Firdaus
Durasi : 20 menit
No Time Ext/Int Visual Video Audio SFX Transisi Video
effect Durasi
Audio
efffect
Audio
Transisi
1 00:00:00-
00:00:05 - Bars And Tune
Suara
Sensor Cutting - 5 Detik -
2 00:00:05-
00:00:10 - - - Cutting - 5 Detik - -
3 00:00:10-
00:00:15 - Id Program - - Cutting - 5 Detik - -
4 00:00:15
00:00:20 - Counting Leader -
Suara
Counting
leader
Cutting - 5 Detik - -
5 00:00:25-
00:00:34 Ext
Suasana situs
gunung padang
dari ketinggian
Alat music
tradisional
Suara musik
karinding Cutting - 9 detik - -
6 00:00:34-
00:00:37 Ext
Komunitas gunung
padang memainkan
alat music
Alat music
tradisional
Suara musik
karinding Cutting - 3 detik - -
tradisional
7 00:00:37-
00:00:40 Ext Gambar tanaman
Alat music
tradisional
Suara musik
karinding Cutting - 3 Detik - -
8 00:00:40-
00:00:44 Ext
Gambar tanaman
dan batu gunung
padang
Alat music
tradisional
Suara music
karinding Cutting - 4 detik - -
9 00:00:44-
00:00:47 Ext
Jejeran batu-batu
gunung padang
Alat music
tradisional
Suara music
karinding
tradisional
Cutting - 3 detik - -
10 00:00:47-
00:00:57 Ext
Suasana situs
gunung padang
dari ketinggian
Alat music
tradisional
Suara music
karinding
tradisional
Cutting - 10 detik - -
11 00:00:57-
00:01:00 Ext
Gambar batu
balok gunung
padang
Alat music
tradisional
Suara music
karinding
tradisional
Cutting - 3 detik - -
12 00:01:00-
00:01:04 Ext
Komunitas gunung
padang memainkan
alat music
tradisional
Alat music
tradisional
Suara music
karinding
tradisional
Cutting - 4 detik -
13 00:01:04-
00:01:11 Ext
Gambar batu
berdiri gunung
padang
Alat music
tradisional
Suara music
karinding
tradisional
Cutting - 7 detik -
14 00:01:11-
00:01:14 Ext
Komunitas gunung
padang memainkan
alat music
Alat music
tradisional
Suara music
karinding
tradisional
Cutting 3 detik -
tradisional
15 00:01:14-
00:01:17 Ext
Gambar rundukan
batu-batu teras dua
Alat music
tradisional
Suara music
karinding
tradisional
Cutting 3 detik -
16 00:01:17-
00:01:29 Ext
Komunitas gunung
padang memainkan
alat music
tradisional
Alat music
tradisional
Suara music
karinding
tradisional
Cutting 12 detik EQ
+Highpass
Constant
Power
17 00:01:29-
00:01:57 Ext
Wawan cara kang
nanang -
statement
kang nanang Cutting 28 detik
EQ
+Highpass
Constant
Power
18 00:01:57-
00:02:04 Ext
Gambar Suasana
gunung padang dai
ketinggian
- statement
kang nanang Cutting - 7 detik - -
19 00:02:04-
00:02:22 Ext Wawan cara kang
nanang -
Instrument
kang nanang Cutting - 18 detik - -
20 00:02:22-
00:02:31 Ext
Suasana situs
gunung padang
dari ketinggian
Instrument Seluling
sunda Cutting - 9 detik - -
21 00:02:31-
00:02:34 Ext
Gambar rundukan
batu-batu teras tiga Instrument
Seluling
sunda Cutting - 3 detik - -
22 00:02:34-
00:02:44 Ext
Gambar tangga
pintu masuk Instrument
Seluling
sunda Cutting - 10 detik - -
23 00:02:44-
00:02:46 Ext
Gambar tulisan
tangga 300 meter Instrument
Seluling
sunda Cutting - 2 detik - -
24 00:02:46-
00:02:48 Ext
Gambar tangga
gunung padang Instrument
Seluling
sunda Cutting - 2 detik - -
25 00:02:48-
00:02:52 Ext
Gambar tulisan
sumur kaharupan Instrument
Seluling
sunda Cutting - 4detik - -
26 00:02:52-
00:02:56 Ext Gambar sumur Instrument
Seluling
sunda Cutting - 4 detik
EQ
+Highpass
Constant
Power
27 00:02:56-
00:03:19 Ext
Wawan cara kang
nanang -
Statement
kang nanang Cutting - 23 detik - -
28 00:03:19-
00:03:24 Ext
Suasana gunung
padang dari ke
tinggian
- Statement
kang nanang Cutting - 5detik - -
29 00:03:24-
00:03:28 Ext
Gambar batu-batu
teras empat -
Statement
kang nanang Cutting - 4detik - -
30 00:03:28-
00:03:32 Ext
Gambar batu-batu
teras empat -
Statement
kang nanang Cutting - 4 detik - -
31 00:03:32-
00:03:39 Ext Wawancara kang
nanang -
Statement
kang nanang Cutting - 7 detik - -
32 00:03:39-
00:03:46 Ext
Gambar foto NJ
Krom arkeolog
belanda
- Statement
kang nanang
Camera
blur +
cross
dissolve
- 7 detik - -
33 00:03:46-
00:03:54 Ext
Wawancara kang
nanang -
Statement
kang nanang Cutting - 8 detik - -
34 00:03:54-
Ext Gambar gunung
- Statement
Cutting - 7 detik - -
00:04:11 padang dari
ketinggian
kang nanang
35 00:04:11-
00:05:03 Ext
Wawancara kang
nanang -
Statement
kang nanang Cutting - 53 detik - -
36 00:05:03-
00:05:11 Ext
Gambar foto
pengeboran
gunung padang
- Statement
kang nanang Cutting - 8 Detik - -
37 00:05:11-
00:05:20 Ext
Wawancara kang
nanang -
Statement
kang nanang Cutting - 9 detik - -
38 00:05:20-
00:05:28 Ext
Gambar undakan
gunung padang -
Statement
kang nanang Cutting - 8 detik -
-
39
00:05:28-
00:05:36 Ext
Wawancara kang
nanang
Statement
kang nanang Cutting 8 detik
EQ
+Highpass
Constan
power
40
00:05:36-
00:05:56 Ext
Gambar suasana
gunung padang Atmosfer Cutting 20 detik
EQ
+Highpass
Constan
power
41
00:05:56-
00:09:11 Ext
Wawancara kang
nanang
Statement
kang nanang Cutting
3 menit
15 detik
EQ
+Highpass
Constan
power
42 00:09:11- Ext Gambar suasana
sekitar gunung Instument Musik sunda Cutting 15 detik EQ Constan
00:09:26 padang +Highpass power
44 00:09:26-
00:09:34 Ext
Wawancara kang
nanang
Statement
kang nanang Cutting 8 detik
46 00:09:34-
00:09:41 Ext
Gambar batu
balok gunung
padang
Statement
kang nanang Cutting 7 detik
47 00:09:41-
00:09:47 Ext Wawancara kang
nanang
Statement
kang nanang Cutting 6 detik
48 00:09:47-
00:09:51 Ext Gambar batu
firoksin andesit
Statement
kang nanang Cutting 4 detik
49
00:09:51-
00:10:04 Ext Wawancara kang
nanang
Statement
kang nanang Cutting 13 detik
50 00:10:04-
00:10:09 Ext Gambar batu
gamelan
Statement
kang nanang Cutting 5 detik
51 00:10:09-
00:10:17 Ext Gambar gunung
padang
Statement
kang nanang Cutting 8 detik
52 00:10:17-
00:10:55 Ext
Gambar kang
nanang
memainkan alat
musik batu
gamelan
Atmosfer Musik batu
gamelan Cutting 37 detik
EQ
+Highpass
Constan
power
53 00:10:55-
00:11:03 Ext Wawancara kang
nanang
Statement
kang nanang Cutting 9 detik
EQ
+Highpass
Constan
power
54
00:11:03-
00:11:27 Ext
Gambar gunung
padang dari
ketinggian
Statement
kang nanang Cutting 23 detik
56
00:11:27-
00:11:56 Ext
Gambar ukiran
simbol simbol
batu gunung
padang
Statement
kang nanang Cutting 29 detik
57
00:11:56-
00:13:30 Ext Wawancara kang
nanang
Statement
kang nanang Cutting
1 menit
34 detik
58 00:13:30-
00:14:00 Ext
Gambar suasana
masyarakat dan
pengunjung
Instrumen Musik sunda Cutting 30 detik EQ
+Highpass
Constan
power
59 00:14:00-
00:14:30 Ext
Wawancara
dilshan dan
sajeewa
Statment
dilshan Cutting 30 detik
60 00:14:30-
00:15:07 Ext
Gambar struktur
batu gunung
padang
Statment
sajeewa Cutting 37 detik
61
00:15:07-
00:15:19 Ext
Wawancara
dilshan dan
sajeewa
Statment
sajeewa Cutting 12 detik
EQ
+Highpass
Constan
power
62 00:15:19-
00:15:27 Ext
Wawancara
widodo ketua
komunitas
gunung padang
Statment
widodo Cutting 9 detik
EQ
+Highpass
Constan
power
63 00:15:19-
00:15:37 Ext
Gambar
komunitas
merawat situs
gunung padang
Statment
widodo Cutting 18 detik
64 00:15:37-
00:15:43 Ext
Wawancara
widodo ketua
komunitas situs
gunung padang
Statment
widodo Cutting 6 detik
65 00:15:43-
00:15:45 Ext Gambat suasana
gunung padang
Statment
widodo Cutting 2 detik
66 00:15:45-
00:15:54 Ext
Wawancara
widodo ketua
komunitas
gunung padang
Statment
widodo Cutting 9 detik
EQ
+Highpass
Constan
power
67 00:15:54-
00:16:13
Gambar
komunitas
memainkan alat
musik
Statment
widodo Cutting 20 detik
68 00:16:13-
00:16:22
Wawancara
widodo ketua
komunitas situs
gunung padang
Statment
widodo Cutting 9 detik
69 00:16:22-
00:16:47 Gambar suasana
malam hari Instument Musik sunda Cutting 25 detik
EQ
+Highpass
Constan
power
70 00:16:47-
00:18:14
Wawancara
firman
pengunjung
spiritual
Statment
firman Cutting 27 detik
EQ
+Highpass
Constan
power
71 00:18:47-
00:19:00
Kesan dan pesan
situs gunung
padang
instrument Cutting 13 detik
72 00:19:00-
00:20:00 BTS instrument
Manuk
dadali Cutting 1 menit
Proses Pembuatan Program ID
1. Colour Bar
Gambar III.3.
2. Loggo BSI
Gambar III.4.
3. Program ID
Gambar III.5.
4. Counting Leader
Gambar III.6.
5. Isi Program
Gambar III.7.
6. Kerabat Kerja
Gambar III.8.
7. Copy Right
Gambar III.9.
8. CV Crew
Gambar III.10.
8. Behind The Scene
Gambar III.11.
Spesifikasi Editing
Gambar III.12. HP pavilion notebook
Operating system : window 10 home single language 64-bit (10,0 build
16299)
Language : English
System manufacturing : HP
System mode : HP pavilion notebook
BIOS : F,77
Prosesor : intel (R) core (TM) i5-6200 CPU @ 2,30 GHz (4
CPUs),2.4GHz
Memory : 4096 MB RAM
Page file : 4492 MB used, 2514 MB available
Device
Nama : intel (R) HD graphics 520
Manufacture : intel corporation
Chip type : intel (R) HD grafhics family
DAC Type : internal
Device type : full display device
Approxt, total memory : 2095 MB
Display memory (VRAM) : 128 MB
Shared memory : 1967 MB