BAB III KETENTUAN PERMOHONAN IZIN KAWIN BAGI...
Transcript of BAB III KETENTUAN PERMOHONAN IZIN KAWIN BAGI...
39
BAB III
KETENTUAN PERMOHONAN IZIN KAWIN BAGI ANGGOTA POLRI
DI KEPOLISIAN DAERAH JAWA TENGAH
A. Sekilas Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kepolisian
Daerah Jawa Tengah
Sebelum penulis membahas tentang keberadaan Kepolisian Daerah
Jawa Tengah secara mendetail, akan dideskripsikan pemahaman tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang biasa disingkat dengan
POLRI. Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 5 Undang-undang Republik
Indonesia Nomor: 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia, bahwa “Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat
negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam
negeri.”1 Sedangkan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah
pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.2 Atau yang biasa
disebut Polisi.
Dalam sejarah Kepolisian diperoleh petunjuk bahwa Kepolisian di
Indonesia berkembang semenjak zaman penjajahan Belanda, zaman
pendudukan Jepang, zaman revolusi fisik, zaman Republik Indonesia Serikat,
1 POLRI dan Pertahanan Negara, Undang-undang R.I. Nomor 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Indonesia. Jakarta: CV. Eka jaya, 2002, hlm.21. 2 Lihat, pasal 1 ayat 2 Undang-undang R.I. Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Indonesia,
40
zaman demokrasi parlemen, zaman demokrasi terpimpin, zaman orde baru dan
zaman reformasi dewasa ini. Polri secara resmi merupakan bagian dari ABRI
semenjak TAP MPRS tahun 1960 dan UU No. 13 / 1961 tentang Kepolisian
Negara.3 Kemudian dengan menggeloranya gelombang reformasi, berimbas
pada tuntutan terhadap POLRI agar terpisah dari ABRI, dan tuntutan itu
dikabulkan pada tanggal 1 April 1999. Secara resmi POLRI terpisah dari
ABRI.
Sehingga dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya Kepolisian
Negara Republik Indonesia berada dibawah Presiden dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia dipimpin oleh Kapolri yang dalam pelaksanaan tugasnya
betanggungjawab kepada Presiden sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan,4 seterusnya ke bawah sesuai dengan urutan kepangkatan yang ada
dalam POLRI. Bahwa kepangkatan yang lebih rendah harus bertanggung
jawab kepada atasannya sesuai dengan urutan kepangkatan atau yang biasa
disebut urutan hierarchi. Kapolri berkantor di Mabes POLRI, yang mana
Mabes POLRI tersebut membawahi Kepolisian Daerah, termasuk didalamnya
Kepolisian Daerah Jawa Tengah.
Untuk diangkat menjadi anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia seorang harus memenuhi syarat sekurang-kurangnya sebagai
berikut:
a. Warga Negara Indonesia;
3 Anton Tabah, Membangun Polisi Yang Kuat, Jakarta: Mitra Hardha Suma, 2002, hlm.
18. 4 Lihat, Pasal 8 ayat 1 dan 2 Undang-undang RI, nomor: 2 tahun 2002 tentang kepolisian
Negara Republik Indonesia.
41
b. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945;
d. Berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum atau yang
sederajat;
e. Berumur paling rendah 18 (delapan belas) tahun;
f. Sehat jasmani dan rohani;
g. Tidak pernah dipidana karena melakukan suatu kejahatan;
h. Berwibawa, jujur, adil dan lahir tidak tercela dan;
i. Lulus pendidikan dan pelatihan pembentukan anggota kepolisian.5
Dengan persyaratan-persyaratan yang berlaku tersebut diharapkan
sebagai angggota POLRI dapat menjadi Polisi yang tangguh, beriman dan
berintelektual tinggi. Sehingga keberadaan polisi ditengah-tengah masyarakat
dapat menjalankan tugas dan wewenangnya dengan baik. Adapun tugas dan
kewenangan POLRI ada lima pokok. Yakni, pertama: sebagai alat negara
penegak hukum polisi wajib memelihara dan menegakkan hukum. Kedua:
selaku pengayom, Polisi wajib memberikan perlindungan dan pelayanan pada
masyarakat. Ketiga: selaku pembimbing, polisi wajib melakukan bimbingan
dan penyuluhan pada masyarakat. Keempat: selaku kekuatan sosial dan
kekuatan Hankam, polisi wajib menolong dan membantu masyarakat yang
5 Lihat, pasal 21 ayat 1 Undang-undang RI, nomor: 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
42
tertimpa musibah atau bencana. Dan kelima : polisi wajib melakukan segala
tugas dan kewajibannya sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.6
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa sebagai anggota POLRI
mempunyai tugas yang sangat berat, tanpa mengenal waktu. Bahkan selalu
siap 24 jam sewaktu-waktu dibutuhkan. Untuk itu seorang anggota POLRI
harus memiliki tiga karakteristik penampilan yaitu:
a. Penampilan Kepribadian, adalah perwujudan sikap prajurit POLRI yang
senantiasa mengutamakan sikap kepejuangan yang di jiwai semangat sapta
marga, sumpah prajurit dan kode etik kepolisian. Jadi prajurit POLRI
harus lebih dahulu mengutamakan sikap kejuangannya baru kemudian
profesionalismenya.
b. Penampilan fisik, adalah performa, sikap tampan yang tergambar dalam
sikapnya selalu baik. Penampilan fisik sebagai seorang prajurit POLRI
juga terpancar pada sikap gagah perkasa, tegap dan kuat. Namun tidak
terkesan galak dan beringas maupun loyo memelas.
c. Penampilan Teknis, adalah penampilan yang mampu menunjukkan mutu
dan kualitas profesionalisme POLRI. Hal mana tercermin setiap sikap dan
tindakan kepolisian tak ada kesan ragu-ragu, tetapi pasti, karena benar-
benar menguasai hukum dan perundang-undangan serta berbagai Juklak
maupun juknis dari pimpinannya.7
6 Anton Tabah, Menatap dengan hati Polisi Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1991, hlm. 82. 7 Anton Tabah, Patroli Polisi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993, hlm.33-34.
43
Keteladanan yang ada dalam diri anggota POLRI ini tidak dibeda-
bedakan antara polisi satu dengan polisi yang lainnya atau wilayah satu
dengan lainnya. Sehingga tidak menutup kemungkinan polisi yang ada di
Polda Jawa Tengah termasuk dalam satu wadah dibawah Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang juga harus melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya dengan baik dan benar.
1. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Tengah.
Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah, disingkat Polda,
adalah badan pelaksana utama POLRI pada tingkat kewilayahan yang
berkedudukan dibawah Kapolri.8 Termasuk didalamnya Polda Jawa
Tengah.
Adapun tugas Polda Jawa Tengah adalah bertugas
menyelenggarakan tugas pokok POLRI dalam pemeliharaan keamanan
dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum dan pemberian
perlindungan dan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta
tugas-tugas POLRI yang lain dalam daerah hukumnya (Jawa Tengah),
sesuai ketentuan hukum dan peraturan / kebijakan yang berlaku dalam
organisasi POLRI. Hal ini mengacu pada Keputusan Kapolri tentang
organisasi dan tata kerja kepolisian Negara Indonesia Daerah (Polda) pasal
2. Setiap Kepolisian Daerah (Polda) dikepalai oleh Kapolda dan setidak-
tidaknya berpangkat Inspektur Jendral (Irjend). Seperti halnya yang ada di
8 Lihat, Pasal 1 Keputusan Kapolri No.pol: kep / 54 / X / 2002. Tentang organisasi dan
tata kerja Polda tahun 2002.
44
Polda Jawa Tengah yang dipimpin oleh seorang Inspektur Jendral Pol.
Drs. Chaerul Rasyid. Yang berkantor di Markas Kepolisian Negara
Republik Indonesia Daerah disingkat Mapolda Jawa Tengah beralamat di
Jl. Pahlawan No.1 Semarang. Polda Jawa Tengah dalam pelaksanaan
tugasnya membawahi seluruh Polres yang ada di wilayah Jawa Tengah.9
Susunan organisasi di Mapolda Jawa Tengah terdiri dari :
a. Unsur pimpinan dan pelaksana staf.
1. Kepala Polda disingkat Kapolda
2. Wakil kepala Polda disingkat Waka Polda
b. Unsur Pembantu Pimpinan dan pelaksana staf.
1. Inspektorat pengawas umum daerah disingkat Itwasda.
2. Biro perencanaan umum dan pengembangan disingkat Rorenbang.
3. Biro operasi disingkat Roops.
4. Biro pembinaan kemitraan disingkat Robinamitra.
5. Biro personel disingkat Ropers.
6. Biro lgistik disingkat Rolog.
c. Unsur pelaksana staf khusus / pendidikan dan pelayanan.
1. Bidang pertanggungjawaban profesi dan pengamanan internal
disingkat Bidpropam.
2. Bidang hubungan masyarakat disingkat Bidhummas.
3. Bidang pembinaan hukum disingkat Bidbinkum.
4. Bidang telekomunikasi dan informatika disingkat Bidtelematika.
9 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Kompol Drs. Partono, Kasubag Binrohtal Polda Jateng
pada tgl 13 juni 2005 di Mapolda Jateng.
45
5. Bidang kedokteran dan kesehatan disingkat Biddakes.
6. Bidang keuangan disingkat Bidku.
7. Sekolah Polisi Negara disingkat SPN.
8. Sekretariat Umum disingkat setum.
9. Detasemen Markas disingkat Denma.
d. Unsur Pelaksana utama.
1. Direktorat Intelijen keamanan disingkat Ditintelkam.
2. Direktorat Reserse kriminal disingkat Ditreskrim.
3. Direktorat Samapta disingkat Ditsamapta.
4. Direktorat lalu Lintas disingkat Ditlantas
5. Direktorat Kepolisian Perairan disingkat Ditpolair.
6. Satuan Brigade mobil disingkat Satbrimob.
7. Direktorat Narkotika dan obat-obatan berbahaya disingkat
Ditnarkoba.
e. Unsur Pembantu Pimpinan dan pelaksanaan staf kewilayahan.
Kepolisian Negara Republik Indonesia wilayah disingkat Polwil.10
Polwil adalah unsur pembantu pimpinan dan pelaksana staf
kewilayahan pada Polda tertentu yang berkedudukan dibawah
Kapolda. Polwil bertugas membantu Kapolda dalam penyelenggaraan
komando dan pengendalian operasional dan pembinaan Polres dan
10 Hasil wawancara penulis dengan Ibu Asmarawati, Staf Admin Subbag Binrohtal Polda
Jawa Tengah pada tanggal 13 juni 2005 di Mapolda Jateng.
46
jajarannya11 kepolisian Jawa tengah sendiri terdapat beberapa Polwil
yang membawahi beberapa Polres. Polwil tersebut adalah:
1. Polwil Banyumas, terdiri dari beberapa Polres yaitu:
a. Polres Cilacap
b. Polres Banyumas.
c. Polres Purbalingga
d. Polres Banjarnegara
2. Polwil Kedu, terdiri dari beberapa Polres, yaitu
a. Polresta Magelang.
b. Polres Magelang.
c. Polres Purworejo.
d. Polres Kebumen.
e. Polres Temanggung.
f. Polres Wonosobo.
3. Polwil Surakarta, terdiri dari beberapa Polres yaitu:
a. Polresta Surakarta.
b. Polres Klaten.
c. Polres Sukoharjo
d. Polres Wonogiri.
e. Polres Karanganyar.
f. Polres Sragen.
g. Polres Boyolali.
11 Lihat, Pasal 31 Keputusan Kapolri,No.Pol.kep/ 5 / X/ 2002. op.cit.
47
4. Polwil Pati, yang terdiri dari beberapa Polres yaitu:
a. Polres Pati.
b. Polres Kudus.
c. Polres Jepara.
d. Polres Rembang.
e. Polres Blora.
f. Polres Grobogan.
5. Polwiltabes Semarang, terdiri dari beberapa Polres yaitu:
a. Polresta Semarang Timur.
b. Polresta Semarang Barat
c. Polresta Semarang Selatan
d. Polres Salatiga.
e. Polres Kendal.
f. Polres Demak.
6. Polwil Pekalongan terdiri dari beberapa Polres yaitu:
a. Polres Pekalongan.
b. Polres Batang.
c. Polres Pemalang
d. Polres Tegal.
e. Polres Slawi.
f. Polres Brebes.12
12 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Kompol Drs. Partono, Kasubag Binrohtal
Polda Jateng pada tgl 13 juni 2005 di Mapolda Jateng.
48
Setiap bidang di Polwil di Jawa Tengah dikepalai oleh seorang
anggota POLRI yang setidak-tidaknya berpangkat Komisaris Besar /
Kombes, dan setiap Polres setidak-tidaknya dikepalai oleh seorang
POLRI berpangkat Ajudan Komisaris Besar Polisi / AKBP.13
Dari susunan organisasi yang ada di Polda Jawa Tengah, setiap
bidang mempunyai tugas yang berbeda. Perlu kami sampaikan disini
tugas dari masing-masing bagian di Polda Jawa Tengah, karena kita
akan mengetahui bagian yang bertugas memberikan izin kawin bagi
anggota POLRI, sebagaimana yang tercantum dalam Sekep Kapolri
no.pol: KEP / 54 / X / 2002 sebagai berikut:
a. Kapolda bertugas memimpin–membina dan mengkoordinasikan
satuan-satuan organisasi dalam lingkungan Polda serta
memberikan saran pertimbangan dan melaksanakan tugas lain
sesuai perintah Kapolri.14
b. Waka Polda bertugas membantu Kapolda dalam melaksanakan
tugasnya dengan mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas seluruh
satuan organisasi dalam jajaran Polda dan dalam batas
kewenangannya memimpin Polda dalam hal Kapolda berhalangan
serta melaksanakan tugas lain sesuai perintah Kapolda.15
c. Itwasda bertugas menyelenggarakan pengawasan dan pemeriksaan
umum dan perbendaharaan dalam lingkungan Polda termasuk
13 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Kompol Drs. Partono, Kasubag Binrohtal
Polda Jateng pada tgl 16 juni 2005 di Mapolda Jateng. 14 Lihat, Pasal 6 ayat (2), Keputusan Kapolri,No.Pol: kep / X / 2002, op.cit. 15 Ibid, Pasal 7 ayat (2).
49
satuan-satuan organisasi non struktural yang berada dibawah
pengendalian Kapolda.16
d. Rorenbang bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi
perencanaan umum dan penganggaran termasuk pemantauan /
supervisi staf dan evaluasi atas penerapan sistem organisasi dan
managemen dalam lingkungan Polda serta menyelenggarakan
penelitian dan pengembangan sesuai dengan program Polda.17
e. Roops. Bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi
managemen bidang operasional termasuk pelatihan kesatuan dan
pelatihan pra-operasi, koordinasi dan kerjasama dalam rangka
operasi kepolisian, serta membina fasilitas dan administrasi
perawatan tahanan.18
f. Robinamitra. Bertugas membina dan dalam batas kewenangannya
menyelenggarakan bimbingan masyarakat dan pembinaan
kemitraan dalam lingkungan Polda.19
g. Ropers. Bertugas melaksanakan pengawasan dan pengendalian atas
pelaksanaan fungsi personil di jajaran Polda sesuai batas
wewenang masing-masing serta piranti lunak bidang personal yang
berlaku. Termasuk didalamnya kewenangan memberikan izin
kawin bagi anggota POLRI. Bagian yang berwenang tersebut
16 Ibid, Pasal 9 ayat (2). 17 Ibid, Pasal 10 ayat (2). 18 Ibid, Pasal 11 ayat (2). 19 Ibid, Pasal 12 ayat (2).
50
adalah Bagian Pembinaan Kesejahteraan disingkat Bagbinjah.20
Tugas dari Bagbinjah adalah membina / menyelenggarakan
managemen pembinaan kesejahteraan, yang meliputi
penyelenggaraan pembinaan rohani dan mental, jasmani, termasuk
upaya peningkatan kesejahteraan moril dan materiil personel serta
membantu pengembangan museum dan kesejarahan POLRI.21
Kabagbinjah dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu
oleh kepala sub bagian rohani dan mental, disingkat
Kasubbagrohtal.
h. Rolog, bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi
managemen bidang logistik, yang meliputi pembekalan umum,
peralatan, fasilitas dan jasa konstruksi, angkutan, pemeliharaan /
perbaikan inventaris dan pergudangan.22
i. Bidpropam, bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi
pertanggungjawaban profesi, pengamanan internal, penegakkan
disiplin dan ketertiban dilingkungan Polda, termasuk pelayanan
pengaduan masyarakat tentang adanya penyimpangan tindakan
anggota POLRI / PNS termasuk pemberian rehabilitasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.23
j. Bidhumas, bertugas meyelenggarakan fungsi hubungan masyarakat
melalui pengelolaan dan penyampaian pemberitaan / informasi
20 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Kompol Drs. Partono, Kasubag Binrohtal
Polda Jateng pada tgl 16 juni 2005 di Mapolda Jateng. 21 Lihat, Pasal 13 ayat (2) Keputusan Kapolri No.Pol: kep / 54 / X / 2002. op.cit. 22 Ibid, Pasal 14 ayat (2). 23 Ibid, Pasal 17 ayat (2).
51
serta kerjasama / kemitraan dengan media masa dalam rangka
pembentukan opini masyarakat yang positif bagi pelaksanaan tugas
Polri.24
k. Bidbinkum, bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi
pembinaan hukum dan HAM yang meliputi bantuan dan nasehat
hukum, penerapan dan penyuluhan hukum dan turut serta dalam
pembinaan hukum / peraturan daerah.25
l. Bidtelematika, bertugas menyelenggarakan pembinaan
telekomunikasi, pengumpulan dan pengelolaan data serta penyajian
informasi termasuk informasi kriminal dan pelayanan multi
media.26
m. Biddokkes bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi
kedokteran dan kesehatan Polri yang meliputi bidang kedokteran
kepolisian, kesemaptaan dan pelayanan kesehatan, baik dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia maupun melakukan
kerjasama dengan pihak lain.27
n. Bidku bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi keuangan
yang meliputi pembiayaan, pengendalian, pembukuan dan
akuntansi pelaporan serta pertanggungjawaban keuangan.28
24 Ibid, Pasal 15 ayat (2). 25 Ibid, Pasal 15 ayat (2). 26 Ibid, Pasal 16 ayat (2). 27 Ibid, Pasal 19 ayat (2). 28 Ibid, Pasal 20 ayat (2).
52
o. SPN bertugas menyelenggarakan pendidikan pembentukan Bintara
/ Tamtama Polri serta pendidikan lain sesuai program / kebijakan
pimpinan Polda.29
p. Setum bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi
kesekretariatan / administrasi umum yang meliputi korespondensi,
ketatalaksanaan perkantoran dan pengarsipan.30
q. Denma bertugas menyelenggarakan pelayanan Markas yang
meliputi pelayanan angkutan, perumahan, pengawalan protokoler
dan penjagaan Markas serta urusan dalam dilingkungan Mapolda.31
r. Ditintelkom bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi
intelegen dalam bidang keamanan, termasuk persandian, baik
sebagai bagian dari kegiatan satuan-satuan atas maupun sebagai
bahan masukan penyusunan rencana kegiatan operasional Polda
dan peringatan diri bagi seluruh jajaran Polda serta memberikan
pelayanan administrasi dan pengawasan senjata api / bahan
peledak, orang asing dan kegiatan sosial / politik masyarakat sesuai
ketentuan perundang-undangan.32
s. Ditreskrim, bertugas membina fungsi dan menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana,
termasuk fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium forensik
29 Ibid, Pasal 21 ayat (2). 30 Ibid, Pasal 22 ayat (2). 31 Ibid, Pasal 23 ayat (2). 32 Ibid, Pasal 24 ayat (2)
53
lapangan, dalam rangka penegakkan hukum, koordinasi dan
pengawasan operasional dan administrasi penyidikan.33
t. Ditsamapta, bertugas membina fungsi kesemaptaan kepolisian dan
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan patroli antara wilayah,
termasuk pengamanan unjuk rasa dan pengendalian masa.34
u. Ditlantas, bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi lalu
lintas yang meliputi kegiatan pendidikan masyarakat, penegakkan
hukum, pengkajian masalah lalu lintas, administrasi, regristrasi dan
identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor serta
melaksanakan patroli jalan raya antar wilayah.35
v. Ditpolair bertugas menyelenggarakan fungsi kepolisian perairan
yang mencakup patroli termasuk penyelamatan pertama terhadap
tindak pidana dan pencarian dan penyelamatan kecelakaan di
wilayah perairan dan pembinaan masyarakat pantai / perairan serta
pembinaan fungsi kepolisian perairan dalam lingkungan Polda.36
w. Sabrimob. Bertugas melaksanakan kegiatan penaggulangan
terhadap gangguan keamanan berintensitas tinggi, terorisme, huru-
hara / kerusuhan masa, kejahatan terorganisir bersenjata api atau
bahan peledak termasuk penyelamatan dan pertolongan akibat
bencana maupun gangguan lainnya bersama unsur pelaksana
33 Ibid, Pasal 25 ayat (2). 34 Ibid, Pasal 27 ayat (2). 35 Ibid, Pasal 28 ayat (2). 36 Ibid, Pasal 29 ayat (2).
54
operasional kepolisian, dalam rangka penegakkan hukum dan
keamanan dalam negeri, sesuai perintah Kapolda.37
x. Ditnarkoba, bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan obat
berbahaya (narkoba). Termasuk penyuluhan dan pembinaan dalam
rangka pencegahan dan rehabilitasi korban penyalahgunaan
narkoba.38
Demikianlah tugas-tugas pembagian dalam jajaran Polda sehingga
dengan tugas dan tanggungjawab yang begitu berat menuntut agar Polisi
selalu siap dalam waktu 24 jam.
2. Pelaksanaan Izin Kawin Di Kepolisian Daerah Jawa Tengah.
Izin kawin bagi anggota POLRI adalah surat izin yang diberikan
oleh seorang pimpinan kepada anggota POLRI yang akan melangsungkan
pernikahan setelah memenuhi persyaratan sesuai peraturan yang ada di
lingkungan Polri, sebelum mengajukan / melakukan pernikahan di KUA.39
Demikian pula halnya yang berlaku dijajaran Polda Jawa Tengah. Bahwa
seorang anggota POLRI yang ada di Polda Jawa Tengah sebelum
melaksanakan akad pernikahan di depan pegawai KUA harus memenuhi
persyaratan izin kawin yang berlaku. Di Polda Jawa Tengah.
37 Ibid, Pasal 30 ayat (2). 38 Ibid, Pasal 26 ayat (2). 39 Hasil wawancara penulis dengan H. Abdul Rohim, B.A, Pamin Subbag Binrohtal Polda
Jawa Tengah sekaligus rohaniawan Polda Jawa Tengah pada tanggal 20 juni 2005 di Mapolda Jateng.
55
Peraturan izin kawin yang berlaku dilingkungan Polda Jawa
Tengah, masih mengacu pada Peraturan Perkawinan yang dikeluarkan oleh
keputusan Menhankam / Pangab Nomor: Kep / 01 / I / 1980 Tentang
peraturan perkawinan, perceraian dan rujuk anggota ABRI. Kesamaan
peraturan perkawinan yang berlaku dilingkungan TNI dan Polisi ini
dikarenakan keduanya mempunyai fungsi dan tugas yang hampir sama,
dan dilihat dari sejarahnya pula bahwa kebijakan POLRI berada dalam
satu atap dibawah Menhankam / Pangab. Dan pada tanggal 1 April 1999
secara resmi POLRI terpisah dari ABRI.40Dan kebijakan-kebijakan yang
berlaku dilingkungan POLRI sepenuhnya tanggungjawab Kapolri tanpa
harus meninggalkan kebijakan yang telah berlaku.
Peraturan izin kawin yang berlaku di Polda Jawa Tengah
disamping mengacu pada keputusan Menhankam / Pangab No: Kep / 01 / I
/ 1980 tetapi dalam teknis pelaksanaannya mengacu pada Juklak No. Pol :
Juklak / 07 / III / 1988 tentang perkawinan, perceraian dan rujuk bagi
anggota POLRI dan PERSSIP POLRI yang didalamnya diatur ketentuan
maupun persyaratan-persyaratan izin kawin yang terbagi dalam beberapa
pasal. Ketentuan umum yang berlaku di Polda Jawa Tengah dalam
mengeluarkan izin kawin, yaitu :
a. Seorang anggota POLRI dijajaran Polda Jawa Tengah yang akan
mengajukan permohonan izin kawin harus mendapatkan izin dari
40 Anton Tabah, Membangun POLRI yang kuat, op.cit., hlm.50.
56
pimpinannya secara tertulis sesuai dengan urutan kepangkatan secara
hierarchi dan sesuai dengan kesatuan masing-masing.
b. Bagi anggota POLRI Polda Jawa Tengah yang berpangkat Tamtama
dan Bintara dapat memperoleh izin kawin di Polres / Polwil masing-
masing sesuai tempat berdinas kecuali anggota yang bertugas di
Mapolda harus melaksanakan izin kawin di Mapolda.
c. Bagi anggota POLRI di Polda Jawa Tengah yang berpangkat Perwira
pertama (Pama) izin kawin dilaksanakan di Mapolda, yang berwenang
memberikan izin adalah KaroPers Polda Jawa Tengah.
d. Bagi anggota POLRI Polda Jawa Tengah yang berpangkat Perwira
Menengah (Pamen) izin kawin dilaksanakan di Mapolda yang
berwenang memberikan izin kawin adalah Kapolda Jawa Tengah.
e. Bagi anggota POLWAN, baik yang berdinas di Polsek maupun Polres
atau Polwil pelaksanaan izin kawin di Mapolda Jawa Tengah.41
Di Mapolda Jawa Tengah bagian yang khusus menangani atau
berwenang mengeluarkan surat izin kawin adalah Bagbinjah atau
bagian pembinaan kesejahteraan. Bagian ini dibantu oleh sub bagian
rohani dan mental disingkat Subbagrohtal. Bagbinjah dan
Subbagrohtal berada dibawah pimpinan Karo Personalia atau Biro
Personalia.
41 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Kompol Drs. Partono, Kasubag Binrohtal
Polda Jateng pada tgl 16 juni 2005 di Mapolda Jateng.
57
Adapun pejabat sementara di Mapolda Jawa Tengah yang
dalam ini terlibat langsung dalam pengurusan pelaksanaan izin nikah
pada tahun 2005 adalah:
Kapolda Jawa Tengah Bapak Irjen Pol. Drs. Chaerul Rasyid.
Karo Pers Bapak Kombes Pol. Benny B. Von Bulaw, SH.
Kabag Binjah Bapak AKBP. Drs. Supraptono, MM.
Kasubag Binrohtal Bapak Kompol Drs. Partono.
Pamin sekaligus Rohaniawan Bapak Abdul Rohim, BA.
Bagmin Ibu Asmarawati.42
Tugas dan bagian administrasi atau Bagmin adalah mengoreksi dan
memberi penjelasan tentang segala macam perlengkapan administrasi yang
dibutuhkan dalam pemenuhan permohonan izin kawin tersebut serta
mencatat dalam bentuk arsip sebagai laporan kepada pimpinan. 43
Tugas rohaniawan adalah mengoreksi dan meneliti serta
menasehati suami maupun calon istri dengan ketentuan peraturan
perkawinan agama yang dianut dan UU perkawinan 1974. Kalaupun
seorang pemohon beragama Islam berarti seorang rohaniawan meneliti
jangan sampai calon suami / istri melanggar ketentuan perkawinan dalam
agama Islam dan UU perkawinan 1974.44 Dan tugas Kasubagbinrohtal
dalam izin kawin adalah memberikan koreksi dan masukan terhadap calon
42 Hasil wawancara penulis dengan Ibu Asmarawati, Staf Admin Subbag Binrohtal Polda
Jawa Tengah pada tanggal 20 juni 2005 di Mapolda Jateng. 43 Ibid. 44 Hasil wawancara penulis dengan H. Abdul Rohim, B.A, Pamin Subbag Binrohtal Polda
Jawa Tengah sekaligus rohaniawan Polda Jawa Tengah pada tanggal 16 juni 2005 di Mapolda Jateng.
58
suami-istri dalam hal Kedinasan Polri, serta melaksanakan ketentuan-
ketentuan izin kawin yang terdapat dalam Juklak / 07 / III / 1988.45
Tata cara permohonan izin kawin di Mapolda Jawa Tengah adalah:
a. Sebelum mengajukan surat izin kawin kepada pejabat yang berwenang,
keduanya calon suami-istri diwajibkan menghadap pejabat agama
(rohaniawan) Bapak Abdul Rohim, BA. Untuk mendapatkan petunjuk
/ bimbingan dan nasehat perkawinan. Seseorang rohaniawan berhak
memberikan keputusan atas diperbolehkan atau tidaknya permohonan
izin kawin sesuai dengan ketentuan dalam Juklak / 07 / III / 1988 serta
sesuai agama yang dianut. Setelah mendapatkan izin ataupun arahan
dari rohaniawan baru bisa mengajukan izin kawin. Contoh surat izin
rohaniawan sebagaimana terlampir.
b. Mengajukan surat rekomendasi atau persetujuan izin kawin kepada
pimpinannya melalui saluran hierarchi yang berlaku secara tertulis dari
masing-masing pimpinan kesatuan. Seorang komandan berhak tidak
mengeluarkan surat rekomendasi selama pemohon dinilai belum
memenuhi syarat kedinasan, seperti masih dalam masa ikatan dinas.
c. Setelah melewati tahapan-tahapan diatas pemohon izin kawin baru
dapat mengajukan permohonan izin kawin beserta lampiran-
lampirannya kepada bagian administrasi dalam hal ini yang berwenang
adalah Ibu Asmarawati. Kemudian dikoreksi lagi oleh Bapak Kompol
Drs. Partono. Selaku Kasubagbinrohtal. Adapun persyaratan-
45 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Kompol Drs. Partono, Kasubag Binrohtal
Polda Jateng pada tgl 16 juni 2005 di Mapolda Jateng.
59
persyaratan administrasi yang harus dilampirkan dalam mengajukan
permohonan izin kawin di Mapolda Jateng adalah sebagai berikut :
1. Surat persetujuan dari pejabat agama (rohaniawan).
2. Surat rekomendasi dari pimpinan yang bersangkutan.
3. Surat bebas ikatan dinas yang telah disetujui oleh pimpinan.
4. Surat keterangan tentang nama, tempat dan tanggal lahir, agama,
pekerjaan dan tempat kediaman calon suami-istri, apabila salah
seorang atau keduanya pernah kawin, disebutkan nama istri atau
suami terdahulu.
5. Surat keterangan tentang nama, agama, pekerjaan dan tempat
kediaman orang tua / wali mereka.
6. Surat kesanggupan dari calon istri / suami untuk menjadi istri /
suami anggota POLRI.
7. Surat keterangan dari yang berwenang bahwa calon suami telah
mencapai usia 19 tahun dan calon istri 16 tahun.
8. Surat persetujuan dan kantor urusan agama yang ditunjuk calon
suami / istri.
9. Surat persetujuan ayah / wali calon istri dan suami yang akan
ditandatangani pada waktu pelaksanaan sidang nikah / sidang
pembinaan perkawinan.
10. Surat keterangan pejabat personalia mengenai status belum /
pernah kawin atau beristri / bersuami dan anggota yang
bersangkutan.
60
11. Surat keterangan cerai kematian istri dari calon suami apabila
mereka sudah janda / duda, dan surat keterangan bagi yang belum
pernah kawin.
12. Surat keterangan berkelakuan baik SKKB calon suami istri
maupun orang tua / wali.
13. Enam lembar pas foto yang bersangkutan dari calon istri / suami
ukuran 4 X 6.46
Setelah persyaratan tersebut diatas disetujui oleh Bagmin dan
Kasubag Binrohtal. Maka diteruskan dengan sidang nikah / pembinaan
pernikahan yang mana dalam penjadwalannya ditentukan oleh
Bagbinjah. Apabila persyaratan diatas tidak terpenuhi atau belum
terpenuhi, pemohon tidak dapat mengikuti sidang nikah. Sidang nikah
adalah upaya pimpinan dalam berperan membina, membimbing
perkawinan anggotanya agar tercipta keluarga yang sakinah dengan
mempertemukan keluarga kedua belah pihak.Dan dasar hukum adanya
sidang nikah adalah kebijakan dari Kapolda, tidak setiap Polda
melaksanakan sidang nikah.47
d. Bagi pemohon yang telah memenuhi persyaratan dapat mengikuti
sidang nikah atau sidang pembinaan perkawinan. Dalam sidang nikah
46 Hasil wawancara penulis dengan Ibu Asmarawati, Staf Admin Subbag Binrohtal Polda
Jawa Tengah pada tanggal 20 juni 2005 di Mapolda Jateng; lihat pula Pasal 12 Penyelesaian Administrasi izin Kawin dalam Juklak / 07 / III / 1988 Tentang perkawinan, perceraian Dan Rujuk Bagi Anggota POLRI Dan PERSSIP POLRI.
47 Hasil wawancara penulis dengan Ibu Asmarawati, Staf Admin Subbag Binrohtal Polda Jawa Tengah pada tanggal 20 juni 2005 di Mapolda Jateng.
61
yang pernah penulis ikuti pada Hari kamis tanggal 16 Juni 2005 di
Mapolda Jawa Tengah penulis memperoleh data-data sebagai berikut:
d.1. Sidang dilaksanakan di ruang aula Bagbinjah.
d.2. Team pimpinan sidang terdiri dari beberapa anggota:
- Ketua sidang Bapak AKBP. Drs. Supraptono.
- Kasubagbinrohtal Bapak Kompol Drs. Partono.
- Bidpropam Ibu AKP Utami.
- Bhayangkari Ny. Kasido Nurhadi dan Ny. Tjuk Winarko.
- Rohaniawan Bapak Abdul Rohim, B.A.
Peserta sidang terdiri:
- Calon suami maupun istri.
- Kedua orang tua / wali dari calon suami istri.48 Apabila orang
tua berhalangan dapat dikuasakan dengan surat tertulis yang
bermaterai.
d.3. Pengarahan dan pembinaan dan masing-masing bidang.
d.4. Pemeriksaan persyaratan permohonan izin kawin.
d.5. Penandatanganan surat persetujuan wali.
d.6.Penandatangan surat izin kawin oleh Ketua sidang (kabagbinjah)
bagi Tamtama, Bintara, oleh Karopers bagi Perwira pertama.
d.7. Doa
Dalam sidang tersebut, setiap team mempunyai tugas dan peran
masing-masing dalam memberikan bimbingan. Misalnya AKBP Drs.
48 Gambar suasana sidang nikah sebagaimana dalam lampiran
62
Supraptono memberikan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan
masalah-masalah yang menunjang kesejahteraan keluarga, misal besar
kecilnya gaji yang diterima seberapa jauh kedekatan pasangan calon
suami istri dalam mengenal satu sama lain. Kesiapan calon suami istri
dalam berumah tangga dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut ditujukan pada calon suami istri dan orang tua atau wali.
Dalam memberikan jawaban diharapkan pemohon menjawab sejujur-
jujurnya, dimaksudkan agar terjadi keterbukaan diantara kedua belah
pihak, sehingga diharapkan nantinya dalam mengarungi rumah tangga
dapat menciptakan suasana keluarga yang sakinah mawaddah
warahmah tidak adanya rasa curiga satu sama lain. Disamping itu
disampaikan pula oleh Bapak Ketua yaitu resiko-resiko yang dialami
istri polisi diantaranya seringnya ditinggal suami tugas dan
meninggalkan keluarga. Resiko-resiko semacam itu disampaikan sejak
dini sebagai wujud persiapan mental calon suami maupun istri anggota
/POLRI/ POLWAN agar tidak terjadi penyesalan di belakang.49
Disamping itu pula didalam sidang nikah tersebut juga dipimpin
oleh Kasubagbinrohtal yang dalam kesempatan itu pula memberi
pengarahan-pengarahan dan sedikit banyak bercerita tentang gambaran
keluarga yang sakinah yang berlandaskan syari’at agama Islam, sebagai
manifestasi muslim yang taat dan dapat melaksanakan pernikahan yang
49 Disampaikan Bapak AKBP.Drs. Supraptono. Kabag Binjah Polda Jateng, pada sidang
nikah tanggal 16juni 2005 di Aula Bag Binjah Mapolda Jateng.
63
tidak melanggar ketentuan agama dan kedinasan sehingga dapat menjadi
keluarga yang baik serta menjadi aparat yang baik pula.50
Bidpropam yang menjadi salah satu team sidang mempunyai peran
yang penting disamping harus mengoreksi kedisiplinan pemohon,
Bidpropam yang dalam hal ini diwakili oleh Ibu Utami, juga memberikan
arahan tentang segala kebiasaan-kebiasaan jelek yang harus dihindari
anggota POLRI sebagai wujud dari peran POLRI sebagai pelayan,
pelindung dan pengayom masyarakat, seorang suami maupun istri anggota
POLRI harus mampu memberikan teladan yang baik kepada masyarakat
dalam hal penegakkan hukum dan kedisiplinan terhadap peraturan yang
berlaku.51
Bhayangkari sebagai wadah persatuan bagi istri anggota POLRI
maupun POLWAN, memberikan sebuah peran yang sangat penting pula,
karena disamping memberikan arahan-arahan yang baik untuk menjadi
seorang istri juga memberikan bimbingan maupun informasi perilaku dan
tata cara istri anggota POLRI dalam bersikap ditengah-tengah masyarakat
sebagaimana yang disampaikan ibu ketua Bhayangkari dalam sidang
nikah, bahwa dalam acara tertentu yang sifatnya berkenaan dengan
kegiatan Bhayangkari seseorang istri POLRI tidak boleh berpakaian
mewah seperti mengenakan perhiasan-perhiasan emas ataupun aksesoris-
aksesoris yang lain, tidak boleh memakai kerudung yang berwarna-warni
50 Disampaikan Bapak Kompol Drs. Partono, Kasubbag Binrohtal Polda Jateng, pada
sidang nikah tanggal 16juni 2005 di Aula Bag Binjah Mapolda Jateng. 51 Disampaikan Ibu AKP. Utami, wakil Bid Propam Polda Jateng, pada sidang nikah
tanggal 16juni 2005 di Aula Bag Binjah Mapolda Jateng.
64
kecuali mengenakan kerudung warna hitam, tidak boleh mengenakan
model jam yang berantai dan keemasan tapi mengenakan jam yang
berkalep hitam.52 Hal ini semua dimaksudkan agar istri anggota POLRI
tidak terbiasa berprilaku hidup mewah tetapi sebaliknya dapat hidup
sederhana dan bersahaja tidak dibeda-bedakan antara istri dari suami yang
berpangkat rendah maupun tinggi, sehingga tidak menimbulkan
kecemburuan sosial diantara istri anggota POLRI yang lain dan lebih
umum ibu rumah tangga yang lain.53
Peran Rohaniawan dalam sidang nikah yang penulis amati, hanya
sebatas membacakan doa pernikahan, tanpa ada tambahan-tambahan
masukan bagi calon suami-istri. Hal ini dimungkinkan karena fungsi dan
peran rohaniawan telah difungsikan sebelum pengajuan permohonan izin
kawin dihadapan pejabat berwenang. Sehingga fungsi rohaniawan dalam
sidang tersebut hanya membacakan doa pernikahan agar pasangan calon
suami istri dapat melangsungkan pernikahan dengan lancar dan dapat
membina keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.
Dalam berbagai hasil wawancara penulis dengan beberapa
informan yang dalam hal ini sebagai wacana untuk menganalisis
pelaksanaan izin kawin yang ada di Polda Jawa Tengah dengan
mewancarai pejabat agama dan rohaniawan di Polda Jawa Tengah, bagian
administrasi urusan perkawinan anggota POLRI di Polda Jawa Tengah.
52 Disampaikan Ibu Kasido Nurhadi,Ketua bhayangkari Polda Jateng, pada sidang nikah
tanggal 16juni 2005 di Aula Bag Binjah Mapolda Jateng. 53 Disampaikan Ibu Tjuk winarko,Wakil Ketua Bhayangkari Polda Jateng, pada sidang
nikah tanggal 16juni 2005 di Aula Bag Binjah Mapolda Jateng.
65
Pejabat yang berwenang (Kasubag Binrohtal) di Polda Jawa Tengah, orang
tua / wali, suami / istri anggota POLRI, anggota POLRI yang sudah
menikah dan yang belum menikah. Dengan wawancara tersebut memberi
banyak informasi tentang pelaksanaan izin kawin yang ada di Polda Jawa
Tengah. Berikut hasil wawancara penulis dengan yang bersangkutan diatas
mengenai pelaksanaan izin kawin di Polda Jawa Tengah dan kendala-
kendala yang dihadapi.
Menurut penuturan dari Bapak H.Abdul Rohim,B.A. Selaku
kerohaniawan di Polda Jawa Tengah bahwa pelaksanaan permohonan izin
nikah di Polda Jawa Tengah selama ini berjalan dengan lancar tidak terjadi
kendala-kendala yang dapat menunda rencana pernikahan. Meskipun
sering terjadi kekurang pahaman pemohon izin kawin dalam memenuhi
persyaratan yang harus dipenuhi.54 Dan disinilah peran rohaniawan
memberikan pengarahan dan nasehat, sehingga dapat meminimalisir
kendala-kendala yang akan terjadi dalam pemenuhan persyaratan izin
kawin.
Menurut Bapak Kompol Drs. Partono selaku Kasubagbinrohtal di
Polda Jawa Tengah bahwa pelaksanaan izin kawin di Polda selama ini
berjalan dengan baik. Walaupun pernah terjadi seorang pemohon yang
mengajukan izin kawin sementara calon istri baru habis cerai dan belum
habis masa iddahnya, Dan permohonanya tidak dikabulkan. Dalam hal ini
54 Hasil wawancara penulis dengan H. Abdul Rohim, B.A, Pamin Subbag Binrohtal Polda
Jawa Tengah sekaligus rohaniawan Polda Jawa Tengah pada tanggal 16 juni 2005 di Mapolda Jateng.
66
Binrohtal dalam meminimalisir kendala-kendala yang terjadi pemenuhan
syarat administrasi seperti contoh tidak disetujuinya calon suami istri yang
mengajukan permohonan izin kawin oleh salah satu atau kedua orang
tuanya. Maka selaku pejabat yang berwenang memberikan kemudahan
dengan mengganti surat kuasa yang dibubuhi materai, atau dengan
merujuk kepada pengadilan agama dimana pemohon akan mengajukan
perkawinan, sebagai pengganti izin dari orang tua atau walinya. Dengan
catatan bahwa orang tua atau wali membuat pernyataan tidak sanggup
menjadi wali dengan dengan dibubuhi materai dan ditegaskan beliau
kembali bahwa pelaksanaan izin kawin di Polda sudah bagus tapi ada yang
perlu dikoreksi kembali tentang pemenuhan persyaratan yang dilakukan
oleh pemohon yang kurang memahami persyaratan-persyaratan pokok izin
kawin dan kebanyakan mereka anggota dari kewilayahan , pemenuhan
persyaratan-persyaratan tersebut bukan berarti Polda Jawa Tengah
membatasi ruang gerak dalam hal perkawinan tapi semata-mata karena
melaksanakan ketentuan Mabes POLRI.55
Menurut pendapat ibu Asmarawati selaku staf Subbagrohtal yang
selama ini mengurusi masalah administrasi izin kawin di Polda Jawa
Tengah tidak terjadi kendala-kendala dalam pemenuhan persyaratan izin
kawin. Menurutnya pula adanya kendala-kendala dalam persyaratan
tersebut kembalinya pada pemohon masing-masing. Kalau misalnya
pemohon tidak mengindahkan atau malas untuk mengurusi persyaratan-
55 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Kompol Drs. Partono, Kasubag Binrohtal
Polda Jateng pada tgl 16 juni 2005 di Mapolda Jateng.
67
persyaratan tersebut mungkin dengan adanya izin kawin akan menjadikan
ganjalan atau penghambat dalam proses pengajuan permohonan izin
kawinnya. Tapi kalau pemohon benar-benar mengindahkan persyaratan-
persyaratan yang ada dari pemohon tidak melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan-ketentuan yang telah berlaku dalam izin kawin. Maka tidak akan
terjadi kendala-kendala dalam proses izin kawin. Karena peran dan fungsi
pejabat berwenang dan bagian administrasi hanyalah sebatas meneliti,
melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan pimpinan.56 Kecilnya nilai
pelanggaran terhadap ketentuan izin kawin di Polda Jawa Tengah sebagai
bukti bahwa selama ini pelaksanaan izin kawin di Polda Jawa Tengah
tidak terjadi kendala dan berjalan lancar. Hal tersebut dapat diketahui
dalam catatan arsip atau buku register nikah, cerai dan rujuk (NCR) Polda
Jawa Tengah. Berikut data yang penulis peroleh dari buku register nikah,
cerai dan rujuk Polda Jawa Tengah. Yang dipegang ibu Asmarawati :
56 Hasil wawancara penulis dengan Ibu Asmarawati, Staf Admin Subbag Binrohtal Polda
Jawa Tengah pada tanggal 20 juni 2005 di Mapolda Jateng.
68
Tabel pelaksanaan izin nikah dan pelanggarannya
Polda Jawa Tengah tahun 1996 – bulan Juni 2005
Sumber: Buku Register Nikah,Cerai, Dan Talak (NCR) Polda Jateng.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan kevalidan dalam
pelaksanaan izin kawin Polda Jawa tengah, penulis tidak hanya berhenti
disini. Tapi menggali lebih jauh lagi dengan mewawancarai para orang tua
/ wali karena orang tua dalam pelaksanaan izin kawin mempunyai peran
NO THN JML IZIN KAWIN
JML PELANGGARAN
PELANGGARAN TERHADAP
PERSYARATAN
KET. TANGGAL
SANKSI
1 1996 121 - - - -
2 1997 140 1 -Surat Keterangan
dokter Polri
3-5-1997 -Penundaan
UKP
3 1998 149 - - - --
4 1999 236 1 -Surat ket. Dokter
Polri
25-8-1999 -Penundaan
UKP
5 2000 249 3 -Surat ket. Dokter
Polri
-Surat ket. Dokter
Polri
-Surat ket. Dokter
Polri
9-5-2000
25-5-2000
24-5-2000
-Penundaan
UKP
-Penundaan
UKP
-Penundaan
UKP
6 2001 146 2 -Surat ket. Dokter
Polri
-Surat ket. Dokter
Polri
1-6-2001
4-7-2001
-Penundaan
UKP
-Penundaan
UKP
7 2002 96 - - - -
8 2003 154 - - - -
9 2004 135 2 -Surat ket. Dokter
Polri
-Surat ket. Dokter
Polri
26-7-2004
12-10-2004
-Penundaan
UKP
-Penundaan
UKP
10 2005
61 - - - -
69
yang sangat penting. Berikut penuturan para orang tua / wali yang
mengikuti proses izin kawin di Polda Jawa Tengah, menurut orang tua dari
Iptu Sigit Hartanto dari Polres Banjarnegara yang penulis wawancarai
disela-sela acara sidang nikah, mengatakan bahwa, baru pertama kali ini
mengikuti sidang nikah bagi anggota POLRI dan menurut penuturannya
pula tidak ada masalah dalam pemenuhan persyaratan. Demikian halnya
dari pernyataan orang tua saudari Nurhidayati, yang mempunyai calon
menantu anggota POLRI mengatakan bahwa dalam pemenuhan
persyaratan izin kawin di Polda Jawa tengah mudah saja sebagaimana
yang telah dijalaninya. Sejalan hal tersebut dinyatakan pula oleh Bapak
Akp. Abdul karim selaku wali dari Bripda. Edy Purnomo yang
menyatakan bahwa tidak ada kendala dalam pemenuhan persyaratan dalam
izin kawin di Polda Jawa Tengah, semuanya berjalan lancar. Begitu pula
yang dikatakan Bapak Ristadi Supriyono dari Pati yang menjadi wali dari
keponakannya yang beranggota POLRI, menurutnya pelaksanaan izin
kawin di Polda Jawa Tengah lancar-lancar saja tidak ada kendala. Hal
senada juga di katakan orang tua dari Akp. Mugi Sekarjaya bahwa dalam
memenuhi persyaratan izin kawin lancar saja dan mudah.57
Dari hasil wawancara penulis dengan anggota POLRI yang telah
menikah, kami dapatkan informasi sebagai berikut. Menurut Bapak Briptu
Edy Mulyono yang pernah melaksanakan nikah di Polda Jawa Tengah
setahun yang lalu mengatakan bahwa untuk memenuhi persyaratan izin
57 Hasil wawancara penulis dengan para wali dalam Sidang Nikah pada tanggal 16 juni
2005 di Aula Bag Binjah Mapolda Jateng.
70
kawin di Polda Jawa Tengah tidak terjadi kendala-kendala tapi diakuinya
memang dalam pemenuhan persyaratan tersebut dibikin rumit oleh
pimpinan, dalam arti pihak pimpinan sangat selektif dalam memberikan
surat rekomendasi, bukan berarti sulitnya menjadikan tertundanya sebuah
rencana pernikahan. Dituturkannya pula mungkin bagi orang sipil dalam
melihat persyaratan tersebut dianggap sulit tapi bagi anggota POLRI
menjadi hal yang biasa, karena sudah terbiasa dengan kedisiplinan yang
tinggi justru dengan adanya izin tersebut membawa manfaat yang besar
dalam keluarga, dengan penggambaran kalau kita dalam penyelesaian
administrasinya sulit, maka kita tidak akan mudah untuk melepaskan istri
atau menceraikannya. 58
Menurut Bapak Bripda Miarso dari satker Biddokkes Polda Jawa
Tengah, yang telah melaksanakan izin kawin pada tahun 1996. yang
menurutnya dalam pemenuhan persyaratan izin kawin tidak ada kendala,
tapi karena prosedur di POLRI berbeda dengan masyarakat pada
umumnya, di Polri ada istilah sidang nikah, dalam penuturannya pula
justru dengan adanya izin kawin tersebut memberikan manfaat dalam
keluarga, yang salah satunya adalah jangan sampai anggota POLRI salah
pilih dalam mencari pasangan hidup. Dengan izin tersebut diharapkan
dapat mengetahui kesehatan dari pasangan calon suami istri termasuk
didalamnya tentang kegadisannya. Jadi dengan begitu suami maupun istri
dapat berfikir dua kali sebelum melaksanakan pernikahan dan surat
58 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Edy mulyono, pada tanggal 18 juni 2005,di
Biddokkes Polda Jateng.
71
keterangan tentang kesehatan dan kegadisan tersebut dikeluarkan oleh
pihak biddokkes dengan cara keduanya menghadap ke dokter POLRI
untuk diperiksa kesehatan, kegadisan dan diberikan imunisasi.59
Menurut Bripda Bahril Ilmi bahwa dalam pelaksanaan izin kawin
tidak ada kesulitan dalam pemenuhan administrasinya selama melalui
prosedur yang benar yaitu dengan mengajukan surat rekomendasi dari
satker ke personalia langsung jadi, selama tidak ada pelanggaran misalnya
perempuannya hamil.60 Hal senada juga dikatakan Bapak Bripda Maryadi
satker Telematika Polda Jawa tengah yang mengatakan bahwa dalam
pelaksanaan izin kawin di Polda Jawa Tengah lancar-lancar saja, karena
dari dinas memberikan blangko-blangko dengan diberi arahan. Hal yang
sama juga dikatakan bapak Bripda Haryanto satker Rolog Polda Jawa
Tengah yang telah menikah pada tahun 2001 menurutnya dalam
pelaksanaan permohonan izin kawin tidak ada kendala apapun. Dengan
adanya izin kawin tersebut memberikan manfaat pada anggota agar tidak
main-main dengan pernikahan atau menjadikannya sebagai hal yang sakral
sehingga dibutuhkan keseriusan.61
Dalam hal ini penulis juga mewancarai istri-istri POLRI karena
dengan pertimbangan bahwa sebagian mereka berlatarbelakang dari
masyarakat sipil yang kemudian dalam pelaksanaan pernikahan mengikuti
59 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Miarso, pada tanggal 18 juni 2005,di
Biddokkes Polda Jateng. 60 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Bahril Ilmi , pada tanggal 24 juni 2005,di
Mapolda Jateng. 61Hasil wawancara penulis dengan Bapak Haryanto, pada tanggal 23 juni 2005,di
Mapolda Jateng.
72
suami sebagai anggota POLRI. Menurut Ibu Ani Sunarti istri dari bapak
Aipda Imam Bukhori, bahwa dalam pelaksanaan izin kawin diPolda lancar
saja tidak ada kendala, hal yang sama juga dirasakan oleh Ibu Marfuatun
istri dari Bripda Bahril Ilmi. Begitu juga yang dikatakan ibu Rochayati
istri bapak Bripda Maryadi, hal senada juga diakui Ibu Ana Sulistyarini
istri Bapak Romo, menurutnya pelaksanaan permohonan izin kawin di
Polda Jawa tengah tidak ada kendala sama sekali. Seperti juga yang
dialami Ibu Maya Dwiningsih istri Bapak Bripda Haryanto.62
Sebagai informasi yang terakhir adalah anggota POLRI yang
belum menikah menurut saudara Briptu Haryanto Itwasda Polda Jawa
Tengah yang mengatakan telah mengetahui point-point dari izin kawin
bagi anggota POLRI dan menurut penuturannya dengan adanya izin kawin
di Polda jawa tengah tidak mempersulit pernikahan hal senada juga
dikatakan saudara Briptu Ambarasari staf Denma setelah mengetahui
bahwa izin kawin dapat dilakukan setelah selesai ikatan dinas selama dua
tahun. Jadi dengan adanya izin nikah justru akan memperlancar karier dan
kerja tidak terganggu. Menurut saudara Briptu. Edy Susanto staf Denma
mengatakan sudah tahu tentang ketentuan izin kawin di polda dan
dikatakannya lebih lanjut justru dengan adanya izin kawin membantu
anggota dalam memilih pasangan hidup. Begitu pula yang dikatakan
saudara briptu Sigit Prabowo yang juga sedikit-sedikit mengetahui
ketentuan izin kawin. menurutnya dengan adanya izin kawin menjadikan
62 Hasil wawancara penulis dengan para istri anggota POLRI, pada tanggal 23 juni 2005
di Asrama polisi kabluk Semarang.
73
pasangan suami istri tidak menyesal setelah melangsungkan pernikahan
dan pernikahnnya diridhai oleh yang maha Kuasa. Sama halnya dikatakan
saudara Briptu Haryadi yang telah mengetahui ketentuan izin kawin yang
ada di POLRI, yang salah satunya, anggota harus selesai ikatan dinas
selama dua tahun dan dengan adanya izin tersebut tidak menjadikan
masalah dalam penundaan pernikahan.63
B. Sekilas tentang Juklak / 07 / III / 1988
Perkawinan anggota POLRI pada dasarnya berlaku ketentuan yang
ada pada UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang mengatur
perkawinan Warga Negara Indonesia. Karena anggota POLRI adalah warga
negara plus. Artinya anggota POLRI disamping dituntut mematuhi perundang-
undangan yang ada di kedinasan POLRI Namun juga berlaku Perundang-
Undangan warga negara pada umumnya.64 Dengan demikian anggota POLRI
pada dasarnya dalam hal peraturan perkawinan mempunyai dasar yang sama
yaitu UU nomor I tahun 1974, yang kemudian Undang-undang tersebut
diterjemahkan kembali dengan keluarnya PP. Nomor 9 / 1975 tentang
pelaksanaan UU nomor 1 /1974. PP inipun sepanjang tidak ditentukan lain
berlaku bagi segenap anggota POLRI. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal
46 PP nomor 9 / 1975 yang berbunyi:
“Tanpa mengurangi ketentuan-ketentuan dalam peraturan (pemerintah)
ini, maka ketentuan-ketentuan lainnya yang berhubungan dengan pengaturan
63 Hasil wawancara penulis dengan para anggota POLRI yang belum menikah. Pada
tanggal 16 juni 2005 di pos penjagaan Mapolda Jateng. 64 Disampaikan Ibu AKP. Utami, wakil Bid Propam Polda Jateng, pada sidang nikah
tanggal 16juni 2005 di Aula Binjah Mapolda Jateng.
74
tentang perkawinan dan perceraian khusus bagi anggota angkatan bersenjata
(POLRI) diatur lebih lanjut oleh Mentri Hankam / Pangab”.65Dan dalam
pelaksanaannya lebih lanjut diatur oleh Kapolri selaku pimpinan tertinggi
dilingkungan POLRI. Maka dengan demikian dapat dipahami bahwa UU
nomor 1 / 1974 jo. PP. nomor 9 / 1975 berlaku bagi anggota POLRI /
PERSSIP disamping berlaku pula ketentuan lain,66 yang diatur secara khusus
oleh Kapolri.
Pasal inilah yang menjadi landasan hukum adanya berbagai ketentuan /
aturan-aturan lain yang diberlakukan terhadap anggota POLRI tentang
perkawinan, dimana aturan lain tersebut dikeluarkan oleh Menhankam /
Pangab. Sehingga kemudian dikeluarkan peraturan bagi anggota dengan
lahirnya keputusan Menhankam nomor : Kep / 01 / 1980. tentang peraturan
perkawinan, perceraian dan rujuk anggota ABRI (POLRI). Dalam konsideran
keputusan Menhamkam / pangab itu disebutkan tentang dasar-dasar
pertimbangan adanya keputusan tersebut. Yaitu:
- Bahwa peranan dan tugas pokok ABRI (POLRI) cukup berat,
sehingga dari setiap anggota ABRI (POLRI) dikehendaki suatu
disiplin yang lebih berat dalam mengemban tugasnya jika dibanding
dengan anggota masyarakat diluar ABRI (POLRI).
65 Lihat pasal 46 PP nomor 09 / 1975 tentang pelaksanaan UU nomor 1 / 1974 tentang
Perkawinan. 66 Bagi PERSSIP POLRI berlaku pula, PP. No. 10 Tahun 1983 tentang izin perkawinan
dan perceraian begi Pegawai Negeri Sipil.
75
- Bahwa kehidupan ABRI (POLRI) yang sedemikian itu harus
ditunjang oleh kehidupan suami istri / berkeluarga yang serasi
sehingga setiap anngota ABRI (POLRI) dalam melaksanakan
tugasnya tidak akan banyak terganggu oleh masalah-masalah dalam
rumah tangganya.
- Bahwa ketentuan-ketentuan tentang perkawinan, perceraian dan rujuk
anggota ABRI (POLRI) sebagaimana diatur dalam keputusan
Menhankam / Pangab Nomor Kep / 05 / III / 1976. masih mempunyai
kekurangan-kekurangan sehingga perlu disempurnakan, disesuaikan
dan dirubah agar dapat menampung permasalahan-permasalahan
yang mungkin timbul dalam kehidupan POLRI.67
Dasar pertimbangan ini menjadi semangat dan jiwa dalam keputusan
Menhankam tersebut sekaligus menjiwai pula terhadap berbagai keputusan /
peraturan lain yang dikeluarkan tentang perkawinan anggota ABRI (POLRI).
Pertimbangan yang mendasar tersebut juga menjadi faktor signifikansi dan
faktor urgensi terhadap keputusan Menhankam / Pangab berikut segala
ketentuan / aturan lain yang bersumber dari keputusan ini. Seperti halnya
petunjuk pelaksanaan (Juklak) perkawinan bagi anggota POLRI, yang mana
dalam kelahirannya tidak lepas dari dasar pertimbangan keputusan
Menhankam Pangab diatas pada pasal 29 Keputusan Menhankam / Pangab
telah mengamanatkan tentang perlunya aturan pelaksana keputusan tersebut
67 Disbintal Mabes POLRI,Himpunan Petunjuk tentang Perkawinan, Perceraian dan
rujuk bagi anggota POLRI dan PERSSIP POLRI, 1996. hlm. 1.
76
bagi anggota POLRI. Bunyi pasal tersebut adalah “Pelaksanaan Keputusan ini
diatur oleh kas angkatan / Kapolri dan Juklak.”68
Maka pada akhirnya Juklak yang akan ditetapkan / diatur oleh kas
angkatan / kapolri adalah merupakan aturan pelaksana keputusan Menhankam
/ Pangab yang mempunyai dasar hukum dan pertimbangan hukum yang
seirama dan selaras, oleh karena adanya kesamaan semangat, jiwa dan nilai
hukumnya. Aturan pelaksana keputusan Menhankam / Pangab sebagaimana
ditentukan pada pasal 29 diatas dikeluarkan oleh Kapolri berupa Juklak nomor
: Juklak / 07 / III / 1988, tentang perkawinan, perceraian, rujuk bagi anggota
POLRI dan PERSSIP, sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 1 dan 2.
Dalam pasal 1 ayat (e) “Sebagai pelaksanaan keputusan tersebut dilingkungan
POLRI, dipandang perlu mengeluarkan petunjuk pelaksanaan yang
disesuaikan dengan organisasi POLRI, sesuai keputusan Kapolri No. Pol : Kep
/ 09 / X / 1984 dan No. Pl : Kep / 07 / VII / 1985.” Dan dalam pasal 2
disebutkan bahwa “Juklak ini di maksudkan sebagai pelaksanaan Keputusan
Menhankam / Pangab No : Kep / 01 / I / 1980 dan sebagai penyempurnaan
Juklak N. T. R. No. Pol : Juklak / 09 / XI / 1979.”
Dengan demikian petunjuk pelaksanaan nomor Juklak / 07 / III / 1988
ini mempunyai dasar dan kekuatan hukum yang kuat. Sebab dalam keputusan
Menhankam Pangab sendiri telah ditentukan tentang adanya juklak itu,
sebagaimana dalam Pasal 29, dengan kata lain, bahwa juklak / 07 / III / 1988,
tentang perkawinan anggota POLRI mempunyai kekuatan hukum dan dasar
68 Lihat pasal 29 Keputusan Menhankam/ Pangab nomor : Kep / 01 / I / 1980.
77
hukum yang kuat sebagaimana yang dimiliki oleh keputusan Menhankam /
Pangab dan tujuan adanya Juklak tersebut untuk menciptakan keseragaman
dan sebagai pedoman dalam pelaksanaan perkawinan perceraian,rujuk anggota
POLRI dan PERSSIP dilingkungan POLRI. Sesuai dengan pasal 2 ayat (b).
Petunjuk pelaksanaan (Juklak) No.Pol.: Juklak / 07 / III / 1988 Tentang
perkawinan, perceraian dan rujuk anggota POLRI dan PERSSIP ini memuat
23 pasal yang terbagi dalam 7 bab. Secara umum isi juklak tersebut meliputi:
Bab I : pendahuluan mencakup dasar pertimbangan hukum, maksud dan
tujuan serta pengertian-pengertian (pasal 1-3)
Bab II: dasar-dasar konsideran juklak (pasal 4).
Bab III: Berisi ketentuan umum dan khusus (pasal 5-6).
Bab IV: berisi izin kawin, cerai, rujuk dan wewenangnya (pasal 7-11).
Bab V: berisi tentang prosedur administrasi izin kawin, cerai dan izin rujuk
(pasal 12-15)
Bab VI: berisi tentang prosedur pelaksanaan perkawinan dan sanksi (pasal 16-
21).
Bab VII: berisi aturan penutup (pasal 22-23).
1. Ketentuan Perkawinan bagi Anggota POLRI.
Perkawinan bagi anggota POLRI diatur oleh juklak nomor : Juklak / 07 /
III / 1988, berdasarkan Keputusan Menhankam / Pangab nomor : Kep / 01 /
I / 1980. sebagaimana disebutkan dalam pasal 2 bahwa “Setiap perkawinan,
perceraian, rujuk dilaksanakan menurut ketentuan / tuntunan agama yang
dianut oleh anggota ABRI (POLRI) yang bersangkutan dan menurut
78
perundang-undangan yang berlaku.” Adapun yang dimaksud dalam juklak
dengan:
a. Anggota POLRI adalah anggota Polisi baik pria maupun wanita.
b. Golongan kepangkatan ialah :
1.) POLRI: tamtama, Bintara dan Perwira.
2.) PERSSIP POLRI:
- Juru ( Gol I. a s/d I .d).
- Pengatur (Gol II.a s/d II.d)
- Penata gol III.a s/d III d)
- Pembina (Gol IVa s/d IVe)
c. Anggota PERSSIP adalah personil sippil pria / wanita dilingkungan
POLRI.
d. Pejabat agama ialah Rohaniawan-rohaniawan Islam, protestan,
Katholik dan Hindu, Budha yang bertugas pada pembinaan mental
dilingkungan POLRI.
e. Perkawinan / pernikahan ialah adanya hubungan suami-istri dalam
ikatan perkawinan/ pernikahan berdasarkan ketentuan agama yang
dianut oleh yang bersangkutan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.69
69 Disbintal Mabes POLRI,Himpunan Petunjuk tentang Perkawinan, Perceraian dan
rujuk bagi anggota POLRI dan PERSSIP POLRI, 1996. hlm. 28-29.lihat pula Pasal 3 Juklak / 07 / III / 1988 Tentang Perkawinan, Perceraian Dan Rujuk Bagi Anggota POLRI Dan PERSSIP POLRI.
79
Dalam pelaksanaan perkawinan anggota POLRI dilakukakan sesuai
dengan UU nomor 1974 jo. PP nomor 9 / 1975 yakni dilakukan sesuai agama
dan dilakukan pencatatan sipil (KCS). Adapun ketentuan umum yang berlaku
bagi anggota POLRI dalam hal perkawinan adalah sebagaimana yang
tercantum dalam pasal 5 Juklak / 07 / III / 1988, sebagai berikut:
a. Setiap perkawinan, perceraian dan rujuk harus dilaksanakan menurut
ketentuan / tuntunan agama yang dianut oleh anggota POLRI yang
bersangkutan dan menurut perundang-undangan yang berlaku.
b. Pada prinsipnya seorang anggota POLRI / PERSSIP pria / wanita
hanya diizinkan mempunyai seorang istri / suami.
c. Setiap anggota POLRI dan PERSSIP POLRI yang akan melaksanakan
perkawinan, perceraian, dan rujuk harus mendapat izin tertulis dari
atasan / pejabat yang berwenang memberikan izin.
d. Izin kawin / cerai / rujuk hanya diberikan apabila perkawinan /
perceraian yang akan dilaksanakan itu tidak melanggar hukum agama
yang dianut kedua belah pihak yang bersangkutan, dan ketentuan-
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
e. Setiap anggota POLRI / PERSSIP POLRI yang akan melaksanakan
perkawinan / perceraian / rujuk diwajibkan menghadap pejabat agama
sebelum mendapat izin kawin / cerai / rujuk dari pejabat yang
berwenang.
80
f. Pejabat agama hanya akan melayani dan memproses permohonan izin
kawin / cerai dan rujuk dari anggota POLRI jika kedua belah pihak
yang bersangkutan menganut agama yang sama.
g. Anggota POLRI / PERSSIP tidak diperkenankan:
1. Melaksanakan perkawinan selama mengikuti pendidikan
pembentukan pertama / pendidikan dasar.
2. Hidup bersama dengan wanita / pria sebagai suami istri tanpa ikatan
perkawinan yang sah.
3. Melaksanakan perkawinan dalam masa iddah.
h. Anggota POLRI / Personel Sipil POLRI tidak dibenarkan mengubah
agamanya semula hanya untuk melaksanakan perkawinan, terkecuali
setelah ada pernyataan tertulis dari yang bersangkutan yang di
ankumnya dan disahkan oleh pejabat agama POLRI atau pejabat
agama setempat.70
Sebelum anggota POLRI menyampaikan maksudnya untuk
melaksanakan perkawinan dikantor urusan agama, harus mendapatkan surat
izin kawin dengan prosedur sebagaimana yang diatur dalam Juklak 07 / III /
1988. yaitu sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh izin kawin, yang bersangkutan harus mengajukan
surat permohonan izin kawin, kepada pejabat yang berwenang, melalui
saluran hierarchi yang berlaku.
70 Disbintal Mabes POLRI, Himpunan Petunjuk tentang Perkawinan, Perceraian dan
rujuk bagi anggota POLRI dan PERSSIP POLRI, 1996. hlm.31-32..lihat pula Pasal 5 Juklak / 07 / III / 1988 Tentang Perkawinan, Perceraian Dan Rujuk Bagi Anggota POLRI Dan PERSSIP POLRI.
81
b. Sebelum surat permohonan izin kawin disampaikan kepada pejabat yang
berwenang, kedua calon suami-istri diwajibkan menghadap pejabat
agama untuk menerima petunjuk / bimbingan dan nasehat perkawinan.
c. Pejabat agama akan memberikan pendapat / pertanyaan setelah meneliti
surat permohonan izin kawin beserta lampiran –lampirannya.
d. Bagi POLWAN harus melampirkan surat rekomendasi dari pembina
POLWAN.
e. Pejabat yang berwenang tidak dibenarkan mengeluarkan izin kawin
sebelum ada pernyataan tertulis dari pejabat agama.
f. Dalam hal pejabat agama / rohaniawan POLRI tidak ada dikesatuannya,
maka Ka/Dan bekerjasama dengan rohaniawan ABRI atau pejabat agama
setempat.
g. Dalam permohonan izin kawin harus dilampirkan;
1. Surat keterangan tentang nama, tempat tanggal lahir, agama,
pekerjaan dan tempat kediaman suami-istri, apabila salah seorang
atau keduanya pernah kawin, disebutkan nama istri atau suami
terdahulu.
2. Surat keterangan tentang nama, agama, pekerjaan dan tempat
kediaman orang tua / wali mereka.
3. Surat kesanggupan dari calon istri / suami untuk menjadi istri /
suami anggota POLRI.
4. Surat keterangan dari yang berwenang, bahwa calon suami telah
mencapai usia 19 tahun dan calon istri 16 tahun.
82
5. Surat persetujuan dari pengadilan atau pejabat yang ditunjuk oleh
kedua orang tua pihak calon suami maupun pihak calon istri, dalam
hal calon suami / istri belum mencapai usia tersebut pada etik (4)
6. Surat persetujuan ayah / wali calon istri.
7. Surat keterangan pejabat personalia mengenai status belum /
pernah kawin atau beristri / bersuami dari anggota yang
bersangkutan.
8. Surat keterangan cerai / kematian suami dari calon istri / surat
keterangan cerai / kematian istri dari calon suami, apabila mereka
sudah janda / duda, dan surat keterangan bagi yang belum pernah
kawin.
9. Surat keterangan dari pamong praja / POLRI setempat tentang
tingkah laku calon istri / suami.
10. Surat keterangan dokter ABRI mengenai kesehatan anggota yang
bersangkutan dari calon istri / suami.
11. Enam lembar pas Photo yang bersangkutan dari calon istri / suami
ukuran 4 X 6.71
Permohonan izin kawin akan dikabulkan apabila telah terpenuhinya
syarat-syarat administrasi yang disebutkan diatas dan terpenuhinya ketentuan-
ketentuan sebagaimana yang diatur dalam pasal 7 juklak 07 / III / 1988 sebagai
berikut:
71 Disbintal Mabes POLRI,Himpunan Petunjuk tentang Perkawinan, Perceraian dan
rujuk bagi anggota POLRI Dan PERSSIP POLRI, 1996. hlm.39-40..lihat pula Pasal 12 Juklak / 07 / III / 1988 Tentang Perkawinan, Perceraian Dan Rujuk Bagi Anggota POLRI Dan PERSSIP POLRI.
83
a. Izin kawin hanya diberikan apabila,
1. Perkawinan / pernikahan yang akan dilaksanakan tidak melanggar
hukum agama yang di anut oleh kedua belah pihak dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Perkawinan / pernikahan itu memperlihatkan prospek kebahagiaan
dan kesejahteraan bagi calon suami-istri yang bersangkutan.
3. Perkawinan yang akan dilaksanakan tidak membawa pengaruh atau
akibat yang dapat merugikan kedinasan atau nama baik POLRI /
ABRI.
b. Izin kawin dapat ditolak apabila,
1. Tabiat, kelakuan dan reputasi calon suami-istri yang bersangkutan tidak
sesuai dengan kaidah-kaidah norma kehidupan yang berlaku dalam
masyarakat.
2. Ada kemungkinan bahwa perkawinan itu akan dapat merendahkan
martabat POLRI / ABRI atau mengakibatkan kerugian terhadap nama
baik POLRI / ABRI ataupun negara baik langsung maupun tidak
langsung.
3. Tidak memenuhi persyaratan administrasi.72
Setelah memenuhi persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan
diatas barulah seorang anggota POLRI mendapatkan surat izin kawin, syarat
izinnya berlaku selama 6 bulan terhitung mulai tanggal dikeluarkan, yang
72 Disbintal mabes POLRI,Himpunan Petunjuk tentang Perkawinan, Perceraian dan
rujuk bagi anggota POLRI Dan PERSSIP POLRI, 1996. hlm.33-34. lihat Pasal 7 Juklak / 07 / III / 1988.Tentang Perkawinan, Perceraian Dan Rujuk Bagi Anggota POLRI Dan PERSSIP POLRI.
84
kemudian di lanjutkan ke kantor urusan agama (KUA) sesuai dengan pasal 17
Juklak 07 / III / 1988 dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Anggota POLRI / PERSSIP POLRI yang akan melaksanakan perkawinan
setelah mendapat izin dan pejabat yang berwenang menyampaikan
maksud tentang perkawinan pada:
1. Kantor Urusan Agama bagi yang beragama Islam.
2. Pejabat Catatan Sipil / pejabat gereja bagi yang beragama Kristen
Protestan dan Katolik.
3. Pejabat catatan sipil bagi yang beragama Hindu dan Budha.
b. Surat izin kawin yang habis masa berlakunya dapat diperbaiki dengan
mengajukan permohonan disertai alasan-alasan.
c. Kantor Urusan Agama dan catatan Sipil tidak akan menerima / melayani
anggota ABRI (POLRI) perssip tanpa menunjukkan surat izin kawin.
d. Perkawinan sah apabila dilakukan menurut hukum agama yang dianut
oleh kedua belah pihak dan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
e. Setelah perkawinan dilangsungkan, maka salinan foto copy akte
perkawinan diserahkan kepada pejabat personalia dikesatuannya guna
penyelesaian administrasi keuangan, dan tembusannya disampaikan ke
bagian pembinaan mental, serta bagi POLWAN disampaikan kepada
pembina POLWAN.73
73 Disbintal Mabes POLRI, Himpunan Petunjuk tentang Perkawinan, Perceraian dan
rujuk bagi anggota POLRI dan PERSSIP POLRI, 1996. hlm.43. lihat Pasal 17 Juklak / 07 /III /1988 Tentang Perkawinan, Perceraian Dan Rujuk Bagi Anggota POLRI Dan PERSSIP POLRI.
85
Dari uraian tersebut diatas, dapat difahami bahwa proses atau prosedur
perkawinan anggota POLRI adalah melalui beberapa tahapan / proses yaitu;
a. Menghadap kepada pejabat agama dilingkungan POLRI untuk
mendapatkan nasehat / bimbingan bagi kedua belah pihak calon suami
istri.
b. Mengajukan surat permohonan izin kawin kepada pejabat berwenang
berikut dengan lampiran-lampirannya sebagai persyaratan
administratifnya.
c. Setelah mendapatkan surat izin dari pejabat yang berwenang tersebut,
barulah perkawinan dilakukan, baik POLRI yang beragama Islam
dilakukan di KUA dengan menggunakan ketentuan-ketentuan hukum
Agama Islam dan perundang-undangan yang berlaku seperti UU. No. / 01
/ 1974 dan PP. no. 9 / 1975.
Tahapan proses perkawinan tersebut dapat dilakukan setelah
terpenuhinya semua ketentuan yang berlaku, baik yang umum maupun yang
khusus, sebab tanpa dipenuhinya ketentuan-ketentuan itu, semua proses
perkawinan anggota POLRI yang disebutkan diatas tidak dapat dilakukan.
Bagi anggota POLRI yang tidak mengindahkan ketentuan dalam
Juklak 07 / III / 1988 tentang perkawinan akan mendapat sanksi sebagai
pelanggaran disiplin militer atau tindakan administratif sesuai yang tercantum
dalam pasal 21 dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Dalam bidang disiplin Militer
86
a. Hukuman Penurunan pangkat bagi yang berpangkat Bintara dan
Tamtama
b. Hukuman disiplin militer yang terberat sesuai dengan KUHDT. Yo
PDT bagi Perwira.
2. Dalam bidang administrasi :
a. Penundaan kenaikan pangkat
b. Pemindahan jabatan sebagai tindakan administratif
c. Pengakhiran ikatan dinas
d. Pemberhentian dari dinas ABRI (POLRI).74
1. Sebab –sebab dan Tujuan Adanya Izin kawin bagi Anggota POLRI.
Adanya izin kawin bagi anggota POLRI pada hakekatnya
dilatarbelakangi kondisi sosial dari POLRI itu sendiri sebab-sebab adanya izin
kawin tersebut dapat dilihat dari beberapa hal:
a. Tinjauan Religius.
Setiap manusia mempunyai hak untuk melakukan pernikahan.
Disamping sebagai pemenuhan kebutuhan biologis juga sebagai manifestasi
dari umat beragama yang taat terhadap perintah agamanya. Pernikahan
merupakan wadah yang paling baik dalam menyalurkan kebutuhan biologis
dan sarana untuk mendapatkan ketenagan batin seseorang serta dengan
perkawinan badan jadi segar, jiwa jadi tenang, mata terpelihara dari melihat
74 Disbintal Mabes POLRI, Himpunan Petunjuk tentang Perkawinan, Perceraian dan
rujuk bagi anggota POLRI dan PERSSIP, 1996. hlm.46-47. lihat, Pasal 21 Juklak / 07 /III /1988 Tentang Perkawinan, Perceraian Dan Rujuk Bagi Anggota POLRI Dan PERSSIP POLRI.
87
yang haram dan perasaan tenang menikmati barang yang halal.75 Untuk
menjembatani kondisi yang demikian maka dalam peraturan perkawinan
anggota POLRI diatur tentang izin kawin. Hal ini sebagai bukti perhatian
POLRI terhadap pernikahan anggotanya dalam melaksnakan perintah
agama.
b. Tinjauan Yuridis Administratif.
Kepolisian merupakan lembaga pemerintah yang didalamnya terdiri
dari banyak personel dimana selalu dituntut untuk melakukan kinerja
dengan baik, baik didalam dinas maupun diluar dinas. Maksudnya, bahwa
peraturan izin kawin itu ditetapkan dalam rangka turut menjamin
kepentingan berjalannya sistem kinerja aparat kepolisian di segala bidang.76
c. Tinjauan Sosiologis.
Ada beberapa hal yang menjadi sebab lahirnya izin tersebut,
sebagaimana yang tercantum dalam konsideran Keputusan Menhankam /
Pangab Nomor: Kep / 01 / I / 1980.yaitu;
- Bahwa peranan dan tugas pokok ABRI (POLRI) cukup berat, sehingga
dari setiap anggota ABRI (POLRI) dikehendaki suatu disiplin yang
lebih berat dalam mengemban tugasnya jika dibandingkan dengan
anggota masyarakat diluar ABRI (POLRI).
- Bahwa kehidupan ABRI yang sedemikian itu harus ditunjang oleh
kehidupan suami istri / berkeluarga yang serasi sehingga setiap anggota
75 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah,op.cit., hlm. 19. 76 Hasil wawancara penulis dengan Ibu Asmarawati, Staf Admin Subbag Binrohtal Polda
Jawa Tengah pada tanggal 13 juni 2005 di Mapolda Jateng.
88
ABRI (POLRI) dalam melaksanakan tugasnya tidak akan banyak
terganggu oleh masalah-masalah dalam rumah tangga.
Disamping itu sebab-sebab yang lain, yang menjadikan adanya izin
kawin yaitu bahwa POLRI adalah sebagai aparat penegak hukum yang
hidup ditengah-tengah masyarakat harus mampu memberikan contoh dalam
mentaati peraturan dan mampu menjadi figur yang baik dalam memimpin
keluarga. Sehingga dapat mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah
warahmah dalam keluarga dan masyarakat.
Adapun tujuan adanya izin kawin bagi anggota POLRI dapat kita
pahami dari ketentuan-ketentuan yang disyaratkan dalam pemenuhan izin
kawin diantara tujuan itu adalah:
a. Menganjurkan bagi anggota POLRI untuk selektif dalam mencari
pasangan hidup, sehingga dapat menemukan pasangan yang cocok
dalam membina rumah. Hal ini dapat dilihat dari persyaratan juklak
yang berlaku. Diantaranya ada kewajiban bagi anggota POLRI yang
akan mengajukan izin kawin, kedua belah pihak calon istri maupun
suami harus menghadap pejabat agama untuk menerima petunjuk /
bimbingan dan nasehat perkawinan.
b. Untuk menghindarkan dari hal-hal yang dapat mencemarkan nama baik
POLRI, baik dari pihak suami maupun istri serta orang tua / wali agar
keberadaan dari pernikahannya tidak menjadikan buruknya citra POLRI
yang akan datang di masyarakat. Sebagaimana yang dicantumkan dalam
pasal 7 bahwa “Izin kawin hanya diberikan apabila perkawinan yang
89
dilaksanakan tidak membawa pengaruh atau akibat yang dapat
merugikan kedinasan atau nama baik POLRI”.77
c. Membantu menciptakan keluarga yang sakinah bagi anggota POLRI
dengan memberikan koreksi dan pengarahan terhadap pasangan calon
suami istri sebelum melaksanakan perkawinan. Hal-hal yang dikoreksi
berkaitan dengan kesejahteraan calon suami-istri, seperti dalam
ketentuan pasal 7 pula. Bahwa “ perkawinan / pernikahan itu
memperlihatkan prospek kebahagiaan dan kesejahteraan bagi calon
suami-istri yang bersangkutan.”78
d. Untuk menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif dalam
administrasinya dilingkungan POLRI, supaya tidak terjadi
permasalahan-permasalahan perkawinan yang akan mengganggu
kegiatan kedinasan bagi anggota POLRI seperti halnya yang tercantum
dalam ayat b (3), pasal 9 Juklak / 07 / III / 1988.
e. Membantu mewujudkan asas monogami dalam pernikahan dan asas
perceraian dipersulit dengan memberikan persyaratan-persyaratan yang
dapat mendukungnya seperti penyelesaian administrasi yang tercantum
dalam pasal 12 Juklak 07 / III / 1988.
77 Lihat,Pasal 7 ayat a (3) Juklak / 07 III / 1988 Tentang Perkawinan, Perceraian dan
Rujuk bagi anggota POLRI dan PERSSIPPOLRI. 78 Ibid, Pasal 7 ayat a (2).