BAB III KERANGKA KONSEPTUALeprints.umm.ac.id/53912/3/BAB III.pdf · Pemindahan data dari RMK ke...
Transcript of BAB III KERANGKA KONSEPTUALeprints.umm.ac.id/53912/3/BAB III.pdf · Pemindahan data dari RMK ke...
30
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat di definisikan sebagai kehadiran
mikroorganisme dalam saluran kemih yang mumnya ditandai dengan adanya 105
bakteri/mL (108/L) di dalam urin. Organisme tersebut memiliki potensi untuk
menyerang jaringan saluran kemih dan struktur yang berdekatan. ISK
diklasifikasikan menjadi ISK atas dan ISK bawah berdasarkan struktur anatomi
bagian yang terinfeksi. Infeksi saluran bawah berhubungan dengan sistitis (kandung
kemih), sedangkan infeksi saluran bagian atas adalah pielonefritis (infeksi yang
melibatkan ginjal). ISK juga diklasifikasikan menjadi ISK complicated dan ISK
uncomplicated dilihat berdasarkan struktural dan fungsionalitas dari saluran kemih.
Bakteri paling umum penyebab ISK adalah E. coli, Staphylococcus saprophyticus,
Klebsiella pneumonia, Proteus spp., Pseudomonas aeruginosa, dan Enterococcus
spp. (Coyle dan Prince, 2014).
ISK rentan terjadi pada perempuan karena karakteristik anatomi uretra
perempuan yang berdekatan rongga vagina dan rektum. Kondisi ini meningkatkan
kemungkinan kolonisasi mukosa periurethral oleh uropathogen potensial dan
dengan demikian memfasilitasi rute infeksi ascending ke kandung kemih atau ginjal
(Pezzani dan Antinori, 2018).
Pengobatan yang pada umumnya banyak digunakan adalah penggunaan
antibiotik broad spectrum seperti golongan Sefalosporin dan Kuinolon. Di rumah
sakit sendiri golongan Kuinolon yang paling banyak digunakan adalah
Ciprofloxacin yang merupakan golongan Fluorokuinolon. Pemilihan Ciprofloxacin
didasari oleh kenyamanan pemakaian oleh pasien, dimana penggunaan
Ciprofloxacin cukup diminum sekali atau dua kali sehari (Triono & Purwoko,
2012).
Meskipun Fluorokuinolon adalah salah satu obat yang paling efektif dalam
pengobatan ISK, beragam penelitian telah melaporkan peningkatan resistensi
terhadap fluorokuinolon karena peningkatan penulisan resep Kuinolon. Biasanya,
prevalensi resistensi Fluorokuinolon terkait dengan intensitas penggunaan
antibiotik. Resistensi antibiotik Fluorokuinolon menjadi masalah besar bagi
kesehatan masyarakat yang mengancam kehidupan orang-orang yang dirawat di
31
rumah sakit serta orang-orang dengan kondisi kronis dan sangat menambah biaya
perawatan kesehatan. Peningkatan resistensi antibiotik pada pasien ISK
menunjukkan bahwa sangat penting untuk merasionalisasi penggunaan antimikroba
dan menggunakannya secara konservatif (Gururaju et al., 2015).
3.1 Bagan Kerangka Konseptual
Gambar 3. 1 Bagan Kerangka Konseptual
Studi penggunaan antibiotik golongan fluorokuinolon
Etiologi:
E. coli,
Pseudomonas
aeruginosa.
Staphylococcus
saprophyticus,
Klebsiella
pneumonia,
Proteus spp.,
Infeksi Saluran Kemih
ISK
uncomplicated ISK complicated
Terapi antibiotik
▪Trimethoprim-
sulfametoksazol
▪Nitrofurantoin
▪Fosfomisin
▪Fluorokuinolon
▪Sefalosporin
Faktor resiko:
1. Jenis kelamin
2. Struktural dan
fungsionalitas
saluran kemih
3. Kateterisasi
4. Riwayat DM
32
3.2 Skema Kerangka Operasional
Gambar 3. 2 Skema Kerangka Operasional
Data rekam medik pasien
Dari buku registrasi diketahui jumlah pasien rawat inap ISK
mulai tanggal 1 Januari 2018 – 31 Desember 2018
Pasien dengan diagnosa Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Kriteria eksklusi:
Pasien dengan infeksi
selain ISK yang
menerima terapi
Fluorokuinolon
Data RMK tidak diambil
Kriteria inklusi:
Pasien dengan
diagnosa ISK yang
mendapatkan terapi
antibiotik golongan
Fluorokuinolon
Analisis data
Data pasien, data
laboratorium, data
klinik, dan data
mikrobiologi.
Profil pasien
(nama, usia, berat
badan), jenis
kelamin,
diagnose.
Indikasi, rute,
dosis, interval,
lama pemberian.
Pemindahan data dari RMK ke Lembar Pengumpulan
Data