Bab III Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

8
59 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah studi kasus, pengamatan dilakukan dengan wawancara dan observasi subjek yang diverifikasi dengan hasil wawancara dan observasi significant others. Metode ini cocok digunakan karena peneliti dapat mengamati kecerdasan emosi dengan cukup memadai, dengan syarat pemilihan significant others dipilih dari orang-orang terdekat yang mengamati subjek dengan baik, sehingga dapat menelaah kepada satu kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif. Studi kasus adalah studi yang berusaha memahami isu-isu yang rumit atau objek yang dapat memperluas pengalaman atau menambah kekuatan terhadap apa yang telah dikenal melalui hasil penelitian yang lalu. Lebih lanjut dikatakan bahwa studi kasus menekankan pada rincian analisis kontekstual tentang sejumlah kecil kejadian atau kondisi dan hubungan-hubungan yang ada padanya (dalam Moleong, 1999). Studi kasus didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan yang dapat dilakukan dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif dengan sasaran perorangan maupun kelompok bahkan masyarakat luas (Stake dalam Basuki, 2006). Penelitian studi kasus (case study) memusatkan diri secara intensif terhadap satu objek tertentu, dengan selengkap-lengkapnya dari kasus tersebut untuk mengetahui sebab-sebab yang sesungguhnya bilamana terdapat aspek-aspek yang perlu diperbaiki, setiap fakta dipelajari peranan dan fungsinya di dalam kasus tersebut. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kedalaman sebuah studi kasus dapat diukur dari data yang dikumpulkan (Nawawi, 2005).

description

 

Transcript of Bab III Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

Page 1: Bab III Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

59

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah studi kasus, pengamatan

dilakukan dengan wawancara dan observasi subjek yang diverifikasi dengan hasil

wawancara dan observasi significant others.

Metode ini cocok digunakan karena peneliti dapat mengamati kecerdasan

emosi dengan cukup memadai, dengan syarat pemilihan significant others dipilih

dari orang-orang terdekat yang mengamati subjek dengan baik, sehingga dapat

menelaah kepada satu kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail,

dan komprehensif.

Studi kasus adalah studi yang berusaha memahami isu-isu yang rumit atau

objek yang dapat memperluas pengalaman atau menambah kekuatan terhadap apa

yang telah dikenal melalui hasil penelitian yang lalu. Lebih lanjut dikatakan bahwa

studi kasus menekankan pada rincian analisis kontekstual tentang sejumlah kecil

kejadian atau kondisi dan hubungan-hubungan yang ada padanya (dalam Moleong,

1999).

Studi kasus didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian atau studi tentang

suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan yang dapat dilakukan dengan

pendekatan kualitatif maupun kuantitatif dengan sasaran perorangan maupun

kelompok bahkan masyarakat luas (Stake dalam Basuki, 2006).

Penelitian studi kasus (case study) memusatkan diri secara intensif terhadap

satu objek tertentu, dengan selengkap-lengkapnya dari kasus tersebut untuk

mengetahui sebab-sebab yang sesungguhnya bilamana terdapat aspek-aspek yang

perlu diperbaiki, setiap fakta dipelajari peranan dan fungsinya di dalam kasus

tersebut. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kedalaman sebuah studi kasus dapat

diukur dari data yang dikumpulkan (Nawawi, 2005).

Page 2: Bab III Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

60

Menurut Poerwandari (2005), studi kasus dapat dibedakan dalam tiga

jenis, yaitu :

a. Studi kasus instrinsik, yaitu penelitian dilakukan karena ketertarikan atau

kepedulian pada suatu kasus. Penelitian dilakukan untuk memahami secara

utuh kasus tersebut, tanpa harus dimaksudkan untuk menghasilkan konsep-

konsep atau teori ataupun tanpa upaya menggeneralisasikan.

b. Studi kasus instrumental, yaitu penelitian pada suatu kasus unik tertentu,

dilakukan untuk memahami isu dengan lebih baik, juga untuk

mengembangkan, memperhalus teori.

c. Studi kasus kolektif, yaitu suatu studi kasus instrumental yang diperluas

sehingga mencakup beberapa kasus. Tujuannya adalah untuk mempelajari

fenomena atau populasi atau kondisi umum dengan lebih mendalam. Karena

menyangkut kasus majemuk dengan fokus baik didalam tiap kasus maupun

antar kasus, studi kasus ini sering juga disebut studi kasus majemuk atau studi

kasus komparatif.

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa studi

kasus adalah suatu metode kualitatif yang digunakan untuk memahami isu-isu

yang rumit tentang suatu fenomena atau kejadian yang khusus dengan sasaran

perorangan maupun kelompok bahkan masyarakat luas.

B. Subjek Penelitian

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, karakteristik subjek yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Karakter subjek penelitian ini adalah siswa remaja berjenis kelamin laki-laki atau

perempuan yang berusia 13-15 tahun dan mengikuti program kelas unggulan di

SMPN 103 Jakarta.

C. Tahap-Tahap Penelitian

Adapun tahap persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan dalam

penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu :

1. Tahap Persiapan Penelitian

Peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan beberapa

Page 3: Bab III Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

61

teori yang relevan dengan masalah. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan

pertanyaan mendasar yang nantinya berkembang dalam wawancara. Pedoman

wawancara yang telah disusun, ditunjukkan kepada yang lebih ahli dalam hal

ini ialah pembimbing penelitian untuk mendapat masukan mengenai isi

pedoman wawancara. Setelah mendapatkan masukkan dan koreksi dari

pembimbing, peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan

menyiapkan diri untuk melakukan wawancara. Kemudian peneliti mencari

calon subjek yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Setelah

menemukan dan subjek pun bersedia untuk diwawancara, maka peneliti

membuat kesepakatan dengan subjek tersebut mengenai waktu dan tempat

untuk melakukan wawancara.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah peneliti mendapatkan subjek yang sesuai, kemudian peneliti membuat

kesepakatan mengenai waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan

wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Sebelum wawancara dimulai,

peneliti terlebih dahulu menjelaskan identitas bahwa wawancara ini bersifat

rahasia. Pemberitahuan ini bertujuan untuk membina kedekatan dan

menumbuhkan rasa percaya subjek kepada peneliti dan tujuan diadakan

wawancara dan informasikan kepada subjek peneliti. Setelah wawancara

selesai selanjutnya peneliti memindahkan hasil rekaman berdasarkan

wawancara dalam bentuk tulisan kemudian peneliti melakukan analisis data

dan interpretasi data sesuai dengan langkah-langkah yang telah ada. Akhirnya

peneliti membuat kesimpulan dari seluruh data hasil penelitian. Kemudian dari

hasil kesimpulan yang dilakukan, peneliti mengajukan saran-saran untuk

penelitian selanjutnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan

observasi

1. Wawancara

Dasar wawancara yang digunakan adalah pendekatan dengan pedoman

umum Patton (dalam Poerwandari, 1998). Alasan pengunaan pendekatan ini

Page 4: Bab III Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

62

karena pendekatan ini memberikan keleluasaan bagi partisipan dalam

memberikan jawaban dan memberikan kesempatan pada peneliti untuk

memeriksa kembali aspek-aspek yang ingin ditanyakan.

Menurut Moleong (1999), wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.

Menurut Nurul (2003) Interview adalah metode yang digunakan untuk

meminta keterangan yang berkaitan dengan objek penelitian.

Menurut Kartono (dalam Basuki, 2006) wawancara adalah suatu

percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses

tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik.

Metode wawancara dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu

(Moleong, 1999):

a. Wawancara Berstruktur

Metode wawancara dimana pewawancara menggunakan daftar pertanyaan

atau daftar isiaan sebagai penuntun selama proses wawancara.

b. Wawancara Tidak Berstruktur

Metode wawancara dimana pewawancara tidak menggunakan daftar isian

sebagai penuntun selama proses wawancara.

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara terstruktur agar lebih terarah.

2. Observasi

Selain itu penelitian ini juga melekukan observasi, dimana peneliti

memperhatikan dan mencacat aktivitas-aktivitas yang berlangsung, serta orang-

orang yang terlibat dalam kejadian aktivitas.

Menurut Nurul (2003), Observasi adalah studi yang di sengaja dan

sistematika tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan

pengamatan dan pencatatan, observasi dengan mengambil bagian secara langsung

dalam situasi yang diteliti untuk mengetahui kondisi dan situasi objek, sehingga

memperoleh data yang valid.

Menurut Kartono (dalam Basuki, 2006) observasi diberi batasan sebagai

studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala

psikis dengan jalan pengamatan dan pencacatan. Observasi dibutuhkan untuk

Page 5: Bab III Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

63

memahami konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi

terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan

peneliti dan hal-hal lain yang dianggap relevan sehingga dapat memberi data

tambahan terhadap hasil wawancara.

Menurut Patton (dalam Poerwandari, 1998) salah satu hal yang penting

tapi sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi.

Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting

karena :

a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal

yang diteliti ada atau sedang terjadi.

b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada

penemuan dari pada pembuktian dan mempertahankan pilihan-pilihan untuk

mendekati masalah secara induktif. Dengan berada dalam situasi lapangan

yang nyata, kecenderungan untuk mempengaruhi sebagai konseptualisasi

tentang topik yang diamati akan berkurang.

c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek peneliti

sendiri kurang disadari.

d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang

karena berbagai sebab tidak diungkap oleh subjek penelitian secara terbuka

dalam wawancara.

e. Observasi memungkinkan merefleksi dan bersikap instropeksi diri terhadap

penelitian yang dilakukannya.

f. Observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif

yang ditampilkan oleh objekl penelitian.

Menurut Moleong (1999), Berdasarkan keterlibatan pengamat dalam

kegiatan orang-orang yang diamati, observasi dapat dibedakan menjadi :

a. Observasi Partisipan

Suatu observasi dimana pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang

dilakukan subjek yang diteliti atau diamati, seolah-olah pengamat merupakan

bagian dari mereka.

b. Observasi Non-partisipan

Suatu observasi dimana pengamat berada diluar subjek yang diteliti dan tidak

ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.

Page 6: Bab III Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

64

Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi

non- partisipan. Jadi dalam hal ini pengamat berada diluar subjek yang diamati

dan tidak ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek.

E. Alat Bantu Pengumpulan Data

Menurut Poerwandari (1998), peneliti sangat berperan dalam seluruh

proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendekati topik tersebut,

mengumpulkan data, hingga menganalisis, menginterpretasikan, dan

menyimpulkan hasil penelitian.

Dalam mengumpulkan data-data peneliti menggunakan alat bantu yaitu :

1. Pedoman Wawancara

Pedoman berisi pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan sesuai dengan

tujuan penelitian berdasarkan teori dari kecerdasan emosi.

2. Pedoman Observasi

Catatan berisi ciri-ciri perilaku yang akan diamati, dimana perilaku yang

diamati akan dicatat. Data yang didapat dapat digunakan sebagai data

penunjang ketika melakukan interpretasi wawancara.

3. Alat Perekam

Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara agar peneliti

dapat benar-benar berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus

berhenti untuk mencacat jawaban dari responden. Dalam mengumpulkan data,

alat perekam baru dapat digunakan setelah peneliti memperoleh izin dari

subjek untuk menggunakan alat tersebut pada proses wawancara berlangsung.

4. Alat Tulis

Alat tulis digunakan untuk menulis atau memberi tanda pada lembar observasi

Penggunaan alat tulis dalam wawancara dapat digunakan pada saat wawancara

berlangsung.

F. Keakuratan Penelitian

Untuk mencapai keakuratan dalam suatu penelitian dengan metode

kualitatif, ada beberapa teknik yang digunakan dan salah satu teknik tersebut

adalah triangulasi. Menurut Moleong (1990) triangulasi adalah teknik pemeriksaan

Page 7: Bab III Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

65

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang

paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.

Denzin (dalam Patton, 2002) mengemukakan empat macam triangulasi

sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :

a. Triangulasi data

Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil

wawancara,hasil observasi, atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu

objek yang dianggap memiliki sudut pandang berbeda. Termasuk disini adalah

wawancara dengan orang terdekat subjek (significant other). Trianggulasi data

dilakukan dengan mebandingkan data hasil wawancara antara subjek dengan

significant other.

b. Triangulasi pengamat

Adanya pengamat diluar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan

data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemelencengan

dalam pengumpulan data.

c. Triangulasi teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang

dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini berbagai teori telah

dijelaskan tentang kecerdasan emosi dan remaja.

d. Triangulasi metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode

wawancara dan metode observasi dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti

melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Patton (dalam Moleong, 1999) adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan

satuan variasi dasar. Ia membedakan dengan penafsiran yaitu memberikan arti

yang significant terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan hubungan antara

dimensi-dimensi uraian.

Page 8: Bab III Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103 Jakarta (skripsi)

66

Adapun menurut Poerwandari (2005), analisis data merupakan proses

untuk membuat data yang dikumpulkan menjadi lebih bermakna. Langkah-

langkah dalam menganalisis data adalah sebagai berikut :

a. Mengorganisasikan data

Setelah peneliti mendapatkan data dari subjek dan significant others melalui

wawancara dengan alat perekam, kemudian peneliti mengubahnya menjadi

transkip (verbatim) dalam bentuk tulisan, karena datanya beragam dan

banyak data harus diorganisasikan dengan rapi, sistematis, dan lengkap.

b. Mengelompokkan data

Langkah pertama sebelum analisa adalah membubuhkan kode pada data yang

diperoleh. Pengkodean dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan

mensistematiskan data secara lengkap dan mendetail sehingga dapat

memunculkan gambaran tentang topik.

c. Menguji asumsi

Setelah kategori dan pola tergambar dengan jelas, pada tahap ini kategori

yang akan didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan

teori yang dijabarkan pada bab sebelumnya, sehingga data yang diperoleh

dapat dicocokkan apakah ada kesamaan antara landasan teori dengan data

yang didapat.

d. Mendeskripsikan data

Setelah dilakukan uji asumsi, dibutuhkan penjabaran data dan analisis secara

terfokus, mendalam dan terarah.

e. Menginterpretasi data

Menginterpretasi mengenai apa yang diteliti sesuai dengan perspektif peneliti

dengan memahami data secara lebih ekstensif dan mendalam.

f. Menulis laporan penelitian

Menggabungkan kategori-kategori analisis berdasarkan gabungan dari

pertanyaan penelitian, teori-teori, penelitian terdahulu, data yang diperoleh

dari observasi dan wawancara subjek dan significant other, kemudian

dilakukan interpretasi secara keseluruhan dan menarik kesimpulan dari hasil

penelitian.