BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari...

20
35 BAB III KAJIAN PUSTAKA A. Perlombaan Berhadiah 1. Pengertian Perlombaan Berhadiah Perlombaan berasal dari kata As-sabaq yang berarti mendahului atau membalap. Perlombaan bisa dilakukan dengan kuda atau hewan lain. 1 Kata As-Sabaq adalah bentuk mashdar dari kata dasar sabaqa yasbiqu sabqan. As Sabaq, dengan ba’ yang berharkat, adalah hadiah yang diperebutkan dalam suatu lomba. Sedangkan jika dibaca dengan ba’ mati (as-sabq) maka artinya pekerjaan berlomba. 2 Pertaruhan dalam perlombaan itu dibedakan menjadi dua, yaitu ada pertaruhan dalam perlombaan yang dihalalkan dan pertaruhan dalam perlombaan yang diharamkan. Perbedaan dari kedua pertaruhan tersebut adalah sebagai berikut: a. Pertaruhan dalam perlombaan yang dihalalkan, yaitu perlombaan yang hadiahnya dari pihak lain. Misalnya dalam 1 Musthafa Dib Al-Bugha, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi’I, terjemah, Toto Edidarmo, (Jakarta : Pt Mizan Publika, 2017), h. 581 2 Abdullah Bin Abdurrahman Al Bassam, Syarah Bulughul Maram, penerjemah, Thahirin Suparta, (Jakarta: Pustakaazzam, 2014), Cetakan kedua, h. 529

Transcript of BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari...

Page 1: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

35

BAB III

KAJIAN PUSTAKA

A. Perlombaan Berhadiah

1. Pengertian Perlombaan Berhadiah

Perlombaan berasal dari kata As-sabaq yang berarti

mendahului atau membalap. Perlombaan bisa dilakukan dengan

kuda atau hewan lain.1 Kata As-Sabaq adalah bentuk mashdar dari

kata dasar sabaqa yasbiqu sabqan. As Sabaq, dengan ba’ yang

berharkat, adalah hadiah yang diperebutkan dalam suatu lomba.

Sedangkan jika dibaca dengan ba’ mati (as-sabq) maka artinya

pekerjaan berlomba.2

Pertaruhan dalam perlombaan itu dibedakan menjadi dua,

yaitu ada pertaruhan dalam perlombaan yang dihalalkan dan

pertaruhan dalam perlombaan yang diharamkan. Perbedaan dari

kedua pertaruhan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pertaruhan dalam perlombaan yang dihalalkan, yaitu

perlombaan yang hadiahnya dari pihak lain. Misalnya dalam

1 Musthafa Dib Al-Bugha, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi’I, terjemah, Toto

Edidarmo, (Jakarta : Pt Mizan Publika, 2017), h. 581 2 Abdullah Bin Abdurrahman Al Bassam, Syarah Bulughul Maram,

penerjemah, Thahirin Suparta, (Jakarta: Pustakaazzam, 2014), Cetakan kedua, h.

529

Page 2: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

36

perlombaan yang disebut Gubernur Cup dalam pacuan kuda

menyediakan hadiah sepeda motor, sehingga barangnya boleh

diambil, atau jenis perlombaan lainnya yang hadiahnya dari

pihak lain di luar peserta perlombaan.

b. Pertaruhan dalam perlombaan yang diharamkan, yaitu apabila

seseorang atau beberapa pihak melakukan perlombaan yang

berhadiah, yang hadiahnya disediakan dari salah satu peserta.

,misalnya, ada seseorang mengatakan, siapa saja yang

memenangkan perlombaan ini, ia mendapatkan hadiah sepedah

motor dariku, tetapi apabila aku yang menang dalam

perlombaan ini, kalian tidak memperoleh apa-apa dariku dan

aku tidak mendapatkan sesuatu dari kalian.3

Perlombaan merupakan salah satu bentuk hiburan bagi

manusia. Hubungan yang terjalin dalam perlombaan bukanlah

antara makhluk dengan penciptanya, melainkan terjadi di antara

manusia. Perlombaan disyariatkan dan termasuk olahraga yang

terpuji. Perlombaan bisa sunah hukumnya atau haram

hukumnya sesuai dengan niat dan tujuannya.4 Pada dasarnya,

3 Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor : Ghalia

Indonesia, 2012), h. 267 4 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 5, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009),

Cetakan pertama, h. 522

Page 3: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

37

perlombaan dibolehkan selama tidak melanggar aturan-aturan

syariah.

Perlombaan juga merupakan Sunnah Nabi Saw, apabila

tujuannya untuk mempersiapkan jihad (perang dijalan allah).

Perlombaan tersebut menggunakan unta, kuda dan memanah

dengan anak panah dan alat-alat perang lain yang masuk dalam

kategori yang diperintahkan Allah dan Rasulnya mengingat hal

itu dapat membantu keberhasilan jihad di jalan Allah.5

Agama membolehkan perlombaan yang menggunakan

uang, jika uang itu bukan berasal dari kedua pihak yang

mengikuti perlombaan. Seperti misalnya seorang pengusaha

mengalokasikan sejumlah uang perlombaan. Ini adalah sesuatu

yang dibolehkan tanpa ada keraguan. Bahkan mayoritas fukaha

membolehkan jika uang itu berasal dari salah satu pihak yang

mengikuti perlombaan. Lalu keduanya menetapkan sejumlah

uang yang akan diambil oleh yang memenangkan perlombaan,

maka ini termasuk judi dan tentunya diharamkan.6

5 Abdullah Bin Abdurrahman Al Bassam, Syariah Bulughul Maram , …, h.

529 6 Ahmad Asy-Syarbashi, Yas’alunaka, Tanya Jawab Lengkap Tentang

Agama dan Kehidupan, (Jakarta, Lentera, 2013), h. 257

Page 4: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

38

Imam Syafi’I mengatakan bahwa perlombaan hanya

dibolehkan pada menunggang unta, kuda, dan memanah. Yang

dijadikan sandaran dalam hal ini ialah hadis yang diriwayatkan

oleh Ibn Umar yang berkata, “Rasulullah saw mengikuti

prlombaan menunggang kuda.” Juga hadist yang diriwayatkan

oleh Abu Hurairah, yang berbunyi, “Tidak ada perlombaan

kecuali pada unta, memanah dan kuda.7

2. Dasar Hukum Perlombaan Berhadiah

a. Al-Qur’an

Dalil yang berkaitan dengan diperbolehkannya

perlombaan berhadiah sebagaimana firman Allah :

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja

yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk

berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan

musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka

yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.

7 Ahmad Asy-Syarbashi, Yas’alunaka, Tanya Jawab Lengkap Tentang

Agama dan Kehidupan, …, h 257

Page 5: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

39

apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan

dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya

(dirugikan)”. (QS. Al-Anfal [8] : 60).8

Dalam hadist dikatakan:

Artinya: Dari Uqbah. Ia berkata, “Saya pernah

mendengar Nabi Saw; bersabdah, Hendaklah kamu bersedia

melawan musuh sepenuh tenaga kamu dengan kekuatan.

Ketahuilah, sesungguhnya kekuatan itu ialah dengan pandai

menembakan anak panah. Perkataan beliau ini beliau ulangi

tiga kali karena pentingnya.”9

Sabda Nabi :

Artinya : “Tidak ada hadiah kemenangan kecuali dalam

perlombaan kuda, atau unta, atau memanah”

Menurut sabda Nabi diatas yaitu haram mengadakan

perlombaan kecuali dengan menggunakan sarana-sarana tersebut.

Dia tercangkup kedalam makna perkara yang diserukan Allah dan

dipuji-nya bagi para penganut agama-nya, yaitu menyiapkan

8 Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an Depertemen Agama RI, Al-

Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung, SYGMA, 2009), h. 183 9 Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, Hukum Fiqih Islam, (Bandung, Sinar Baru

Algensindo, 2015), h. 482

Page 6: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

40

kekuatan dan kuda-kuda yang ditambatkan untuk menghadapi

musuh.10

Dalam ayat lain Allah berfirman:

Artinya : “Maka untuk mendapatkan itu kamu tidak

mengerahkan seekor kuda pun dan (tidak pula) seekor unta pun.”

(Qs. Al-Hasyr (59): 6).11

Oleh karena perlombaan mengendarai kendaraan-kendaraan

ini dapat memotivasi pelakunya untuk menjadikannya sarana

mencapai tujuan-tujuan mereka, yaitu memperoleh kemenangan

dari harta rampasan perang, maka hadiah yang disediakan

didalamnya itu termasuk hadiah yang diperkenankan.

Dengan demikian, perlombaan dengan kendaraan-kendaraan

tersebut itu hukumnya halal, sedangkan perlombaan dengan

kendaraan selain itu hukumnya haram. Seandainya seseorang

mengalahkan orang lain saat berlomba berjalan kaki, menaiki

puncak gunung, menangkap burung, merebut sesuatu di tangan,

memegang sesuatu di tangan, berdiri di atas kaki selama satu

penjamin atau lebih, bergulat atau berlomba dengan alat yang di

sebut midhah (kayu yang digunakan untuk menyapu tanah, dan

10

Rif’at Fauzi dan Abdul Muththalib, Al-Umm/Imam Asy-Syafi’I,

Penerjemah, Misbah, (Jakarta: Pustakaazam, 2014), h. 429 11

Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah,… h. 546

Page 7: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

41

dapat menyapu apa saja yang di lewatinya), maka semua ini

hukumnya tidak boleh, Karena dia telah keluar dari makna-makna

kebenaran yang dipuji Allah dan dikhususkan Sunnah, yaitu hal-hal

yang diperbolehkan melainkan dia mencangkup kedalam makna

hal-hal yang dilarang Sunnah.12

Biasanya dalam perlombaan akan ada hadiah bagi si

pemenang perlombaan, akan tetapi adakalanya perlombaan

diadakan tanpa disertai hadiah, namun lebih sering perlombaan

tersebut dengan hadiah, “Dari Aisyah r.a., dia berkata, “Aku

berlomba lari dengan Nabi SAW, dengan beliau, tetapi beliau dapat

mengejarku. Aku berkata. Kemenangan itu adalah sebagai

imbangan bagi kekalahan itu.13

Perlombaan boleh dilakukan dengan mempersyaratkan

hadiah. Pada zaman Nabi Saw, hadiah itu biasa dikenal dengan

rihan (sayembara). “Anas r.a., berkata, “Ya. Beliau pernah

melakukan rihan (sayembara) dengan mengunakan kudanya yang

bernama Sabhah. Lalu, orang-orang mengalahkannya. Beliau

tercengang dan kagum dengan hal tersebut. 14

12

Rif’at Fauzi dan Abdul Muththalib, Al-Umm/Imam Asy-Syafi’I, …, h.

430 13

Mardani, Fiqh Muamalah Ekonomi Syariah (Jakarta : Kencana, 2012), h.

377 14

Musthafa Dib Al-Bugha, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi’I, …, h. 583

Page 8: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

42

Hadiah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang dengan

maksud untuk memuliakan atau memberikan penghargaan.

Rasulullah saw menganjurkan kepada umatnya agar memberikan

hadiah. Karena yang demikian itu dapat menumbuhkan

kecintaannya dan saling menghormati antara sesama.

Hadiah yaitu pemberian untuk menghormati orang yang

diberi, di samping untuk mendapatkan ganjaran dari Allah. Dengan

demikian hadiah, seperti sedekah dan hibah, hukumnya sunnah.15

Hadiah merupakan perilaku sosial ekonomi bahwa

seseorang memberikan sesuatu pada orang lain dalam rangka

menghormati pada orang yang bersangkutan.16

Hadiah juga

merupakan pemberian seseorang yang sah memberi pada masa

hidupnya, secara kontan tanpa ada syarat dan balasan.

Dalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan

saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

oleh Allah dan Rasulullah saw. Adapun hikmah atas disyariatkan

memberikan hadiah, antara lain sebagai berikut:

a. Untuk menghilangkan penyakit dengki, yang merupakan penyakit hati yang merusak nilai-nilai keimanan. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Tirmidzi dan Abu Hurairah yang artinya: “beri memberilah

15

Ahsin W. Alhafidz, Kamus Fiqih, (Jakarta, Amzah, 2013), h. 55 16

Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah, …, h. 262

Page 9: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

43

kamu, karena pemberiah itu dapat menghilangkan sakit hati (dengki)”.

b. Memberi hadiah dapat saling mengasihi, mencintai dan menyayangi. Abu Ya’la telah meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. Pernah bersabda: “ saling memberi hadiahlah kamu, niscaya kamu akan saling mencintai”.

c. Hadiah dapat menghilangkan rasa dendam, dalam sebuah hadis dari Anas bahwa Rasulullah saw bersabda: “saling memberi hadiahlah kamu, karena sesungguhnya hadiah itu dapat mencabut rasa dendam”

Perlombaan pada masa sekarang ini bermula dari suatu

permainan yang umum dilakukan oleh masyarakat, kemudian

beralih bentuk dan sifat menjadi hiburan yang dipertunjukan pada

acara tertentu. Pada perkembangan selanjutnya, permainan tersebut

beralih karakter dan motivasinya, yang akhirnya, dipertandingkan

dengan transaksi berhadiah. Perlombaan berhadiah ini ada yang

sunnah hukumnya dan ada yang haram hukumnya.

3. Hukum perlombaan berhadiah yang disunnahkan

Pertaruhan atau hadiah dalam perlombaan yang

disunnahkan adalah sebagai berikut:

a. Hadiah itu datang dari penguasa yang lain.17

Dibolehkan mengambil hadiah perlombaan apabila

hadiah itu diberikan dari satu pihak, misalnya panitia

penyelenggara. Artinya dananya bukan berasal dari “ uang

17

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014). h. 259

Page 10: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

44

saweran” peserta lomba.18

Atau pihak lain yang tidak ikut dalam

perlombaan sponsor Misalnya Pak Lurah menyediakan sponsor

sebesar 10 juta, urusannya selesai.19

Pihak panitia boleh

menggunakan data pendaftaran peserta untuk biaya konsumsi,

sewa kursi, keamanan, kebersihan, atau keperluan lainnya yang

terkait dengan lomba.

b. Hadiah datang dari para peserta yang berlomba dengan adanya

muhalli

Hadiah dalam perlombaan boleh diambil apabila datang

dua orang (pihak) yang berlomba atau beberapa pihak yang

berlomba, sementara di antara mereka terdapat salah seorang

atau salah satu pihak yang berhak menerima hadiah itu bila dia

menang dan tidak berutang bila dia kalah. Orang yang berhak

menerima hadiah bila menang dan tidak berutang bila kalah itu

lah yang disebut muhallil (penyela) diantara keduanya, muhallil

adalah satu penunggang kuda atau lebih. Muhallil harus memiliki

kemampuanyang setara dengan dua penunggang kuda tersebut,

dimana keduanya tidak ada jaminan untuk dikalahkan.20

18

Ahmad Sarwad, Fiqih Sehari-hari, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2017), h. 166 19

Ahmad Sarwad, Fikih Sehari-Hari, …, h.168 20

Rif’at Fauzi, Abdul Muththalib, AL UMM / Imam Asy-Syafi’I, …, h. 431

Page 11: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

45

4. Hukum perlombaan Berhadiah yang diharamkan

a. Tidak boleh ada pemungutan dana perlombaan dalam kasus

jika dana itu dipunggut dari setiap peserta lomba, dengan

ketentuan bahwa jika dia unggul, maka dia berhak

mendapatkan dana yang terkompul itu, dan jika diungguli

maka dia menangung dana seperti itu bagi rekannya yang

unggul. Alasannya ini termasuk dalam katagori taruhan (judi)

yang diharamkan.

b. Tidak boleh melakukan permainan yang bisa menimbulkan

marabahaya tanpa adanya tuntutan kearah itu. Dan Jangan

sampai permainan itu memperlihatkan bagian tubuh dan

aurat yang seharusnya ditutupi.

c. Permainan itu tidak boleh melibatkan binatang, baik unggas

atau binatang lainnya

Dalam perlombaan berhadiah, harus benar-benar

diperhatikan agar terhindar dari unsur maysir, pertaruhan dalam

perlombaan diharamkan oleh para ulama apabila oleh salah seorang

atau satu pihak yang berlomba menang, maka dia memperoleh

hadiah (taruhan) itu, sedangkan apabila dia kalah maka dia

kehilangan hadiah (taruhan) itu, dengan demikian, dalam sebuah

Page 12: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

46

pertandingan, dana partisipasi yang diminatkan dari peserta tidak

boleh dialokasikan untuk hadiah para pemenang.21

Perlu diperhatikan pula agar permainan terhindar dari unsur

perjudian (maysir) dan mengundi nasib (azlam). Dan jangan sampai

permainan tersebut melewati batas dengan mengorbankan hal-hal

yang lebih penting. Permainan adalah hiburan yang tidak termasuk

kebutuhan pokok, maka tidak seharusnya sampai mengganggu

kewajiban seseorang, apalagi sampai melalaikannya.

Setelah dibahas mengenai perlombaan berhadiah menurut

hukum Islam baik yang diperbolehkan maupun disunnahkan, dapat

diketahui bahwa hal yang paling harus diperhatikan dalam

perlombaan berhadiah tersebut adalah tidak adanya unsur maysir.

Agar lebih dapat dipahami mengenai maysir yang diharamkan oleh

agama Islam, maka sudah seharusnya konsep maysir juga diulas

secara lebih terperinci.

B. Maysir

Setelah dibahas mengenai perlombaan berhadiah, dapat

diketahui bahwa hal yang paling harus diperhatikan dalam perlombaan

berhadiah tersebut adalah tidak adanya unsur masyir. Agar lebih dapat

21

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta:

PT. Rajarafindo Persada,2014), h. 43

Page 13: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

47

dipahami mengenai maysir yang diharamkan oleh agama islam, maka

sudah seharusnya konsep maysir juga diulas secara lebih terperinci.

1. Pengertian Maysir

Maysir dalam bahasa arab mengandung beberapa

pengertian, di antaranya adalah keharusan, mudah, kaya, dan

membagi-bagi. Pengertian-pengertian ini dapat menggambarkan

karakter dari masyir itu sendiri. Adanya pengertian maysir secara

bahasa tersebut berkaitan dengan praktik maysir yang dilakukan

oleh masyarakat arab pada zaman dahulu hingga masyarakat secara

umum pada zaman sekarang.

Al-maysir berasal dari yasara atau yusr yang artinya mudah

sedangkan yasar yaitu kekayaan. Suatu bentuk permainan yang

mengandung unsur taruhan dan orang yang menang dalam

permainan itu berhak mendapatkan taruhan tersebut. Maka dapat

dipahami bahwa al-maysir adalah permainan yang di lakukan

secara langsuang atau berhadap-hadapan dan tanpa perantara.

Berdasarkan pernyataan ini, Ibrahim Hosen, seorang ulama fiqih

asal Indonesia, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan al-

maiysir itu adalah permainan yang mengandung unsur taruhan yang

Page 14: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

48

dilakukan oleh dua orang atau lebih secara langsung atau berhadap-

hadapan dalam satu tempat.22

Maysir secara harfiah berarti memperoleh sesuatu dengan

sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan, tanpa

kerja. Dalam islam, masyir yang dimaksud disini adalah segala

sesuatu yang mengandung unsur judi, taruhan, atau permainan yang

beresiko.23

Al-Maysir adalah tindakan merampas kekayaan orang lain.

Orang Arab memiliki kebiasaan berjudi dengan binatang yang

disembeli. Mereka yang mendapat undian harus membayar binatang

tersebut. Binatang itu tidak dikonsumsi oleh para peserta lain, tetapi

di bagi-bagikan kepada fakir miskin, Seiring dengan

perkembangannya ruang dan waktu, cakupan istilah Al-Maysir

menjadi bahan perdebatan.24

Praktik maysir yang dilakukan oleh orang-orang arab

jahiliyah adalah membuat sepuluh kartu dari potongan kayu (karena

pada waktu itu belum ada kertas) untuk sepuluh orang pemain.

Kartu-kartu tersebut di beri sebutan dan bagian masing-masing,

22

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Cetakan ke-1 (Jakarta : Pt

Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), h. 1053-1054 23

Ascarya, Akad & Produk, Bank Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, h. 20 24

Zulkaidah, Al-quran dan Isu-Isu Konteporer II, (Jakarta : Lajnah

Pentashihan Mushaf Alquran, 2012), h.309

Page 15: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

49

yaitu al-faz berisi satu bagian, at-tau’am dua bagian, ar-raqib tiga

bagian, al-halis empat bagian, an-nafis lima bagian, al-musbil enam

bagian, dan al-mu’alli berisi tujuh bagian, dan tiga kartu kosong

yaitu al-manih, al-safih, dan al-waghd. Jumlah seluruhnya menjadi

28 bagian.25

Kemudian mereka memotong seekor unta menjadi 28

bagian sesuai dengan jumlah bagian dalam kartu tersebut. Sepuluh

orang pemain segera mengumpulkan kartu dan diletakan dalam satu

kantong, lalu menyerahkannya kepada orang yang dapat dipercaya.

Orang tersebut akan mengocok kartu dan setiap peserta mengambil

kartu tersebut hingga habis. Kartu yang mereka ambil

menggambarkan jumlah bagian daging unta yang didapatkan,

sedangkan tiga orang yang mendapat kartu kosong harus membayar

harga unta tersebut. 26

Namun pada saat itu, para pemenang tidak boleh sedikitpun

mengambil daging unta perolehannya. Seluruh daging unta tersebut

diberikan kepada orang-orang yang lemah. Meskipun maysir pada

saat itu terlihat bermanfaat bagi orang-orang lemah, namun tetap

saja Allah Menurunkan ayat pelarangan maysir tersebut. Pihak yang

menang saling membanggakan diri dan mengejek yang kalah

25

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, …, h. 1053 26

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, …, h. 1053

Page 16: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

50

sehingga menimbulkan kebencian dan permusuhan antar suku dan

kabiah.27

Judi di Indonesia mengandung unsur taruhan ini disebut

“judi”, dengan memakai uang sebagai taruhannya. Hukum positif

mengenai judi ada di dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana) pasal 303 ayat 3, ditegaskan bahwa permainan judi ialah

permainan yang kemungkinan mendapat untung tergantug pada

peruntungan belaka, juga apabila kemungkinan itu makin besar

karena permainannya lebih terlatih atau lebih mahir. Di ditu,

termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan dan

permainan lain-lain yang tidak diadakan diantara mereka yang turut

berlomba atau bermain, demikian juga segala taruhan lain-lain28

Unsur lupa kepada Tuhan karena keasyikan didalam berjudi,

serta mendapatkan kekayaan darinya bisa dijadikan sebagai kunci

dari larangan perjudian. Bentuknnya tentu saja bisa beragam sesuai

dengan perkembangannya peradapan, dari perjudian yang

sederhana sampai dengan yang paling canggih. Mendapatkan

kekayaan dari perjudian pastilah menjadi sebab miskinnya orang

yang kalah dalam berjudi.kekayaan yang di dapatkannya membuat

pelaku tidak merasa puas, oleh karenanya, tergoda untuk senantiasa

27

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, …, h. 1053 28

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, …, h. 1054

Page 17: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

51

berjudi, sehingga kemungkinan abisnya harta yang di miliki

menjadi dekat.29

Maysir menunjuk untuk kekayaan dengan mudah tersedia

atau perolehan kekayaan oleh kesempatan, apakah atau tidaknya

melepas kebenaran. Qimar maksudnya adalah permainan untung-

untungan (judi) untuk mempeloreh sesuatu ; seseorang meletakan

uangnya atau sebagian kekayaannya menjadi pertaruhan dalam

jumlah tertentu berhadapan dengan resiko yang mungkin menjadi

jumlah yang sangat besar uang atau mungkin hilang atau kalah.30

2. Dasar Hukum Larangan Maysir

Demikianlah mengenai sejarah judi pada zaman jahiliyah.

Adapun hukum ayat yang akan penulis kemukakan ini meliputi

seluruh macamnya, mengadu untung dengan mempertaruhkan uang

atau harta, maka tiap-tiap mengadu untung dengan mempertaruhkan

harta adalah maysir atau judi yang diharamkan Allah dalam

Alquran.31

Penjelasan diatas, ada beberapa hal yang menjadi kunci dari

dilarangnya praktik Al-Maisyir :

29

Zulkaidah, Alquran dan Isu-Isu Konteporer II, …, h.310 30

Veithzal Rivai, Sarwono Sudarto, Hulmansyah, Hanan Wihasto, Arifiandy

Permata Vaithzal, Islamic Banking and Finance, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,

2012) h. 123 31

Muhammad Syafi’I Hadzami, Taudhihul Adillah (buku 6) Penjelasan

Tentang Dalil-Dalil Muamalah, (Jakarta : Pt. Alex Media Komputindo, 2010), h. 253

Page 18: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

52

a. Dampak permusuhan yang bisa ditimbulkan

b. Lupa kepada Tuhan karena keasyikan yang terdapat didalamnya

c. Ada unsur mendapatkan kekayaan dari perjudian tersebut

Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 219 :

Artinya : Mereka bertanya kepada (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah: "kelebihan (dari apa yang diperlukan)". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkannya (Al-Baqarah [2] : 219).

32

Ayat diatas menjelaskan al-maysir mengandung dosa besar

dan juga beberapa manfaat bagi manusia.

Adapun didalam hadis, Rasulullah bersabda :

“Dari Abi Musa al-Asy’ari, bahwasannya Rasulullah bersabda, “ Barang siapa yang main judi, maka sesunggunya ia telah mendurhakai Allah dan Rasulnya.” (HR. Ahmad, Malik, Abu Dawud dan Ibnu Majah, al-Albani berkata, hasan).

33

32

Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah,… h. 34 33

Muhammad Syafi’I Hadzami, Taudhihul Adillah (buku 6) Penjelasan Tentang Dalil-Dalil Muamalah, …,h. 254

Page 19: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

53

3. Hikmah Pengharaman Maysir

Islam yang membolehkan macam hiburan dan permainan

bagi muslim, mengharamkan setiap permainan yang dicampuri

perjudian, yaitu sebagaimana disebut dimuka yang permainannya

tidak terlepas dari untung atau rugi seorang muslim tidak boleh

menjadikan permainan judi sebagai sarana hiburan dan untuk

mencari penghidupan dalam situasi bagaimanapun keadaan kita

susah dan sulit dalam mencari pekerjaan tetapi jangan pernah untuk

bermain judi.34

Islam menghendaki setiap muslim untuk mengikuti hukum-

hukum Allah dalam usaha mencari kekayaan. Seorang muslim

seharusnya menggapai tujuan melalui jalur-jalur yang benar. Allah

telah memberikan keleluasan bagi manusia untuk mendapatkan

rezeki dengan usaha dan kerja keras. Namun dalam praktik maysir,

seseorang justru cenderung bergantung pada keberuntungan, nasib,

dan harapan-harapan kosong.

Perlu disadari bahwa tidaklah islam mengharamkan

perjudian kecuali menyimpan hikmah yang mulia.

34

Tamimah, Skripsi, 2010, Fakultas Syariah Institute Agama Islam Negeri, (diakses pada 16 Agustus 2018)

Page 20: BAB III KAJIAN PUSTAKArepository.uinbanten.ac.id/3456/5/BAB III.pdfDalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk melakukan saling bantu-membantu dalam kebaikan, sebagaimana dianjurkan

54

a. Islam menginginkan umatnya mengikuti hukum-hukum Allah

dalam mendapatkan harta. Dan mencari hasilnya didahui

dengan usaha.

b. Islam sangat menghormati harta yang dimiliki umatnya. Untuk

itu, tidaklah diperbolehkan seorang muslim mengambil harta

saudaranya kecuali melalui cara-cara yang disyariatkan atau

cara yang menyenangkan bagi semua pihak, seperti dengan

jalan hibah atau sedekah. Adapun mengambil harta orang lain

dengan jalan judi, sama saja dengan memakan harta orang

laindengan jalan batil.

c. Tak heran perjudian mewarisi permusuhan dan bercekcokan

diantara para pemain judi meskipun lisan mereka sudah

menyatakan rela sama rela.

d. kekalahan dapat mendorong pihak yang kalah akan mengulangi

taruhannya.

Dengan harapan, pada kali kedua, dia akan mendapat

keuntungan tidak seperti yang dialami sebelumnya. Sementara

pihak yang menang akan mendorong untuk menikmati

kemenangannya pada kali berikutnya. Keuntungan yang sedikit

akan mendorongnya untuk memperoleh untung yang lebih

banyak.35

35

Yusuf Al-Qoradhawi, Halal dan Haram, Terjemah, M. Tatam Wijaya (Jakarta: PT. Serambi Semesta Distribusi, 2017), h. 456-457