BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur...

66
45 BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Permainan Tradisional dalam Naskah Diah Rahmawati Perancangan buku ilustrasi ini akan berkolaborasi dengan seorang penulis dari Solo yang telah menerbitkan beberapa buku, selaku penulis konten dari buku ini sendiri. 1. Profil Penulis Naskah Gambar 1. Foto Diah Rahmawati (Sumber: https://www.facebook.com/dediah.cmut?fref=ts, diakses 27 Maret 2016) Nama : Diah Rahmawati, S.Psi. Tempat, tanggal lahir : Karanganyar, 5 Mei 1989

Transcript of BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur...

Page 1: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

45

BAB III

IDENTIFIKASI DATA

A. Permainan Tradisional dalam Naskah Diah Rahmawati

Perancangan buku ilustrasi ini akan berkolaborasi dengan seorang penulis

dari Solo yang telah menerbitkan beberapa buku, selaku penulis konten dari buku

ini sendiri.

1. Profil Penulis Naskah

Gambar 1. Foto Diah Rahmawati (Sumber: https://www.facebook.com/dediah.cmut?fref=ts, diakses 27 Maret 2016)

Nama : Diah Rahmawati, S.Psi.

Tempat, tanggal lahir : Karanganyar, 5 Mei 1989

Page 2: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

46

Alamat : Jalan Solo-Purwodadi Km 10,5, Dusun Cinet, Desa

Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten

Karanganyar

Pendidikan terakhir : Sarjana Psikologi Universitas Sebelas Maret Solo

Komunitas yang diikuti :

a. Forum Lingkar Pena (FLP) Soloraya

b. Pengurus Nibiru Readers Solo

c. Komunitas Anak Bawang Solo

d. Komunitas Tangan Grathil

e. CMOC (Cinet Motor Club)

f. KPBA (Komunitas Penulis Bacaan Anak)

Karya yang sudah diterbitkan :

a. Antologi Cerpen dan Puisi: Balada Doa Mustofa (Forum Lingkar Pena

Soloraya, 2010)

b. Permen Permen Kastil Lolli (Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2012)

Page 3: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

47

Gambar 2. Buku ‘Permen-Permen Kastil Lolli’

(Sumber: https://diahcmut.wordpress.com/cmuts-diary/, diakses 27 Maret 2016)

2. Permainan Tradisional dalam Naskah Diah Rahmawati

Sumber naskah dalam buku ilustrasi ini merupakan tulisan dari Diah

Rahmawati selaku penulis yang bekerja sama dengan pihak Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri. Naskah ini akan diterbitkan oleh pihak Tiga Serangkai

sebagai buku parenting dengan judul ‘Aku Pintar dengan Bermain’ yang

akan ditebitkan pada bulan Mei 2016 nanti.

Dalam naskah yang ditulis oleh Diah Rahmawati ini berisi 18 permainan

tradisional terutama permainan tradisional di Jawa Tengah. Permainan

tersebut meliputi:

Page 4: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

48

a. Catur Surakarta

Catur Surakarta merupakan permainan papan asli Indonesia yang

belum banyak dikenal oleh masyarakat. Permainan ini sudah dikenal di

mancanegara dengan nama Roundabouts. Penyebutan tersebut ada dalam

buku Book of Classic Board games (Sid Sackson). Permainan ini

dikenalkan di Perancis pada tahun 1970 dengan nama Surakarta. Menurut

sejarah, orang yang membawa mainan ini ke Eropa lupa nama

permainannya dan menamakannya sesuai dengan nama daerah asalnya.

Permainan Surakarta mirip dengan Bas-basan Sepur dari

Yogyakarta. Ada beberapa perbedaan antara lain: Surakarta memiliki 6

garis vertikal dan 6 garis horizontal. Sedangkan di daerah Yogyakarta

terdapat 7 garis vertikal dan 7 garis horizontal. Tetapi, masing-masing

permainan menggunakan titik dari 4 garis terluar yang dihubungkan oleh

garis melingkar. Selain itu, bidak seperti kecik atau kerikil yang

digunakan pada permainan Surakarta hanya 12 buah untuk 1 pemain.

Sedangkan pada permainan bas-basan sepur di Yogyakarta

menggunakan 14 buah kecik atau kerikil yang dimainkan. Tetapi untuk

cara memainkannya relatif sama. Tujuan dari permainan ini adalah untuk

menangkap semua bidak lawan.

Cara bermain:

1) Bergerak

a) Setiap pemain membuat satu gerakan secara bergantian.

Page 5: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

49

b) Setiap bidak bisa bergerak ke segala arah (vertikal, atau

diagonal horizontal) antara dua titik yang berdekatan, titik yang

dituju harus kosong. Jadi, bidak dapat bergerak seperti raja

dalam catur.

2) Menangkap

a) Untuk menangkap bidak lawan adalah dengan melalui garis

melingkar yang ada pada luar kotak dengan memindahkan bidak

menuju bidak lawan yang dituju.

b) Selama pertandingan, untuk menangkap bidak lawan harus

melalui garis melingkar, tidak dapat melompati bidak lawan

maupun bidak milik sendiri.

b. Dam-daman

Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern,

hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri, Benteng, Kuda,

Prajurit, semuanya sama. Tidak ada keistimewaan dalam cara

melangkahnya, bisa ke kanan, kiri, diagonal (miring), maju atau mundur,

semua sama. Apalagi dalam hal bentuk, karena alat yang digunakan

sebagai pion hanya batu kerikil, pecahan genteng, atau batu putih, yang

beda hanya kubu satu dengan yang lain, misalnya satu kubu

menggunakan pecahan genteng, maka yang lainya menggunakan batu,

atau batu putih. Jumlah yang dibutuhkan oleh setiap pemain adalah 16

biji.

Page 6: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

50

Bentuk permainan dam-daman:

Alat yang digunakan untuk bermain tidak harus papan khusus dari

kayu atau marmer. Syarat lokasi untuk bermain bersih, bisa

menggunakan tempat berlantai tanah, tegel, keramik, atau lainnya,

asalkan rata dan nyaman kemudian digambar dengan menggunakan

pecahan batu bata, genteng, atau kapur tulis. Dalam satu petak dibagi

untuk dua orang pemain.

Cara bermain:

1) Masing-masing prajurit bergerak maju untuk menyerang daerah

lawan, dengan arah jalan ke depan, ke kanan, dan ke kiri, dan

mundur, arahnya bebas tetapi hanya boleh satu langkah. Cara

membunuh prajurit lawan dengan melompatinya, dan menempati

tempat yang kosong. Prajurit yang dilompati berarti mati dan

dikeluarkan dari daerah permainan dengan peraturan hanya boleh

melompati satu prajurit, tidak boleh lebih.

2) Jika yang dilompati adalah dam dengan warna senada, maka dam

yang dilompati tidak “dimakan”, tetapi jika dam yang dilompati

adalah dam berbeda warna (dam lawan) maka dam tersebut diambil

(dimakan).

Page 7: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

51

3) Bila lawan tidak mau/lupa makan (padahal ada kesempatan) maka

kena penalti dengan cara mengambil 3 buah lawan tersebut dengan

gratis dan bebas, pada saat mengambil penalti sebaiknya dipilih agar

bisa makan secara beruntun. Setelah mengambil buah dam pemain

boleh melanjutkan langkah.

4) Kedua belah pihak harus berusaha agar buah dam yang berada di

daerah ekor dapat keluar ke daerah persegi. Bila salah satu pihak

berhasil menyarangkan 2 buah damnya ke daerah ekor (segitiga)

maka permainan selesai dan kedua pemain menghitung jumlah dam

yang dimakan. Jumlah yang terbanyak adalah pemenang dari

permainan ini. Selain itu, bila salah satu kubu prajuritnya habis,

berarti kalah.

c. Benthik

Benthik merupakan permainan tradisional yang dilakukan secara

berkelompok. Biasanya terdiri dari dua kelompok. Satu kelompok

sebagai pelempar, kelompok yang lain sebagai penangkap. Di beberapa

daerah di Indonesia, Benthik memiliki sebutan yang berbeda-beda.

Masyarakat Jawa Timur menyebutnya dengan nama patil lele.

Masyarakat Sunda sering menyebut permainan benthik dengan gatrik.

Kapan mulai muncul dan dari mana asalnya, sampai sekarang belum

dapat diketahui secara pasti. Namun seperti permainan tradisional

lainnya, permainan benthik sudah dikenal sejak dahulu dan merupakan

salah satu permainan yang cukup populer di masyarakat Jawa.

Page 8: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

52

Permainan benthik dilakukan dengan menggunakan alat berupa

potongan bambu atau kayu yang dibentuk seperti tongkat. Tongkat yang

digunakan berjumlah dua. Satu tongkat berukuran lebih panjang dari

tongkat lainnya dengan perbandingan sekitar 1:3. Bila yang pendek atau

janak berukuran 10 cm maka ukuran benthong adalah tiga kalinya yaitu

30 cm. Potongan kayu yang panjang disebut benthong dan potongan kayu

yang pendek disebut janak. Menurut cerita, benturan antara benthong dan

janak yang menimbulkan bunyi “thik” membuat permainan ini disebut

benthik.

Cara bermain:

1) Bagi dua kelompok, yaitu kelompok pelempar dan kelompok

penjaga.

2) Letakkan janak di atas lubang kecil di tanah atau di antara dua batu.

3) Dengan menggunakan benthong, janak dilemparkan sejauh-jauhnya

dengan cara dicongkel atau dalam bahasa Jawa disebut dengan

istilah nyuthat.

4) Kelompok penjaga harus berusaha menangkap janak. Bila penjaga

berhasil menangkap janak tersebut, maka ia mendapatkan poin.

Besarnya poin ditentukan dari cara pihak lawan menangkap janak;

10 poin untuk menangkap dengan dua tangan, 25 poin untuk

menangkap dengan tangan kanan, dan 50 poin apabila berhasil

menangkap dengan tangan kiri.

Page 9: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

53

5) Pelempar diminta meletakkan benthong di atas lubang dengan posisi

melintang. Sedangkan, pihak penjaga bertugas melempar janak yang

telah dilontarkan tadi ke arah benthong tersebut. Bila janak

mengenai atau menyentuh benthong, maka giliran bermain akan

berganti ke pihak lawan.

6) Jika penjaga tidak dapat menangkap janak, maka pemain pelempar

berhak melakukan namplek. Yaitu, pelempar harus memukul janak

yang dilemparkan oleh pemain penjaga.

7) Di sini, ketangkasan sang pemain benar-benar diuji apakah mampu

memukul janak atau tidak. Penghitungan poin dilakukan dari tempat

jatuhnya janak ke lubang menggunakan benthong. Semakin jauh

janak jatuh, maka semakin banyak poin yang didapatkan. Namun,

poin yang dikumpulkannya akan hangus begitu saja jika lemparan

tongkat pendek dari pihak lawan malah masuk ke dalam lubang.

8) Pemenang ditentukan dari poin yang telah disepakati antarkedua

kelompok. Misal: kelompok yang pertama kali mendapatkan 50 poin

maka kelompok tersebut yang dinyatakan menang.

d. Kontrakol

Kontrakol merupakan salah satu jenis permainan yang dimainkan

secara berkelompok. Permainan menggunakan sebuah sasaran, yaitu

berupa kereweng (pecahan genteng) yang ditumpuk berjumlah 10 buah.

Asal dari permainan ini kurang diketahui tapi di daerah Jawa, dari Jawa

Page 10: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

54

Timur sampai Jawa Barat ada permainan semacam ini dengan nama

berbeda.

Cara bermain:

1) Membuat lapangan/area permainan.

2) Dibagi menjadi 2 kelompok atau 2 orang yang berlawanan,

kelompok pemain dan kelompok penjaga. Kelompok pemain

nantinya melempar bola kecil (bisa diganti dengan gulungan kertas

bekas) agar mengenai sasaran, yaitu kereweng yang ditumpuk.

Sedangkan kelompok penjaga berdiri di belakang atau di daerah

kereweng.

3) Apabila lemparan bola dari semua anggota kelompok pemain tidak

ada yang dapat mengenai sasaran (tumpukan kereweng) maka kedua

kelompok tersebut bergantian posisi.

4) Apabila salah satu lemparan bola itu mengenai sasaran dan kereweng

tersebut jatuh, maka kelompok pemain segera berlari menyebar.

Sedangkan kelompok penjaga segera mengejar untuk mengenai

lawan dengan bola.

5) Kelompok pemain harus berusaha menyusun kembali kereweng yang

rubuh. Apabila berhasil menyusun kereweng yang jatuh maka

kelompok tersebut berkata “GAME” dan kelompok tersebut

mendapat nilai 1.

6) Kelompok penjaga harus dapat menyentuhkan bola pada semua

anggota kelompok pemain, sebelum kereweng tersebut selesai

Page 11: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

55

disusun kembali. Apabila sudah terkena semua pemain dari

kelompok lawan, maka kelompok tersebut bergantian. Kelompok

yang jaga jadi kelompok pelempar begitu sebaliknya. Permainan

dimulai lagi dari awal.

7) Permainan dimenangkan kelompok yang paling banyak mampu

menyusun kereweng yang jatuh. Permainan berhenti ketika pemain

sudah merasa lelah.

e. Engklek

Permainan ini dapat ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, di

Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi dengan nama yang

berbeda-beda tentunya. Nama-nama untuk permainan Engklek antara lain

Engklek/Sunda Manda (Jawa), Asinan, Gala Asin (Kalimantan), Intingan

(Sampit), Tengge-tengge (Gorontalo), Cak Lingking (Bangka),

Dengkleng, Teprok (Bali), Gili-gili (Merauke), Deprok (Betawi), Gedrik

(Banyuwangi), Bak-baan, Engkle (Lamongan), Bendang (Lumajang),

Engkleng (Pacitan), Sonda (Mojokerto), Tepok Gunung (Jawa Barat), dan

masih banyak lagi nama yang lain.

Permainan engklek ini biasanya dimainkan oleh anak-anak, dengan

dua sampai lima orang pemain. Di Jawa, biasanya dimainkan oleh anak-

anak perempuan. Permainan yang serupa dengan peraturan berbeda di

Britania Raya disebut dengan hopscotch. Permainan hopscotch tersebut

diduga sangat tua dan dimulai dari zaman Kekaisaran Romawi.

Page 12: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

56

Pendapat lain mengatakan bahwa permainan engklek ini menyebar

pada zaman kolonial Belanda dengan latar belakang cerita perebutan

petak sawah. Nama Sunda Manda diduga berasal dari "zondag-maandag"

yang berasal dari Belanda yang berarti Sunday Manday dan menyebar ke

nusantara pada zaman kolonial.

Cara bermain:

1) Pertama kali yang harus dilakukan sebelum melakukan permainan

engklek adalah menggambar bidang engklek terlebih dahulu. Ada

bermacam-macam pola engklek yang dapat dimainkan.

2) Kemudian pemain harus melakukan hompimpah untuk menentukan

urutan siapa yang jalan terlebih dahulu.

3) Untuk dapat bermain, setiap anak harus mempunyai kereweng/gacuk

yang biasanya berupa pecahan genting, keramik lantai, ataupun batu

yang datar. Gacuk ini digunakan sebagai umpan atau senjata.

4) Semua kereweng/gacuk diletakkan pada kotak pertama. Kemudian

pemain pertama melompati kotak pertama dan berpindah dari kotak

ke kotak dengan satu kaki, hingga kotak terakhir. Kotak dengan

gacuk yang sudah berada di atasnya tidak boleh diinjak/ditempati

oleh setiap pemain. Jadi, para pemain harus melompat ke kotak

berikutnya dengan satu kaki.

5) Setelah sampai di kotak terakhir, pemain harus berbalik arah dan

melewati kotak-kotak tersebut. Pemain berhenti di kotak sebelum

Page 13: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

57

kotak pertama untuk mengambil gacuk (masih tetap bertumpu

dengan satu kaki). Kemudian dilanjutkan melewati kotak pertama.

6) Selanjutnya, pemain melempar gacuk ke kotak kedua, dan

melakukan lompatan seperti tadi. Begitu seterusnya.

7) Pemain tidak diperbolehkan untuk melemparkan kereweng hingga

melebihi garis kotak yang telah disediakan. Jika ada pemain yang

melakukan kesalahan tersebut maka pemain tersebut akan

dinyatakan gugur dan diganti dengan pemain selanjutnya.

8) Pemain yang menyelesaikan satu putaran sampai di puncak gunung,

mengambil gacuk dengan membelakangi gunung dan menutup mata,

tidak boleh menyentuh garis. Apabila pemain tersebut menyentuh

garis/terjatuh saat mengambil kerewengnya maka dia mati dan

digantikan pemain selanjutnya.

9) Apabila pemain berhasil mengambil kereweng di gunung, maka dia

harus melemparkannya keluar dari bidang engklek. Kemudian

pemain tersebut melewati kotak-kotak dengan satu kaki dan diakhiri

dengan berpijak pada kereweng yang dilemparkan tadi.

10) Selanjutnya apabila berhasil pemain lanjut ke tahap mencari sawah

dengan cara, men-juggling kereweng dengan telapak tangan bolak-

balik sebanyak 5 kali tanpa terjatuh. Hal ini dilakukan dalam posisi

berjongkok membelakangi bidang engklek dan berada di tempat

jatuhnya kereweng yang tadi dilempar. Kemudian melemparkan

kereweng ke bidang engklek. Apabila tepat pada salah satu bidang

Page 14: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

58

engklek maka bidang tersebut menjadi sawah pemain. Namun

apabila gagal pemain mengulangi kembali dari gunung.

11) Pemain yang memiliki sawah paling banyak adalah pemenangnya.

f. Lompat Tali/Karet

Lompat tali merupakan permainan tradisional yang sangat populer di

kalangan anak-anak pada era 80-an. Permainan ini dapat dimainkan

secara bersama-sama oleh 3 hingga 10 anak. Lompat tali biasanya

dimainkan di halaman rumah atau halaman sekolah. Permainan ini sudah

tidak asing lagi tentunya, karena permainan lompat tali ini bisa

ditemukan hampir di seluruh Indonesia meskipun dengan nama yang

berbeda-beda. Permainan lompat tali biasanya identik dengan kaum

perempuan. Tetapi juga tidak sedikit anak laki-laki yang ikut bermain.

Peralatan yang digunakan dalam permainan lompat tali yaitu karet

gelang sebanyak-banyaknya, kemudian karet gelang tersebut dirangkai

hingga menjadi tali yang memanjang. Cara merangkainya adalah dengan

menyambungkan dua buah karet pada dua buah karet lainnya hingga

memanjang dengan ukuran sekitar 2-4 meter.

Cara bermain:

1) Sebelum permainan dimulai, terlebih dahulu akan dipilih dua orang

pemain yang akan menjadi pemegang tali dengan jalan hompipah

dan pingsut.

Page 15: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

59

2) Kedua pemain yang menjadi pemegang tali melakukan pingsut untuk

menentukan siapa yang akan mendapatkan giliran bermain terlebih

dahulu jika ada pemain yang gagal melompat.

3) Kemudian pemain yang jaga merentangkan karet dan para pemain

harus melompatinya satu per satu. Ketinggian karet mulai dari

setinggi mata kaki, lalu naik ke lutut, hingga pinggang. Pada tahap-

tahap ketinggian ini, pemain harus melompat tanpa menyentuh tali

karet. Jika ada pemain yang menyentuh tali karet ketika melompat,

gilirannya bermain selesai dan ia harus menggantikan pemain yang

memegang tali.

4) Selanjutnya posisi karet dinaikkan ke dada, dagu, telinga, lalu ke atas

kepala, kemudian sejengkal di atas kepala dan tangan yang diangkat

ke atas (atau biasa disebut “merdeka”). Pada tahap ketinggian ini

pemain diperbolehkan menyentuh karet ketika melompat, asalkan

pemain dapat melewati tali tanpa terjerat. Selain itu, pemain juga

boleh menggunakan berbagai gerakan untuk mempermudah

lompatan, asalkan tidak memakai alat bantu. Gerakan-gerakan untuk

mempermudah di antaranya adalah koprol dan ‘buka baju’. ‘Buka

baju’ di sini maksudnya bukan membuka pakaian pemain, tetapi

dengan merentangkan serta melilitkan tangan ke untaian karet,

kemudian pemain diperbolehkan molos ke bawahnya. Teknik ini

biasanya dilakukan oleh ‘anak bawang’.

Page 16: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

60

5) Pemain yang tidak berhasil melompati tali karet harus menghentikan

permainannya dan menggantikan pemain pemegang tali.

g. Dhakon

Permainan tradisional yang dimainkan oleh dua orang ini dikenal

dengan berbagai macam nama di penjuru nusantara. Di daerah Jawa,

permainan ini lebih dikenal dengan nama dhakon, dhakon atau dhakonan

serta congklak. Selain itu di Lampung permainan ini lebih dikenal dengan

nama dentuman lamban. Sedangkan di Sulawesi permainan ini disebut

dengan Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan Nogarata. Dalam

bahasa Inggris, permainan ini disebut Mancala.

Beberapa ahli menyebutkan bahwa kata dhakon mungkin berasal

dari kata ‘dhaku’ yang diberi akhiran -an yang berarti mengakui bahwa

sesuatu itu adalah miliknya. Ketika bermain dhakon ini biji yang ada di

sisi pemain adalah milik masing-masing. Begitu pula lumbung, lubang

yang lebih besar dari ketujuh lubang yang ada di tiap sisinya dan terletak

di sebelah kanan pemain itu, selalu menjadi milik pemain (mengingat

perjalanan pembagian biji dari kiri ke kanan).

Cara bermain:

1) Kedua pemain saling berhadapan. Papan Dhakon diletakkan di

tengah-tengah. Setiap sawah diisi dengan 7 biji dhakon (bisa kerikil,

biji sawo atau biji buah asam). Lumbung masing-masing pemain

berada di sebelah kanan pemain.

Page 17: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

61

2) Pemain pertama mengambil biji di sawah yang dipilihnya.

Kemudian meletakkan satu persatu biji dhakon ke setiap sawah yang

dilewatinya dan juga lumbungnya sendiri. Arah jalan ke kanan.

3) Aturan jalan: jika biji di tangan sudah habis dan di sawah terakhir

masih terdapat biji, maka pemain tetap melanjutkan. Semua biji di

sawah terakhir itu diambil dan dibagikan satu persatu kembali. Jika

biji terakhir jatuh pada sawah yang kosong di sawah lawan, maka

pemain harus berhenti dan giliran pemain lawan yang berjalan.

Namun jika biji terakhir jatuh pada sawahnya sendiri, dan sawah di

depannya berisi biji, maka biji itu berhak dimasukkan ke dalam

lumbungnya.

4) Permainan dilanjutkan hingga semua biji habis tersimpan di

lumbung masing-masing. Permainan berhenti karena tidak ada lagi

biji yang bisa diambil dari sawah. Pemenang ditentukan dengan

menghitung jumlah biji yang diperoleh. Siapa yang mendapat biji

terbanyak, dialah pemenangnya.

h. Malingan/Lurah-lurahan

Permainan tradisional ini termasuk salah satu dolanan yang memakai

alat, yaitu lidi karena mudah diperoleh atau dalam istilah bahasa Jawa

disebut biting. Selain itu, dibutuhkan sebuah gambar kotak sebagai

pembatas permainan. Biasanya yang bermain ini adalah kelompok anak-

anak sekolah dasar usia 7-12 tahun, baik laki-laki, perempuan, atau

campuran. Jenis permainan ini tidak banyak menguras tenaga, hanya

Page 18: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

62

membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Sehingga permainan ini bersifat

santai untuk menghilangkan rasa lelah. Waktu yang sering dipakai untuk

bermain malingan adalah waktu senggang, bisa pagi, siang, atau sore

hari. Namun biasanya permainan ini dilakukan pada siang hari, karena

diperlukan cahaya yang terang. Seperti permainan tradisional lain yang

tidak banyak membutuhkan tempat yang luas, permainan ini juga hanya

membutuhkan tempat terbatas.

Cara bermain:

1) Permainan dimulai dengan menyebarkan kumpulan lidi ke kotak

yang sudah digambar di atas tanah/lantai. Usahakan lidi menyebar

dengan teratur, sehingga lidi mudah diambil. Lidi yang melewati

garis pembatas/sebagian besar bagian lidi melewati garis pembatas,

maka lidi itu dinyatakan keluar. Jika ada satu atau dua lidi yang

keluar, maka disebut maling.

2) Aturan maling: pemain penutup mata, sementara pemain lawan

menyembunyikan lidi yang keluar tadi ke dalam kumpulan lidi di

dalam kotak. Pemain harus menebak di mana maling tersebut

diletakkan. Jika benar, lidi maling tersebut bisa dimiliki oleh pemain.

Jika salah, maka lidi itu tidk dihitung. Kemudian pemain

melanjutkan permainan.

3) Pemain mengambil lidi satu persatu, lidi yang lain tidak boleh ada

yang bergerak atau tersenggol. Apabila lidi yang lain bergerak

karena tersentuh lidi itu, maka permainan selesai dan pemain yang

Page 19: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

63

lain mengatakan “Mil”. Permainan berhenti dan ganti giliran pemain

yang lain.

4) Setiap lidi yang berhasil diambil diberi poin 1, dan lidi lurah (yang

paling panjang) diberi poin 15. Lurah dapat menolong lidi yang lain

dengan mencongkel dengan kepala lurah.

5) Permainan dilanjutkan terus menerus hingga ada salah satu pemain

yang mendapatkan poin maksimal sesuai kesepakatan, misalnya 100

poin.

i. Kelereng

Kelereng adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari

kaca, tanah liat, atau agate. Kelereng adalah mainan kecil berbentuk bulat

yang terbuat dari kaca atau tanah liat. Ukuran kelereng sangat bermacam-

macam, umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung.

Permainan ini dikenal di seluruh pelosok nusantara, bahkan juga di

berbagai negara. Di Indonesia mainan ini memiliki nama yang berbeda-

beda di masing-masing daerah. Kelereng dikenal dengan nama nèker

dalam bahasa Jawa, dan gundu dalam bahasa Betawi. Di Sunda, disebut

dengan kaleci. Di daerah Palembang biasa disebut ekar, dan orang-orang

Banjar menyebutnya kleker.

Kelereng merupakan permainan yang umurnya sudah sangat tua.

Permainan ini telah dikenal sejak peradaban Mesir Kuno, tahun 3000

Sebelum Masehi. Pada zaman itu, kelereng dibuat dari batu atau tanah

liat. Sementara itu, kelereng tertua koleksi The British Museum di

Page 20: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

64

London berasal dari tahun 2000-1700 SM. Kelereng tersebut ditemukan

di Kreta pada situs Minoan of Petsofa. Saat ini umumnya kelereng dibuat

dari kaca. Sejak abad ke-12, di Perancis kelereng disebut dengan bille,

artinya bola kecil. Berbeda halnya dengan orang-orang Belanda yang

menyebutnya dengan knikkers. Kemungkinan pengaruh dari Belanda ini,

khususnya di Jawa, knikkers diserap menjadi kata nekker.

Kelereng identik dengan mainan anak laki-laki. Pada jaman dahulu

kelereng merupakan salah satu benda yang tidak dapat dipisahkan dari

anak laki-laki. Tidak banyak anak perempuan yang mengoleksi atau

bermain kelereng. Tetapi saat ini kelereng tidak sepopuler dulu, terutama

bagi anak-anak di daerah perkotaan.

Jumlah peserta pada permainan ini minimal 2 orang sampai tak

terhingga. Namun semakin banyak anak yang bermain permainan pun

akan semakin seru. Bermain kelereng dapat dilakukan di atas tanah, ubin,

permukaan beraspal maupun permukaan semen.

Cara bermain:

1) Sebelum permainan dimulai, terlebih dahulu membuat gambar

lingkaran lebar dengan menggunakan kapur atau ranting kayu jika

permainan dilakukan di atas tanah. Selanjutnya, semua pemain

meletakkan kelereng taruhannya di dalam lingkaran, misalnya

masing-masing pemain harus meletakkan 5 buah kelereng

taruhannya.

Page 21: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

65

2) Kemudian semua pemain berdiri di garis start yang berjarak sekitar

5 langkah dari lingkaran yang telah diisi kelereng.

3) Pemain melemparkan sebuah kelereng yang disebut gacuk ke dalam

lingkaran untuk mengeluarkan kelereng yang ada di dalam lingkaran.

Gacuk ini yang selalu digunakan untuk membidik kelereng lainnya.

Namun bila gacuk berhenti di dalam lingkaran meskipun lemparan

gacuk-nya berhasil mengeluarkan kelereng yang lain dari dalam

lingkaran, pemain tetap dianggap mati.

4) Apabila saat melempar gacuk para pemain tidak berhasil

mengeluarkan kelereng dari dalam lingkaran, pemilik gacuk yang

posisinya paling dekat dengan lingkaran mendapat giliran pertama

untuk membidik kelereng di dalam lingkaran. Jika pemain berhasil

mengeluarkan kelereng dari dalam lingkaran dengan gacuk-nya,

maka kelereng tersebut dapat menjadi miliknya.

5) Kemudian pemain ini melanjutkan permainan dengan membidik

kelereng lain yang juga berada di dalam lingkaran tetap dengan

menggunakan gacuk. Pemain dianggap mati jika ia gagal

mengeluarkan kelereng dari dalam lingkaran. Hal ini menandakan

giliran pemain berikutnya untuk bermain.

6) Pemenang dari permainan ini adalah pemain yang berhasil

mendapatkan kelereng terbanyak.

Page 22: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

66

j. Plethokan

Bermain perang-perangan memang sangat mengasyikan. Bermain

bersama teman-teman, saling mengejar, saling menembak, bersembunyi,

atau menghindari tembakan lawan, benar-benar menjadi sebuah aktivitas

yang sangat menghibur. Salah satu peralatan yang digunakan dalam

permainan perang-perangan adalah senapan. Senapan bambu dikenal

pula dengan nama plethokan. Ada pula yang menyebutnya dengan

bedhil-bedhilan. Mungkin karena terinspirasi oleh senjata yang pernah

dibawa oleh penjajah di kala itu, anak-anak masyarakat Jawa tempo dulu

mengenal permainan ini dengan bedhil-bedhilan. Dalam bahasa

Indonesia artinya permainan yang menyerupai pistol. Walaupun

sebenarnya bila dilihat sepintas tidak mirip sama sekali.

Permainan ini lebih sering dimainkan oleh anak laki-laki, walaupun

tidak menutup kemungkinan anak perempuan untuk memainkannya.

Sebagaimana mainan tradisional lainnya, senapan mainan pun dapat

dibuat sendiri dengan cara yang mudah menggunakan bahan-bahan yang

didapat dari lingkungan sekitar.

Mainan plethokan biasa dimainkan saat anak-anak sedang senggang.

Dapat dimainkan secara individu atau kelompok. Dapat juga dibuat dua

regu yang saling berhadapan, seolah-olah sedang berperang. Satu

kelompok menyerang kelompok lainnya, saling berkejaran.

Page 23: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

67

Langkah-langkah Membuat Plethokan:

1) Plethokan biasanya dibuat dari bahan bambu yang berukuran kecil.

Bahan tersebut biasanya diambil dari ranting bambu apus atau

beberapa jenis bambu lainnya. Potonglah satu ruas batang bambu

berdiameter 1 hingga 1,5 cm sehingga didapat bentuk seperti pipa

(pipa bambu). Panjang bambu sekitar 30 cm.

2) Siapkan batang bambu berdiameter 1 hingga 1,5 cmsepanjang 40

cm. Raut hingga sebesar ukuran pensil, dengan panjang 30 cm. 10

cm sisanya dibiarkan utuh dan digunakan sebagai pegangan.

3) Balutkan kain kaus pada ujung tangkai kecil. Balutkan kain kaus ini

dengan kuat dan dapat masuk ke dalam pipa bambu pada posisi

rapat.

4) Senapan bambu/plethokan siap digunakan.

Cara Bermain:

1) Masukkan peluru ke dalam pipa bambu melalui salah satu ujung

pipa, kemudian dorong perlahan menggunakan penyodok hingga ke

ujung pipa yang lain. Untuk peluru, dapat digunakan kembang jambu

air, kembang lamtoro, dedaunan licin (daun randu) yang diremas-

remas, atau kertas bekas yang dibasahi dan dibentuk bulat-bulat.

2) Letakkan peluru kedua di ujung pipa, lalu paksa masuk dengan

sedikit dipukul-pukul menggunakan bagian pegangan pada

penyodok. Kemudian dorong dengan cepat menggunakan batang

penyodok.

Page 24: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

68

3) Peluru pertama pun akan terdorong keluar disertai suara “plethok”.

Itulah sebabnya mainan ini dinamakan plethokan.

k. Bekelan

Bekelan merupakan permainan tradisional yang identik sebagai

permainan anak perempuan. Permainan ini dilakukan di atas permukaan

yang halus, misalnya di atas lantai ubin, keramik, atau semen di dalam

rumah dan teras. Selain itu, bekelan juga banyak dimainkan di sekolah

pada jam istirahat.

Bekelan berasal dari bahasa Belanda, bikkelen. Bekel ini terdiri dari

sebuah bola bekel dan lima buah biji bekel berbentuk logam. Bola bekel

terbuat dari karet, sehingga bisa memantul ketika dijatuhkan ke lantai.

Sedangkan biji bekel, ada yang terbuat dari kuningan, dan ada yang

terbuat dari bahan timah. Pada awalnya biji bekel dibuat dari engsel

tulang tumit kaki belakang domba. Sekarang dibuat dari logam. Logam

ini memiliki bentuk yang khas, yaitu seperti huruf S tiga dimensi.

Cara bermain:

Permainan ini dilakukan dengan cara menyebar dan melempar bola

ke atas dan menangkapnya setelah bola memantul sekali di lantai. Kalau

bola tidak tertangkap atau bola memantul beberapa kali maka pemain

dinyatakan mati.

1) Pertama, pemain menggenggam seluruh biji bekel, Bola dilemparkan

ke atas, biarkan memantul sekali. Selama memantul, sebarkan biji

bekel ke lantai, kemudian tangkap bola bekel dengan cepat.

Page 25: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

69

2) Biji bekel diambil satu-satu sampai habis. Ulangi lagi menyebar

seluruh biji bekel dan diambil 2 biji bekel, diambil dengan 3 biji

bekel, diambil 4 biji bekel, terakhir lima biji bekel diraup sekaligus.

Semuanya dilakukan dengan melempar dan memantulkan bola

bekel.

3) Langkah kedua, Balik posisi bekel menghadap ke atas semua satu

persatu. Nama tahap ini adalah pet. Ulangi terus sampai seluruh

permukaan bekel menghadap ke atas semua. Lalu ambil satu bekel,

ambil 2 biji bekel, ambil 3 biji bekel, ambil 4 biji bekel, terakhir raup

seluruh biji bekel.

4) Langkah ketiga , balik posisi biji bekel menghadap ke bawah. Tahap

ini disebut roh. Ulangi langkah seperti langkah kedua dengan

mengambil biji bekel 1, 2, 4, dan seluruhnya.

5) Langkah keempat, balik seluruh posisi bekel bagian permukaan yang

halus menghadap ke atas. Tahap ini disebut klat. Lalu ambil biji

bekel seperti langkah ketiga.

6) Langkah kelima, balik posisi bekel posisi permukaan kasar

menghadap ke atas semua. Tahap ini disebut es. Lalu ambil biji

bekel seperti langkah sebelumnya.

7) Langkah keenam disebut Haranto. Semua biji bekel menghadap

posisi pet, lalu diambil bersamaan. Kemudian disebar lagi, dibalik

menghadap posisi roh, lalu diambil lagi bersamaan. Begitu

selanjutnya pada posisi klat dan es.

Page 26: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

70

8) Langkah terakhir dinamakan Nasgopel. Balik posisi biji bekel

menghadap ke atas semua, kemudian balik lagi semuanya

menghadap ke bawah semua. Lalu permukaan halus menghadap ke

atas semua, dan terakhir balik satu persatu permukaan kasarnya

menghadap ke atas semua. Raup seluruh biji bekel dalam sekali

genggaman.

9) Bila ada kesalahan dalam langkah nasgopel ini pemain harus

mengulang ke langkah awal nasgopel. Pemain yang bisa melewati

tahap ini dinyatakan sudah menang dan berhak untuk istirahat sambil

menonton teman-temannya yang belum bisa menyelesaikan

permainan.

l. Gathengan

Permainan gathengan adalah permainan yang menggunakan batu

sebagai alatnya. Batu tersebut disebut dengan watu gatheng atau batu

gatheng. Permainan gatheng mirip dengan permainan bekelan.

Permainan gatheng merupakan permainan yang murah, mudah,

sederhana dan tidak memakan waktu lama. Permainan bersifat kompetitif

perseorangan. Gathengan memerlukan kejujuran dan ketrampilan

pemainnya.

Pemain gatheng berjumlah 2-5 orang anak. Permainan ini bersifat

perorangan. Pada mulanya, permainan gatheng dimainkan oleh anak

perempuan, namun pada perkembangannya anak laki-laki juga bisa

memainkannya

Page 27: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

71

Cara bermain:

1) Gatheng membutuhkan lima buah batu kerikil sebesar kelereng.

Pemain gatheng duduk melingkar kemudian melakukan undian

urutan main dengan hompimpa.

2) Terdapat beberapa tahap dalam permainan gatheng. Tiap pemain

harus menyelesaikan tiap tahap hingga selesai:

a) Gaji : 5 kerikil disebar di lantai. Kemudian pemain mengambil

satu kerikil (A). kerikil A dilempar ke atas. Selama A masih

berada di udara, pemain harus mengambil kerikil yang

bertebaran (satu saja) yaitu B, tanpa menyentuh kerikil yang lain

(C, D, E). apabila A tidak tertangkap atau jatuh, maka pemain

dianggap mati dan berganti ke pemain selanjutnya. Jika A bisa

tertangkap, maka selanjutnya B dilempar ke udara untuk

mengambil C. Begitu seterusnya sampai semua kerikil dapat

diambil. Selanjutnya kerikil disebar dan lanjut ke tahap Garo.

b) Garo : hampir sama dengan Gapuk, tetapi ketika A masih di

udara, kerikil yang diambil 2 buah (B dan C). Kemudian,

dilanjutkan A dilempar lagi untuk mengambil D dan E. Lanjut

ke tahap Galu.

c) Galu : kerikil disebar kembali. Salah satu kerikil dilempar ke

atas. Sambil melempar, pemain harus mengambil tiga kerikil

sekaligus. Jika tidak mampu meraup ketiganya, maka pemain

dianggap mati dan diganti pemain selanjutnya. Jika ketiganya

Page 28: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

72

bisa terambil, maka sisa satu kerikil juga harus diambil dengan

cara yang sama. Lanjut ke Gapuk.

d) Gapuk : kerikil disebar (pelan-pelan agar tidak terlalu

menyebar). Ambil satu kerikil dan dilempar ke atas. Begitu

kerikil terlempar, maka keempat kerikil tadi diambil sambil

menangkap kerikil yang dilempar. Lanjut ke Saku Umbul.

e) Umbul : pemain memegang kelima kerikil, lalu sebuah kerikil

dilempar. Sambil melempar kerikil, keempat kerikil lainnya

dijatuhkan ke lantai dan segera menangkap kerikil yang

dilempar tadi. Lanjut ke tahap Saku Ceruk.

f) Ceruk : kerikil disebar. Tangan kiri membentuk seperti pintu

gua. Satu kerikil dilempar ke atas. Selama kerikil masih berada

di udara, kerikil yang lain dilewatkan melalui ‘pintu gua’ tangan

kiri hingga habis.

g) Dulit: ketika tangan memegang kelima kerikil, satu diantaranya

dilempar ke atas dan keempat lainnya masih dalam genggaman.

Kemudian jari telunjuk menyentuh tanah (ndulit) sambil segera

menangkap kerikil yang dilempar tadi.

h) Sawah : jika telah sampai tahap Dulit, maka disebut Sawah satu.

Batasan sawah adalah berdasarkan kesepakatan, misalnya 5, 6

atau 8. Pemenang ditentukan oleh perolehan sawah yang didapat

oleh pemain.

Page 29: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

73

3) Pemain yang mendapatkan sawah paling sedikit harus mendapat

hukuman yang disebut Nggenjeng. Pemain yang kalah harus

menutup matanya, sedangkan pemain yang lain menyembunyikan

sejumlah kerikil gatheng di tangan kanan. Tugas pemain yang kalah

adalah menebak jumlah kerikil yang ada di tangan lawan mainnya.

Jika jawabannya benar, maka permainan dimulai lagi dari awal.

Namun jika salah, pemain tersebut harus dihukum lagi dengan

hukuman yang sama.

m. Egrang

Egrang adalah galah atau tongkat yang digunakan seseorang agar

bisa berdiri dalam jarak tertentu di atas tanah. Permainan ini merupakan

permainan yang menggunakan batang kayu atau bambu yang diberi

pijakan untuk berjalan.

Di Pulau Jawa, permainan egrang hanya dimainkan secara biasa

(dengan berjalan). Namun di daerah Sulawesi Tengah, egrang biasanya

digunakan untuk balapan egrang sambil saling menjatuhkan dengan cara

memukul kaki egrang. Egrang memilik nama yang berbeda-beda

tergantung daerah asalnya.

Egrang dikategorikan sebagai permainan anak-anak, tapi tak jarang

orang dewasa yang memainkan permainan ini. Pada umumnya dimainkan

oleh anak laki-laki yang berusia 7-13 tahun. Egrang dapat dimainkan di

mana saja asalkan di atas tanah. Bisa di lapangan, pantai, dan sebagainya.

Peralatan yang digunakan adalah bambu sepanjang 1.5 sampai 2 meter

Page 30: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

74

yang diberi lubang pada jarak sekitar 30-50 cm untuk diberi pijakan.

Untuk orang-orang yang memiliki keberanian tinggi, ada yang

melebihkan jarak tersebut menjadi di atas 50 cm.

Cara bermain:

1) Siapkan egrang.

2) Tegakkan egrang namun posisikan agak condong ke depan.

3) Posisikan egrang tidak sejajar. Salah satu kaki egrang harus di depan

dan satunya dibelakang.

4) Mulai menginjakkan salah satu kaki pada pijakan egrang diikuti kaki

satunya.

5) Mulai berjalan di tempat dan jangan berhenti jika tidak yakin pada

posisi seimbang.

6) Jika merasa akan terjatuh, jatuhkan kaki di antara egrang. Usahakan

bermain di tempat yang luas.

n. Gobag Sodor

Kata gobag sodor terdiri dari dua kata gobag dan sodor. Gobag

berarti bergerak bebas dan menjadi nggobag yang berarti berjalan

memutar. Sedangkan arti kata sodor sama dengan watang yaitu semacam

tombak yang panjangnya 2 meter tanpa mata tombak yang tajam pada

ujungnya. Hal ini terilhami dari latihan keprajuritan Keraton jaman

dahulu kala. Pendapat lain mengatakan bahwa kata gobag sodor berasal

dari istilah bahasa asing, yaitu go back through the door karena

permainan ini dimainkan dengan maju mundur melalui pintu-pintu

Page 31: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

75

(garis). Ada juga yang menyebut permainan ini dengan sebutan galasin,

yang diduga sebutan ini merupakan adaptasi dari bahasa Inggris “go last

in”. Pendapat yang lain menyebutkan bahwa galasin berasal dari frase

Galah Asin. Disebut galah karena para pemain dari tim jaga berusaha

meraih sejauh mungkin dengan tangannya supaya bisa menyentuh

pemain dari tim lawan.

Kata sodor dalam permainan gobag sodor merupakan penjaga garis

sumbu atau garis sodor yang membagi lapangan menjadi dua. Sedang

garis sodor merupakan lalu lintas si sodor untuk mempersempit ruang

gerak para pemain yang sedang mentas sehingga mudah menyentuhnya.

Lawan yang sudah tersentuh oleh sodor dianggap mati. Permainan ini

disebut dengan gobag sodor mungkin karena sesuai dengan jalannya

permainan yang dilakukan dengan bebas dan berputar-putar sebab selalu

dikejar-kejar oleh si sodor dari kelompok penjaga.

Cara bermain:

1) Peserta berjumlah genap dibagi menjadi dua kelompok. Setiap

kelompok terdiri dari empat orang. Maka dibuatlah arena berupa

garis melintang sebanyak empat buah. Salah satu kelompok menjadi

pemain (mentas) dan kelompok lain menjadi penjaga garis (Jaga).

2) Kelompok jaga berjaga di garis melintang dan pergerakannya tidak

boleh di luar garis. Penjaga yang boleh melalui garis sumbu atau

sodor adalah penjaga garis melintang pertama (Lawang ngarep)

yang juga disebut sodor.

Page 32: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

76

3) Kelompok mentas harus mampu melewati keempat garis melintang

tadi.

4) Bila seorang kelompok mentas tersentuh oleh anggota kelompok

jaga, berarti kelompok itu kalah dan terjadilah pergantian kelompok.

5) Demikian juga bila dalam suatu kotak berisi lebih dari satu pemain,

maka kejadian itu disebut dengan kobong. Hal itu berarti mati/gugur

sehingga harus berganti pemain.

6) Bila salah satu anggota kelompok mentas berhasil menyeberangi

garis melintang dan kembali lagi ke posisi start tanpa tersentuh

penjaga, berarti kelompok itu menang.

7) Kelompok yang kalah harus menerima hukuman.

o. Betengan

Mengingat nama serta jenis permainannya, betengan terinspirasi

oleh aksi peperangan tempo dulu. Beteng/benteng adalah satu tempat

yang biasanya menjadi pertahanan suatu pasukan. Jika suatu kelompok

pasukan kalah maka ia harus meninggalkan betengnya.

Permainan ini memiliki nama yang berbeda di masing-masing

daerah. Di daerah Kulonprogo permainan semacam ini dinamakan Raton,

sedangkan di Kota Yogyakarta lebih dikenal dengan istilah Betengan. Di

daerah Jawa Barat permainan ini biasa disebut dengan "Rerebonan".

Selain itu, ada yang menyebut permainan ini dengan istilah jeg-jegan.

Istilah jeg-jegan berasal dari kata “jeg” yang artinya menduduki. Jadi

jeg-jegan adalah suatu permainan, dimana pemain yang kalah harus

Page 33: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

77

meninggalkan tempat markasnya dan harus berpindah ke markas lain

setelah diduduki oleh pemain lawan. Meskipun memiliki istilah yang

berbeda di masing-masing daerah, yang jelas permainan benteng ini

cukup mudah dan meriah

Cara bermain:

1) Sebelum permainan dimulai diadakan undian. Yang menang dapat

memilih tempat atau lebih dulu memancing.

2) Setiap pemain berfungsi sebagai pemancing atau yang dikejar dan

juga berfungsi sebagai pengejar. Seseorang pemain mengejar pemain

lawan, apabila pemain lawan lebih dulu meninggalkan bentengnya

dan ia menjadi orang yang dikejar oleh pemain lawan.

3) Anggota regu yang tertangkap atau yang keluar dari lapangan

permainan akan menjadi tawanan dari pihak lawan. Cara menangkap

lawan cukup dengan menyentuh bagian tubuh lawan dengan tangan

terbuka.

4) Tawanan yang berkumpul di daerah tawanan dapat bebas kembali

apabila teman sekelompoknya yang belum tertangkap dapat

membebaskan dengan jalan menyentuh bagian tubuh temannya.

Tawanan yang lebih dari satu orang, semuanya dapat dibebaskan

dengan jalan menyentuh salah seorang dari tawanan itu dengan

ketentuan satu sama lain dalam keadaan berpegangan/bergandengan.

5) Kapten regu ditandai ban/pita di lengan kanan dan bertugas

mengatur setiap anggota regunya. Bila kapten regu tertangkap, tugas

Page 34: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

78

diserahkan kepada salah seorang anggota regunya yang belum

tertangkap.

6) Benteng suatu regu dinyatakan kobong/terbakar, apabila salah

seorang atau lebih regu lawan dapat membakar benteng dengan cara

menginjakkan salah satu kakinya di benteng lawannya aatau

menyentuh tiang benteng lawan dan berteriak,”Jek”.

7) Setelah salah satu regu bentengnya terbakar, permainan dilanjutkan

dengan ketentuan regu yang berhasil membakar benteng lawannya

berfungsi lebih dulu sebagai pemancing

p. Jelungan

Jelungan atau lebih dikenal dengan nama Petak Umpet merupakan

permainan tradisional yang sangat dikenal di berbagai daerah di

Indonesia. Di daerah Jawa sendiri banyak dikenal dengan nama yang

berbeda-beda, seperti jethungan, dhelikan, atau umpetan. Namun prinsip

permainan ini sama yaitu menemukan teman yang bersembunyi. Istilah

jethungan atau jelungan biasa digunakan karena istilah itu sering

diucapkan oleh pemain-pemain yang berhasil tiba di benteng tanpa bisa

ditebak oleh pemain jaga. Sementara istilah dhelikan dan umpetan yang

dipakai di daerah lain, lebih menunjuk ke pemain yang menang ketika

sedang bersembunyi. Selain itu, petak umpet juga digemari oleh anak-

anak di berbagai negara. Dalam bahasa Inggris, permainan ini disebut

“Hide and Seek”.

Page 35: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

79

Seperti umumnya permainan tradisional yang dikenal oleh anak-anak

di lingkungan Jawa, Jelungan juga tidak membutuhkan biaya dan

perlengkapan yang mahal. Permainan ini dapat dimainkan oleh anak-

anak tanpa harus mengeluarkan biaya, hanya membutuhkan tempat yang

cukup luas seperti di halaman rumah maupun perkampungan. Namun

tidak menutup kemungkinan permainan ini dimainkan di dalam rumah.

Cara bermain:

1) Anak-anak yang akan bermain melakukan hompipah terlebih dahulu

untuk menentukan anak yang mendapat giliran jaga.

2) Anak yang jaga memejamkan mata atau menghadap ke tembok,

pohon, atau apa saja yang membuatnya tidak dapat melihat gerakan

temannya yang akan bersembunyi. Tempat jaga ini memiliki sebutan

yang berbeda-beda untuk setiap daerah. Ada yang menyebutnya

benteng, hong, bon, atau inglo.

3) Anak yang jaga menghitung 1 sampai 10 atau sesuai kesepakatan.

Selama anak yang jaga menghitung, anak-anak lain mencari tempat

persembunyian.

4) Setelah menyebutkan hitungan terakhir, misalnya 10, anak yang jaga

segera bergerak mencari tempat persembunyian teman-temannya.

5) Jika anak yang jaga telah menemukan satu anak, maka ia harus

segera berlari ke benteng (tempat jaga) sambil menyebutkan nama

teman yang ditemukannya itu. Jika anak yang jaga hanya

menyebutkan nama teman yang ditemukannya itu tanpa menepuk

Page 36: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

80

yang menjadi tempat jaga tadi atau hanya menepuk tanpa

menyebutkan nama temannya, maka ia dianggap kalah dan kembali

jaga. Demikian pula ketika anak yang disebutkan namanya tersebut

lebih dahulu sampai ke benteng dan menyentuh benteng, anak yang

jaga harus kembali jaga.

6) Jika pemain jaga terlalu penakut, biasanya ia lebih banyak menuggu

benteng atau disebut ‘tunggu brok’. Jika ini terjadi, maka pemain

yang bersembunyi akan selalu mengejek dengan kata-kata “sing

dadi tunggu brok, sing dadi tunggu brok” begitu seterusnya.

Sehingga pemain kalah akan merasa risih dan muncul keberanian

untuk mencari asal suara-suara ejekan tadi. Ia akan mulai berani

mencari walaupun dengan risiko jika larinya kalah cepat, maka ia

akan sering jaga.

7) Apabila selama anak yang jaga mencari teman-temannya yang

bersembunyi kemudian ada seorang temannya yang berhasil

mengendap-endap menuju benteng dan menyentuh benteng, maka

anak-anak yang lain yang sedang bersembunyi seolah-seolah

‘dibebaskan’ dan anak yang jaga harus kembali jaga dan mengulang

permainan dari awal.

i. Jika anak-anak yang bersembunyi sudah ditemukan semua,

permainan dilanjutkan. Yang mendapat giliran menjadi pemain jaga

adalah anak yang pertama ditemukan oleh anak yang jaga

sebelumnya. Cara lain untuk menentukan pemain jaga yaitu anak

Page 37: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

81

yang jaga menghadap ke benteng sambil memejamkan mata. Teman-

teman yang lain yang dapat ditemukan oleh pemain jaga berjajar di

belakangnya. Kemudian anak yang jaga tadi menyebutkan nomor

urut anak yang berdiri di belakangnya, maka anak yang berdiri di

urutan yang angkanya disebutkan tadi menjadi pemain jaga

selanjutnya.

q. Cublak-cublak Suweng

Dinamakan Cublak-cublak suweng mungkin dikarenakan jalannya

permainan ini dengan cara dicublek-cublek (dipukul-pukulkan perlahan).

Benda yang digunakan adalah suweng (subang) yang terbuat dari tanduk

yang disebut dengan uwer. Namun, jika uwer sulit didapatkan, bisa

diganti dengan kerikil, biji-bijian, atau apa saja yang memiliki bentuk

mirip suweng.

Selain suweng, cublak-cublak suweng disertai pula dengan sebuah

lagu pengiring. Lagu ini dinyanyikan pemain sewaktu permainan

berlangsung. Syair lagu cublak-cublak suweng adalah sebagai berikut:

Cublak-cublak suweng

Suwenge ting gelenter

Mambu ketundhung gudel

Pak empong lera-lere

Sopo ngguyu ndhelikake

Sir sir pong udele bodong

Sir sir pong udele bodong

Page 38: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

82

Cara bermain:

1) Seorang pemain yang kalah dalam suit atau hompimpah dinyatakan

menjadi ‘dadi’ atau penebak.

2) Pemain dadi duduk telungkup di tengah-tengah pemain lain.

3) Kedua telapak tangan lainnya diletakkan di atas punggung pemain

dadi dengan posisi terbuka.

4) Salah seorang pemain bertugas untuk menyentuhkan kerikil

berkeliling ke setiap telapak tangan pemain.

5) Sambil mengedarkan kerikil, semua pemain harus menyanyikan lagu

cublak-cublak suweng. Ketika syair lagu sampai pada kalimat “sopo

ngguyu ndelikake”, salah satu pemain harus menyembunyikan

kerikil pada salah satu tangan pemain tanpa diketahui oleh pemain

dadi.

6) Selanjutnya semua pemain mengepalkan kedua tangannya, tetapi

telunjuk tidak ikut dikepalkan. Seakan-akan semuanya memegang

kerikil. Kemudian, pemain menggesek-gesekkan telunjuk seperti

mengiris, sambil menyanyikan, “sir sir pong udele bodong, sir sir

pong udele bodong”.

7) Pemain dadi atau penebak harus menebak siapa yang menggenggam

kerikil dengan menunjuk pemain yang dia duga menggenggam

kerikil tersebut. Bila tebakannya benar, pemain pemegang kerikil

berganti menjadi pemain penebak. Jika tebakannya salah, maka

pemain penebak tersebut, menjadi penebak lagi. Bila tiga kali

Page 39: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

83

berturut-turut gagal menebak, maka pemain tersebut mendapatkan

hukuman sesuai jenis hukuman yang disepakati bersama sebelum

bertanding.

r. Jamuran

Jamuran merupakan salah satu permainan tradisional Jawa.

Permainan ini dilakukan secara bersama-sama dengan diiringi lagu

dolanan. Anak-anak bermain sekaligus bernyanyi. Jamur artinya

cendawan, dan mendapat akhiran –an. Jamur berbentuk bulat, maka

permainan Jamuran pun memvisualisasikan bentuk jamur yang bulat

tersebut, yaitu membentuk lingkaran.

Permainan jamuran ini dulu sering dimainkan di waktu senggang di

saat pagi, sore, atau malam hari ketika bulan purnama. Permainan

jamuran tidak membutuhkan peralatan bantu. Permainan ini hanya

membutuhkan tanah lapang atau halaman yang cukup luas. Biasanya

memakai halaman rumah, halaman sekolah, atau di lapangan.

Cara bermain:

1) Sebelum bermain, anak-anak melakukan hompipah untuk

menentukan pemain yang berjaga atau ‘dadi’.

2) Selanjutnya anak-anak bergandengan tangan membentuk sebuah

lingkaran dan anak yang ‘dadi’ duduk atau jongkok di tengah

lingkaran. Anak-anak yang bergandengan tangan dan membentuk

lingkaran kemudian bergerak memutari anak yang di dalam

lingkaran sambil menyanyikan tembang berikut ini.

Page 40: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

84

“Jamuran ya ge ge thok

Jamur apa ya ge ge thok

Jamur gajih mbejijih sak ara-ara

Sira badhe jamur apa?”

3) Anak yang ‘dadi’ segera meneriakkan satu kata nama jamur untuk

menjawab lagu tersebut. Begitu kata itu disebut, anak-anak lain yang

semula bergandengan tangan membentuk lingkaran dan harus

menirukan gerakan benda/hewan yang dibeutkan oleh yang ‘dadi’.

Misalnya anak yang ‘dadi’ menyebutkan “jamur parut”, maka anak-

anak yang membentuk lingkaran harus menyiapkan salah satu

telapak kakinya untuk digaruk-garuk (diparut) oleh pemain ‘dadi’.

Jika ada anak yang digaruk merasa geli dan tidak dapat menahan

tertawa, maka ia kalah dan gantian menjadi pemain ‘dadi’.

4) Bila anak yang ‘dadi’ meneriakkan kata “jamur kendhil” maka

anak-anak yang membuat lingkaran lari dan berjongkok berdekatan

satu sama lain. Jarak antarpemain kurang dari satu depa. Apabila ada

yang berjarak lebih dari satu depa, maka anak yang berada di sebelah

kiri menjadi pemain ‘dadi’. Jika anak-anak yang berjongkok tadi

sangat rapat, maka pemain ‘dadi’ boleh mengangkat salah seorang di

antara mereka. Apabila ada yang terangkat maka ia berganti menjadi

pemain ‘dadi’.

5) Selanjutnya ada juga “jamur patung”, anak-anak yang lain tadi

harus segera diam seperti patung, tidak boleh bergerak, tersenyum,

Page 41: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

85

tertawa, atau berbicara. Pemain ‘dadi’ boleh menggoda temannya

agar bergerak, tersenyum, tertawa, atau berbicara. Jika ada anak

yang bergerak atau tidak dapat menahan tertawa maka ia

mendapatkan giliran jaga.

i. Selain itu, “jamur kethek menek”, para pemain harus menirukan

gerakan kera yang sedang memanjat. Bisa memanjat pohon, bangku,

kursi, atau yang lainnya asal tidak menginjak tanah. Dan masih

banyak lagi jenis jamur-jamur, tergantung kreasi dari anak-anak

yang bermain

s. Sedhingklik Oglak-Aglik

Dhingklik kalau diartikan dalam bahasa Indonesia adalah kursi

kecil. Sedang oglak aglik adalah sebuah istilah bahasa Jawa bila

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia "goyah". Jadi yang dimaksud

Dingklik oglak-aglik adalah kursi kecil yang goyah. Kenapa bisa goyah?

mungkin kurang presisi ketika membuat sambungan-sambungan bahan

untuk kursi itu. Kaki-kaki kursi tidak bagus. Ketika dirangkai,

kemungkinan terjadi pemaksaan, yang penting jadi kursi dan bisa untuk

tempat duduk sehingga kursi yang dihasilkan menjadi goyah ketika

digunakan untuk duduk.

Dingklik oglak-aglik bisa diartikan sebuah kiasan, sebagai contoh

dalam sebuah kalimat jawa : "wong agung lungguh Dingklik oglak-

aglik....." artinya seorang pejabat tinggi yang kedudukannya sedang

Page 42: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

86

goyah. Mungkin sedang terjerat kasus atau sengaja digulingkan karena

terjadi perbedaan paham atau kepentingan.

Permainan ini tidak membutuhkan alat apapun. Hanya diperlukan

tempat yang cukup dan aman seperti halaman berumput atau lantai.

Jumlah peserta permainan ini bisa 3, 4 atau 5 anak. Namun apabila

dipertandingkan, maka diperlukan dua kelompok yang bertanding. Dalam

permainan ini, pemain akan melompat-lompat sambil bernyanyi. Berikut

syair lagu sedhingklik oglak-aglik:

Pasang dhingklik oglak-aglik

Yen keceklik adang gogik

Yu yu mbakyu mangga

Dhateng pasar blanja

Leh-olehe napa

Jenang jagung

Enthok-enthok jenang jagung

Enthok-enthok jenang jagung

Enthok-enthok jenang jagung

Cara bermain:

1) Satu kelompok yang terdiri dari 4 orang (A, B, C, D) berdiri

berhadapan dengan tangan saling bergandengan.

2) Pemain B dan C menerobos di bawah lengan A dan D, sehingga

mereka berdiri bertolak belakang dan tangan tetap bergandengan.

Page 43: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

87

3) Salah satu kaki pemain (setiap anak), boleh kanan atau kiri) di

angkat ke dalam dan saling dikaitkan sangat kokoh sehingga mereka

tidak mudah goyah.

4) Pemain melepaskan gandengan mereka. Lalu peserta bertepuk

tangan sambil melonjak-lonjak memutar dan menyanyikan lagu

Sedhingklik oglak-aglik. Lagu tersebut dinyanyikan berulangkali

sampai ada pemai yang terjatuh.

5) Jika dalam pertandingan, kelompok yang terjatuh lebih dulu akan

dianggap kalah dan mendapat hukuman. Hukuman tergantung

kesepakatan bersama. Contoh hukuman adalah menggendong

anggota tim lawan dengan jarak tertentu.

B. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Dalam perancangan buku ilustrasi ini, PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

berlaku sebagai publisher buku ilustrasi sebagai media kampanye pelestarian

permainan tradisional terutama di Jawa Tengah ini.

1. Profil PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Tiga Serangkai merupakan salah satu penerbit buku yang berada di Solo.

Tiga Serangkai telah banyak menerbitkan buku terutama buku pelajaran,

buku pengetahuan serta buku umum yang terdiri dari buku religi, buku anak,

dan buku populer. Tiga Serangkai didirikan oleh Bapak Abdullah Marzuki

dan Ibu Siti Aminah pada tahun 1959.

Page 44: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

88

Gambar 3 .Bangunan Tiga Serangkai

(Sumber: http://www.panoramio.com/photo/45534467, diakses 27 Maret 2016)

a. Alamat : Jl. Dr. Supomo 23, Solo 57141, Surakarta, Jawa Tengah

b. Telepon : (0271) 714344

c. Fax : (0271) 713607

d. Website : www.tigaserangkai.co.id

e. Email : [email protected]

2. Imprit Tiga Serangkai

PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri memiliki imprint penerbitan sesuai

dengan jenis buku yang akan diterbitkan. Imprint dari Tiga Serangkai terdiri

dari:

Page 45: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

89

a. Metagraf

Gambar 4. Logo Metagraf

(Sumber: General Book Tiga Serangkai, 22 Maret 2016)

Metagraf merupakan imprint dari Tiga Serangkai yang menerbitkan

buku-buku populer dewasa non-fiksi, seperti ‘Jokowi: Memimpin Kota

Menyentuh Jakarta’, ‘My Passion My Career’, ‘101 Young CEO’, dan

banyak buku lainnya.

Gambar 5. Buku terbitan Metagraf

(Sumber: General Book Tiga Serangkai, 22 Maret 2016

Page 46: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

90

b. Tinta Medina

Gambar 6.Logo Tinta Medina

(Sumber: General Book Tiga Serangkai, 22 Maret 2016)

Tinta Medina merupakan imprint dari Tiga Serangkai yang menerbitkan

buku-buku religi dewasa, baik fiksi maupun non-fiksi. Buku yang telah

diterbitkan seperti ‘Hidayah dalam Cinta’, ‘Zŭwad: Menapak Jejak

Cinta’, ‘Beauty Jannaty, dan berbagai buku lainnya.

Gambar 7. Buku terbitan Tinta Medina

(Sumber: General Book Tiga Serangkai, 22 Maret 2016)

Page 47: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

91

c. Tiga Ananda

Gambar 8. Logo Tiga Ananda

(Sumber: General Book Tiga Serangkai, 22 Maret 2016)

Tiga Ananda juga termasuk salah satu imprint dari Tiga Serangkai yang

menerbitkan buku untuk anak maupun remaja (maksimal usia 15 tahun),

baik populer maupun religi. Buku-buku ynag telah diterbitkan oleh Tiga

Ananda contohnya ‘Teka-teki Putri Mutiara’, ‘Kreasi Feltie Angkasa’,

‘Aku Senang Shalat Sunnah’, dan lain-lain.

Gambar 9. Buku terbitan Tiga Ananda

(Sumber: General Book Tiga Serangkai, 22 Maret 2016)

Page 48: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

92

d. Metamind

Gambar 10. Logo Metamind

(Sumber: General Book Tiga Serangkai, 22 Maret 2016)

Metamind merupakan salah satu imprint dari Tiga Serangkai yang

menerbitkan buku-buku fiksi populer remaja maupun dewasa. Buku

populer yang diterbitkan oleh Metamind contohnya Seri ‘Gajahmada’,

‘Mahamimpi Anak Negeri’, ‘Perjalanan Menuju Langit’, dan masih

banyak lainnya.

Gambar 11. Buku terbitan Metamind

(Sumber: General Book Tiga Serangkai, 22 Maret 2016)

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dari PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri adalah

sebagai berikut:

Page 49: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

93

Bagan 2. Struktur Organisasi Tiga Serangkai

(Sumber: General Book Tiga Serangkai, 22 Maret 2016)

4. Prosedur Publikasi

Prosedur publikasi dari PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri dapat

digambarkan sebagai berikut:

Managing Director

TSPM

General Manager for

General Book

Publishing

Manager

Religion Book

Division

Religion Book

Editor

C & T Book

Division

C & T Book

Editor

Popular Book

Division

Popular Book

Editor

Design

Division

Designer

Illustrator

Layouter

Proof ReaderTraffic & Monitoring

ADM Inistration

Marketing

Manager

Promo

ManagerNational Sales

Manager

Page 50: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

94

Bagan 3. Alur Publikasi ke Tiga Serangkai

(Sumber: General Book Tiga Serangkai, 22 Maret 2016)

Alur pengajuan buku dalam PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri adalah

naskah dari penulis atau pengarang yang berisi konsep buku, sinopsis, isi dan

tentang penulis dapat diserahkan langsung melalui showroom Tiga Serangkai

dalam bentuk print. Selain melalui showroom Tiga Serangkai, naskah juga

dapat dikirimkan dalam bentuk soft file melalui email Tiga Serangkai. Setelah

itu naskah yang masuk akan dipilah untuk disampaikan ke editor masing-

masing divisi untuk di-review. Naskah-naskah yang masuk dalam sebulan

akan dibagikan dengan rata ke masing-masing editor di masing-masing divisi.

Koreksi, Revisi,

Siap cetak.

Naskah Masuk

(Penulis/Pengarang)

Review/Evaluasi

(Bagian Editor)

Naskah diterima Naskah ditolak

Preparation Forum

(Promosi, Penjualan

dan Marketing)

Naskah diterima Naskah ditolak

Proses Editing

(Tipografi, Layouting

dan Ilustrasi)

Page 51: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

95

Dalam waktu 3 bulan, penulis atau pengarang akan diberitahukan naskah

tersebut diterima atau ditolak. Jika naskah ditolak, naskah akan kembali

kepada penulis atau pengarang. Jika naskah tersebut diterima dan dianggap

layak, selanjutnya naskah tersebut akan dipresentasikan dalam presentation

forum. Dalam forum tersebut naskah akan dipresentasikan kepada divisi

marketing, sales dan promosi sebagai pertimbangan apakah buku tersebut

layak terbit sesuai dengan kondisi pasar. Keputusan dari divisi marketing,

sales dan promosi akan diberitahukan paling lambat satu bulan setelah forum

berlangsung. Jika naskah ditolak, naskah akan tetap kembali kepada penulis

atau pengarang. Jika naskah diterima, pihak Tiga Serangkai akan mengontak

penulis atau pengarang untuk merevisi konten naskah hingga siap edit.

Selanjutnya, naskah yang sudah siap edit akan dimasukkan ke dalam jadwal

editing. Setelah tiba waktu editing, naskah akan diserahkan kepada editor

yang bertanggung jawab meng-edit naskah tersebut. Editing naskah meliputi

pemilihan tipografi, pembuatan cover, layouting dan pembuatan ilustrasi yang

sesuai dengan konten buku. Editing naskah ini biasanya berjalan selama 1-3

bulan. Naskah yang telah di-edit dan sudah siap cetak akan diberikan ke

bagian percetakan untuk kemudian dicetak menjadi sebuah buku. Buku yang

telah dicetak pun tidak langsung diterbitkan. Penerbitan buku ynag telah jadi

tergantung bagaimana kondisi pasar serta menyesuaikan momen dalam

masyarakat, contohnya ketika bulan puasa, awal masuk kuliah, dan

sebagainya.

Page 52: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

96

5. Sistem Royalti

a. Besaran Royalti

Royalti merupakan sejumlah uang sebagai pengganti jasa yang

dibayarkan penerbit kepada penulis atau pengarang naskah untuk setiap

buku yang diterbitkan. Besaran royalti yang diberikan kepada penulis

atau pengarang dari pihak Tiga Serangkai yaitu sebesar 7%-10% dari

hasil penjualan buku.

b. Sistem Pembayaran Royalti

Sistem pembayaran royalti di Tiga Serangkai yaitu dibayarkan setiap

satu semester dalam satu tahun. Royalti biasanya dibayarkan di bulan

Januari dan Juni. Royalti akan langsung masuk ke rekening penulis atau

pengarang sesuai dengan data yang diberikan penulis pada awal

menandatangani surat perjanjian.

6. Distribusi Produk

Produk yang telah diterbitkan oleh PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

telah tersebar ke seluruh Indonesia. Penyebaran terbesarnya berada di daerah

JABODETABEK. Selain itu, produk juga didistribusikan ke daerah-daerah.

Produk Tiga Serangkai didistribusikan melalui toko-toko buku besar maupun

kecil di seluruh Indonesia.

7. Promosi yang dilakukan

Pihak Tiga Serangkai tidak hanya menerbitkan buku, namun juga

melakukan promosi supaya buku tersebut dikenal di pasar Indonesia.

Page 53: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

97

Beberapa promosi yang dilakukan oleh Tiga Serangkai untuk

mempromosikan berbagai buku yang telah terbit antara lain:

a. Melalui distribusi ke toko-toko buku besar dengan spot terbaik.

b. Melalui kegiatan-kegiatan pameran dan workshop

c. Melalui bedah buku lewat radio

d. Promosi melalui media pendukung seperti poster, sticker, video promosi,

postcard, dan lain-lain.

e. Promosi melalui media sosial (website, twitter, facebook, dan media

sosial masing-masing penulis).

C. Target Market

Segmentasi target market yang disasar pada konsep perancangan buku

cerita bergambar pengenalan permainan tradisional ini adalah sebagai berikut:

a. Segmentasi Demografis

1) Usia : Dewasa (18-40 tahun)

2) Pendidikan : Semua jenjang pendidikan

3) Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan

4) Agama : Semua agama

5) Kelas Sosial : Semua golongan

b. Segmentasi Geografis

Daerah yang akan menjadi target sasaran buku ini secara khusus

adalah wilayah karisidenan Surakarta dan sekitarnya, dan seluruh

Indonesia secara umumnya.

Page 54: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

98

c. Segmentasi Psikografis

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang mengambil

keputusan untuk membeli buku ini. Faktor psikologis tersebut antara lain

orang-orang yang ingin bernostalgia kembali ke masa kecilnya ketika

memainkan permainan tradisional, orang-orang yang ingin melestarikan

serta memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada

masyarakat, orang tua yang ingin memperkenalkan kembali permainan

tradisional terutama permainan tradisional Jawa Tengah kepada anak-

anaknya.

D. Kompetitor

1. Buku “Ensiklopedia Negeriku: Permainan Tradisional”

a. Deskripsi Umum

Buku “Ensiklopedia Negeriku: Permainan Tradisional” ini

merupakan buku ensiklopedi yang bertemakan kebudayaan, terutama

mengangkat mengenai permainan tradisional di Indonesia. Buku

ensiklopedi ini ditujukan untuk anak-anak dan memuat berbagai

permainan, tidak hanya permainan tradisional, namun permainan dengan

dadu dan permainan hari kemerdekaan pun dimasukkan ke dalam

kontennya.

1) Judul : Ensiklopedia Negeriku: Permainan Tradisional

2) Pengarang : Dian Kristiani

3) Penerbit : PT. Bhuana Ilmu Populer

Page 55: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

99

4) Tahun terbit : 2015

5) Jumlah halaman : 126 halaman

6) Ukuran : 17 cm x 21 cm

7) Garis besar isi :

Selayaknya sebuah buku ensiklopedia, buku ini berisi berbagai

macam permainan yang ada di Indonesia. Permainan-permainan

tersebut terbagi menjadi 10 bagian, yaitu permainan ramai-ramai,

permainan dengan alat, permainan dengan nyanyian, permainan di

atas tanah, permainan dengan tali, permainan kejar-kejaran,

permainan duduk santai, permainan tebak-tebakan, permainan

dengan dadu, dan permainan hari kemerdekaan. Setiap permainan

dilengkapi dengan petunjuk asal daerah, penjelasan yang ringkas,

dan cara bermain. Hampir setiap permainan dilengkapi dengan

ilustrasi yang menjelaskan setiap langkah-langkah permainan. Gaya

bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa formal santai yang

sangat ringkas dan mudah dimengerti oleh anak-anak.

b. Target Market

1) Segmentasi Demografis

a) Umur : Anak-anak dan remaja awal (9-15 tahun)

b) Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan

c) Agama : Semua agama

d) Kelas Sosial : Menengah ke atas

Page 56: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

100

2) Segmentasi Geografis

Segmentasi geografis buku ensiklopedia ini mencakup seluruh

Indonesia

3) Segmentasi Psikografis

Buku “Ensiklopedia Negeriku: Permainan Tradisional” ini

dibuat untuk usia anak-anak serta remaja awal yang tertarik dengan

warisan budaya terutama berbagai macam permainan di Indonesia,

untuk anak-anak yang ingin mempelajari berbagai macam

permainan, serta untuk anak-anak yang gemar membaca.

c. Distribusi

Buku ensiklopedia ini didistribusikan ke seluruh Indonesia melalui

toko-toko buku besar maupun kecil.

d. Promosi yang Dilakukan

Buku ini dipromosikan melalui penempatan spot terbaik di jajaran

buku baru di toko-toko buku. Selain itu, melalui media sosial dari pihak

penerbit, diantaranya melalui website BIP, instagram BIP, facebook dan

twitter.

e. Tampilan Visual

1) Cover buku “Ensiklopedia Negeriku: Permainan Tradisional”

Page 57: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

101

Gambar 12. Cover Depan ‘Ensiklopedia Negeriku: Permainan Tradisional”

2) Bagian isi buku “Ensiklopedia Negeriku: Permainan Tradisional”

Tampilan visual keseluruhan isi buku ensiklopedi ini cukup

menarik dengan menggunakan kertas HVS dengan cetakan fullcolor

menggunakan pilihan warna yang cerah di seluruh halaman. Layout

buku ini tergolong rapi dengan keterbacaan tinggi, dan ilustrasi yang

digunakan termasuk menarik bagi anak-anak. Berikut contoh

tampilan visual isi buku ensiklopedi ini:

Page 58: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

102

Gambar 13. Isi buku “Ensiklopedia Negeriku: Permainan Tradisional”

Gambar 14. Isi buku “Ensiklopedia Negeriku: Permainan Tradisional”

2. Buku Cerita “Little Mice: Game Over!!”

a. Deskripsi Umum

Buku cerita “Little Mice: Game Over!!” ini merupakan buku cerita

yang mengangkat tema masa kecil dari tokoh utama, yaitu Mice. Buku

ini lebih ditujukan kepada orang dewasa yang ingin kembali merasakan

Page 59: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

103

permainan di Jakarta era 70-80an, sehingga buku ini termasuk buku

nostalgia yang membawa pembacanya kembali ke masa kecilnya.

Kontennya secara umum membahas mengenai berbagai permainan

tradisional ynag pernah Mice mainkan di masa kecilnya.

1) Judul : Little Mice: Game Over!!

2) Pengarang : Muhammad Mice Misrad

3) Penerbit : Percetakan Octopus’s Garden

4) Tahun terbit : 2013

5) Jumlah halaman : 112 halaman

6) Ukuran : 22 cm x 17,5 cm

7) Garis besar isi :

Suatu hari, hujan turun dengan derasnya. Mice, yang kini sudah

memiliki keluarga memandang keluar jendela dan kembali ke

ingatan masa lalunya ketika masih kecil. Kembali ke masa kecilnya

di Jakarta ketika tahun 1977-1985. Mice kemudian menceritakan

pengalaman bermainnya ketika kecil ketika bermain tembak-

tembakan kayu, pletokan, sumpitan, bola gebok, gelatik, gundu, dan

adu biji karet. Mice menceritakan bagaimana cara membuat alat

permainan, bagaimana jalannya permainan hingga pengalaman

pribadinya ketika memainkan permainan tersebut. Di sela-sela

ceritanya mengenai permainan yang dimainkannya, Mice juga

menyelipkan beberapa cerita yang menarik mengenai profil anak

kecil era 70-80an. Gaya bahasa yang digunakan termasuk formal,

Page 60: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

104

santai dan ringan, serta menggunakan istilah-istilah yang banyak

digunakannya di masa kecil. Kisah Mice ini diakhiri dengan

sepotong adegan Mice bermain hujan-hujanan di luar rumah bersama

dengan anaknya, Hana.

b. Target Market

1) Segmentasi Demografis

a) Umur : Dewasa (18-50 tahun)

b) Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan

c) Agama : Semua agama

d) Kelas Sosial : Menengah ke atas

2) Segmentasi Geografis

Segmentasi geografis buku cerita “Little Mice: Game Over!!”

ini mencakup seluruh Indonesia.

3) Segmentasi Psikografis

Buku “Little Mice: Game Over!!” ini ditujukan untuk orang

dewasa yang ingin bernostalgia dengan kenangan masa kecilnya

serta untuk orang-orang yang ingin mengenal permainan yang ada

ketika era 70-80an.

c. Distribusi

Buku cerita ini didistribusikan ke seluruh Indonesia melalui toko-

toko buku besar, toko-toko buku kecil serta penjualan melalui toko buku

online.

Page 61: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

105

d. Promosi yang Dilakukan

Buku ini dipromosikan melalui melalui media sosial dari pihak

penulis, diantaranya melalui instagram, pinterest, facebook dan twitter.

e. Tampilan Visual

1) Cover Buku Cerita“Little Mice: Game Over!!”

Gambar 15. Cover Depan “Little Mice: GameOver!!” vol.01

2) Bagian Isi Buku Cerita “Little Mice: Game Over!!”

Tampilan visual keseluruhan isi buku cerita ini cukup menarik

dengan menggunakan kertas bookpaper. Namun sayang sekali

cetakan bagian dalam buku ini hanya dicetak dalam satu warna, yaitu

hitam putih, tanpa menggunakan warna lain. Layout buku ini tidak

kaku dan terkesan sedikit berantakan namun masih dengan

keterbacaan tinggi bagi orang dewasa. Ilustrasi yang digunakan

Page 62: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

106

merupakan ilustrasi khas Mice sendiri yang menarik dan ekspresif.

Berikut contoh tampilan visual isi buku cerita ini:

Gambar 16. Isi Buku “Little Mice: GameOver!!” vol.01

Gambar 17. Isi Buku “Little Mice: GameOver!!” vol 01

E. Analisa SWOT

Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) merupakan alat

identifikasi untuk merumuskan strategi produk agar lebih terarah melalui berbagai

faktor. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksmalkan kekuatan

(strength) dan kesempatan (opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats), sekaligus sebagai

bahan perbandingan dengan kompetitornya. Dalam hal ini analisa SWOT

Page 63: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

107

diterapkan dalam perbandingan buku ilustrasi tentang permainan tradisional

terutama di Jawa Tengah ini dengan kompetitornya untuk mengetahui peluang

utama dalam pembuatannya.

Tabel berikut ini memuat analisa SWOT dari buku ilustrasi permaian

tradisional terutama di Jawa Tengah yang berjudul “Replay!” dengan dua

kompetitornya, yaitu “Ensiklopedia Negeriku: Permainan Tradisional” dan “Little

Mice: Game Over!!”

Page 64: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

Tabel analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threat)

Analisa

SWOT Buku “Replay!”

Buku “Ensiklopedia Negeriku:

Permainan Tradisional”

Buku “Little Mice: Game

Over!!”

Strength

(Kekuatan)

1. Mengangkat tema mengenai

permainan tradisional yang

spesifik untuk target audience

dewasa yang jarang ditemukan

dalam bentuk buku.

2. Menggunakan gaya bahasa yang

formal, ringan dan lugas

sehingga mudah dipahami.

3. Ilustrasi yang akan dibuat

sederhana namun ekspresif.

4. Color tone menggunakan

warna-warna watercolor

sehingga tidak monoton.

5. Layout akan dibuat rapi dan

seimbang dengan gambar.

1. Tema yang diangkat mengenai

berbagai macam permainan di

seluruh Indonesia.

2. Ilustrasi menggunakan warna-

warna cerah dan gambar yang

menarik bagi target audiencenya.

3. Menggunakan media cetak kertas

HVS tebal sehingga warna

maksimal, dan seluruh halaman

fullcolor.

4. Menggunakan color tone cerah

sehingga tidak monoton

5. Teks bagian kontennya tidak

terlalu panjang dengan penjelasan

yang sistematis

1. Tema yang diangkat menarik,

yaitu mengenai beberapa

permainan yang pernah

dimainkan pada era 70-80an.

2. Ide ceritanya menarik

mengajak pembaca

bernostalgia kembali ke masa

kecilnya

3. Alur ceritanya mengalir dan

menarik, dengan selipan info-

info yang menyenangkan.

4. Gaya bahasa yang digunakan

non-formal dan santai, namun

tetap menarik dan mudah

dipahami. 108

Page 65: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

6. Dalam elemen teks

menggunakan font yang tidak

terlalu formal namun tetap

menarik dengan keterbacaan

tinggi.

6. Penataan layout rapi dan

pemilihan font dengan

keterbacaan tinggi

5. Ilustrasinya khas, ekspresif

dan detail, dengan

penggambaran yang lugas.

6. Pemilihan jenis huruf serta

layout terkesan sesuai dan

menyatu dengan ilustrasi.

Weaknesses

(Kelemahan)

1. Tidak menggunakan hardcover

pada bagian covernya, sehingga

cover mudah rusak.

2. Tidak menggunakan alur cerita

sehingga kurang mengalir.

3. Menggunakan campuran hitam

putih dan warna yang

kemungkinan akan terasa

monoton di beberapa bagian.

1. Tidak menggunakan hardcover

pada bagian covernya, sehingga

cover mudah rusak.

2. Penataan layout di beberapa

tempat terasa sangat penuh tanpa

ada white space yang cukup.

3. Tidak menggunakan alur cerita

sehingga kurang mengalir.

1. Tidak menggunakan

hardcover pada bagian

covernya, sehingga cover

mudah rusak.

2. Dicetak menggunakan satu

warna saja sehingga terkesan

monoton

3. Dicetak menggunakan kertas

bookpaper sehingga lama

kelamaan akan menguning.

Opportunities 1. Jarang ditemukan buku koleksi 1. Tidak menutup kemungkinan 1. Jarang ditemukan buku cerita

109

Page 66: BAB III IDENTIFIKASI DATA - abstrak.uns.ac.id · Dam-daman Permainan ini hampir mirip dengan catur pada permainan modern, hanya pada permainan ini tidak ada Raja, Patih, Menteri,

(Peluang) dewasa yang mengangkat tema

permainan tradisional.

2. Ilustrasi yang dibuat diharapkan

mampu membawa target

audience bernostalgia ke masa

kecilnya.

orang dewasa membeli buku

ensiklopedia ini, karena konten

bukunya komplit.

2. Dapat menjadi buku edukasi

sekaligus buku parenting bagi

anak-anak dan orang tuanya.

yang membahas permainan

masa kecil dengan alur yang

mengalir.

2. Ilustrasi yang menarik dan

khas menjadikan buku ini

buku yang ingin dimiliki

sebagai buku koleksi.

Threat

(Ancaman)

1. Semakin banyak bermunculan

buku dengan ilustrasi yang lebih

menarik dan detail.

2. Semakin banyaknya buku

terjemahan dengan tema yang

lebih menarik.

1. Semakin banyaknya buku

ensiklopedia dengan alur cerita

yang menarik.

2. Mulai banyak muncul buku ynag

bertema sejenis dengan

penggambaran yang lebih bagus

dan rapi.

1. Banyak bermunculan buku

yang mengangkat tema

permainan lain yang lebih

menarik.

2. Banyak buku lain yang

memiliki gaya ilustrasi yang

lebih menarik dan lebih

berwarna.

Tabel 2. Tabel Analisa SWOT

110