BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang...

22
1 BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1. Sejarah Solo Creative City Network Solo Creative City Network atau SCCN adalah program yang dibentuk oleh tim dosier penggagas kota kreatif untuk Solo untuk mendapat inisiasi dari UNESCO menjadi salah satu dari sekian banyak kota kreatif di dunia yang sudah resmi dinobatkan. Dimulai dengan pengajuan konsep SCCN pada sosialisasi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Direktorat Pengembangan Zona Kreatif tanggal 8-9 November 2012. Kemudian pada tanggal 21 November 2012 dilanjutkan dengan workshop pengisian dosier dengan permulaan ini dapat menjadi batu loncatan untuk membangun kota Solo secara lebih kreatif, sesuai pola kebijakan pemerintah kota yang telah ada. SCCN dibentuk oleh komunitas kreatif Solo creative city yaitu pelaku di bidangnya maupun insan-insan yang peduli atau memilki atensi dengan keprofesian di bidang kreatif. SCCN yang bersifat network / jaringan yang merupakan gabungan dan juga menghubungkan lintas komunitas, pemerintah yaitu Badan Ekonomi Kreatif (BEK) dan Badan Pembangunan Daerah (Bappeda), dinas pariwisata, swasta yaitu Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), akademisi, dan media (empat unsur yang membentuk quadro-helix). Pada

Transcript of BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang...

Page 1: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

1

BAB III

IDENTIFIKASI DATA

A. Data Objek Perancangan

1. Sejarah Solo Creative City Network

Solo Creative City Network atau SCCN adalah program yang dibentuk oleh

tim dosier penggagas kota kreatif untuk Solo untuk mendapat inisiasi dari

UNESCO menjadi salah satu dari sekian banyak kota kreatif di dunia yang sudah

resmi dinobatkan.

Dimulai dengan pengajuan konsep SCCN pada sosialisasi oleh Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Direktorat Pengembangan Zona Kreatif

tanggal 8-9 November 2012. Kemudian pada tanggal 21 November 2012

dilanjutkan dengan workshop pengisian dosier dengan permulaan ini dapat

menjadi batu loncatan untuk membangun kota Solo secara lebih kreatif, sesuai

pola kebijakan pemerintah kota yang telah ada.

SCCN dibentuk oleh komunitas kreatif Solo creative city yaitu pelaku di

bidangnya maupun insan-insan yang peduli atau memilki atensi dengan

keprofesian di bidang kreatif. SCCN yang bersifat network / jaringan yang

merupakan gabungan dan juga menghubungkan lintas komunitas, pemerintah

yaitu Badan Ekonomi Kreatif (BEK) dan Badan Pembangunan Daerah (Bappeda),

dinas pariwisata, swasta yaitu Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN),

akademisi, dan media (empat unsur yang membentuk quadro-helix). Pada

Page 2: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

2

perkembangannya hingga sekarang memiliki 16 sub sektor sesuai dengan

cakupan aspek pengembangan dengan kepengurusan yang berdiri sendiri /

terpisah seuai bidangnya.

Program SCCN secara makro melakukan pendampingan / advokasi

pengembangan ekonomi kreatif melaui pemerintah kota (BAPPEDA), melakukan

pemetaan potensi kreatif kota, menyusun blue print pengembangan ekonomi

kreatif kota, menyusun RAD yang berisi rekomendasi teknis yang merupakan

bagian dari materi walikota dalam menyusun menerapkan kebijakan

pembangunan yang mencakup lintas SKPD. Sehingga program kerja atau grand

strategy SCCN. melakukan perencanaan yang secara tidak langsung memotret

dan mengolah bersama pemerintah lalu membuat kebijakan yang bisa diterapkan

oleh pemerintah. Sedangkan program yang langsung ke masyarakat yang telah

dilakukan contohnya konferensi tentang kota kreatif Indonesia Creative City

Conference (ICCC) dan Solopolah.

SCCN diposisikan untuk mewakili kota solo khususnya komunitas dalam

forum kreatif yang bersifat nasional maupun internasional. Sementara sasaran

untuk program ini adalah masyarakat kota Solo dengan fungsi ikut memdinamisir

pergerakan kreatif di kota solo dengan melibatkan unsur quadro-helix serta

menjalin kerjasama melalui Memorandum of Understanding (MoU).

Dengan adanya program ini diharapkan masyarakat khususnya di kota Solo

memiliki mindset kreatif atau menjadikan kreatif sebagai alat untuk

meningkatkan daya saing dan value. (Sumber : wawancara dengan Irfan Soetikno

Kasubbid SCCN)

Page 3: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

3

2. Struktur Organisasi Solo Creative City Network

Gambar 7. bagan konsep struktur organisasi SCCN

Sumber : dokumen dosier SCCN

Gambar 8. bagan Board of executive SCCN

Sumber : dokumen dosier SCCN

Page 4: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

4

3. Promosi yang pernah dilakukan

Solo Creative City Network telah menyelenggarakan konferensi tingkat

internasional yaitu Indonesia Creative City Conference (ICCC) yang

diprogramkan untuk mengkaji sekaligus memperkenalkan kepada masyarakat

Solo sebagai kota kreatif.

Untuk identitas visual, SCCN menggunakan logo yang pernah dibuat seperti

pada gambar di bawah. Logo ini dirancang oleh board of executive dan telah

banyak digunakan pada acara yang didukung maupun yang diikuti oleh SCCN.

Gambar 9. Logo Solo Creative City Network

Sejatinya karena SCCN berdiri sebagai wadah komunitas yang

menjembatani antara quadro-helix dan bukan merupakan badan korporasi /

instansi, maka belum ada material promosi yang khusus dibuat untuk

memperkenalkan mengenai SCCN sendiri ke masyarakat. Bentuk media

pendukung promosi yang pernah ada dibuat dalam rangka mempromosikan acara

atau program langsung ke masyarakat seperti ICCC karena program SCCN tidak

bertujuan untuk diperkenalkan secara esensial kepada masyarakat umum.

Page 5: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

5

Gambar 10. Baliho acara ICCC sebagai salah satu bentuk promosi program

SCCN

Sumber : dokumentasi ICCC 2015 di Surakarta

4. Pelaku Kreatif yang Tergabung dalam Solo Creative City Network

Solo Creative City Network yang secara khusus dibentuk untuk menyatukan

berbagai unit di wilayah kantong kesenian baik itu dari instansi pemerintah

maupun swasta, komersil maupun non-komersil memiliki pembagian sebagai

berikut: pemerintah lewat BEK (Badan Ekonomi Kreatif) di Dinas Pariwisata

Page 6: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

6

Kota Surakarta dan Bappeda Solo, swasta yang meliputi KADIN dan Himpunan

Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Komunitas (Red Batik Solo, Asosiasi

Desainer Grafis Indonesia Regional Solo (ADGI Solo), Rempah Rumah Karya,

Paadepokan Lemah Putih, dll), Seni Pertunjukan (SBC, Solo Kampung Art,

Festival Dolanan Bocah, Festival Jenang Solo, Solo International Performing Art,

Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music,

dsb), dan UKM / craft (Mataya Arts & Heritage, Industri Gamelan Wirun,

Kampung Batik Laweyan, Jenang Laweyan, Kampung Batik Kauman, Seni

Liping Jopa Japu, dll).

Pada dasarnya karena SCCN dibangun dan merupakan wadah yang

memfasilitasi ataupun menjadi jembatan penghubung antara pelaku industri

kreatif secara kolektif dengan masyarakat, maka tugas SCCN terbatas sebagai

konektor dan membuat jaringan antar pelaku industri kreatif baik itu di komunitas,

UMKM maupun seni pertunjukan. Hal ini membuat SCCN dapat mendukung

semua pergerakan kreatif di kota Solo, sehingga tidak ada pendataan yang

spesifik untuk kolektif pelaku kreatif yang tergabung di dalamnya dikarenakan

tidak terhitung jumlahnya dan kemungkinan akan terus bertambah seiring

berjalannya program SCCN.

Page 7: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

7

B. Target Market & Target Audience

Segmentasi pembagiannya :

a. Geografi : Solo dan sekitar

b. Demografi

1) usia : 17-60 tahun

2) jenis kelamin : laki-laki dan perempuan

3) agama : semua agama

4) sosial ekonomi : semua lapisan masyarakat

c. Psikografi : semua orang yang mengunjungi tempat wisata, dan

pengguna fasilitas umum di kota Solo

d. Segmentasi Perilaku (behavior segmentations) : pengunjung atau

pengamat event yang berkaitan dengan industri kreatif di Solo, praktisi

industri kreatif, pelaku bisnis / pengusaha / investor / stakeholder yang

berminat terhadap khususnya UKM industri kreatif, masyarakat

Indonesia maupun asing yang berminat terhadap perkembangan industri

kreatif di Solo lewat SCCN.

Berdasarkan status maupun tingkat penggunaan : baik bagi awam yang

belum mengenal SCCN maupun yang sudah tahu atau pernah mengenal

program ini.

Page 8: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

8

C. Instansi / Lembaga Terkait

Sebagai salah satu bentuk promosi kepariwisataan Solo khususnya di bidang

ekonomi kreatif, SCCN didukung penuh oleh instansi dan dinas pemerintah kota

Surakarta. Berbagai instansi mulai dari HIPMI dan komunitas atau lebih tepatnya

kelompok penggiat acara-acara SCCN yang terhimpun dari berbagai komunitas

dan UKM kota Solo dalam SoloPolah.

Baik Pemkot Surakarta lewat Badan Ekonomi Kreatif (BEK) maupun

SoloPolah mendukung dan membantu kegiatan SCCN, hal ini sudah dibuktikan

dengan program acara yang pernah diselenggarakan oleh SCCN yaitu ICCC di

Kota Solo pada 23-25 Oktober 2015 lalu yang merupakan salah satu acara

terpenting bagi SCCN. SoloPolah ikut menyukseskan acara ini dengan mengurus

penyelenggaraan acara dari awal hingga akhir. Melihat dari bentuk dukungan

lewat salah satu acara SCCN ini maka penulis mengambil BEK dan SoloPolah

sebagai sponsor untuk perancangan bentuk promosi SCCN ini sehingga

diharapkan ke depannya perancangan promosi mengenai SCCN dapat

direalisasikan.

D. Komparasi

Kota kreatif yang telah atau sedang menggarap program yang serupa dengan

SCCN ataupun yang sudah melakukan city branding dengan baik contohnya:

Bandung, dan Yogyakarta. Ini dapat dijadikan kompetitor / pembanding bagi

Page 9: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

9

SCCN dalam penyusunan identitas visual dan bentuk promosi berkaitan dengan

penelitian ini.

1. Studi Kasus Kota Bandung sebagai salah satu kota kreatif

a. Kota Bandung yang telah diresmikan oleh UNESCO sebagai kota kreatif

Kota Bandung disebut juga dengan Paris van Java perkembangan industri

kreatif juga mencakup industri kuliner, tempat hiburan, serta kerajinan tangan.

Contohnya ekonomi kreatif yang sangat berkembang di Bandung adalah factory

outlet (FO).

Bandung adalah salah satu kota yang cukup kondusif untuk

mengembangkan industri kreatif. Masyarakat kota Bandung yang toleran

terhadap ide-ide baru dan menghargai kebebasan individu menjadi modal

utama Bandung dalam pengembangan industri kreatif. Selain itu kota Bandung

merupakan tempat yang sangat potensial untuk mensinergikan dan

mengkolaborasikan perguruan tinggi, pelaku bisnis, masyarakat, pemerintah dan

media dalam rangka menciptakan kultur ekonomi kreatif. Sejauh ini, subsektor

industri kreatif yang dapat dijadikan unggulan kota Bandung diantaranya yaitu

musik, fashion, seni, desain, arsitektur, IT dan makanan (kuliner).

b. Perkembangan aspek kreatif melalui forum dan komunitas

Masyarakat Bandung khususnya pelaku industri kreatif maupun komunitas

yang sadar akan pariwisata kreatif didukung oleh pemerintah membangun

menjadi kota yang sadar akan estetika juga kenyamanan kota. Beberapa upaya

Page 10: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

10

yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung dalam pengembangan Industri Kreatif

antara lain :

- Memfasilitasi pertemuan dengan komunitas kreatif, antara lain Bandung

Creative City Forum (BCCF), Common Room maupun stakeholder lainnya.

- Memfasilitasi terselenggaranya Helar Fest yang merupakan salah satu

program yang dikembangkan oleh BCCF sebagai bagian dari strategi jangka

panjang pengembangan platform ekonomi kreatif yang berkelanjutan di kota

Bandung.

(Sumber: Persentasi Pemda Bandung dalam PPKI 2009)

Komunitas aktif terkait industri kreatif di Bandung antara lain; Bandung

Creative City Forum; Simpul Space; Common Room Network Foundation;

LINKART (Forum Apresiasi Budaya), dan DEATHROCKSTAR.

c. Bentuk Promosi Kota Kreatif di Bandung

Pada implementasinya Bandung sudah melakukan promosi di bidang kota

kreatif seperti: adanya forum yang mewadahi/mengelola kota kreatif yaitu BCCF;

promosi kepariwisataan lewat gelaran festival tahunan/musiman-art

performance-dll (contoh. Helar Fest, Festival Kuliner Taman Ganesha, dll);

berbagai studi maupun seminar/workshop/event yang diselenggarakan khusus

bidang kreatif. Bandung sama halnya dengan Solo mendapat pengakuan kota

kreatif di bidang desain, merespon dari predikat itu aktivis maupun pelaku

industri kreatif di kota ini melakukan berbagai bentuk promosi dan pembentukan

citra Bandung sebagai kota kreatif.

Page 11: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

11

1) (dot) bdg

Diakomodasi oleh Bandung Creative City Forum (BCCF) jenis subsektor

industri kreatif setuju untuk memproduksi sebuah identitas, yang mampu

menyatukan pemangku kepentingan kreatif Bandung menjadi kota kreatif.

Identitas visual dinyatakan dalam karakter huruf-tipografi (dot) .bdg. Bingkai

tipografi ini bisa diisi dengan pola atau warna, tergantung pada karakteristik

masing-masing pelaku ekonomi kreatif. Tipografi ini sangat mudah diingat dan

menarik. Komunitas kreatif dan stakeholder mendukung visi 'Bandung Emerging

Creative City' dengan menggabungkan kegiatan mereka dengan (dot)

identitas .bdg, seperti helarfest.bdg, tourism.bdg, invest.bdg dan sebagainya.

Identitas yang unik ini menjadi merek yang menyatukan kota, untuk sebuah ide

milik rakyat dan diproduksi secara kolektif di tempat yang mendefinisikan

Bandung. (dot) bdg ini menjadi simbol kota Bandung yang placement-nya sudah

dapat kita temukan di beberapa sudut kota.

Gambar 11. desain identitas (dot) bdg dan media placement-nya

Page 12: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

12

2) Friendly Bandung

Friendly Bandung dibuat pada tahun 2014 oleh seorang kurator DGi Andi

Rahmat dan Tim dari Nusae Studio yang ditujukan kepada Pemerintah Kota

Bandung.

Gambar 12. desain identitas friendly Bandung

2. Studi Kasus Kota Yogyakarta sebagai salah satu kota kreatif

Selain Bandung penulis mengambil data komparasi dari kota Yogyakarta.

Yogyakarta termasuk salah satu kota kreatif di bidang Craft and Folk Art yang

diajukan oleh Kemenparekraf. Kota Yogyakarta cocok untuk dijadikan contoh

pembanding terkait pengembangannya di bidang kota kreatif karena sudah pernah

melakukan rebranding.

a. Kota Yogyakarta sebagai kota kreatif

Setelah dipersiapkan sejak tahun 2012, Yogyakarta akhirnya resmi

Page 13: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

13

diusulkan sebagai kandidat Kota Kreatif UNESCO. Pengajuan yang dilakukan

oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bertujuan agar Yogyakarta

mendapat pengakuan internasional secara lebih luas sebagai kota yang memiliki

keunggulan dalam bidang seni, budaya dan industri kreatif.

b. Bentuk Promosi di Yogyakarta

Pemerintah daerah DIY mengganti branding ”Jogja Never Ending Asia”

yang dipakai sejak tahun 2001. Rebranding dilakukan untuk menyesuaikan

dengan keadaan masa kini. Dengan brand Jogja Istimewa diharapkan dapat

menonjolkan ciri khas Yogyakarta dengan karakter keistimewaannya. Proses

rebranding awalnya dilakukan bersama perusahaan pemasaran Markplus Inc.

yang dipimpin Hermawan Kartajaya. Namun, logo yang dihasilkan dikritik

banyak pihak sehingga dibentuklah Tim11 yang menggantikan untuk melakukan

rework.

Proses kurasi dan rework mewakili berbagai elemen masyarakat yang

kompeten. Logo Jogja yang baru ini menggunakan huruf kecil yang

melambangkan egaliterisme, kesederajatan, dan persaudaraan. Warna merah bata

yang dominan sebagai warna yang melambangkan keraton dan spirit keberanian

dan untuk menandai warna zaman baru yang berbekal pada akar budaya masa

lalu. Merah mencerminkan keberanian, ketegasan, kebulatan tekad. Akar budaya

ini diperkaya dengan kearifan lokal yang murni. Logo ini menggunakan jenis font

original yang didesain berdasarkan aksara Jawa. Kemudian, dikemas ulang dalam

font modern, simpel, dan dinamis.

Page 14: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

14

Tagline “Istimewa” menggantikan Jogja Never Ending Asia, mencerminkan

keistimewaan Jogja yang progresif, integritas, dan memiliki diferensiasi yang

kuat dibanding daerah lain.

Page 15: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

15

Gambar 13. Rebranding Jogja Istimewa

E. Analisis SWOT

Dalam penyusunan suatu rencana yang baik, perlu diketahui daya dan

dana yang dimiliki pada saat akan memulai suatu kegiatan, mengetahui

segala unsur kekuatan yang dimiliki, maupun segala kelemahan yang ada. Data

yang terkumpul mengenai faktor-faktor internal tersebut merupakan potensi di

dalam melaksanakan kegiatan yang direncanakan. Di lain pihak perlu

diperhatikan faktor-faktor eksternal yang akan dihadapi yaitu peluang-peluang

atau kesempatan yang ada, hal yang perlu diperhatikan akan timbul, ancaman

atau hambatan yang diperkirakan akan muncul yang akan mempengaruhi usaha

yang dilakukan.

Page 16: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

16

Setelah melihat sekilas data-data yang ada dari komparasi, penulis bisa

membuat analisis tentang Strength, Weakness, Opprtunity dan Threat (SWOT).

SWOT adalah salah satu cara untuk menganalisis potensi suatu produk dan

membandingkannya dengan kompetitor atau pembanding. Setiap suatu produk

atau acara pasti memiliki kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang

(opportunity), dan ancaman (threat) masing-masing dan kesemuanya itu dapat

dikumpulkan dan dianalisa sehingga kualitas penyampaian suatu acara dapat

ditingkatkan, kelemahan dapat diredam, kesempatan dapat dikembangkan

dan setiap ancaman dapat diminalisir.

Analisis SWOT dapat dibuat dengan menggunakan tabel. Dari tabel tersebut

kita dapat membandingkan secara langsung masing-masing SWOT dari kedua

perencanaan tersebut. Berikut ini adalah tabel analisis SWOT perancangan

promosi SCCN dengan Kota Kreatif Bandung dan Yogyakarta :

Page 17: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

17

Pembanding Yang Dibahas (SCCN) Pembanding I (Bandung) Pembanding II (Yogyakarta)

Strength

Solo yang memiliki kekuatan pada local

culture, heritage dan industri kreatif

yang jika diolah secara optimal lewat

visual branding-nya dapat menyaingi

kota kreatif skala internasional

BCC sudah memiliki lebih dari satu

brand dan contoh aplikasinya

sudah memiliki brand dan contoh

aplikasinya

Weakness

• hanya pernah sekali melakukan

city branding yaitu Solo Spirit of

Java

• untuk Solo Creative City sendiri

belum ada standar visual untuk

identitas visualnya

• belum terlalu gencar

promosinya

• rancu antara dua desain (belum

ditentukan mana yang bisa

dipakai seterusnya)

penempatannya baru di beberapa

titik meskipun sudah

menemukan media placement

yang tepat

Page 18: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

18

Opportunity

• berpeluang menumbuhkan

minat untuk mempromosikan

SCCN melalui media lain

(dapat berupa video, buku,

atau mungkin aplikasi untuk

smartphone)

• identitas visual dapat

digunakan sebagai ikon kota

yang baru maupun pada acara

atau kegiatan dalam

komunitas / forum maupun

event budaya

dengan dibuatnya identitas visual

oleh designaction dan O2 indonesia

untuk kota Bandung Emerging

Creative City bermunculan ide lain

perancangan identitas yang unik

(misal Friendly Bandung)

investor maupun lembaga profit

ataupun non profit menyertakan

logo atau menggunakan identitas

visual jogja dalam kampanye /

promosi produknya (terbukti

dengan bertebarannya

penggunaan logo jogja istimewa

pada benchmark, baliho, banner

di kota)

Page 19: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

19

Threats

Kurangnya aktivitas di forum kota

kreatif dan promosi agenda kegiatannya

juga berpengaruh terhadap promosi

identitas SCCN akan menjadi tidak

efektif

terlalu banyak identitas visual akan

menjadi rancu sehingga

penggunaannya akan menyulitkan

rebranding kota yang awalnya

sempat mengundang kontroversi

tidak begitu berpengaruh, namun

jika tidak ada sosialisasi maupun

promosi yang tepat rebranding

akan percuma, kecenderungan

bagi orang yang menggunakan

logo identitas yang lama tidak

bisa dihindari.

Tabel 1. Analisis SWOT perancangan promosi SCCN

Page 20: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

20

F. Positioning

Suatu brand atau merk dapat dikatakan baik jika telah memilki citra atau image

yang dikenal oleh orang lain. Solo sebenarnya sudah pernah melakukan city

branding, namun untuk kasus Solo Creative City Network perancangannya masih

prematur sehingga belum terlihat jelas penggunaannya dalam bentuk material

promosi yang akan diketahui oleh masyarakat luas. Maka media informasi

perancangan identitas visual untuk SCCN harus didukung dengan adanya pengenalan

(awareness).

Positioning adalah strategi usaha menciptakan diferensiasi yang unik dalam

benak audiens (sasaran) sehingga terbentuk citra atau imej merk (produk) yang lebih

unggul (Hasan:2008 : 204)

Memposisikan identitas visual langkah ini perlu dilakukan sebagai usaha awal

dalam mempromosikan SCCN, karena tanpa adanya standar visual yang jelas akan

menjadi rancu dalam penggunaan identitas SCCN. Selain itu perancangan identitas

visual dan bentuk media promosi SCCN akan membantu memposisikan image kota

kreatif bagi masyarakat dan promosi serta marketing yang berkaitan tentang Solo

kota kreatif menjadi lebih tepat sasaran.

Page 21: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

21

G. Unique Selling Preposition (USP)

Unique Selling Preposition (USP), berorientasi pada keunggulan atau kelebihan

produk yang tidak dimiliki oleh produk saingannya. Kelebihan tersebut juga

merupakan sesuatu yang dicari atau dijadikan alasan konsumen menggunakan

produk tersebut (M. Suyanto, 2004:116)

Untuk bisa menjual produk supaya dapat diterima baik di pasaran selain dengan

melakukan positioning yang tepat adalah dengan menggunakan USP atau

keunggulan dari produk tersebut. USP bisa merupakan sesuatu yang sebenarnya

dimiliki oleh semua produk sejenis namun tidak diolah dan diekspos dengan baik.

Promosi Kota Solo sebagai kota kreatif dapat dilakukan dengan belajar dari

pengalaman kota Bandung maupun Yogyakarta yang menerapkan rebranding.

Namun ketiga kota yang sama-sama berada di Pulau Jawa ini tentunya memilki

khazanah budaya, sejarah, dan kearifan lokal yang sangat berbeda sehingga masing-

masing kota dapat menempatkan keunggulan karena memiliki keunikan tersendiri.

Mengkaji ulang dan menentukan branding terhadap identitas visual kota Solo

terkait kota kreatif akan membantu SCCN di masa yang akan datang. Solo dapat

bersaing lewat keunggulannya jika dipromosikan dengan baik. Oleh karena itu

dibuatlah perancangan identitas visual yang sesuai dengan tujuan SCCN untuk

diaplikasikan. Selain itu melalui perancangan ini dapat dimanfaatkan untuk menarik

Page 22: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1 ... · Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / (Mataya Arts & Heritage,

22

investor berinvestasi dan memudahkan masyarakat untuk mengenal identitas visual

Solo Creative City.