BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM...

32
43 BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM IBRAHIM DAN MEDIA DAKWAHNYA 3.1 Mengenal Syekh Maulana Makdum Ibrahim Sunan Bonang atau Raden Makdum Ibrahim adalah putra Sunan Ampel. Ia adalah cucu Maulana Malik Ibrahim. 1 Raden Ali Rahmat alias Sunan Ampel diambil menantu oleh Prabu Brawijaya di nikahkan dengan putrinya bernama Condrowulan atau Condrowati atau sering disebut dengan panggilan Nyai Ageng Manila. 2 Dari perkawinann Sunan Ampel dengan Dyah Siti Manila Binti Arya Teja, lahirlah tiga orang putra, seorang laki-laki yaitu Sunan Bonang dan dua orang putri yaitu Nyigede Malaka dan Nyi Geding Pancuran. 3 Tak ada catatan mengenai tanggal kelahiran Raden Makdum. Menurut perhitungan Schrieke, kelahirannya tidak bisa lebih awal di tahun 1465 M. Selanjutnya di tetapkan bahwa kelahiran beliau memang tidak bisa lebih awal dari tahun tersebut. Karena akan menimbulkan pertanyaan terutama bila memang benar bahwa Makdum Ibrahim adalah Sunan Bonang. Tidak mungkin ia sudah dapat berguru kepada Sunan Ampel, yang menurut Dr. Hoesen telah wafat pada tahun 1467 M. Seperti diketahui melalui tahun kelahirannya, pada waktu Sunan Ampel wafat Sunan Bonang baru berusia 2 tahun, lagi pula, beliau mula-mula menginjakkan kaki untuk kemudian 1 . Drs.H.Ridin Sofyan,Drs.H. Wasit,Drs.H.Mundiri, Islamisasi Di Jawa, Pustaka Pelajar, Yogya, 2000, hlm.73 2 .Baidlowi Syamsuri, Kisah Walisongo, Apollo, Surabaya,1995,hlm.76 3 .Widji Saksono, MengIslamkan Tanah Jawa, Mizan, Bandung,1995,hlm.29

Transcript of BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM...

Page 1: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

43

BAB III

HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM IBRAHIM

DAN MEDIA DAKWAHNYA

3.1 Mengenal Syekh Maulana Makdum Ibrahim

Sunan Bonang atau Raden Makdum Ibrahim adalah putra Sunan

Ampel. Ia adalah cucu Maulana Malik Ibrahim.1 Raden Ali Rahmat alias

Sunan Ampel diambil menantu oleh Prabu Brawijaya di nikahkan dengan

putrinya bernama Condrowulan atau Condrowati atau sering disebut dengan

panggilan Nyai Ageng Manila.2 Dari perkawinann Sunan Ampel dengan Dyah

Siti Manila Binti Arya Teja, lahirlah tiga orang putra, seorang laki-laki yaitu

Sunan Bonang dan dua orang putri yaitu Nyigede Malaka dan Nyi Geding

Pancuran.3

Tak ada catatan mengenai tanggal kelahiran Raden Makdum. Menurut

perhitungan Schrieke, kelahirannya tidak bisa lebih awal di tahun 1465 M.

Selanjutnya di tetapkan bahwa kelahiran beliau memang tidak bisa lebih awal

dari tahun tersebut. Karena akan menimbulkan pertanyaan terutama bila

memang benar bahwa Makdum Ibrahim adalah Sunan Bonang. Tidak

mungkin ia sudah dapat berguru kepada Sunan Ampel, yang menurut Dr.

Hoesen telah wafat pada tahun 1467 M. Seperti diketahui melalui tahun

kelahirannya, pada waktu Sunan Ampel wafat Sunan Bonang baru berusia 2

tahun, lagi pula, beliau mula-mula menginjakkan kaki untuk kemudian

1 . Drs.H.Ridin Sofyan,Drs.H. Wasit,Drs.H.Mundiri, Islamisasi Di Jawa, Pustaka Pelajar,

Yogya, 2000, hlm.73 2 .Baidlowi Syamsuri, Kisah Walisongo, Apollo, Surabaya,1995,hlm.76 3 .Widji Saksono, MengIslamkan Tanah Jawa, Mizan, Bandung,1995,hlm.29

Page 2: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

44

menetap dan menjadi imam bagi masyarakat Tuban tidak lebih awal dari

tahun antara 1475-1500 M. Apa lagi kita memperhatikan berita babad-babad,

beliau masih hidup beberapa lama sejak kejatuhan majapahit pada 1478 M.

oleh karena itu, dapat ditentukan bahwa Sunan Bonang wafat sekitar tahun

1525 M.4

Agar lebih jelas dapat kita lihat dalam skema silsilah dibawah ini :5

Skema 1

Arya Panenggungan

Arya Baribin Ki Ageng Tarub Arya Teja

R. Jakandar+Nawangsasi Nawangarum+Wilatikta

S. Kalijaga+adik S.Gng.Jati

S. Muria +adik S. Kudus

Maduretno+sepupu S.Ampel

S.Ampel+Candrawati

S.Ngudung+adik S.Kalijaga Hirah+S.Bonang

S.Gng.Jati+adik Hirah

Sufiyah + Sunan Drajat

S.Kudus+Ruhil

`

4 .Ibid, hlm, 29-30 5 . Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta, 2004, hlm.20-21

Page 3: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

45

Skema 2

Maulana Jumadil Kubro

Maulana Ishaq Maulana Malik Ibrahim

S.Kalijaga+Sarah S.G.Jati S.Ampel R.Pandita

S.Giri+Murtasiyah S.Drajat

S. Bonang Syariah + Usman

S.Ngudung

Ruhil + S.Kudus

S.Muria + Sujinah

Sunan Bonang merupakan wali berdarah bangsawan walaupun nenek

moyang Sunan Bonang berasal dari timur tengah tetapi ibunya keluarga

bangsawan Jawa dan beliau lahir di Jawa, sehingga Sunan Bonang sudah

dianggap sebagai orang Jawa.

Semasa kecil, Sunan Bonang digembleng langsung oleh ayahnya,

Sunan Ampel dengan disiplin ketat. Sunan Ampel kemudian mengirim Sunan

Bonang kenegeri Pasai. Disana Sunan Bonang menuntut ilmu kepada Syekh

Awalul Islam , ayah kandung Raden Paku alias Sunan Giri. Bersama Raden

Paku, ia juga belajar kepada sejumlah ulama besar yang menetap dan

mengajar di Pasai, diantaranya adalah ulama ahli tasawuf dari Bagdad, Mesir

Page 4: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

46

dan Iran. Setelah satu tahun belajar di Pasai mereka berdua (Syekh Makdum

dan Raden Paku) di suruh kembali ke Jawa tidak jadi ke Makkah dengan

alasan tenaganya sedang dibutuhkan untuk gerakan penyebaran Islam di Jawa.

Mereka di hadiahi pusaka, pakaian dan benda keramat yang patut bagi

perlengkapan seorang pendeta, sembari di beri gelar Prabu Satmata untuk

Raden Paku dan Anyokrowati untuk Makdum Ibrahim. Sampai di Jawa Raden

Paku mendirikan pesantren di Giri (Gresik) dan Makdum Ibrahim di Bonang

Tuban.6

Ada sumber lain yang mengatakan bahwa dari Pasai Raden Makdum

Ibrahim meneruskan perjalanan ke Makkah dan setelah menunaikan ibadah

haji tinggal disana untuk menambah ilmu agama Islam selama beberapa bulan.

Nampaknya berita ini benar, karena dalam tulisan Gunning dan Dr. Schrieke

disebutkan bahwa Sunan Bonang menguasai bahasa arab dengan baik, malah

ada kesan bahwa dibeberapa publikasinya, Sunan Bonang seolah-olah ingin

mendemonstrasikan bahwa dirinya memang menguasi betul bahasa arab.7

Setelah berjuang menyebarluaskan agama Islam tanpa kenal lelah

akhirnya Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 Masehi di pulau Bawean dan

dimakamkan di Tuban. Makam Sunan Bonang berada di belakang Masjid

Agung Tuban, terletak dipusat kota Tuban yang ditandai dengan tugu nol

6 . Aries Kelana, Sitombo Ati Dari Tuban, Gatra No.05-06, Kamis, 13 Desember 2001, edisi

khusus lebaran. http.//www.gatra.com/artikel.php?-23&10=23513 7 .MB.Rahimsah, Legenda dan Sejarah Lengkap Walisongo, Amanah, Surabaya, 2002, hlm,

69

Page 5: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

47

kilometer untuk kota Tuban. Tepatnya terletak di Dukuh Kauman, Kelurahan

Kutorejo Kecamatan Kota Tuban.8

3.2. Kondisi Masyarakat Masa Syekh Maulana Makdum Ibrahim

Syekh Maulana Makdum Ibrahim setelah belajar di pesantren Ampel

Denta dan Pasai, kemudian beliau di tugaskan untuk berdakwah di daerah

Tuban. Mengingat keadaan geografisnya memberi kesan bahwa mata

pencaharian orang Tuban adalah bertani, berternak dan menangkap ikan di

laut. Hasilnya adalah beras, ternak, dendeng, ikan kering dan ikan asin yang

dapat di jual, baik di daerah pedalaman maupun kepada kapal-kapal dagang

yang berlabuh untuk menambah persediaan makanannya. Orang Tuban yang

asal mulanya mungkin nelayan, juga melakukan pembajakan dengan perahu-

perahu kecil kepada kapal dagang yang muatannya berharga (rempah-

rempah) yang sejak dahulu mengarungi laut Jawa dari dan ke kota-kota

dagang besar, seperti Gresik dan Surabaya, dijadikan sasaran mereka.9

Tuban juga merupakan jalan yang mudah ditempuh dengan

kendaraan menuju selatan, lewat pegunungan pantai terus ke Babad. Dan

Tuban merupakan pintu gerbang bagi daerah hulu sungai-sungai besar di

Jawa Timur, seperti Bengawan Solo dan Brantas. Yang pasti kedua sungai

besar ini yang menghubungkan timur, barat dan selatan, benar-benar sangat

penting dalam sejarah politik dan peradaban di Jawa Timur.10

8 . Sunan Bonang Internet.H.J.Degraaf & Pigeaud, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa,

Grafiti, Jakarta, 2003,hlm.148 9 . H.J.Degraaf & Pigeaud, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa, Grafiti, Jakarta,

2003,hlm.148Ibid,hlm,149 10 . Ibid,hlm,149

Page 6: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

48

Tuban memiliki pelabuhan yang penting, meskipun kapal dagang

yang agak besar terpaksa membuang sauh di laut yang cukup jauh dari kota.

Para dagang muslim yang tersebar di pantai utara menjadikan Bandar-

bandar di pesisir utara Jawa sebagai kawasan yang makmur. Bandar-bandar

sepanjang pantai utara Jawa itu mula-mula merupakan pangkalan-

pangkalan, di situ pelaut-pelaut tersebut membeli bekal dan air untuk

perjalanan yang berminggu dan berbulan-bulan dengan perahu layar.11

Sebagai kota pelabuhan, Tuban berpotensi menciptakan kontak sosial

dengan daerah lain maupun bangsa asing dan hal ini tentunya menyediakan

ruang sosial untuk perubahan dan pembaharuan.

Di Jawa penyebaran agama Islam di hadapkan kepada dua jenis

lingkungan budaya kejawen yaitu lingkungan budaya istana (Majapahit)

yang telah menyerap unsur-unsur Hinduisme dan Budaya pedesaan (wong

cilik) yang masih hidup dalam bayang-bayang Animisme-Dinamisme, dan

hanya lapisan luarnya saja yang terpengaruh oleh Hinduisme. Dari

perjalanan sejarah proses Islamisasi di Jawa, tampak bahwa Islam sulit di

terima di lingkungan istana. Karena itu, para penyebar agama Islam

kemudian lebih menekankan kegiatan dakwahnya di lingkungan masyarakat

pedesaan, khususnya di daerah pesisir pulau Jawa. Ternyata di daerah-

daerah pesisir ini Islam di terima dengan penuh kegairahan oleh

masyarakat.12

11 . Drs.H.Ridin Sofyan,et.alls , Op Cit, hlm 235. 12 . Prof. Dr. Simuh, Islam Dan Pergumulan Budaya Jawa, Teraju, Jakarta, 2003, hlm, 66

Page 7: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

49

Di Tuban Islam diperkirakan masuk ke wilayah ini semenjak abad ke

15 atau tepatnya paruh kedua abad ke 15 M. Dan pada masa itu Bupati Aria

Dikara (1421 M) telah masuk Islam. Demikian pula bupati Aria Teja (1460

M) telah memeluk Islam. Aria Teja oleh Syaikh Abdurrahman adalah garis

menantu dari cibat bupati Ronggolawe, bupati Tuban yang terbunuh di masa

pemerintahan Jayanegara. Syaikh Abdurrahman atau Aria Teja adalah suami

dari Raden Ayu Aria Teja Puteri Bupati Tuban, Raden Aria Dikara (Bupati

ke-6) jadi pada masa akhir pemerintahan kerajaan Majapahit telah ada bupati

Tuban yang memeluk agama Islam.13

Pada masa Sunan Bonang Tuban dan sekitarnya masih berada di

bawah kekuasaan kerajaan Majapahit, yang sebagian besar dan resmi

beragama Hindu. Kebetulan para penganut Hindu ketika itu sangat akrab

dengan musik gamelan. Perkembangan musik di Indonesia sarat dengan

aktivitas keagamaan. Oleh karena musik di anggap sebagai salah satu

komponen penting dalam upacara keagamaan, dimainkan untuk mencapai

emosi keagamaan.14

Agama Hindhu, Budha dan kepercayaan lain telah berkembang lebih

dulu dibanding agama Islam. Agama Hindu dan Budha dipeluk oleh para

elite kerajaan sedangkan kepercayaan asli yang bertumpu pada Animisme di

peluk oleh kalangan awam. Kendati ketiganya berbeda, tetapi semuanya

bertumpu pada satu titik. Semua kental dengan nuansa mistis dan berusaha

13 . Dr. Nur Syaim, Islam Pesisir, LKIS, Yogyakarta, 2005, hlm, 102 14 . Pieter Eduard Johanes Ferdinandus, Alat Musik Jawa Kuno, Mahardhika, Yogya, 2001,

hlm.5

Page 8: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

50

mencari sangkan paraning dumadi serta mendambakan Manunggaling

kawula Gusti. Paham mistis heterodoks dan pantheistis, telah mendapat

tempat yang penting pada abad 15 dan abad 16 M.15 Maka pada masa ini

yang lebih berkembang adalah segi pemikiran dari filsafat tasawuf dengan

segala aspek negatifnya. Karena itu Islam yang ada di bumi Jawa pada

waktu itu adalah Islam yang berbau mistis.16

Pada abad 15 M pengaruh tasawuf pada masyarakat menengah

muslim sangat mendalam dalam bidang keagamaan, keilmuan dan sastra.

Tidak mengherankan bila tasawuf berkembang di kepulauan Nusantara.

Sebab sejak abad ke 12 M, peranan ulama tasawuf memang sangat dominan

di dunia Islam. Hal ini antara lain di sebabkan pengaruh pemikiran

keagamaan Madzab Ahli Sunnah Wal Jamaah menyusul penerimaan

tasawuf di kalangan masyarakat menengah.17

3.3. Sepak Terjang Dakwah Syekh Maulana Makdum Ibrahim

Syekh Maulana Makdum Ibrahim berdakwah di daerah Tuban, Pati,

Pulau Madura dan Pulau Bawean di utara pulau Jawa.18Pada abad 15 dan 16

beliau dikenal bukan hanya sebagai penyebar Islam saja, tetapi beliau

merupakan juru dakwah yang gigih dan produktif, beliau juga sebagai perintis

dan pelopor berbagai kegiatan kreatif seni dan kebudayaan. Banyak khazanah

budaya lokal berhasil ditransformasikan menjadi ekspresi baru, melalui cara-

15 .Dr.Purwadi M.Hum, Ilmu Makrifat Sunan Bonang, Sadasiva, Yogyakarta, 2004, hlm.65-

66 16 . Ibid,hlm.67 17 . Abdul Hadi W.M. Keberadaan Tasawuf Relevansinya di Nusantara, 18 . Prof.Dr.Hasanu Simon, Misteri Syekh siti Jenar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2005,

hlm,224

Page 9: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

51

cara yang halus, misalnya dengan mengubah wawasan estetiknya dan

memasukkan pandangan dunia (world view) serta ajaran Islam ke dalam

sistem nilai yang bertentangan dengan agama Islam.

Di bidang pendidikan Syekh Maulana Makdum Ibrahim mendirikan

pondok pesantren di daerah Bonang di Lasem yang sampai kini dikenal

dengan nama Watu Layar, yang digunakan untuk mendidik serta

menggembleng kader-kader Islam yang akan ikut menyiarkan agama Islam ke

seluruh tanah Jawa

Dalam melaksanakan dakwahnya Syekh Maulana Makdum Ibrahim

juga memasukkan pengaruh Islam ke dalam kalangan bangsawan dari keraton

Majapahit, serta mempergunakan Demak sebagai tempat berkumpul bagi para

murid-muridnya. Sunan Bonang perjuangannya diarahkan kepada

menanamkan pengaruh ke dalam. Siasat Sunan Bonang adalah memberikan

didikan Islam kepada Raden Fattah putera dari Brawijaya V dari kerajaan

Majapahit, dan menyediakan Demak sebagai tempat untuk mendirikan negara

Islam. Dan Sunan Bonang rupanya berhasil dengan cita-citanya untuk

mendirikan kerajaan Islam Demak. Dari sini Syekh Maulana Makdum Ibrahim

berharap agar supaya Demak dapat menjadi pusat agama Islam untuk selama-

lamanya.19

Syekh Maulana Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang sangat besar

peranannya dalam pendirian kerajaan Islam Demak. Beliau adalah pemimpin

tertinggi bala tentara Demak, mengatur segala strategi peperangan beliau yang

19 . www.Pesantren.Net./Sejarah?Wali-20001114003536-Bon.shtm/”Walisongo” – Sunan

Bonang.

Page 10: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

52

menentukan Sunan Ngudung sebagai panglima tentara Islam dan setelah

gugur dalam petempuran beliau yang mengangkat Sunan Kudus sebagai

penggantinya. Nasihat yang berharga diberikan pula kepada Sunan Kudus

tentang strategi perang menghadapi Majapahit.20

Sunan Bonang di pandang adil dalam membuat keputusan yang

memuaskan, melalui sidang-sidang pengadilan yang di pimpinnya. Ada tiga

persidangan besar yang dilaksanakan oleh para wali, yakni pengangkatan

Raden Fattah menjadi raja Demak yang pertama. Pendirian masjid Demak,

serta persidangan terhadap Siti Jenar. Ketiga peristiwa besar itu beliaulah yang

memimpinnya.21

Sunan Bonang juga menjadi pemimpin atau tetua diantara Walisongo

atau masyarakat muslim mendampingi Sunan Giri. Sunan Bonang

berkedudukan sebagai raja ilmu keagamaan. Dalam kedudukan tersebut Sunan

Bonang bergelar prabu Harya Krakusuma. Boleh jadi, kedudukan panatagama

sederajat dengan kedudukan mufti. Petunjuk untuk berkesimpulan kearah ini

ialah berita bahwa setelah pendirian masjid Demak selesai, maka Sunan

Bonanglah yang bertindak sebagai imam dan Sunan Kalijaga sebagai

muazin.22

Diantara wali yang prolifik dalam hal penulisan sastra bernapas Islam

Ialah Makdum Ibrahim. Beliau menulis puisi bercorak tasawuf yang lazim di

sebut suluk. Karya tulis yang dihasilkannya merupakan ajaran jalan

kerohanian menuju pemahaman mendalam terhadap keesaan Tuhan (tawhid).

20 . Drs.H.Ridin Sofyan,Drs.H.Wasit,Drs.H.Mundiri,Op.Cit.hlm.73 21. Ibid,hlm.74 22 . Widji Saksono.Op.Cit.hlm.100

Page 11: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

53

Pemahaman atau pengenalan yang mendalam terhadap keesaan itu disebut

ma’rifat.

Syekh Maulana Makdum Ibrahim ikut andil dalam perkembangan seni

tradisional Jawa yaitu wayang. Beliau juga menggunakan wayang dalam

aktifitas dakwahnya. Beberapa lakon carangan pewayangan yang bernafas

Islam juga di gubah oleh Sunan Bonang bersama Sunan Kalijaga di antaranya

Petruk jadi raja dan Layang Kalimasada.23 Sunan Bonang juga membuat detail

dan bagian seperti hutan dengan aneka margasatwa, juga membuat prampogan

yang melambangkan makhluk Tuhan.24 Wayang kanan dan kiri merupakan

lambang makhluk Tuhan kekuasaan makhluk Tuhan seperti halnya kekuasaan

dalang terhadap wayang. Untuk memahami hubungan antara Tuhan dengan

makhluknya, di perlukan alat berupa cermin. Dalam hal ini yang menjadi

cermin adalah Kresna.25

Syekh Maulana Makdum Ibrahim sebagai keturunan bangsawan sangat

pandai memainkan alat musik salah satunya adalah bonang. Dan hal itu di

jadikan alat dalam aktifitas dakwahnya dengan memukul beberapa bonang

dengan nada yang berbeda dan menyanyikan syair dan pantun masyarakat

sekeliling yang mendengarnya tertarik dan datanglah mereka ke masjid di

mana Syekh Maulana Makdum Ibrahim membunyikan alat musik bonang, di

depan masjid di buat kolam sehingga setiap pengunjung yang datang sudah

dengan sendirinya mereka membersihkan kakinya.26Tanpa sengaja merekapun

23 . Dr.Abdul Hadi.W.M,Op.Cit,Sunan Bonang dan Peranan Sufistiknya 24 . Widji Saksono, hlm.149 25 . Dr.Purwadi M.Hum.Op.Cit.151 26 . Drs.Purwadi.M.Hum.Jalan Cinta Syekh Siti Jenar,Diva Press, Yogyakarta,2004,hlm.174

Page 12: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

54

ikut-ikutan menirukan syair lagu yang berisi berbagai ajaran agama. Karena

kekuatan suaranya itu pula Sunan Bonang juga mendapat julukan lain; Sang

Mahamuni. Tembang itu berisi ajaran Islam sehingga tanpa sengaja mereka

telah di beri penghayatan baru.

Tembang Tombo Ati adalah salah satu karya Sunan Bonang yang

sampai sekarang masih sering kita dengar dan dijadikan puji-pujian di

kalangan santri dan masjid-masjid, dengan nama Singiran Tombo Ati. Syair itu

berbnyi :

Tombo Ati Tombo ati, iku limo sakwernane Kaping pisan, moco Qur’an angen-angen sak maknane Kaping pindho, salat wengi lakonono Kaping telu, wongkang saleh kumpulono Kaping papat, weteng iro ingkang luwe Kaping limo, zikir wengi ingkang suwe Salah sawijine sopo biso ngelakoni Insya allah taala ngijabahi. Terjemahan ; Obat Hati Obat hati ada lima macamnya Pertama, membaca Al-Quran dengan memahami maknanya Kedua, salat malam lakukanlah Ketiga, orang saleh dekatilah Keempat, perut harus tahan lapar Kelima, zikir malam yang lama Barang siapa bisa melakukannya itu semua Maka Allah mengabulkan do’anya.

Page 13: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

55

Menurut tembang ini ada lima macam “penawar hati” atau pengobat

jiwa yang sakit. Yakni membaca Al-Qur’an, mengerjakan shalat tahajud,

berusaha dekat dengan orang saleh, berzikir dan hidup prihatin.27

Makin lama, sejumlah penduduk setempat semakin penasaran, kenapa

bunyi bonang dan syair begitu serasi sehingga enak di nikmat. Oleh sebab itu,

di antara mereka tidak lagi sekedar ingin menikmati, tetapi juga ingin belajar

sehingga bisa melakukan seperti apa yang di lakukan Raden Makdum

Ibrahim.

Karena merasakan banyak manfaat ajaran Sunan lewat syair-syairnya,

penduduk akhirnya mengikuti apapun yang dikatakan dan di lakukan wali

Allah itu. oleh sebab itu, begitu dengan halus dan santun di katakan apa yang

mereka lakukan itu sebenarnya ajaran Islam mereka pun tidak keberatan,

warga yang sebelumnya menganut ajaran Hindu dan berbagai jenis

kepercayaan akhirnya secara sukarela mengubah keyakinan.

Demikianlah kebijaksanaan Raden Makdum Ibrahim dalam

melaksanakan dakwahnya. Dari sedikit ke sedikit menjadi rakyat untuk

bersimpati sehingga tanpa terasa oleh mereka mempelajari Islam melalui

kesenian sendiri.

Pengaruh dan kharisma Sunan Bonang yang makin lama makin luas

dan bagai tak bisa di bendung lagi membuat sekelompok orang yang

kehilangan pengaruh dan simpati masyarakat iri dan dengki. Bahkan karena

tidak tahu harus berbuat apa, mereka pun akhirnya berencana mempengaruhi

27 . Dr. Purwadi M.Hum, Op.Cit, hlm 84

Page 14: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

56

penduduk untuk meninggalkan agama barunya. Namun usaha tersebut hampir

tidak membuahkan hasil sama sekali.

Oleh sebab itu, mereka pun berusaha menyingkirkan sang wali dari

tanah Tuban. Saat sedang asyik membunyikan bonang dan menyanyikan syair

sejumlah orang-orang jahat pimpinan Kebondanu berusaha mendekat dan

mengusirnya. Bahkan diantara mereka ada yang berniat menghabisi nyawanya

dengan golok dan keris terhunus. Anehnya Raden Makdum Ibrahim sama

sekali tidak bergeming. Dia tetap saja asyik dengan dakwah model itu.

Dengan menggunakan tembang dan gendhing dhurma dan macapat. Gendhing

dhurma, konon apabila di dengar orang dapat menghanyutkan jiwa dan

membawanya ke alam meditasi (tafakur).28

Tembang dhurma ini menggambarkan tentang pendidikan untuk

mengekang hawa nafsu yang buruk. Kawanan penjahat yang akan

melaksanakan niat jahatnya makin lama terhanyut kealam kerohanian dan

makin tidak kuat mendengarkan lantunan lagu maupun suara bonang yang di

tabuh. Jangankan mengusir apa lagi membunuh, berjalan saja mereka tidak

mampu. Tubuh mereka bergetar hingga akhirnya ambruk. Mereka baru bisa

bangkit kembali ketika bunyi bonang di hentikan lalu dengan terbata-bata

mereka meminta maaf. Ketika menayakan apakah orang seperti mereka di

ampuni Tuhan, di jawab iya dengan catatan bertobat, setelah menyatakan

keinginan bertobat di hadapan Sunan Bonang, Kebondanu dan anak buahnya

baru dapat menggerakan kembali anggota tubuhnya. Karena mengakui

28 . Dr.Thomas Wiyasa Bratawijaya, Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa, PT.Pradya

Paramita, Jakarta,Cet.I th.1997,hlm 14-15

Page 15: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

57

kehebatan Sunan Bonang, maka seluruh rombongan penjahat tersebut masuk

Islam. Kebondanu dan anak buahnya itu lalu mengikuti Sunan Bonang

kemudian menjadi murid untuk berguru Islam di Pesantren Bonang. Tuban.

3.4. Media Dakwah Syekh Maulana Makdum Ibrahim

Melalui jalur agama Hindu-Budha terjadi transfer budaya antara

Indonesia dengan India. Baik yang dibawa oleh orang India maupun yang

sudah ada di dalam penduduk lokal. Poses akulturasi itu terjadi pada semua

unsur (isi kebudayaan berupa bahasa, teknologi, organisasi, sosial, sistem

pengetahuan, agama dan kesenian) yang disesuaikan dengan keperluan

kehidupan manusia Indonesia sendiri. Maka dari pada itu, Syekh Maulana

Makdum Ibrahim melakukan pra survei terlebih dahulu sebelum melakukan

kegiatan dakwahnya. Sebab itu beliaupun mencari alternatif media yang

akan digunakan dan kiranya sesuai dengan zamannya.

Ada beberapa bidang yang digunakan sebagai media oleh Syekh

Maulana Makdum Ibrahim untuk menjalankan dakwahnya, antara lain :

3.41 Media Pendidikan

Para wali mempunyai peranan ganda yakni sebagai mubaligh

(guru) dan sebagai pemimpin masyarakat pendamping raja. Sebagai

mubaligh parawali mengajar dan menanamkan akidah Islam kepada

masyarakat dan para pembesar kerajaan. Dan sebagai pemimpin

Page 16: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

58

masyarakat “pendamping raja”, mereka mendapat gelar sunan atau

susuhunan.29

Disamping membangun ekonomi dan keamanan masyarakat

serta mendekati para pemuka kerajaan, para wali selalu membuat

pesantren untuk mendidik para murid yang baru masuk Islam.

Khususnya Sunan Ampel, Sunan Giri dan Sunan Bonang telah berhasil

membangun pesantren yang di datangi oleh murid dari seluruh penjuru

Nusantara.

Ketenaran Sunan Bonang sebanding dengan Sunan Giri,

pesantrennya banyak diminati oleh murid-murid dari berbagai penjuru

Nusantara. Disamping mereka yang datang dari Jawa dan Sumatera

banyak pula santri dari Madura, Ternate, Ambon, Maluku, Sulawesi,

Sumbawa hingga Kalimantan.

Dalam lingkungan pesantren disediakan pengajaran dan

pendidikan bagi masyarakat umum yang ingin belajar takhasus

(mengkaji secara intens dan khusus) masalah fiqh dan syari’at. Untuk

menjadi pesertanya, tidak diajukan persyaratan tertentu karena

memang dibuka untuk umum yang memang berminat.30

Pondok-pondok pesantren yang tumbuh di lingkungan

komunitas muslim di Jawa Timur pada masa peralihan bisa di pastikan

mengikuti tradisi keresian atau kedewaguruan sebagai lembaga

pendidikan agama. Sistem pendidikan agama dalam bentuk mandala

29 . Mengasihi Fakir Miskin dan Anak Yatim,Jum ‘at,09 Januari 2004. http://www.Republika.co.id/suplemen/cetak-detail.asp?mid=s&id=15005

30 . Dr.Purwadi.M.Hum.Op.Cit.hlm.72

Page 17: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

59

yang tersebar di pelosok-pelosok desa itu telah dimanfaatkan oleh para

wali untuk di jadikan contoh komunitas pondok pesantren yang

mereka dirikan pada abad ke 15 dan abad ke 16 M.31

Hal ini merupakan salah satu langkah persuasif-edukatif dalam

proses pengembangan dakwah Islam terhadap masyarakat setempat

agar tidak terjadi suatu kejutan dalam menerima nilai-nilai Islam.

Bentuk Islamisasi yang lain dalam hal pendidikan dapat di lihat

dari adanya kemiripan dalam kedewaguruan yang juga terdapat dalam

pesantren, misalnya pengelompokan siswa berdasarkan kualitas

pengetahuan dan penghayatannya dalam pengetahuan agama serta

hubungan istilah cantrik dengan santri.

Dari media pendidikan (pesantren) di harapkan dapat

membentuk kader-kader yang siap meneruskan penyebaran Islam ke

seluruh penjuru wilayah atau daerah yang kosong dari pengaruh Islam,

Sunan Bonang pun berhasil mendidik banyak kader terkenal. Dua atau

tiga murid Sunan Ampel yang kemudian menjadi manantunya juga

menjadi kader terkenal yaitu Sunan Giri, Raden Fattah dan Sunan

Kalijogo.32

3.4.2 Media Politik

Para wali yang juga berperan sebagai pemimpin masyarakat

pendamping raja yang mendapat gelar sunan atau susuhunan. Para wali

mendapat tempat yang mulia dan penghargaan yang tinggi di hati

31 . Ibid. hlm.77 32. Dr.Hasanu Simon.Op.Cit.hlm.131

Page 18: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

60

rakyat. Gelar-gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada mereka

seperti Sunan, panembahan, pangeran, sang yogi, Syekh, maulana,

kanjeng dan sebagainya. Gelar itu biasa di gunakan oleh orang Jawa

sebagai sebutan raja-raja atau penguasa.33 Hal ini menunjukan secara

tidak langsung jelas tidak lepas dari gerakan politik.

Dan dalam proses perubahan sosial, para wali memegang

kepemimpinan yang sifatnya kharismatik. Di satu pihak peran atau

wewenang sebagai penguasa politik dapat membentuk kekuasaan

formal. Di pihak lain, terlepas dari perlembagaan politik atau tidak

mereka memilki kekuasaan sosial keagamaan yang kuat.34

Syekh Maulana Makdum Ibrahim berperan dalam pengusulan

untuk membuat persyaratan bagi raja-raja yang akan diangkat guna

memerintah tanah Jawa, serta menetapkan baju kotang kulit kambing

yang oleh Sunan Bonang di berinama Kyai Gondil sebagai baju para

raja Jawa yang harus dikenakan ketika di lantik dan ketika hendak

berperang .35

3.4.3 Media Budaya

Sunan Bonang bersama wali lain, terutama murid dan sahabat

karibnya Sunan Kalijaga sibuk memberi warna lokal pada upacara-

upacara keagamaan Islam seperti Idul Fitri, perayaan Maulid Nabi,

Peringatan tahun baru Islam (1Muharram atau 1 Asyura) dan lain-lain.

33 . Dr.Purwadi,M.Hum,Op.Cit.62 34 . Ibid, hlm.49 35 . Drs.H.Ridin Sofyan,et,all. Op.Cit.hlm.74

Page 19: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

61

Dengan memberi warna lokal maka upacara-upacara itu tidak asing

dan akrab bagi masyarakat Jawa. Menurut Sunan Bonang dakwah

melalui aktifitas budaya merupakan senjata yang ampuh untuk menarik

penduduk Jawa memeluk agama Islam. Dengan memasukan nilai-nilai

Islam ke dalam budaya, syiar Islam pun akan mulus dan ajaran Islam

mudah di resapi. Toh menurut Sunan Bonang, kebudayaan Islam tidak

mesti kearab-araban. Menutupi aurat tidak mesti memakai baju arab,

tetapi cukup dengan memakai kebaya dan kerudung. Di antara upacara

keagamaan yang diberi bungkus budaya Jawa yang sampai kini masih

di selenggarakan ialah upacara sekaten dan Grebeg Maulid.36

Sunan Bonang juga ahli di bidang geologi, di praktekan dengan

menggali banyak sumber air dan sumur untuk perbekalan air penduduk

dan untuk irigasi pertanian lahan kering. Sunan Bonang juga

mengajarkan cara membuat terasi, karena di Bonang banyak terdapat

udang kecil untuk pembuatan terasi. Sampai kini terasi Bonang sangat

terkenal dan merupakan sumber pengahasilan penduduk desa yang

cukup penting.37

3.4.4 Media Kesenian

Daerah tempat tinggal Syekh Maulana Makdum Ibrahim adalah

daerah Bonang yang masih berada di bawah kekuasaan kerajaan

Majapahit, yang sebagian besar dan “resmi” beragama Hindu,

36 . Drs. Abdul Hadi.W.M. Sunan Bonang dan Peranan Sufistiknya, Pengajar

UMY&Paramadina Mulya,Jakarta.www.kompas.com 37 . Drs.H.Ridin Sofyan,et.all. Op.Cit.hlm.75

Page 20: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

62

kebetulan para penganut Hindu ketika itu sangat akrab dengan musik

gamelan.

Maka dari itu Syekh Maulana Makdum Ibrahim mencari

alternatif alat musik yang dapat di gunakannya untuk melakukan

dakwah Islam sesuai dengan zamannya, dipilihlah Bonang sejenis

tabung besi atau kuningan yang bagian tutupnya di buat benjolan di

bagian tengah dengan pemukul batang kayu yang di lapisi kain

sehingga timbullah suara merdu.

Karena di zaman Walisongo kesenian rakyat hanya semacam

itu adanya, tentu saja bunyi demikian sudah sangat mempesona hati

para penduduk lebih-lebih yang membunyikan bonang itu adalah

Raden Makdum Ibrahim mengiringi irama Bonang tersebut dengan

tembang-tembang berupa pantun yang bernapaskan keagamaan.

Dalam perkembangannya alat musik bonang digunakan sebagai

salah satu perangkat gamelan. Bonang merupakan satu set sepuluh

sampe empat belas gong-gong kecil berposisi horisontal yang di susun

dalam dua deretan, di letakkan di atas tali yang di rentangkan pada

bingkai kayu, pemain duduk di tengah-tengah. Pada sisi deretan gong

beroktaf rendah, memegang tabuh berbentuk bulat panjang di setiap

tangan.38

Dalam gamelan Jawa di kenal tiga macam bonang yaitu :39

38 . Sumarsam, Gamelan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2003, Cet.I hlm 333 39 . Ibid.hlm.333-334

Page 21: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

63

a. Bonang Barung yaitu bonang berukuran sedang, beroktaf tengah

sampai tinggi adalah salah satu dari instrumen-instrumen pemuka

dalam ansambel (alat Musik) khususnya dalam teknik-teknik

tabuhan pipilan (teknik tabuhan bonang dan gender, penabuh

memainkan nada-pernada bergantian) pola-pola nada yang selalu

mengantisipasi nada-nada yang akan datang dapat menurutkan lagu

instrumen-instrumen lainnya. Pada jenis gendhang Bonang,

Bonang Barung memainkan pembuka gendhing (menuntun lagu

yang akan dimainkan)dan menuntun alur lagu gendhing. Pada

teknik tabuhan imbal-imbalan, bonang barung tidak berfungsi

sebagai lagu penuntun, ia membentuk pola-pola lagu jalin-

menjalin dengan Bonang Penerus dan pada aksen-aksen penting

barung boleh membuat sekaran (lagu hiasan) biasanya di akhir

lagu.

b. Bonang Panembung yaitu bonang yang paling besar beroktaf

tengah sampai rendah. Ia memainkan tabuhan dalam tingkat

kerapatan yang lebih rendah dari pada balungan. Bonang

panembung lebih banyak di ketemukan di tradisi gamelan

Yogyakarta.

c. Bonang penerus yaitu bonang yang paling kecil beroktaf tinggi.

Pada teknik pipilan bonang penerus berkecepatan dua kali lipat

dari pada bonang barung walaupun mengantisipasi nada-nada

balungan. Bonang penerus tidak berfungsi sebagi lagu tuntunan,

Page 22: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

64

karena kecepatan dan ketinggian wilayah nadanya. Dalam teknik

tabuhan imbal-imbalan, bekerjasama dengan bonang barung.

Bonang penerus memainkan pola-pola lagu jalin-menjalin.

Makna dari kata bonang adalah berasal dari bon (baboning)

dan nang (kemenangan). Tujuan berdakwah agar jamaah dapat

mencapai kemenangan hidup.

Jenis gamelan yang bentuknya bagaikan gunung itu biasa di

gambarkan sebagai gambaran dari seorang dalam mencari

kesempurnaan diri yakni : dalam proses melewati beberapa tahap

kehidupan yaitu :40

a. Syariat adalah memahami hukum-hukum ibadah

b. Tarekat adalah melaksanakan perintah sesuai dengan hukum yang

dimaksud diatas.

c. Hakikat adalah mencoba mencapai kesempurnaan

d. Makrifat adalah menyatu, berupaya mendekat antara yang

menyembah dengan yang disembah.

Mengenai filsafat bunyi bonang yaitu suatu alat untuk

menenangkan atau menjernihkan jiwa. Terlihat dalam singkatan neng-

ning-nung-nang. Memberi makna sebagai berikut. Untuk

membereskan keadaan jiwa, orang harus sering diam (me-neng).

Dengan sikap yang demikian itu jiwanya lalu menjadi jernih (be-ning),

setelah kejernihan itu tercapai maka ia menempatkan soal-soal yang

40 . Drs.Soetrisman, Drs.Yudiono.Ks.Su,Drs.H.Djawahir Muhammad,Dewan Kesenian

Jateng,2003.Cet.I.hlm.36-37

Page 23: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

65

ada dalam jiwanya itu pada tempat yang sewajarnya (demunung)

dengan cara demikian itu maka ia dapat menguasai jiwanya sendiri

(me-nang).41

Sunan Bonang bersama Sunan Kalijaga dan lain-lain jelas

bertanggung jawab bagi perubahan arah estetika gamelan. Musik yang

semula bercorak Hindu kini ditabuh berdasarkan wawasan estetik sufi.

Tidak mengherankan gamelan Jawa menjadi sangat kontempelatif dan

meditatif berbeda dengan gamelan Bali yang merupakan warisan

musik Hindu. 42Sunan Bonang menjadi kreator gamelan Jawa seperti

sekarang dengan menambah instrumen bonang. Sunan Bonang

menciptakan aturan-aturan serta kaidah keilmuan dan memperbaiki

serba serbi gamelan, lagu dan nyanyian.

Sebagai musikus dan komponis terkemuka Sunan Bonang

menciptakan beberapa komposisi (gendhing) diantaranya tembang

Tombo Ati dan Gendhing Dhurma.

Di masa hidupnya, Sunan Bonang menyanyikan tombo ati

untuk menarik warga masyarakat agar memeluk Islam. Saat

berdendang pria yang di duga berusia 60 tahun itu menabuh gamelan

dari kuningan yang di buat oleh sejumlah warga desa Bonang, Jawa

41 . Drs.H.Efendy Zarkasi, Unsur-Unsur Islam Dalam Pewayangan, Yayasan Hardikintoko ,

Solo, Cet II hlm, 119 42 . Drs. Abdul Hadi.WM.Op.Cit, Sunan Bonang dan Peranan Sufistinya

Page 24: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

66

Timur. Nama desa inilah yang kemudian melekat pada gelar Sunan

Bonang.43

Kata Dhurma dalam gendhing dhurma berasal dari : dur + ma =

Mundur saka M-5 atau maksiat yang lima, hal ini relevan dengan

ajaran Islam yang melarang (a). Madon = berzina; pelanggaran dalam

hal ini sangat mengacaukan kehidupan masyarakat. (b). Minum =

minuman keras, akibatnya merusak keselamatan lahir-batin dan

keturunan dan masyarakat dan rumah tanga. (c). Madat = menghisab

obat yang memabukkan, membuat orang tidak ingat. (d). Main =

berjudi, mengadu untung. (e). Maling (mencuri) = termasuk

menggelapkan, korupsi, menipu, memeras, akibatnya merugikan

masyarakat.

Menjauhi M-5 itu adalah jalan pokok untuk menuju

kemenangan arti luas (baboning kemengan =Bonang). Di situlah letak

kemenangan di dunia dan di akhirat, kemenangan terhadap segala

sesuatu yang jahat agar dapat beribadat dengan tenang dan teratur.44

Dalam gendhing dhurma mengandung pesan hendaknya kita

jangan terlalu banyak makan dan tidur, agar kita dapat mengurangi

nafsu yang menyala-menyala. Dalam hidup, kita tentram dan akhirnya

apa yang kita cita-citakan terlaksana. Kita harus percaya bahwa hidup

kita sudah ada yang mengatur yaitu Tuhan yang maha kuasa.

43 . HM. Ikhwanudi, MengIslamkan Penduduk Tuban Lewat Suara Bonang, Bandar

Lampung, Minggu, 31 Oktober 2004. http:// Lampung post-com/berita.php?id=2004103106510011.

44 .Suwardi Endraswara, Falsafah Hidup Jawa, Cakrawala, tangerang, Cet I,2003.hlm.90

Page 25: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

67

Kebenaran, kesalahan, keburukan, kebaikan dan keberuntungan berasal

dari perilaku kita sendiri oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati

dan waspada terhadap semua yang kita lakukan serta jauhilah segala

perbuatan yang berbahaya.45

Dalam pentas pewayangan Sunan Bonang adalah dalang yang

piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah

lakon dan memasukkan tafsir khas Islam. Kisah perseteruan

Pandhawa-Kurawa di tafsirkan Sunan Bonang sebagai peperangan

antara nafi (peniadaan) dan isbat (peneguhan).46

3.4.5 Media Sastra

Karya Sunan Bonang, puisi dan prosa, cukup banyak.

Diantaranya sebagai mana di sebut B. Schrieke (1913) Pigeaud (1967),

Drewes (1954-1968 dan 1978) ialah Suluk Wijil, Suluk Khalifah,

Suluk Regok, Suluk Bentur, Suluk Wasiyat, Suluk Ing Aewuh, Suluk

Pipiringan, Suluk Jebeng, Suluk Kaderesan dan lain-lain.47

Kisah Wujil, bekas aktor dan pelawak di istana Majapahit,

setelah 10 tahun berguru kepada Sunan Bonang, dan mempelajari

agama serta sastra Arab secara mendalam dia akhirnya jemu dan

merasa sia-sia, jiwanya merasa kerontang dan gelisah, hatinya menjerit

dan kebingungan dan dia menghadap Sunan Bonang

Tidak tega melihat penderitaan batin muridnya, Sunan Bonang

dengan terpaksa mengajarkan tasawuf khususnya jalan mengenal

45 . Ibid. hlm.91 46 . www.Pesantren Net.Op.Cit 47 . Dr. Abdul Hadi.W.M. Op.Cit

Page 26: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

68

hakekat dari yang merupakan sumber kebahagian.48 Syekh Maulana

Makdum Ibrahim memberi nasehat:

Dan kerep nggulang ngelmi Ngguru para ulama

Lawan den kerep tatakon Mintu waraning sujana

Den bisa anoraga Away kuminter kumingsun

Nadyan milih wusa bisa Terjemahan:

Rajin-rajinlah engkau mempelajari ilmu Berguru kepada para ulama

Dan bertanyalah sebanyak mungkin Dalam hal minta ajaran para budiman dan disertai pula dengan sopan santun

sekali-kali jangan sok pinter atau merasa diri paling hebat Meskipun engkau lebih mengetahui masalah

Dalam Suluk Khalifah; Sunan Bonang menceritakan anekdot

para wali di Jawa, pengalaman mereka mengajar Islam kepada orang

Hindu dan perjalanannya selama belajar di Pasai.49beliau berwasiat:

Lamun ono wong alim ningali Maring wongkang bodoh

Ingkang ngelampahi dosa gede Munten padha mboten purun angling

Dosane wong puniki dadi nanggung melu

Terjemahan : Apabila ada orang alim melihat

Kepada orang bodoh Yang melakukan dosa besar

Lalu ia tidak mau berkata atau bertindak mencegah perbuatan orang bodoh itu

akan turut pula menanggungnya

48 . Abdul Hadi,Suluk,Warisan Kreativitas Para Wali,Edisi Khusus Lebaran, Gatra.Nomor

05-06,13 Desember 2001 http://www.gatra.com/artikel-php?pd=23&id=13522 49 . Dr. Abdul Hadi W.M, Op.Cit, Warisan Kreativitas Para Wali

Page 27: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

69

Suluk Bentur di tulis dalam tembang Wirangrong. Bentur

artinya lengkap atau sempurna. Dalam suluk ini Sunan Bonang

menggambarkan jalan yang di tempuh para sufi sehingga mencapai

kesadaran tertinggi, yaitu makrifat dan persatuan mistikal (fana dan

baqa’).50 Di paparkan sebagai berikut :

Sarengat lakuning badan Tarekat lakuning ati

Hakikat lakuning nyawa Makripat ing akuneki Ing rasa dan pakeling Kawruhana lakunipun

Nanging aja utilar Ing sarengat laku neki

Yen tlara nora kuwat badanira

Terjemahan :

Yang di sebut syar'i’at adalah laku jasmaniah Tarekat itu laku batiniah Hakikat itu laku rohaniah

Sedangkan makripat adalah laku rasa Ingat-ingatlah dengan baik

Dan ketahuilah pula mengenai lakunya masing-masing Jika engkau tak mampu melaksanakan yang lain-lain baiklah

Akan tetapi syar'i’at atau Laku jasmaniah itu sama sekali tidak boleh engkau tinggalkan Apabila syar'i’at engkau tinggalkan, ragamu tidak akan kuat

Dalam Suluk Kaderesan Sunan Bonang menulis :

Kandel kumandel marang Hyang widhi Teteg teguh ing tyas tan anedya

Kira-kira samitane Muga nedya rahayu

Kira-kira away na prapti Aja gang pasrah ing Hyang sukma

Ineb-inebeng pintu kuthonireki Tetep madhep ing sukma

50 . Ibid

Page 28: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

70

Terjemahan :

Berserah diri sepenuhnya kepada lindungan ilahi Disertai hati yang kukuh sentosa serta mantap dan tidak ada niat

Atau berpikir kira-kira kepada Allah Itulah yang dijadikan pegangan

Dalam segala perbuatan harus disertai iktikad yang baik Dan jagalah hatimu agar terbebas dari perasaan ragu-ragu

Dan janganlah putus-putusnya engkau menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan

berserah diri kepada ilahi merupakan bentengnya sedangkan pintu bentengnya adalah

menghadapkan jiwa raga kepada-Nya

Dalam Suluk Ing Aewuh Sunan Bonang Menyatakan agar kita

memperkuat diri dengan ikhtiar dan amal dan dalam sikap hendaknya

tidak mementingkan dunia serta jangan sampai kita menyekutukan

Allah.51

Suluk Regol di tulis dalam pupuh Asmaradana; regol artinya

gapura. Dalam suluk ini peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia di

umpamakan sebagai pertunjukan wayang kulit, yang di lihat dari

berbagai sudut. Ada yang melihat sebagai permainan yang di lakukan

Ki Dalang namun menganggap antar permainan dan yang memainkan

terpisah. Ada yang melihat antara Ki Dalang dan Lakon yang di

mainkan tidak terpisah, bahkan melihat bahwa Ki Dalang benar-benar

hadir dalam lakon yang dimainkannya. Yang lain lagi melihat bahwa

pertunjukan wayang sebenarnya mencerminkan dan mengisyaratkan

keberadaan dalang.52

51 . Ibid 52 Abdul Hadi W.M, Op.Cit, Warisan Kreativitas Para Wali

Page 29: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

71

Telah di kemukakan bahwa gagasan utama suluk-suluk sunan

bonang ialah cinta. Menurut para sufi, cinta merupakan asal penciptaan

dan apa yang berasal dari cinta itu baik. Para sufi mengambil gagasan

ini dari hadis qudsi, “Aku perbendaharaan tersembunyi (Kanz

Makhfiy). Aku Cinta (ahbabtu) untuk dikenal maka Aku mencipta dan

karena itu di kenal. ”Para sufi juga merujuk kepada kalimat

Bismillahirrahmanirrahim. Dalam kalimat ini ada dua jenis cinta, yaitu

al-rahman (pengasih) dan al-rahim (penyayang). Rahman adalah cinta

yang esensial (Dzatiyah) sebab dilimpahkan kepada semua ciptaannya,

tak peduli orang Melayu, Cina, Jawa, Inggris, Afghanistan, atau Libya.

Sedangkan rahim merupakan cinta wujud, artinya wajib diberikan

kepada orang-orang tertentu yang sangat oleh-Nya.53

3.4. Ajaran Syekh Maulana Makdum Ibrahim

Ajaran Sunan Bonang sangat representatif untuk mencerminkan ajaran

Walisongo yang lain. Sikap ini di topang oleh alasan bahwa Sunan Bonang

secara resmi paling bekompeten diantara Walisongo untuk memberikan

wejangan keilmuan dan keagamaan.

Wejangan Sunan Bonang yang merupakan penggambaran ajarannya,

masih tersimpan di museum Leiden dengan title Het Book Van Bonang. Dari

dokumen itu telah dilakukan kajian oleh beberapa ilmuwan, misalnya disertasi

Dr. BJO. Schrieke tahun 1916, Leiden, selanjutnya di namakan Primbon I, dan

Thesis Dr.JGH. Gunning tahun 1881, Leiden, dinamakan primbon II. Thesis

53 . Widji Saksono, Op.Cit, hlm.96

Page 30: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

72

lain yang menggunakan bahan dari dua literature itu adalah Dr. DA Rinkers

tahun 1910, berjudul De Heidigen Van Java, Leiden, kemudian Dr. H.

Kraemer tahun 1921 berjudul Een Javansche Primbon Uit De Zestiende

Eeuwe, Leiden dan Dr. Pj Zoet Mulder Sj tahun 1935 berjudul Pantheisme En

Monisme In De Javansche Soeloek Literature, Leiden.54

Adapun kitab yang di perkirakan sebagai sumber ajaran Sunan Bonang

adalah:

Ihya’ulumuddin dari Al-Ghazali, Tahmid (fi bayanit tawhid wa

hidayati li kuli mustarasyid wa rasjid) dari Abu Syakur Bin Syu’aib Al-Kasi

Al Hanafi As-Salimi yang hidup akhir abad ke 5 H. Talkhis Al-Minhaj dari

Nawawi yang mungkin telah di ikhtisarkan dalam kitab Ad-Daqo’iq. Lalu

Quth al Qulub dari Abu Thalib Al-Makki atau Al-Risalah Al-Makiyyah Fi

Thariq Al-Sada Al-Sufiyyah dari Afifuddin At-Tamimi. Pikantaki atau Al-

Anthaki dan tentang Al-Anthaki ini ada beberapa kemungkinan, yaitu Abu

Hamid Al-Anthaki penyair dari Dawlah Fathimiyyah Zaman Al-Mu’iz Li

Dinillah (341-365 H) dan Al-Azis Billah (365-386 H) atau Daud Al- Anthaki,

wafat 1596 yang menulis tentang cinta dalam Kitab Tazyinul Asyiwaq Bi

Fashil Asywaq Al-Usysyaq atau juga Abu Nu’aim Ahmad Ibn Abdullah Al-

Isfahani pengarang Hilyatul Auliya’ yang digelari Ahmad Ibn Ashim Al-

Anthaki. Juga tulisan dari Abu Yazid Al-Busthami, Ibnu arabi Ibrahim Al-

Iraqi dan Syekh Abdul Qodir Jaelani.55

54 . Prof. Dr. Hasanu Simon, Op.Cit, hlm.96 55 . Prof. Dr. Hasanu Simon, Op.Cit hlm,98

Page 31: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

73

Ajaran yang paling sempurna dan lengkap melingkupi fiqh, tauhid dan

tasawuf di rangkum dalam dua kitab bunga rampai primbon Sunan Bonang

dari teks Schrieke dan Gunning dan dalam primbon tersebut selalu diawali

basmalah, diikuti oleh hamdalah kemudian shalawat atas rasul. Isi primbon

adalah ushul suluk (meliputi; Ushuludin, Tauhid dan Tasawuf) menurut

ajaran–ajaran yang terdapat dalam kitab-kitab sunni Ihya’ dan Tamhid, dan

primbon itu mengajak siding pembacanya kepada tauhid sembari mencegah

diri dari perbuatan musyrik.56

Dalam Tauhid dijelaskan bahwa adanya bumi itu menunjukan adanya

Allah. Tuhan sebagai dzat yang tiada memerlukan waktu dan tempat. Dia

tidak di luar atau di dalam tetapi keberadaannya dapat dirasakan dalam alam .

Ia adalah transenden dan imanen. Tuhan dalam ajaran Sunan Bonang adalah

Tuhan yang bersifat sebagaimana dalam Al-Qur’an.57

Dalam hal fiqh (syari’at) di berikan nasehat agar orang tidak

melalaikan ketentuan yang telah di turunkan Allah lewat Rasul-Nya. Para

penganut Islam harus menjalankan misalnya, shalat, berpuasa dan membayar

zakat. Dan lebih dari pada itu manusia harus memperhatikan lima hukum

syari’at dengan baik yakni wajib, sunnah, makruh, mubah dan haram. Di

uraikan pula dalam kitab itu tentang ni’at yang baik, tertib mendirikan shalat

dan mencari ilmu.

Dan seluruh ajaran tasawuf Sunan Bonang sebagai ajaran sufi yang

lain, berkenaan dengan metode intuitif atau jalan cinta (isyq), cinta menurut

56 . Widji Saksono. Op.Cit, hlm. 161 57 . Drs. H. Ridin sofyan, et.all, Op.Cit, hlm, 79

Page 32: BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta,

74

Sunan Bonang ialah kecenderungan yang kuat kepada yang satu, yaitu yang

maha indah. Dalam pengertian ini seseorang yang mencitai tidak memberi

tempat pada yang selain Dia. Ini terkandung dalam kalimah syahadah la ilaha

illallah. Lalu dari cinta seperti itu ialah pengenalan yang mendalam (makrifat)

tentang yang satu dan perasaan haqqul yaqin (pasti) tentang kebenaran dan

keberadaannya. Apabila sudah demikian, maka kita dengan segala gerak gerik

hati dan perbuatan kita akan senantiasa merasa diawasi dan diperhatikan oleh-

Nya.58

Menurut Sunan Bonang ada tiga musuh utama manusia, yakni : dunia,

hawa nafsu dan setan. Musuh-musuh itu harus di lawan oleh manusia dengan

usaha yang sungguh-sungguh (mujahadah). Diajarkan dalam tasawufnya agar

sedikit bicara, janganlah banyak tertawa, bersikap rendah hati, tidak

mementingkan diri sendiri, sabar, tidak putus asa, tidak gila dunia. Menarik

dari keramaian yang tidak berguna serta berperasaan syukur atas karunia Allah

terhadapnya. Orang harus menjauhi tanda-tanda buruk pada manusia seperti

dengki, sombong, pamer, gila hormat dan serakah.59

Sunan Bonang menguraikan ajaran-ajarannya dengan menitik beratkan

kepada ushul suluk menurut garis pikiran Al-Ghazali dan Abu Syakur As-

Salimi. Jadi ushul suluk merupakan suatu gabungan uraian ushuluddin dan

tasawuf atau tauhid mistik dalam batas Ahlussunah Wal Jama’ah.

58 . Abdul Hadi W.M, Op.Cit, Sunan Bonang dan Pemikiran Sufistiknya

59 . Drs. H. Ridin sofyan, Drs. H. Wasit, Drs. H. Mundiri, Op.Cit, hlm, 79