BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran...
Transcript of BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran...
55
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Badan Litbang Pertanian
Badan Litbang Pertanian (disingkat Balitbangtan) terletak di Jl. Ragunan
29 Pasar Minggu, Jakarta. Badan litbang pertanian didirikan pada tahun 1974,
Badan Litbang Pertanian telah mengalami banyak perubahan, baik dari sisi
organisasi maupun kepemimpinan. Penambahan maupun pengurangan Unit
Kerja (UK) maupun Unit Pelaksana Teknis (UPT) beberapa kali dilakukan.
Badan litbang pertanian merupakan suatu Eselon I di Kementerian Pertanian
yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian, pengembangan dan inovasi di
bidang pertanian. Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Litbang
menyelenggarakan fungsi:39
1. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian,
pengembangan dan inovasi di bidang pertanian;
2. pelaksanaan penelitian, pengembangan dan in ovasi di bidang pertanian;
3. penyebarluasan hasil penelitian, pengembangan dan inovasi di bidang
pertanian;
4. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian, pengembangan
dan inovasi di bidang pertanian;
5. pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian;
serta pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
39 Badan Litbang Pertanian, Unit Kerja, http://www.litbang.pertanian.go.id/unker/, Diakses Tanggal 6 Januari 2017 Pukul 22:44.
56
Gambaran Umum Badan Litbang Pertanian diatas dilanjutkan dengan struktur
organisasi dari Badan Litbang Pertanian, Yaitu:
Bagan. 1
Struktur Organisasi
Badan Litbang Pertanian
Sumber Bagan: http://www.litbang.pertanian.go.id/profil/organisasi
Keterangan:
:Garis Komando atau Perintah yang menunjukkan alur komando/perintah yang mengalir dari pimpinan organisasi kepada unit dibawahnya sampai ke unit terendah dalam organisasi.
-------------------:Garis Koordinasi yang menunjukkan hubungan kerja atau koordinasi antara unit atau sub unit organisasi yang ada.
: Eselon I (Eselon= Tingkatan Pangkat/ Jabatan untuk PNS) : Eselon II
: Eselon III
57
PUSLITBANGTAN : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
PUSLITBANGHORTI: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura
PUSLITBANGBUN : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
PUSLITBANGNAK : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
BBP Mektan : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
BB SDLP : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian
BB PENGKAJIAN : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian
BB PADI : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
PSEKP : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
BB LITVET : Balai Besar Penelitian Veteriner
PUSTAKA : Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian
BALITKABI : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
BB PASCAPANEN : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian
BALITSEREAL : Balai Penelitian Tanaman Serealia
BB BIOGEN : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian
BALITSA : Balai Penelitian Tanaman Sayuran
BALITBU TROPIKA: Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika
BALITHI : Balai Penelitian Tanaman Hias
BALITJESTRO : Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika
BALITTRO : Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
BALITTAS : Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
58
BALIT Palma : Balai Penelitian Tanaman Palma
BALITTRI : Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
BALITNAK : Balai Penelitian Ternak
BALITTRA : Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
BALITTANAH : Balai Penelitian Tanah
BALITKLIMAT : Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
BALINGTAN : Balai Penelitian Lingkungan Pertanian
BALAI PATP : Balai Pengkajian Alih Teknologi Pertanian
BPTP : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
LOLITTUNGRO : Loka Penelitian Penyakit Tungro
LOLITSAPI : Loka Penelitian Sapi Potong
LOLITKAMBING : Loka Penelitian Kambing Potong
Berdasarkan keterangan bagan struktur organisasi Badan Litbang
Pertanian diatas, dapat diketahui banyaknya lembaga yang berada dibawah
naungan Badan Litbang Pertanian, dari sekian banyak lembaga diatas peneliti
hanya mengambil 3 (tiga) sampel lembaga untuk dilakukan penelitian, peneliti
mengambil Sampel Dengan Maksud (purposive sampling) yaitu Teknik
pengambilan data sampel yang didasarkan oleh pertimbangan tertentu.40
Pertimbangan tertentu misalnya keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga
tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Alasan lain peneliti
mengambil sampel yaitu adanya akses dari salah satu responden yang bernama
Dr. Sudarmadi Purnomo dari BPTP Jawa Timur yang dapat mengakses data
dari ketiga lembaga tersebut. Sehingga diharapkan apabila lokasi dekat serta
40 Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :Alfabeta. Hal. 218-219.
59
responden yang dapat mengakses data akan mendapatkan data yang akurat
dalam penelitian ini. Ketiga sampel lembaga penelitian, yaitu: Balai Penelitian
Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas), Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan
Buah Subtropika (Balitjestro), dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa
Timur (BPTP Jatim). Berdasarkan penjelasan diatas adapun gambaran umum
lokasi penelitian di Masing-masing Lembaga Penelitian, yaitu:
1. Gambaran Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
a. Gambaran Umum Balittas
Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (disingkat Balittas)
terletak di Jalan Raya Karangploso km 4, Malang, Jawa Timur. Balittas
adalah balai yang didirikan untuk mengembangkan hasil pertanian dan
perkebunan di Indonesia di bawah koordinasi Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian.41
Balai yang merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis (UPT)
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, yang bertanggung jawab
langsung kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan di
Bogor. Balittas bertempat di Jalan Raya Karangploso, Malang, Jawa
Timur. Balai ini memiliki mandat untuk meneliti tanaman tembakau,
serat buah, serat batang dan daun, serta tanaman minyak industri. Balittas
dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang merupakan fungsi unit kerja
Eselon III yang secara struktural adalah salah satu unit kerja di
41 Wikipedia, Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, http://id.wikipedia.org, Diakses Tanggal 24 November 2016 pukul 20.21.
60
Puslitbang Perkebunan. Dalam pelaksanaan kegiatan, secara struktural
Kepala Balai dibantu oleh Pejabat Eselon IV. Balittas memiliki beberapa
Kebun Percobaan (KP) yang berada di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa
Timur.42
b. Struktur Organisasi
Organisasi dan tata kerja Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan
Serat telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor
63/Permentan/OT.140/10/2011. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan
Serat (Balittas) adalah unit pelaksana teknis dibidang penelitian dan
pengembangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan yang dipimpin
oleh seorang Kepala. Balittas mempunyai tugas melaksanakan penelitian
tanaman pemanis, serta, tembakau dan minyak industri. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Balittas menyelenggarakan fungsi sebagai
berikut:43
1) Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan dan
pemanfaatan plasma nutfah tanaman pemanis, serat, tembakau dan
minyak industri.
2) Pelaksanaan penelitian morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi dan
fitopatologi tanaman pemanis, serat, tembakau dan minyak industri.
3) Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha
agribisnis tanaman pemanis, serat, tembakau dan minyak industri. 42 Ibid. 43 Balittas, Visi dan Misi, http://balittas.litbang.pertanian.go.id, Diakses Tanggal 20 Desember 2016 Pukul 18:31.
61
4) Pelaksanaan penelitian penanganan hasil tanaman pemanis, serat,
tembakau dan minyak industri.
5) Pemberian pelayanan teknik penelitian tanaman pemanis, serat,
tembakau dan minyak industri.
6) Penyiapan kerja sama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan
dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman pemanis, serat tembakau
dan minyak industri.
Berdasarkan penjelasan struktur organisasi diatas adapun bagan struktur
organisasi dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas),
Yaitu:
Bagan . 2
Struktur Organisasi Balittas
Sumber Bagan: balittas.litbang.pertanian.go.id/index.php/tentang-
kami/komoditas/52-profil/periode/186-11
Keterangan:
:Garis Komando atau Perintah yang menunjukkan alur komando/perintah yang mengalir dari pimpinan organisasi kepada unit dibawahnya sampai ke unit terendah dalam organisasi.
------------------:Garis Koordinasi yang menunjukkan hubungan kerja atau koordinasi antara unit atau sub unit organisasi yang ada.
62
2. Gambaran Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
a. Gambaran Umum Balitjestro
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro)
terletak di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Batu, Jawa Timur. Posisi
Balitjestro berada pada 4 km dari Kota Batu dan pada ketinggian tempat
± 950 m di atas permukaan laut. Berdasarkan Surat Peraturan Menteri
Pertanian Nomor: 13/Permentan/OT.140/3/2006 Loka Penelitian Jeruk
dan Hortikultura Subtropik yang mengalami peningkatan eselonisasi dari
Eselon IV ke Eselon III dengan nama Balai Penelitian Tanaman Jeruk
dan Buah Subtropika (Balitjestro). Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
30/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013 sebagai
penyempurna Permentan No. 13/Permentan/OT.140/3/2006. Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis, dalam rangka
optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Penelitian Tanaman
Jeruk dan Buah Subtropika. Sejak diterbitkannya Peraturan Menteri
Pertananian Nomor:30/permentan/OT.140/3/2013 maka Peraturan
Menteri Pertananian Nomor:13/Permentan/OT.140/3/2006 dinyatakan
tidak berlaku demi hukum. Balitjestro adalah salah satu Unit Pelaksana
Teknis (UPT) penelitian dan pengembangan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian yang berada di bawah dan bertanggungjawab
langsung kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.44
44 Balitjestro, Profil Pendahuluan, http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id, Diakses Tanggal 30 November 2016 Pukul 17:05.
63
b. Struktur Organisasi
Organisasi Balitjestro terdiri dari Kepala Balitjestro, Koordinator
Program, Kepala TU, Kepala Yantek dan Jasa Penelitian dan Kelompok
Peneliti Fungsional. Adapun Fungsi Lembaga ini, Yaitu: 45
1. Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi
dan laporan penelitian tanaman jeruk dan buah subtropika;
2. Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan tanaman jeruk
dan buah subtropika;
3. Pelaksanaan penelitian eksplorasi, konservasi, karakterisasi dan
pemanfaatan plasma nutfah tanaman jeruk dan buah subtropika;
4. Pelaksanaan penelitian agronomi, morfologi, fisiologi, ekologi,
entomologi dan fitopatologi tanaman jeruk dan buah subtropika;
5. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha
agribisnis tanaman jeruk dan buah subtropika;
6. Pelaksanaan penelitian penanganan hasil tanaman jeruk dan buah
subtropika;
7. Pemberian pelayanan teknis penelitian tanaman jeruk dan buah
subtropika;
8. Penyiapan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta
penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman jeruk dan
buah subtropika;
45 Ibid.
64
9. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan
perlengkapan Balitjestro.
Berdasarkan penjelasan struktur organisasi diatas adapun bagan struktur
organisasi dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
(Balitjestro), Yaitu:
Bagan. 3
Sumber Bagan: https://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/profil/organisasi/
Keterangan:
:Garis Komando atau Perintah yang menunjukkan alur komando/perintah yang mengalir dari pimpinan organisasi kepada unit dibawahnya sampai ke unit terendah dalam organisasi.
65
3. Gambaran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
a. Gambaran Umum
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP Jatim)
berlokasi di Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang, Kepuharjo,
Karangploso, Kepuharjo, Karangploso, Malang, Jawa Timur. BPTP Jawa
Timur merupakan gabungan (merger) dari berbagai unit kerja di jajaran
Badan Litbang Pertanian yang ada di Jawa Timur (16 unit kerja), yaitu
eks Sub Balithorti Malang, Sub Balithorti Tlekung, Sub Balittan
Mojosari, Sub Balitnak Grati, beserta kebun percobaan yang berada
dibawahnya, dan Balai Informasi Pertanian Wonocolo, Surabaya, yang
dibentuk berdasarkan SK Mentan No. 798/Kpts/OT.210/ 12/1994,
tanggal Desember 1994, dan mulai efektif pada tanggal 1 April 1995
dengan nama BPTP Karangploso.
Dalam perjalanannya, BPTP Karangploso mengalami reorganisasi lagi
dengan keluarnya SK Mentan terbaru No. 350/Kpts/OT.210/6/2001,
tanggal 14 Juni 2001, menjadi BPTP Jawa Timur dengan hanya dua unit
kerja yang tergabung di dalamnya, yaitu Laboratorium Diseminasi
Wonocolo dan Kebun Percobaan Mojosari. Perubahan ini membawa
konsekuensi terhadap penyempurnaan tugas dan fungsi Balai secara
keseluruhan. Tugas pokok BPTP Jawa Timur adalah melaksanakan
pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi bagi semua
komoditas pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
peternakan dan perikanan dengan teknologi yang bersifat terapan (siap
66
pakai) dengan mempertimbangkan optimasi produksi serta pendapatan
petani.
b. Struktur Organisasi
Organisasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP
Jatim) terdiri dari Kepala Balai, Kepala Tata Usaha (KTU), KSPP, dan
Peneliti atau Penyuluhan Administrasi. Adapun Fungsi dari Lembaga ini,
Yaitu: 46
1. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi;
2. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian
tepat guna spesifik lokasi;
3. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian
serta perakitan materi penyuluhan;
4. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan
dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
5. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan
pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.
46 Badan Litbang Pertanian, Unit Kerja- BPTP Jatim, http://www.litbang.pertanian.go.id, Diakses Tanggal 5 Desember 2016 Pukul 21:25.
67
Berdasarkan penjelasan struktur organisasi diatas adapun bagan struktur
organisasi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP
Jatim), Yaitu:
Bagan. 4
Struktur Organisasi BPTP Jawa Timur
Sumber Bagan: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
Keterangan:
:Garis Komando atau Perintah yang menunjukkan alur
komando/perintah yang mengalir dari pimpinan organisasi kepada
unit dibawahnya sampai ke unit terendah dalam organisasi.
68
B. Implementasi Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak PVT
diwilayah Hukum Lembaga Litbang Kementerian Pertanian di Jawa
Timur
1. Prosedur Pendaftaran Hak PVT (Perlindungan Varietas Tanaman) di
Balittas, BPTP Jawa Timur, dan Balitjestro
Dalam hal Pendaftaran Hak PVT (Perlindungan Varietas Tanaman)
terdapat persamaan untuk prosedur pendaftaran di ketiga lembaga yang
dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh
peniliti kepada responden yaitu Ir. Emy Budiyanti dari Balitjestro, Drs.
Marjani dari Balittas, dan Dr. Sudarmadi Purnomo, M.P dari BPTP Jawa
Timur, Ketiga lembaga tersebut menyatakan bahwasanya untuk prosedur
Pendaftaran Hak PVT (Perlindungan Varietas Tanaman) sesuai dengan
Undang-Undang No 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas
Tanaman.47
Prosedur Pendaftaran serta tata cara pengajuan permohonan Hak PVT
(Perlindungan Varietas Tanaman) terdapat pada Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2000 Tentang PVT. Adapun Bagan dari Prosedur Pendaftaran Hak
PVT (Perlindungan Varietas Tanaman) yang Secara sederhana dan yang
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang PVT
(Perlindungan Varietas Tanaman) yang akan dilanjutkan dengan penjelasan
dari bagan prosedur pendaftaran Hak PVT (Perlindnugan Varietas
Tanaman) yang dapat digambarkan dan dijabarkan oleh penulis sebagai
berikut: 48
47 Hasil wawancara dengan Bu Emy Budiyanti dari Balitjestro, Pak Marjani dari Balittas, dan Pak Sudarmadi Purnomo dari BPTP Jawa Timur pada tanggal antara 24 November – 30 November 2016. 48 Ibid.
69
Bagan. 5
Prosedur Pendaftaran Hak PVT
TIDAK TIDAK
DIPENUHI YA
6 Bulan (Biasa)
12 Bulan (Hak Prioritas)
1 Bulan
Tidak
TIDAK
TIDAK
TIDAK
3 Bln YA YA
Sumber: http:/bima.ipb.ac.id/~haki/home.php?kiri=PVT
Pemohon
Persyaratan - Biasa (psl 11 & 12)
- Hak prioritas (psl 14)
Tanggal Penerimaan (psl 15)
Pemeriksaan Persyaratan (psl 24)
Jelas/ lengkap (psl 32)
Pemeriksaan substansi 24 bln (psl 30)
Permohonan Pemeriksaan Substantif
(psl 29)
Pengumuman 6 bulan (psl 25)
Memenuhi ketentuan psl 11 atau psl 14
Permohonan dapat ditarik kembali
Dianggap ditarik kembali (psl 18)
Dilengkapi (psl 16)
Pemberian Sertifikat PVT (psl 34)
Permohonan Banding (psl 36)
Penolakan Memenuhi syarat
1
3
B
u
l
a
n
1
9
B
u
l
a
n
70
Berdasarkan bagan diatas ketentuan untuk mengajukan permohonan Hak PVT
adalah sebagai berikut:49
a. Pemohon wajib menyampaikan surat permohonan dengan membayar biaya
yang telah ditetapkan;
b. Surat permohonan hak PVT memuat:
1) tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan
2) nama dan alamat lengkap pemohon
3) nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemulia serta nama ahli
waris yang ditunjuk
4) nama varietas
5) deskripsi varietas yang mencakup asal usul atau silsilah, ciri-ciri
morfologi, dan sifat-sifat penting lainnya
6) gambar dan/ atau foto yang disebut dalam deskripsi, yang diperlukan
untuk memperjelas deskripsinya.
Baik untuk pemohon yang biasa sesuai dengan pasal 11 UU No 29 Tahun
2000 dan untuk pemohon dengan Hak prioritas disesuaikan dengan pasal 14
UU NO 29 Tahun 2000. Selain permohonan biasa, dapat juga dilakukan
permohonan hak PVT dengan menggunakan hak prioritas dimana harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:50
a. diajukan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
penerimaan pengajuan permohonan hak PVT yang pertama kali di luar
Indonesia;
49 Ibid, Hal. 25. 50 Ibid, Hal. 29-30.
71
b. dilengkapi salinan surat permohonan hak PVT yang pertama kali dan
disahkan oleh pihak yang berwenang di negara yang dimaksud dalam
butir a paling lambat 3 (tiga) bulan;
c. dilengkapi salinan sah dokumen permohonan hak PVT yang pertama di
luar negeri
d. dilengkapi salinan sah penolakan hak PVT, apabila hak PVT tersebut
pernah ditolak.
Jika para pemohon hak PVT telah memenuhi persyaratan tersebut, maka
berkas permohonan pendaftaran hak perlindungan varietas tanaman
dianggap diajukan pada tanggal penerimaan berkas permohonan hak PVT
oleh kantor perlindungan hak varietas tanaman dimana segala pembayaran
untuk biaya-biaya yang diperlukan telah selesai dilakukan. Untuk tanggal
penerimaan surat permohonan hak perlindungan varietas tanaman adalah
tanggal pada saat kantor perlindungan varietas tanaman menerima surat
permohonan hak PVT yang telah memenuhi syarat-syarat secara lengkap
dan tanggal penerimaan surat permohonan hak perlindungan varietas
tanaman akan dicatat dalam daftar umum PVT oleh kantor perlindungan
varietas tanaman. Pada saat penerimaan permohonan hak PVT terdapat
kekurangan terhadap syarat-syarat pendaftaran, maka kantor PVT akan
meminta agar pihak yang mengajukan permohonan pendaftaran hak PVT
untuk melengkapi kekurangan tersebut sesuai dengan Pasal 16 UU No 29
Tahun 2000, dimana jangka waktu yang diberikan adalah 3 (tiga) bulan
terhitung sejak tanggal pengiriman surat permohonan pemenuhan
72
kekurangan tersebut yang dikirimkan oleh kantor PVT. Bila dalam jangka
waktu yang diberikan, pihak pemohon belum selesai melengkapinya maka
berdasarkan pertimbangan alasan yang diajukan pihak pemohon dan
disetujui oleh kantor PVT, jangka waktu tersebut dapat diperpanjang
kembali paling lama 3 (tiga) bulan berdasarkan permintaan pihak pemohon
hak PVT. 51
Berkas permohonan hak PVT yang tidak juga dilengkapi meskipun telah
mendapat perpanjangan waktu tidak akan diterima. Sesuai Pasal 18 UU No
29 Tahun 2000, Kantor PVT akan memberitahukan secara tertulis kepada
pihak pemohon hak PVT bahwa permohonan hak perlindungan varietas
tanaman (hak PVT) yang mereka ajukan dianggap ditarik kembali. Pada
saat pengajuan kembali berkas permohonan hak PVT yang kurang lengkap
tersebut, maka tanggal penerimaannya mengalami perubahan dimana
tanggal penerimaannya bukan lagi tanggal penerimaan berkas permohonan
hak PVT untuk pertama kali, akan tetapi telah mengalami perubahan
menjadi tanggal diterimanya pemenuhan kelengkapan terakhir dari
kekurangan pada berkas permohonan hak PVT tersebut oleh kantor PVT.52
Berdasarkan Pasal 24 ayat 2 UU No. 29 Tahun 2000 Setelah
mendapatkan tanggal penerimaan, kantor PVT akan melakukan pemeriksaan
terhadap varietas tanaman yang akan dimohonkan hak PVT. Kantor PVT
akan membuat pengumuman mengenai adanya suatu permohonan untuk
mendapatkan hak PVT terhadap suatu jenis varietas tanaman. Adanya
51 Novia Ujiyanti Silitong. Op.Cit. Hal. 54-55. 52 Ibid.
73
pengumuman ini dinilai sangat penting bila ditinjau dari sisi yuridisnya,
karena pengumuman tersebut merupakan syarat bagi lahirnya hak
kebendaan sebagai penerapan asas publisitas. Dalam hal ini, kantor PVT
akan mengumumkan permohonan hak PVT yang sudah memenuhi
persyaratan kelengkapan dan permohonan hak PVT tersebut tidak ditarik
kembali oleh pihak pemohon hak PVT.
Berdasarkan Pasal 25 UU No 29 Tahun 2000, Pengumuman tersebut akan
dilakukan selambat-lambatnya:
a. 6 (enam) bulan setelah tanggal penerimaan permohonan hak PVT
b. 12 (dua belas) bulan setelah tanggal penerimaan permohonan hak PVT
dengan hak prioritas.
Berdasarkan Pasal 26 UU No. 29 Tahun 2000 Pengumuman
permohonan hak PVT tersebut akan berlangsung selama 6 (enam) bulan dan
dilakukan dengan cara:
a. menggunakan atau memanfaatkan fasilitas untuk pengumuman yang
mudah dan jelas sehingga dapat diketahui dan dimengerti oleh
masyarakat.
b. membuat pengumuman tersebut dalam berita resmi PVT.
Pengumuman mengenai permohonan hak PVT tersebut akan dicatat
oleh pegawai kantor PVT dalam daftar umum PVT. Pengumuman
permohonan hak PVT tersebut harus memuat hal-hal sebagai berikut:53
a. nama dan alamat lengkap pemohon hak PVT atau pemegang kuasa
53 Novia Ujiyanti Silitong. Op.Cit. Hal. 56.
74
b. nama dan alamat lengkap pemulia
c. tanggal pengajuan permohonan hak PVT atau tanggal, nomor dan
negara tempat permohonan hak PVT yang pertama kali diajukan dalam
hal permohonan hak PVT dengan hak prioritas
d. nama varietas
e. deskripsi varietas
f. deskripsi yang memuat informasi untuk varietas transgenik.
Berdasarkan Pasal 28 UU No 29 Tahun 2000, Selama jangka waktu
dilakukannya pengumuman permohonan hak PVT, setiap orang atau badan
hukum dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang diperlukan
mengenai varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT tersebut. Setelah
melihat dan memperhatikan pengumuman permohonan PVT tersebut, maka
setiap orang ataupun badan hukum yang merasa berkepentingan, secara
tertulis dapat mengajukan pandangan maupun keberatannya disertai alasan
yang jelas mengenai permohonan atas hak PVT tersebut. Kantor PVT akan
mengirimkan salinan surat yang berisi pandangan maupun keberatan yang
diajukan kepada pihak yang mengajukan permohonan hak PVT. Untuk
menanggapinya, pemohon hak PVT berhak mengajukan secara tertulis
sanggahan dan penjelasan terhadap pandangan maupun keberatan yang
diajukan dan mengirimkannya kembali ke kantor PVT. Pandangan,
keberatan, sanggahan, maupun penjelasan yang dikemukakan dalam masa
pengumuman tersebut akan digunakan sebagai tambahan untuk bahan
pertimbangan dalam memutuskan permohonan hak PVT.
75
Berdasarkan Pasal 29 UU NO 29 Tahun 2000 Pemohon hak PVT harus
mengajukan pemeriksaan substantif atas permohonan hak PVT, dimana
permohonan substantif diajukan secara tertulis kepada kantor PVT
selambat-lambatnya satu bulan setelah masa pengumuman permohonan hak
PVT berakhir. Hak perlindungan atas varietas tanaman merupakan hak yang
diberikan negara berdasarkan adanya permohonan dari pihak yang
memerlukan hak PVT sehingga pihak pemohon harus bersikap aktif
termasuk dalam mengajukan permohonan pemeriksaan substantif. Hal ini
mengakibatkan apabila dalam jangka waktu satu bulan setelah berakhirnya
pengumuman, kantor PVT belum menerima permohonan pemeriksaan
substantif dari pihak yang mengajukan hak PVT maka permohonan terhadap
hak PVT dianggap ditarik kembali.
Berdasarkan Pasal 30 UU No 29 Tahun 2000, Pemeriksaan substantif
yang dilakukan oleh Pemeriksa PVT merupakan pemeriksaan yang meliputi
sifat kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan dari varietas tanaman
yang dimohonkan hak PVT. Dalam melakukan pemeriksaan, kantor PVT
dapat meminta bantuan tenaga ahli maupun fasilitas yang diperlukan
termasuk memperoleh informasi dari institusi lain baik dari dalam maupun
dari luar negeri. Ketika kantor PVT menggunakan bantuan tenaga ahli
maupun fasilitas dari institusi lainnya, semua para pihak yang terlibat secara
keseluruhan akan terikat dengan kewajiban untuk menjaga kerahasiaan
varietas tanaman dan semua dokumen permohonan hak PVT termasuk juga
merahasiakan penjelasan atau informasi yang diberikan untuk
76
melengkapinya. Pemeriksaan substantif hanya dapat dilakukan oleh
Pemeriksa PVT, yang merupakan pegawai kantor PVT atau dapat pula
berasal dari instansi pemerintah lainnya yang secara khusus dididik menjadi
tenaga ahli yang memiliki kualifikasi Pemeriksa PVT dan diangkat untuk
tugas tersebut. Oleh karena sifat keahlian dan ruang lingkup pekerjaannya
yang bersifat khusus maka jabatan Pemeriksa PVT merupakan jabatan
fungsional.
Berdasarkan Pasal 32 UU No 29 Tahun 2000, Pemeriksa PVT
melaporkan mengenai ketidakjelasan atau kekurangan kelengkapan
persyaratan yang dianggap penting dari varietas tanaman yang dimohonkan
hak PVT, laporan tersebut akan diberitahukan secara tertulis oleh kantor
PVT kepada pihak yang memohon hak PVT. Pemberitahuan tersebut harus
jelas dan terperinci mencantumkan hal-hal yang dinilai tidak jelas atau
kekurangan kelengkapan yang dinilai penting termasuk juga mengenai
jangka waktu yang diberikan untuk melakukan perbaikan ataupun
perubahan. Ketidakjelasan atau kekurangan kelengkapan yang dinilai
penting yang dimaksud dapat berupa asal usul atau silsilah varietas tanaman
yang tidak jelas, deskripsi yang kurang sesuai atau kurang jelas, maupun
mengenai gambar yang kurang mendukung. Pihak pemohon hak PVT harus
segera memberi tanggapan atas pemberitahuan tersebut, apabila pemohon
hak PVT tidak memberikan penjelasan atau tidak memenuhi kekurangan
kelengkapan termasuk melakukan perbaikan atau perubahan yang diminta
maka kantor PVT berhak menolak permohonan hak PVT tersebut.
77
Keputusan pemberian atau penolakan terhadap permohonan hak PVT akan
dikeluarkan kantor PVT selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) bulan
terhitung sejak tanggal permohonan pemeriksaan substantif. Akan tetapi bila
waktu pemeriksaan belum selesai dan memerlukan perpanjangan waktu,
maka kantor PVT harus memberitahukan kepada pihak pemohon hak PVT
disertai alasan dan penjelasan mengenai perpanjangan waktu pemeriksaan
tersebut.
Berdasarkan Pasal 34 UU No 29 Tahun 2000, Laporan Pemeriksa PVT
yang menyimpulkan bahwa varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT
sesuai dengan ketentuan undang-undang akan diberitahukan secara resmi
oleh kantor PVT kepada pihak pemohon hak PVT. Pemberitahuan tersebut
berisikan persetujuan pemberian sertifikat hak PVT untuk varietas tanaman
yang dimohonkan hak PVT, dimana hak PVT yang diberikan berbentuk
sertifikat hak PVT. Hak PVT yang telah diberikan akan dicatat dalam daftar
umum PVT dan diumumkan dalam berita resmi PVT. Salinan dokumen
PVT tersebut dapat diberikan oleh kantor PVT kepada para pihak yang
memerlukan dengan membayar biaya yang telah ditentukan. Kantor PVT
dapat menolak permohonan hak PVT, penolakan dilakukan setelah
mengadakan pemeriksaan oleh Pemeriksa PVT. Laporan Pemeriksa PVT
yang menyimpulkan permohonan hak PVT tidak memenuhi ketentuan yang
ditetapkan dan tidak adanya tanggapan dari pihak pemohon hak PVT
mengenai laporan Pemeriksa PVT tersebut dapat dijadikan dasar penolakan
hak PVT. Kantor PVT memberitahukan secara tertulis penolakan tersebut
78
kepada pihak pemohon hak PVT dan dengan jelas mencantumkan alasan
dan pertimbangan yang mendasari penolakan tersebut. Penolakan pemberian
hak PVT tersebut akan dicatat dalam daftar umum PVT.
Berdasarkan Pasal 36 UU No 29 Tahun 2000, Pihak pemohon hak PVT
yang mendapat penolakan dapat mengajukan permohonan banding kepada
Komisi Banding PVT. Komisi Banding PVT merupakan suatu badan yang
secara khusus dibentuk untuk memeriksa permohonan banding atas
penolakan permohonan hak PVT dan memberikan hasilnya kepada kantor
PVT. Dalam melaksanakan tugasnya Komisi Banding PVT bekerja secara
independen, yang beranggotakan beberapa ahli di bidang yang diperlukan
dan Pemeriksa PVT senior yang tidak melakukan pemeriksaan substantif
terhadap varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT tersebut. Dalam
Komisi Banding PVT kecuali untuk ketua yang merangkap anggota, para
anggota komisi ini diangkat apabila terdapat permohonan banding dan
mereka bertugas hanya untuk memeriksa permohonan banding yang
bersangkutan.
Berdasarkan Pasal 36 UU No 29 Tahun 2000, Permohonan banding
diajukan terhadap penolakan permohonan hak PVT yang berkaitan dengan
alasan dan dasar pertimbangan mengenai hal-hal yang bersifat substantif.
Permohonan banding tersebut diajukan secara tertulis oleh pemohon hak
PVT atau kuasa hukumnya disertai uraian secara jelas mengenai keberatan
terhadap penolakan permohonan hak PVT beserta alasan keberatan tersebut.
Permohonan banding diajukan selambat-lambatnya 3 bulan sejak tanggal
79
pengiriman surat penolakan permohonan hak PVT dengan melampirkan
tembusan kepada kantor PVT. Permohonan banding diajukan tidak untuk
memberikan penjelasan maupun untuk melengkapi permohonan hak PVT
yang telah ditolak. Upaya hukum ini juga tidak dapat dimohonkan untuk
penolakan yang disebabkan karena pihak pemohon hak PVT tidak
melakukan perbaikan atau penyempurnaan yang disarankan kantor PVT
selama masa pemeriksaan substantif. Permohonan banding ini juga tidak
dapat dilakukan terhadap permohonan hak PVT yang telah ditarik kembali
oleh pihak pemohon saat pengumuman hasil pemeriksaan awal sebelum
permohonan hak PVT diumumkan. Sedangkan para pihak pemohon hak
PVT yang tidak mengajukan banding terhadap putusan kantor PVT yang
menolak pemberian hak PVT dalam jangka waktu yang telah ditentukan,
akan dinggap menerima penolakan permohonan hak PVT tersebut sehingga
keputusan penolakan akan dicatat dalam daftar umum PVT.
Pemeriksaan yang dilakukan Komisi Banding PVT dilakukan selambat-
lambatnya 3 bulan sejak tanggal penerimaan permohonan banding PVT.
Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan Komisi Banding PVT ini bersifat
final dimana pihak pemohon hak PVT tidak dapat meminta peninjauan lebih
lanjut kepada lembaga atau pejabat lainnya, hal ini disebabkan karena
penilaian atas varietas tanaman menyangkut pertimbangan yang bersifat
teknis. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, Komisi Banding PVT dapat
mengabulkan permohonan banding yang diajukan dan mencabut putusan
penolakan pemberian hak PVT yang telah dikeluarkan. Putusan pengabulan
80
permohonan banding tersebut mewajibkan kantor PVT memberikan
sertifikat hak PVT yang dimohonkan. Apabila setelah melakukan
pemeriksaan, Komisi Banding PVT tetap menolak permohonan banding
tersebut maka kantor PVT akan memberitahukan penolakan tersebut kepada
para pihak yang mengajukan banding.54
Dari penjelasan diatas adapun data pemohon pengajuan Hak PVT
(Perlindungan Varietas Tanaman) dari Tahun 2007 sampai dengan 2016,
Yaitu:
Tabel. 2
Data Pemohon Pengajuan Hak PVT Balittas Tahun 2007-2016
No Nama Pemohon komoditas Nama varietas Tahun Keteterangan
1 Drs. Marjani, MP Kenaf (KR 15) Hibiscus
Cannabinus L
2007 Diterima
2 Hadi Sudarmo, S.si Wijen (Winas 1) Sesamum
Indicum L
2016 Diterima
3 Ir. Emy Sulistyowati,
M.Ag, Ph.D
Wijen (Winas 2) Sesamum
Indicum L
2016 Diterima
4 Ir. Siwi Sumartini Kapas
(Kanesia 10)
Gossypium
Hirsutum L
2011 Diterima
5 Ir. Emy Sulistyowati,
M.Ag, Ph.D
Kapas
(Kanesia 13)
Gossypium
Hirsutum L
2011 Diterima
Sumber Tabel: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
54 Ibid, Hal. 35-36.
81
Tabel. 3
Data Pemohon Pengajuan Hak PVT Balitjestro Tahun 2007-2016
No Nama Pemohon komoditas Nama
varietas
Tahun Keteterangan
1 Ir. Emy Budiyanti Jeruk
(Keprok Hibrida)
JRM 2012 2014 Diterima
2 Ir. Emy Budiyanti Anggur Jestro Ag60 2009 Diterima
3 Anis Andriani, SP Anggur Jestro Ag86 2009 Diterima
Sumber Tabel: Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
Tabel. 4
Data Pemohon Pengajuan Hak PVT BPTP Jawa Timur Tahun 2007-2016
No Nama Pemohon komoditas Nama varietas Tahun Keteterangan
1 Dr.Sudarmadi
Purnomo
Mangga Marifta-01 2008 Diterima
2 Dr.Sudarmadi
Purnomo
Pepaya Hibrida
Carindo
2008 Diterima
3 Saiful Hosni Melon Hibrida Kanaya 2008 Diterima
4 Dr.Sudarmadi
Purnomo
Mangga Keraton-119 2008 Diterima
5 Rebin Mangga Garifta Merah 2010 Diterima
Sumber Tabel: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
82
Dari Tabel diatas dapat diketahui Data Pemohon Pengajuan Permohonan Hak
PVT dari tahun 2007-2016 di masing-masing balai yang rata-rata sudah diterima
oleh kantor PPVT dan mendapatkan sertifikat Hak PVT atau perlindungan
terhadap obyek varietas yang di PVT-kan.
2. Obyek Perlindungan Varietas Tanaman (PVT)
a. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
Untuk obyek yang dilindungi oleh lembaga ini dan yang telah
mempunyai Hak Perlindungan Varietas Tanaman), yaitu:
1) Varietas Kenaf (nama varietas KR 15) dengan Nomor Sertifikat
PVT:0007/PPVT/S/2007, dengan keterangan gambar varietas sebagai
berikut:
Gambar.1
Varietas Kenaf (KR-15)
Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
83
2) Kapas (nama varietas Kanesia 10 dan Kanesia 13) dengan Nomor
Sertifikat PVT:00128/PPVT/S/2011 untuk Kanesia 10 dan Nomor
Sertifikat PVT:0129/PPVT/S/2011 untuk Kanesia 13, dengan
keterangan gambar varietas sebagai berikut:
Gambar. 2
Varietas Kanesia 10
Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
84
Gambar. 3
Varietas Kanesia 13
Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
3) Wijen (nama Varietas Winas 1 dan Winas 2) dengan Nomor Sertifikat
PVT:00371/PPVT/S/2016 untuk Winas 1 dan Nomor Sertifikat
PVT:00372/PPVT/S/2016 untuk Winas 2, dengan keterangan gambar
varietas sebagai berikut:
85
Gambar. 4
Varietas Winas 1
Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
86
Gambar. 5
Varietas Winas 2
Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
Varietas-varietas diatas termasuk varietas tanaman perkebunan sesuai
dengan kewenangan lembaga ini yang bekerja meneliti tanaman
perkebunan. Tanaman Perkebunan adalah tanaman semusim dan/atau
tahunan yang karena jenis dan tujuan pengelolaannya ditetapkan sebagai
tanaman perkebunan. Pada umumnya tanaman perkebunan baik yang
termasuk tanaman tahunan maupun musiman, merupakan tanaman yang
menguntungkan selama diusahakan dengan baik dan benar, namun
demikian untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi diperlukan
87
pengelolaan yang baik dan efisien melalui penerapan teknologi yang
tepat dan sesuai dengan kekhususan lokasi. Secara umum tanaman
perkebunan dibagi menjadi 2 macam, yaitu: 55
Tabel. 5
Varietas Tanaman Perkebunan
Sumber Tabel : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
b. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
Untuk obyek varietas yang didaftarkan hak perlindungan varietas
tanamannya adalah buah jeruk yang dalam pernyataannya adapun
penjelasan dari Ir. Emi Budiyanti yaitu Lembaga ini berwenang dalam
hal pendaftaran Hak PVT dimana lembaga ini adalah Balai komoditas
tanaman jeruk dan buah subtropika yang output kinerja balai adalah
varietas unggul baru, selain itu untuk varietas apel, anggur, klengkeng
dan stroberi juga harus mempunyai hak perlindungan varietas tanaman
yang dimaksudkan untuk legal distribusi dengan tujuan untuk adanya
55 Ibid, Hal. 19-20.
Nomor Tanaman Tahunan Tanaman Semusim
1 Karet Kapas
2 Kelapa sawit Tebu
3 Kopi Tembakau
4 Kelapa Jahe
5 Jambu mete Kenaf
6 The Wijen
7 Kakao Sereh wangi
8 Jarak Kapas
9 Lada Tebu
88
perlindungan terhadap masing-masing varietas yang sudah dimohonkan
hak PVT.56 Berikut salah satu contoh gambar dari obyek varietas, Yaitu:
1) Anggur Varietas (Jestro Ag60) dengan Nomor Sertifikat Pendaftaran
Varietas Hasil Pemuliaan: 211/PVHP/2009
Gambar. 6
Anggur Varietas Jestro A960
Sumber Gambar: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika
2) Anggur Varietas (Jestro Ag86) dengan Nomor Sertifikat Pendaftaran
Varietas Hasil Pemuliaan: 212/PVHP/2009 56 Hasil wawancara dengan Bu Emi Budiyati di ruangan Kelti Fisiologi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Pada tanggal 29 November 2016.
89
Gambar. 7
Anggur Varietas Jestro Ag86
Sumber Gambar: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika
c. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yaitu DR.
Sudarmadi Purnama, MP. Bahwa obyek varietas yang memiliki hak
Perlindungan varietas tanaman yaitu Mangga, Durian, Jeruk, Markisa,
Melinjo, Pisang, Salak, Kelengkeng yang sudah dilepas kemasyarakat
90
luas untuk dibudidayakan, karena tugas dari balai ini sebagai balai
pengkajian yang dapat diberikan mandat apapun oleh Kementerian
Pertanian untuk mengkaji berbagai macam-macam varietas yang harus
dikaji baik dengan cara diteliti atau kegiatan pemuliaan.57 Berikut
beberapa contoh gambar dari obyek varietas, Yaitu:
1) Mangga Varietas Marifta-01 dengan Nomor Sertifikat Pendaftaran
Varietas Hasil Pemuliaan: 31/PPVHP/2008
Gambar. 8
Mangga Varietas Marifta-01
Sumber Gambar: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
57 Hasil wawancara pada tanggal 30 November 2016 dengan responden Pak Sudarmadi Purnomo yang bertempatan di ruang Laboratorium Pemulian dan Genetika Tanaman di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ( BPTP Jatim).
91
2) Pepaya Varietas Hibrida Carindo dengan Nomor sertifikat
Pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan: 33/PPVHP/2008
Gambar. 9
Pepaya Varietas Hibrida Carindo
Sumber Gambar: Balai Pengakjian Teknologi Pertanian Jawa Timur
3) Melon Hibrida Varietas Kanaya dengan Nomor Sertifikat
Pendaftaran Hasil Pemuliaan: 34/PPVHP/2008
92
Gambar. 10
Melon Hibrida Varietas Kanaya
Sumber Gambar: Balai Pengakjian Teknologi Pertanian Jawa Timur
3. Implementasi Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak PVT
a. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yaitu Drs.
Marjani, MP., menyatakan dan menjelaskan bahwa Balittas berwenang
dalam hal pendaftaran Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT)
tetapi secara teknisnya melalui kantor yang namannya BPATP.
Penerapan perlindungan hukum terhadap pemegang hak PVT itu sendiri
dimulai pada tahun 2007 bahwasannya di lembaga Balittas pertama kali
mengajukan perlindungan hukum terhadap hak PVT pada tanaman
Kenaf yang memiliki nama Varietas Karangploso 15 (KR 15).58
Pada tahun-tahun berikutnya diikuti dengan pendaftaran varietas
kapas, wijen, Tembakau (yang sedang dalam proses), dan Jatropa
58 Hasil wawancara pada tanggal 22 November 2016 dengan responden pak Marjani yang bertempat di kantor Pemulia Tanaman Balai penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas).
93
(dalam Pengajuan Pendaftaran). Sebelum terbitnya Undang-Undang
Nomor 29 tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman
Pemulia Tanaman dapat mengajukan Pendaftaran PVT dengan dirinya
sendiri yang diajukan secara langsung kepada kantor PPVT. Untuk
pendaftaran hak PVT yang melalui suatu lembaga dari hasil pemuliaan
tanaman oleh pemulia tanaman hanya membuat Draft yang diajukan
kepada Balai Besar Pengkajian Teknologi Pertanian (BBPTP) yang
akan diselesaikan secara teknisnya dan akan diserahkan kepada Kantor
Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Pengizinan Pertanian
(PPVTPP) untuk mengeluarkan Hak PVT-nya. 59
Menurut penjelasan Drs. Marjani. MP juga mengatakan
bahwasannya lembaga ini mengimplementasikan perlindungan hukum
terhadap pemegang hak PVT nya sesuai dengan pasal 1 poin 1 UU No
29 Tahun 2000 Tentang Pelindungan Varietas Tanaman. Bahwa,
Perlindungan khusus yang diberikan negara yang dalam hal ini diwakili
oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor
Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang
dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman
dan Peraturan lainnya yang mengatur tentang Perlindungan Varietas
Tanaman. Disini Pemegang hak itu sendiri atau pemilik dari Varietas
Tanaman tersebut adalah Badan Litbang Pertanian. Melalui Balittas,
Drs. Marjani, MP., diberi kuasa oleh Badan Litbang Pertanian untuk
59 Ibid.
94
melakukan dan melaksanakan pemegang hak PVT tersebut sekaligus
sebagai Pemulia Tanaman dari Pihak Balittas.60
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yaitu Drs.
Marjani, MP. sebagai Kuasa yang diberi oleh Badan Litbang Pertanian
melalui Balittas melakukan perjanjian lisensi dengan PT. Global
Agrotek Nusantara dalam hal pengalihan hak PVT untuk memproduksi,
memperbanyak dan mengelola varietas. Menurut Drs. Marjani, MP
lembaga Balittas tidak mempunyai mandat untuk melakukan
komersialisasi, sehingga hasil teknologi yang dihasilkan dari lembaga
ini akan dialihkan kepada perusahaan yang mempunyai kemampuan
untuk mengkomersialisasi hasil teknologi yang dihasilkan oleh
lembaga tersebut. Adapun bentuk perjanjian lisensi tersebut dalam
perjanjian baku dimana terdapat hak dan kewajiban yang mengatur
masing-masing pihak serta tercantumnya batas waktu kontrak atau
perjanjian lisensi tersebut. Dan terdapat juga perincian royalti untuk
setiap varietas serta bagian dalam prosentase untuk pemulia tanaman
dan untuk instansi terdapat prosentase tersendiri yang tidak untuk
dipublikasikan.61
Berikut gambar perjanjian lisensi, Pasal yang memuat hak dan
kewajiban dari perjanjian lisensi antara Balittas dengan Pt. Global
Agrotek Nusantara, dan Batas Waktu Peerjanjian dari Lisensi tersebut,
Yaitu:
60 Ibid. 61 Ibid.
95
Gambar. 11
Perjanjian Lisensi Balittas dengan PT. Global Agrotek Nusantara
Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
96
Gambar. 12
Foto Pasal 5
Hak dan Kewajiban Para Pihak
Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
97
Gambar. 13
Foto Pasal 6
Jangka Waktu Perjanjian
Sumber Gambar: Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
98
Dari fakta diatas dapat diketahui bahwasnnya penerapan pasal 6 dan
pasal 42 Undang-undang No 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan
Varietas Tanaman Tentang Hak dan Kewajiban dari pemegang Hak
PVT dan Lisensi diterapkan dan dimplementasikan oleh lembaga ini
sebagai pemegang Hak PVT dang memberikan Kuasa kepada salah satu
pemulia tanaman di lembaga tersebut yaitu Drs. Mardjani, MP untuk
melakukan hubungan kerjasama untuk memberi hak kepada pihak
tersebut dalam hal melakukan perbuatan hukum terhadap varietas
tersebut seperti menjual, memperbanyak, memproduksi, mengambil
turunan essensialnya,dll.
Sama dengan pernyataan dari hasil wawancara dengan respoden
yaitu Drs. Marjani, MP., mengenai adanya pemisahan antara pemilik
Varietas dengan Pemulia Tanaman, siapapun yang menjadi pemilik
varietas tanaman tersebut akan tetap ada nama pemulia tanaman
tersebut dalam Sertifikat Hak PVT dari suatu varietas tanaman tertentu.
Berdasarkan Pasal 9 Ayat 1 Undang-Undang No 29 Tahun 2000,
Ketentuan pemberian imbalan sama sekali tidak akan menghapus hak
pemulia, agar namanya tetap dicantumkan dalam sertifikat pemberian
hak PVT. Seorang pemulia yang ingin melakukan pendaftaran hak PVT
berkewajiban untuk:
a. melaksanakan hak PVT di Indonesia
b. membayar biaya tahunan PVT
99
c. menyediakan dan menunjukkan contoh benih varietas yang telah
mendapatkan hak PVT di Indonesia.
Akan tetapi, ketentuan dapat dikecualikan apabila dalam
melaksanakan hak PVT-nya, seorang pemulia mendapatkan kendala
baik secara teknis maupun ekonomis dalam mengembangkan varietas
tanaman di Indonesia. Pengecualian hanya dapat disetujui kantor PVT
apabila pihak pemulia sebagai pemegang hak PVT mengajukan
permohonan tertulis yang disertai alasan-alasan dan bukti yang
diberikan oleh instansi yang berwenang.
Perlindungan hukum menurut para ahli seperti Menurut Harjono,62
para pengkaji hukum belum secara komprehensif mengembangkan
konsep perlindungan hukum dari perspektif keilmuan hukum Banyak
tulisan-tulisan yang dimaksudkan sebagai karya ilmiah ilmu hukum
baik dalam tingkatan skripsi, tesis, maupun disertasi yang mempunyai
tema pokok bahasan tentang perlindungan hukum. Namun tidak secara
spesifik mendasarkan pada konsep-konsep dasar keilmuan hukum
secara cukup dalam mengembangkan konsep perlindungan hukum.
Bahkan dalam banyak bahan pustaka, makna dan batasan-batasan
mengenai perlindungan hukum sulit ditemukan, hal ini mungkin
didasari pemikiran bahwa orang telah dianggap tahu secara umum apa
yang dimaksud dengan perlindungan hukum sehingga tidak diperlukan
lagi sebuah konsep tentang apa yang dimaksud perlindungan hukum.
62 Harjono. Op.Cit. Hal. 43.
100
Konsekwensi dari tidak adanya konsep tersebut akhirnya menimbulkan
keragaman dalam pemberian maknanya, padahal perlindungan hukum
selalu menjadi tema pokok dalam setiap kajian hukum.63
Menurut Setiono, sebagaimana dikutip oleh M. Andi Firdaus
defenisi perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk
melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa
yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban
dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati
martabatnya sebagai manusia.64
Berdasarkan Hasil wawancara dengan responden yaitu Drs.
Marjani, MP., Pemerintah telah memberikan alat yaitu berupa Undang-
Undang dan peraturan lanjutan atau lainnya yang berkenaan dengan
perlindungan varietas ini. Agar meminimalisir terjadinya perbuatan
sewenang-wenang untuk para pemegang hak PVT baik itu seorang
petani, pengusaha ataupun pemulia tanaman yang dibawah suatu
instansi atau lembaga pemerintahan.65
Dalam hal ini Drs. Marjani, MP sebagai kuasa pemegang hak PVT
sekaligus pemulia tanaman melalui Balai Penelitian Tanaman
Tembakau dan serat (Nama dulu) sekarang menjadi Balai Penelitian
Tanaman Pemanis dan Serat melakukan perjanjian lisensi dengan PT.
Global Agrotek Nusantara dengan objek perjanjian lisensi yaitu
63 Ibid. 64 Setiono. Op.Cit. Hal. 43-44. 65 Hasil wawancara pada tanggal 15 Desember 2016 dengan responden pak Marjani yang bertempat di kantor Pemulia Tanaman Balai penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas).
101
tanaman kenaf (KR 15) yang pembuatannya ditujukan untuk mencegah
terjadinya sengketa diantara para pihak. Perjanjian lisensi antara
pemulia tanaman yaitu Drs. Marjani, MP dengan PT. Global Agrotek
Nusantara dimana adanya ketentuan sanksi apabila terjadi
persengketaan diantara kedua belah pihak dimana terdapat pasal
mengenai ketentuan adminitrasi dan ketentuan pidana. Kegiatan yang
telah dilakukan oleh pihak pemulia tanaman yaitu mengawasi, mendata,
dan memantau perkembangan dari varietas yang dibudidayakan oleh
perusahaan tersebut. Serta pernah terjadi peneguran terhadap
perusahaan tersebut karena kurang adil (Fair) dalam mempromosikan
dua varietas yaitu KR 11 dan KR 15.66
Dari penjelasan Dr. Marjani, MP sebagai responden dalam
penelitian di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)
diatas ditambah dengan penguatan pendapat yang dinyatakan oleh Drs.
Marjani, MP dalam hal perlindungan hukum terhadap varietas tanaman
sangatlah didukung dan diterapkan oleh Balai Penelitian Tanaman
Pemanis dan Serat (Balittas).67
b. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
Dalam pernyataannya dari hasil wawancara adapun penjelasan dari
responden yaitu Ir. Emy Budiyanti, Lembaga ini berwenang dalam hal
pendaftaran Hak PVT dimana lembaga ini adalah Balai komoditas
tanaman jeruk dan buah subtropika yang output kinerja balai adalah 66 Ibid. 67 Hasil wawancara pada tanggal 22 November 2016 dengan responden pak Marjani yang bertempat di kantor Pemulia Tanaman Balai penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas).
102
varietas unggul baru, selain itu untuk varietas apel, anggur, klengkeng
dan stroberi juga harus mempunyai hak perlindungan varietas tanaman
yang dimaksudkan untuk legal distribusi dengan tujuan untuk adanya
perlindungan terhadap masing-masing varietas yang sudah dimohonkan
hak PVT. Menurut responden yaitu Ir. Emy Budiyanti, Balitjestro tidak
memiliki dan mempunyai kewenangan dalam hal Perlindungan Hukum
terhadap Pemegang Hak PVT, mereka hanya memiliki dan mempunyai
kewenangan sebatas membantu para petani yang komoditasnya sesuai
dengan Balitjestro untuk mendaftarkan Hak PVT akan dibantu dalam
pembuatan draft dan penjelasan mengenai tata cara dan prosedur
mengenai Pendaftaran Hak PVT.68
c. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
Mengenai implementasi perlindungan hukum terhadap pemegang
hak PVT di Badan Litbang Pertanian telah diterapkan sesuai dengan
substansi yang disediakan oleh pemerintah. Dari Undang-Undang No
29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman yang telah
disiapkan secara matang dan terperinci dalam pengaturan setiap unsur
yang terkandung dalam Perlindungan hukum terhadap Pemegang Hak
PVT. Adapun peraturan-peraturan lain yang mengatur perlindungan
terhadap varietas tanaman yaitu, dengan diterbitkannya UU No. 5 tahun
1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Kemudian pada tahun 1992, diterbitkan UU No. 12 tahun 1992 tentang 68 Hasil wawancara dengan Bu Emi Budiyati di ruangan Kelti Fisiologi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Pada tanggal 8 Desember 2016.
103
Sistem Budidaya Tanaman yang mendorong kegiatan pemuliaan
tanaman, dimana dalam pasal 55 UU No. 12 tahun 1992 dinyatakan
bahwa:
1. kepada penemu teknologi tepat serta penemu teori dan metode
ilmiah baru di bidang budidaya tanaman dapat diberikan
penghargaan oleh pemerintah;
2. kepada penemu jenis baru dan/atau varietas unggul, dapat diberikan
penghargaan oleh pemerintah serta mempunyai hak memberi nama
pada temuannya
3. setiap orang atau badan hukum yang tanamannya memiliki
keunggulan tertentu dapat diberikan penghargaan oleh pemerintah
4. ketentuan mengenai pemberian penghargaan sebagai dimaksud
dalam ayat 1, ayat 2, dan ayat 3, diatur lebih lanjut oleh
pemerintah.
Ketentuan dalam UU No. 12 tahun 1992 tidak mengatur adanya
perlindungan terhadap hak-hak yang dimiliki pihak pemulia tanaman,
sehingga para pemulia tanaman tidak mengetahui keuntungan/manfaat
yang diperoleh apabila varietas temuannya diperbanyak atau dijual, dan
apa sanksi bagi pihak yang menjual atau menggunakan varietas
temuannya tanpa persetujuan dari pihak pemulia untuk tujuan komersil.
Berdasarkan ketentuan dalam UU No. 12 tahun 1992, pihak pemulia
104
hanya memperoleh penghargaan dari pemerintah, sebagai balas jasa
dari hasil penemuan varietas baru.69
C. Faktor-faktor yang menjadi Pendukung atau Kendala Perlindungan
Hukum terhadap Pemegang Hak PVT diwilayah Hukum Lembaga
Litbang Kementerian Pertanian di Jawa Timur
1. Faktor-faktor yang menjadi Pendukung Perlindungan Hukum
terhadap Pemegang Hak PVT diwilayah Hukum Lembaga Litbang
Kementerian Pertanian di Jawa Timur
Berdasarkan hasil penelitian di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan
Serat (Balittas), Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
(Balitjestro), dan Balai Pengakajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP
Jawa Timur). Penulis menemukan fakta bahwa yang menjadi Pendukung
dalam hal Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Hak PVT (Perlidungan
Varietas Tanaman) yang ditinjau dari unsur-unsur dalam teori Lawrence M.
Friedmen yang dikutip oleh Salim HS dan Elies Septiana Nurbani,
mengatakan ada tiga unsur yang harus diperhatikan dalam penegakan
hukum, ketiga unsur itu meliputi struktur, substansi, dan budaya hukum.
Adapun unsur Struktur da Substansi yang dapat diuaraikan oleh penulis
sebagai berikut, Yaitu: 70
a. Pengawasan oleh penegak hukum terhadap pelaksanaan PVT
(Unsur Struktur)
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yaitu Dr. Marjani,
MP dari Balittas, Ir. Emy Budiyanti dari Balitjestro, dan Dr. Sudarmadi
69 Hasil wawancara pada tanggal 30 November 2016 dengan responden Pak Sudarmadi Purnomo yang bertempatan di ruang Laboratorium Pemulian dan Genetika Tanaman di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ( BPTP Jatim). 70 Op. Cit. Hal. 52.
105
Purnomo, MS dari BPTP Jawa Timur. Dapat diketahui bahwa, Faktor
pendukung dalam perlindungan hukum terhadap pemegang hak PVT
dilembaga ini didukung dengan cara pengawasan yang dilakukan oleh
pihak dari pemegang hak PVT itu sendiri yang cukup intens dalam hal
mengawasi perlindungan hukum terhadap pemegang hak PVT yang
dimulai dari pelaksanaan PVT sampai kepada penyebaran benih
tersebut. Yang dimaksud dari pelaksanaanya disini yaitu proses
memproduksi yang sesuai dengan perjanjian, lahkah-langkah
mempromosikan hasil varietas kepada konsumen dengan tujuan
komersialisasi. Selain dari undang-undang PVT itu sendiri juga terdapat
faktor pendukung lainnya yaitu pengawasan dari Balai Besar
Perbenihan dan Proteksi Tanaman yang ikut serta mengawasi, mendata
setiap varietas yang bertujuan agar perlindungan hukum terhadap hak
PVT ini ditegakkan dan semakin bagus dan berkualitas penerapan dari
perlindungan hak PVT. 71
Bentuk perlindungannya seperti mengawasi varietas yang beredar
di masyarakat, apakah varietas yang beredar mempunyai kesamaan
seperti yang dimiliki oleh lembaga ini ataupun yang dimiliki oleh
pemegang hak PVT dengan varietas yang sama. Apabila ada kesamaan
baik itu varietas yang aslinya ataupun varietas turunan essensialnya,
maka lembaga ini akan segara mengajukan klaim atau mengajukan
laporan kepada Instansi yang mengeluarkan pengumuman tentang 71 Hasil wawancara pada tanggal 22 November 2016 dengan responden pak Marjani yang bertempat di kantor Pemulia Tanaman Balai penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas).
106
varietas tersebut untuk hal ini instansi yang berwenang adalah kantor
Perizinan Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) terhadap pihak yang
telah melakukan kecurang tersebut. Untuk pihak yang menjual bebas
maka kami akan mengajukan laporan kepada Instansi PPVT ataupun
pihak yang berwajib yaitu Kepolisian. Hak PVT diberikan hanya
kepada orang atau badan hukum yang berhak yaitu kepada para pihak
yang sudah melakukan permohonan hak PVT dan telah melewati semua
proses hingga permohonan hak PVT dikabulkan. Hak PVT yang
diberikan kepada pihak yang tidak berhak dapat mendasari penuntutan
dari pihak pemegang hak PVT, dimana penuntutan dilakukan melalui
Pengadilan Negeri. Hak untuk melakukan penuntutan diberlakukan
sejak tanggal diberikannya sertifikat hak PVT yang dikeluarkan kantor
PVT kepada pihak yang berwenang atas kepemilikan hak PVT
tersebut.72
b. Regulasi dari Badan Litbang Pertanian yang khusus untuk PVT
(Unsur Substansi)
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yaitu Drs.
Marjani, MP dari Balittas, Ir. Emy Budiyanti dari Balitjestro, dan Dr.
Sudarmadi Purnomo, MS dari BPTP Jawa Timur. Dapat diketahui
bahwa, Faktor pendukung dalam perlindungan hukum terhadap
pemegang hak PVT dilembaga ini didukung dengan kebijakan dari
badan litbang pertanian. Yaitu Peraturan Menteri Pertanian Nomor
121/Permentan/OT.140/11/2013 Tentang Syarat dan Tata Cara 72 Hasil wawancara dengan Bu Emi Budiyati di ruangan Kelti Fisiologi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Pada tanggal 8 Desember 2016.
107
Permohonan Dan Pemberian Hak Perlindungan Varietas Tanaman
(PVT). Faktor–faktor lain yang mendukung perlindungan hukum
terhadap pemegang Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) di
lembaga-lembaga ini yaitu SOP (Standar Operasional Prosedur) yang
bertujuan untuk menghasilkan dan mengelola varietas tanaman tersebut.
Dimana yang berwenang mengeluarkan SOP adalah Badan Litbang
Pertanian. Dalam hal Perlindungan disini terhadap Pemegang Hak
Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) menurut responden Lembaga
inilah yang melindungi tetapi disini perlindungannya lebih terhadap
internal, maksud dari internal disini yaitu hak perlindungan dari
pemberi kerja kepada pekerja secara umum saja.73
2. Faktor-faktor yang menjadi Kendala Perlindungan Hukum terhadap
Pemegang Hak PVT diwilayah Hukum Lembaga Litbang Kementerian
Pertanian di Jawa Timur
Berdasarkan hasil penelitian di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan
Serat (Balittas), Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
(Balitjestro), dan Balai Pengakajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP
Jawa Timur). Penulis menemukan fakta bahwa yang menjadi kendala dalam
hal Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Hak PVT (Perlidungan
Varietas Tanaman) yang ditinjau dari faktor-faktor dalam teori Soerjono
73 Hasil wawancara pada tanggal 12 Desember 2016 dengan responden Pak Sudarmadi Purnomo yang bertempatan di ruang Laboratorium Pemulian dan Genetika Tanaman di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ( BPTP Jatim).
108
Soekanto yang sesuai dengan fakta dilapangan ada dua faktor yang dapat
diuaraikan sebagai berikut, Yaitu:74
a. Faktor Hukum
Berdasarkan hasil wawancara di ketiga lembaga dengan responden Dr.
Marjani, MP dari Balittas, Ir. Emy Budiyanti dari Balitjestro, dan Dr.
Sudarmadi Purnomo, MS dari BPTP Jawa Timur. Dapat diketahui
bahwasannya kurangnya pemahaman mereka dalam hal perlindungan
hukum terhadap Hak PVT (Perlindngan Varietas Tanaman), mereka
mengatakan mengetahui tentang regulasi dari PVT (Perlindungan
Varietas Tanaman) itu sendiri, tetapi tidak dengan detail ataupun
mengerti mengenai perlindungan hukum terhadap varietas yang
didaftarkannya. Jawaban yang mereka sampaikan dari pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh penulis kepada responden dijawab sesuai
dengan sepengetahuan dan sepemahamannya saja.75
Jawaban responden diatas yang masih jauh dari harapan penulis,
menunjukan bahwa kurang pahamnya responden terhadap regulasi terkait
dengan perlindungan hukum terhadap pemegang Hak PVT (Perlindungan
varietas Tanaman). Apabila seorang petugas yang tidak memahami
regulasi dengan baik melakukan pengawasan terhadap PVT tidak sesuai
dengan ketententuan regulasi yang ada yaitu Undang-undang Nomor 29
Tahun 2000. Berdasarkan fakta dilapangan Praktik penyelenggaraan 74 Op.Cit. Hal 52-53. 75 Hasil wawancara dengan Responden Drs. Marjani dari Balittas, Ir. Emy Budiyanti dari Balitjestro, serta Dr. Sudarmadi Purnomo dari BPTP Jawa Timur pada tanggal antara 29 November sampai dengan 30 Desember 2016.
109
hukum di lapangan ada kalanya terjadi pertentangan antara kepastian
hukum dan keadilan, hal ini disebabkan oleh konsepsi keadilan
merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan kepastian
hukum merupakan suatu prosedur yang telah ditentukan secara normatif.
Justru itu, suatu kebijakan atau tindakan yang tidak sepenuhnya berdasar
hukum merupakan sesuatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan
atau tindakan itu tidak bertentangan dengan hukum. Maka pada
hakikatnya penyelenggaraan hukum bukan hanya mencakup law
enforcement, namun juga peace maintenance, karena penyelenggaraan
hukum sesungguhnya merupakan proses penyerasian antara nilai kaidah
dan pola perilaku nyata yang bertujuan untuk mencapai kedamaian.
b. Faktor Penegak Hukum dalam Penegakan Hukum
Berdasarkan hasil wawancara di ketiga lembaga dengan responden
Drs. Marjani, MP dari Balittas, Ir. Emy Budiyati dari Balitjestro, dan Dr.
Sudarmadi Purnomo, MS dari BPTP Jawa Timur. Dapat diketahui
bahwasanya, Berawal dari Penegakan Hukum yang dilakukan oleh
lembaga Balittas salah satunya yaitu Adanya peneguran yang dilakukan
oleh Balittas kepada PT Global Agrotek Nusantara karena tidak adilnya
perusahaan tersebut dalam hal penjualan varietas KR 11 yang tidak di
PVT atau belum di PVT-kan karena sudah lama dilepas sebelum
keluarnya Undang-undang tentang PVT sedangkan untuk KR 15 itu
110
sendiri yang memiliki hak PVT tidak diproduksi lebih banyak seperti KR
11.76
Dalam kontrak kerjasama Perjanjian Lisensi terdapat kesepakatan
untuk memproduksi, menjual, mengiklankan dan mempromosikan sesuai
dengan pasal 9 tentang Produksi dan Pemasaran yang terdapat didalam
Perjanjian Lisensi antara Balittas dengan PT. Global Agrotek Nusantara,
yaitu: “ (1) Pihak Kedua akan memproduksi benih pokok atau benih
sebar varietas Kenaf KR 15 diwilayah Indonesia atas biaya dan
resikonya sendiri” dari ayat pertama telah diketahui bahwasanya pihak
kedua yaitu PT. Global Agrotek Nusantara telah melanggar perjanjian,
diamana upaya balittas dalam mengatasi wanprestasi yang dilakukan
pihak kedua yaitu dengan memberikan teguran kepada pihak kedua,
tetapi pihak kedua tidak menghiraukannya. Jika ditinjau dari pasal 6 UU
No. 29 tahun 2000. Karena perbuatan dari PT. Global Agrotek Nusantara
tersebut kegunaan atau fungsi dari varietas KR 15 kurang berfungsi dan
mengurangi keuntungan dari pihak Balittas. Dari penjelasan tersebut
dapat diketahui bahwa kurang efektifnya regulasi baik dari perjanjian
lisensi ataupun dari Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang PVT
(Perlindungan Varietas Tanaman).
Dilanjutkan dengan penegakan hukum yang dilakukan oleh
Balitjestro. Dalam hal penegakan hukum terhadap pemegang hak
Perlindungan Varietas Tanaman yaitu lembaga ini melindungi varietas 76 Hasil wawancara pada tanggal 22 November 2016 dengan responden pak Marjani yang bertempat di kantor Pemulia Tanaman Balai penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas).
111
tanamannya dengan 3 (tiga) cara yaitu Sosialisasi, Penyuluhan, dan
Proteksi. Kegiatan yang pertama dan yang kedua dalam penegakan
hukum yang dilakukan oleh Balitjestro yaitu kegiatan Sosialisasi dan
Penyuluhan. Dalam sosialisasi pasti tidak lepas dari penyuluhan, Karena
berawal dari pengetahuan dan apabila dijelaskan dengan praktek
penyuluhan akan menjadi pemahaman. Dimana pada saat penyuluhan
pihak Balitjestro memberi contoh produk-produk yang asli dan yang
palsu dengan memperlihatkan label yang asli karena menurut responden
yaitu Ir. Emy Budiyanti, produk atau vatietas yang keluar dari Balitjestro
baik itu varietas unggul maupun varietas tebar akan memiliki data
masing-masing yang sudah tertera di dalam labelnya dimana akan
diketahui varietas tersebut digunakan seperti apa dan binaan dari pemulia
tanaman siapa akan diketahui, disini pihak atau lembaga yang berwenang
dalam hal sertifikasi benih atau labelisasi adalah Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) yang
ada di Indonesia. Tujuan dari sosialisasi sendiri yaitu memberikan
pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran hukum terhadap PVT
(Perlindungan Varietas Tanaman) sedangkan untuk penyuluhan bertujuan
untuk pemahaman yang lebih mendalam dan detail dalam hal cara-cara
perlindungan hukum terhadap Hak PVT (Perlindugan Varietas
Tanaman). Menurut pernyataan dari responden yaitu bu Emy Budiyati
banyak sekali oknum yang tidak bertanggungjawab memalsukan produk
112
yang asli dari balitjestro. Produk disini yaitu varietas unggul dan Varietas
Tebar yang didaftarkan hak Perlindungan Varietas Tanaman.77
Kegiatan proteksi, Balitjestro memprotek varietas disini dengan cara
memberikan perlindugan secara utuh terhadap masing-masing varietas
yang diperjual-belikan dan yang diedarkan sekalipun, selain penerapan
regulasi yang ada seperti Undnag-Undang Nomor 29 Tahun 2000 yang
memberikan perlindungan kpada varietas yang didaftarkan hak pvt-nya,
selain itu Balitjestro juga bekerjasama dengan Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) yang
ada di Indonesia. Balitjestro bertujuan agar kemurnian dari benih atau
varietas tersebut tetap terjaga keutuhannya serta kualitas hasil dari
benih tersebut terjamin mutunya.78
Berikutnya penegakan hukum dari BPTP Jawa Timur, Adapun
hambatan atau kendala yang terjadi pada saat ada kontrak kerjasama.
Dan disini kerjasama ada dua macam yaitu kerjasama riset dan
kerjasama produk. Menurut responden yaitu Dr. Sudarmadi Purnomo,
apabila terjadi permasalahan dengan pihak ketiga maka sanksi yang
sering diterapkan yaitu sanksi administratif, yaitu pembayaran denda
atau pemutusan kontrak kerjasama secara sepihak. Menurut responden
pada saat terjadi permasalahan responden menerapkan Hak untuk
menuntut apabila terdapat laporan atau keluhan dari pihak luar adanya
77 Ibid. 78 Hasil wawancara dengan Bu Emi Budiyati di ruangan Kelti Fisiologi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Pada tanggal 8 Desember 2016.
113
pengambilan varietas-varietas secara illegal serta melakukan penjualan
secara bebas varietas yang illegal tersebut.79
Berdasarkan fakta diatas dapat diketahui bahwa penegakan hukum
dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP Jawa
Timur) sudah melaksanakan tugasnya dengan baik, yakni melaksanakan
upaya penegakan hukum seperti sanksi yang diterapkan oleh pihak
balai apabila terjadi pelanggaran kontrak baik itu mendapatkan surat
teguran ataupun sanksi administratif dengan membayar denda yang
telah ditetapkan dan pencabutan lisensi secara sepihak, serta pelaporan
kepada pihak yang berwajib apabila terjadi pengambilan varietas-
varietas secara illegal serta melakukan penjualan secara bebas varietas
yang illegal tersebut.
Menurut pendapat Soerjono Soekanto, Faktor penegakan hukum,
Fungsi hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum
memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas
petugas kurang baik, ada masalah. Oleh karena itu, salah satu kunci
keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian
penegak hukum.80 Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwasanya
substansi atau regulasi tentang PVT (Perlindungan Varietas Tanaman)
sudah cukup baik, tetapi faktor penegak hukumnya masihlah sangat
kurang, sehingga efektivitas dari regulasi yang ada dengan tujuan untuk
79 Hasil wawancara pada tanggal 12 Desember 2016 dengan responden Pak Sudarmadi Purnomo yang bertempatan di ruang Laboratorium Pemulian dan Genetika Tanaman di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ( BPTP Jatim). 80 Soerjono Soekanto. Op.Cit. Hal 54.
114
memproteksi varietas yang telah mendapatkan hak PVT (Perlindugan
Varietas Tanaman) tidak seimbang karena penegakan hukum oleh
petugas masih sangat lemah. Sanksi dari pelanggaran yang belum
diterapkan secara benar menjadikan pihak yang melakukan perjanjian
kontrak dengan pihak instansi atau balai lebih sering untuk melakukan
pelanggaran lagi dan lagi adapun alasan dari ketiga responden diketiga
balai yang mengatakan mengapa mereka dan balai sangat menghindari
atau meminimalisir terjadi persengketaan secara hukum karena visi dan
misi dari lembaga pemerintahan yaitu untuk mensejahterahkan,
mengayomi, dan membantu pertanian yang ada diindonesia menjadi lebih
baik dan maju ditingkat internasional.