BAB I PENDAHULUAN A. Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki
sumberdaya hayati yang sangat beragam dan sering dinyatakan sebagai negara
yang memiliki “megabiodiversity”. Keanekaragaman hayati ini adalah rahmat
karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, yang merupakan
sumber plasma nutfah dan dapat dimanfaatkan untuk merakit varietas unggul
masa depan yang sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi
sektor pertanian pada khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya.1
Era globalisasi yang ditandai dengan semakin tajamnya kompetisi di
berbagai bidang mendorong Indonesia untuk turut serta terlibat aktif dalam
pergaulan global tersebut, khususunya di bidang perdagangan internasional.
Situasi perkembangan perekonomian global akan segera menimbulkan dampak
yang nyata atas perekonomian nasional, termasuk sektor pertanian dalam
berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan praproduksi, budidaya, panen, pasca
panen, distribusi, dan perdagangan. Bidang pertanian di Indonesia merupakan
salah satu bidang yang dapat dikembangkan sebagai sarana untuk terlibat aktif
dalam perdagangan internasional, mengingat hasil pertanian merupakan
komoditi ekspor yang sangat dibutuhkan di berbagai negara. Keberhasilan
pertanian Indonesia dapat terwujud apabila seluruh komponen bangsa
Indonesia dapat bersatu membangun bidang pertanian yang tangguh dan
1 Tim Redaksi Tatanusa. 2005. Himpunan Undang-Undang Haki. Jakarta. PT. Tatanusa. Hal. 359-
361.
2
mampu bersaing, baik dari segi kualitas maupun dari segi harga dengan hasil
pertanian dari negara lain.2
Proses pemuliaan tanaman mempunyai peranan penting dalam menjaga
ketersediaan makanan bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan
bahan makanan semakin meningkat, dengan adanya pemuliaan tanaman dapat
ditemukan varietas-varietas unggul yang dapat menghasilkan bahan makanan
yang cepat dalam jumlah banyak. Mengingat pentingnya keberadaan pemulia
tanaman ini, pemerintah Indonesia mengelurkan berbagai instrument yang
mengatur terkait pemulia tanaman yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman dan Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman serta Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pengesahan International Treaty On Plant
Genetic Resources For Food And Agriculture (Perjanjian Mengenai Sumber
Daya Genetik Tanaman Untuk Pangan Dan Pertanian).3 Undang-Undang
Perlindungan Varietas Tanaman bertujuan untuk mendorong para peneliti di
bidang pemuliaan tanaman meningkatkan hasil penelitiannya sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian Indonesia yang memiliki daya
saing tinggi di pasar global.4
Kemampuan untuk menghasilkan varietas tanaman yang dapat dijadikan
bibit unggul sangat diperlukan, karena varietas tanaman merupakan faktor yang
2 Novia, Ujianti Silitonga. 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman. Fakultas
Hukum Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Hal. 8. 3 Ira Puspita Sari Wahyuni. 2013. Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Petani
Pemulia Tanaman Di Indonesia. Skripsi. Fakultas Hukum Perdata Ekonomi Universitas
Brawijaya. Hal. 5. 4 Lindsey. Tim. 2006. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung. PT. Alumni. Hal.
231.
3
menentukan kualitas hasil pertanian. Keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan varietas yang unggul antara lain varietas tanaman yang digunakan
telah berteknologi tinggi, relatif murah, dan tidak mencemari lingkungan.
Melalui penggunaan varietas tanaman yang unggul diharapkan proses produksi
menjadi lebih efisien, lebih produktif dan menghasilkan bahan pangan yang
bermutu tinggi.5
Ketentuan hukum di Indonesia yang memberikan perlindungan terhadap
varietas tanaman, pada awalnya diatur dalam Undang-Undang Paten (UUP).
Dalam UUP Tahun 1989 Pasal 7 huruf c dikatakan bahwa semua varietas
tanaman dapat dimintakan hak patennya, kecuali untuk komoditi tanaman padi,
jagung, ubi kayu, dan ubi jalar. Selanjutnya UUP mengalami amandemen
menjadi UUP Tahun 1997, dimana dalam UUP Tahun 1997 ketentuan
pengecualian permohonan paten terhadap varietas tanaman dihapuskan
sehingga semua jenis varietas tanaman dapat dimintakan hak paten tanpa
kecuali. UUP Tahun 1997 mengalami perubahan menjadi Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (UUP Tahun 2001). Pada Pasal 7 huruf d
diatur bahwa varietas tanaman sebagai makhluk hidup merupakan invensi yang
tidak diberikan paten. Invensi merupakan ide dari inventor yang dituangkan
kedalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi,
dapat berupa produk atau proses atau penyempurnaan dan pengembangan
produk atau proses. (Indonesia, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001
5 Sarifudin Karama. 2000. Fenomena Hasil Pelepasan Varietas, Kesiapan Industri Perbenihan
dan Dampaknya Pada Konservasi Plasma Nutfah Oleh Para Petani. Bogor. Simposium Nasional
Pengelolaan Plasma Nutfah dan Pemulihan Tanaman. Hal. 2.
4
tentang Paten, Lembaran Negara RI Nomor 109 Tahun 2001, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4130 Tahun 2001, Pasal 1 Bagian 2).
Ketentuan lain yang memberi dasar perlindungan bagi pemuliaan tanaman
adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman yang pada intinya berisi tentang pengaturan pemberian penghargaan
bagi invensi teknologi di bidang budidaya tanaman, jenis dan varietas baru bagi
perorangan maupun badan hukum. (Indonesia, Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Lembaran Negara RI Nomor
46 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3478 Tahun 1992,
Pasal 55). Pada dasarnya ketentuan berupa undang-undang merupakan sarana
yang diperlukan untuk mendorong dan melindungi kegiatan dalam
menghasilkan varietas tanaman yang bersifat unggul. Para pihak yang bergerak
dalam bidang pemuliaan tanaman membutuhkan suatu aturan khusus yang
dapat memberikan jaminan dan perlindungan hukum secara jelas dan tegas.
Perlindungan yang di maksud berupa adanya pengakuan hak atas kekayaan
intelektual bagi hasil invensi berupa varietas baru tanaman.
Perlindungan varietas tanaman (PVT) yang merupakan “sui generis” dari
paten merupakan perlindungan terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh
pemulia tanaman yang mengandung unsur baru, unik, seragam, stabil , dan
diberi nama (BUSS). Di Indonesia pengelolaan Paten dan pengelolaan PVT
tidak berada di satu tangan, Paten berada di bawah Kementerian Hukum dan
HAM Republik Indonesia, sedangkan PVT dikelola di bawah Kementerian
Pertanian Republik Indonesia. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 29
5
Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, maka keberadaan
pemulia yang melakukan pemuliaan akan terlindungi, dimana pemulia yang
menghasilkan varietas tanaman yang memenuhi ketentuan UU PVT tersebut
dapat memperoleh hak PVT dan mendapatkan manfaat ekonomi dari hasil
pemuliaannya itu.6
Adapun contoh kasus mengenai sertifikasi ilegal pak Tukirin dengan PT.
Benih Inti Subur Intani (BISI) di Kecamatan Nggrogot, Kabupaten Nganjuk,
Jawa Timur. Pak Tukirin seorang petani yang menjadi mitra PT.BISI untuk
mengembangkan tanaman jagung setelah masa kerja samanya telah selesai pak
Turkinpun berinisiatif untuk melakukan eksperimen penyilangan tanaman
jagung tersebut. Diapun dituntut penjara selama enam bulan dengan percobaan
dua tahun serta denda sebesar Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah).
Yang selanjutnya dapat dilihat dalam Berita yang memuat kasus Bapak
Tukirin selaku Petani dengan PT. Benih Inti Subur Intani (BISI) selaku
Pemegang Hak PVT yang dirugikan atas sertifikasi Ilegal oleh pak Tukirin,
yaitu:
Tukirin (62 tahun) adalah salah satu dari sepuluh petani mitra PT Benih
Inti Subur Intani (PT BISI) di Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk,
Jawa Timur. Kerja sama antara petani-petani ini dengan PT BISI dilakukan
tanpa surat kontrak dan berlangsung tahun 1994-1998. Selama kerja sama yang
berakhir tanpa sebab jelas itu, Tukirin meraih predikat petani terbaik kedua se-
Kecamatan Ngronggot. Usai kerja sama dengan PT BISI, Tukirin masih
6 Nurul Barizah. 2009. Perlindungan Varietas tanaman. Paten. Sistem Budidaya Tanaman dan
Ketahanan Pangan, Jurnal HKI.
6
menanam jagung dengan benih berlabel dari perusahaan itu. Di sini ia mencoba
menemukan variasi metode tanam jagung yang berbeda dengan metode milik
PT BISI, menggunakan benih tersebut. Setelah eksperimen pertama berhasil,
Tukirin memilah benih dan menanamnya kembali. Sisanya dijual ke tetangga
disertai penjelasan pola tanamnya. Pada saat jagung berumur 50 hari, lahan
Tukirin didatangi petugas penyuluh lapangan (PPL) PT BISI wilayah
Kecamatan Ngronggot.
Tukirin lalu dilaporkan ke polisi setempat dengan tuduhan melakukan
pembenihan ilegal. Proses pun berlanjut ke pengadilan, tanggal 17 Februari
2005 Pengadilan Negeri Nganjuk menetapkan bahwa Tukirin bersalah dengan
tuduhan melakukan sertifikasi ilegal, melanggar Undang-Undang (UU) No.
12/1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman. Tukirin dihukum enam bulan
penjara dengan masa percobaan dua tahun dan denda Rp 200.000. Selain itu,
satu tahun pertama setelah bebas dia tidak boleh menanam jagung atau
menangkarkan benih. Sembilan bulan setelah vonis dijatuhkan, WALHI Jawa
Timur mulai melakukan advokasi terhadap kasus ini. Kami memulihkan
kepercayaan diri Tukirin dengan menyampaikan bahwa banyak orang
bersimpati padanya. Tukirin kami kenalkan pada jaringan-jaringan organisasi
nonpemerintah, mahasiswa, dan petani dampingan di Kediri dan Nganjuk.
Kami juga menyediakan forum bagi Tukirin untuk melakukan testimoni.7
Berdasarkan uraian atas permasalahan pada latar belakang dan beberapa
alasan tersebut diatas, maka mendorong penulis untuk mengadakan penelitian
7 Ridho Saiful Ashadi, 2007, Imperialisme Benih di Ladang Jagung, http://www.agricultures
network.org. diakses tanggal 25 Oktober 2016, pukul 21:00.
7
hukum yang berjudul : “Tinjauan Yuridis Sosiologis Perlindungan Hukum
Terhadap Pemegang Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) (Studi
kasus di Lembaga Litbang Lingkup Kementerian Pertanian di Jawa
Timur)”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi perlindungan hukum terhadap pemegang hak
PVT diwilayah hukum Lembaga Litbang Kementerian Pertanian di Jawa
Timur?
2. Faktor apa yang menjadi pendukung atau kendala perlindungan hukum
terhadap pemegang hak PVT diwilayah hukum Lembaga Litbang
Kementerian Pertanian di Jawa Timur?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana implementasi perlindungan hukum terhadap
pemegang hak PVT diwilayah hukum Lembaga Litbang Kementerian
Pertanian di Jawa Timur.
2. Untuk Mengetahui Faktor apa yang menjadi pendukung atau kendala
perlindungan hukum terhadap pemegang hak PVT diwilayah hukum
Lembaga Litbang Kementerian Pertanian di Jawa Timur.
D. Manfaat Penelitian
Dari Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang jelas
antara lain:
1. Manfaat Teoritis, hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan
kajian lebih lanjut untuk melahirkan berbagai konsep keilmuan yang pada
8
gilirannya dapat memberikan andil bagi perkembangan ilmu pengetahuan
hukum perdata, dagang, dan Hak Atas Kekayaan Intelektual, khususnya
dalam bidang Perlindungan Varietas Tanaman.
2. Manfaat praktis, diharapkan hasil penulisan ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran yuridis yang berkaitan dengan Perlindungan Hukum
Terhadap Pemegang Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) dan untuk
membangun pertanian yang maju, efisien, dan tangguh perlu didukung dan
ditunjang dengan tersedianya varietas unggul.
E. Metode Penelitian
1. Tipe atau Jenis Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan penulisan
hukum sebagai perilaku manusia dalam masyarakat.8 Studi yang demikian
itu, hukum tidak dikonsepkan sebagai gejala normatif yang otonomi
(seperti Studi Law in Books), tetapi hukum dikonsepkan sebagai pranata
sosial yang riil dikaitkan dengan variable-variabel sosial yang lain.9
Penelitian ini menggunakan pendekatan Yuridis Sosiologis mengenai
Tinjauan Yuridis Sosiologis Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang
Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) Studi kasus di Lembaga
Litbang Lingkup Kementerian Pertanian di Jawa Timur.
8 Fakultas Hukum. 2012. Pedoman Penulisan Hukum. Malang. Fakultas Hukum, Universitas
Muhammadiyah Malang. Hal.18. 9 The Focus of the sociology of law, however it is defined, need to be seen as the study of “the law
in action” rather than the traditional lawyer ’s concern with “the law in action” (Roman
Tomasic. 1986. The sociology of law. New Delhi. Sage Publication London, Beverly Hill. Page.6.)
9
2. Lokasi Penelitian
Dalam Penelitian ini penulis akan melakukan penelitian di 3 (tiga)
Lembaga Litbang Lingkup Kementerian Pertanian di Jawa Timur, yaitu:
a. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro)
b. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)
c. Balai Pengkajuan Teknologi Pertanian (BPTP)
mengenai Tinjauan Yuridis Sosiologis Perlindungan Hukum Terhadap
Pemegang Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) Studi kasus di
Lembaga Litbang Lingkup Kementerian Pertanian di Jawa Timur.
3. Jenis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa bahan hukum
sebagai berikut:
a. Jenis Data Primer
Jenis Data Primer adalah jenis data primer yang langsung dari
sumber utama tanpa adanya perantara, yang didapat melalui proses
interview atau wawancara pada tempat yang diteliti.
1) Hasil Wawancara
Data yang didapatkan dari Responden atau pihak-pihak yang
terkait permasalahan dalam penelitian ini. Data yang didapatkan yaitu
ilmu yang mana langsung diperoleh dalam pengamatan atas obyek
penelitian mengenai permasalahan yang ada dalam penelitian ini.
10
2) Dokumen
Studi Dokumentasi melalui dokumen atau arsip-arsip dari pihak
yang terkait dengan cara mencatat atau meringkas dokumen-dokumen.
Data yang didapatkan dari penelitian ini seperti formulir, prosedur
baik tulisan maupun gambar, foto, dll.
b. Jenis Data Sekunder
Jenis data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan melalui
bahan-bahan literatur yaitu Undang-Undang dan Peraturan-peraturan,
Buku, Jurnal, dan penelusuran situs-situs internet yang berhubungan
dengan penelitian ini.
c. Jenis Data tersier
Jenis data tersier berupa jenis data mengenai pengertian buku, istilah
baku yang diperoleh dari ensiklopedia, kamus, glossary, dll.
4. Teknik Pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Wawancara
Yaitu memperoleh dan mengumpulkan data melalui Tanya jawab,
dialog atau diskusi dengan responden dari penelitian ini ,yaitu:
1) Dr. Sudarmadi Purnomo, M.S. selaku Pemulia Tanaman dan pihak
yang terkait dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).
2) Ir. Emy Budiyanti selaku Pemulia Tanaman dan pihak yang terkait
dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro)
11
3) Drs. Mardjani, MP. selaku Pemulia Tanaman dan Pihak yang terkait
dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)
yang dianggap mengetahui banyak mengenai permasalahan dalam
penelitian yakni mengenai Tinjauan Yuridis Sosiologis Perlindungan
Hukum Terhadap Pemegang Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT)
(Studi kasus di Lembaga Litbang Lingkup Kementerian Pertanian di
Jawa Timur).
b. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data-data yang dimiliki oleh pihak terkait serta
ditambah dengan hasil dokumen baik dalam bentuk tulisan, foto, video
atau rekaman suara dalam hal berkenaan dengan proses penelitian ini.
c. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan melakukan penelusuran dan pencarian bahan-bahan
kepustakaan dari berbagai literatur atau buku-buku, atau studi internet
ataupun jurnal.
5. Teknik Analisa Data
Seluruh data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis deskriptif
kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif kualitatif yaitu menjelaskan,
menguaraikan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan penelitian
hukum. Penelitian-penelitian kualitatif yakni penelitian-penelitian tersebut
12
harus mampu menjelaskan secara cukup rinci tentang metode-metode dan
prosedur-prosedur untuk memungkinkan peniruan (replikasi) penelitian.10
Sedangkan, Penelitian Kualitatif adalah deskriptif. Data Deskriptif adalah
Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar
daripada angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari
data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi.11
Dari
penjabaran pengertian mengenai metodologi penulisan yang akan dilakukan
dalam penelitian ini menjadikan peneliti mengaplikasikan metode-metode
yang ada dalam teori dengan hasil penelitian serta mengambil data dari hasil
penelitian yang dilakukan di Lembaga Litbang Lingkup Kementerian
Pertanian di Jawa Timur.
F. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan ini terdiri dari 4 (empat) bab yang tersusun secara
sistematis sehingga dapat dengan mudah dipahami, yang secara garis besar
dapat diuraikan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang permasalahan, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penelitian.
10
Hartono. 2002. Bagaimana Menulis Tesis “Petunjuk Komprehensif tentang Isi dan Proses”.
Malang. UUM Press. Hal. 78. 11
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta. PT RajaGrafindo
Persada. Hal. 3.
13
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan lebih dalam mengenai teori-teori yang melandasi
penulisan dan pembahasan yang berkaitan dengan judul. Teori ini diperoleh
dari studi kepustakaan dan digunakan sebagai kerangka untuk memudahkan
penulisan penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan pembahasan permasalahan yang diangkat oleh
penulis. Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan Tinjauan Yuridis
Sosiologis Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Perlindungan
Varietas Tanaman (PVT) Studi kasus di Lembaga Litbang Lingkup
Kementerian Pertanian di Jawa Timur.
BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini penutup berisi kesimpulan dari pembahasan mengenai hasil
penelitian serta saran-saran yang perlu disampaikan terkait dengan
permasalahan yang telah diteliti.