BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS -...

46
29 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Hasil Penelitian A.1. Gambaran Umum Tentang Dinas Perhubungan Kota Salatiga. a. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Salatiga. Dinas Perhubungan Kota Salatiga merupakan unsur pelaksanaan otonomi daerah yang melaksanakan urusan pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada walikota melalui sekretaris daerah. Dinas Perhubungan sebelumnya adalah Dinas LLAJ (Lalu Lintas Angkutan Jalan) yang dipimpin oleh Kepala Dinas Perhubungan yang bertanggung jawab langsung kepada Walikota. 1 Dinas perhubungan Kota Salatiga mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang perhubungan darat. Dalam melaksanakan tugas pokok Dinas Perhubungan Kota Salatiga mempunyai fungsi sebagai berikut: Perumusan kebijakan teknis dibidang perhubungan darat Penyelenggaraan urusan pemerintah dan layanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya Pelaksanaan tugas lain yang diperintahkan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dinas Perhubungan Kota Salatiga mengalami perubahan kepemimpinan sebanyak 4 (empat) kali perubahan, dan saat ini di pimpin oleh Drs.ADY SUPRAPTO, M.Si sejak 2013 sampai sekarang. 2 b. SOTK ( Struktur Organisani dan Tata Kerja). 1 Dinas Perhubungan Kota Salatiga 2 Dinas Perhubungan Kota Salatiga

Transcript of BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS -...

29

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Hasil Penelitian

A.1. Gambaran Umum Tentang Dinas Perhubungan Kota Salatiga.

a. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Salatiga.

Dinas Perhubungan Kota Salatiga merupakan unsur pelaksanaan otonomi

daerah yang melaksanakan urusan pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang

Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada walikota

melalui sekretaris daerah. Dinas Perhubungan sebelumnya adalah Dinas LLAJ (Lalu

Lintas Angkutan Jalan) yang dipimpin oleh Kepala Dinas Perhubungan yang

bertanggung jawab langsung kepada Walikota.1

Dinas perhubungan Kota Salatiga mempunyai tugas pokok melaksanakan

urusan pemerintahan daerah dibidang perhubungan darat. Dalam melaksanakan tugas

pokok Dinas Perhubungan Kota Salatiga mempunyai fungsi sebagai berikut:

Perumusan kebijakan teknis dibidang perhubungan darat

Penyelenggaraan urusan pemerintah dan layanan umum sesuai dengan lingkup

tugasnya

Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya

Pelaksanaan tugas lain yang diperintahkan oleh walikota sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Dinas Perhubungan Kota Salatiga mengalami perubahan kepemimpinan

sebanyak 4 (empat) kali perubahan, dan saat ini di pimpin oleh Drs.ADY SUPRAPTO,

M.Si sejak 2013 sampai sekarang.2

b. SOTK ( Struktur Organisani dan Tata Kerja).

1 Dinas Perhubungan Kota Salatiga

2 Dinas Perhubungan Kota Salatiga

30

Berdasarkan pasal 3 ayat 1 Peraturan Walikota Salatiga Nomer 45 Tahun 2016

Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas

Perhubungan mempunyai susunan organisasi sebagai berikut :

Kepala Dinas

Sekretariat, yang membawahi:

- Subbagian Perencanaan dan Keuangan, dan

- Subbagian Umum dan Kepegawaian.

Bidang Lalu Lintas, yang membawahi:

- Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, dan

- Seksi Bina Keselamatan dan Ketertiban Lalu Lintas.

Bidang Angkutan dan Kelaikan Kendaraan, yang membawahi:

- Seksi Pelayanan Angkutan dan Terminal, dan

- Seksi Kelaikan Kendaraan.3

Untuk lebih jelasnya dilihat bagan berikut ini :

3 Peraturan Walikota Salatiga Nomer 45 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Perhubungan

KEPALA DINAS

Drs. ADY SUPRAPTO, M.Si

NIP. 19580623 198603 1 006

SEKRETARIS

AGUNG NUGROHO, S.SOS, MM.

NIP. 19720911 199203 1002

KEPALA SUBBAGIAN

PERENCANAAN DAN

KEUANGAN

OKTORA HOLY SUSANTI,

S.SOS

NIP. 19781008 200312 2 006

KEPALA

SUBBAGIAN UMUM

DAN KEPEGAWAIAN

NUR KHOLIS, ST

NIP. 19770704 200604

2 001

31

Sumber: DISHUB Kota Salatiga

c. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Salatiga.

Tugas dan Fungsi yang terdapat pada Dinas Perhubungan Kota Salatiga adalah

sebagai berikut4:

1. Kepala Dinas

Dinas mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah bidang perhubungan serta tugas

pembantuan yang diberikan kepada Daerah.

Adapun fungsi dari kepala dinas adalah :

- Perumusan kebijakan bidang perhubungan

- Pelaksanaan kebijakan bidang perhubungan

- Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang perhubungan

4 Peraturan Walikota Salatiga Nomer 45 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Perhubungan

KEPALA BIDANG LALU LINTAS

ADI WIBOWO, SE

NIP. 19610713 198503 1 013

KEPALA SEKSI MANAJEMEN

DAN REKAYASA LALU LINTAS

-

KEPALA SEKSI BINA

KESELAMATAN DAN

KETERTIBAN LALU LINTAS

DWI NOPI AWATIY. S.SiT, MT

NIP. 19720711 199503 1 003

KEPALA UPTD PERPARKIRAN

AGUS NUR SOLICHIN, SE

NIP. 19600809 198503 1 015

KEPALA BIDANG ANGKUTAN

DAN KELAIKAN KENDARAAN

SUDARSO, SE

NIP. 19620811 198703 1 006

KEPALA SEKSI PELAYANAN

ANGKUTAN DAN TERMINAL

-

KEPALA SEKSI KELAIKAN

KENDARAAN

MOH. TAKSIS, SE

NIP. 19620518 198303 1 012

32

- Pelaksanaan administrasi Dinas, dan

- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas

dan fungsinya.

2. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas menyelenggarakan dukungan perencanaan,

monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas serta

administrasi kesekretariatan, keuangan dan kepegawaian Dinas.

Funsi dari Sekretariat adalah :

- Perencanaan program dan kegiatan Sekretariat

- Pengoordinasian perencanaan program dan kegiatan Bidang

- Penyelenggaraan program dan kegiatan Sekretariat

- Pengoordinasian pelaksanaan program dan kegiatan Bidang

- Penyelenggaraan administrasi Dinas

- Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan program dan kegiatan

Sekretariat

- Pengoordinasian monitoring, evaluasi dan pelaporan program dan kegiatan

bidang, dan

- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait dengan tugas dan

fungsinya.

3. Kepala Subbagian Perencanaan dan Keuangan.

Subbagian Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas dan fungsi

melaksanakan dukungan perencanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

tugas dan fungsi Dinas serta administrasi keuangan Dinas.

4. Kepala Subbagian Umum dan kepegawaian.

Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan

dukungan administrasi kesekretariatan dan kepegawaian Dinas.

5. Kepala Bidang Lalu Lintas

Bidang Lalu Lintas mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintahan yang

menjadi kewenangan Daerah bidang perhubungan sub urusan lalu lintas dan angkutan

jalan dilingkup lalu lintas. Menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

33

- Perencanaan program dan kegiatan Bidang

- Penyusunan kebijakan bidang perhubungan sesuai dengan lingkup tugas

Bidang

- Penyelenggaraan program dan kegiatan Bidang

- Pelaksanaan kebijakan bidang perhubungan sesuai dengan lingkup tugas

Bidang

- Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan program dan kegiatan

Bidang, dan

- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait dengan tugas dan

fungsinya.

6. Kepala Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas.

Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas mempunyai tugas melaksanakan

urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah bidang perhubungan sub

urusan lalu lintas dan angkutan jalan dilingkup manajemen dan rekayasa lalu lintas.

7. Kepala Seksi Bina Keselamatan dan Ketertiban Lalu Lintas.

Seksi Bina Keselamatan dan Ketertiban Lalu Lintas melaksanakan urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah bidang perhubungan sub urusan lalu

lintas dan angkutan jalan dilingkup bina keselamatan dan ketertiban lalu lintas.

8. Kepala Bidang Angkutan dan Kelaikan Kendaraan.

Bidang Angkutan dan Kelaikan Kendaraan mempunyai tugas melaksanakan

urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah bidang perhubungan sub

urusan angkutan jalan dilingkup angkutan dan kelaikan kendaraan.

Bidang Angkutan dan Kelaikan Kendaraan dalam melaksanakan

menyelenggarakan fungsi:

- Perencanaan program dan kegiatan Bidang

- Penyusunan kebijakan bidang perhubungan sesuai dengan lingkup tugas

Bidang

- Penyelenggaraan program dan kegiatan Bidang

- Pelaksanaan kebijakan bidang perhubungan sesuai dengan lingkup tugas

Bidang

34

- Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan program dan kegiatan

Bidang, dan

- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait dengan tugas dan

fungsinya.

9. Kepala Seksi Pelayanan Angkutan dan Terminal.

Seksi Pelayanan Angkutan dan Terminal mempunyai tugas melaksanakan

urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah bidang perhubungan sub

urusan lalu lintas dan angkutan jalan dilingkup pelayanan angkutan dan terminal.

10. Kepala Seksi Kelaikan Kendaraan.

Seksi Kelaikan Kendaraan mempunyai tugas melaksanakan urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah bidang perhubungan sub urusan lalu

lintas dan angkutan jalan dilingkup kelaikan kendaraan.

A.2. Prosedur Perijinan dan Pengawasan Angkutan Kota Salatiga.

Pengawasan Angkutan Kota oleh Dinas Perhubungan Kota Salatiga, sektor

transportasi memiliki peran yang cukup penting dalam peningkatan mobilitas warga,

baik dari segi kepentingan umum maupun pelayanan perdagangan dan jasa. Tidak

hanya itu, transportasi juga merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

memperlancar roda perekonomian yang sangat berpengaruh semua aspek

perekonomian. Kota Salatiga merupakan salah satu kota kecil yang mengalami

peningkatan mobilitas perjalanan.

Dinas Perhubungan Kota Salatiga mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas pemerintahan dan pembangunan dibidang perhubungan. Salah satu

yang menjadi tugas dari Dinas Perhubungan Kota Salatiga adalah berwenang dalam

menerbitkan izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek berupa izin Angkutan

Kota. Berkaitan dengan izin trayek, adanya aktivitas lalu lintas yang cukup tinggi di

Kota Salatiga tidak menutup kemungkinan terjadinya pelanggaran. Salah satu yang

disorot adalah pelanggaran dalam bidang tidak melakukan uji kelayakan kendaraan

bermotor secara berkala.

a. Prosedur Pengurusan Izin Trayek

35

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk trayek tetap dan teratur adalah memiliki

Izin usaha angkutan dan Izin trayek. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk

memperoleh Izin usaha angkutan :

Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Memiliki Akta Pendirian Perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan

usaha, akta pendirian koperasi bagi pemohon berbentuk koperasi dan tanda

kependudukan untuk pemohon perorangan;

Memiliki Surat Keterangan Domisili Perusahaan; Memiliki Surat Izin Tempat

Usaha (SITU)

Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai 5 (lima) kendaraan

bermotor untuk pemohon yang berdomisili di Pulau Jawa, Sumatera dan Bali

Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan kendaraan.

b. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh Izin trayek terdiri dari

persyaratan administratif dan teknis, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :

Persyaratan Administratif

- Memiliki surat Izin usaha angkutan

- Menandatangani surat persyaratan kesanggupan untuk memenuhi

seluruh kewajiban sebagai pemegang Izin trayek

- Memiliki atau menguasai kendaraan yang laik jalan yang dibuktikan

dengan fotokopi Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) sesuai

domisili perusahaan dan fotokopi Buku Uji Kendaraan

- Menguasai fasilitas penyimpanan/ pool kendaraan bermotor yang

dibuktikan dengan gambar lokasi dan bangunan serta surat

keterangan mengenai kepemilikan dan penguasaan

- Memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu

menyediakan fasilitas pemeliharaaan kendaraan bermotor sehingga

dapat merawat kendaraannya untuk tetap dalam kondisi laik jalan

- Surat keterangan kondisi usaha, seperti permodalan dan sumber daya

manusia

36

- Surat keterangan komitmen usaha seperti jenis pelayanan yang akan

dilaksanakan dan standar pelayanan yang diterapkan

- Surat pertimbangan dari Gubernur, dalam hal ini Dinas Provinsi atau

Dinas Kabupaten/ Kota yang membidangi Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan.

Persyaratan Teknis

- Pada trayek yang dimohon masih dimungkinkan untuk penambahan

jumlah kendaraan

- Prioritas diberikan bagi perusahaan angkutan yang mampu

memberikan pelayanan angkutan terbaik.

Penyelesaian Permohonan :

a. Pemberian Izin trayek dan Izin usaha diberitahukan atau ditolak setelah

memperhatikan pertimbangan selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari

kerja setelah permohonan diterima lengkap;

b. Izin insidentil diberikan kepada perusahaan angkutan yang telah memiliki Izin trayek

untuk menggunakan kendaraan bermotor cadangannya yang menyimpang dari trayek

yang dimiliki, dengan ketentuan :

Masa berlaku izin :

Izin berlaku untuk jangka waktu 5 tahun;

Perubahan dan/ atau perpanjangan masa berlakunya, dilakukan dalam hal :

- Pembaharuan masa berlaku Izin

- Penambahan trayek atau penambahan kendaraan atau penambahan

frekuensi

- Pengurangan trayek atau pengurangan kendaraan atau pengurangan

frekuensi

- Perubahan jam perjalanan

- Perubahan trayek (dalam hal terjadi perubahan rute, perpanjangan rute

atau perpendekan rute)

- Penggantian dokumen Perizinan yang hilang dan rusak

- Pengalihan kepemilikan perusahaan

37

- Penggantian kendaraaan meliputi peremajaan kendaraan, perubahan

identitas kendaraan dan tukar posisi operasi kendaraan.5

Contoh Bagan Prosedur Perijinan

Pengurusan izin trayek terlampir dalam Keputusan Menteri Perhubungan

nomor KM. 35 tahun 2003 tentang penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan

kendaraan umum pada pasal 45 ayat (1) bahwa : “ Untuk memperoleh izin trayek

sebagaimana dimaksud dalam pasal 42, pemohon wajib memenuhi:

a. Persyaratan administrative

5 http://dephub.go.id/post/read/pemberian-izin-angkutan-penumpang

PEMOHON PETUGA

S LOKET

SEKERTARIS KEPALA

DINAS

SEKERTARIS

KEPALA

BIDANG

ANGKUTAN

KEPALA

BIDANG

ANGKUTAN

DARAT

PENINJUAN

LAPANGAN

SEKSI

ANGKUTAN

DARAT

KONSEP

SURAT IZIN /

PENOLAKAN

KEPALA

BIDANG

ANGKUTAN

SEKERTARIS

SEKERTARIS

KEPALA

DINAS

KONSEP

SURAT IZIN /

PENOLAKAN

PETUGAS LOKET

SURAT

PENOLAKAN SURAT IZIN

38

b. Persyaratan teknis

Keputusan menteri yang mengikat tentang persyaratam yang harus dimiliki saat

mengajukan izin tayek didukung dengan pernyataan yang sama oleh Kepala Seksi

Darat Dinas Perhubungan Kota Salatiga.

Pengawasan merupakan salah satu tahapan penting dari adanya suatu aturan.

Yang mana dengan adanya suatu pengawasan kita dapat mengukur sejauh mana aturan

tersebut sudah dilaksanakan atau dijalankan oleh suatu dinas. Yang mana pada bagian

sebelumnya dijelaskan tentang syarat operasional dari Angkutan Kota adalah Izin

Trayek. Dengan adanya peraturan yang mengatur, maka Dinas Perhubungan selaku

Dinas yang berwenang serta bertanggung jawab terhadap jalannya Angkutan Kota

maka Dinas Perhubungan juga wajib mengawasi setiap ketentuan atau aturan yang

berlaku untuk setiap angkutan angkota yang berada di Salatiga apakah sudah berjalan

sesuai dengan ketentuan atau belum. Dalam melaksanakan kewajibannya, Dinas

Perhubungan telah memiliki program-pogram yang dirancang untuk mengantisipasi

masalah-masalah ataupun penyimpangan-penyimpangan dari standar/ tujuan sebelum

kegiatan dilaksanakan.6

Setiap pengendara Angkutan Kota wajib menjalankan Angkutan Kota sesuai

ketentuan yang ada. Yang mana setiap ketentuan tersebut wajib dijalankan oleh setiap

pengemudi Angkutan Kota dan tetap harus ada kontrol/ pengawasan dari perusahaan

Angkutan Kota jika Angkutan Kota tersebut merupakan Angkutan Kota yang berada

dalam naungan organisasi. Namun dari beberapa Angkutan Kota yang ada di Salatiga

masih banyak ditemukan pemilik atau pengusaha Angkutan Kota yang melakukan

pelanggaran. Pemilik atau pengusaha Angkutan Kota di Salatiga masih kurang taatnya

melakukan uji kelayakan kendaraan bermotor. Karena rendahnya pengetahuan yang

dimiliki oleh pemilik atau pengusaha Angkutan Kota di Salatiga ini menjadi penyebab

sering terjadinya pelanggaran. aturan Dinas Perhubungan di Kota Salatiga telah

melakukan pemantauan Angkutan Kota yang dilaksanakan secara langsung kepada

6 http://dephub.go.id

39

Angkutan Kota. Yang mana hal ini merupakan salah satu bentuk pengawasan yang

dilakukan oleh Dinas Perhubungan untuk Angkutan Kota Salatiga.

Pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur

harus disetujui dahulu dalam melaksanakan kegiatan sehingga dapat menetapkan

pelaksanaan dan saksi yang diberikan jika terjadi penyimpangan. Sanksi administrative

diberikan jika ditemukan nya Angkutan Kota yang beroperasi tidak dalam kondisi

standar fisik yang sudah ditentukan. Sepirti ukuran, bentuk tulisan dan bentuk identitas

kendaraan pada mobil Angkutan Kota, kelengkapan angkutan kota. Maka dari itu dapat

diketahui bahwa masih lemahnya pengawasan dan pengendalian dari Dinas

Perhubungan Kota Salatiga terhadap Angkutan Kota di Salatiga karena dari pihak

Dinas Perhubungan sendiri belum mampu menjalankan sanksi dan ketentuan yang

berlaku sesuai standar yang telah ditetapkan. Sehingga dengan begitu dapat dikatakan

peraturan belum berjalan maksimal karena pengawan oleh Dinas Perhubungan yang

tidak maksimal terhadap Angkutan Kota Salatiga.

Dalam melaksanakan pengawasan sebagai upaya penegakan peraturan di

bidang Angkutan Kota perlu didahului dengan meningkatkan intensitas rutin dari

operasi penumbar, pembinaan dan sosialisasi tentang hukum kepada pelaku usaha baik

individu maupun perusahaan Angkutan Kota di Kota Salatiga. Sehingga tidak hanya

perusahaan yang mengetahui ketentuan yang diberlakukan untuk Angkutan Kota,

tetapi pemilik dari Angkutan Kota juga mengetahui ketentuan yang berlaku serta

larangan dalam mengemudi Angkutan Kota di Kota Salatiga. Karena dalam hal ini

pelanggaran-pelanggaran dari ketentuan yang berlaku akan menyebabkan masalah

baru dalam lalu lintas ataupun kemudian akan mengganggu kenyamanan dari

penumpang Angkutan Kota sehingga menyebabkan masyarakat lebih memilih

menggunakan kendaraan pribadi daripada menggunakan Angkutan Kota.

Kepercayaan masyarakat untuk menggunakan Angkutan Kota mulai berkurang

karena ketidaknyamanan dalam menggunakannya. Hal ini disebabkan dari beberapa

Angkutan Kota yang tidak melakukan uji kelayakan dan mengemudi secara ugal-

ugalan, meroko, berhenti di tengah jalan dll. Hal- hal seperti inilah yang harusnya dapat

dibenahi oleh Dinas Perhubungan. Agar tercipta kondisi yang nyaman saat berada

40

dalam Angkutan Kota. Sehingga masyarakat tidak merasa enggan untuk menggunakan

fasilitas umum dalam jasa angkutan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang Angkutan Kota oleh Dinas

Perhubungan Kota Salatiga, kurangnya ketaatan para pemilik atau pengusaha

Angkutan Kota juga menjadi salah satu penghambat dalam pengawasan Angkutan

Kota di Salatiga.

A.3. Peranan Dinas Perhubungan Kota Salatiga Dalam Pelaksanaan Uji Laik

Jalan.

Berkaitan dengan masalah angkutan umum pada dasarnya ada empat komponen

pokok yang berkaitan dengan operasi angkutan umum, yaitu pemakai jasa, operator

(pemilik kendaraan), regulator (pemerintah), dan perangkat hokum (law eforment).7

Berdasarkan empat komponen tersebut dibutuhkan sinergiritas antara para pihak untuk

mewujudkan system trasportasi yang sesuai dengan tujuan perwujudan system lalu

lintas yang aman, tertib, dan lancer, termasuk pula di lingkungan terminal dan angkutan

jalan terdapat peran Dinas Perhubungan yang berfungsi untuk mengatur sisem

kelancaran trasportasi.8

Peran Dinas Perhubungan dalam melakukan Uji Kelayakan Kendaraan

Bermotor sesuai dalam Peraturan Walikota Salatiga Nomer 45 Tahun 2016 Tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas

Perhubungan. Dinas Perhubungan Kota Salatiga mempunyai peran, tugas dan

kewenangan untuk melakukan urusan melakukan Uji Kelayakan Kendaraan Bermotor

pada pasal 13 yaitu seksi kelayakan kendaraan mempunyai tugas melaksanakan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di bidang perhubungan sub urusan lalu

lintas dan ankutan jalan dilingkup kealikan kendaraan, adalah Dinas Perhubungan.

7 Djoko Setijowarno, Tulus Abadi, Sudaryantmo, 2005, Fakta Kebijakan Trasportasi Publik

di Indonesia, Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata, Hal 25

8 Edy Halomoan Gurning, 2010, Implementasi Undang-Undang Nomer 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya. Pengacara Publik dan Staf Bantuan Hukum (LBH) Jakarta,

hal. 110

41

Sesuai data yang diperoleh di atas dapat dilihat bahwa peran dan kewenangan

Dinas Perhubungan dalam melakuakn penegakan angkutan umum secara sepenuhnya

adalah yang terjadi dalam kewenangan yang dimiliki Dinas Perhubungan.

A.4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Pemilik Angkutan Umum tidak

Melakukan Uji Kelayakan.

Kendaraan adalah suatau sarana pengngakutan di jalan yang terdiri atas

kendaraan bermotor dan kendaran tidak bermotor. Kendaraan bermotor adalah setiap

kendaraan yang digerakan dengan oleh peralatan mekasik berupa mesin selain

kendaraan yang berjalan di atas rel. Kendaraan bermotor umum adalah setisp

kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan orang dan/atau barang dengan

dipungut bayar (pasal 1 angka 7, 8, dan 9 Undang-Undang Nomer 22 Tahun 2009).9

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, tujuan hukum pengangkutan

adalah terpenuhinya kewajiban dan hak pihak-pihak dalam pengangkutan. Kewajiban

pihak pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan dari tempat tertentu ke

tempat tujuan dengan selamat.tujuan pengangkutan sendiri adalah tujuan pihak-pihak

dalam pengangkutan yang di akui sah oleh hukum. Tujuan yang diakui sah oleh hukum

disebut juga tujuan yang halal, sehingga tujuan pengangkutan dapat terlaksana dengan

lancar dan sesuai dengan nilai guna masyarakat.10

Sedangkan Pasal 3 UULAJ menyebutkan mengenai tujuan dari Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan yakni:

a. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib,

lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian

nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan

bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa,

b. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa,

9 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti.Bandung 2013,

hal. 97

10 UULLAJ

42

c. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Apa bila pemilik pengangkutan lalai dalam penyelenggaraan pengangkutan

yang menjadi kewajiban menurut ketentuan pasal 49 UULAJ, setiap kendaraan

bermotor umum yang berada di jalan harus diuji. Sebagai bukti pengujian yang berhasil

baik, kendaraan bermotor harus ada tanda uji kendaraan yang diberikan pula satu surat

uji kendaraan yang berlaku diseluruh wilayah indonesia. Pengujian dilakukan oleh

instansi yang ditunjuk oleh Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I menurut ketentuan yang

ditetapkan oleh Menteri. Instansi yang ditunjuk oleh Gubernur itu adalah Dinas Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan Raya. Tujuan pengujian kendaran bermotor itu sendiri

untuk bertujuan pengujian kendaran bermotor yang dilakukan secara berkala, ialah

untuk menjaga agar kendaraan bermotor memenui syarat teknis dan kendaraan

bermotor tetap dalam keadaan layak jalan.11

Berhubungan angkutan merupakan sektor usaha yang vital bagi kehidpan

masyaratak, maka di harapkan kepada para pihak pengusaha yang bergerak di bidang

usaha pengangkutan harus mempertibangkan kelayakan kendaraan bermotor atau

angkutan itu sendiri, di karenakan di kota selatiga masih kurangnya ketaatan

pengusaha/pemilik jasa angkutan umum atau angkota yang tidak melakukan uji

kelayakan secara berkala.

Berikut jumlah angkutan umum Kota Salatiga yang tidak melakukan Uji

Kelayakan kendaraan bermotor.

Tabel 1

Angkutan Umum Kota Salatiga Yang Tidak Melakukan Uji Kelayakan Tahun

2014-2017

TAHUN TIDAK UJI LAIK JALAN UJI LAIK JALAN

2014 43 378

2015 67 354

11 Abdul Kadir, Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat,Laut dan Udara,Citra Aditya

Bakti.Bandung,1991 hal. 65

43

2016 43 378

2017 57 364

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Salatiga

Dari data diatas dapat dilihat Angkutan Umum Kota Salatiga yang tidak melakukan Uji

Laik Jalan tiap tahunnya selalu mengalamai naik turun, dan data terakhir tahun 2017

sampai di bulan september.

Selain tidak di siplinnya atau kurang taatnya tidak melukan uji kelayakan, juga

kurang disiplinya waku, kurang di siplinya waktu seperti tidak tepatnya keberngkatan

dengan banya alasan seperti belum penuhnya penumpang, dan perlu ditertibkan juga

tingkah laku para aparat/petugas dan atau perorangan yang mengurus masalah

pengangkutan dan di pertegas sangsi hukum bagi pelanggar hukum pengangkutan

pendapat Bapak Ardi Anto12.

Untuk melindungi masyarakat pemakai jasa angkutan umum yang tidak

disiplinya muatan, setiap angkutan sudah ditetapkan kapasitas maksimunya 12

(duabelas) orang bagi pengangkutan penumpang angkota. Dilihat dari fakta di lapangan

angkutan yang melanngar ketentuan yang melebihi batas penumpang masih bayak di

temukan13, dan itu membahayakan penumpang angkutan tersebut, dan adapun hal-hal

dari pemilik angkutan tersebut adalah seperti mengejar setoran, tidak terpenui taget

setoran harian, tidak adanya biaya khusu mentenen atau perawatan secara berkala akan

tetapi mengabaikan keselamatan pengnupang itu sendiri, faktor yang menjadi

penghalang agar pemilik atau perusahan angkutan itu tidak melakukan uji kelayakan.

Setiap angkutan umum harus memiliki atau memenui syarat laik jalan maka

setiap kendaraan bermotor yang di operasikan di jalan wajib diuji, pengujiaan tersebut

meliputi uji tipe dan uji berkala.14 Uji tipe kendaraan bermotor meliputi;

12 Pemilik Angkota Salatiga Bapak Ardi Anto tanggal 23 juni 2017

13 Studi lapangan kota salatiga tanggal 26 april 2017

14 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti.Bandung 2013,

hal. 98

44

a. Pengujian fisik untuk pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan yang

dilakukan terhadap landasan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Bermotor

dalam keadaan lengkap; dan

b. Penelitian rancang bangun dan rekayasa Kendaraan Bermotor yang

dilakukan terhadap rumah-rumah, bak muatan, kereta gandengan, kereta

tempelan, dan Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi tipenya

Sedangkan uji berkala meliputi sebagai berikut;

a. Pemeriksaan dan pengujian fisik Kendaraan Bermotor; dan

b. Pengesahan hasil uji.

Pemeriksaan persyaratan teknis dan pengujian laik jalan kendaraan bermotor

dalam pasal 54 Undang-undang Nomer 22 Tahun 2009, meliputi ;

a. Susunan,

b. Perlengkapan,

c. Ukuran,

d. Karoseri, dan

e. Rancangan teknis Kendaraan Bermotor sesuai dengan peruntukannya.

Pengujian terhadap persyaratan laik jalan meliputi;

a. Emisi gas buang Kendaraan Bermotor

b. Tingkat kebisingan

c. Kemampuan rem utama

d. Kemampuan rem parkir

e. Kincup roda depan

f. Kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama

g. Akurasi alat penunjuk kecepatan, dan

h. Kedalaman alur ban.

Maka angkutan umum yang tidak melakukan uji kelayakn secara berkala harus

di tindak secara tegas seperti penilangan atau tidak diperbolehkan beroprasi di jalan

sebelum ada pembenahan atau perbaikan dari pihak pengusah/pemilik jasa angkutan

umum tersebut. Dan agar kendaraan bermotor atau angkutan umum dalam kondisi

memenui persyaratan teknis dan laik jalan dalam suatau periode tertentu.

45

Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa standar dari uji kelaikan jalan atau laik

jalan adalah persyaratan minimum, kondisi suatu kendaraan yang harus dipenuhi agar

terjaminnya

keselamatan dan mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan lingkungan

pada waktu dioperasikan di jalan.

Seharusnya persyaratan laik jalam kendaran bermotor harus memenui beberapa

aspek pengujian sebagai berikut, akan tetapi di Dinas Perhubungan Kota Salatiga hanya

di lakukan dua pengujian saja bagi Angkota Kota Salatiga yaitu Uji lampu dan Uji

Rem.

Tabel 2

Ambang Batas Laik Jalan Kendaraan Bermotor.

No. Aspek Pengujian Alat Penguji Ambang Batas

Laik Jalan

1. Kandungan emisi gas buang

CO, HC dan ketebalan asap

Gas analyzer and smoke

tester

Konsentrasi CO

4,5%, HC 1200

ppm dan

ketebalan asap

50%

2. Kemampuan pancar dan arah

sinar lampu utama

Head Light tester Kemampuan

pancar utama

serendah-

rendahnya 12.000

candela. Deviasi

penyinaran ke

kanan 0,32’ (10

cm/10 m) dan ke

kiri 1,09’ (20 cm/

2 m)

3. Penyimpangan arah kincup roda

depan

Slide Slip Tester Kincup roda

depan ditentukan

sebesar -5 mm

permenit dengan

kecepatan 5 km

per jam

46

4. Efisiensi dan penyimpangan

rem

Brake tester Efisiensi rem

utama sebesar 50

% kali berat

kendaraan,

efisiensi rem

parkir 16 % kali

berat kendaraan.

Penyimpangan

gaya rem untuk

sistem jis 8 % dan

untuk sistem MEE

30 %

5. Penyimpangan alat petunjuk

kecepatan

Speedometer tester Penyimpangan

alat penunjuk

kecepatan

ditentukan sebesar

10 % sampai

dengan +15 %

pada kondisi

pengukuran dan

diukur pada

kecepatan 40 km

per jam

6. Kebisingan yang ditimbulkan

oleh suara mesin dan klakson

Sound level tester Tingkat suara

klakson

ditentukan

serendah-

rendahnya 90 db

dan setinggi-

tingginya sebesar

118 db dan diukur

pada tempat yang

memantulkan

suara pada jarak 2

m di depan

kendaraan.

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Salatiga

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahuin bahwa ketentuan ketentuan

kendaraan bermotor khususnya angkutan kota tidak boleh memiliki ketebalan asap

mencapai 50 %. Namun, di lapangan sesuai dengan observasi yang dilakukan peneliti

masih banyak dijumpai angkutan kota yang memiliki ketebalan asap hitam pekat, yang

artinya angkutan kota tersebut memiliki ketebalan asap mencapai 50 %.

47

Lampu yang terdapat kendaraan tidak boleh terlalu terang atau redup yang

dapat menyilaukan pengguna jalan lainnya. Sesuai dengan pengamatan yang yang

dilakukan peneliti, lampu kendaraan khususnya angkutan kota masih ada yang tidak

sesuai dengan standar penerangan tersebut diatas. Kondisi lampu angkutan kota

cenderung redup, bahkan lampu kendaraan yang diharapkan menjadi penerangan jalan

bahkan dalam kondisi mati.

Sistem pengereman harus dalam kondisi yang baik, harus ada pada kendaraan

khususnya angkutan kota, selain sistem pengereman yang baik diperlukan pula sistem

rem tangan, agar pengereman dapat dilakukan dengan baik, sehingga ketika angkutan

kota beroperasi tidak ditemukan kendala atau kesulitan. Hal ini mengingat angkutan

kota merupakan kendaraan umum yang beroperasi mengangkut penumpang yang

merupakan masyarakat. Keselamatan atas penumpang merupakan hal utama yang

harus diperhatikan.

Speedometer harus ada disetiap kendaraan khususnya angkutan kota,

speedometer berfungsi untuk mengontrol kecepatan kendaraan tersebut, agar tidak

ugal-ugalan dalam berkendara. Observasi yang dilakukan dilapangan ditemukan ada

angkutan kota yang tidak memenuhi standar tersebut diatas, bahkan angkutan umum

tersebut tidak dilengkapi dengan speedometer atau speedometer dalam kondisi mati.

Suara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor dalam hal ini adalah angkutan

kota baik dari mesin maupun klakson kendaraan harus sesuai dengan standar yang

ditetapkan diatas. Klakson sangat diperlukan ketika kendaraan beroperasi yang

berguna untuk memberi peringatan kepada pengguna jalan lainnya. Sesuai dengan

standar kelayakan bahwa klakson kendaran memiliki tingkat suara serendah-rendahnya

90 db dan setinggi-tingginya mencapai 118 db. Penyimpangan dari standar ini masih

banyak ditemukan di lapangan. Masih ada angkutan kota yang memiliki suara klakson

yang rendah maka itu saangat berbahaya apa bila di bunyikan untuk penanda akan

tetapi suarnya kurang begitu keras.

Kendaraan bermotor dalam hal ini angkutan kota mengikuti seluruh persyaratan

yang dijadikan sebagai standar kelayakan terhadap angkutan tersebut, maka asap atau

gas buang yang ditimbulkan tidak akan menganggu pengguna jalan raya lainnya atau

48

tidak menimbulkan pencemaran udara di Kota Salatiga. Selain itu, pemerintah

menuntut setiap angkot yang beroperasi untuk dapat memenuhi standar yang telah

ditetapkan yakni standar teknis dan standar kelayakan. Hal ini untuk menimbulkan

kembali kenyamanan penumpang terhadap kendaraan umum. Sehingga masyarakat

tidak lagi menggunakan kendaraan pribadi dan beralih ke kendaraan umum serta dapat

mengurangi kepadatan kendaraan pada Kota Salatiga. Standar yang ditetapkan dalam

peraturan, masih banyak ditemukan penyimpangan di lapangan.

Dari hasil pengamatan penulis di Dinas Perhubungan Kota Salatiga dalam

melakukan pengujian Laik Jalan kendaraan bermotor untuk Angkutan Umum Kota

Salatiga (angkota) hanya dilakukan dua uji saja, seperti: uji lampu dan uji rem,

berdasarkan wawancara dengan Wahyu Ari Pamudi selaku petugas Uji Laik Jalan

Kendaraan Bermotor. karena kurangnya personil dalam melakukan pengujian Laik

Jalan dan apa bila Angkutan Umum Kota Salatiga yang di bawah tahun 2009

kebanyakan tidak mungkin lolos Uji Laik Jalan, dikarenakan umur Angkota yang

sudah molai tua dan Kurangnya perawatan dapa bagiang mesin Angkota itu sendiri.

Apabila di bidang pengujian di lakukan semua pengujian maka, satu mobil tidak akan

selesai dalam satu hari, dikarenakan tidak lolosnya di bagian uji emisi gas buang. Dan

apabila diperbaiki akan membutuhkan waktu yang lama.

Ini salah satu contoh pengujian :

Studi Lapangan DISHUB Salatiga

49

Yang dilakukan di lapangan membuktikan bahwa standar yang ditetapkan

dalam peraturan tersebut masih belum maksimal dilakukan. Masih ada penyimpangan

terjadi dilapangan.

Pada pasal 5 ayat 1 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 menyatakan bahwa

: “Negara bertanggung jawab atas lalu lintas dan angkutan jalan raya dan

pembinaannya dilaksanakan oleh Pemerintah.”15 Pembinaan yang dimaksud meliputi

perencanaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan dalam lalu lintas yang

akhirnya menciptakan ketertiban lalu lintas. Salah satunya pengawasan terhadap

pengujian berkala pada kendaraan umum khususnya angkot. Namun, Dinas

Perhubungan kota Salatiga masih saja kecolongan dengan adanya angkot yang dapat

beroperasi di jalan raya tetapi tidak mempunyai izin uji kelayakan jalan di jalan raya

atau tidak melakukan pengujian berkala.

Berikut keterangan pemilik angkot salatiga,

Tabel 3

Alasan Pemilik Angkutan tidak Melakukan Uji Laik Jalan Kendaraan

Bermotor

NO NAMA

PEMILIK

ANGKOTA

TANGGAL

WAWANCARA

ALASAN TIDAK MELAKUKAN

UJI KELAYAKAN BERKALA

1 Beni 03 juli 2017 Saya tidak melakukan uji KIR karena

sudah tidak mungkinya lolos dalam uji

KIR tersebut karena sudah cukup tua

umur angkota saya karena sudah terlalu

lama dan apa bila saya melakukan uji

KIR sudah terlalu banyak denda

administrasi yang harus di bayar. Dan

saya berpesan kepada sopir saya agar

berhati-hati saat menjalankan ankota

agar tidak ada sesuatu hal yang

merugikan pihak lain yaitu

penumpang. dan kurangnya biaya

15 Undang – undang Lalu Lintas Angkutan Jalan

50

setoran itu juga menjadi masalah saya

tidak melakukan KIR.

2 Ardi Anto 04 juli 2017 Terkendalanya setoran yang selalu

tidak memenui tarjet dan tidak adanya

biaya kusu buat perawatan angkota

maka menjadi sering rusaknya

angkutan saya, tetapi saya selalu

melakukan uji KIR tetapi selalu

terlambat karena belum adanya uang

buat melakukan uji KIR, sebenrnya

cukup gampang melakukan uji KIR

karena yang di uji cukup lampu-lampu

dan rem, semisal uji mesin dan bagian

bawah mobil pasti kebanyakan

angkutan khusunya angkota saya pasti

sudah tidak bisa beroperasi lagi.

3 Lulut 11 juli 2017 Saya selalu melakukan uji KIR 5

armada saya akan tetapi ada 2 armada

saya yang bekas peremajaan yang

masih beroprasi secara sembunyi

sembunyi karena belum ada pembeli

dan harnya belum cocok, maka saya

biarkan dua armada saya yang bekas

peremajaan beroprasi secara sembunyi-

sembunyi, semasih mau bayar uang

iuran treyek masih aman beroprasi di

jalan.

4 Ekapto

Mahartono

16 juli 2017 Tidak melakukan KIR karena tidak

pernah terkena razia dan dari DISHUH

jarang turun di jalan melakukan

pengecekan maka saya tidak

melakukan KIR karana masih aman-

aman saja dan masih kurangnya uang

setoran. Alhamdulilah buat hidup

sehari-hari masih kurang

5 Ady Utomo 16 juli 2017 Kalo di angkota saya sudah saya

pasrahkan kepada supir saya untuk

melakukan uji KIR, KP, Perpanjang

STNK, DLL tetapi selalu tidak di

lalkukan karna bebagai alasan, sepeti

hari

6 Marjito 10 juni 2017 Buat kehidupan sehari-hari bersama

keluarga masih kurang dan tidak ada

51

tidakan tegas dari DISHUB, paling di

beri surat pemberitahuan.

7 Markus Hendra 23 oktober 2017 Karena melakukan KIR prosesnya

lama saya menjadi malas melakukan

KIR

8 Guntue Wibowo 09 juni 2017 Tidak mau berkomentar tentang

masalah KIR, tetapi menurut

keterangan pak Heri Purwanto selaku

Bidang Angkutan dan Kelayakan

Kendaraan mengatakan memang

beliyau sudah kami beklis, bearti

angkutan beliyau tidak melakukan Uji

Kelayakan Kendaraan Bermotor.

Berdasarkan tabel di atas alasan pemilik angkutan umum kota salatiga

kebanyakan tidak melakukan uji laik jalan dikarenakan kurang patuhnya pemilik

angkutan untuk melakukan uji laik jalan di karenakan umur angkutan yang sudah tua,

setoran yang selalu kurang, tidak melakukan uji kelayakan di karenakan belum pernah

terkena razia. Lemahnya dalam penegakan hukum terhadap angkutan umum kota

salatiga menjadi peluang terhadap pemilik angkota tidak melakukan uji kelayakan.

Sedangkan ada beberapa angkutan umum kota salatiga yang sudah tua, apabila

melakukan uji laik jalan sudah tidak mungkinya lolos, maka pemilik memutuskan tidak

melakukan uji kelayakan akan tetapi masih saja beroprasi dengan hati hati.

Dari alasan-alasan pemilik angkutan umum kota salatiga yang kebanyakan di

karenakan umur angkota yang sudah tua, kurangnya setoran dan tidak taatnya pemilik

angkutan menjadi alasan yang utama. Karena melakukan uji kelaykan sendiri harus

memenui setandar teknis, standar laik jalan.

Dinas Perhubungan Kota Salatiga mempuyai standar-standar yang digunakan

dasar pengawasan pada umumnya terdapat pada suatu rencana yang disusun

sebelumnya agar semua yang akan dilaksanakan berjalan lancar. Yang menjadi sub

indikatornya adalah standar teknis, standar laik jalan dan standar pengujian kendaraan

bermotor.

1. Standar Teknis Kendaraan

52

Standar teknis kendaraan adalah standar yang harus dipenuhi secara teknis

oleh kendaraan bermotor dalam hal ini adalah angkutan kota yang masih

beroperasi di kawasan kota Salatiga. Standar teknis kendaraan melekat

langsung pada kendaraan tersebut dan harus terpenuhi terlebih dahulu

sebelum kendaraan tersebut beroperasi di jalan raya. Sebelum dilakukan

pengujian kendaraan bermotor yang laik jalan, harus dilihat terlebih dahulu

standar teknis pada kendaraan tersebut. Standar teknis kendaraan melekat

langsung pada kendaraan yang sudah melalui proses penelitian rancang

bangun dan rekayasa kendaraan bermotor yakni melakukan pemeriksaan

secara teliti atas desain. Desain kendaraan bermotor harus sesuai dengan

persyaratan teknis tersebut diatas. Dengan adanya persyaratan teknis ini

maka kendaraan bermotor yang sudah di modifikasi atau sudah tidak sesuai

dengan standar teknis, maka tidak dapat dilakukan proses pengujian

kendaraan bermotor.

2. Standar Laik Jalan

Adalah standar yang harus dipenuhi setiap kendaraan yang dioperasikan di

jalan raya. Standar laik jalan adalah standar minimum kondisi suatu

kendaraan yang harus dipenuhi agar terjaminnya keselamatan dan mencegah

terjadinya pencemaran udara dan kebisingan lingkungan pada waktu

dioperasikan di jalan.16

Berikut contoh Angkota Salatiga,

16 Pendapat Bapak Taksis Seksi Kelayakan Kendaraan Bermotor

53

Salah satu angkota yang tidak melakukan uji KIR, terlihat dari stiker uji

KIR yang tidak terbapang atau sudah hilang tulisanya yang terdapat

pada kertas uji KIR.

Contoh angkutan yang tidak memenui layak jalan seperti ban yang

sudah halus serta bodi mobil yang sudah tampak keropos.

54

Angkutan ini tidak melakukan uji KIR juga tidak di lengkapi dengan

lampu sen dan ban yang sudah halus

Berikut sebagian foto angkota Kota Salatiga yang saya temukan di lapangan

yang sangat tidak mungkin lolos dalam pengujian kelayakan kendaraan

bermotor, ada yang lebih memprehatinkan adalah foto terakhir yang sampai

tidak dilenkapi alat ukur kecepatan (sepodo meter), serta bodi kendaraan yang

keropos.

Dan Berikut Contoh Buku Uji kelayakan dan KP:

55

Buku Uji Kelayakan Bermotor “Buku KIR”

Isi dari buku Uji Kelayakan yaitu meliputi Uji rem utama, lampu utama, emisi.

KP Kartu Pengawas

56

Studi Lapangan 20 Oktober 2017

Kartu KP adalah kartu trayek ankota tersebut di oprasikan agar sesuai jalur

angkota kota salatiga.

A.5. Upaya Dinas Perhubungan Kota Salatiga untuk Meningkatkan Ketaatan

Hukum Pemilik Angkutan Umum Kota Salatiga (angkota) untuk Melakukan Uji

Kelayakan.

Dinas Perhubungan Kota Salatiga dalam meningkatkan ketaatan hukum

pemilik Angkutan Umum Kota Salatiga khususnya angkota agar taat melakukan Uji

Kelayakan Kendaraan Bermotor dengan cara melakukan upaya pembinaan dan

penindakan.

a. Pembinaan

Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina.17 Pembinaan adalah proses,

pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan atau kegiatan yang

17 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2001).

57

dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik. Pembinaan menurut

Masdar Helmi adalah segala hal usaha, ikhtiar dan kegiatan yang berhubungan

dengan perencanaan dan pengorganisasian serta pengendalian segala sesuatu secara

teratur dan terarah.18

Pembinaan juga dapat diartikan: “ bantuan dari seseorang atau sekelompok

orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi

pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai

apa yang diharapkan.19

Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa dalam pembinaan terdapat

unsur tujuan, materi, proses, cara, pembaharuan, dan tindakan pembinaan. Selain

itu, untuk melaksanakan kegiatan pembinaan diperlukan adanya penyuluhan,

sosialisasi.

Penyuluhan, sosialisasi yang dilakukan Dinas Perhubungan Kota Salatiga

terhadap Angkutan Umum Kota Salatiga (angkota) melalui paguyupan-paguupan

Angkota itu sendiri, ataupun Organda. Penyuluhan atau sosialisasi dilakukan oleh

Dinas Perhubungan Kota Salatiga dalam 1 (satu) Tahun dilakukan 5 (lima) kali,

akan tetapi tergantung dari Organda saat melakukan perkumpulan.

Penyuluhan atau sosialisasi juga dilakukan terhadap angkutan umum

dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan Kota Salatiga. Adapun yang disosialisasikan

oleh Dinas Perhubungan Kota Salatiga adalah:

- Tentang kelengkapan izin kendaraan dan pengemudi kendaraan, seperti KIR

(Pengujian kendaraan secara berkala/6 bulan), SIM (Surat Izin Mengemudi),

STNK, Surat izin Trayek.

- Tentang prosedur atau standarisasi kendaraan atau angkutan umum, seperti

dilengkapi tanda nomor kendaraan dengan warna dasar plat kuning dengan

tulisan hitam dan diberi kode khusus.

18 Masdar Helmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan I, (Semarang Toha Putra, 1973).

19 Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta : Teras, 2009), hal. 144.

58

- Tentang ketegasan sanksi yang diberlakukan apabila terjaring razia, seperti

Tilang.

Beberapa tindakan pemerintah diatas memang belum bisa dikatakan efektif dan

berhasil untuk menekan jumlah supir atau pemilik angkota di Kota Salatiga.

Disamping kebijakan diatas masih ada lagi kebijakan terbaru yang akan dilakukan

pemerintah dalam melaksanakan ketertiban sosial khususnya tentang angkota, yaitu

dengan mensosialisasikan dan melaksanakan yang telah diamanahkan lebih intensif

lagi, serta melakukan pengawasan yang lebih ketat lagi dan penegakan hukum yang

harus tegas.

Yang terakir dari Dinas perhubungan Salatiga mengadakan pengujian di luar

unit kendaraan bermotor yang sering di sebut KIR Masal, tetapi cara ini tidak lebih

dari 2 Kali dalam Satu Tahun, karena di kota Salatiga khusunya Kotanya yang tidak

begitu besar maka cara ini jarang sekali di lakukan, dan apa bila dilakukan juga

terbentur dengan biaya atau anggaran dan angota pengujian dikarenakan sedikitnya

personil di Dinas Perhubungan Kota Salatiga. Dan sebenarnya Dinas Perhubungan

Kota Salatiga hanya melakukan pelayanan saja, tidak harus turun kelapangan untuk

melayani di luar unit pengujian kendaraan bermotor. Faktor kekurangan personil

menjadi kendala yang paling utama serata kenyataan yang tidak sesuai.

Dinas perhubungan Kota Salatiga seharusnya juga melakukan pengawasan

terhadap angkota, Dalam pelaksanaan pengawasan atau pemantauan rutin

dilaksanakan dan langsung turun kelapangan. Namun, dalam menindaklanjuti

maraknya angkutan yang tidak melakukan uji kelayakan, sebenarnya adalah

kurangnya pengawasan dari pemerintah kota. Petugas yang bertugas hanya

menjalankan fungsi kontrol atau pengawasan saja. Oleh karena itu, Dinas

Perhubungan Kota Salatiga perlu melakukan diskusi dengan organda atau

pengusaha Angkutan umum Kota Salatiga yang disebut Angkota.

b. Penindakan

59

Penindakan memiliki kata dasar tindak yang berarti proses, cara atau perbuatan

menindak.20 Karena penindakan merupakan kata benda sehingga penindakan dapat

menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang

dibendakan.

Dinas Perhubungan Kota Salatiga selaku Kepala Bidang Angkutan dan

Kelayakan Kendaraan Bermotor memiliki wewenang untuk melakukan penindakan

berupa Teguran tertulis berbentuk surat dan melakukan Razia di jalan ataupun di

terminal. Apabila melakukan razia di jalan raya Dinas Perhubungan Kota Salatiga

berkerja sama dengan pihak Kepolisian akan tetapi apabila di terminal cukup

bekerja sama dengan petugas Dinas Perhubungan yang berada pada terminal.

Teguran secara Tertulis dilakukan apabila sudah mencapai 1 (satu) minngu

keterlambatan baru di berikan surat teguran secara tertulis, surat teguran itu sendiri

lansung di kirim ke pemilik angkota yang sesuai dengan alamat yang tercantum

dalam buku Uji Kelayakan Kendaraan Bermotor. sebenarnya cara ini belum begitu

efektif karena banyak kemungkinan alamat dalam buku uji kelayakan sudah tidak

sesuai, dikarenakan karna sudah pindanhnya alamat rumah pemilik angkutan umum

kota salatiga. Akan tetapi Dinas perhubungan tetap mengupayakan agar surat

teguran sampai kepada pemilik angkota deng cara memberikan surat teguran

tersebut melalui paguyupan atau organda.

Dinas Perhubungan Kota Salatiga juga melakukan razia di jalan atau diterminal,

akan tetapi dari Dinas Perhubungan Kota Salatiga sering melakukannya razia di

jalan-jalan yang dilalui angkota, razia laik jalan dilakukan kurang lebik 20 kali

dalam satu tahun, akan tetapi sering terbentunya biaya atau anggran dalam

melaksanakan razia di jalan. Meliihat dari SK keputusan Walikota Salatiga Nomer

: 551.1/155/491/2017 tentang Tim Oprasi Laik Jalan Tahun 2017 ini sudah tersusun

keanggotaan tim oprasi laik jalan yang menjadi tanggung jawab, dalam SK juga

sudah terbentuk Susunan Keanggotaan Tim Oprasi Laik Jalan Tahun 2017 sebagai

berikut.

20 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penindakan

60

Tabel 4

Daftar Anggota Tim Oprasi Laik Jalan

NO JABATAN DALAM DINAS KEDUDUKAN DALAM TIM

1 Kepala Dinas Perhubungan Penanggung Jawab

2 Kepala bidang lalulintas pada Dinas

Perhubungan

Ketua

3 Kepala Bidang Angkutan dan Kelaikan Sekretaris

4 Kepala Sangsi Bina Keselamatan dan

ketertibn

Anggota

5 Kepala menejemen dan Rekayasa

Lalulintas

Anggota

6 Kepala saksi Angkuta dan Terminal Anggota

7 Kepala Saksi Kelayakan Kendaraan Anggota

8 Kepala UPTD Perpakiran Anggota

9 Staf Terminal Tingkir Kota Salatiga Anggota

10 Staf Dinas Perhubungan Anggota

11 Staf Kepolisian Anggota

12 Staf Kepolisian Resor Salatiga Anggota

Terbentuknya SK yang memuat daftar anggota tim oprasi tersebut akan keluar

lagi SP. SP adalah surat perintah melakukan operasi pemeriksaan teknis dan laik

jalan. Dinas Perhubungan Kota Salatiga sendiri sering melakukan razia di terminal

taman sari, depan GPD (gedung perwakilan daerah) di jalur angkota, seperti di jalan

kartini, patimura, diponegoro dan arah menuju ke tetminal tingkir.

Data terakrir dadi Dinas Perhunungan Kota Salatiga melakukan razia di jalan

bertempatan di depan GPD (gedung perwakilan daerah) di jalan pemuda

mendapatkan 44 (empat puluh emapat) pelanngar, dari 44 (empat puluh empat)

61

tersebut ada angkutan barang dan angkutan umum angkota, dari 16 (enam belas)

angkutan kota salatiga (angkota) yang melanggar, berikut ini tabel nama dan jenis

pelanggaran, yang dilangar Angkutan Umum Kota Salatiga.

Tabel 5

Daftar Angkutan Umum Kota Salatiga (Angkota) yang Terkena Oprasi

Laik Jalan 2017

NO URUT

NOMER DAN

CATATAN PELANGGAR

AN

NAMA DAN ALAMAT

PELANGGAR

BARANG BUKTI

JENIS KENDAR

AAN KETERANGAN

JENIS NOMER

KENDARAAN

1 001 / 21

Maret 2017

slamet / margosari salatiga STNK H 1215 BB Angkota

Pelanggaran Uji Berkala

2 002 / 21

Maret 2017

sumar / sidomukti salatiga Buku Uji H 1374 AB Angkota

Pelanggaran Trayek

3 003 / 21

Maret 2017 niarhasi / tuntang KP H 1065 BB Angkota

Pelanggaran Uji Berkala

4 004 / 21

Maret 2017 adi faisin / salatiga STNK H 1330 BB Angkota

Pelanggaran Uji Berkala

5 005 / 21

Maret 2017 Dasiri P / Kab. Semarang stnk H 1296 BB Angkota

Pelanggaran Trayek

6 006 / 21

Maret 2017 Sugiarto / Ledok Salatiga KP H 1157 BB Angkota

Pelanggaran Uji Berkala

7 007 / 21

Maret 2017 Supri / Salatiga KP H 1045 BB Angkota

Pelanggaran Uji Berkala

8 008 / 21

Maret 2017

Bejo / Grogol, Dukuh Salatiga KP H 1092 BB Angkota

Pelanggaran Uji Berkala

9 009 / 21

Maret 2017

Anton / Sranggrahan Tingkir Lor KP H 1315 BB Angkota

Pelanggaran Uji Berkala

10 010 / 21

Maret 2017

Saiful / Blotongab Salatuga Buku Uji H 1094 BB Angkota

Pelanggaran Uji Berkala

11 011 / 21

Maret 2017

Supriyanto / Ngawen Tegalsari STNK H 1280 BB Angkota

Pelanggaran Trayek

62

12 012 / 21

Maret 2017

Niam / Mondangan Blotongan STNK H 1105 BB Angkota

Pelanggaran Uji Berkala

13 013 / 21

Maret 2017

khoirul / Sidorejo Kidul Salatiga STNK H 1362 AB Angkota

Pelanggaran Uji Berkala

14 014 / 21

Maret 2017

Agus S / Sraten Salatiga STNK H 1343 AB Angkota

Pelanggaran Uji Berkala

15 015 / 21

Maret 2017 Sudarno / Salatiga STNK H 1073 AB Angkota

Pelanggaran Uji Berkala

16 016 / 21

Maret 2017 Saifudin / Sraten STNK H 1250 AB Angkota

Pelanggaran Uji Berkala

Kebanyak pelanggaran yang di lanngar adalah Uji Kelayakan Kendaraan

Bermotor. Sedangkan Dinas Perhunungan Kota Salatiga sendiri masih memberikan

keringanan kepada pemilik angkutan umum yang melanngar Uji Kelayakan

Kendaraan Bermotor yang terlambat melakukan uji kelayakan dalam waktu 1 (satu)

minngu masih di tindak secara penyitaan buku uji kelayakan, tidak di tindak dengan

cara penilangan. Dan kemudian harinya pemilik kendaraan bermotor harus wajib

melakukan uji kendaraan bermotor ke kantor Dinas Perhubungan Kota Salatiga.

Lemahnya aturan dalam penegakan hukum maka masih banyak angkota yang

melanngar tiap di lakukan razia, dan hasil wawancara penulis kepada supir angkot

bapak beni memang benar dinas perhubunga kota salatiga sering melakukan razia

di jalan-jalan, seperti di Jalan kartini, depan GPD, jalan pahlawan, patimura, arah

terminal tingkir, akan tetapi saya sering terkenanya razia di depan gedung GPD

karena sering dilakukanya razia, yang sering dilanngar para sopir atau angkota

tersebut adalah sudah habisnya masa berlakunya buku KIR tersebut. Dinas

Perhubungan Kota Salatiga sendiri jarang melakukan razia di dalam terminal,

karena angkota sudah jarang masuk terminal, terutama terminal tingkir yang di

karenakan jarang adanya penumpang dia dalam terminal tinggkir tersebut. Dan

Dinas Perhubungan Kota Salatiga saat melakukan razia juga suadah bekerja sama

dengan kepolisian apabila di luar terminal yaitu di jalan raya.

Maka kurangnya kontrol personil atau pegawai ketika tidak melakukan razia di

jalan ataupun di terminal. Kurang mengertinya pemilik atau pengusaha yang tidak

63

mau melakukan uji kelayakan. Secara umum dapat peneliti simpulkan bahwa pada

umumnya angkutan umum terutama Angkota di Kota Salatiga ini hanya untuk

menambah penghasilan saja, karena terpaut masalah ekonomi. Dengan kata lain,

masalah ekonomi ini harus sangat diperhatikan. Akan tetapi juga masalah keaman

dan kenyaman angkota juga harus di perhatikan, yang sudah menjadi transportasi

umum maka ketentuan untuk melakukan uji kelayakan kendaraan bermotor jauh

lebih penting agar mencapai ankutan umum yang anyaman dan aman di kota

salatiga.

Selain dengan cara mengirim sutar teguran dan razia dijalan, pihak Dinas

Perhubungan juga melakukan denda secara andinistrasi seperti keterlambatan yang

tertera pada PERDA Kota Salatiga Nomer 12 Tahun 2011 Tentang Retrebusi Jasa

Umum yang melakukan uji kelayakan kendaraan bermotor tiap bulanya sebenyak

2% dari uang ke terlambatan pengujian kendaraan bermotor serta dari Dinas

Perhubungan Kota Salatiga Juga melakukan penilangan kepada angkutan umum

Kota Salatiga yang tidak mengikuti aturan. Proses penilangan sendiri pihak Dinas

Perhubungan Kota Salatiga bekerja sama kepada Kepolisian dan Kejaksaan Negeri

Salatiga.

B. Analisis

1. Faktor-faktor yang Menyebabkan Pemilik Angkutan Umum tidak Melakukan Uji

Kelayakan.

Kurang taatnya pemilik angkutan umum atau pengusaha angkutan umum untuk

melakukan Uji Kelayakan di karenakan tidak ada tidakan secara tegas mengenai

pencabutan surat ijin traeyek atau pembekuan traeyek tersebut. Padahal dalam pasal 49

ayat 1 (satu) UULLAJ, uji berkala sebagaimana dimaksud, wajib dilakukan untuk

mobil penumpang umum, bus, barang, kereta gandeng, dan kereta tempelan yang

diimpor, dibuat dan atau dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan di Jalan. Lalu

pada ayat 2, pengujian berkala tersebut meliputi kegiatan, pemeriksaan uji tipe dan uji

berkala. Sebagai pelengkap aturan, pemerintah tentu memberikan sanksi yang tegas

terhadap pihak yang melanggar ketentuan uji berkala tersebut.

64

Seperti pada UULLAJ pasal 76 ayat 1, yang tertulis, setiap orang yang

melanggar ketentuan pasal uji berkala dikenakan sanksi administratif, berupa

peringatan tertulis, pembayaran denda, pembekuan izin, dan pencabutan izin.

Dalam analisis kepatuhan hukum dalam konteks kepatuhan hukum didalamnya

ada sanksi positif dan negatif, ketaatan merupakan variable tergantung, ketaatan hukum

tersebut didasarkan kepada kepuasan diperoleh dengan dukungan sosial. Ketaatan

hukum pemilik atau pengusaha amgkutan umum ( angkota) di kota salatiga masih

begitu kurang taatnya pemilik atau pengusaha untuk melakukan Uji Kelayakan

Kendaraan Bermotor. Dikarenakan ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat

mematuhi hukum

Ada beberapa faktor kenapa pemilik angkutan umum kota tidak melakukan uji

kelayakan kendaraan bermotor, yaitu seperti: Compliance, Identification,

Internalization tiga faktor tersebut yang menyebabkan masyarakat mematui hukum,

seperti faktor Compliance, Suatu kepatuhan yang didasarkan pada harapan akan suatu

imbalan dan usaha untuk menghindari diri dari hukuman atau sanksi yang mungkin

dikenakan apabila seseorang melanggar ketentuan hukum. Kepatuhan ini sama sekali

tidak didasarkan pada suatu keyakinan pada tujuan kaidah hukum yang bersangkutan,

dan lebih didasarkan pada pengendalian dari pemegang kekuasaan.. Sebagai akibatnya,

kepatuhan hukum akan ada apabila ada pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan

kaidah-kaidah hukum tersebut. Identification, terjadi bila kepatuhan terhadap kaidah

hukum ada bukan karena nilai intrinsiknya, akan tetapi agar keanggotaan kelompok

tetap terjaga serta ada hubungan baik dengan mereka yang diberi wewenang untuk

menerapkan kaidah kaidah hukum tersebut. Daya tarik untuk patuh adalah keuntungan

yang diperoleh dari hubungan-hubungan tersebut, dengan demikian kepatuhan

tergantung pada baik-buruk interaksi. Internalization, Pada tahap ini seseorang

mematuhi kaidah hukum karena secara intrinsik kepatuhan tadi mempunyai imbalan.

Isi kaidah tersebut adalah sesuai dengan nilai-nilainya dari pribadi yang bersangkutan,

atau karena Ia mengubah nilai-nilai semula dianutnya. Hasil dari proses tersebut adalah

suatu konformitas yang didasarkan pada motivasi secara intrinsik. Titik sentral dari

kekuatan proses ini adalah kepercayaan orang tadi terhadap tujuan dari kaidah-kaidah

65

yang bersangkutan, terlepas dari pengaruh atau nilai-nilainya terhadap kelompok atau

pemegang kekuasaan maupun pengawasannya. Tahap ini merupakan derajat kepatuhan

tertinggi, dimana ketaatan itu timbul karena hukum yang berlaku sesuai dengan nilai-

nilai yang dianut.

Tiga faktor tersebut yang paling di patui dalam masyarakat adalah faktor

Internalization, pada tahap ini seseorang mematuhi kaidah hukum karena secara

intrinsik kepatuhan tadi mempunyai imbalan. Isi kaidah tersebut adalah sesuai dengan

nilai-nilainya dari pribadi yang bersangkutan, atau karena Ia mengubah nilai-nilai

semula dianutnya. Hasil dari proses tersebut adalah suatu yang didasarkan pada

motivasi secara intrinsik. Titik sentral dari kekuatan proses ini adalah kepercayaan

orang tadi terhadap tujuan dari kaidah-kaidah yang bersangkutan, terlepas dari

pengaruh atau nilai-nilainya terhadap kelompok atau pemegang kekuasaan maupun

pengawasannya. Tahap ini merupakan derajat kepatuhan tertinggi, dimana ketaatan itu

timbul karena hukum yang berlaku sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. Para

pengusaha Angkutan Kota Salatiga beranggapan bahwa apa yang mereka lakukan

adalah benar, akan tetapi karena kondisi mobil yang masih bisa jalan dan belum ada

kejadian yang begitu fatal, Oleh karena itu peneliti beranggapan bahwa para pengusaha

tersebut tidak memiliki nilai-nilai kesadaran dan nilai kepatuhan hukum, hanya saja

mereka terpengaruh dengan kondisi atau keadaan yang ada. Dari pemilik Angkutan

Umum Kota Salatiga yang kebanyakan tidak melakukan Uji Kelayakan Kendaraan

Bermotor di karenakan umur angkota yang sudah tua, kurangnya setoran dan tidak

taatnya pemilik angkutan menjadi alasan yang utama. Karena melakukan Uji

Kelayakan sendiri harus memenui setandar teknis, standar laik jalan.

Pada tingkat kepatuhan hukum ini, tidak nampak pada pengusaha atau pemilik

angkutan karena sesungguhnya para pengusaha tersebut merasa nyaman untuk tidak

melakukan aktifitas Uji Kelayakan Kendaraan Bermotor. Selanjutnya faktor yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan para pengusaha angkutan umum (angkota) adalah

pengetahuan dan pemahaman terhadap faktor kurangnya sosialisasi dari aparatur Dinas

Perhubungan Kota Salatiga tentang begitu pentingnaya melakukan Uji Kelayakan

Kendaran Bermotor. Serta ketidak tegasan aparatur dalam memberi tindakan atau

66

sanksi, Sehingga para pengusah beranggapan bahwa mereka melakukan aktivitas tidak

melakukan Uji Kelayakan adalah sah-sah saja. Para pengusaha angkutan beranggapan

bahwa, jika mereka memiliki kelengkapan surat-surat kendaran serta memiliki surat

izin mengemudi, dianggap sebagai sesuatu yang bisa dengan leluasa melakukan

aktivitas menjalankan angkutanya yang tidak melakukan Uji Kelayakan, dan masih

merasa aman saat beroprasi di jalan.

Kepatuhan merupakan sikap yang aktif yang didasarkan atas motivasi setelah ia

memperoleh pengetahuan. Dari mengetahui sesuatu, manusia sadar, setelah menyadari

ia akan tergerak untuk menentukan sikap atau bertindak. Oleh karena itu dasar

kepatuhan itu adalah pendidikan, kebiasaan, kemanfaatan dan identifikasi kelompok.

Jadi karena pendidikan, terbiasa, menyadari akan manfaatnya dan untuk identifikasi

dirinya dalam kelompok manusia akan patuh.

Jadi harus terlebih dahulu tahu bahwa hukum itu ada untuk melindungi dari

kepentingan manusia, setelah tahu kita akan menyadari kegunaan isinya dan kemudian

menentukan sikap untuk mematuhinya. Selain ada teori kepatuhan hukum tersebut juga

ada faktor ekonomi dan faktor sosial.

Faktor Ekonomi, Kondisi perekonomian yang selalu berubah mempunyai

pengaruh yang besar terhadap pengujian kelayakan. Kenaikan bahan bakar minyak dan

langkanya bahan bakar pemium ternyata ikut mempengaruhi tingkat kesadaran

masyarakat untuk melakukan uji kelayakan, hal ini dikarenakan daya beli masyarakat

berkurang, serta pendapatan para pemilik angkutan kota yang menurun. Belum lagi

mereka harus bersaing dengan angkutan online, hal ini dikarenakan banyak para

pengguna angkutan umum (angkota) beralih menggunakan transportasi online berbasis

aplikasi, sehingga secara tidak langsung mengakibatkan pendapatan angkutan kota

berkurang. Sehingga membuat beberapa pemilik angkutan kota yang merasa aman

apabila tidak mengujikan kendaraannya memilih tidak mengujikan kendaraannya dari

pada harus mengeluarkan uang untuk melakukan pengujian KIR.

Faktor lain adalah Faktor Sosial, yang mempengaruhi pelaksanaan pengujian

kelayakan adalah masih rendahnya ketaatan masyarakat untuk melakukan pengujian,

hal ini dikarenakan kebanyakan masyarakat pemilik kendaraan angkutan kota baru

67

melakukan pengujian ketika mendapatkan setoran angkota yang cukup dan masih ada

sisa untuk melakuakan perbaikan atau peremajaan angkota, yang di karenakan umur

angkota yang sudah tua. Hal ini tentunya harus segera dibenahi dengan cara melakukan

sosialisi pentingnya pengujian kelayakan bagi keselamat penumpang maupun

pengguna jalan raya lainnya.

Berhubungan angkutan merupakan sektor usaha yang vital bagi kehidupan

masyarakat, maka di harapkan kepada para pihak pengusaha yang bergerak di bidang

usaha pengangkutan harus mempertibangkan kelayakan kendaraan bermotor atau

angkutan itu sendiri, di karenakan di Kota Salatiga masih kurangnya ketaatan

pengusaha/pemilik jasa angkutan umum atau angkota yang tidak melakukan uji

kelayakan secara berkala. Padahal sudah berbunyi jelas pasal 48 yang setiap kendaraan

bermotor yang dioprasikam di jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.

Dapa pasal 49 yang kendaraan bermotor yang di operasikan di jalan wajib dilakukan

pengujian.

Selain tidak displinnya atau kurang taatnya tidak melakan uji kelayakan, juga

kurang disiplinya waku, kurang disiplinya waktu seperti tidak tepatnya keberngkatan

dengan banya alasan seperti belum penuhnya penumpang, dan perilaku sopir yang

mengemudi angkutan umum yang berhenti seenaknya membuat keresahan pengguna

jalan lainya yang tentu itu juga berbahaya terhadap isi dari angkota tersebut. Serta

perilaku sopir yang merokok saat mengemudi menjadi perilaku yang buruk, yang

seharusnya angkutan umum bebas dari asap rokok akan tetapi pengemudi tersebut

merokok, sudah bentuk angkutan yang bisa di sebut sudah tidak mungkin layak jalan

dan membuat penumpang menjadi was was saat menggunakan transportasi umum

tersebut di tambah dengan perilaku sopir yang kurang begitu nyaman terhadap

penumpang seperti merokok saat mengemudi.

Dengan perilaku pengemudi yang suka berhenti sembarangan , terlalu lama

berhenti menunggu penumpang dan merokok sambil menegmudi maka banyak

pengguna jasa angkutan umum tersebut beralih ke trasportasi online yang lebih praktis

dan cepat mencapai tujuan serta penggunajasa merasa aman dan nyaman. Ditambah

dengan perilaku sopir yang terkadang mengangkut penumbang melebihi batas

68

maksimal 12 orang menjadi kurang nyamanya pengguna jasa yang lain. Jelas-jelas

mengangkut pennumpang melebihi kapasitas tentu membahayakan penumpang itu

sendiri maupunsi pengemudu tersebut. Seharusnya pemilik maupun pengemudi

angkota tersebut harus berbenah agar pengguna jasa angkutan merasa aman dan

nyaman agar masyarakat juga mau menngunakan transportasi merasa aman dan

nyaman.

Seharusnya pemilik atau pengusaha angkutan umum yang tidak memenui

syarat laik jalan harus di tidak secara tegas agar terbentuknya trasportasi yang nyaman

dan aman, tentu juga pengemudi yang menjalankan angkutan yang sekiranya tidak

layak jalan harus tidak mau menjalankan angkota tersebut sebelum ada pembenaan dari

pemilik atau pengusha tersebut. Sedangkan angkutan yang tidak memenui laik jalan

harus di tidak dengan di beri kesempatan untuk pemilik melakukan perbaikan dengan

cara menahan semua surat surat angkota tersebut sampai angkota tersebut bisa

dinyatakan layak jalan, apabila dengan pemberian kesempatan tersebut masih belum

mampu memenuhi laik jalan maka Dinas Perhubungan harus melakukan pencabutan

ijin atau pembekuan seperti pasal 76 ayat 1. Dan apabila dari segi petugas pengujian

yang meloloskan angkutan yang seharusnya tidak layak jalan juga harus di tindak

secara tegas.

Pengujian kelayakan kendaraan bermotor di Dinas Perbubungan Kota Salatiga

sebenrnya sudah begitu mudahnya angkutan umum bisa lolos uji kelayakan di

karenakan Dinas Perhubungan Kota Salatiga hanya melakukan pengujian kemampuan

pancaran lampu utama, uji rem utama dan klakson semua itu sangat mudah apabila

angkutan yang melakukan uji kelayakan hanya di lihat dengan bentuk fisik saja seperti

semua lampu harus nyala dan klason padahal lampu yang redup dan suara klason yang

kurang begitu keras juga seharusnya juga tidak bisa begitu saja di loloskan. Seperti

lampu yang terdapat kendaraan tidak boleh terlalu terang atau redup yang dapat

menyilaukan pengguna jalan lainnya. Sesuai dengan pengamatan yang yang dilakukan

peneliti, lampu kendaraan khususnya angkutan kota masih ada yang tidak sesuai

dengan standar penerangan yaitu 12.000 cendela. Deviasi penyinaran ke kanan 0,32’

(10 cm/10 m) dan ke kiri 1,09’ (20 cm/ 2 m). Kondisi lampu angkutan kota cenderung

69

redup atau kurang dari 12.000, bahkan lampu kendaraan yang diharapkan menjadi

penerangan jalan dan memberi isyarat untuk berbelok atau berhenti itu bahkan dalam

kondisi mati.

Sedangkan pengujian rem utama seharus dalam kondisi yang baik, harus ada

pada kendaraan khususnya angkutan kota, selain sistem pengereman yang baik

diperlukan pula sistem rem tangan, agar pengereman dapat dilakukan dengan baik,

sehingga ketika angkutan kota beroperasi tidak ditemukan kendala atau kesulitan. Hal

ini mengingat angkutan kota merupakan kendaraan umum yang beroperasi

mengangkut penumpang yang merupakan masyarakat. Keselamatan atas penumpang

merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Akan tetapi dilapangan yang sudah

melakukan uji kelayakan dan sudah lolos uji masih saya temukan angkutan yang tidak

berfungsinya rem tangan, padahal fungsi rem tangan itu sendiri sangat penting saat

mengoprasikan kendaraan tersebut dan ketika saya menggunakan jasa angkutan umum

(angkota) saya cukup kaget, karena pengereman dilakukan dengan cara di kocok rem

tersebut selama tiga kali, dan saya cukup miris dengan keadaan angkutan yang sudah

melakukan uji kelayakan kendaraan bermotor dan dinyatakan lolos akan tetapi saat

beroperasi di jalan saat melakukan pengereman harus mengkocok selama tiga kali baru

angkutan umum tersebut berhenti. Seharusnya dinas perhubungan tidak meloloskan

angkutan-angkutan yang melakukan pengereman dengan cara mengocok selama 3 kali

tersebut.

Dari hasil penelitian saat penulis melakukan wawancara terhadap pemilik

angkutan umum kota salatiga (angkutan) dari 8 (delapan) orang tersebut rata-rata

berpendapat kuranya setoran atau tidak adanya biaya khusus perawatan secara berkala

serta kurang sadarnya pemilik angkutan umum. Maka faktor utama adalah faktor

ekonomi yang menjadi masalah dan sumber daya masyarakat atau pemilik angkutan

yang kurang begitu sadar tentang hukum dan keaaman saat angkota itu di operasikan.

Karena faktor ekonomi yang selalu berubah mempunyaipengaruh yang besar terhadap

pengujian kelayakan. Kenaikan bahan bakar minyak dan langkanya bahan bakar

pemium ternyata ikut mempengaruhi tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan

70

uji kelayakan, hal ini dikarenakan daya beli masyarakat berkurang, serta pendapatan

para pemilik angkutan kota yang menurun.

2. Upaya Dinas Perhubungan Kota Salaiga untuk Meningkatkan Ketaatan Hukum

Pemilik Angkutan Umum Kota Salatiga (angkota) untuk Melakukan Uji Kelayakan.

Hail analisis dari penulis agar meningkatkan kataatan hukum pemilik angkuta

umum kota untuk melakukan Uji Kelayakan kendaraan bermotor adalah seperti

melakukan Pemeriksaan layak jalan di lapangan yang di sebut secara umum razia atau

oprasi kendaraan. Akan tetapi saat pemeriksaan layak jalan dilapangan itu jarang

dilakukan dikarenakan kota salatiga sendiri kota yang kecil maka tidak perlunya

melakukan pemeriksaan layak jalan di lapangan, karena kurang efektifnya pemeriksaan

dan terbenturnya atau tidak adanya anggaran untuk melakukan kegiatan tersebut, dan

jarak antara dinas perhubungan dengan terminal atau pemilik angkota cukup dekat

maka dinas perhubungan kota salatiga hanya bersifat pelayanan saja tidak harus turun

kelapangan.

Saat melakukan razia atau oprasi di jalan saja terbentunya biaya, di karenakan

sebelum melakukan razian di jalan dinas perhubungan kota salatiga setiap tahunya

sudah menggarkan anggaran tiap awal taunya akan melakukan razia berapa kali dan itu

harus menunggu persetujuan dari walikota dan persetujuan badan keunagan daerah

kota salatiga.

Maka dinas perhubungan saat melakukan razia di jalan harus menunngu surat

persetujuan dari keputusan walikota salatiga nomer: 551.1/155/419/2017 tentang tim

operasi laik jalan dan badan keuangan daerah kota salatiga.

Kewenangan dinas perhubungan saat melakukan razia hanya di terminal apa

bila melakukan razia di jalan harus bekerja sama dengan kepolisian dan itu sudah di

atur di Undang-undang Nomer 22 Tahun 2009 pasal 262.

Selain dengan melakukan razia dijalan dinas perhubungan kota salatiga juga

melakukan peringatan berupa surat teguran kepada pemilik angkutan umum kota

salatiga, dengan cara ini dinas perhubungan berkometrar dengan cara ini juga belum

efektif dikarenakan alamat rumah tinggal yang sudah tidak sesui dengan alamat asli

dalam buku KIR maka kemungkinan besar surat teguran itu tidak sampai pada sasaran,

71

akan tetapi apabila dinas perhubungan melakukan juga sosialisasi terhadap pemilik

atau pengemudi lewat perkumpulan paguyuban angkutan atau bekerja sama dengan

ketua paguyuban angkota salatiga saya kira surat teguran itu juga aakan mencapai

sasaran yang tepat,

Selain dengan sutar teguran dinas perhubungan juga menerapkan denda

administrasi yang di atur dalam pasal 199 Undang-undang Nomer 22 Tahun 2019 serta

di PERDA Kota Salatiga Nomer 15 Tahun 2013 pasal 76 juga berbunyi pelanggar atas

ketentuan dalam daerah dikenakan sanksi administratif. yang mengenai berapa besar

dendanya di atur dalam PERDA Kota Salatiga Nomer 12 Tahun 2011 Tentang

Retrebusi Jasa Umum pasal 66 yang mengatur besarnya tarip yang ditetapkan 2 % (

dua persen) dari nilai pajak.

Dinas Perhubungan Kota Salatiga sudah melakukan upaya-upaya yang

dilakukan dengan cara tertulis dan turu ke lapangan langsung serta denda administrasi

akan tetapi pemilik angkutan umum kota salatiga masih saja kurang begitu sadarnya

terhadap pentingnya melakukan uji kelayakan secara berkala, ketaatan hukum pemilik

anglota yang masih begitu rendah membuat sulit upaya upya dari DISHUB agar agar

taat melakukan uji kelayakan kendaraan bermotor, agar mencapai trasportasi yang

nyaman dan aman.

Dengan teori penegakan hukum merupakan proses dilakukannya upaya untuk

tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman

perilaku dalam lalulintas atau hubungan–hubungan hukum dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Dalam pengertian lain penegakan hukum merupakan

upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum, baik dalam artian formil yang sempit

maupun dalam arti materil yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan

hukum, baik oleh para subyek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur

penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh Undang-undang untuk

menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara.

Penegakan hukum terhadap angkutan umum kota salatiga merupakan salah satu

masalah yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang aktifitas

72

sehari-hari, karena angkutan umum sangat di butuhkan oleh masyarakat untuk

menunjang perekonomian masyarakat, baik yang tinggal di perkotaan dan pedesaan.

Angkutan umum merupakan sarana yang di berikan pemerintah untuk melayani

masyarakat namun sangat disayangkan masih banyak masalah yang terjadi di angkutan

umum yang seperti tidak melakukan Uji Kelayakan secara berkala. Dikarenakan

lemahnya kesadaran pemilik atau pengusaha kendaraan angkutan umum

(angkota),sehingga keamanan sering menjadi hal yang di perhatikan. Seharusnya

penyedia jasa angkutan umum idealnya harus baik dan benar untuk mewujudkan

keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas. Pasal 38 dan Pasal 39

PERDA Kota Salatiga Nomer 15 Tahun 2013 Tentang Penyelenggara Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan , telah menetapkan persyaratan teknis dan layak jalan kendaraan

bermotor serta mewajibkan kendaraan bermotor yang akan dioperasikan di jalan wajib

dilakukan pengujian berkala kendaraan bermotor yang selanjutnya di sebut Uji

Kelayakan Bermotor atau (KIR).

Sehinnga angkutan umum (angkota) wajib hukumyan untuk mematui peraturan

yang berlaku seperti pasal 39 PERDA Kota Salatiga Nomer 15 Tahun 2013 yang setiap

kedaraan bermotor yang di oprasikan di jalan wajib dilakukan pengujian Laik Jalan,

agar memenui salah satu persyaratan trsnsportasi publik adalah harus mendapatkan

bukti bahwa kendaraan tersebut layak jalan secara berkala sehingga layak untuk

dipakai dan ditungankan dalam buku KIR. Buku KIR memiliki peran yang sangat vital

dalam setiap pengoperasian kendaraan umum , fungsi utama buku tersebut adalah

untuk menjamin keamanan dari kendaraan-kendaraan untuk kepentingan

pengoperasian.

Agar terwujunya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman,

selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong

perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan

dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa, terwujudnya

etika berlalu lintas dan budaya bangsa dan terwujudnya penegakan hukum dan

kepastian hukum bagi masyarakat.

73

Akan tetapi penegakan hukum terhadap angkutan umum yang tidaak

melakukan uji kelayakan kendaraan bermotor secara berkala masih begitu lemahnya di

kota Salatiga, dikarenakan kurang begitu tegasnya dinas perhubungan melakukan

tindakan, seharusnya angkutan umum (angkota) yang tidak layak jalan secara fisik

maupun kelayakan harus di tindak secara tegas, agar pemilik angkota tersebut

melakukan peremajaan yang umur angkota lebih dari 10 (sepuluh) tahun atau

pembenahan angkota tersebut, karena Dinas Perhubungan hanya melakukan tindakan

tilang terhadap angkutan yang tidak sesuai aturan, kebanyakn aturan yang di langgar

adalah seperti tidak melakukan Uji Kelayakan secara berkala. Dan sementara ini

penegakan hukum DISHUB dengan cara penilangan, akan tetapi dengan cara

ditilangnya angkutan tersebut masih saya ada banyak angkutan umum yang kurang

begitu jeranya dan masih banyak melakukan pelanggaran. Seharusnya Dinas

Perhubungan Kota Salatiga mekaukan pembekuan terhadap angkutan umum yang

bandel dan tidak layak secara fisik maupu dalam pengujian harus di cabut ijin

beroprasinya angkutan tersebut.

Dinas Perhubungan harus bersifat tegas agar pemilik angkutan umun Kota

Salatiga mempuntai efek jera atau rasa takut, sementara ini upaya yang dilakukan untuk

meneribkan angkutan umum kota salatuiga adalah melakukan razia, surat teguran,

sosialisasi, denda administrasi. Maka agar mendapatkan kepatuahan hukum agar

pemilik angkutan melakukan uji kelayakan harus dengan tegas dengan cara pembekuan

ijin atau menambahkan uanga denda administrasi yang besar biar tercapainya penegaan

hukum bagi pemilik angkutan umum Kota Salatiga.

Dengan jumlah pelanggaran sebanyak 16 angkota setiap melakukan satukali

razia maka pelanggaran angkutan penumpang merupakan yang paling banyak

melalukan pelanggaran. Hal ini dikernakan Bidang Angkutan yang lebih memfokuskan

operasi penertiban pada angkutan umum. Aksesoris disini adalah penggunaan aksesoris

mobil yang berlebihan atau dapat membahayakan keselamatan penumpang, seperti

kaca film yang terlalu gelap, memodifikasi mobil sehingga tidak sesuai standar

keselamatan. Serta banyaknya angkota yang sudah tua maka menjadi pemilik angkota

malas melakukan Uji kelayakan Kendaraan Bermotor tersebut.

74

Maka dari itu tujuan penegaan hukum agar mendapatkan angkutan umum yang

nyaman dan aman belum terlaksana sepenunya, yang di karenaka masih banyak

angkutan umum yang tidak layak jalan masih beroprasi di jalan.