BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Hasil...
Transcript of BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Hasil...
58
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Hasil Penelitian
1. Struktur Organisasi Unit PPA (Penyidik Perempuan dan Anak) Reskrim
Polres Salatiga.1
Penulis akan memberikan gambaran tentang struktur organisasi unit
PPA Polres Salatiga.
1.1 Kanit PPA2
1 Gambar Struktur Organisasi diambil dari Kantor RESKRIM Polres Salatiga, Tanggal 27 Agustus
2013. 2 Wawancara dengan Kanit PPA, AIPTU Kusyono di Polres Salatiga, Pada Tanggal 27 Agustus
2013
KAPOLRES
WAKAPOLRES
KASAT RESKRIM
KAURBINOPS
KANIT I KANIT II KANIT III
KANIT IDENTKANIT RESMOB KANIT PPA
KANIT IV
KAUR MINTU
BANMIN/BANUM
59
Tugas Pokok
Menyelenggarakan dan mengkoordinasi pelaksanaan penyidikan laporan
polisi yang dibebankan kepadanya
Melaksanakan, pemeriksaan, pemberkasan, sampai dengan perkara ke
JPU, Bapas, Psikiater, instansi terkait seijin Kasat Reskrim
Menyususn rengiat dan hasil giat serta membuat rencana penyidikan
Tugas Tambahan
Melaksanakan Apel Pagi dan Siang
Melaksanakan piket fungsi dengan kegiatan melaksanakan pemeriksaan
tersangka saksi, pelapor dan saksi lainnya serta mendatangi TKP
Melaksanakan tugas lain yang dibebankan kepadanya oleh pimpinana
Melaksanakan ajangsana kepada korban KDRT
1.1 Anggota Unit PPA
Tugas Pokok
Melaksanakan tugas-tugas penyidikan yang dibebankan kepadanya oleh
Kanit PPA
Melaksanakan pemeriksaan, pemberkasan sampai dengan penyerahan
perkara ke JPU
Menyusun Rengiat dan Hasil giat, serta membuat rencana penyidikan
60
Tugas Tambahan
Melaksanakan Apel Pagi dan Siang
Melaksanakan piket fungsi dan kegiatan melaksanakan pemeriksaan
tersangka saksi, pelapor dan tersangka lainnya
Menyusun dan membuat Renbut, Rensidik, serta Wabku yang berkaitan
dengan DIPA
Melaksanakan operasi rutin/khusus yang diperintahkan oleh pemimpin
sesuai Sprin
Melaksanakan tugas lain yang dibebankan kepadanya oleh pemimpin.
61
2. Perkara tindak pidana yang dilakukan anak dan disidik oleh Polres
Salatiga
Tabel 1 : Perkara Tindak Pidana Yang Dilakukan Tersangka
Anak di Polres Salatiga.
No No Berkas Perkara Perkara Pasal yang
dikenakan
Nama
Tersangka
Umur
1 BP/66/V/2012/Reskrim/
Tanggal 22 Mei 2012
Pencurian (mencuri
gelang, uang, HP)
Pasal 363 KUHP Nur Arifin 14 tahun
2 BP/50/IV/2012/Reskrim/
Tanggal 27 April 2012
Melakukan
kekerasan terhadap
orang
170 KUHP Fauzi 17 tahun
3 BP/III/2011/Reskrim Pencurian (1 (satu)
kardus ciki)
363 KUHP Andreas Agus
W
14 tahun
4 BP/07/III/2011/Sat
Lantas
Kecelakaan Lalu
lintas
310 ayat (4) jo 310
(3) UU No 22 Tahun
2009
Zuzev Ervando 17 tahun
5 BP/27/VII/2011/Sek
Sidorejo
LP/253/VII/2011/Jateng/
Res Sltg/24 Juli 2011
Penadahan
(1 buah handphone)
480 jo 55 jo 56
KUHP Pid
Bagus Santoso
dan Rudi K
17 tahun
Sumber: Data sekunder pada Pengadilan Negri Salatiga dan sudah dikonfirmasi
ke Polres Salatiga.
62
Selama tahun 2011 dan 2012 di Polres Salatiga menunjukan ada 5 anak
yang diduga melakukan tindak pidana dan semua tersangka masih dibawah
umur. Umur tersangka masing-masing Nur Arifin 14 Tahun, Fauzi 17 Tahun,
Andreas Agus W 14 Tahun, Zuzev Ervando 17 Tahun, Bagus Santoso dan Rudi
17 Tahun. Jenis tindak pidana yang dilakukan oleh tersangka yaitu : Nur Arifin
kasus mencuri gelang emas, uang, dan handphone, pasal yang dikenakan yaitu
Pasal 363 KUHP. Fauzi dengan kasus melakukan kekerasan terhadap orang
yang menyebabkan korban mengalami luka-luka pasal yang dikenakan yaitu
Pasal 170 KUHP Ayat (2). Andreas Agus W dengan kasus pencurian, mencuri
1 (kardus) ciki pasal yang dikenakan yaitu Pasal 363 KUHP, Zuzev Ervando
kasus kecelakaan lalu lintas pasal yang dikenakan Pasal 310 ayat (4) jo 310 (3)
UU No 22 Tahun 2009. Bagus Santoso dan Rudi Kriesman dengan kasus
penadahan 1 buah handphone pasal yang dikenakan yaitu Pasal 480 jo 55 jo 56
KUHP.
3. Kasus Posisi
Dalam perkara kasus yang dialami oleh masing-masing tersangka anak
di Wilayah Polres Salatiga ini merupakan kasus dengan tindak pidana
pencurian, penadahan dan kecelakaan lalu lintas. Pada hakekatnya ketika anak
masih dibawah umur kecenderungnya ialah ingin melakukan apa yang dia
inginkan, karena didasari dengan kemauan yang tinggi dan faktor pergaulan
yang tidak baik. Jadi ketika anak diperhadapkan dengan sebuah pilihan yang
sang anak belum mampu mengendalikan emosinya maka anak akan nekat
melakukan apa yang diinginkannya untuk memenuhi kemauannya.
63
Dalam perkara ini anak yang melakukan tindak pidana telah melanggar
hukum karena anak tersebut telah melakukan pencurian, penadahan yang
sejatinya bukan miliknya, serta kecelakaan lalu lintas akibat dari kecerobohan
sang anak sehingga mengakibatkan kerugian pada para korban.
Untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya maka anak
tersebut harus berurusan dengan polisi dan mempertanggungjawabkan setiap
perbuatan yang telah dilakukan serta harus menjalani proses penyidikan yang
dilakukan oleh polisi dan penahanan oleh polisi.
4. Proses Penyidikan Terhadap Tersangka Anak3
Berikut proses penyidikan terhadap tersangka anak yang dilakukan oleh
Penyidik PPA Polres Salatiga:
a) Penangkapan
Sebelum dilakukan pemeriksaan penyidikan, polisi melakukan tindakan
penangkapan yang berdasarkan laporan atau pengaduan dari masyarakat.
Surat perintah yang dikeluarkan oleh penyidik Polres Salatiga berisi
tentang identitas tersangka, yang menyebutkan alasan penangkapan, uraian
perkara kejahatan, dan tempat tersangka diperiksa. Setelah itu dilakukan
proses penyidikan terhadap tersangka.
b) Penahanan
Data yang penulis peroleh ada enam anak yang ditahan. Hal itu untuk
kepentingan pemeriksaan penyidikan terhadap anak yang diduga
3 Wawancara Dengan Kanit PPA, AIPTU Kusyono. Tanggal 12 Oktober 2012 di Kantor PPA
Polres Salatiga
64
melakukan tindak pidana. Jangka waktu penahanan yaitu 20 hari sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Undang-undang Pengadilan
Anak).
c) Pemeriksaan Penyidikan Tersangka Anak
Pemeriksaan penyidikan dilaksanakan berdasarkan laporan atau
pengaduan dari masyarakat kemudian dari penyidik membuat Surat
Perintah Penyidikan, berdasarkan surat perintah tersebut kemudian dari
Kasat Reskrim atau Kepala Unit (KANIT) Penyidik menunjuk petugas
penyidik untuk melakukan pemeriksaan yang diterbitkan melalui SPDP
(Surat Perintah Dimulainya Penyidikan), jika tidak ada bukti yang cukup
maka penyidik dapat menghentikan penyidikannya melalui SP3 (Surat
Perintah Penghentian Penyidikan).
Tersangka anak yang diperiksa oleh penyidik Polri dilakukan secara
terbuka, ditempat biasa untuk pemeriksaan, tetapi tetap dengan suasana
kekeluargaan. Pemeriksaan penyidikan terhadap tersangka anak seperti cara
interogasi atau Tanya jawab sewaktu BAP (Berita Acara Pemeriksaan) dilakukan
dengan4:
a. Perlakuan tidak disamakan dengan orang dewasa.
b. Melakukan wawancara dengan suasana kekeluargaan supaya
anak tidak takut.
4 Wawancana dengan AIPTU. Kusyono Kanit PPA, Tanggal 12 Oktober 2012. Di Kantor PPA
Polres Salatiga.
65
c. Melakukan wawancara kepada anak untuk mengetahui
karakter anak, latar belakang anak, serta lingkungan
masyarakat anak tersebut.
d. Dalam memeriksa tersangka anak, orang tua/wali dipanggil
dan dari kepolisian menawarkan penasehat hokum baik dari
tersangka sendiri maupun dari kepolisian untuk
mendampinginya.
e. Tidak melakukan kekerasan atau bentakan-bentakan dalam
proses pemeriksaan.
f. Jika berdasarkan pertimbangan penyidik bahwa kasus
tersebut tidak perlu dilanjutkan ke tingkat pengadilan, maka
tersangka dan orang tuanya diwajibkan membuat surat
pernyataan atau mengganti kerugian terhadap pihak korban.
Selama pemeriksaan penyidik terhadap tersangka anak, petugas BAPAS
wajib dipanggil untuk mendampingi anak selama pemeriksaan penyidik
berlangsung untuk dimintai pertimbangan apakah tersangka anak tersebut ditahan
atau tidak dan juga penyidik menawarkan penasehat hukum baik dari polisi
maupun tersangka sendiri, akan tetapi tindakan-tindakan itu tidak dilakukan oleh
penyidik.
66
Tabel 2: Penahanan Yang Dilakukan Oleh Penyidik Dalam
Perkara Tindak Pidana Anak di Polres Salatiga
No Nama Tersangka Anak Lama Penahanan
1 Nur Arifin 13 Mei 2012-1 Juni 2012
2 Fauzi 18April 2012-7 Mei 2012
3 Andrea Agus W 25 Maret 2011-13 April 2012
4 Zuzev Ervando Ditahan oleh Penyidik selama 20 hari
5 Bagus Santoso dan Rudi K 25 Juli 2011-13 Agustus 2011
Sumber: Data sekunder pada Pengadilan Negri Salatiga dan sudah dikonfirmasi ke
Polres Salatiga.
Tabel 3: Pertimbangan Penyidik Dalam Melakukan Penahanan
Pertimbangan Penyidik
Subyektif Obyektif
Dikhawatirkan melarikan diri
Dikhawatirkan mengulangi perbuatannya
Dikhawatirkan menghilangkan barang
bukti
Ancaman Pasal 363 KUHP Pid , 7 Tahun Penjara
Ancaman 170 KUHP Pid 5 Tahun Penjara
Ancaman 363 KUHP Pid 7 Tahun
310 ayat (4) jo 310 (3) UU No 22 Tahun 2009, 6 Bulan
Penjara
Ancaman 480 jo 55 jo 56 KUHP Pid, 4 Tahun Penjara
Sumber: Data sekunder pada Pengadilan Negri Salatiga dan sudah dikonfirmasi ke Polres
Salatiga.
67
5. Pertimbangan BAPAS
Rekomendasi BAPAS dalam melakukan pertimbangan untuk mengajukan
permohonan penangguhan penahanan terhadap penyidik. Perkara anak dari kasus
yang penulis teliti adalah bahwa tersangka anak tersebut ditahan semua oleh
penyidik, keenam tersangka yaitu Nur Arifin, Fauzi, Andreas Agus W, Zuzev
Ervando, Bagus Santoso dan Rudi K. mereka ditahan semua guna menjalani
proses hukum dan untuk dimintai keterangan saat menjalani pemeriksaan.
BAPAS meminta supaya penyidik tidak melakukan penahanan, bagi
BAPAS penahanan adalah alternatif terakhir yang diambil. Pertimbangan
BAPAS bagi para tersangka yaitu5:
a. Nur Arifin kasus pencurian supaya mendapat penangguhan
penahanan, sebab anak tersebut masih sekolah.
b. Fauzi kasus kekerasan terrhadap orang, penahanannya dapat
ditangguhkan, dan dikembalikan kepada orang tuanya.
c. Zuzev Ervando kasus kecelakaan lalu lintas supaya tidak ditahan,
sebab kerugian yang diderita korban tidak parah. Sehingga
tersangka dapat melanjutkan sekolahnya.
d. Bagus Santoso dan Rudi K kasus penadahan, supaya mendapat
penangguhan penahanan dan dikembalikan oleh orang tuanya.
e. Andreas Agus W kasus mencuri 1 kardus ciki, supaya mendapat
penangguhan penahanan dan mengganti kerugian untuk korban.
5 Sumber: Buku Sekunder, Putusan Pengadilan. Diambil Pada Tanggal 27 Agustus di Pengadilan
Negri Salatiga
68
B. Analisis
Pertimbangan Penyidik Polres Salatiga Dalam Melakukan Penahanan
Kepada Tersangka Anak
1. Dari segi pasal yang dipersangkakan (Pertimbangan Obyektif)
Dalam proses untuk melakukan penahanan yang dilakukan oleh penyidik
terhadap tersangka anak yang melakukan tindak pidana kejahatan di wilayah
Polres Salatiga, penyidik menggunakan pasal untuk menahan para tersangka anak
tersebut dengan berdasarkan pada:
KUHAP yang mengatur khususnya dalam Bab V bagian kedua tentang
penahanan, disana dikatakan untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau
penyidik pembantu atas perintah penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
berwenang melakukan penahanan. Akan tetapi penyidik harus memperhatikan
KUHAP Pasal 21 ayat (4) a dan b yang mengatakan: Tindakan penahanan yang
dapat dikenakan terhadap tersangka/terdakwa yang melakukan tindak pidana dan
atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam:
a. tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau
lebih
b.tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282 ayat (3), Pasal
296, Pasal 335 ayat (1), Pasal 351 ayat (1), Pasal 353 ayat (1), Pasal 372, Pasal
378, Pasal 379 a, Pasal 453, Pasal 454, Pasal 455, Pasal 459, Pasal 480 dan Pasal
506 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 25 dan Pasal 26
Rechtenordonnantie (pelanggaran terhadap ordonansi Bea dan Cukai, terakhir
69
diubah dengan Staatsblad Tahun 1931 Nomor 471), Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 4
Undang-undang Tindak Pidana Imigrasi (Undang-undang Nomor 8 Drt. Tahun
1955, Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 8), Pasal 36 ayat (7), Pasal 41, Pasal
42, Pasal 43, Pasal 47, dan Pasal 48 Undangundang Nomor 9 Tahun 1976 tentang
Narkotika (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 37, Tambähan Lembaran
Negara Nomor 3086).
Dalam kasus yang penulis kaji bahwa penyidik Polres Salatiga hanya
berdasarkan KUHAP khususnya Bab V sebagai dasar dalam melakukan
penahanan kepada tersangka anak. Padahal perkara-perkara yang penulis kaji,
para tersangka tersebut dikenakan Pasal 363 untuk perkara Nur Arifin dan
Andreas Agus W yaitu mencuri, Pasal 170 perkara Fauzi yaitu melakukan
kekerasan terhadap orang, Pasal 310 ayat (4) jo 310 (3) UU No 22 Tahun 2009,
dan Pasal 480 jo 55 56 KUHP.
Pasal-pasal yang dikenakan oleh para tersangka itu sangat berbeda dengan
Pasal 21 ayat (4) huruf a dan b yang seharusnya menjadi dasar untuk penyidik
dapat melakukan penahanan kepada tersangka anak tersebut. Bahkan dalam Pasal
21 ayat (4) huruf b tidak ada pasal yang tercantum yaitu Pasal 363, 170, Pasal 310
ayat (4) jo 310 (3) UU No 22 Tahun 2009, dan Pasal 480 jo 55 56 KUHP. Pasal-
pasal yang ada dalam Pasal 21 ayat (4) huruf b merupakan pasal yang bisa
dilakukan penahanan apabila pidana tersebut diancam dengan pidana 5 tahun atau
lebih. Sedangkan dalam Undang-undang Pengadilan Anak juga mengatakan
dalam Pasal 26 Ayat (1) UU Pengadilan Anak, bahwa Pidana penjara yang dapat
dijatuhkan kepada Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2
70
huruf a, paling lama ½ (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana penjara
bagi orang dewasa. Jadi apabila tersangka anak nakal tersebut diancam dengan
pidana lima tahun penjara, maka pengecualian bagi anak nakal itu belum
memenuhi syarat dilakukannya penahanan. Berdasarkan ketentuan tersebut maka
tidak setiap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dapat
dikenakan penahanan, apabila tindak pidana yang dilakukan tersebut diluar
ketentuan Pasal 21 ayat (4) a dan b KUHAP.
2. Dari Segi Pertimbangan Subyektif Penyidik
Dasar kepentingan (dasar subjektif), selain didasarkan ketentuan hukum
yang berlaku sebagai dasar obyektif, maka tindakan penahanan kepada tersangka
atau terdakwa juga didasarkan kepada kepentingan (keperluan), yaitu untuk
kepentingan penyidikan, untuk kepentingan penuntutan dan untuk kepentingan
pemeriksaan disidang pengadilan (Pasal 20 KUHAP), serta didasarkan pula pada
keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka/terdakwa akan
melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi
tindak pidana (Pasal 21 ayat (1) KUHAP). Dari pertimbangan subyektif tersebut
terkesan bahwa pertimbangan itu masih abstrak atau kurang jelas, contoh ketika
penyidik menggunakan parameter bahwa anak akan melarikan diri, bagaimana
mungkin anak tersebut akan melarikan diri padahal tersangka masih bersekolah,
masih memiliki orang tua, menurut penulis penyidik tidak bias menjelaskan lebih
lanjut tentang pertimbangan subyektif yang ada dalam undang-undang.
Selain itu, pada kenyataanya penyidik tidak melakukan apa yang
seharusnya dilakukan yaitu meminta pertimbangan atau rekomendasi dari
71
BAPAS, jadi ini tidak relevan ketika penyidik pertimbangannya hanya
berdasarkan unsur-unsur subyektif yang memang sudah ditetapkan dalam pasal
tersebut.
Seharusnya penyidik meminta pertimbangan rekomendasi dari BAPAS
sebelum menahan tersangka anak, pertimbangan dari BAPAS tersebut apakah
anak nantinya akan tetap dilakukan penahanan atau tersangka anak tersebut
penahanannya dapat ditangguhkan.
3. Dari Segi Pertimbangan BAPAS
Penyidik hanya menggunakan pertimbangnya untuk menahan para
tersangka anak tersebut dengan berdasarkan KUHAP, ketika pasal yang
dipersangkakan oleh tersangka tersebut sudah memenuhi unsur-unsur dalam
penahanan maka penyidik melakukan tindakan menahan.
Seharusnya penyidik bisa memperhatikan rekomendasi BAPAS dalam
menahan tersangka anak dengan meminta bantuan oleh pertimbangan BAPAS
dalam tindakan untuk menahan anak, apakah anak penahananya akan
ditangguhkan atau bahkan tidak perlu dikenakan penahanan. Jadi para tersangka
tidak harus ditahan tetapi anak tersebut bisa dikembalikan kepada orang tuanya
atau wali supaya para orang tua/wali dapat dipertanggungjawabkan untuk dapat
kembali membimbing dan membina anak dengan benar, atau langkah alternatif
lain selain menahan adalah anak bisa diserahkan oleh Departemen Sosial supaya
anak bisa dibina dan diberi pengertian supaya anak tersebut tidak mengulangi
kejahatannya lagi.
72
Jadi tersangka anak tersebut tidak merasakan trauma atau mentalnya
terganggu ketika anak tersebut diperhadapkan dengan penahanan yang sejatinya
penahanan merupakan tempat yang kurang layak untuk dihuni oleh anak-anak.
Dan anak bisa melanjutkan sekolahnya dan meraih cita-cita untuk masa depannya.
Pelanggaran pidana oleh anak lebih merupakan kegagalan proses
sosialisasi dan lemahnya pengendalian sosial terhadap anak. Oleh karena itu
keputusan penyidik dalam menahan seorang anak dalam perkara anak harus
mempertimbangkan keadaan anak yang sesungguhnya atau realitas seorang anak
tersebut, bukan hanya melihat aspek pidananya saja. Dikaitkan UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak. Pada Pasal 16 dirumuskan bahwa setiap anak
berhak memperoleh perlindungan antara lain penjatuhan hukuman yang tidak
manusiawi dan penangkapan, penahanan atau penjatuhan pidana hanya dapat
dilakukan sebagai upaya akhir.
Dari ketiga analisis mengenai, pertimbangan penyidik dari segi pasal yang
dipersangkakan, dari segi alasan subyektif dan obyektif penyidik serta
petimbangan BAPAS, ternyata semua anak yang melakukan tindak pidana ditahan
oleh penyidik.
Menurut penulis, seharusnya tindakan yang harus digunakan oleh penyidik
dalam melakukan penahanan yaitu bahwa penyidik harus mengerti syarat-syarat
penahanan yakni dalam Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak dan juga penyidik harus mempertimbangkan hak-hak khusus pada para
tersangka anak supaya, anak yang melakukan tindak pidana itu dapat diberlakukan
perlakuan secara khusus oleh penyidik dalam melakukan penahanan oleh
73
tersangka anak. Penyidik harus mengetahui dan mempelajari betul syarat-syarat
penahanan yang ada dalam Undang-Undang Perlindungan Anak, Undang-undang
Pengadilan Anak, dan Konvensi Hak-Hak Ank.