Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S
-
Upload
herlinda-dwi-ningrum -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
description
Transcript of Gelang - TAK Sumberbening_Anggraeni Citra S
LAPORAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
MEMBUAT KERAJINAN GELANG DAN KALUNG DARI MONTE UNTUK PASIEN ISOLASI
SOSIAL DAN HARGA DIRI RENDAH
DESA BANDUNGREJO KEC. BANTUR KAB. MALANG
Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Jiwa
Oleh:
Yananda Maulina
105070200111007
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
MEMBUAT KERAJINAN GELANG DAN KALUNG DARI MONTE UNTUK PASIEN ISOLASI
SOSIAL DAN HARGA DIRI RENDAH DI DESA BANDUNGREJO KEC. BANTUR KAB.
MALANG
Diajukan Untuk Memenuhi Kompetensi Praktek Profesi Departemen CMHN
Oleh :
Yananda Maulina
105070200111007
Telah diperiksa kelengkapannya pada:
Hari :
Tanggal :
Dan dinyatakan memenuhi kompetensi
Perseptor Klinik Perseptor Akademik
Ns. Soebagijono, S.Kep, M.M. Kes Ns. Retno Lestari, S.Kp, MNNIP. 19681009 1999003 1003 NIP. 19800914 200502 2001
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dan
dari luar dirinya baik itu lingkungan keluarga, kelompok dan komunitas. Dalam
berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang
efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat
menghasilkan perubahan individu diantaranya perubahan nilai budaya, perubahan
system kemasyarakatan, pekerjaan, serta akibat ketegangan antar idealism dan realita
yang dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan mental emosional. Tidak semua
orang dapat menyesuaikan diri dari perubahan tersebut, akibatnya akan menimbulkan
ketegangan atau stress yang berkepanjangan sehingga dapat menjadi faktor pencetus
dan penyebab serta juga mengakibatkan suatu penyakit. Faktor yang dapat
mempengaruhi stress adalah pengaruh genetic, pengalaman masa lalu dan kondisi saat
ini (suliswati, 2005).
Penyebab gangguan jiwa salah satunya karena stressor psikologis. Yang
merupakan suatu keadaan atau suatu peristiwa yang menyebabkan adanya perubahan
dalam kehidupan seseorang hingga orang tersebut terpaksa mengadakan adaptasi
dalam mengulangi stressor tersebut. Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik
sering kali hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan kegiatan apapun. Hal ini yang
dapat menyebabkan pasien dikucilkan dalam masyarakat. Harga diri rendah pada
pasien gangguan jiwa dapat mempengaruhi kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Harga diri rendah tampak dari ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
apapun secara mandiri.
Salah satu terapi aktivitas yang dapat diberikan pada pasien gangguan jiwa
dengan harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok dengan membuat kerajinan
gelang kerajinan gelang dari monte dan jepit rambut dengan berbagai kreasi.
1.2 Tujuan
Tujuan umum TAK membuat kerajinan gelang dan kalung dari monte dengan berbagai
kreasi yaitu peserta dapat meningkatkan kemauan dalam melakukan aktivitas dan
merangsang kembali kemampuan motorik halus.
Tujuan khususnya adalah:
1. Peserta mampu memperkenalkan diri
2. Peserta mampu membuat kerajinan gelang dan kalung dari monte dengan
berbagai kreasi.
3. Peserta mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK yang
telah dilakukan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Klien
Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien dengan isolasi social dan harga diri
rendah agar mempunyai kemauan dalam melakukan aktivitas dan merangsang kembali
kemampuan klien.
1.3.2 Manfaat Bagi Terapis
Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara holistik.
Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan strategi
pelaksanaan dalam implementasi rencana tindakan keperawatan klien.
1.3.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidkan
Sebagai informasi untuk pihak akademisi, pengelola dan sebagai bahan kepustakaan,
khususnya bagi mahasiswa ilmu keperawatan sebagai aplikasi dari pelayanan Mental
Health Nurse yang optimal pada klien dengan isolasi sosial dan harga diri rendah.
1.3.4 Manfaat Bagi Ponkesdes Bandungrejo
Sebagai masukan dalam implementasi asuhan keperawatan yang holistic pada pasien
dengan harga diri rendah dan isolasi social pada khususnya sehingga diharapkan
keberhasilan terapi yang optimal.
Menyendiri OtonomiBekerjasamaInterdependen
ManipulasiImpulsifNarcissisme
Menarik diriDependensiCuriga
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 ISOLASI SOSIAL
2.1.1 DEFINISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain
(Keliat et al, 2005).
2.1.2 RENTANG
Menurut Stuart tentang respons klien ditinjau dari interaksinya dengan lingkungan sosial
merupakan suatu kontinum yang terbentang antara respon adaptif dengan maladaptif sebagai
berikut :
Respon Adaptif Respons Maladaptif
(Stuart. 2006)
2.1.3 RESPON
Berdasarkan gambar rentang respon sosial di atas, menarik diri termasuk dalam transisi
antara respon adaptif dengan maladaptif sehingga individu cenderung berfikir kearah negatif.
1) Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan kultural dimana
individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal.
a. Menyendiri (Solitude)
Respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengevaluasi diri
dan menentukan langkah berikutnya.
b. Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran dan
perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerjasama (Mutuality)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu
untuk saling memberi dan menerima, merupakan kemampuan individu yang
saling membutuhkan satu sama lain.
d. Interdependen
Kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal.
2) Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat.
a. Menarik diri
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara
terbuka dengan orang lain, merupakan gangguan yang terjadi apabila
seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain untuk
mencari ketenangan sementara waktu.
b. Ketergantungan (Dependen)
Terjadi bila individu gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses sehinggan tergantung dengan
orang lain.
c. Curiga
Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain
d. Manipulasi
Seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian dan berorientasi pada diri sendiri atau
pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain sehingga tidak dapat membina
hubungan sosial secara mendalam.
e. Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan
cenderung memaksakan kehendak.
f. Narcissisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah jika
orang lain tidak mendukung.
2.1.4 PENYEBAB
Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan isolasi sosial dibedakan menjadi 2, yaitu
faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
1) Faktor predisposisi
a. Faktor tumbuh kembang
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi,
maka akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah
tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin
hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih saying, perhatian, dan
kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman
yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa
ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada
orang lain maupun lingkungan dikemudian hari. Oleh karena itu, komunikasi
yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa
diperlakukan sebagai objek.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi penting dalam
mengembangkan gangguan tingkah laku seperti sikap bermusuhan/hostilitas,
sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak, selalu
mengkritik, menyalahkan, dan anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya, kurang kehangatan, kurang memperhatikan
ketertarikan pada pembicaraan anak, hubungan yang kaku antara anggota
keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam
pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah,
ekspresi emosi yang tinggi, double bind, dua pesan yang bertentangan
disampaikan saat bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya
meningkat.
c. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
d. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif. Bukti terdahulu
menunjukkan keterlibatan neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini,
namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.
Adanya faktor genetic inheritance
Hipotesis dopamin, dimana gejala muncul terutama karena aktivitas
hiperdopaminergik.
Studi neuroanatomik, temuan adalah pembesaran ventrikular, atropi
serebellar, fungsi premorbid buruk, respons terapi buruk, dan kerusakan
kognitif.
2) Faktor presipitasi
a. Faktor eksternal
Stress sosiokultural
dapat ditimbulkan oleh karena menurunya stabilitas unit keluarga seperti
perceraian, berpisah dari orang yang berarti, kehilangan pasangan pada usia
tua, kesepian karena ditinggal jauh, dan dirawat di rumah sakit atau di penjara.
Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
b. Faktor internal
Stress Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya.Tuntutan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan
dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi
2.1.5 POHON MASALAH
Resiko bunuh diri
Isolasi sosial
Harga diri rendah kronis
Koping individu tidak efektif
(Iyus, 2009)
2.1.6 TANDA DAN GEJALA
1. Gejala Subjektif :
Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain
Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
Respon verbal kurang dan sangat singkat
Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
Klien merasa tidak berguna
Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidupnya
Klien merasa ditolak
2. Gejala Objektif :
Klien banyak diam dan tidak mau bicara
Kurang spontan
Apatis, ekspresi wajah sedih, afektif datar
Ekspresi wajah kurang berseri
Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
Komunikasi verbal menurun/tidak ada
Tidak memiliki teman dekat
Mengisolasi diri
Aktivitas menurun
Kepribadian yang kurang sehat
Tidak ada kontak mata, sering menunduk
Asyik dengan pikirannya sendiri
Lebih senang menyendiri
Menyendiri/berdiam di kamar
Tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim
Tidak ada rasa percaya diri
Tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain
Mondar-mandir, melakukan gerakan berulang/sikap mematung
2.2 HARGA DIRI RENDAH
2.2.1 Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan
sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1998).
2.2.2 Penyebab
(1) Faktor Predisposisi
a. Penolakan orang tua
b. Harapan orang tua yang tidak realistis
c. Kegagalan yang berulang kali
d. Kurang mempunyai tanggung jawab personal
e. Ketergantungan pada orang lain
f. Ideal diri yang tidak realistis
(2) Faktor Presipitasi
a. Kehilangan bagian tubuh
b. Perubahan penampilan atau bentuk tubuh
c. Kegagalan atau produktivitas yang menurun
Cara Terjadinya:
Hasil riset Malhi (2008) menyimpulkan bahwa Harga Diri Rendah diakibatkan oleh
rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini menyebabkan berkurangnya tantangan dalam
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Aktualisasi diri Konsep diri positif Harga diri rendahKerancuan identitas Depersonalisasi
mencapai tujuan.Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah.Selanjutnya
hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal.
Secara umum gangguan konsep diri Harga Diri Rendah dapat terjadi secara situasional
dan kronik (Iyus Yosep, 2010).
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya kecelakaan, putus sekolah,
perceraian, PHK, perasaan malu karena sesuatu terjadi pada dirinya (perkosaan
atau pernah dipenjara), termasuk dirawat di rumah sakit yang dapat terjadi karena:
- Privasi klien yang kurang diperhatikan
- Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh tidak sesuai harapan karena
penyakit yang dialami
- Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai privacy klien misalnya:
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan sebelumnya.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung sebelum sakit/dirawat,
dimana klien mempunyai cara berpikir yang negatif.
2.2.3 Rentang Respon
2.2.4 Tanda dan Gejala
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit
Rasa bersalah terhadap diri sendiri
Merendahkan martabat
Gangguan hubungan sosial
Percaya diri kurang
Mengalami gejala fisik
Kurang memperhatikan perawatan diri
(Iyus Yosep, 2010)
2.2.5 Pohon Masalah
2.2.6 Data yang Perlu Dikaji
Data dapat diperoleh dari pengkajian dengan cara melihat tanda dan gejala yang
terdapat pada klien yang mengalami harga diri rendah. Berikut ini adalah tanda dan gejala
harga diri rendah:
Mengejek dan mengkritik diri sendiri
Perasaan tidak mampu
Pandangan hidup yang pesimis
Penurunan produktifitas
Penolakan terhadap kemampuan diri
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri
Menunda keputusan
Sulit bergaul
Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas
Menarik diri dari realitas, halusinasi
Cemas, panik, cemburu, curiga
Tidak menerima pujian
RISIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
ISOLASI SOSIAL
HARGA DIRI RENDAH
KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF
STRESSOR (FAKTOR PENYEBAB)
(Iyus Yosep, 2010)
Mengkritik orang lain
Mudah tersinggung dan marah yang berlebihan
Ketegangan peran yang dirasakan
Pandangan hidup yang bertentangan
(Stuart, 2006)
Selain data di atas, pengkajian dapat juga dilakukan dengan mengamati
penampilan seseorang dengan harga diri rendah, yang terlihat dari kurang
memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan kurang, tidak
berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada
suara lemah. Klien dengan harga diri rendah juga dapat dikaji keadaan
fisiknya.Biasanya gejala fisik yang muncul misalnya tekanan darah tinggi dan gangguan
penggunaan zat. Seseorang dengan harga diri rendah berisiko untuk merusak/melukai
diri sendiri atau orang lain sehingga perlu dilakukan pengkajian dalam hal ini (Iyus
Yosep, 2010).
2.3 Terapi Aktivitas Kelompok
a. Definisi kelompok
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1 dengan yang lain,
saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (stuart dan Laraia, 2001).
Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus
ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif,
kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Yolam, 1995 dalam stuart dan
laraia, 2001). Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika
anggota kelompok member dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai
interaksi yang terjadi dalam kelompok.
b. Tujuan dan fungsi kelompok
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain
serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptive. Kekuatan kelompok ada
pada konstribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai tujuannya.
Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling membantu
satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok
merupakan laboratorium tempat untuk mencoba dan menemukan hubungan
interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota
kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok
yang lain.
c. Jenis terapi kelompok
1. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.
Fokus terapi kelompok adalah adalah membuat sadar diri (self-awareness),
peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.
2. Kelompok terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis,
tumbuh kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok wanita hamil
yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan dan penyakit terminal. Banyak
kelompok terapeutik yang dikembangkan menjadi self-help-group.
Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut :
a) Mencegah masalah kesehatan
b) Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
c) Mengingatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling
membantu dalam menyelesaikan masalah
3. Terapi Aktivitas Kelompok
TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk menfasilitasi seseorang
serta meningkatkan respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan
sebagai terapi didalam kelompok yaitu membaca puisi, seni, music, menari, dan
literatur. Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori,
terapi aktivitas kelompok stimulasi realita.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi melatih mempersiapkan
stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami, diharapkan
respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.TAK
sensori digunakan sebagai stimulus pada sensori klien.TAK orientasi realita
melatih klien mengorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien.Terapi
aktivitas kelompok stimulasi sensori untuk membantu klien melakukan stimulasi
sensori dengan individu yang ada disekitar klien.
BAB III
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI
3.1 KARAKTERISTIK KLIEN DAN PROSES SELEKSI
Karakteristik Klien
a. Klien yang tidak memiliki gangguan fisik
b. Klien yang mudah mendengarkan dan mempraktekkannya
c. Klien dengan harga diri rendah
d. Klien yang mudah diajak berinteraksi
Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien dengan riwayat harga diri rendah
b. Mengumpulkan keluarga klien yang termasuk dari karakteristik masalah harga diri
rendah dan isolasi social untuk mengikuti TAK
3.2 TUGAS DAN WEWENANG
1. Tugas Leader dan Co-leader
- Memimpin acara : menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan
- Menjelaskan peraturan dan membuat kontak dengan klien
- Memberikan motivasi kepada klien
- Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan
- Memberikan reinforcemen positif terhadap klien
2. Tugas fasilitator
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok
- Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi klien
- Menghindarkan klien dari distraksi selama kegiatan berlangsung
- Memberikan stimulus/motivasi pada klien lain untuk berpartisipasi aktif
- Memberikan reinforcemen terhadap keberhasilan klien lainnya
- Membantu melakukan evaluasi hasil
3. Tugas Klien
- Mengikuti seluruh kegiatan
- Berperan aktif dalam kegiatan
- Mengikuti proses evaluasi
3.3 PERATURAN KEGIATAN
1) Klien diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hingga akhir
2) Klien dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan
3) Klien yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi: peringatan lisan
3.4 TEKNIK PELAKSANAAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI
SESI 1: Membuat Gelang dan Kalung dari Monte dengan Berbagai Kreasi
Tema : Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
Sasaran : Pasien harga diri rendah dan Isolasi Sosial
Hari/ tanggal :
Waktu : 45 menit
Tempat : Rumah masing-masing pasien
Terapis :
1. Leader : Yananda Maulina
2. Fasilitator 1 : Alvin Rois A
A. Tujuan
Klien dapat membuat gelang dan kalung dari monte dengan berbagai kreasi.
Klien dapat menentukan kesesuaian warna pada kreasi gelang dan kalung.
Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain.
B. Sasaran
1. Kooperatif
2. Tidak terpasang restrain
C. Nama Klien
1.
2.
3.
D. Setting
Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran
Ruangan nyaman dan tenang
E. MAP
Keterangan :
L : Leader
F : Fasilitator
K : Klien
F. Alat
Monte
Senar gelang
Pengait kalung
Gunting
Jarum
G. Metode
Dinamika kelompok
Diskusi dan tanya jawab
H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
b. Evaluasi/validasi
K
K
LF
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan masalah yang dirasakan.
3) Menanyakan penerapan TAK yang lalu.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan
2) Menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
- Lama kegiatan 45 ment.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
Membuat gelang dari monte
a. Ambil monte sesuai warna pilihan yang akan dirangkai menjadi gelang
berjumlah sesuai yang diinginkan.
b. Siapkan senar gelang yang akan digunakan untuk merangkai gelang.
c. Rangkai monte sesuai warna / selera.
d. Kemudian ikat menjadi satu kedua ujung senar.
e. Gelang selesai dibuat, dan dapat digunakan.
Membuat kalung dari monte
a. Ambil monte sesuai warna pilihan yang akan dirangkai menjadi kalung sejumlah
yang diinginkan
b. Siapkan senar kalung yang akan digunakan untuk merangkai kalung
c. Rangkai monte dan bandul kalung sesuai warna / selera
d. Kemudian ikat dengan pengait kalung
e. Kalung selesai dibuat dan dapat digunakan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan membuat kreasi kalung dan
gelang dan mendiskusikannya pada orang lain.
2. Membuat jadwal membuat kreasi kalung dan gelang.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang.
2. Menyepakati waktu dan tempat.
BAB IV
HASIL EVALUASI
a. Kemampuan verbal
No. Aspek yg dinilaiNama klien
1 Menyebutkan nama lengkap
2 Menyebutkan nama panggilan
4 Menyebutkan hobi
5 Menanyakan nama lengkap
6 Menanyakan nama panggilan
8 Menanyakan hobi
Jumlah
b. Kemampuan nonverbal
No. Aspek yg dinilaiNama klien
1 Kontak mata
2 Duduk tegak
3 Menggunakan bahasa tubuh yg
sesuai
4 Mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah
a. Kemampuan Membuat Gelang dari Manik-manik dan Kreasi Jepit Rambut
No. Aspek yg dinilaiNama klien
1 Menggunting senar
2 Mengisi senar dengan manik-
manik
3 Mengaitkan menjadi satu senar
yang sudah terisi manik-manik
4 Menempelkan hiasan pada jepit
rambut
Jumlah
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan Remaja,
Widya Medika, Jakarta.
Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang Kehidupan,
Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan, Sagung
Seto, Jakarta.
Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th edition,
Mosby, St. Louis.
Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth edition, Mosby,
St.Louis.