BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS...11 Jaminan investasi dalam hal tejadi perubahan dalam hukum...
Transcript of BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS...11 Jaminan investasi dalam hal tejadi perubahan dalam hukum...
38
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Anatomi UUPM dan LIV
Setiap undang-undang memiliki anatomi yang berbeda, meski
dengan judul yang sama, substansi dan pengaturan bisa jadi tidak serupa.
Sama halnya dengan UUPM dan LIV, walaupun keduanya mengatur
mengenai investasi, akan tetapi dibuat oleh negara yang berbeda sehingga
berkemungkinan memiliki perbedaan dalam segi pembahasannya.
Pembentukan suatu peraturan perundang-undangan akan dipengaruhi oleh
sosial, budaya, ekonomi dan politik atau dapat pula tujuan dari suatu
negara. Pada bab pertama telah dikemukakan tentang sejarah dari negara
Vietnam membuat LIV dan UUPM, keduanya ditujukan untuk
pertumbuhan ekonomi negara dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Akan tetapi faktor perbedaan sosial, budaya, ekonomi dan politik negara,
dapat mempengaruhi kebijakan yang akan disuguhkan dalam undang-
undang. Misalkan saja tentang kepadatan penduduk dan jumlah
pengangguran disuatu negara. Tingkat kepadatan penduduk dan jumlah
pengangguran yang tinggi berimplikasi pada kewajiban mengutamakan
tenaga kerja domestik, serta masih banyak contoh lainnya.
“Pada tahun 2004 setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dilantik, Bank Dunia dan kelompoknya, termasuk IBRD dan IFC (Internasional Financial Corporation) melalui jasa konsultasi FIAS yang berkedudukan di Australia,
39
melaksanakan strategi untuk mereformasi kebijakan penanaman modal .......... kelompok tersebut menghubungi Wakil Presiden dan Menko Ekuin saat itu, Aburizal Bakrie. Setelah disetujui beberapa ketentuan tentang UUPM beserta peraturan lain yang dapat menjamin lancarnya investasi, FIAS menghubungi Menteri Perdagangan Mari E. Pangestu sebagai koordinator dari pihak Pemerintah dalam perencanaan dan pembuatan naskah undang-undang. Perencanaan dan pembuatan naskah UUPM dilaksanakan dengan menggunakan referensi UUPM Vietnam (LIV), Peraturan Menteri Bhutan, salinan laporan yang sudah diseleksi, dan beberapa referensi lainnya.”44
Meskipun LIV merupakan salah satu referensi dari pembuatan
UUPM, tidak dapat dimaknai bahwa seluruh peraturan yang diatur dalam
LIV diadopsi didalamnya. Perbedaan tersebut dibuktikan dengan melihat
sekilas anatomi kedua undang-undang. LIV memiliki beberapa pengaturan
yang tidak di atur dalam UUPM baik secara eksplisit atau komprehensif,
dan begitu pula sebaliknya. Namun, kekurangan pengaturan tersebut lebih
banyak ditemukan dalam UUPM. Berikut merupakan tabel perbandingan
anatomi UUPM dan LIV untuk mempermudah dalam komparasi UUPM
dan LIV:
44 Salamuddin Daeng. Makro Ekonomi Minus. 2008. Jakarta: Institute for Global Justice. Hlm.74-75.
40
UUPM LIV BAB Pasal Keterangan BAB Pasal Keterangan
I Ketentuan umum I Ketentuan umum 1 Interpretasi istilah 1 Lingkup pemerintahan
Lingkup pemerintahan (dari UUPM)
2 Entitas yang diperbolehkan
3 Interpretasi istilah 4 Kebijakan investasi 5 Aplikasi hukum investasi,
perjanjian internasional, hukum asing dan kebiasaan investasi internasional
II 3 Asas dan tujuan II. Jaminan investasi 6 Jaminan beraitan dengan modal
dan aset 7 Perlindungan hak kekayaan
intelektual 8 Membuka pasar dan investasi
yang berkaitan dengan perdagangan
9 Remitansi (transfer) modal dan aset luar negeri
10 Penerapan harga seragam, ongkos administrasi, dan biaya lain
11 Jaminan investasi dalam hal tejadi perubahan dalam hukum atau kebijakan
12 Resolusi sengketa III 4 Kebijakan dasar
penanaman modal III Hak dan kewajiban investor
13 Hak untuk otonomi investasi-bisnis
14 Hak untuk mengakses dan menggunakan sumber daya investasi
15 Hak untuk impor dan ekspor, untuk melakukan pemasaran dan beriklan, untuk memproses dan kembali memproses barang yang relevan dengan kegiatan investasi
16 Hak untuk membeli mata uang asing
17 Hak untuk mengalihkan atau menyesuaikan modal atau proyek investasi
18 Mortgage hak penggunaan lahan dan aset yang melekat pada tanah
19 Hak-hak lain investor 20 Kewajiban investor
IV 5 Bentuk badan usaha dan kedudukan
IV Bentuk investasi
41
21 Bentuk investasi langsung 22 Investasi untuk memungkinkan
pembentukan organisasi ekonomi
23 Investasi sesuai dengan kontrak 24 Investasi dalam pengembangan
bisnis 25 Modal kontribusi, pembelian
kepemilikan saham, merger,akuisisi
26 Investasi tidak langsung V 6 Perlakuan terhadap
penanam modal V Investasi sektor dan wilayah
geografis 7 Nasionalisasi Bagian I. Investasi sektor dan
wilayah geografis 8-9 Transfer dan repatriasi
aset dan modal 27 Insentif sektor investasi
28 Geografis bidang insentif investasi
29 Sektor dimana investasi bersyarat
30 Sektor dimana investasi dilarang 31 Penetapan daftar sektor insentif
investasi dan wilayah geografis insentif investasi, dan sektor-sektor dimana investasi bersyarat
Bagian II insentif investasi 32 Entitas dan kondisi untuk
insentif investasi 33 Pajak insentif 34 membawa kerugian maju 35 Penyusutan aktiva tetap 36 Insentif penggunaan lahan 37 Insentif berlaku bagi investor
yang berinvestasi di zona industri, zona pemrosesan ekspor, zona teknologi tinggi, dan zona ekonomi.
38 Prosedur untuk pelaksanaan insentif investasi
39 Keadaan dimana insentif dapat diperpanjang
Bagian III dukungan investasi 40 Dukungan untuk transfer
teknologi 41 Pelatihan dukungan 42 Dukungan untuk dan dorongan
dari pengembangan layanan investasi
43 Investasi dalam sistem infrastruktur untuk zona industri, zona pemrosesan ekspor, zona teknologi tinggi,
42
dan zona ekonomi. 44 Visa masuk dan keluar
VI 10 Ketenagakerjaan VI Langsung kegiatan investasi 11 Penyelesaian perselisihan
hubungan industrial Bagian I Prosedur investasi
45 Prosedur untuk pendaftaran investasi dalam hal proyek-proyek investasi domestik
46 Prosedur untuk pendaftaran investasi dalam hal proyek-proyek investasi asing
47 Evaluasi proyek investasi 48 Prosedur untuk evaluasi
sehubungan dengan proyek-proyek yang memiliki modal yang diinvestasikan dari tiga ratus miliar dong Vietnam atau lebih dan yang tidak termasuk dalam daftar sektor investasi tunduk pada kondisi
49 Prosedur untuk evaluasi 50 Prosedur untuk investasi yang
melibatkan pembentukan organisasi ekonomi
51 Perubahan proyek investasi 52 Durasi operasional proyek
investasi asing 53 Tanggung jawab untuk
perumusan proyek, membuat keputusan investasi dan mengevaluasi investasi
54 Pemilihan investor untuk proyek dimana sejumlah investor menunjukkan minat
Bagian II dimulainya pelaksanaan proses investasi
55 Tanah sewa, penyerahan dan penerimaan lahan untuk pelaksanaan proyek-proyek investasi
56 Persiapan lokasi konstruksi 57 Prosedur untuk melaksanakan
proyek-proyek investasi yang melibatkan pertambangan dan penggunaan sumber daya alam dan mineral
58 Pelaksanaan proyek investasi yang melibatkan konstruksi
59 Evaluasi mesin dan peralatan 60 Penjualan produk di pasar
Vietnam 61 Rekening mata uang asing dan
rekening dong Vietnam 62 Asuransi
43
63 Sewa organisasi manajemen 64 Penundaan proyek investasi
sementara; pencabutan sertifikat investasi
65 Penghentian operasi proyek investasi
66 Negara menjamin sejumlah karya dan proyek penting
VII 12 Bidang usaha VII Bisnis investasi modal didanai oleh negara
67 Persyaratan manajemen investasi-bisnis yang didanai oleh negara
68 Investasi atau usaha menggunakan modal milik negara dalam organisasi ekonomi
69 Investasi oleh negara di perusahaanperusahaan utilitas publik
70 Investasi menggunakan fasilitas kredit investasi dan pengembangan negara
71 Organisasi dan individu yang dapat ditugaskan untuk mengelola investasi menggunakan modal milik negara
72 Perubahan isi, suspensi penangguhan dan pembatalan proyek investasi
73 Pemilihan kontraktor untuk melaksanakan proyek
VIII 13 Pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi
VIII Investasi lepas pantai
74 Investasi lepas pantai 75 Sektor dimana investasi lepas
pantai didorong dan sektor-sektor dimana investasi lepas pantai dilarang
76 Ketentuan untuk investasi lepas pantai
77 Hak-hak investor luar negeri 78 Kewajiban investor asing 79 Prosedur untuk investasi lepas
pantai IX Hak, kewajiban dan
tanggung jawab penanam modal
IX Administrasi negara investasi
14 Hak investor 80 Isi administrasi negara investasi 15 Kewajiban investor 81 Tanggung jawab untuk
administrasi negara investasi
44
16 Tanggung jawab investor 82 Administrasi investasi sesuai dengan rencan induk
17 Kewajiban alokasi dana bagi investor yang mengelola SDA
83 Investasi promosi
84 Pemantauan dan penilaian kegiatan investasi
85 Inspektorat untuk kegiatan investasi
86 Keluhan, pembatalan dan insttusi dari proses hukum
87 Berurusan dengan pelanggaran X Fasilitas penanaman
modal X Pelaksanaan ketentuan
18-20 Klasifikasi investor yang berhak mendapatkan fasilitas
88 Penerapan hukum untuk proyek yang dilaksanakan sebelum tanggal efektifitas UU ini
21 Fasilitas HAT, keimigrasian dan impor
89 Efektivitas
22 Jenis dan tenggang waktu penggunaan serta pembaharuan HAT
23 Proses fasilitas kemudahan pelayanan dan/ perizinan keimigrasian
24 Proses fasilitas kemudahan pelayanan dan/ perizinan impor
XI 25 Pengesahan dan perizinan perusahaan
26 Pelayanan terpadu satu pintu XII 27 Koordinasi dan
pelaksanaan kebijakan penanaman modal
28-29 Tugas dan fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal
XIII 30 Penyelenggaraan urusan penanaman modal
XIV 31 Kawasan ekonomi khusus XV 32 Penyelesaian sengketa XVI 33-34 Sanksi XVII 35-37 Ketentuan peralihan XVII
I 38-40 Ketentuan penutup
45
B. Persamaan dan Perbedaan Antara UUPM dengan LIV
Komparasi dilakukan penulis dengan langkah awal mencari
persamaan dan perbedaan antara LIV dengan UUPM seperti yang telah
disebutkan pada bab sebelumnya. Penulis mengklasifikasikan substansi
perbandingan kedalam 5 klasifikasi yang diatur oleh kedua undang-
undang, yaitu: lingkup investasi, Jaminan dan/ atau kewajiban Pemerintah,
hak investor, kewajiban investor dan transfer dan repatriasi dalam valuta
asing. Persamaan dan perbedaan dari kedua undang-undang adalah sebagai
berikut:
1. Lingkup investasi
a) Persamaan
Berikut merupakan tabel persamaan pengaturan tentang lingkup
investasi antara UUPM dengan LIV:
No Substansi UUPM LIV 1 Subyek hukum: Asing dan
domestik Ps.1 angka 1 Ps. 2 ayat (1)
2 Organisasi dan individu Ps.5 ayat (1) Ps.2 ayat (2) jo Ps.3 ayat (4)
3 Jenis investasi: langsung Ps.2 Ps.3 angka 2 4 Pembatasan bidang investasi Ps.12 Ps.30,Ps.29 5 Pengaturan sektor investasi
dilarang Ps.12 ayat (1), (2), dan (3) jo Perpres No.76 Tahun 2007 tentang Kriteria Dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal
Ps.30 jo Ps.31 ayat (1)
46
6 Pengaturan sektor investasi bersyarat
Ps.12 ayat (1), (4), dan (5) jo Perpres No.76 Tahun 2007 tentang Kriteria Dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal
Ps.29 jo Ps.31 ayat (1)
Persamaan dari UUPM dan LIV terkait lingkup penyelenggaraan
investasi antara lain:
(1) Subyek hukum yang diperbolehkan berinvestasi adalah investor
asing dan domestik atau dalam UUPM disebut dengan investor
dalam negeri;
(2) Investor dapat berupa organisasi maupun individu;
(3) Jenis investasi langsung maupun portofolio atau investasi tidak
langsung; dan
(4) Melakukan pengelompokan bidang usaha, dimana investasi tertutup,
terbuka dan terbuka dengan persyaratan. Kriteria investasi tertutup
adalah segala bidang investasi yang membahayakan keamanan,
pertahanan, kepentingan, moral, budaya, lingkungan hidup, dan
kesehatan nasional yang dilarang untuk dikelola maupun tersentuh
oleh modal atau pihak asing. Mengenai kriteria dari investasi terbuka
dengan syarat dibahas dalam perbedaan lingkup investasi.
47
b) Perbedaan
Berikut merupakan tabel perbedaan pengaturan tentang lingkup
investasi antara UUPM dengan LIV:
Perbedaannya adalah:
1) UUPM mendelegasikan pengaturan investasi tidak langsung ke
UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, sedangkan LIV
mengatur investasi langsung dan investasi tidak langsung.
2) Jika investor asing ingin melakukan investasi langsung di
Indonesia wajib dalam bentuk Perseroan Terbatas (kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang), hal ini berbeda dengan apa
yang diatur LIV, tidak ada keharusan dalam bentuk Perseroan
Terbatas.
3) Pengaturan tentang investasi bersyarat juga berbeda pada kedua
undang-undang. LIV merinci sektor apa saja yang merupakan
No. Substansi UUPM LIV 1 Jenis investasi: tidak langsung/
portofolio X
UUPM mendelegasikan pengaturan ke UU No.8 Th.1995 tentang Pasar Modal
Ps.3 angka 3
2 Betuk-bentuk investasi tidak langsung
X Ps.26
3 Investor asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas dalam investasi langsung
Ps.5 ayat (2) X Lihat Ps 1 dan 3,tidak diatur mengenai keharusaan tsb.
4 Sektor investasi terbuka dengan persyaratan
X Perpres No.76 Tahun 2007 tentang Kriteria Dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal
Ps.29 sektor dimana investasi bersyarat
48
sektor investasi bersyarat. UUPM tidak mencantumkan hal yang
sama, untuk mengetahui sektor investasi bersyarat maka kita
perlu menilik Peraturan Presiden No.77 Tahun 2007 tentang
Daftar Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal.
c) Analisis
Kedua undang-undang melakukan pembagian yang sama
terkait bidang investasi, yaitu bidang investasi terbuka, tertutup dan
terbuka dengan persyaratan. Bidang investasi terbuka merupakan
bidang investasi yang tidak masuk dalam kriteria investasi tertutup
maupun investasi bersyarat. Pembagian bidang investasi bukan
suatu kebijakan tanpa alasan. UUPM dalam Pasal 12 ayat (3)
menetapkan bidang tertutup untuk investasi berdasarkan kriteria
kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan
keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Sedangkan
LIV dalam Pasal 30 menyatakan sektor yang dilarang untuk
berinvestasi adalah:
(1) Proyek yang merugikan pertahanan dan keamanan nasional, dan
kepentingan publik.
(2) Proyek yang merugikan tradisi sejarah dan budaya dan etika,
dan kebiasaan baik Vietnam.
49
(3) Proyek yang membahayakan kesehatan masyarakat, atau yang
menghancurkan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
(4) Proyek untuk pengobatan limbah beracun dibawa ke Vietnam,
proyek-proyek untuk pembuatan semua jenis bahan kimia
beracun atau untuk penggunaan bahan kimia yang dilarang oleh
perjanjian internasional.
Berdasarkan kriteria bidang investasi tertutup yang diatur oleh
kedua undang-undang, Penulis berkesimpulan bahwa dasar
filosofis pembagian bidang investasi tertutup adalah didasari
keinginan Pemerintah untuk menjaga kedaulatan negara,
kemaslahatan warga negaranya, dan melindungi lingkungan serta
kekayaan alam negara. Latar belakang tersebut secara garis besar
adalah sama dalam kedua undang-undang, dan hal tersebut
merupakan kewajiban dari Pemerintah pada negara.
Berbeda halnya dengan bidang investasi bersyarat. Kedua
undang-undang tidak mencantumkan baik secara eksplisit maupun
implisit tentang dasar filosofis pembagian bidang investasi ini.
Namun dalam Perpres No.77 Tahun 2007 secara tersirat pada Pasal
2 ayat (1) dasar filosofis pembentukan bidang investasi bersyarat
adalah untuk menjamin usaha mikro, kecil, menengah, dan koprasi
dalam menjalankan usaha (syarat kemitraan), sehingga usaha-
usaha tersebut tetap dapat tumbuh dalam pesatnya investasi di
Indonesia. Selain alasan tersebut, Penulis berpendapat bidang
50
investasi bersyarat dibentuk dalam rangka pencegahan eksploitasi
kekayaan alam yang berlebihan, dibuktikan dengan persyaratan
kepemilikan modal, lokasi dan perizinan45.
Perbedaan lain yang ditemukan, LIV mengatur tentang
sektor apa saja yang merupakan bidang investasi bersyarat,
sedangkan UUPM menyatakan kriteria yang harus dipenuhi oleh
investor untuk dapat memasuki sektor tersebut. Titik perbedaan
yang mencolok antara UUPM dengan LIV dalam lingkup investasi
adalah beberapa pengaturan dibahas melalui sisi yang berbeda.
Sektor investasi bersyarat di Indonesia diatur dalam lampiran II
Perpres No.77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang
Tertutup Dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal. Dengan demikian menurut Penulis,
kelebihan terletak pada LIV yang memiliki substansi pengaturan
tentang lingkup investasi lebih lengkap, sehingga investor tidak
dipersulit dalam melihat dan memahami peraturan perundang-
undangan tentang investasi seperti di Indonesia.
Perbedaan selanjutnya terletak pada pengaturan jenis
investasi, undang-undang di Indonesia memisahkan pengaturan
mengenai investasi langsung dan investasi portofolio. Menurut
Penulis perbedaan tersebut hanyalah permasalahan sistematika
pengaturan yang berlaku di Indonesia. Indonesia mengatur
45 Lampiran II Perpres No.77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
51
investasi langsung dalam UU No.25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, sedangkan investasi portofolio atau investasi
tidak langsung didelegasikan pengaturannya pada UU No.8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal. Investor hanya perlu melihat
pengaturan dari jenis investasi yang akan dilakukan dalam salah
satu undang-undang tersebut.
2. Jaminan dan/ atau kewajiban Pemerintah
a) Persamaan
Berikut merupakan tabel persamaan pengaturan tentang jaminan
dan/ atau kewajiban Pemerintah antara UUPM dengan LIV:
Persamaan pengaturan tentang jaminan dan/ atau kewajiban
Pemerintah antara UUPM dengan LIV antara lain:
No Substansi UUPM LIV 1 Memberikan perlakuan yang
sama Ps.4 ayat (2)
Ps.4 ayat (2) 2 Peran pemerintah untuk
mendorong investasi dinegaranya
Ps.4 ayat (1) huruf a
3 Jaminan negara bagi investor dalam berinvestasi
Ps.4 ayat (2) huruf b jo Ps.30 ayat (1) Kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan
Ps.4 ayat (3) Pengakuan dan perlindungan aset, modal, hak-hak lain, kepentingan dan keberadaan investor
4 Pelaksanaan Nasionalisasi Ps.7 Ps.6 5 Perlindungan Hak atas
Kekayaan Intelektual Diatur dalam UU Hak Cipta, Design Industri, Merek dll.
Ps.7
6 Pernyataan tegas meratifikasi perjanjian internasional
Pasal 6 ayat (2) Ps.4 ayat (4) jo Ps.5 ayat (3)
52
1) Pemerintah memberikan jaminan untuk memberikan
perlakuan yang sama pada para investor (asing maupun
dalam negeri)46;
2) Jaminan tidak akan menasionalisasi perusahaan, ataupun
jika terpaksa melakukannya akan memberikan
penggantian sesuai harga pasar pada saat
dilaksanakannya nasionalisasi;
3) Jaminan perlindungan terhadap hak atas kekayaan
intelektual, hanya pengaturan mengenai HaKI di negara
Indonesia diatur dalam undang-undang lain tidak
menjadi satu dalam UUPM; dan
4) Pemerintah akan memberikan perlakuan
mengesampingkan UU investasi terhadap investor yang
melakukan perjanjian dengan negaranya.
46 Merupakan peraturan tentang kewajiban perlakuan Pemerintah yang mengadopsi perlakuan national treatment (memberikan perlakuan yang sama, baik kepada investor asing maupun domestik, individu maupun badan hukum dalam kegiatan investasi), serta prinsip Most Favoured Nation (perlakuan yang sama antar negara yang satu dengan negara yang lain) diadopsi dari prinsip GATT/WTO. Ibid. Hlm.51.
53
b) Perbedaan
Berikut adalah tabel perbedaan pengaturan tentang jaminan dan/
atau kewajiban Pemerintah antara UUPM dengan LIV:
No. Substansi UUPM LIV 1 Pemerintah tidak memaksa investor untuk
menggunakan barang-barang/ jasa dari produsen dalam negeri
X Ps.8 ayat (2) huruf a
2 Pemerintah tidak memaksa investor untuk pembatasan kuantitas ekspor
X Ps.8 ayat (2) huruf b
3 Pemerintah tidak memaksa investor untuk impor barang pada jumlah yang sama dengan nilai barang ekspor
X Ps.8 ayat (2) huruf c
4 Pemerintah tidak memaksa investor untuk memenuhi jumlah rasio lokalisasi
X Ps.8 ayat (2) huruf d
5 Pemerintah tidak memaksa investor untuk memasok barang atau menyediakan layanan disuatu lokasi(dalam maupun luar negeri)
X Ps.8 ayat (2) huruf e
6 Pemerintah tidak memaksa investor untuk mendirikan kantor pusat disuatu lokasi tertentu
X Ps.8 ayat (2) huruf g
7 Jaminan penerapan harga yang sama. X Ps.10 (harga barang, administrasi dan layanan yang diselenggarakan negara)
8 Jaminan dalam hal terjadi perubahan kebijakan.
X Ps.11
9 Pemerintah menjamin atau membantu keseimbangan mata uang asing.
X Ps.16 ayat (2) dari sejumlah proyek penting di sektor energi, pembangunan fasilitas infrastruktur lalu lintas dan pengolahan limbah
10 Bila diperlukan Pemerintah harus menyediakan kondisi untuk tugas atau penyesuaian modal proyek-proyek
X Ps.17 ayat (2)
54
11 Dorongan dalam (1) Untuk pengembangan
kawasan industri dan beberapa zona investasi yang disetujui Pemerintah, Pemerintah harus merumuskan rencana investasi induk dan mengatur pembangunan teknis dan infrastruktur sosial diluar zonasi yang merupakan dibawah manajemen mereka.
(2) Negara memberikan bantuan parsial untuk daerah untuk berinvestasi bersama-sama dengan investor dalam pembangunan infrastruktur daerah dengan sulit kondisi sosial ekonomi
(3) Negara menyediakan modal investasi dari APBN dan dana preferensial untuk membantu investasi dalam pengembangan sistem infrastruktur teknis dan sosial dari zonasi atau dengan metode meningkatkan modal dalam rangka berinvestasi dalam pengembangan sarana prasarana berteknologi tinggi
X Ps.43 ayat (1)
55
12 Sektor insentif investasi (Hanya untuk investor yang melakukan perluasan usaha atau penanaman modal baru, meningkatkan kapasitas produksi/ kapasitas bisnis, renovasi teknologi/ meningkatkan kualitas produk, atau mengurangi polusi lingkungan)
Ps.18 ayat (2) dan (3) Masih terdapat beberapa kriteria lainnya, hanya saja bersifat alternatif (untuk dipilih salah satunya)
Ps.32 ayat (2) jo Ps.27 (1)Pembuatan material baru,produksi energi baru, produk teknologi tinggi, bio-teknologi, teknologi informasi, manufaktur mekanik. (2) pemeliharaan, tumbuhan dan pengelolaan hasil pertanian, kehutanan dan produk perikanan, produksi garam, penciptaan pabrik baru dan pemeliharaan berbagai hewan. (3)penggunaan teknologi tinggi dan teknik canggih, perlindungan ekologi, penelitian, pengembangan dan penciptaan teknologi tinggi (4) buruh industri yang intensif (5) konstruksi dan pembangunan sarana infrastruktur dan proyek-proyek industri penting dengan sekala besar (6) profesional pengembangan pendidikan, pelatihan, kesehatan, olahraga, pendidikan jasmani dan budaya Vietnam. (7) pengembangan kerajinan tradisional dan industri (8) sektor manufaktur dan jasa yang membutuhkan dorongan. Pasal 28 (1) daerah dengan sulit kondisi sosial ekonomi, wilayah khusus dengan kondisi kesulitan sosial ekonomi (2) zona industri, zona pemrosesan ekspor, zona teknologi tinggi dan zona ekonomi
56
Dilihat dari tabel diatas, LIV lebih banyak mengatur
mengenai jaminan-jaminan Pemerintah kepada investor dalam
berinvestasi, antara lain:
(1) Jaminan Pemerintah tentang tidak memaksa investor untuk
menggunakan barang-barang/ jasa dari produsen dalam negeri;
(2) Tidak akan membatasi kuantitas ekspor;
(3) Ikut campur dalam hal kuantitas ekspor-impor;
(4) Jaminan menerapkan harga yang sama untuk barang, biaya
administrasi maupun layanan lain yang diselenggarakan
negara;
(5) Membantu membiayai pelaksanaan alih teknologi dan bantuan
pelatihan kerja dari dana APBN; dan
(6) Jaminan dalam hal terjadi perubahan kebijakan, bilamana
menguntungkan investor dapat menerapkan kebijakan yang
baru, dan bila sebaliknya negara menjamin menerapkan
kebijakan sesuai insentif pada sertifikat investasi, dengan
memenuhi persyaratan yang berlaku, dst.
Jaminan yang Penulis sebutkan diatas, merupakan jaminan
yang tidak diberikan oleh UUPM. Padahal, jaminan tersebut akan
menarik minat investor karena kemudahan yang diberikan dan
memberikan daya prediksi, serta nilai keuntungan ekonomi
(Economic Opportunity).
57
c) Analisis
Indonesia dan Vietnam merupakan negara yang meratifikasi
perjanjian internasional baik bilateral maupun multilateral. Contoh
dari perjanjian internasional yang diratifikasi keduanya adalah
GATT, GATS dan TRIMs. Perjanjian internasional tersebut harus
diratifikasi, karena keduanya merupakan negara anggota dari
WTO47, sehingga berkonsekuensi melaksanakan apa yang
ditentukan dalam perjanjian tersebut. Dalam kedua undang-undang,
dinyatakan bahwa negara menyanggupi, pelaksanaan perjanjian
internasional yang dilakukan dengan masing-masing negaranya.
Penegasan tersebut merupakan kelebihan dari kedua UU. Akan
tetapi pernyataan tersebut tidak berarti bahwa negara akan
melaksanakan ketentuan dalam perjanjian internasional. Itikad baik
dari negara dibutuhkan dalam pelaksanaannya, karena beberapa
kasus pelanggaran dalam bentuk tidak melaksanakan ketentuan
perjanjian internasional pernah terjadi dan ada sanksi yang
diberikan oleh WTO (sesuai pertimbangan panel).48 Namun secara
keseluruhan, menurut Penulis pernyataan kesanggupan
47 http://wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/org6_e.htm diunduh pada tanggal 18 Februari 2012. 48 Misalnya kasus mobil nasional, Indonesia digugat oleh Jepang, Uni Eropa dan Amerika Serikat, karena dianggap menyalahi aturan TRIMs, dan sanksi yang diberikan berupa keharusan penyeragaman aturan dengan TRIMs. Sistem penyelesaian sengketa dalam WTO dilakukan dengan perundingan sebelum pembentukan Panel dan tetap mendahulukan mediasi. Keputusan dari penyelesaian sengketa dilakukan dengan konsensus pihak negara-negara yang bersengketa dan sanksi pelanggaran dapat berupa keharusan penyelarasan aturan, atau dikenai kompensasi/ retaliasi dengan bentuk pembukaan akses pasar. Freddy Josep Pelawi dalam Penyelesaian Sengketa WTO dan Indonesia. http://ditjenkpi.depdag.go.id/website_kpi/images/Bulletin/buletin%2044.pdf
58
melaksanakan ketentuan perjanjian internasional, sudah merupakan
awal dari itikad baik negara. Negara mencoba menunjukkan itikad
baiknya dengan menjamin dengan hukum (apa yang tertuang dalam
UU merupakan sesuatu yang pasti) akan memberikan perlakuan
kepada investor sesuai dengan perjanjian internasional.
Kelebihan lainnya yang dimiliki LIV adalah dapat menjamin
jika investor berinvestasi di Vietnam, posisi investor tidak akan
mengalami kerugian bilamana terjadi perubahan kebijakan. Jika
kepastian hukum yang memiliki daya prediksi dapat diberikan oleh
suatu undang-undang, maka dapat menarik minat investor untuk
menginvestasikan modalnya. Hal tersebut didukung oleh
pernyataan para sarjana bahwa “diamati perlunya kepastian hukum
untuk menjamin arus modal (capital flow)”.49 Dengan memberikan
jaminan tentang keadaan dalam hal terjadi perubahan kebijakan,
investor akan merasa aman karena LIV memberikan kepastian
hukum dan daya prediksi untuk melindungi modalnya.
Pemerintah Vietnam juga memberikan jaminan kepastian
bahwa investor dapat menjalankan proses investasi tanpa batasan-
batasan yang menghambat, seperti tidak adanya batasan kuantitas
ekspor, kewajiban menggunakan barang dan/ atau jasa produksi
domestik dan jaminan lainnya yang akan menciptakan iklim
investasi yang menarik bagi investor. Hal tersebut menjadi
49 Charles Himawan dalam Sentosa Sembiring. Op.Cit. Hlm.33.
59
kekurangan UUPM dimana UUPM tidak memberikan kepastian
yang sama dengan LIV. Demikian pula dengan memberikan
bantuan atau dorongan dana yang berasal dari APBN untuk
membiayai pelaksanaan alih teknologi dan pelatihan tenaga kerja,
terlihat peran aktif dari Pemerintah dalam usaha membangun
negara Vietnam dengan cara meningkatkan kompetensi tenaga
kerja dan pengalihan teknologi.
LIV memberikan banyak jaminan yang tidak diberikan oleh
UUPM. Selain itu pengaturan yang eksplisit tentang jaminan
Pemerintah dalam LIV memberikan nilai kepastian hukum dan
daya prediksi yang dibutuhkan oleh para investor. Dengan kata lain
LIV dalam klasifikasi jaminan dan/ atau kewajiban Pemerintah
memiliki pengaturan yang lebih baik dari UUPM. Sehingga untuk
kepentingan pengembangan investasi di Indonesia, baik bagi
Indonesia mengadopsi jaminan-jaminan seperti yang diatur dalam
LIV. Penambahan jaminan untuk investor dalam UUPM akan
menambahkan nilai kepastian hukum dan menjadi daya tarik
UUPM sebagai tempat berinvestasi lebih pesat dari saat ini.
3. Hak investor
a) Persamaan
Berikut adalah tabel persamaan pengaturan tentang hak investor
antara UUPM dengan LIV:
60
No. Substansi UUPM LIV 1 Hak menggunakan tenaga
kerja asing Ps.10 ayat (2) Ps.14 ayat (3)
2 Fasilitas hak penggunaan lahan
Ps.21 Ps.18
3 Insentif pajak preferensial (pembebasan dari dan pengurangan pajak Dalam bentuk pajak:
(1) Pajak penghasilan badan, dan penghasilan neto
(2) bea masuk impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi dalam negeri
(3) Bea masuk bahan baku/ bahan penolong untuk produksi
(4) PBB
Ps.18 ayat (4) jo Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 2008 perubahan atas PP No.1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanam Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan atau di Daerah-daerah tertentu.
Ps.33 jo Ps.35 ayat (2)
Hak investor yang dicantumkan dalam undang-undang
memberikan gambaran tentang, apa saja yang akan investor
dapatkan selama berinvestasi disuatu negara. Minat investor dapat
muncul apabila hak yang diberikan membawa dampak positif bagi
investasi yang akan dilakukannya (selain dipengaruhi oleh faktor
sosial-politik). Investor berhak untuk mendapatkan:
(1) Lahan untuk berusaha, merupakan hal yang paling dasar yang
penting untuk penyelenggaraan investasi langsung;
(2) Menggunakan tenaga kerja asing;
61
(3) Insentif pajak preferensial50 (pajak penghasilan, bea masuk
impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan
produksi yang belum dapat diproduksi dalam negeri, bea
masuk bahan baku/ bahan penolong untuk produksi dan Pajak
Bumi dan Bangunan);dan
b) Perbedaan
Berikut merupakan tabel perbedaan pengaturan tentang hak
investor antara UUPM dengan LIV:
No. Substansi UUPM LIV 1 Pemberian hak otonom kepada
investor untuk berinvestasi X Ps.4 ayat (1) jo Ps.13
(memilih sektor, bentuk investasi, metode meningkatkan modal, lokasi geografis, skala investasi, mitra dan durasi operasi proyek)
2 Kesetaraan dalam mengakses dan menggunakan sumber modal kredit dan dana bantuan dan dalam penggunaan lahan dan sumber daya alam sesuai dengan hukum
X Ps.14 ayat (1)
3 Hak untuk membeli mata uang asing
X Ps.16 ayat (1) (bisnis dalam rangka memenuhi permintaan transaksi, transaksi modal dan transaksi lainnya)
4 Investor berhak menetapkan atau menyesuaikan modal atau suatu proyek investasi. Bila terdapat laba usaha, pajak harus dibayarkan.
X Ps.17 ayat (1)
5 Investor memiliki hak untuk berkontribusi pendapat mengenai hukum maupun kebijakan investasi
X Ps.19 ayat (3)
6 Insentif pajak pertambahan nilai, dan penyusutan/ amortisasi yang dipercepat
Ps.18 ayat (4) huruf d, e,dan f
X
50 Tindak lanjut dari perjanjian internasional yang diratifikasi (WTO), yaitu mengenai pemotongan tarif.
62
7 Insentif berupa membawa kerugian maju.
X Ps.34
8 Proyek investasi di daerah dengan efisiensi ekonomi tinggi dikenai depresiasi dipercepat dari aset tetap, tarif maksimal dari depresiasi tidak boleh lebih besar 2 kali lipat dari tarif depresiasi yang ditentukan peraturan tentang penyusutan aktiva tetap
X
Ps.35
9 Fasilitas-fasilitas hanya akan diberikan kepada investor asing yang berbentuk perseroan terbatas
Ps.20 X Hanya perlu memenuhi ketentuan Ps.32 ayat (2) jo Ps.27 jo Ps.28
10 Insentif penggunaan lahan Ps.22 Diklasifikasikan berdasar jenis HAT: (1) HGU: 95 tahun,
dapat diperpanjang dimuka selama 60 tahun dan dapat diperbaharui selama 35 tahun
(2) HGB: 80 tahun, dapat diperpanjang dimuka selama 50 tahun, dan dapat diperbaharui selama 30 tahun
(3) HP: 70 tahun, dapat diperpanjang dimuka selama 45 tahun dan dapat diperbaharui selama 25 tahun Namun harus memenuhi syarat pada ayat (2), (3) dan (4) Pasal ini.
Ps.36 Tidak boleh lebih dari 50 tahun, jika dengan modal besar, dan tingkat pegembalian modal lambat/ didaerah sulit kondisi sosial ekonomi, tidak boleh lebih dari 70 tahun, dapat diperpanjang dengan persyaratan.
11 Keimigrasian Ps.23 Pemberian kemudahan pelayanan dan perizinan, bagi investor asing, ahli/ teknisi asing, dan calon investor yang akan melakukan penjajakan (diberikan setelah mendapat rekomendasi dari Badaan Koordinasi Penanaman Modal) Izin tinggal terbatas selama maksimal 2 tahun, jika hanya menggunakan waktu
Ps.44 Visa masuk dan keluar bagi ahli/ teknisi (beserta keluarganya) yang bekerja untuk investor di Vietnam diberikan maksimum selama 5 tahun
63
selama 1 tahun diberi izin masuk kembali beberapa kali perjalanan selama 12 bulan, jika 2 tahun maka izin masuk kembali beberapa kali perjalanan selama 24 bulan. Izin tinggal terbatas dapat dijadikan izin tetap bila tinggal tetap di Indonesia selama 2 tahun berturut-turut.
12 Bisnis investasi yang didanai oleh negara
X Ps.67
13 Perpanjangan pemberian insentif dapat diperpanjang
X Ps.39
14 Investor memiliki hak akses dan penggunaan layanan publik
X Ps.19 ayat (2)
15 Hak Investor mendapatkan data tentang perekonomian nasional, data tentang sektor ekonomi dan informasi terkait kegiatan investasi
X Ps 19 ayat (3)
16 Hak investor untuk mengajukan keluhan dan membuat pembatalan/ tindakan hukum yang terkait dengan pelanggaran hukum
X Ps.19 ayat 4
17 Hak untuk impor dan ekspor untuk melakukan pemasaran dan beriklan dan berproduksi
X Ps.15
Dalam LIV ditekankan bahwa investor memiliki hak otonom
untuk berinvestasi dalam hal:
(1) Memilih sektor;
(2) Bentuk investasi;
(3) Metode meningkatkan modal;
(4) Lokasi geografis;
(5) Skala investasi;
(6) Mitra, dan durasi operasi proyek;
64
(7) Kesetaraan dalam mengakses dan menggunakan sumber
modal kredit dan dana bantuan;
(8) Penggunaan lahan dan sumber daya alam sesuai dengan
hukum;
(9) Hak berkontribusi pendapat mengenai hukum maupun
kebijakan investasi;
(10) Melakukan kegiatan ekspor-impor, pemasaran, kegiatan
produksi;
(11) Akses layanan publik, dan mendapatkan informasi terkait
investasi.
Menurut Penulis hak-hak diatas merupakan hak dasar dari para
investor, walaupun senyatanya tidak ditegaskan dalam UUPM akan
tetapi hal tersebut layaknya kebiasaan dalam berinvestasi.
Perbedaan yang mendasar adalah insentif membawa
kerugian maju yang tidak diatur dalam UUPM. Apabila investor
mengalami kerugian setelah selesainya finalisasi pajak dengan
kantor pajak, jumlah kerugian harus dihilangkan terhadap
penghasilan kena pajak untuk keperluan pajak penghasilan
perusahaan tersebut. Insentif lain yang menjadi hak investor seperti
jangka waktu izin penggunaan lahan juga berbeda. Berdasarkan
data yang didapat dari kedua undang-undang, jangka waktu
mengenai penggunaan lahan di Indonesia (UUPM) lebih lama
dibandingkan dengan pengaturan pada LIV. Lain halnya dengan
65
bidang keimigrasian, LIV memberikan visa dengan jangka waktu
yang lebih lama yaitu 5 tahun, sedangkan UUPM hanya
memberikan izin tinggal sementara maksimal 4 tahun dan/ atau
telah tinggal selama 2 tahun berturut-turut di Indonesia dapat
diubah izinnya menjadi izin tinggal tetap. Hal yang tidak diatur
LIV dan diberikan oleh UUPM adalah pengaturan tentang hak
investor mendapatkan insentif pajak pertambahan nilai (PPN), dan
penyusutan/ amortisasi yang dipercepat.
c) Analisis
Dari hak-hak investor yang telah disebutkan pada bagian
perbedaan, bukan berarti UUPM lebih baik dari LIV. Banyak hak
tidak diatur dalam UUPM. Misalkan hak otonom untuk memilih
sektor, bentuk investasi, lokasi geografis, skala investasi, mitra,
durasi operasi proyek serta berbagai hak lainnya. Namun perlu
diingat, bukan berarti investor di Indonesia tidak memiliki hak
tersebut karena tidak diatur dalam UUPM. Menurut Penulis hak
otonom untuk berinvestasi yang diatur LIV, juga merupakan hak
investor saat berinvestasi di Indonesia, hanya saja tidak ada
pengaturan/ pernyataan mengenai hal tersebut pada UUPM51. Hak
investor lainnya diberikan dalam bentuk insentif atau fasilitas.
51 Penulis menggunakan interpretasi dimana apa yang tidak dilarang oleh undang-undang, dianggap legal dilakukan, sejauh tidak pula bertentangan dengan nilai kepatutan.
66
“Berdasarkan konsep ekonomi yang disebut positive analysis, seorang analis akan mengajukan pertanyaan .............. terkait prediksi yang dapat dibuat yang mempunyai akibat ekonomi. Dari sudut pandang ini, orang akan memberikan reaksi terhadap insentif atau disinsentif akibat dilaksanakannya ketentuan hukum tersebut.” 52
Investasi merupakan kegiatan ekonomi, yang
mengharapkan keuntungan. Investor akan melihat insentif apa yang
dapat diberikan oleh undang-undang investasi suatu negara
terhadap usahanya. Mengikuti apa yang dilakukan oleh negara-
negara maju, negara berkembang memberikan insentif pajak yang
besar untuk dapat menarik minat pemodal baru, baik lokal maupun
asing, merangsang pemodal yang sudah beroperasi untuk
melakukan ekspansi usaha.53 Berlandas keadaan tersebut Penulis
melihat bahwa LIV memiliki kelebihan dalam hal insentif pajak.
LIV memberikan insentif berupa membawa kerugian maju. Dalam
pasal yang mengatur mengenai hal ini, dinyatakan apabila investor
mengalami kerugian setelah selesainya finalisasi pajak dengan
kantor pajak. Jumlah kerugian harus dihilangkan terhadap
penghasilan kena pajak untuk keperluan pajak penghasilan
perusahaan (dengan jangka waktu 5 tahun), yang artinya suatu
bentuk keringanan yang diberikan kepada investor dalam
perpajakan. Insentif keimigrasian yang diberikan LIV juga
52 Johnny Ibrahim. 2009. Pendekatan Ekonomi Terhadap Hukum. Surabaya: Putra Media Nusantara dan ITSPress. Hlm.58. 53 Salamuddin Daeng. 2008. Op.Cit. Hlm.51.
67
memiliki kelebihan, yaitu visa selama 5 tahun. UUPM terlihat
mengatur hal ini lebih rumit dengan persyaratan tinggal dan jangka
waktu yang lebih singkat dirasa akan membuat investor kerepotan
dengan keharusan mengurus izin tinggal setidaknya selama 2 tahun
sekali.
Sedangkan yang menjadi keunggulan bagi UUPM adalah
memberikan insentif PPN, dan penyusutan/ amortisasi yang
dipercepat kepada investor, yang tidak diberikan oleh LIV. Tidak
hanya itu, penggunaan lahan dengan berbagai macam hak juga
diberikan dengan jangka waktu lebih lama. Ketentuan tersebut
sangat menguntungkan bagi investasi langsung, yang
membutuhkan waktu pengembalian modal (RoI) cukup lama. Akan
tetapi perlu diingat bahwa pemberian izin penggunaan lahan
dengan jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan eksploitasi
kekayaan alam dengan kuantitas yang lebih besar pula. Kata
eksploitasi sumber daya alam memposisikan investor menguntung
pada satu sisi dan merugi pada negara disisi lainnya54. Kenyataan
tersebut bertentangan dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945 menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
54 Contoh PT. Freeport Indonesia (mayoritas pemilik saham adalah investor Amerika Serikat) yang memulai pertambangan di Papua sejak tahun 1967 dan 1988 (pada dua tempat pertambangan) sampai saat ini, dan dengan kerusakan alam yang ditimbulkan karena eksplorasi yang dilakukan menghasilkan limbah/bahan buangan sebesar 300 ribu ton perhari dan kerusakan 200 hektar hutan didaerah tambang. http://id.wikipedia.org/wiki/Freeport_Indonesia http://news.okezone.com/read/2011/10/31/337/522750/300-ribu-ton-limbah-freeport-ancam-kelestarian-hutan Diunduh pada tanggal 19 Februari 2012.
68
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Jika
negara memberikan kesempatan dengan cara memberikan investor
keleluasaan menggunakan lahan, maka bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dapat dinikmati untuk sebesar-
besarnya kepentingan investor, bukan kemakmuran rakyat. Jika
melihat pada apa yang diminati investor, maka pemberian izin
penggunaan lahan dengan jangka waktu yang lama akan sangat
diminati (dengan sumber daya alam Indonesia yang melimpah).
Hak-hak yang diatur dalam kedua undang-undang
tampaknya memihak pada keuntungan pada sisi investor, dengan
konsekuensi logis ada hak yang secara tidak langsung merugikan
negara (contohnya dalam perizinan penggunaan lahan pada
UUPM). Penulis mendapati kelebihan pengaturan tentang hak
investor terletak pada LIV, karena LIV selain lebih komprehensif
juga memberikan hak lain yang penting bagi investor. Hak lain
yang dimaksud adalah perpanjangan pemberian insentif yang dapat
diperpanjang, pendanaan bisnis investasi oleh negara, dan
depresiasi dipercepat dari aset tetap pada proyek di daerah dengan
efisiensi ekonomi tinggi.
4. Kewajiban investor
a) Persamaan
69
Berikut merupakan tabel persamaan pengaturan tentang kewajiban
investor antara UUPM dengan LIV:
Persamaan dari kedua undang-undang adalah kewajiban
investor untuk:
(1) Menjalankan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
(2) Perlindungan lingkungan;dan
(3) Menghormati tradisi budaya/ kebiasaan masyarakat tempat
mereka menjalankan kegiatan investasi.
Persamaan kewajiban investor seperti perlindungan
lingkungan dan menghormati tradisi budaya/ kebiasaan masyarakat
tempat menjalankan investasi menurut Penulis merupakan wujud
dari kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility). CSR atau
dalam Pasal 74 UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
disebut dengan tanggung jawab sosial lingkungan merupakan
kewajiban perusahaan.
b) Perbedaan
No. Substansi UUPM LIV 1 Menjalankan kewajiban prinsip tata
kelola perusahaan yang baik Ps.15 huruf a Ps.20 ayat (3)
2 Melaksanakan kewajiban perlindungan lingkungan
Ps.15 huruf b jo UU No 23 Th.1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Ps.20 ayat (6)
3 Kewajiban menghormati tradisi budaya/ kebiasaan masyarakat
Ps.15 huruf d Ps.20 ayat (4)
70
B
e
r
i
k
ut merupakan tabel perbedaan pengaturan tentang kewajiban
investor antara UUPM dengan LIV:
No. Substansi UUPM LIV 1 Keharusan mengutamakan tenaga kerja
dalam negeri Ps.10 ayat (1) X
2 Alih teknologi dan pelatihan pekerja Ps.10 ayat (3)
Kewajiban investor dan tenaga kerja asing meningkatkan kompetensi tenaga kerja domestik melalui pelatihan dan melakukan alih teknologi
Ps.40 jo Ps.41 Negara membantu/ memberikan dorongan bagi investasi yang menciptakan transfer teknologi dan membantu dengan dana APBN untuk pelaksanaan pelatihan karyawan.
3 Kewajiban memenuhi ketentuan sertifikat investasi dan dokumen sertifikasi.
X Ps.20 ayat (1)
4 Kewajiban investor menghormati dan menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi karyawan untuk mendirikan atau berpartisipasi dalam organisasi politik dan organisasi sosial politik
X Ps.20 ayat (5)
5 Prosedur pelaksanaan insentif. Proyek investasi domestik dan asing: Kewajiban meniai diri sendiri untuk insentif sesuai ketentuan insentif lalu melakukan prosedur permohonan pada badan yang berkompeten mengatur tentang pemberian insentif investasi, yang kemudian akan diberikan
X Ps.38
71
Beberapa hal kewajiban investor yang tidak dimiliki oleh
UUPM akan tetapi dimiliki oleh LIV antara lain kewajiban:
(1) Memenuhi ketentuan sertifikat investasi dan dokumen
sertifikasi; dan
(2) Kewajiban menghormati dan menciptakan kondisi yang
menguntungkan bagi karyawan untuk mendirikan atau
berpartisipasi dalam organisasi politik dan organisasi sosial
politik.
Hal lain yang UUPM atur tentang kewajiban investor, yang LIV
tidak miliki adalah kewajiban tentang mengutamakan tenaga kerja
dalam negeri untuk berkerja di perusahaan yang dimiliki investor,
hal ini Penulis yakini merupakan semangat dari legislator dalam
mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
c) Analisis
Dalam klasifikasi kewajiban investor, Penulis berpendapat
kedua undang-undang sama-sama memiliki kekurangan dan
kelebihan. LIV memiliki kelebihan dalam pengaturan mengenai
kewajiban mematuhi sertifikat investasi yang Penulis tidak dapati
sertifikat investasi.
72
dalam UUPM. Apa yang tercantum dalam sertifikat tersebut antara
lain adalah insentif yang berhak didapatkan oleh investor, sehingga
nilai yang didapati adalah investor berhak menerima apa yang
dituangkan dalam sertifikat investasi bersamaan dengan
mendapatkan izin. Kelebihan lainnya dalam kewajiban
menghormati dan menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi
karyawan untuk mendirikan atau berpartisipasi dalam organisasi
politik dan organisasi sosial politik. Dalam UU No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan (di Indonesia) dikenal adanya serikat
pekerja atau serikat buruh. Serikat buruh adalah suatu organisasi
para buruh, akan tetapi bukan merupakan organisasi politik seperti
yang LIV wajibkan kepada investor dukung keberadaannya. Hal
tersebut mendeskripsikan, bahwa Pemerintah Vietnam melindungi
hak dari para pekerja dalam berorganisasi (sosial-politik) walaupun
mereka merupakan tenaga kerja dari suatu perusahaan atau pabrik.
Kewajiban alih teknologi juga merupakan salah satu bentuk
persamaan LIV dan UUPM, hanya saja dalam pengaturan LIV,
negara berperan membantu/ memberikan dorongan. Berbeda
dengan UUPM yang mewajibkan investor dan tenaga kerja asing
untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja domestik melalui
pelatihan dan melakukan alih teknologi tanpa memberikan dana
bantuan dari APBN.
73
Kebijakan tidak wajib mendahulukan tenaga kerja domestik
menurut Penulis akan dipengaruhi oleh kepadatan penduduk di
suatu negara. Demikian halnya dengan kebijakan dalam UUPM,
UUPM mewajibkan menarik tenaga kerja yang merupakan warga
negara Indonesia pada urutan pertama adalah usaha dari
Pemerintah agar angka pengangguran di Indonesia dapat menurun.
Seperti yang diketahui menurut data pada tahun 2009 angka
pengangguran terbuka di Indonesia diperkirakan dapat mencapai
11,79 juta orang.55 Penarikan tenaga kerja dalam jumlah yang
besar akan berdampak renteng pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat sejalan dengan dilaksanakannya investasi langsung di
Indonesia.
Kewajiban yang ditetapkan oleh UUPM tentang investor
asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas dalam investasi
langsung di Indonesia kemungkinan dilatar belakangi oleh sifat-
sifat dari perseroan terbatas (PT) itu sendiri. Sifat-sifat PT antara
lain adalah: 56
(1) Dari segi jangka waktu hidup PT yang tidak terbatas;
(2) Dapat digunakan sebagai sarana untuk membagi resiko
terhadap kemungkinan kegagalan usaha dengan menyebar
kepemilikan sahamnya pada beberapa PT (terkait pula dengan
investasi portofolio);
55 Pengamat ekonomi Lin Che Wei. Op.Cit. Hlm.89. 56 Lihat kata pengantar pada Tri Budiyono. 2011. Hukum Perusahaan.Salatiga: Griya Media.
74
(3) Sistem tanggung gugat terbatas yang dibatasi oleh jumlah
kepemilikan saham (kecuali karena alasan lain yang
mengubahnya menjadi tanggung jawab pribadi) dan pemusatan
manajemen oleh para profesional.
Beberapa sifat diatas sekiranya merupakan latar belakang dari
legislator mengharapkan kehadiran investor asing dalam investasi
langsung dengan bentuk Perseroan terbatas. Sehingga dapat
menampung banyak tenaga kerja, dalam jangka waktu yang
panjang, menimbulkan multiplier effect dan sistem tanggung jawab
yang lebih aman karena tidak menitik beratkan pada kekayaan
pribadi seseorang saja.
5. Transfer dan repatriasi dalam valuta asing
a) Persamaan
Berikut merupakan tabel persamaan pengaturan tentang transfer
dan repatriasi dalam valuta asing antara UUPM dengan LIV:
Persamaan hal mengenai transfer dan repatriasi dalam valuta
asing adalah kedua undang-undang memperbolehkan
pelaksanaannya. Transfer dan repatriasi dalam valuta asing
dibutuhkan oleh investor asing, mengingat kebutuhan investor
No Substansi UUPM LIV 1 Transfer atau repatriasi dalam valuta
asing Ps.8 ayat (3) Ps.9
75
asing untuk mengirimkan modal, keuntungan, bunga bank,
pendapatan, dana yang diperlukan untuk membeli bahan baku,
barang modal, royalti, kompensasi atas kerugian dan keperluan
lainnya.
b) Perbedaan
Berkut merupakan tabel perbedaan pengaturan tentang transfer dan
repatriasi dalam valuta asing antara UUPM dengan LIV:
No Substansi UUPM LIV 1 Mewajibkan pelaporan pelaksanaan
transfer dana keluar negeri Ps.8 ayat (5) huruf a X
2 Transfer dana ke luar negeri harus memperhatikan pelaksanaan hukum terkait hak kreditur.
Ps.8 ayat (5) huruf c X
3 Transfer dana ke luar negeri harus memperhatikan pelaksanaan hukum untuk menghindari kerugian negara.
Ps.8 ayat (5) huruf d X
4 Penyidik/ menteri keuangan/ Pengadilan memiliki kewenangan untuk menunda pelaksanaan transfer dan/ atau repatriasi bila terdapat tanggung jawab yang belum diselesaikan oleh investor
Ps.9 X
Perbedaan yang ditemukan adalah UUPM mengatur tentang :
(1) Keharusan pelaporan transfer yang dilakukan, dan
(2) Mempertimbangkan beberapa proses hukum lain yang terkait
dengan aset yang ditransfer, misalkan hak kreditur dalam hal
terjadi proses kepailitan, atau pelaksanaan hukum untuk
menghindari kerugian negara (terkait pajak).
76
c) Analisis
Repatriasi keuntungan dan dana-dana terkait investasi lainnya
sejak tahun 1950-an telah menjadi salah satu unsur penting yang
selalu ada dalam perjanjian bilateral tentang investasi (BITs).
Repatriasi dan transfer didefinisikan sebagai pemindahan modal
dan keuntungan yang diperoleh dalam aktifitas penanaman modal.
Pengaturan ini sangat dibutuhkan oleh investor asing yang
berinvestasi disuatu negara.
Kelebihan kualitas pengaturan dapat dilihat dari sudut yang
menguntungkan bagi investor ataukah bagi suatu negara. Jika dari
sudut yang menguntungkan investor saja maka yang memiliki
kelebihan menurut Penulis adalah LIV, karena tidak mengatur
tentang keharusan pelaporan dan mempertimbangkan proses
hukum lainnya. Pelaporan dan mempertimbangkan proses hukum
akan merepotkan pihak investor, karena membutuhkan waktu dan
biaya. Sedangkan, jika diamati dari sudut pengaturan yang baik
bagi investor (efektif), suatu negara dan pihak lain yang
berkepentinngan, kelebihan akan terdapat pada UUPM. Pelaporan
transaksi dan proses transfer maupun repatriasi harus
mempertimbangkan proses hukum lain yang terkait, sehingga
hukum dapat memberikan kepastian dalam pemindahan aset dan/
atau modal. Konsekuensi logis ketika repatriasi atau transfer
dilakukan tanpa pelaporan dan mempertimbangkan proses hukum
77
lainnya adalah dalam hal terjadi permasalahan hukum yang timbul
akibat transaksi yang dilakukan. Bilamana terjadi hal demikian,
maka investor harus mengeluarkan waktu dan biaya lebih banyak,
serta kerugian negara atau kreditor (pihak yang memiliki
kepentingan terkait aset investor). Menjadi dilematis ketika pada
kenyataannya repatriasi dan transfer justru berakibat tidak baik
bagi perekonomian suatu negara, karena akan mengurangi
kemampuan pembentukan modal nasional sehingga segala bentuk
repatriasi dan transfer keuntungan adalah tindakan yang semestinya
dihindari.
Berdasarkan analisa diatas, Penulis memposisikan kelebihan
pada UUPM dan kekurangan pada LIV. Nilai efektifitas akan
terpenuhi jika mengikuti prosedur yang ditetapkan UUPM untuk
menghindari biaya yang timbul akibat permasalahan hukum
(turunan dari transfer yang ilegal) atau kerugian pada pihak lain.