BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum...

53
18 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Maluku Tenggara Bahwa terbentuknya Kabupaten Maluku Tenggara berawal dari suatu perjuangan dan pergulatan yang panjang, dimana proses terbentuknya dilakukan dengan berbagai bentuk tahapan negosiasi dan diplomasi oleh para Pendiri Kabupaten dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Dati I Provinsi Maluku. Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara sampai pada puncaknya ditandai dengan Pelantikan DPRD sekaligus Pembukaan Sidang Perdananya pada Tanggal 22 Desember 1952. Dalam Sidang Perdana tersebut yang dilaksanakan di Gedung Madrasah Wara, dibahas satu mata acara pokok yaitu Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua DPRD. Sehubungan dengan itu, maka tanggal 22 Desember 1952 merupakan hari dimana secara formal roda Pemerintahan di Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara mulai digerakan. Proses sejarah kelahiran Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara itu kemudian lebih dikukuhkan secara konstitusional pada tahun 1958, dengan diundangkan Undang-Undang Nomor 60 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat II dalam Daerah Swatantra Tingkat I Maluku. Hari kelahiran Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara dapat ditetapkan pada Tanggal, 22 Desember 1952, dengan memperhartikan prosedur Hukum yang berlaku. Namun demikian Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara sudah berdiri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1952, maka tanggal 22 Desember 1952 saat roda Pemerintahan mulai berputar dipandang tetap sebagai Hari Kelahiran Daerah ini. Pada saat ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1952 pada Bulan Agustus 1952 sampai dengan Bulan Desember 1952 baru seluruh kelengkapan atau perangkat Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara terbentuk, dan resmi mulai bergerak pada tanggal, 22 Desember 1952. Dari Kabupaten Maluku Tenggara dengan gugusan pulau - pulau yang terbentang dari Wetar Maluku Barat Daya sampai ke Batu Goyang Kepulauan Aru, kini telah melahirkan 4 daerah otonom, yakni: (1) Kabupaten Maluku Tenggara Barat; (2) Kabupaten Kepulauan Aru; (3) Kota Tual, dan (4) Kabupaten Maluku Barat Daya. Kabupaten Maluku Tenggara telah dimekarkan menjadi Kota Tual dengan pemerintahan tersendiri berdasarkan Undang-undang No. 31 Tahun 2007 tanggal 10 Juli 2007 Tentang Pemekaran Kota Tual. Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara sekarang terdiri 6 (Enam) Kecamatan yakni: 1. Kecamatan Kei Kecil 2. Kecamatan Kei Kecil Timur 3. Kecamatan Kei Kecil Barat 4. Kecamatan Kei Besar 5. Kecamatan Kei Besar Selatan 6. Kecamatan Kei Besar Utara Timur

Transcript of BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum...

Page 1: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

18

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

3.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Maluku TenggaraBahwa terbentuknya Kabupaten Maluku Tenggara berawal dari suatu

perjuangan dan pergulatan yang panjang, dimana proses terbentuknya dilakukan dengan berbagai bentuk tahapan negosiasi dan diplomasi oleh para Pendiri Kabupaten dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Dati I Provinsi Maluku. Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara sampai pada puncaknya ditandai dengan Pelantikan DPRD sekaligus Pembukaan Sidang Perdananya pada Tanggal 22 Desember 1952. Dalam Sidang Perdana tersebut yang dilaksanakan di Gedung Madrasah Wara, dibahas satu mata acara pokok yaitu Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua DPRD.

Sehubungan dengan itu, maka tanggal 22 Desember 1952 merupakan hari dimana secara formal roda Pemerintahan di Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara mulai digerakan. Proses sejarah kelahiran Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara itu kemudian lebih dikukuhkan secara konstitusional pada tahun 1958, dengan diundangkan Undang-Undang Nomor 60 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat II dalam Daerah Swatantra Tingkat I Maluku. Hari kelahiran Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara dapat ditetapkan pada Tanggal, 22 Desember 1952, dengan memperhartikan prosedur Hukum yang berlaku.

Namun demikian Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara sudah berdiri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1952, maka tanggal 22 Desember 1952 saat roda Pemerintahan mulai berputar dipandang tetap sebagai Hari Kelahiran Daerah ini. Pada saat ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1952 pada Bulan Agustus 1952 sampai dengan Bulan Desember 1952 baru seluruh kelengkapan atau perangkat Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara terbentuk, dan resmi mulai bergerak pada tanggal, 22 Desember 1952.

Dari Kabupaten Maluku Tenggara dengan gugusan pulau - pulau yang terbentang dari Wetar Maluku Barat Daya sampai ke Batu Goyang Kepulauan Aru, kini telah melahirkan 4 daerah otonom, yakni: (1) Kabupaten Maluku Tenggara Barat; (2) Kabupaten Kepulauan Aru; (3) Kota Tual, dan (4) Kabupaten Maluku Barat Daya. Kabupaten Maluku Tenggara telah dimekarkan menjadi Kota Tual dengan pemerintahan tersendiri berdasarkan Undang-undang No. 31 Tahun 2007 tanggal 10 Juli 2007 Tentang Pemekaran Kota Tual. Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara sekarang terdiri 6 (Enam) Kecamatan yakni:

1. Kecamatan Kei Kecil2. Kecamatan Kei Kecil Timur3. Kecamatan Kei Kecil Barat4. Kecamatan Kei Besar5. Kecamatan Kei Besar Selatan6. Kecamatan Kei Besar Utara Timur

Page 2: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

19

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2011 tanggal 20 Juli 2011tentang Pemindahan Ibukota Maluku Tenggara dari Wilayah Kota Tual ke Wilayah Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara yang selanjutnya disebut Kota Langgur. Melalui Sidang Paripurna Istimewa DPRD Maluku Tenggara yang dihadiri Berbagai Lapisan Masyarakat dan Pemerintah telah ditetapkan tanggal 8 Oktober 2011 sebagai Hari Lahir Kota Langgur sebagai Ibu Kota Maluku Tenggara yang baru bertepatan dengan Penyerahan PP 35 Tahun 2011 dari Pemerintah Pusat.

Struktur organisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang dijabarkan ke dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. Struktur organisasi perangkat daerah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah (Setda) dan Sekretariat DPRD dan Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dimana struktur organisasi perangkat daerah terdiri dari 1(satu) Sekretariat Daerah dengan 2 (dua) Asisten Setda dan 7 (tujuh) Bagian; 1 (satu) Sekretariat DPRD; 8 (delapan) Lembaga Teknis Daerah yang terdiri dari 4 (empat) Badan, 4 (empat) Kantor, dan 1(satu) Rumah Sakit Daerah; 12 (dua belas) Dinas Daerah; serta 7 (tujuh) Unit PelaksanaTeknis Daerah (UPTD) sebagai pelaksana operasional dinas yakni UPTD Das Kei Besar,UPTD Pasar, UPTD BBU ohoinol, UPTD BPP Ohoiluk, UPTD Perhubungan Kei Besar, Kantor Cabang Dinas DIKPORA Ke Besar dan Kei Kecil, 14 (empat belas) Puskesmas, serta Badan Pengelola Kebersihan dan Pemakaman (BPKP2).

Organisasi perangkat daerah tersebut didukung oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 4.214 orang yang terdiri dari tenaga guru 2.249 orang, tenaga kesehatan 533orang, dan tenaga strategis lainnya 1.432 orang. Persentase PNS berdasarkan pendidikan di Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2007 masih didominasi PNS yang menamatkan pendidikan tingkat SLTA sebesar 53,86 persen diikuti strata satu sebesar 18,50 persen; diploma dua dan satu sebesar 13,54 persen; diploma tiga sebesar 11.45 persen; SD/SLTPsebesar 2.18 persen; strata dua sebesar 0,83 persen; serta strata tiga sebesar 0,04 persen. Persentase PNS berdasarkan golongan di Kabupaten Maluku Tenggara meliputi 10,62 persen golongan IV; 53,15 persen golongan III; 35,41 persen golongan II; dan 1,23 persen, golongan I.

Visi Maluku Tenggara adalah “Terwujudnya Masyarakat Maluku Tenggara yang sejahtera melalui pemanfaatan sumber daya alam, jasa lingkungan berbasis bahari, jasa perdagangan dan jasa pendididikan.

3.1.2 Letak GeografisLetak geografis Kabupaten Maluku Tenggara berdasarkan letak dan batas

wilayah, luas wilayah, topografi, geologi, iklim, dan hidrologi adalah sebagai berikut:

Page 3: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

20

a. Letak dan Batas WilayahKabupaten Maluku Tenggara menurut Astronomi terletak antara: 5º sampai 6,5º Lintang Selatan dan 131º sampai 133,5º Bujur Timur. Adapun letak dan batas wilayahnya menurut Geografis dibatasi berdasarkan arah mata angin antara lain adalah sebagai berikut: Sebelah Selatan : Laut Arafura Sebelah Utara : Irian Jaya Bagian Selatan, Wilayah Kota Tual. Sebelah Timur : Kepulauan Aru Sebelah Barat : Laut Banda dan bagian Utara Kepulauan Tanimbar.

b. Luas WilayahLuas Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara ± 7.856,70 Km², dengan luas

daratan ± 4.676,00 Km² dan luas perairannya ± 3.180,70 Km². Kabupaten Maluku Tenggara hanya terdiri atas 1 Gugusan Kepulauan yaitu: Gugusan Kepulauan Kei yang terdiri atas Kepulauan Kei Kecil dengan Luas seluruhnya 722,62 Km² dan Pulau Kei Besar dengan Luas 550,05 Km². Dengan jumlah Pulau tersebut sebanyak 25 buah pulau.

Luas Kabupaten Maluku Tenggara menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10 Luas Kabupaten Maluku Tenggara menurut Kecamatan

KecamatanLuas daratan

(Km2)Luas Perairan

(km2)Luas Total

(km2)Kei Kecil 1.167,69 492,52 1.660,21

Kei Kecil Barat 426,70 629,30 1.056,00Kei Kecil Timur 547,04 497,35 1.044,39

Kei Besar 1.272,05 523,78 1.795,83Kei Besar Utara Timur 721,86 328,42 1.050,28

Kei Besar Selatan 540,67 709,32 1.249,99

Jumlah 4.676,00 3.180,70 7.856,70

Sumber: BAPPEDA Kabupaten Maluku Tenggara (2010).

Letak geografis Kabupaten Maluku Tenggara yang terdiri atas pulau-pulau kecil dianggap sangat strategis karena sebagai pusat penghubung antara ibukota Provinsi Maluku dengan Kabupaten Kepulauan Aru dan Maluku Tenggara Barat, serta dengan daerah luar seperti provinsi Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Jawa Timur serta terletak pada jalur Arafuru Rim yang menghubungkan antara wilayah negara Australia dengan negara-negara di Asia Pasifik.

Page 4: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

21

Gambar 4 Peta Wilayah administrasi Maluku Tenggara

Secara administrasi Kabupaten Maluku Tenggara terbagi menjadi 6 kecamatan yang mencakup atau meliputi 1 kelurahan, 87 desa induk dan 104 anak Desa/Dusun. Data lebih terinci adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 11berikut ini :

Tabel 11 Ibukota Kecamatan, banyaknya desa induk,anak desa dan kelurahan menurut Kecamatan

Kecamatan Ibu KotaBanyaknya

Desa Induk Anak Desa KelurahanKei Kecil Langgur 21 15 1Kei Kecil Barat Ohoira 8 2 -Kei Kecil Timur Rumat 13 16 -Kei Besar Elat 21 41 -Kei Besar Utara Holat 9 21 -Kei Besar Selatan Weduar 14 9 -

Jumlah 87 104 1

Sumber: Bappeda Maluku Tenggara (2009).

c. TopografiSecara Topografi Pulau Kei Kecil, dengan ketinggian ± 100 M diatas permukaan laut. Beberapa Bukit rendah di Tengah dan Utara mencapai 115 M. Pulau Kei Besar berbukit dan bergunung yang membujur sepanjang pulau dengan ketinggian rata-rata 500 - 800 M dengan Gunung Dab sebagai puncak tertinggi, dataran rendah merupakan jalur sempit sepanjang pantai.

Page 5: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

22

Sebaran rata-rata kedalaman perairan laut (4 mil dari garis pantai) di Kei Kecil (Nuhu Roe) adalah ≤ 100 m atau rata-rata slop ≤ 1,5 persen yaitu di Pulau Kei Kecil Bagian Barat. Sebaran rata-rata kedalaman di Pulau Kei Besar (NuhuYut), ≤ 100 m berada di bagian Barat Laut, sedangkan bagian Barat Daya dan bagian Timur kedalaman rata-rata lebih dari 300 m. Kemiringan daratan pulau (Island Flat) di Pulau Kei Kecil berkisar antara 0 persen - 40 persen, untuk Pulau Kei Besar kemiringan daratan pulau adalah curam (15 persen – 40persen) sampai dengan sangat curam (> 40 persen).

d. GeologiMenurut peta Geologi Indonesia [1965], Pulau atau Kepulauan di Maluku Tenggara terbentuk atau tersusun dari tanah dan batuan yang tercatat sebanyak 3 jenis Tanah dan 5 jenis Batuan.

e. IklimIklim dipengaruhi oleh Laut Banda, Laut Arafura dan Samudera Indonesia juga dibayangi oleh Pulau Irian di Bagian Timur dan Benua Australia di Bagian Selatan, sehingga sewaktu-waktu terjadi perubahan. Musim

Keadaan musim teratur, musim Timur berlangsung dari bulan April sampai Oktober. Musim ini adalah musim Kemarau. Musim Barat berlangsung dari bulan Oktober sampai Februari. Musim hujan pada bulan Desember sampai Februari dan yang paling deras terjadi pada bulan Desember dan Februari.Musim Pancaroba berlangsung dalam bulan Maret / April dan Oktober / Nopember. Bulan April sampai Oktober, bertiup angin Timur Tenggara.Angin kencang bertiup pada bulan Januari dan Februari diikuti dengan hujan deras dan laut bergelora. Bulan April sampai September bertiup angin Timur Tenggara dan Selatan sebanyak 91% dengan angin Tenggara dominan 61%.Bulan Oktober sampai Maret bertiup angin Barat Laut sebanyak 50% dengan angin Barat Laut dominan 28%.

Curah HujanCurah Hujan antara 2.000 - 3.000 mm per tahun terdapat di Pulau Kei Kecil. Sedangkan di Pulau Kei Besar diatas 3.000 mm per tahun. Tahun 2008 curah hujan di Kabupaten Maluku Tenggara secara keseluruhan adalah 2.441,9 mm per tahun atau rata-rata 203,5 mm per bulan dengan jumlah hari hujan sebanyak 225 hari atau rata-rata 18,8 hari hujan per bulan.

Suhu, Kelembaban, Penyinaran Matahari dan Tekanan UdaraSuhu rata-rata untuk tahun 2008 sesuai data dari Stasiun Meteorologi Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8 ºC dan maksimum 31,8 ºC. Kelembaban rata-rata 86,1 %, penyinaran matahari rata-rata 61,8 % dan tekanan udara rata-rata 1009,9 milibar.

Tipe IklimBerdasarkan klasifikasi Agroklimate, di Maluku Tenggara terdapat Zone Agroklimat, Zone C2 bulan basah 5 - 6 bulan dan kering 4 - 5 bulan.Variasi ekstrim curah hujan berhubungan dengan sistem angin musim. Musim kering (Musim Timur) berlangsung dari bulan Juli sampai dengan Oktober dimana angin bertiup dari Timur Tenggara ke Utara Barat

Page 6: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

23

Laut. Musim hujan (Musim Barat) berlangsung dari Desember sampai dengan Maret, di mana angin bertiup dari Utara Barat Lautke Timur Tenggara. Pola angin lokal juga berpengaruh memodifikasi pola umum tersebut. Selama periode transisi, April sampai dengan Juli dan Nopember, komponen angin tidak menentu.

f. HidrologiDari perspektif hidrologinya adalah memiliki sungai yang berair sepanjang tahun tercatat sebanyak 7 buah antara lain Pulau Kei Kecil sebanyak 3 buah, dan Pulau Kei Besar sebanyak 4 buah. Sedangkan keberadaan danau-danau di Kabupaten Maluku Tenggara sebanyak 2 buah, Ablel dan Wearlaai yang terletak di Pulau Kei Kecil.

3.1.3 DemografiKabupaten Maluku Tenggara terdiri dari 119 buah pulau kecil dengan

ibukota Langgur. Penduduk asli Kabupaten ini adalah suku Kei, disamping orang-orang asal daerah lain yang menetap di kabupaten ini, misalnya orang asal Jawa, Bugis dan Makasar serta Buton yang menetap sebagai pedagang. Penyebaran penduduknya tidak merata, dimana konsentrasi penduduk pada umumnya dipulau Kei Kecil, karenaalasan mencari nafkah.

Hal ini terjadi karena tidak memperhatikan faktor kebutuhan maka dampaknya bisa menimbulkan kesenjangan pembangunan antar wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara dan ujung-ujungnya mengarah kepada keterisolasian. Umumnya di suatu daerah pada pusat kota, sebaran penduduk yang lebih banyak dibandingkan wilayah lain. Hal ini terjadi pula di wilayah Kei Kecil sebagai pusat kota di Kabupaten Maluku Tenggara. Sebaran dan kepadatan penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara dapat disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk per km2

KecamatanLuas(km²)

Jumlah penduduk(jiwa)

KepadatanPenduduk per km²

Kei kecil 1.167,69 39.400 35Kei Kecil Barat 426,70 6.280 15Kei Kecil Timur 547,04 11.137 20Kei Besar 1.272,05 26.896 21Kei Besar Utara Timur 721,86 11.905 16Kei Besar Selatan 540,67 9.463 18

Jumlah 4.676,00 105.081 21,66

Sumber: Data Bappeda, Kabupaten Maluku Tenggara (2010).

Sebaran tertinggi penduduk terdapat di Kecamatan Kei Kecil,sebagaikonsekuensi dari keberadaannya sebagai pusat pemerintahan. Sementara itu, jika jumlah penduduk dikaitkan dengan luas wilayah, maka akan terlihat kepadatan penduduk pada wilayah tersebut. Kepadatan penduduk berhubungan erat dengan daya dukung (carrying capacity) wilayah.Wilayah kecamatan yang kepadatan penduduknya tinggi adalah Kecamatan Kei Kecil yang mencapai 35 per km2 yang berarti setiap 1 (satu) km2 didiami sekitar 35 jiwa.Kepadatan penduduk berikutnya yaitu Kecamatan Kei Besar dengan tingkat kepadatan 21 per km2.

Page 7: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

24

Bila dilihat dari jenis kelamin, maka secara umum jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Maluku Tenggara lebih dominan dibandingkan laki-laki dengan sex rasio sebesar 96,90. Hal ini dapat diartikan bahwa diantara 100 orang perempuan terdapat 97 orang laki-laki. Jika dilihat menurut kecamatan terlihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada laki-laki.hal dapat dilihat pada Tabel 13 sebagai berikut :

Tabel 13 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

KecamatanJumlah Penduduk (%)

Sex RatioLaki-Laki Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Kei Kecil 49,32 50,68 97,33Kei Kecil Barat 50,37 49,63 101,48Kei Kecil Timur 49,42 50,58 97,70Kei Besar 48,79 51,21 95,27Kei Besar Utara Timur 49,40 50,60 97,62Kei Besar Selatan 48,50 51,50 94,19

2010 49,21 50,79 96,90

2009 49,23 50,77 96,952008 49,22 50,78 96,952007 49,23 50,77 96,95

Sumber: BPS Maluku Tenggara (2010)

Jumlah penduduk sebagaimana telah disajikan pada Tabel 4.4 tersebut di atas selanjutnya dapat diklasifikasikan dalam usia produktif dan tidak produktif. Penduduk yang produktif adalah yang mereka yang memiliki usia berkisar antara 15-64 tahun. Asumsinya adalah pada kelompok usiatersebut, seseorang sudah ‘dapat terlibat’ dalam dunia kerja/usaha. Sedangkan bagi mereka yang berusia kurang dari 15 tahun dan lebih dari 64 tahun, maka dianggap belum/tidak produktif lagi. Jika semakin banyak anggota rumah tangga yang bekerja maka akan makin ringan beban yang harus dipikulnya memenuhi kebutuhan rumah tangga. Demikian pula halnya dengan suatu wilayah, apabila didalamnya terdapat banyak penduduk yang produktif, maka akan semakin berkurang pula tanggungannya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebaran jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia, adalah disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia

TahunJumlah Menurut Kelompok Umur(%) Angka Beban

Tanggungan0-14 Tahun 15-64 Tahun 65 Tahun (1) (2) (3) (4) (5)

2007 35,84 58,71 5,46 70,352008 39,31 54,59 6,10 83,182009 39,78 53,16 7,06 88,112010 38,68 56,64 4,69 76,57

Sumber: BPS Maluku Tenggara (2010)

Page 8: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

25

Berdasarkan data pada Tabel 14, dapat pula ditelaah struktur umur penduduk. Memperlihatkan struktur umur penduduk Kabupaten Maluku Tenggara masih relatif muda, disebabkan proporsi penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun masih cukup tinggi. Hal ini berakibat pada rasio beban ketergantungan di Kabupaten Maluku Tenggara yang masih cukup tinggi. Rasio ini memberi isyarat nilai tambah yang diperoleh oleh penduduk usia produktif, terbagi dengan penduduk yang belum/tidak produktif. Hal ini akan menghambat usaha-usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan demikian, segala pihak-pihak terkait harus memikirkan berbagai usaha-usaha yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada penurunan angka beban ketergantungan. Dengan angka beban tanggungan sebesar 76,57 persen, memiliki makna bahwa setiap 100 orang penduduk produktif di Kabupaten Maluku Tenggara harus menanggung sekitar 77 orang penduduk yang tidak produktif.

3.1.4 Kondisi Perekonomian DaerahKrisis ekonomi yang terjadi secara nasional dan pertikaian antar kelompok

di Maluku sangat berpengaruh bagi kondisi ekonomi Maluku Tenggara seperti halnya daerah lain di Maluku. Pada era tersebut pertumbuhan ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara mencapai titik terendah dari sebelumnya diatas 10 persen menjadi rata‐rata sekitar 3‐4 persen selama periode 2000 – 2004.

Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara 2008-2013, diketahui struktur ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara dari tahun 2000 sampai dengan 2004 menunjukan perubahan yang cukup signifikan. Kegiatan ekonomi pada sektor primer, sekunder dan tersier yang bergerak berfluktuasi setiap tahunnya. Kontribusi sektor primer (pertanian dan pertambangan, dengan sub sektor perikanan sebagai andalannya) dalamPDRB Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2000 sebesar 24,10 persen menjadi hanya 7,15 persen pada tahun 2004, sektor sekunder (industri, listrik, gas, air bersih, dan bangunan) pada tahun 2000 sebesar 23,53 persen menjadi 15,45 persen pada tahun 2004, dan sektor tersier (perdagangan, pengangkutan, keuangan dan jasa) sebesar 42,12 persen pada tahun 2000 menjadi 20,62 persen pada tahun 2004.

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara Periode 2003 – 2007 berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik Maluku Tenggara, adalah sebagaimana disajikan pada Gambar 5 di bawah ini.

Page 9: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

26

Sumber : BPS Maluku Tenggara

Gambar 5 Pertumbuhan ekonomi

Selama periode 2003pertumbuhan ekonomi yang cenderung 2003 hingga mencapai 4.99 persen pada tahun 2007 (pernah tertinggi pada tahun 2006 sebesar 5.10 persen). Tingginya pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan ekonomi secara serempak pada periode tersebut telah terjadi perpindahan pertumbuhan sektor tersier. Tabel 15 berikut ini memperlihatkan pertumbuhan ekonoKabupaten Maluku Tenggara dari tahun 2004

Tabel 15 Pertumbuhan

Deskripsi

Pertumbuhan Ekonomi Maluku Tenggara1. Pertanian2. Pertambangan dan Penggalian3. Industri Pengolahan4. Listrik dan air bersih5. Bangunan6. Perdagangan, Hotel dan Restoran7. Angkutan dan komunikasi8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan9. Jasa‐Jasa

Sumber : BPS Kabupaten Maluku Tenggara (2008)

Mengacu pada tabel tersebut di atas dapat diketahui sektor Pertanian hanya mengalami pertumbuhan yang tidak terlalu signifikan sedangkan pertambangan, bangunan, dan jasa mengalami pertumbuhan yang cukup tajam. Pertanian mengalami pertumbuhan 2,9 persen padpada tahun 2007. Pertambangan tumbuh dari 5,0 persen di tahun 2004 hingga

Persen (%)

Sumber : BPS Maluku Tenggara (2008)

ekonomi Maluku Tenggara Periode 2003 – 2007

Selama periode 2003‐2007 ekonomi Maluku Tenggara mengalami yang cenderung tinggi, yaitu dari 4,09 persen pada tahun

2003 hingga mencapai 4.99 persen pada tahun 2007 (pernah mencapai puncak ahun 2006 sebesar 5.10 persen). Tingginya pertumbuhan tersebut

ekonomi secara serempak pada semua sektor. Selama telah terjadi perpindahan pertumbuhan dari sektor primer ke

berikut ini memperlihatkan pertumbuhan ekonoTenggara dari tahun 2004‐2007 berdasarkan per sektor.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Maluku Tenggaraper-sektor ekonomi

DeskripsiPertumbuhan (%)

2004 2005 2006 2007Pertumbuhan Ekonomi Maluku Tenggara 4,0 3,3 5,1

2,9 2,9 3,22. Pertambangan dan Penggalian 5,0 5,3 5,4

2,3 3,3 4,07,5 6,1 5,75,6 5,5 6,8

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,4 3,6 6,87. Angkutan dan komunikasi 8,4 4,4 8,08. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,4 3,3 3,6

3,4 3,1 6,3

Sumber : BPS Kabupaten Maluku Tenggara (2008)

Mengacu pada tabel tersebut di atas dapat diketahui sektor Pertanian hanya mengalami pertumbuhan yang tidak terlalu signifikan sedangkan pertambangan, bangunan, dan jasa mengalami pertumbuhan yang cukup tajam. Pertanian mengalami pertumbuhan 2,9 persen pada tahun 2004 hingga mencapai 3,6 persen pada tahun 2007. Pertambangan tumbuh dari 5,0 persen di tahun 2004 hingga

2007

2007 ekonomi Maluku Tenggara mengalami gi, yaitu dari 4,09 persen pada tahun

mencapai puncak ahun 2006 sebesar 5.10 persen). Tingginya pertumbuhan tersebut

Selama dari sektor primer ke

berikut ini memperlihatkan pertumbuhan ekonomi

20075,03,67,84,66,58,96,25,63,75,9

Mengacu pada tabel tersebut di atas dapat diketahui sektor Pertanian hanya mengalami pertumbuhan yang tidak terlalu signifikan sedangkan pertambangan, bangunan, dan jasa mengalami pertumbuhan yang cukup tajam. Pertanian

a tahun 2004 hingga mencapai 3,6 persen pada tahun 2007. Pertambangan tumbuh dari 5,0 persen di tahun 2004 hingga

Page 10: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

27

mencapai 7,8 persen di tahun 2007. Bangunan tumbuh dari 5,6 persen pada tahun 2004 menjadi 8,9 persen di tahun 2007. Jasa juga mengalami pertumbuhan dari 3,4 persen pada tahun 2004 menjadi 5,9 persen pada tahun 2007.

3.2 Karakteristik Nelayan

3.2.1. Status PernikahanProfil nelayan yang menjadi responden pada penelitian ini ditinjau dari

status pernikahan, ditabulasi silangkan dengan kecamatan atau wilayah di mana nelayan berada,terdapatpada Tabel 16 di bawah ini:

Tabel 16 Status pernikahan dan domisili nelayan responden

Status PernikahanTotal

Menikah Janda/DudaBelum

Menikah

Kecamatan

Kei Kecil 45 4 2 51Kei Kecil Timur 11 1 2 14Kei Kecil Barat 7 0 0 7Kei Besar Tengah 27 0 1 28

Total 90 5 5 100

Mengacu pada hasil dari Tabel 16 tersebut di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas nelayan (90%) telah menikah pada empat kecamatan wilayah penelitian. Sedangkan untuk nelayan yang belum menikah dan nelayan yang berstatus janda/duda, masing-masing memiliki proporsi yang sama yakni sebesar 5%. Hasil ini tentu saja akan sangat mendukung analisis data, dikarenakan akan dapat dieksplorasi lebih lanjut informasi yang diperoleh ini sebagai salah satu data dukung menganalisis tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan, maupun arah kebijakan pembangunan wilayah perdesaan.

Data profil nelayan dalam perspektif status pernikahan ini dapat didukung dan dikonfirmasi pula dengan atribut-atribut lain, seperti latar belakang pendidikan formal, sebaran usia, dan jumlah anggota keluarga dalam satu kepala keluarga. Kebijakan pengembangan wilayah dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan, sangat terkait erat dengan eksistensi dan potensi dari sosial demografi masyarakat nelayan, khususnya di empat kecamatan wilayah penelitian.

3.2.2 PendidikanProfil nelayan ditinjau dari perspektif pendidikan per kecamatan atau

wilayah penelitian di mana nelayan berada,terdapat pada Tabel 17 di bawah ini :

Page 11: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

28

Tabel 17 Tingkat pendidikan per-Kecamatan domisili nelayan

PendidikanTotalTidak

SekolahSD SMP SMA

Diploma/Sarjana

Kecamatan

Kei Kecil 2 12 13 23 1 51Kei Kecil Timur 1 2 1 9 1 14Kei Kecil Barat 2 0 1 4 0 7Kei Besar Tengah 0 4 3 19 2 28

Total 5 18 18 55 4 100

Mengacu pada hasil dari Tabel 17 tersebut di atas dapat diketahui bahwapada 4 kecamatan wilayah penelitian, sebaran data latar belakang pendidikan formal nelayan terkonsentrasi pada latar belakang pendidikan formal setingkat SMA (55%), diikuti kemudian pada latar belakang pendidikan SD (18%) dan SMP (18%), tidak sekolah maupun tidak tamat SD (5%), dan proporsi paling sedikit adalah nelayan yang memiliki pendidikan formal diploma/sarjana (4%).

Apabila dilihat secara makro kondisi ini sudah cukup baik, yakni nelayan yang menjadi responden penelitian relatif mampu memenuhi program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah. Namun demikian data ini perlu dikonfirmasi lebih lanjut dengan data sebaran usia nelayan, agar dapat diperoleh informasi lanjutan yang dapat memberikan penjelasan komposisi proporsi nelayan berdasarkan latar belakang pendidikan formal tersebut. Pembagian kategori usia nelayan ke dalam 3 kategori, akan dapat menjelaskan sebaran data latar belakang pendidikan formal nelayan yang lebih terkonsentrasi pada pendidikan SD, SMP dan SMA.

3.2.3 Sebaran UsiaNelayanSebaran usia nelayan di 4 kecamatan yang menjadi responden penelitian

ini, dapat diketahui dengan bantuan SPSS sebagaimana disajikan pada diagram batangdi bawah ini :

a. Sebaran Usia Nelayan di Wilayah Kecamatan Kei Kecil

Gambar 6 Diagram batang sebaran usia nelayan di Kecamatan Kei Kecil

6

15

19

10

1

0 5 10 15 20

20 - 29

30 - 39

40 - 49

50 - 59

>59

Jumlah (Orang)

Seba

ran

Usi

a (T

ahun

)

Page 12: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

29

Mengacu pada Gambar 6, sebagaimana tersaji di atas maka dapat diketahui bahwa pada nelayan di wilayah Kecamatan Kei Kecil memiliki usia yang terkonsentrasi pada usia 40- 49 tahun. Nelayan dari wilayah Kecamatan Kei Kecil yang menjadi responden pada penelitian ini termasuk dalam kategori usia produktif.

b. Sebaran Usia Nelayan di Wilayah Kecamatan Kei Kecil Timur

Gambar 7 Diagram batang sebaran usianelayan di Kecamatan Kei Kecil Timur

Mengacu pada Gambar 7, dapat diketahui bahwa pada nelayan di wilayah Kecamatan Kei Kecil Timur didominasi pada nelayan yang berumur 30-39 tahun.Hasil ini juga turut memberi konfirmasi bahwa nelayan yang menjadi responden penelitian didominasi oleh nelayan yang berusia produktif.

c. Sebaran Usia Nelayan di Wilayah Kecamatan KeiKecil Barat

Gambar 8 Diagram batang usianelayan di Kecamatan Kei Kecil Barat

Mengacu pada Gambar 8, sebagaimana tersaji di atas maka dapat diketahui bahwa pada nelayan di wilayah Kecamatan Kei Kecil Barat, memiliki sebaran data yang cukup merata.

3

5

3

2

1

0 1 2 3 4 5 6

20 - 29

30 - 39

40 - 49

50 - 59

> 59

Jumlah (Orang)

Seba

ran

Usi

a (T

ahun

)

3

2

2

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

30 - 39

40 - 49

> 49

Jumlah (Orang)

Seb

aran

Usi

a (T

ahu

n)

Page 13: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

30

d. Sebaran Usia Nelayan di Wilayah Kecamatan Kei Besar Tengah

Gambar 9 Diagram batang sebaran usiadi Kecamatan Kei Besar Tengah

Mengacu pada Gambar 9, sebagaimana tersaji di atas maka dapat diketahui bahwa pada nelayan di wilayah Kecamatan Kei Besar Tengah, tersebar cukup merata dari rentang usia 21 tahun sampai dengan 57 tahun. Hal ini berarti mampu menjadi representasi dari nelayan berusia muda sampai dengan nelayan berusia dewasa.

Gambaran sebaran usia nelayan yang menjadi responden penelitian secara keseluruhan pada 4 kecamatan wilayah penelitian, adalah sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini.

Gambar 10 Sebaran usia nelayan

3.2.4 Jumlah Anggota Keluarga

Sebagai data dukung dari status pernikahan dan sebaran usia dari nelayan yang menjadi responden penelitian, maka perlu dianalisis pula sebaran nelayan berdasarkan kategori jumlah anggota keluarga dalam satu kepala keluarga. Data jumlah anggota keluarga nelayan yang menjadi responden penelitian ini adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 18 sebagai berikut.

7

7

8

6

0 2 4 6 8 10

20 - 29

30 - 39

40 - 49

50 - 59

Jumlah (Orang)

Seb

aran

Usi

a (T

ahu

n)

Page 14: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

31

Tabel 18 Komposisi jumlah anggota keluarga nelayan di empat Kecamatan

Tabulasi SilangJumlah Anggota Keluarga

Total1-4 Orang 5-8 Orang >8 Orang

Kecamatan

Kei Kecil 17 22 12 51Kei Kecil Timur 5 7 2 14Kei Kecil Barat 3 2 2 7Kei Besar Tengah 18 8 2 28

Total 43 39 18 100

Mengacu pada Tabel 18 maka dapat diketahui bahwa pada Kecamatan Kei Kecil sebaran nelayan berdasarkan jumlah anggota keluarga cukup tersebar di 3 kategori yang ditetapkan, demikian pula pada Kecamatan Kei Kecil Timur dan Kei Kecil Barat. Kecuali pada Kecamatan Kei Besar Tengah, yang lebih didominasi pada nelayan yang memiliki jumlah anggota keluarga 1-4 orang dan 5-8 orang dalam 1 kepala keluarga. Bagi nelayan yang berusia muda yakni di bawah 40 tahun terdapat kecenderungan memiliki anggota keluarga 1-4 orang, yakni sebagai sebuah kecil dan sederhana. Sedangkan bagi nelayan yang telah berusia lebih dewasa atau di atas 40 tahun, terdapat kecenderungan memiliki jumlah anggota keluarga lebih banyak atau termasuk dalam keluarga besar. Hal ini bersifat relatif hanya berlaku terbatas pada nelayan yang terpilih menjadi responden penelitian.

3.2.5 Pengalaman Menjadi NelayanDeskripsi pengalaman atau sudah berapa lama berprofesi sebagai nelayan

pada responden penelitian yang tersebar di 4 kecamatan wilayah penelitian, dapat memberikan dukungan data dan informasi yang memperjelas profil nelayan. Data deskrptif dari usia nelayan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dapat menjadi lebih bermakna apabila dikaitkan pembahasannya dengan seberapa lama atau pengalaman menjadi nelayan. Hasilnya adalah sebagaimana diuraikan oleh penulis pada Tabel 19 berikut ini.

Tabel 19 Ukuran deskriptif pengalaman menjadi nelayan

No KecamatanUkuran Pengalaman (Tahun)

Maksimum Minimum Rata-rata

1 Kei Kecil (n = 51) 45 7 26,18

2 Kei Kecil Timur (n = 14) 45 5 23,36

3 Kei Kecil Barat (n = 7) 50 20 29,86

4 Kei Besar Tengah (n = 28) 42 6 23,96

Berdasarkan Tabel 19 tersebut di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata pengalaman sebagai nelayan antara nelayan di Kecamatan Kei Kecil Timur dan Kecamatan Kei Besar Tengah relatif sama yakni memiliki pengalaman sebagai nelayan rata-rata selama 23 tahun. Rata-rata pengalaman sebagai nelayan pada nelayan di Kecamatan Kei Kecil Barat merupakan yang terlama dibandingkan

Page 15: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

32

dengan nelayan pada kecamatan lain. Hal tersebut sangat terkait erat dengan data yang tersedia yakni paling sedikit nelayan di Kecamatan Kei Kecil Barat telah berpengalaman sebagai nelayan, minimal selama 20 tahun dan paling lama atau maksimal selama 50 tahun.

Apabila dibandingkan dengan nelayan di kecamatan lain, maka kondisi ini sangat berbeda jauh. Data ini juga memberikan informasi bahwa pada kecamatan-kecamatan di luar Kecamatan Kei Kecil Barat, sebarannya sangat beragam dalam hal usia nelayan. Hal ini turut memberikan dukungan informasi dari sebaran usia nelayan yang tersebar dari usia remaja/dewasa sampai dengan usia dewasa atau telah matang usianya.

3.2.6 Profesi Sampingan Nelayan

Profesi sampingan nelayan atau aktivitas mencari nafkah selain menangkap ikan di laut, adalah sebagaimana disajikan datanya pada Tabel 20 di bawah ini.

Tabel 20 Profesi sampingan nelayan

KecamatanProfesi Sampingan

TotalTidak Ada

Buruh Wirausaha Tani Lainnya

Kei Kecil 2 21 9 15 4 51Kei Kecil Timur 2 5 4 3 0 14Kei Kecil Barat 0 5 0 0 2 7Kei Besar Tengah 3 12 2 9 2 28

Total 7 43 15 27 8 100

Berdasarkan Tabel 20 tersebut di atas, dapat diketahui bahwa profesi sampingan nelayan di 4 kecamatan wilayah penelitian didominasi pada pekerjaan sebagai buruh dan juga sebagai petani. Profesi sampingan sebagai buruh merupakan sebuah pekerjaan lepas, yakni hanya dilakukan bersifat temporer dan dalam jangka waktu tertentu yang relatif singkat. Pekerjaan sebagai buruh dilakukan oleh nelayan pada saat industri-industri yang berada di sekitar wilayahnya, membutuhkan tenaga outsourching tambahan untuk memenuhi kapasitas produksinya. Aktivitas bertani dilakukan oleh nelayan sambil mengisi waktu luang yang tersedia, baik pada saat sepulang berlayar maupun sambil menunggu waktu berlayar untuk mencari atau menangkap ikan. Terdapat 15% responden yang memiliki profesi sampingan sebagai wirausaha, 8% profesi lainnya, dan 7% berprofesi tunggal sebagai nelayan atau tidak memiliki profesi sampingan selain sebagai nelayan.

3.2.7Tata Niaga

Kegiatan pemasaran ikan-ikan hasil tangkapan nelayan di Maluku Tenggara pada umumnya dilakukan melalui Tempat Pelelangan ikan (TPI).Namun demikian tidak semua nelayan menjual hasil tangkapannya melalui TPI.Nelayan yang menjual hasil tangkapannya melalui TPI adalah nelayan yang memperoleh hasiltangkapan dalam jumlah banyak, sedang nelayan yang hasil tangkapannya sedikit biasanya langsung menjual kepada pedagang pengumpul tanpa melalui pelelangan. Selain itu hasil tangkapan nelayan juga terkadang

Page 16: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

33

langsung dijual secara kepada eksportir yang menggunakan kapal-kapal besar untuk dijual ke luar negeri.

Penjualan ikan di pelelangan dipimpin oleh juru lelang yang ditunjuk oleh Kepala TPI. Sistem penawaran lelang dilakukan dengan cara meningkat dan penawar tertinggi akan memperoleh prioritas untuk membeli ikan yang ditawarkan oleh nelayan. Pembayaran dari bakul kepada nelayan dilakukan secara tunai setelah dipotong biaya retribusi yang ditetapkan. Ikan-ikan yang dibeli tersebut kemudian di distribusikan kepada konsumen, baik konsumen yang berada di wilayah Maluku Tenggara maupun konsumen yang berada diluar Maluku Tenggara.

Bakul pengecer memiliki saluran pemasaran yang paling pendek dibandingkan dengan bakul pengolah dan bakul pengumpul. Bakul pengecer menyalurkan ikan kepada konsumen melalui pedagang pengecer, daerah pemasaran ikan-ikan yang dijual bakul pengecer adalah daerah Maluku Tenggaradan sekitarnya. Sedang bakul pengolah menyalurkan ikan-ikan yang dibelinya dari pelelangan kepada para pengolah yang banyak terdapat di daerah tersebut atau mengolah sendiri ikan-ikan yang dibelinya. Bakul pengumpul menyalurkan ikan-ikan yang dibeli dari pelelangan kepada pedagang besar, yang terdapat diluar Maluku Tenggara. Biasanya pedagang pengumpul merupakan agen atau perwakilan pedagang besar. Dari pedagang-pedagang besar, ikan-ikan tersebut didistribusikan lagi kepada pedagang pengecer untuk kemudian dijual kepada konsumen akhir.

Bakul merupakan satuan penjualan ikan tangkap, di mana apabila dikonversi ke dalam satuan kilogram bermakna 1 bakul memiliki nilai ukuran yang sama dengan 30 kilogram. Bakul itu sendiri adalah wadah atau tempat penyimpanan beragam ikan hasil tangkap yang diperoleh nelayan dari hasil melaut untuk kemudian dipasarkan melalui jaringan rantai tata niaga pemasaran yang tersedia.

Penghasilan yang diperoleh nelayan secara umum relatif belum maksimal.Hal terjadi akibat adanya gejala eksploitasi dalam praktik pemasaran dan penerapan sistem bagi hasil. Gejala eksploitasi dalam praktik pemasaran dilakukan pedagang perantara, yaitu bakul atau pengumpul sedangkan gejala eksploitasi dalam bagi hasil dilakukan oleh juragan terhadap ABK. Pasar Tual merupakan pasar terbesar di Kei Kecil, yakni sebagai tempat di mana hasil tangkapan nelayan dipasarkan. Selesai operasi penangkapan, ikan hasil tangkapan kemudian langsung dibawa ke pasar dengan motor tempel yang juga digunakan untuk kegiatan penangkapan. Apabila ada nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan perahu tanpa motor, maka hasil tangkapannya dititipkan pada nelayan yang menggunakan motor tempel dengan ikut menanggung bahan bakar yang diperlukan. Aktivitas ini terjadi secara rutin dari waktu ke waktu dan mengalami puncak kesibukan tertinggi yaitu pada masa panen.

Pendapatan nelayan pemilik dihitung dengan mengurangkan seluruh biaya terhadap nilai hasil tangkapan. Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya investasi, operasi, perawatan dan tenaga kerja. Besarnya biaya penyusutan dan perawatan ditentukan pada persentase pemakaian. Sistem bagi hasil yang berlaku pada umumnya adalah perahu dan jaring, mesin, dan setiap tenaga kerja masing-masing menerima bagian yang sama. Perahu maupun jaring menerima bagian yang sama dengan tenaga kerja. Pembagian ini dihitung dari nilai produksi setelah dikurangi

Page 17: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

34

biaya operasi, baik biaya tetap (fixed cost) maupun biaya variabel (variable cost) yang besarannya berbanding lurus dengan volume ikan hasil tangkap nelayan.

Rantai tata niaga pemasaran ikan di Maluku Tenggara yang menggambarkan saluran distribusi dan perkembangan harga jual ikan khususnya dalam hal ini adalah ikan layang pada setiap saluran distribusi pemasaran, dapat diilustrasikan pada Gambar 11 di bawah ini.

Ket : = Rantai Pasok Pasar Lokal= Nilai Keuntungan Margin

1 bakul = 30 Kg

Gambar 11 Tata niaga pemasaran ikan di Maluku Tenggara

Mengacu pada Gambar 11, maka tata niaga pemasaran ikan di Maluku Tenggara pada dasarnya semua pihak mengambil keuntungan sebagai selisih antara harga jual dengan harga beli. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa asumsi perkiraan margin keuntungan pada setiap jalur distribusi cukup beragam. Dalam hal ini rantai tata niaga diawali oleh aktivitas penjualan ikan yang dapat dijual secara langsung kepada pedagang pengumpul, maupun terlebih dahulu dijual melalui TPI, terdistribusi sampai ke tangan konsumen akhir.

Harga jual ikan layang pada masa panen dalam volume 30 Kg per-bakul. Rantai pasok dimulai dari nelayan yang menjual kepada TPI sebesar Rp.200.000atau Rp.6.667/Kg, kemudian oleh TPI dijual kembali kepada pedagang pengumpul sebesar Rp.230.000 atau Rp.7.667/Kg yang artinya TPI mengambil margin keuntungan sebesar 15% atau Rp.1.000/Kg. Rantai tata niaga kemudian berlanjut yakni aktivitas pemasaran ikan dari pedagang pengumpul kepada pedagang pengecer sebesar Rp.253.000 atau Rp.8.433/Kg artinya pedagang pengumpul mengambil margin keuntungan sebesar 10% (Rp.766/Kg). Aktivitas terakhir dari tata niaga pemasaran ikan adalah dari pedagang pengecer kepada konsumen akhir sebesar Rp.300.000 atau Rp.10.000/Kg dengan marginkeuntungan sebesar 18,58% (Rp.1.567/Kg). Rantai tata niaga selain dari pedagang pengumpul kepada pedagang pengecer, dapat juga terjadi dari pedagang

(18,58%) = Rp.1.567/Kg(15%) = Rp.1.000/Kg

Bakul Kecil dan Pedagang

Pengumpul

TPI

Bakul Kecil

Nelayan

Restoran

per-bakulRp.200.000

per-bakulRp.230.000

per-bakulRp.253.000

per-bakulRp.300.000

per-bakulRp.210.000

per-bakulRp.280.000

Konsumen Akhir

Pedagang PengecerPedagang

Pengumpul

Rp.6.667/Kg

Rp.10.000/KgRp.9.333/Kg

Rp.7.667/Kg Rp.8.433/Kg

Rp.7.000/Kg

(10%) = Rp.667/Kg

(10%) = Rp.766/Kg

(10,67%) = Rp.1.666/Kg

Page 18: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

35

pengumpul kepada konsumen bisnis pengusaha restoran sebesar Rp.280.000 atau Rp.9.333/Kg dan margin keuntungan sebesar 10,67% (Rp.1.666/Kg).

Meskipun harga jual ikan secara langsung dari nelayan kepada pedagang pengumpul lebih besar atau lebih mahal Rp.10.000 per-bakul atau Rp. 333/Kg dibandingkan dijual melalui TPI, namun nelayan membutuhkan biaya operasional khususnya di bidang biaya transportasi yang lebih besar dibandingkan dijual kepada TPI. Hal ini dikarenakan para nelayan harus menjual ikan dalam jumlah yang besar sesuai permintaan pedagang pengumpul, sehingga nelayan membutuhkan sarana transportasi untuk memasarkannya dan hal ini tentu saja memiliki konsekuensi terhadap biaya. Dengan demikian para nelayan pada umumnya lebih memilih memasarkan ikan melalui TPI, karena meski harganya lebih murah namun biaya operasional mereka pun menjadi lebih rendah. Dengan demikian TPI memiliki peranan yang sangat penting dalam kelancaran distribusi pasokan tata niaga ikan dari nelayan sampai dengan ke tangan konsumen.

Adapun gambaran tata niaga dalam hal besar pendapatan rata-rata pada nelayan di empat kecamatan per-hari pada masa non panen sangat beragam dan tidak dapat dipastikan perolehannya. Namun demikian dapat dilakukan dugaan dengan mengacu pada kisaran biaya operasional setiap kali melaut dan hasil tangkapan rata-rata, sehingga dapat diperoleh nilai rata-rata pendapatannya yang merupakan laba atau keuntungan. Hasilnya adalah sebagaimana disajikan datanya pada tabel 21 berikut ini.

Tabel 21 Pendapatan setiap melaut nelayan padaempatKecamatandi Maluku Tenggara

No Kecamatan Rata-rata Pendapatan (Rp)Maksimum Minimum Rata-rata

1 Kei Kecil (n = 51) 8.925.000 5.260.667 6.451.526

2 Kei Kecil Timur (n = 14) 7.416.667 5.416.667 6.302.071

3 Kei Kecil Barat (n = 7) 8.800.000 5.435.667 6.175.762

4 Kei Besar Tengah (n = 28) 8.925.000 5.456.667 6.251.970

Mengacu pada Tabel 21 tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pendapatan terbesar adalah pada nelayan yang berada di wilayah Kecamatan Kei Kecil, yakni sebesar Rp.6.451.256. Meskipun demikian secara keseluruhan, rata-rata pendapatan per hari nelayan di empat kecamatan penelitian tidak terlalu besar perbedaannya Sesuai dengan hukum permintaan, diketahui bahwa jika pasokan ikan atau hasil tangkapan ikan oleh nelayan mengalami penurunan yang signifikan sedangkan permintaan mengalami peningkatan, makasecara otomatis harga jual ikan akan mengalami peningkatan. Kondisi ini terjadi pada masa-masa di luar panen, yakni antara Mei sampai dengan Desember pada setiap tahunnya. Hasil wawancara dengan nelayan diketahui bahwa khususnya pada ikan layang, pada saat hasil tangkapan ikan secara agregat mengalami penurunan maka harganya bisa mencapai pada kisaran Rp.400.000 hinggaRp.600.000 per-bakul, di mana 1 bakul setara dengan 30 kilogram.

Page 19: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

36

Pada saat pasokan ikan mengalami keterbatasan tersebut, maka terdapat beberapa hal yang mungkin terjadi terkait kondisi tersebut. Para pelaku pemasaran di saluran distribusi akan memperoleh margin keuntungan yang lebih optimal dari kenaikan harga jual ikan. Namun di sisi lain, hal ini juga berpotensi pada kenaikan biaya operasional dan tenaga yang dikeluarkan nelayan. Hal ini disebabkan nelayan perlu mengeluarkan biaya dan tenaga tambahan dalam aktivitas penangkapan ikan. Pada tingkat pengecer, potensi kerugian dapat terjadi dikarenakan biaya transportasi yang telah dikeluarkan tidak dapat memperoleh ikan dengan kuantitas optimal. Harga yang mahal juga berpotensi menimbulkan risiko pada hasil penjualan ikan tidak sesuai harapan.

Masa-masa panen biasanya terjadi pada bulan Januari sampai dengan April pada setiap tahunnya. Pada saat panen, hasil tangkapan ikan oleh nelayan melimpah. Sesuai dengan hukum permintaan, bahwa pada saat pasokan agregat mengalami peningkatan sedangkan permintaan agregat cenderung tetap atau bahkan menurun, maka harga jual ikan cenderung akan mengalami penurunan yakni harganya berada pada kisaran Rp.200.000 hingga Rp.300.000 per-bakul.

Komponen biaya operasional nelayan di antaranya adalah biaya makanan atau lauk pauk, makanan ringan, rokok, bensin, solar, minyak tanah, umpan, minyak oli dan perawatan, dan biaya overhead lain yang tidak terduga. Hasil lengkap dari keadaan ini disampaikan sebagai lampiran, pada laporan penelitian ini. Kisaran perolehan keuntungan rata-rata tiap melaut adalah Rp.5.000.000hingga Rp.8.000.000.

Terkait alat tangkap ikan yang digunakan nelayan di antaranya adalah purse sain atau jaring bobo dan bagan. Purse sain lebih dominan tersedia di wilayah Kecamatan Kei Kecil dan Kecamatan Kei Kecil Timur. Sedangkan untuk bagan, selain tersedia di Kecamatan Kei Kecil dan Kecamatan Kei Kecil Timur juga tersedia di Kecamatan Kei Kecil Barat dan Kecamatan Kei Besar Tengah.Kapasitas hasil tangkapan purse sain mampu mencapai hasil maksimal sampai dengan 3 ton ikan. Sedangkan pada bagan kapasitas tangkapannya mencapai hasil maksimal lebih kecil dibandingkan purse sain yakni 2 ton ikan. Purse sain memiliki ukuran berkisar antara 150- 200 meter untuk ukuran kecil dan 200-600 meter untuk ukuran besar. Bagan memiliki ukuran panjang 17-24 meter x 12-16 meter, sedangkan untuk ukuran kecil adalah 12 x 15 meter.

Hasil analisis margin tata niaga sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya adalah hasil analisis secara keseluruhan pada aktivitas setiap kali tangkap ikan, belum tergambarkan dengan jelas gambaran bagi hasil antara pemilik alat tangkap (juragan) dengan anak buah kapal. Mekanisme bagi hasil antara juragan dengan anak buah kapal adalah perolehan hasil tangkap dibagi dua secara merata. Jumlah tenaga kerja pada pure sain berkisar antara 7-15 orang, sedangkan pada bagan berkisar antara 4-7 orang. Sehingga dengan demikian hasil yang diperoleh oleh nelayan selama 1 bulan (asumsi 20 hari kerja) setelah dibagi dua dengan juragan, adalah sebagaimana disajikan pada tabel berikut:

Page 20: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

Tabel 22 Pendapatan nelayan per bupada empat

No Kecamatan

1 Kei Kecil

2 Kei Kecil Timur

3 Kei Kecil Barat

4 Kei Besar Tengah

Hasil produksi perikanan sebesar 57% dari volume hasil tangkap melalui pelabuhan perikanan nasional di Tual dan sisanya dipasarkan secara langsung kepada kapal-kapal penampung dari luar yang membeli ikan hasil tangkapan nelayan langsung di laut. dilaksanakan oleh pedagang pengumpul yang bermukim di desadipasarkan di pasar lokal di wilayah Maluku Tenggara.Maluku Tenggara jumlahnya tidak banyak, dan pada umumnya mmerupakan pedagang pengumpul untuk jenis ikan kecil.

Mengacu pada Berita Resmi Statistik Tahun 2012 diketahui bahwa sementara ekspor Maluku bulan Januari 2012 16.135.571,00 kg atau sekitar 16,14 ribu ton. Nilai eksebesar US$10.649.360. Ekspor Maluku pada awal tahun 2012dari kelompok komoditi ikanantara lain:

Ikan beku lainnya (US$7,31 juta); Udang kecil dan udang biasa lainnya Udang kecil dan udang biasa lainnya beku tanpa kepala (US$0,68 juta); Filletbeku ikan tuna, cakalang atau Cumi lainnya beku (US$0,49 juta); Udang kecil dan udang biasa lainnya beku lainnya (US$0,26 juta).

Adapun nilai ekspor Maluku menurut Negara tujuan ekspornya adalah sebagaimana disajikan pada gambar 12 di bawah ini

endapatan nelayan per bulan (20 hari kerja)pada empat Kecamatan di Maluku Tenggara

Kecamatan Rata-rata Pendapatan (Rp)Maksimum Minimum Rata

(n = 51) 9.836.667 5.907.407 8.107.729

(n = 14) 9.821.429 7.738.095 8.729.642

(n = 7) 9.777.778 7.765.238 8.621.547

Kei Besar Tengah (n = 28) 9.990.000 8.753.750 9.402.900

produksi perikanan skala besar dipasarkan keluar negeri sebesar 57% dari volume hasil tangkap melalui pelabuhan perikanan nasional di

dan sisanya dipasarkan secara langsung di laut oleh nelayan-nelayan kecilkapal penampung dari luar yang membeli ikan hasil tangkapan

nelayan langsung di laut. Pemasaran hasil tangkapan nelayan tradisional dilaksanakan oleh pedagang pengumpul yang bermukim di desa-desa nelayan dan dipasarkan di pasar lokal di wilayah Maluku Tenggara. Pedagang pengumpul di Maluku Tenggara jumlahnya tidak banyak, dan pada umumnya mmerupakan pedagang pengumpul untuk jenis ikan kecil.

Mengacu pada Berita Resmi Statistik Tahun 2012 diketahui bahwa sementara ekspor Maluku bulan Januari 2012 memiliki volume ekspor sebesar

kg atau sekitar 16,14 ribu ton. Nilai ekspor bulan Januari 2012sebesar US$10.649.360. Ekspor Maluku pada awal tahun 2012 seluruhnya berasal dari kelompok komoditi ikan dan udang, dengan komoditi spesifik mencakup

kan beku lainnya (US$7,31 juta);dang kecil dan udang biasa lainnya beku dengan kepala (US$0,90 juta);dang kecil dan udang biasa lainnya beku tanpa kepala (US$0,68 juta);

beku ikan tuna, cakalang atau stripe‐bellied bonito (US$0,57 juta);umi lainnya beku (US$0,49 juta);dang kecil dan udang biasa lainnya beku (US$0,44 juta); dan

lainnya (US$0,26 juta).Adapun nilai ekspor Maluku menurut Negara tujuan ekspornya adalah

sebagaimana disajikan pada gambar 12 di bawah ini :

37

rata Pendapatan (Rp)Rata-rata8.107.729

8.729.642

8.621.547

9.402.900

keluar negeri (ekspor) sebesar 57% dari volume hasil tangkap melalui pelabuhan perikanan nasional di

nelayan kecilkapal penampung dari luar yang membeli ikan hasil tangkapan

Pemasaran hasil tangkapan nelayan tradisional desa nelayan dan

Pedagang pengumpul di Maluku Tenggara jumlahnya tidak banyak, dan pada umumnya mereka

Mengacu pada Berita Resmi Statistik Tahun 2012 diketahui bahwa Angka me ekspor sebesar

spor bulan Januari 2012seluruhnya berasal

dan udang, dengan komoditi spesifik mencakup

beku dengan kepala (US$0,90 juta);dang kecil dan udang biasa lainnya beku tanpa kepala (US$0,68 juta);

bonito (US$0,57 juta);

Adapun nilai ekspor Maluku menurut Negara tujuan ekspornya adalah

Page 21: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

38

Gambar 12 Nilai Ekspor Maluku Menuru

Seluruh aktivitas ekspor Maluku pada Januari 2012 dilakukan melalui Pelabuhan Ambon dan Pelabuhan Tual dengan 9 negara tujuan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 12dengan nilai ekspor mencapai US$6,04 juta. KomposisiMaluku bulan Januari menurut pelabuhan muatGambar 13 di bawah ini.

Gambar 13 Volume dan Nilai Ekspor

Angka sementara ekspor komoditi asal MalukuMaluku pada bulan Januari 2012 adalah volume ekspor sebesar 0,17 ribu ton. Nilai ekspor komoditi asal Maluku bulan Januari 2012Ekspor komoditi asal Maluku namun yang diekspor dari luar Maluku melalui Pelabuhan Tanjung Perak 2012 ini datang dari kelompok komoditi ikan dan udang, serta kelompok komoditi biji‐bijian berminyak. Komoditi

Ikan tuna sirip kuning beku (US$0 Fillet ikan tuna loin lainnya beku (US$0,39 juta); dan Rumput laut dan ganggang lainnya

Mengacu pada data sebagaimana disajikan pada Gambar 13 dapat diketahui bahwa pada pelabuhan yang tertinggi dibandingkan pada pelabuhan Ambon.bahwa kapasitas produksi ikan di Maluku Tenggara telah mampu memberikan kontribusi nyata dalam transaksi perdagangan ekspor di wilayah Maluku secara luas. Adapun kontribusi secara lebih terperinci untuk setiap jenis ikan tangkap di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, belum dapat dilakukan penelaahan lebih lanjut. Hal ini disebabkan data kontribusi volume dan nilai ekspor tersedia secara simultan terintegrasi dari data s

Transaksi perdagangan ekspor tersebut dapat memicu pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku khususnya di Kabupaten Maluku Tenggara.terindikasi dari data menurut BPS (2012) bahwa secara sektoral, sub sekperikanan memberikan kontribusi yang nyata terhadap sektor perikanan dalam Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Maluku Tenggara. Pada Tahun 2011

Nilai Ekspor Maluku Menurut Negara Tujuan Ekspor Januari 2011 (US$)

itas ekspor Maluku pada Januari 2012 dilakukan melalui Pelabuhan Tual dengan 9 negara tujuan sebagaimana

Gambar 12. Thailand menjadi negara tujuan ekspor utama dengan nilai ekspor mencapai US$6,04 juta. Komposisi volume dan nilai ekspor Maluku bulan Januari menurut pelabuhan muat adalah seperti digambarkan pada

Volume dan Nilai Ekspor Maluku Menurut Pelabuhan EksporJanuari 2011 (US$)

Angka sementara ekspor komoditi asal Maluku yang diekspor dari2012 adalah volume ekspor sebesar 0,17 ribu ton.

Nilai ekspor komoditi asal Maluku bulan Januari 2012 sebesar US$0,94 juta. Ekspor komoditi asal Maluku namun yang diekspor dari luar Maluku (dimuat

Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, Jawa Timur). Pada awal tahun datang dari kelompok komoditi ikan dan udang, serta kelompok komoditi

bijian berminyak. Komoditi spesifik dari kedua kelompok komoditi adalahIkan tuna sirip kuning beku (US$0,50 juta);Fillet ikan tuna loin lainnya beku (US$0,39 juta); danRumput laut dan ganggang lainnya eucheuma spp. (US$0,05 juta).Mengacu pada data sebagaimana disajikan pada Gambar 13 dapat

diketahui bahwa pada pelabuhan Tual memiliki berat atau volume dan nilai ekspor yang tertinggi dibandingkan pada pelabuhan Ambon. Hal ini menjadi indikator bahwa kapasitas produksi ikan di Maluku Tenggara telah mampu memberikan kontribusi nyata dalam transaksi perdagangan ekspor di wilayah Maluku secara

ribusi secara lebih terperinci untuk setiap jenis ikan tangkap di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, belum dapat dilakukan penelaahan lebih

Hal ini disebabkan data kontribusi volume dan nilai ekspor tersedia secara simultan terintegrasi dari data setiap kabupaten sehingga menjadi data provinsi.

Transaksi perdagangan ekspor tersebut dapat memicu pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku khususnya di Kabupaten Maluku Tenggara. Hal ini terindikasi dari data menurut BPS (2012) bahwa secara sektoral, sub sekperikanan memberikan kontribusi yang nyata terhadap sektor perikanan dalam Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Maluku Tenggara. Pada Tahun 2011

itas ekspor Maluku pada Januari 2012 dilakukan melalui Pelabuhan Tual dengan 9 negara tujuan sebagaimana telah

negara tujuan ekspor utama ekspor

adalah seperti digambarkan pada

Maluku Menurut Pelabuhan Ekspor

yang diekspor dari luar 2012 adalah volume ekspor sebesar 0,17 ribu ton.

sebesar US$0,94 juta. dimuat

ada awal tahun datang dari kelompok komoditi ikan dan udang, serta kelompok komoditi

adalah:

Mengacu pada data sebagaimana disajikan pada Gambar 13 dapat nilai ekspor

Hal ini menjadi indikator bahwa kapasitas produksi ikan di Maluku Tenggara telah mampu memberikan kontribusi nyata dalam transaksi perdagangan ekspor di wilayah Maluku secara

ribusi secara lebih terperinci untuk setiap jenis ikan tangkap di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, belum dapat dilakukan penelaahan lebih

Hal ini disebabkan data kontribusi volume dan nilai ekspor tersedia secara etiap kabupaten sehingga menjadi data provinsi.

Transaksi perdagangan ekspor tersebut dapat memicu pertumbuhan Hal ini

terindikasi dari data menurut BPS (2012) bahwa secara sektoral, sub sektor perikanan memberikan kontribusi yang nyata terhadap sektor perikanan dalam Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Maluku Tenggara. Pada Tahun 2011

Page 22: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

39

tercatat sub sektor perikanan mampu memberikan kontribusi sebesar 22,88% terhadap sektor pertanian, dan sektor pertanian itu sendiri memberi kontribusi sebesar 37,68% terhadap PDRB Kabupaten Maluku Tenggara.

Subsektor Perikanan sangat besar kontribusinya di Kecamatan Kei Kecil, namun berdasarkan data BPS (2012) diketahui bahwa masih didominasi oleh nelayan tradisional.Hal itu terlihat dari perahu yang digunakan, yang sebagian besar Perahu tak bermotor, dan alat penangkapan ikan utama yang digunakan yaitu Pancing. Produksi Ikan Laut pada Kecamatan Kei Kecil selama tahun 2011 sebesar 10.547,1 ton (BPS Maluku Tenggara, 2012).

Berdasarkan pada data BPS (2012), subsektor Perikanan sangat besar kontribusinya di Kecamatan Kei Kecil Timur, dengan produksi Ikan Laut di Kecamatan Kei Kecil Timur selama tahun 2009 sebesar 6.471 Ton. PadaKecamatan Kei Kecil Barat, produksi ikan selama tahun 2011 adalah sebesar 5.461,40 Ton. Pada Kecamatan Kei Besar Tengah produksi ikan selama tahun 2011 sebesar 9.914,2 Ton.

Secara Sektoral, sektor Pertanian adalah penyumbang terbesar dalam perekonomian daerah Maluku Tenggara dengan sub sektor andalannya yakni Perikanan. Pada tahun 2011 kontribusi Sektor Pertanian sebesar 37,68% dengan konstribusi terbesar dari sub sektor Perikanan terhadap PDRB Maluku Tenggara yakni sebesar 22,88% (Rp.113.542,45/Rp.496.306,63 x 100%). Data lengkap PDRB berdasarkan lapangan usaha pertanian, adalah sebagaimana disajikan pada tabel berikut:

Page 23: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

40

Tabel 23 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Maluku Tenggara menurut lapangan usaha pertanian atas dasar harga berlaku

2009 – 2011[Jutaan / Million Rp]

Lapangan UsahaS e c t o r

2009 2010* 2011**

1 2 3 4I. Pertanian

Agriculturea. Tanaman Bahan Makanan

Farm Food Cropsb. Tanaman Perkebunan

Non Food Cropsc. Peternakan & Hasil-hasilnya

Livestock & Productsd. Kehutanan

Forestrye. Perikanan

Fishery

153.253,15

40.140,21

15.035,13

2.729,16

4.043,90

91.304,74

164.390,27

42.701,85

16.356,25

2.900,36

3.707,94

98.723,87

186.989,92

47.273,77

18.174,99

3.447,04

4.551,67

113.542,45

Sumber: BPS Maluku Tenggara (2012)

Mengacu pada Tabel 23 diketahui bahwa dari keempat wilayah Kecamatan lokasi penelitian, dapat diketahui bahwa terkait distribusi pemasaran ikan pada Kecamatan Kei Kecil Barat memiliki nilai rata-rata paling kecil dibandingkan pada kecamatan lainnya. Pada kecamatan ini, waktu yang dibutuhkan pada saat menjual ikan di saluran distribusi menjadi lebih lama dibandingkan pada kecamatan lainnya. Hal ini dikarenakan nelayan harus melewati laut sebagaimana posisinya yang tidak berada dalam satu pulau, atau terpisah, sehingga terjadi disparitas antar wilayah.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi disparitas khususnya di bidang tata niaga pemasaran ikan, di antaranya sebagai berikut:a. Pemerataan investasi

Dengan mendorong pemerataan investasi yang terjadi pada semua sektor,maka semua wilayah secara simultan akan berkembang infrastrukturnya. Dengan terjadinya perkembangan infrastruktur yang baik, maka akan turut meminimalisir disparitas dalam rantai distribusi pemasaran ikan.

b. Pemerataan permintaanUntuk mengoptimalkan perolehan margin pada setiap rantai dalam saluran distribusi pemasaran, maka diperlukan adanya pemerataan permintaan dengan cara mengembangkan indsutri dan wilayah secara simultan. Dengan demikian kondisi ini bisa menciptakan permintaan-permintaan untuk tiap produk ikan tangkap nelayan.

c. Pemerataan tabunganTabungan sangat diperlukan agar dapat menstimulus investasi bagi pengembangan pemasaran ikan nelayan. Jika jumlah tabungan di suatu wilayah meningkat, maka potensi investasi juga akan meningkat.

Beberapa upaya tersebut di atas dapat diinisiasi oleh Pemerintah pusat maupun Daerah, dengan melibatkan seluruh stakeholder bagi pengembangan pembangunan wilayah perdesaan di Maluku Tenggara. Optimalisasi pengembangan wilayah perdesaan akan sangat terkait dengan kondisi tingkat

Page 24: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

41

pengeluaran per kapitanya. Hal ini dapat dijadikan dasar bagi pemerintah pusat maupun daerah, dalam memfokuskan wilayah mana yang perlu lebih diprioritaskan pengembangan pembangunannya.

Tabel 24 Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan menurut Kabupaten/Kota 2010-2011

Kabupaten/ Kota 2010 2011Maluku Tenggara Barat 411.011 499.587Maluku Tenggara 422.240 572.021Maluku Tengah 490.709 745.708Buru 460.063 782.000Kepulauan Aru 378.104 739.413Seram Bagian Barat 429.637 570.014Seram Bagian Timur 442.948 771.037Maluku Barat Daya 319.637 531.713Buru Selatan 507.954 584.593Ambon 839.144 1.114.681Tual 397.661 676.578

Sumber: BPS Maluku Tenggara (2012)

Mengacu pada data pada Tabel 24, diketahui bahwa rata-rata pengeluaran per Kapita sebulan pada Kabupaten Maluku Tenggara masih relatif rendah, yakni Rp.422.240 pada tahun 2010 dan Rp.572.021 pada Tahun 2011, atau meningkat sebesar 35,47%. Meskipun mengalami kenaikan, namun rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk wilayah Maluku Tenggara masih jauh lebih rendah jika dibandingkan Ambon maupun Maluku.

Kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDRB Maluku Tenggara yang mampu mencapai 22,88%, perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah pusat maupun daerah, dalam upaya meningkatkan pengembangan pembangunan wilayah perdesaaannya berbasis perikanan. Berbagai kebijakan dan program-program pengembangan pembangunan wilayah perdesaan di wilayah Maluku Tenggara berbasis sektor pertanian khususnya pada sub sektor perikanan, dapat dilakukan secara mendalam dengan memperhatikan kondisi faktor-faktor internal dan eksternalnya.

Kemampuan memacu pertumbuhan suatu wilayah sangat tergantung dari keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi di wilayahnya, dalam hal ini pada Kabupaten Maluku Tenggara adalah sektor perikanan. Sebagai sebuah nilai strategis, sektor perikanan memacu atau menjadi pendorong utama pertumbuhan daerah-daerah yang ada di wilayahnya. Dengan demikian optimalisasi pemasaran ikan khususnya ikan tangkap memiliki relevansi erat dalam kerangka konseptual pembangunan wilayah yang digunakan secara luas, di samping sektor-sektor lainnya. Permintaan terhadap input dapat meningkat melalui perluasan permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis (ekspor) dan sektor non-basis (lokal atau services). Permintaan terhadap produksi sektor lokal hanya dapat meningkat jika pendapatan lokal meningkat. Peningkatan pendapatan akan terjadi jika sektor basis (ekspor) meningkat. Dengan demikian optimalisasi pemasaran ikan tangkap secara basis dan non-basis merupakan faktor penentu dalam pembangunan ekonomi bagi pembangunan wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara.

Page 25: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

42

Rustiandi, dkk (2011) menjelaskan bahwa arus pendapatan yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi industri basis akan meningkatkan investasi, kesempatan kerja, pendapatan dan konsumsi, pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan kesempatan kerja serta menaikkan permintaan hasil industri non basis. Hal ini berarti kegiatan industri basis memiliki peranan penggerak utama di mana setiap perubahan kenaikan atau penurunan memiliki efek pengganda terhadap perekonomian wilayah.

Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan juga menuntut perlakuan dan cara pandang yang berbeda untuk berbagai karakteristik sumberdaya alam. Laut merupakan sumberdaya alam yang bersifat esensial selain lahan, udara, hutan, dan lain sebagainya. Berbagai sumberdaya alam ini bersifat melekat dengan posisi atau lokasi di atas permukaan bumi. Oleh karenanya inventarisasi dan evaluasi sumberdaya alam memerlukan pendekatan geografik serta memerlukan pendekatan dan analisis spasial.

Pengelolaan sumberdaya alam sangat ditentukan oleh sikap mental dan cara pandang manusia terhadap sumberdaya alam tersebut. Pandangan yang konservatif terhadap sumberdaya alam menyebabkan sikap manusia yang sangat berhati-hati di dalam memanfaatkan sumberdaya alam, karena manusia dihadapkan pada ketidakpastian masa depan. Pandangan lainnya adalah pandangan eksploitatif, yakni memandang sumberdaya alam sebagai mesin pertumbuhan. Potensi ikan tangkap di wilayah Maluku Tenggara yang melimpah perlu dieksploitasi secara bijak, artinya mengoptimalkan keberadaannya secara efektif namun dengan tetap menjaga kelestariannya bagi keberlangsungan hidup manusia di masa depan.

3.3 Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengkajian yang mendalam terhadap kondisi obyektif wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, baik dari perspektif potensi daerah maupun potensi nelayan, selanjutnya adapat diuraikan analisis faktor internal dan eksternal. Hal tersebut sebagai landasan untuk menetapkan strategi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan dan pengembangan wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara.

Pengembangan wilayah di Maluku Tenggara harus memanfaatkan seluruh sumberdayayang dimilikinya.Sampai pada tahap tertentu, bisa saja sumberdayayang dimiliki menjadi langka. Identifikasi faktor internal dan eksternal ini dapat memberikan alternatif solusi keyakinan bahwa kelangkaan sumberdaya akan memacu perkembangan teknologi untuk menanggulanginya.

Peningkatan pendapatan masyarakat nelayan akan saling mendukung dengan pengembangan wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara. Pengelolaannya akan selalu berhadapan dengan berbagai bentuk permasalahan sumberdaya sebagaimana diidentifikasi dalam aspek internal dan eksternal. Identifikasi faktor internal dan eksternal akan mampu memetakan secara jernih kondisi sebenarnya pada masyarakat nelayan dan kondisi wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara.

Proses pembangunan yang telah dilaksanakan saat ini tak pelak lagi memiliki efek samping negatif yang cukup kompleks, di antaranya adalah kesenjangan-kesenjangan pembangunan antarwilayah yang cukup besar. Investasi dan dan sumberdaya lebih terserap dan terkonsentrasi di wilayah perkotaan dan

Page 26: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

43

pusat-pusat pertumbuhan. Ketidakseimbangan pembangunan antar wilayah atau kawasan di Kabupaten Maluku Tenggara, di satu sisi terjadi dalam bentuk buruknya distribusi dan alokasi pemanfaatan sumber daya yang menciptakan inefisiensi dan tidak optimalnya sistem ekonomi.

Pemerintah dapat mempengaruhi bentuk-bentuk maupun aliran-aliran dan keterkaitan berbagai sektor melalui berbagai intervensi kebijakan. Kebijakan-kebijakan tersebut dapat berupa reformasi agrarian, program intensifikasi/diversifikasi pertanian, pengembangan organisasi masyarakat desa, dan program-program lingkungan.Pengembangan infrastruktur dasar perdesaan lainnya, dapat berupa pengembangan infrastruktur seperti pembangunan jalan maupun sistem transportasi, listrik, komunikasi, pelabuhan, dan lain sebagainya. Pengembangan infrastruktur dasar perdesaan tersebut akan mendukung optimalisasi pengembangan wilayah perdesaan di Kabupaten Maluku Tenggara berbasis sektor ekonomi andalan, yakni sektor perikanan dan kelautan.

Dalam wilayah yang dipandang sebagai suatu sistem ekonomi, infrastruktur dikembangkan untuk memfasilitasi sistem aliran sumberdaya yang efisien, meningkatkan produktivitas, dan mendorong interaksi yang saling memperkuat.Peningkatan pendapatan masyarakat nelayan akan tercapai dengan optimal pada saat seluruh pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pemasaran ikan, mampu diselaraskan secara harmonis pada program pengembangan wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara. Hal inilah yang coba dipetakan pada analisis faktor-faktor internal dan eksternal, yakni dengan melakukan elaborasi dari perspektif kondisi wilayah maupun kondisi sebenarnya dari masyarakat nelayan.

3.3.1 Faktor InternalFaktor internal terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness).

Faktor kekuatan meliputi: a) Wilayah atau daerah penangkapan ikan yang luas; b) Kuantitas ketersediaan alat dan armada tangkap ikan yang mencukupi, sehingga mampu menjaga kelancaran pasokan ikan di pasar; c) Kemampuan produksi ikan tangkap yang baik; d). Memiliki potensi sumber daya ikan yang melimpah; f). Memiliki pulau–pulau besar dan kecil yang dapat menjadi daya dukung pemasaran ikan dan pengembangan wilayah.

Faktor kelemahan meliputi: a) daya saing perekonomian daerah dan Kualitas sumber daya manusia yang masih rendah; b). Kesenjangan pembangunan antar wilayah; c). Infrastruktur (sarana dan prasarana) yang belum memadai(hubungan antara pusat ibu kota kabupaten dengan wilayah belakangnya belum semuanya terhubung); d) Belum berkembangnya prasarana, kelembagaan dan sistem manajemen perikanan; e) Promosi potensi perikanan laut yang tidak berkesinambungan dan terbatas ruang lingkup maupun media yang digunakan; 6) Kualitas pelayanan publik yang belum terselenggara secara optimal.

3.3.1.1 Kekuatana. Wilayah atau daerah penangkapan ikan yang luas

Nelayan Kecamatan Kei Kecil melakukan penangkapan ikan di daerah penangkapan yang merupakan wilayah perairan di sekitarnya. Luas Perairan pada batas surut terendah hingga 4 mil laut di Kecamatan Kei Kecil adalah seluas 432,30 km2. Nelayan melakukan aktivitas penangkapan hingga pada

Page 27: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

44

batas wilayah perairan 4-12 mil laut dengan luas perairan 116,20 km2. Sehingga, perairan yang dijadikan sebagai daerah penangkapan ikan adalah seluas 548,50 km2.

Perairan sekitar Kecamatan Kei Kecil Timur yang menjadi daerah penangkapan ikan pada wilayah 0-4 mil laut adalah seluas 158,39 km2. Nelayan-nelayan terkadang memgoperasikan alat tangkap hingga pada wilayah 4-12 mil laut (wilayah kelola Provinsi Maluku), yang memiliki luas 177,42 km2. Dengan demikian, sumberdaya ikan dapat dimanfaatkan melalui aktifitas operasi penangkapan ikan pada daerah penangkapan ikan seluas 335,81 km2.

Daerah penangkapan ikan di Kecamatan Kei Kecil Barat mencakup perairan di sekitarnya pada batas wilayah 0-4 mil laut, dengan luas 847,96 km2. Namun mengoperasikan alat penangkap ikan hingga di luar batas wilayah perairan tersebut hingga pada wilayah perairan 4-12 mil laut yang merupakan wilayah kelola Provinsi Maluku yang luasnya 1.236,96 km2.Dengan demikian, daerah penangkapan ikan bagi nelayan adalah perairan di sekitarnya seluas 2.084,92 km2.

Luas daerah penangkapan ikan di sekitar Kecamatan Kei Besar pada wilayah perairan 0-4 mil laut adalah 781,38 km2 dan pada wilayah perairan 4-12 mil laut yang merupakan wilayah kelola Provinsi Maluku adalah 1.250,40 km2. Semua perairan ini dapat dimanfaatkan sebagai daerah penangkapan ikan oleh nelayan-nelayan setempat, seluas 2.031,78 km2 yang ada di sekitarnya.

Iklim di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara pada umumnya dipengaruhi oleh Laut Banda, Laut Arafura, dan Samudera Indonesia yang dibayangi oleh Pulau Irian di Bagian Timur dan Benua Australia di Bagian Selatan, sehingga perubahan iklim dapat terjadi sewaktu-waktu. Adapun tipe iklim berdasarkan klasifikasi agroklimat, Kabupaten Maluku Tenggara termasuk dalam zona agroklimat C2 di mana bulan basah terjadi selama 5-6 bulan dan bulan kering terjadi selama 4-5 bulan.

Kondisi obyektif tersebut di atas menjadi dasar arah pembangunan Kabupaten Maluku Tenggara ke depan, yakni memprioritaskan peningkatan kapasitas kelembagaan daerah, memberdayakan ekonomi rakyat, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan membangun infrastruktur. Prioritas pembangunan tersebut akan menjadi tumpuan perekonomian Kabupaten Maluku Tenggara masa depan yang terus digali, dikembangkan dan ditingkatkan.

Rustiandi, dkk (2011) menjelaskan bahwa paradigma baru saat ini meyakini bahwa pembangunan harus diarahkan kepada terjadinya pemerataan (equity), pertumbuhan (eficiency), dan keberlanjutan (sustainability) yang berimbang dalam pembangunan ekonomi. Paradigma baru pembangunan ini dapat mengacu kepada dalil kedua fundamental ekonomi kesejahteraan (the second fundamental of welfare economics), di mana dalil ini menyatakan bahwa sebenarnya pemerintah dapat memilih target pemerataan ekonomi yang diinginkan melalui transfer, perpajakan dan subsidi, sedangkan ekonomi selebihnya dapat diserahkan kepada mekanisme pasar.

Skala prioritas pembangunan yang cenderung mengejar sasaran-sasaran makro pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai ketidakseimbangan pembangunan berupa menajamnya disparitas spasial, kesenjangan desa-kota,

Page 28: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

45

kesenjangan struktural, dan lain sebagainya.Pendekatan makro juga cenderung mengabaikan plurality akibat keragaman sumber daya alam maupun sosial budaya.Pergeseran paradigma pembangunan spasial terutama menyangkut konsep strategi kutub pertumbuhan penetesan dampak ke daerah belakang, ternyata efek bersihnya malah menimbulkan massive backwash effect.Sehingga dengan demikian pembangunan wilayah perdesaan di Maluku Tenggara, harus memperhatikan aspek-aspek mikro dalam menunjang asumsi makro.Salah satunya adalah potensi sumber daya ikan yang melimpah dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sebagaimana disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14 Peta potensi sumber daya ikan di Kabupaten Maluku Tenggara

b. Kuantitas ketersediaan alat dan armada tangkap ikan yang mencukupiAlat penangkap ikan yang terdata di Kecamatan Kei Kecil berjumlah

1.943 unit, terdiri dari sedikitnya 13 jenis dan alat tangkap lainnya. Pemanfaatan sumberdaya ikan melalui aktifitas penangkapan ikan, didominasi oleh penggunaan pancing ulur (hand line) sebesar 21,31 % diikuti oleh pancing tegak sebesar 14,77%, sementara pukat cinsin (purse seine) hanya 0,31 % dan sero tancap (set net) hanya 0,1%, Pada wilayah Kecamatan Kei Kecil, ada 845 kapal/perahu yang digunakan oleh para nelayan untuk mengoperasikan alat penangkap ikan. Armada penangkap ikan di kecamatan ini terdiri dari kapal atau perahu tanpa motor sebanyak 647 unit (76,57 %) dan kapal atau perahu motor tempel sebanyak 196 unit (23,20 %) dan hanya 2 unit (0,24 %) adalahkapal motor.

Page 29: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

46

Pada Kecamatan Kei Kecil Timur ada 1.512 unit alat penangkap ikan yang terdiri dari 7 jenis ditambah alat pengumpul teripang, pengumpul kerang dan alat lainnya.Alat-alat penangkap ikan ini tersebar di 29 desa atau dusunyang terdapat di wilayah Kecamatan Kei Kecil. Armada penangkapan ikan di Kecamatan Kei Kecil Timur berjumlah 541 unit yang terdiri dari kapal atau perahu tanpa motor sebanyak 417 unit (77,08 %), kapal atau perahu motor tempel sebanyak 120 unit (22,18 %) dan kapal motor sebanyak 4 unit (0,74%).

Jenis dan jumlah alat tangkap yang digunakan para nelayan di wilayah Kecamatan Kei Kecil Barat, secara sederhana dapat memberikan informasi indikasi penggunaan teknologi penangkapan ikan dan kemampuan produksi ikan hasil tangkapan yang berasal dari sana. Jumlah alat penangkap ikan di Kecamatan Kei Kecil Barat sebanyak 1.670 unit, alat tersebut didominasi oleh alat tangkap pancing (angling gear), yakni pancing tegak (vertical line) 19,64%, pancing ulur (hand line) 18,92%, pancing tonda 16,05% dan pancing lainnya 17,84%.

Jumlah kapal atau perahu penangkap ikan di Kecamatan Kei Kecil Barat berjumlah 543 unit terdistribusi di 10 desa. Armadanya terdiri dari kapal/perahu tanpa motor sebanyak 231 unit (42,54 %), kapal/perahu motor tempel sebanyak 223 unit (41,07 %) dan kapal motor 89 unit (16,39 %). Kemampuan produksi perikanan sangat tergantung selain dari jenis, jumlah dan dimensi alat tangkap, juga dari aktifitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan yakni frekuensi operasi penangkapan dan musim penangkapan. Kemampuan tangkap jenis alat penangkapan ikan di Kecamatan Kei Kecil Barat, ternyata sangat bervariasi yakni rata-rata berkisar antara 1 kg/trip sampai 60 kg/trip. Keragaman kemampuan tangkap jenis alat penangkapan ikan ini merupakan sebuah keunggulan, meskipun sifatnya masih relatif dan tidak dapat dipastikan keakuratannya.

Terdata sebanyak 10 jenis alat penangkap ikan dan alat lainnya dipergunakan oleh para nelayan di Kecamatan Kei Besar. Aktifitas menangkap ikan lainnya seperti dengan menggunakan pengumpul kerang dan teripang terutama ditemukan di desa Udar, Bombai, Weer Frawaf, Mun, Mun Ohoiir, Mun Kahar, Mun Werfan, Ohoiel dan Ohoiwait. Armada penangkapan ikan di Kecamatan Kei Besar berjumlah 1.444 unit terdiri dari kapal tanpa motor 1.281 unit (88,71 %), kapal/motor tempel sebanyak 162 unit (11,22 %) dan kapal motor hanya 1 unit (0,07 %) yakni di desa/dusun Wakol. Jumlah kapal/perahu paling banyak di desa Elat sebanyak 44 unit (3,05 %), diikuti oleh desa Elat sebanyak 41 unit (2,84 %), di desa Waur tidak terdata adanya kapal penangkap ikan.

Page 30: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

47

Gambar 15 Peta sebaran alat dan armada penangkapan

c. Memiliki Potensi Sumber Daya Ikan MelimpahJenis-jenis sumberdaya ikan pelagis kecil ekonomis penting yang

terdapat di Kecamatan Kei Kecil antara lain, ikan teri (Stolephorus spp.), ikan selar (Selaroides spp.), ikan layang (Decapterus spp.), ikan kembung (Rastrelliger spp.), ikan tembang (Sardinela spp.), ikan terbang (Cypsilurus spp.) dan lain sebagainya. Kepadatan sumberdaya ikan pelagis kecil sebagaimana terdeteksi dengan teknik hidroakustik di perairan kecamatan ini adalah berkisar dari 1,547 - 117,200 individu/km2 atau 0.12 - 8.79 ton/km2, dengan nilai rata-rata sebesar 37,779 indivdu/km2 atau 2.83 ton/km2. Kecamatan Kei Kecil memiliki perairan seluas 701,02 km2.Pada luas perairan ini, biomassa sumberdaya ikan pelagis kecil adalah sebesar 1,984 ton/tahun dengan jumlah tangkapan yang dibolehkan (JTB) sebesar 794 ton/tahun.

Jenis-jenis sumberdaya ikan pelagis kecil ekonomis penting yang terdapat di Kecamatan Kei Kecil Timur antara lain, ikan teri (Stolephorus spp.), ikan layang (Decapterus spp.), ikan kembung (Rastrelliger spp.), ikan selar (Selaroides spp.), ikan tembang (Sardinela spp.), ikan terbang (Cypsilurus spp.) dan lain sebagainya. Jenis-jenis sumberdaya ikan pelagis kecil ekonomis penting yang terdapat di Kecamatan Kei Kecil Barat antara lain, ikan teri (Stolephorus spp.), ikan layang (Decapterus spp.), ikan kembung (Rastrelliger spp.), ikan selar (Selaroides spp.), ikan tembang (Sardinela spp.), ikan terbang (Cypsilurus spp.) dan lain sebagainya.

Page 31: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

48

Jenis-jenis ikan pelagis besar yang dominan dijumpai di perairan Kecamatan Kei Kecil adalah ikan madidihang (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tongkol (Euthynus affinis, Auxis thazard) dan lainnya. Ikan cakalang memiliki nilai JTB tertinggi (65,90 ton/tahun), kemudian diikuti oleh JTB ikan tongkol (38,14 ton/tahun) dan madidihang (23,57 ton/tahun). Jenis-jenis ikan pelagis besar yang dominan dijumpai di perairan Kecamatan Kei Kecil Timur adalah ikan madidihang (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tongkol (Euthynus affinis,Auxis thazard) dan lainnya. Ikan cakalang memiliki nilai JTB tertinggi (54,26 ton/tahun), kemudian diikuti oleh JTB ikan tongkol (31,40 ton/tahun) dan madidihang (19,41 ton/tahun). Jenis-jenis ikan pelagis besar yang dominan dijumpai di perairan Kecamatan Kei Kecil Barat adalah ikan madidihang (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tongkol (Euthynus affinis, Auxis thazard) dan lainnya. Ikan cakalang memiliki nilai JTB tertinggi (127,06 ton/tahun), diikuti oleh JTB ikan tongkol (73,53 ton/tahun), JTB terendah dijumpai pada ikan madidihang (45,45 ton/tahun).

Jenis-jenis sumberdaya ikan demersal ekonomis penting yang terdapat di Kecamatan Kei Kecil antara lain, ikan baronang, sikuda, lencam, bambangan, kerapu, kakap merah dan lain-lain. Kepadatan sumberdaya ikan demersal di Kecamatan Kei Kecil ini berkisar dari 2,479 - 84,730 individu/km2 atau 0.25 -8.47 ton/km2, dengan nilai rata-rata sebesar 30,113 individu/km2 atau 3.01 ton/km2. Kecamatan ini memiliki wilayah batimetri 0-200 m seluas 547 km2, dengan demikian, biomassa ikan demersal pada luas luas wilayah perairan tersebut dihitung sebesar 1,646 ton per tahun dengan JTB sebesar 658 ton per tahun. Jenis-jenis sumberdaya ikan demersal ekonomis penting yang terdapat di Kecamatan Kei Kecil Timur antara lain, samandar, sikuda, lencam, bambangan, kerapu dan lain-lain. Kepadatan sumberdaya ikan demersal di perairan ini adalah berkisar dari 0,10-8,13 ton/km2 dengan nilai rata-rata sebesar 3,07 ton/km2, sementara wilayah Batimetri 0-200 m seluas 263 km2. Dengan demikian, pada luas wilayah perairan tersebut biomassa ikan demersal dihitung sebesar 808 ton per tahun dengan JTB sebesar 323 ton per tahun.

Kepadatan sumberdaya ikan demersal di Kecamatan Kei Kecil berkisar2,479-84,730 individu/km2 atau 0.25-8.47 ton/km2, nilai rata-rata sebesar 30,113 individu/km2 atau 3,01 ton/km2. Kecamatan ini memiliki wilayah batimetri 0-200 m seluas 547 km2, dengan demikian, biomassa ikan demersal pada luas luas wilayah perairan tersebut dihitung sebesar 1,646 ton/tahun dengan JTB sebesar 658 ton/tahun. Perairan karang Kecamatan Kei Kecil memiliki 272 spesies ikan karang dari 111 marga dan 37 suku. Perairan pesisir Kecamatan Kei Kecil Timur memiliki 198 spesies ikan karang dari 92 marga dan 33 suku.

d. Kemampuan Produksi Ikan Tangkap yang Baik Produksi ikan di Kecamatan Kei Kecil berasal dari operasi penangkapan

ikan yang dilakukan dengan menggunakan 13 jenis alat penangkap ikan dan alat tangkap lainnya.Kemampuan produksi ikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya seperti penguasaan teknologi penangkapan ikan, jumlah, jenis, ukuran alat penangkap ikan dan jumlah trip penangkapan, serta musim penangkapan.

Page 32: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

49

Produksi ikan dari Kecamatan Kei Kecil Timur diperkirakan mencapai 648,33 ton/tahun melalui operasi penangkapan 7 jenis alat penangkap ikan, termasuk pengumpul kerang dan teripang serta lata tangkap lainnya yang dipergunakan oleh para nelayan setempat. Produksi rata-rata sebagian besar dihasilkan dari operasi penangkapan oleh para nelayan dengan menggunakan alat tangkap pancing (angling gear).Produksi ikan di Kecamatan Kei Kecil Barat dihasilkan oleh 8 (delapan) jenis alat tangkap dan alat tangkap lainnya.Jumlah alat tangkap dan capaian trip penangkapan menentukan kemampuan produksi ikan, selain faktor-faktor lainnya seperti keterampilan dan pengetahuan nelayan, kecukupan bahan bakar, ketersediaan ikan, musim, dan sebagainya.

Nelayan-nelayan di Kecamatan Kei Besar berkemampuan untuk menghasilkan produksi ikan rata-rata sebanyak 2.026,66 ton/tahun, dengan menggunakan 10 jenis alat penangkap ikan utama dan pengumpul ikan lainnya, termasuk pengumpul kerang dan teripang. Kontribusi kemampuan produksi ikan terbanyak oleh alat tangkap pancing (angling gear) yang dapat menghasilkan ikan sebanyak 1.413,92 ton/tahun, kemudian oleh alat tangkap jaring insang (gill net) sebanyak 419,97 ton/tahun.

e. Memiliki pulau – pulau besar dan kecil Jumlah pulau pada wilayah Kecamatan Kei Kecil berdasarkan hasil

analisis data citra satelit yang dikonfirmasi dengan pengecekan lapangan ditemukan sebanyak 31 buah pulau yang keseluruhannya telah diverifikasi dan didaftarkan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Jumlah pulau pada wilayah Kecamatan Kei Kecil Timur berdasarkan hasil analisis data citra satelit yang dikonfirmasi dengan pengecekan lapangan hanya ditemukan 2 buah pulau yang juga telah didaftarkan pada badan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Jumlah pulau pada wilayah Kecamatan Kei Kecil Barat berdasarkan hasil analisis data citra satelit yang dikonfirmasi dengan pengecekan lapangan ditemukan sebanyak 16 buah yang teridentifikasi, telah diverifikasi serta didaftarkan namanya di PBB. Jumlah pulau pada wilayah Kecamatan Kei Besar berdasarkan hasil analisis data citra satelit yang dikonfirmasi dengan pengecekan lapangan ditemukan sebanyak 6 buah yang telah diketahui namanya sehingga oleh pemerintah Pusat.

f. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri

Penyelenggaraan Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya, artinya daerah diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan kecuali yang menjadi urusan Pemerintah, dimana Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Sejalan dengan prinsip tersebut, maka dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang nyata telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah serta yang

Page 33: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

50

dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi.

Kabupaten Maluku Tenggara sangat terbantu oleh adanya kebijakan otonomi daerah sebagai instrumen desentralisasi dan demokratisasi untuk mendukung peran pembangunan perdesaan.Sejalan dengan pelaksanaan Undang‐Undang Nomor 17 Tahun 2003 telah dikeluarkan pula Undang‐undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan Pusat dan Daerah yang juga merupakan landasan pemberian kewenangan kepada daerah untuk mengelola keuangan daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah, berdasarkan kewenangan pada masing‐masing tingkatan pemerintahan.

Dalam upaya mendorong kemandirian pengelolaan pembangunan daerah maka arah kebijakan pengelolaan keuangan daerah dititik beratkan pada kemandirian pemanfaatan sumberdaya daerah secara optimal, efisien, dan efektif guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Keharusan pemerintah daerah untuk mampu menghidupi diri sendiri akan semakin mengurangi ketergantungan pada pemerintah pusat, dengan cara menggali berbagai sumber penerimaan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, jasa giro, laba BUMD dan lain-lain terutama di sektor transportasi untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin guna membiayai penyelenggaraan pembangunan sarana dan prasarana bagi optimalisasi pemasaran ikan di wilayah Maluku Tenggara.

3.3.1.2 Kelemahan

a. Daya saing perekonomian daerah dan Kualitas sumber daya manusia yang masih rendah

Walaupun pertumbuhan ekonomi Maluku Tenggara relatif baik, namun demikian daya saingnya masih relatif rendah. Ini ditandai dengan masih rendahnya angka ekspor komoditas dan daya saing produk unggulan daerah (kelautan dan perikanan, pertanian, perkebunan, pariwisata, pertambangan, kehutanan, industri, perdagangan dan jasa) disebabkan: Pola perekonomian masih bersifat subsistem yang tidak berorientasi pada

peningkatan nilai tambah. Sektor pertanian masih bersifat tradisional belum menerapkan teknologi

tepat guna. Potensi yang ada yaitu kelautan dan perikanan belum dikelola dan

dimanfaatkan secara optimal. Belum berkembangnya perekonomian daerah Maluku Tenggara yang

disebabkan: (1) terbatasnya akses permodalan; (2) terbatasnya akses informasi pasar; (3) masih rendahnya penerapan teknologi tepat guna; (4) belum berkembangnya informasi potensi unggulan daerah.

Belum kondusifnya iklim investasi (kemudahan perizinan, jaminan keamanan berinvestasi, dan lain sebagainya).

Rendahnya kualitas sumber daya manusia biasanya terukur dari tingkat pendidikan dan derajat kesehatan suatu masyarakat menjadi dasar perhitungan Indeks Pembangunan Masyarakat suatu daerah seperti:

Page 34: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

51

- PendidikanRendahnya tingkat pendidikan masyarakat suatu daerah biasanya tercermindari rendahnya Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Paritisipasi Murni (APM), dan Angka Melek Huruf. Walaupun angka melek huruf telah hampir mencapai 100 % namun APK SD baru sebesar 99,65, APK SMP sebesar 90,73 dan APK SLA sebesar 66,66 sedangkan APM SD sebesar 96,78, APM SMP sebesar 78,03, dan APM SLTA sebesar 57,93. Permasalahan lain adalah terbatasnya sarana prasarana pendidikan, rasio dan penyebaran tenaga guru belum sebanding,terdapat kesenjangan partisipasi pendidikan antara kelompok masyarakat di perkotaan dan pedesaan dan antara penduduk miskin dan penduduk mampu. Pendidikan non‐formal yang berfungsi baik sebagai transisi dari dunia sekolah ke dunia kerja maupun sebagai bentuk pendidikan sepanjang hayat, belum dapat diakses secara luas oleh masyarakat.

- KesehatanStatus Kesehatan masyarakat Maluku Tenggara secara umum masih rendah dibandingkan daerah lain di Indonesia. Hal ini karena belum terselenggaranya akses pelayanan kesehatan secara paripurna yang meliputi aspek promotif, aspek preventif, aspek kuratif, dan aspek rehabilitatif.Indikatornya diukur dari Angka Harapan Hidup pada tahun 2006 sekitar 67,2 persen, Angka Kematian Ibu Melahirkan 588 per 100.000 kelahiran, Angka Kematian Bayi 37 per 1.000 kelahiran hidup, penyebaran staus gizi kurang 8,22% dan Gizi Buruk 1,20% dan tingginya prevalensi ganguan akibat kekurangan yodium (GAKY), serta penyakit menular.

b. Kesenjangan pembangunan antar wilayahBerbagai kerberhasilan pembangunan yang telah dicapai, menyisakan

kesenjangan yang cukup tajam antara wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara, terutama antara wilayah Kei Besar dan Kei Kecil, perkotaan dengan perdesaan, dan antara wilayah strategis dan cepat tumbuh dengan wilayah tertinggal.

Pengurangan kesenjangan pembangunan antar Kecamatan maupun antar Desa perlu dilakukan tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah, tetapi juga untuk menjaga stabilitas ketahanan daerah. Tujuan yang akan dicapai untuk mengurangi kesenjangan antar daerah adalah bukan hanya memeratakan pembangunan fisik di setiap daerah, tetapi yang paling utama adalah pengurangan kesenjangan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat antar daerah. Masyarakat yang berada di wilayah tertinggal pada umumnya masih belum banyak tersentuh oleh program–program pembangunan sehingga akses masyarakat terhadap pelayanan sosial, ekonomi, dan politik masih sangat terbatas.

Untuk penyediaan air bersih, masalah yang dihadapi adalah masih terbatasnya akses masyarakat terhadap air bersih di pedesaan, rendahnya kualitas air bersih pedesaan, kondisi PDAM yang belum sehat, tingginya tingkat kebocoran air PDAM dan permasalahan tarif yang belum mampu mencapai kondisi pemulihan biaya produksi PDAM. Masih terbatasnya akses

Page 35: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

52

masyarakat terhadap pelayanan komunikasi dan informasi disebabkan keterbatasan penyediaan dan penyebaran infrastruktur informasi ke kecamatan dan terbatasnya kemampuan pembiayaan penyediaan infrastruktur komunikasi informasi.

c. Infrastruktur (sarana dan prasarana) yang belum memadaiSalah satu kendala utama dalam rangka peningkatan pertumbuhan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat adalah persoalan keterbatasan kapasitas dan kualitas infrastruktur, baik ekonomi, sosial dan pemerintahan atau fasilitas publik lainnya. Untuk infrastruktur jalan dan jembatan, persoalan utama yang dihadapi adalah belum seluruh wilayah Kabupaten Maluku Tenggara terjangkau oleh jaringan jalan dan jembatan yang handal, khususnya di Pulau Kei Besar yang mengakibatkan sangat terbatasnya akses masyarakat terhadap ketersediaan layanan transportasi yang dapat menjangkau lokasi permukiman, lokasi produksi dan pemasaran hasil nelayan. Keterbatasan ini menyebabkan masyarakat harus membayar tinggi biaya operasional untuk memanfaatkan transportasi darat.

Transportasi laut merupakan transportasi utama untuk melayani pergerakan orang dan barang antar 85 pulau di wilayah Maluku Tenggara Barat karena biayanya realatif murah jika dibandingkan dengan transportasi udara. Sarana pendukung yang tersedia saat ini adalah 5 (lima) unit kapal perintis, 2 (dua) unit kapal penumpang yang disubsidi pemerintah serta 2 (dua) unit kapal komersial (PT. PELNI) yang melayani rute hanya sampai pelabuhan Saumlaki dikarenakan prasarana pendukung yang tersedia saat ini hanya berada di Kota Saumlaki yakni pelabuhan kelas IV. Sedangkan untukmelayani interkoneksitas pulau–pulau sekitar (kecamatan) disediakan 1 (satu) unit angkutan penyeberangan dengan frekuensi kunjungan setiap minggu, selebihnya menggunakan kapal rakyat (motor tempel) yang diusahan sendiri oleh masyarakat dengan kapasitas muatan 20 – 30 orang. Dengan jumlah pulau yang begitu banyak dan kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia menjadikan transportasi laut belum bisa memenuhi kebutuhannya sendiri di wilayah Maluku Tenggara Barat.

Permasalahan yang dihadapi di bidang perhubungan laut dan antar pulau dalam kabupaten yaitu belum memadainya pelabuhan rakyat di beberapa titik pusat pertumbuhan yang memiliki akses ekonomi dan sosial serta rendahnya kapasitas penyediaan sarana angkutan laut (kapal penyeberangan, kapal perintis, kapal rakyat/kapal cepat) sehingga masyarakat masih mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk membayar transportasi yang digunakan.Selain itu, belum ada pelabuhan khusus barang untuk pergerakan keluar masuk.

Permasalahan di bidang perhubungan udara yaitu tingginya permintaan penggunaan jasa transportasi udara yang belum dapat diimbangi dengan kapasitas dan frekuensi penerbangan pesawat dari dan ke Langgur setiap harinya.Selain itu dengan pengoperasian pesawat dengan kapasitas kecil menyebabkan mahalnya biaya tiket untuk setiap penerbangan. Keterbatasan pembangkit menjadi masalah bidang energi listrik karena kapasitas yang tersedia tidak mampu untuk melayani permintaan yang terus meningkat.

Page 36: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

53

Pembangkit yang ada sangat tergantung pada BBM dan rata‐rata umur mesin sudah tua, pasokan listrik ke pedesaan tidak mengalami peningkatan, sebagian desa yang terisolir dan tersebar di kepulauan belum memiliki listrik.

Hubungan fungsional antara pusat ibu kota kabupaten/ibu kota kecamatan dengan wilayah belakangnya terutama berkaitan dengan fungsi dan peran kota sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, pusat perdagangan masih relatif rendah. Hal ini di samping kurangnya sarana dan prasarana transportasi juga pola penyebaran desa di pulau - pulau yang relatif jauh. Sejatinya dengan adanya keterpaduan antara proses perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan maka proses pemaduserasian ini tidak hanya berhenti pada rencana makro saja, namun ditindaklanjuti pada tahapan yang lebih detail lagi. Berkembangnya ilmu wilayah merupakan momentum penting di dalam kajian perencanaan dan pengembangan wilayah. Sebagai suatu kombinasi dari seni serta kumpulan-kumpulan pengalaman dan pendekatan, kajian perencanaan dan pengembangan wilayah seharusnya lebih berpihak pada publik melalui ketersediaan kelayakan sarana-prasarana.

Gambar 16 Peta jalur transportasi Kabupaten Maluku Tenggara

d. Belum berkembangnya prasarana, kelembagaan dan sistem manajemen perikanan

Belum berkembangnya keberadaan prasarana Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan kelembagaan perikanan seperti lembaga perkreditan, perbankan, koperasi perikanan yang mandiri dan organisasi nelayan secara aktif, tepat dan benar. Pembangunan gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dalam

Page 37: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

54

pelaksanaannya kerap mengalami ketimpangan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Hal ini disebabkan keberadaan atau letak dari TPI tersebut kurang strategis dengan letak perkampungan nelayan. Selain itu juga belum adanya sebuah pola pengembangan sistem manajemen perikanan secara efektif dan efisien, sesuai dengan sumberdaya perikanan yang tersedia di antara instansi terkait dengan masyarakat nelayan. Kondisi ini juga disebabkan kurangnya kerja sama yang baik antara pemerintah, swasta, lembaga masyarakat, dan masyarakat perikanan umum dalam proses pengembangan sumberdaya kelautan dan perikanan.

Pendapatan masyarakat nelayan yang tidak stabil akan menjadi kelemahan bagi pembangunan dan pengembangan sistem manajemen perikanan, karena sumber pendapatan masyarakat nelayan umumnya berasal dari sumberdaya ikan. Tidak seperti sumberdaya alam lainnya, seperti pertanian dan peternakan yang kepemilikannya jelas, sumberdaya ikan relatif sifatnya terbuka (open access) walau sebagian sudah diatasi dengan kepemilikan bagan, sehingga pihak bank maupun lembaga keuangan lainnya masih enggan memberikan pinjaman/kredit bagi masyarakat nelayan guna mengembangkan usahanya, misalkan dalam haloptimalisasi transportasi laut seperti kepemilikan kapal rakyat.

e. Promosi potensi perikanan laut yang tidak berkesinambungan dan terbatas

Aktivitas promosi potensi perikanan laut yang tidak berkesinambungan, menyebabkan kurangnya minat para investor dalam negeri maupun luar negeri dalam mengoptimalkan potensi besar dari perikanan laut yang tersedia.Apabila telah dilaksanakan, maka pelaksanaan promosinya masih terbatas dan belum optimal dalam menjalin hubungan kemitraan dalam pengenalan dan pemanfaatan hasil-hasil laut di Kabupaten Maluku Tenggara secara optimal.Promosi potensi perikanan laut yang ditdak berkesinambungan dan relatif terbatas ini juga mengakibatkan pemanfaatan potensi perikanan laut yang tidak merata. Hal ini disebabkan peranan perikanan tangkap yang lebih mendominasi dibandingkan dengan budidaya perikanan yang relatif belum teroptimalkan dan berkembang dengan baik.

f. Kualitas pelayanan publik yang belum optimalPelayanan publik merupakan salah satu tugas dan fungsi penting yang

dijalankan oleh pemerintah, karena untuk tujuan itulah pemerintahan itu ada.Pelayanan publik yang berkualitas adalah pelayanan publik yang lahir sistem dan mekanisme yang transparan, cepat, murah, dan manusiawi. Kondisi seperti ini belum bisa dicapai, bilamana masih rendahnya komitmen bersama untuk segera mewujudkan prinsip‐prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih, bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Selain itu perlu diikuti dengan kebijakan‐kebijakan deregulasi dan debirokratisasi, peningkatan kualitas, profesionalisme etos dan budaya kerja aparat yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Persoalan lainbelum adanya penetapan standar minimum pelayanan, belum dibentuknya SKPD yang khusus menangani pelayanan publik (Satu Atap) dalam rangka mewujudkan prinsip one stop services serta

Page 38: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

55

keterbatasan sarana prasarana pelayanan publik yang mengimbangi tuntutan kebutuhan pelayanan publik.

3.3.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Faktor peluang meliputi: a). Potensi wisata pantai dan wisata bahari yang dapat menciptakan aktivitas pendukung bagi peningkatan ekonomi masyarakat nelayan b). Secara geografis merupakan wilayah perbatasan dan Secara geografis merupakan wilayah perbatasan dan termasuk dalam konsep gugus Pulau Maluku, di mana hal ini akan menciptakan peluang-peluang stimulus ekonomi masyarakat nelayan; c). Peningkatan Potensi dan Produksi Ikan dari Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan (JTB), di mana tentu saja akan dapat terkait secara langsung bagi peningkatan pendapatan bagi kesejahteraan masyarakat nelayan; d). Potensi provinsi kepulauan, yakni ketersediaan pulau-pulau yang heterogen memberi peluang optimalisasi sumber daya bagi peningkatan ekonomi masyarakat nelayan dan pengembangan wilayah; e). Letak Provinsi Maluku yang strategis, mampu memberi peluang positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan dan pengembangan wilayah.

Sedangkan faktor ancaman meliputi: a). Iklim atau cuaca yang tidak stabil; b). Ketidakstabilan ekonomi makro; c). Inefisiensi biaya transportasi akibat rute pelayaran/ jarak tempuh dari ibu kota provinsi yang masih panjang; d). Maraknya pencurian ikan (illegal fishing) serta pemanfaatan sumber daya perikanan yang tidak ramah lingkungan; e). Penetapan batas wilayah antar kabupaten/kota yang belum jelas; f). Kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang belum konsisten dan harmonis.

3.3.2.1 Peluanga. Potensi Wisata Pantai dan Wisata Bahari

Kecamatan Kei Kecil dengan potensi lingkungan pesisir di Pulau Kei Kecil dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, menunjukkan lokasi-lokasi potensial untuk pengembangan wisata pantai dan wisata bahari. Untuk jenis-jenis wisata tersebut, kondisi lingkungan perairan laut di sekitar kecamatan ini juga sangat terbuka bagi pengembangannya. Potensi wisata pantai dan wisata bahari dapat memberi peluang bagi pengembangan wilayah perdesaan yang pada akhirnya diharapkan memberi dampak positif bagi optimalisasi pemasaran ikan.

Distribusi lokasi-lokasi potensial yang telah dikembangkan maupun berpotensi untuk dikembangkan antara lain: (1) pantai Ngurbloat; (2) pantai Ngursamadan di desa Ohoililir; (3) pantai Nadium di desa Ohoidertawun; (4) pantai Vid Vau di desa Kolser; (5) pantai Elomel di desa Sathean; (6) pantai Debut; (7) Goa Hawang di desa Letvuan;(8) penangkaran mutiara di pulau Ohoiwa; dan (9) penangkaran mutiara di pulau Ut. Khusus untuk lokasi sekitar desa Debut, telah direncanakan pengembangan Wisata Marina Debut. Lokasi-lokasi ini tidak hanya memiliki basis pengembangan pada wisata pantai yang mengandalkan potensi pasir putih, tapi juga potensi lingkungan dan sumber daya yang berpotensi dikembangkan sebagai lokasi wisata lingkungan.Didasarkan pada potensi lokasi pengembangan wisata bahari termasuk

Page 39: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

56

ekowisata bahari, maka beberapa lokasi potensial di kecamatan ini meliputi kawasan terumbu karang pada pulau-pulau kecil di bagian Barat Kei Kecil dan beberapa kawasan teluk yang memiliki potensi hutan mangrove yang cukup baik.

Kecamatan Kei Besar memiliki potensi sumberdaya dan lingkungan pulau kecil dan perairan laut yang menjadi basis pengembangan wisata pantai dan bahari. Lokasi-lokasi potensial untuk pengembangan wisata pantai dan bahari yang dapat diidentifikasi antara lain: (1) pantai Daftel; (2) air terjun Prawaf Kasair di desa Prawaf; (3) Batu kapal Soblak; (4) wisata bahari Mun; (5) ekowisata bahari dan wisata ilmiah di pesisir Timur, Ohoiwait, Ohoiel dan Ngefuit; (6) pulau kelapa dan sekitarnya; serta (7) perairan Barat Laut dan perairan Timur Kei Besar sebagai basis pengembangan sport fishing.

Wisata pantai umumnya masih mengandalkan potensi pantai pasir putih. Wisata bahari lebih mengandalkan potensi terumbu karang, sedangkan ekowisata bahari di pesisir Timur kecamatan ini, mengandalkan potensi pantai berbatu dengan potensi sumber daya lola dan mata bulan yang merupakan sumber daya hayati laut yang dilindungi dan dikelola dengan pendekatan kearifan lokal, sasi. Lokasi wisata untuk pengembangan olahraga pemancingan atausport fishing, mengandalkan kondisi perairan yang cukup subur terdistribusi di seluruh perairan yang ada pada kecamatan ini.

b. Secara geografis merupakan wilayah perbatasan dan termasuk dalam konsep gugus Pulau Maluku

Kabupaten Maluku Tenggara mempunyai posisi yang strategis sebagaidaerah perbatasan dan daerah terluar. Daerah perbatasan bukan lagi menjadi daerah belakang, tetapi akan diubah menjadi daerah depan karena keutuhan NKRI sangat tergantung dari kemajuan daerah perbatasan. Berbeda dengan daerah perbatasan lainnya, maka Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah merupakan daerah perbatasan kepulauan, sehingga untuk interkoneksi daerah, harus mendorong perkembangan sektor transportasi laut. Keterkaitan wilayah di Provinsi Maluku secara internal diwujudkan dalam pola interaksi antar pusat – pusat pertumbuhan dan permukiman di wilayah yang memiliki hirarki atau jenjang sehingga membentuk pola jaringan transportasi wilayah secara regional. Pola interaksi tersebut ditunjukan oleh arah orientasi pelayanan dari tiap orde yaitu dari pusat pelayanan orde rendah kepada orde yang lebih tinggi.

Berdasarkan pertimbangan potensi sumberdaya alam, kondisi wilayah kepulauan, akses antar pulau, kesenjangan ekonomi antar pusat pertumbuhan dengan daerah belakangnya, fungsi utama kota-kota sebagai simpul jasa dan kondisi sosial budaya maka untuk mewujudkan struktur tata ruang Provinsi Maluku secara internal, wilayah Maluku dibagi atas 12 gugus pulau. Kabupaten Maluku Tenggara termasuk dalam salah satu gugus pulau yakni Gugus Pulau kesepuluh yaitu Kepulauan Tanimbar yang berpusat di Kota Saumlaki. Untuk menunjang kebijakan tata ruang Pemerintah Provinsi Maluku khususnya dalam upaya pengembangan pembangunan wilayah perdesaan, sektor transportasi laut menjadi salah satu fokus perhatian sangat penting sebagai jembatan antar pusat-pusat pertumbuhan dan permukiman

Page 40: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

57

yang menghubungkan pusat yang satu dengan yang lainnya guna mobilisasi orang dan barang.

c. Peningkatan Potensi dan Produksi Ikan dari Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan (JTB)

Berdasarkan potensi dan produksi ikan, maka pemanfaatan sumberdaya ikan dari perairan sekitar Kecamatan Kei Kecil Timur adalah sebesar 45,39 % dari potensi yang tersedia di wilayah 0-4 mil laut dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) telah tercapai. Hal ini berarti sumberdaya ikan yang masih dapat dimanfaatkan, dapat dilakukan hanya dengan mengakses daerah penangkapan yang lebih jauh di perairan sekitarnya.

Produksi ikan yang dihasilkan dari perairan sekitar Kecamatan Kei Kecil Barat, dapat mencapai 609,82 ton/tahun. Hal ini berarti pemanfaatan sumberdaya ikan dari aktifitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan-nelayan setempat baru mencapai 7,85% dari potensi ikan yang tersedia atau 19,63% dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB). Potensi ikan yang tersedia di perairan 0-4 mil laut Kecamatan Moa Lakor sebesar 5.048,58 ton/tahun dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 2.018,84 ton/tahun. Pemanfaatan sumberdaya ikan dari perairan ini mencapai 39,44% dari potensi yang tersedia atau 98,63% dari JTB.

d. Potensi Provinsi KepulauanLetak geografis dalam pembagian kemakmuran terhadap suatu daerah,

baik melalui DAU, DAK, maupun alokasi fiskal lainya seperti dana penyesuaian infrastruktur daerah, tugas pembantuan, dana insentif daerah maupun adhoc; parameternya telah mengakomodasi perhitungan luas daerah dengan memasukan luas perairan sebagai bagian dari luas wilayah suatu provinsi. Jika sebelumnya, alokasi fiskal hanya menghitung luas daratan saja, maka sejak adanya regulasi mengenai provinsi kepulauan sejak saat itu pula telah terjadi peningkatan anggaran bagi provinsi kepulauan untuk menunjang sarana dan prasarana maritim, khususnya transportasi laut sebagai penghubung antar pula. Selain itu pemerintah pusat menggalakkan kebijakan nasional dengan nama koridor ekonomi dan juga domestic connectivity sebagai entry point bergairahnya sektor transportasi pada masa datang dan peluang pengembangan transportasi laut di wilayah provinsi.

e. Letak Provinsi Maluku yang strategisProvinsi Maluku dan kabupaten-kabupaten di dalamnya mempunyai

posisi yang penting karena berbatasan dengan negara tetangga yaitu Timor Leste dan Australia, serta sebagai salah satu gerbang kerjasama ekonomi berupa perdagangan ekspor dan impor dari dan menuju Timor Leste, Australia dan Papua New Guinea serta kerjasama di negara – negara Pasifik seperti Jepang, Korea dan Taiwan. Sebagai wilayah perbatasan tidak lagi menjadi yang terkebelakang tetapi adalah merupakan beranda terdepan untuk menjaga dan mengamankan sumber daya kelautan Indonesia agar tidak menjadi zona illegal fishing bagi kepentingan negara tetangga. Oleh sebab itu kabupaten –kabupaten yang berada di Provinsi Maluku akan berfungsi ganda yaitu sebagai pengaman kedaulatan negara dan sebagai pengaman resources kelautan dan

Page 41: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

58

perikanan di Indonesia. Dengan demikian dari posisi strategis tersebut akan melahirkan peluang ekonomi dan investasi disektor transportasi laut dan akan mempunyai prospek yang bagus.

3.3.2.2 Ancamana. Iklim/cuaca yang tidak stabil

Kabupaten Maluku Tenggara berada diperairan laut dalam dan merupakan poros dari perjalanan arus antara laut dangkal (Laut Jawa) ke laut dalam (Laut Banda) maka didalamnya selalu terjadi fenonema alam di laut yaitu iklim yang ekstrim dan berubah ubahnya cuaca. Walaupun perjalanan arus tersebut mampu mengangkat nutrisi didasar laut yang dapat menjadi makanan ikan-ikan besar di laut dalam, namun iklim yang ekstrim tersebut dapat mengancam keamanan nelayan dalam menjalankan aktivitas penangkapan ikan maupun aktivitas pemasaran ikan. Apalagi armada laut yang tersedia atau yang dimiliki oleh nelayan relatif kecil dan sederhana sehingga bila terjadi ombak besar dan badai di laut maka moda transportasi laut tersebut tidak dapat beroperasi atau tidak dapat digunakan untuk melaut.

b. Ketidakstabilan ekonomi makro Ketidakstabilan ekonomi makro akan menjadikan pengembangan

pembangunan wilayah perdesaan dan upaya optimalisasi pemasaran ikan, menjadi terhambat dan bahkan menjadi terabaikan. Misalnya bila terjadi kenaikan suku bunga maka invetasi sektor transportasi laut akan turun. Bila suku bunga turun, tidak secara langsung meningkatkan jumlah investor dalam berinvestasi pada pembangunan wilayah perdesaan dan mengambil peranan penting dalam pemasaran ikan. Hal ini disebabkan khususnya disektor transportasi laut masih digolongkan oleh para investor sebagai sebuah investasi beresiko tinggi. Bila terjadi kenaikan harga BBM maka biaya transportasi pemasaran ikan juga secara langsung akan terkena dampaknya. Dengan demikian sektor transportasi laut merupakan sektor yang sangat prospek tapi juga sangat sensitif terhadap perkembangan eksternal (perekonomian makro).

c. Inefisiensi biaya transportasi akibat rute pelayaran/ jarak tempuh dari ibu kota provinsi yang masih panjang

Untuk melengkapi pelayanan kapal PELNI yang mempunyai lintasan multi port salah satunya Ambon-Saumlaki, tersedia kapal perintis yang doperasikan untuk melayani lintasan dengan jarak menengah dan jauh. Jarak lintasan kapal perintis terjauh adalah jarak lintasan Ambon-Saumlaki dengan total jarak pelayanan sejauh 3.230 mil yang ditempuh selama 25 hari untuk sekali voyage. Dengan jauhnya jarak pelayanan dan waktu tempuh yang begitu lama menjadikan transportasi laut di wilayah ini sangat penting dan mahal.

Dengan jauhnya jarak pelayanan mengakibatkan frekwensi kapal PELNI yang menyinggahi pelabuhan Saumlaki setiap 14 (empat belas) hari.Saat ini ada 2 kapal PELNI yang menyinggahi pelabuhan Saumlaki sehingga frekweksi kunjungan kapal PELNI setiap 7 hari yang melayani lintasan Ambon-Saumlaki. Untuk 5 (lima) unit kapal perintis maka frekwensi

Page 42: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

59

kunjungan kapal ke pelabuhan Saumlaki cukup bervariasi, yang terlama adalah untuk lintasan Ambon-Saumlaki dengan waktu tempuh 25 hari untuk sekali voyage dengan jumlah voyage dalam satu tahun sebanyak 14 voyage.

d. Maraknya pencurian ikan (illegal fishing) Maraknya pencurian ikan (illegal fishing) yang dilakukan oleh para

nelayan dari luar negeri menyebabkan kerugian bagi para nelayan. Para nelayan illegal tersebut menggunakan kapal motor dan peralatan penangkapan ikan yang relatif lebih canggih, sehingga mampu memperoleh ikan dalam jumlah atau kapasitas yang lebih maksimal. Kegiatan pencurian ikan sangat merugikan bagi nelayan Maluku Tenggara, dikarenakan potensi ikan yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh nelayan, menjadi berkurang potensinya karena telah ditangkap secara illegal oleh para pencuri ikan yang menggunakan alat tangkap lebih canggih dan lebih mampu memperoleh ikan dalam jumlah optimal.

e. Proses penangkapan ikan yang merusak ekosistem lautProses penangkapan ikan terkadang menggunakan teknik atau cara yang

tidak memperhatikan dampak negatifnya bagi kelestarian ekosistem laut.Salah satu teknik penangkapan ikan yang berdampak pada kerusakan ekosistem laut adalah proses penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak. Teknik ini memang mampu menghasilkan atau menangkap ikan dalam volume yang lebih besar dan waktu penangkapan yang lebih singkat, namun merusak ekosistem laut sehingga dalam jangka panjang akan berdampak pada kerugian secara massive.

3.4. Tahap Masukan

Pada tahap ini dilakukan analisis IFE (Internal Factors Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation). Analisis IFE – EFE tersebut didasarkan pada hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor strategi internal serta identifikasi peluang dan ancaman yang merupakan faktor strategi eksternal. Pengisian matriks IFE-EFE dilakukan dengan caramemberikan bobot dan rating pada setiap faktor strategi internal dan eksternal tersebut.

Tabel 25 Matriks IFE

Variabel Bobot Rangking Skor

A. Kekuatan1 Wilayah atau daerah penangkapan ikan yang luas 0.145 3 0.4352 Kuantitas ketersediaan alat dan armada tangkap

ikan yang mencukupi0.075 4 0.300

3 Kemampuan produksi ikan tangkap yang baik 0.135 4 0.5404 Memiliki potensi sumber daya ikan melimpah 0.082 4 0.3285 Memiliki pulau-pulau besar dan kecil 0.051 4 0.2046 Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk

mengatur keuangannya sendiri0.012 4 0.048

Jumlah A 0.500 1.855

Page 43: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

60

Lanjut Tabel 25

Variabel Bobot Rangking Skor

B. Kelemahan1 Daya saing perekonomian daerah dan kualitas SDM

yang masih rendah0.112 2 0.224

2 Kesenjangan pembangunan antar wilayah 0.091 1 0.0913 Infrastruktur sarana dan prasarana yang belum

memadai0.092 2 0.184

4 Belum berkembangnya prasarana, kelembagaan dan sistem manajemen perikanan

0.082 2 0.164

5 Promosi potensi perikanan laut yang tidak berkesinambungan dan terbatas

0.081 2 0.162

6 Kualitas pelayanan publik yang belum optimal 0.042 3 0.126Jumlah B 0.500 0.915

Jumlah A + B 1 2.806

Tabel 26 Matriks EFE

Variabel Bobot Rangking Skor

A. Peluang1 Potensi wisata pantai dan wisata bahari 0.194 4 0.7762 Wilayah perbatasan dan termasuk dalam konsep

gugus Pulau Maluku0.055 3 0.165

3 Peningkatan potensi ikan dari JTB 0.093 4 0.3724 Potensi provinsi kepulauan 0.075 3 0.2255 Letak strategis 0.083 4 0.332

Jumlah A 0.500 1.870B. Ancaman1 Iklim/cuaca yang tidak stabil 0.075 1 0.0752 Ketidakstabilan ekonomi makro 0.075 1 0.0753 Inefisiensi biaya transportasi 0.100 2 0.2004 Pencurian ikan (illegal fishing) 0.100 1 0.1005 Proses penangkapan ikan yang merusak ekosistem

laut0.150 2 0.300

Jumlah B 0.500 0.750Jumlah A + B 1 2.620

Setelah skor akhir diperoleh, langkah selanjutnya adalah memasukkan angka tersebut ke dalam Matrik Internal Eksternal, untuk selanjutnya menentukan posisi. Apabila posisi sudah diketahui, maka penyusunan formulasi strategi dapat segera dilakukan untuk dapat meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan dan pengembangan wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara pada umumnya, dan kecamatan-kecamatan wilayah penelitian pada khususnya.

Matriks Internal Eksternal tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Page 44: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

Gambar 1

Berdasarkan analisis internal diperoleh skor tertimbang 2,80dari hasil analisis eksternal diperoleh skor tertimbang 2,6faktor internal dan faktor eksternal (Tabel IFAS dan EFAS) tersebut memperlihatkan posisi obyek yang sedang diteliti yaitu Tenggara berada pada ruang V yaitu Stabilitas (Menjaga dan Mempertahankan)dalam hal pemasaran ikan dan pengembangan wilayah perdesaannyayang layak ditawarkan untuk posisi stabil tersebut yaitu para pemerintah daerah dapat melakukan kegiatan penetrasi pasar dan langkah penyempurnaan strategi pengembangan produkmempertahankan dan me

Tahap selanjutnya adalah tahap penggabungan (teknis matriks Strengths Kekuatan –Kelemahan –informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokan kekuatan dan kelemahan internal dengan peluang dan ancaman eksternal. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan alternatif strategi yamerumuskan dan menetapkan alternatif strategi yang dapat dilakukan, maka terlebih dahulu dibuat matriks SWOT sebagaimana terlihat pada tabel berikut in

17. Penggunaan Matrik Internal Eksternal

analisis internal diperoleh skor tertimbang 2,806dari hasil analisis eksternal diperoleh skor tertimbang 2,62. Maka gabungan dari faktor internal dan faktor eksternal (Tabel IFAS dan EFAS) tersebut memperlihatkan posisi obyek yang sedang diteliti yaitu Kabupaten Maluku

berada pada ruang V yaitu Stabilitas (Menjaga dan Mempertahankan)n ikan dan pengembangan wilayah perdesaannya

yang layak ditawarkan untuk posisi stabil tersebut yaitu para Nelayandan dapat melakukan kegiatan penetrasi pasar dan langkah

penyempurnaan strategi pengembangan produk perikanan tangkap mempertahankan dan mengembangkan wilayah perdesaan di Maluku Tenggara

3.5. Tahap Penggabungan

Tahap selanjutnya adalah tahap penggabungan (matching stageStrengths – Weaknesses – Opportunities -Threats (SW

– Peluang – Ancaman. Analisis SWOT ini didasarkan pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokan kekuatan dan kelemahan internal dengan peluang dan ancaman eksternal. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan alternatif strategi yang layak secara efektif.merumuskan dan menetapkan alternatif strategi yang dapat dilakukan, maka terlebih dahulu dibuat matriks SWOT sebagaimana terlihat pada tabel berikut in

61

sedangkan . Maka gabungan dari

faktor internal dan faktor eksternal (Tabel IFAS dan EFAS) tersebut Kabupaten Maluku

berada pada ruang V yaitu Stabilitas (Menjaga dan Mempertahankan)n ikan dan pengembangan wilayah perdesaannya. Strategi

Nelayandan dapat melakukan kegiatan penetrasi pasar dan langkah

gkap untuk ngembangkan wilayah perdesaan di Maluku Tenggara.

matching stage) dengan (SWOT) atau

. Analisis SWOT ini didasarkan pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokan kekuatan dan kelemahan internal dengan peluang dan ancaman eksternal. Hal ini dimaksudkan

ng layak secara efektif. Dalam merumuskan dan menetapkan alternatif strategi yang dapat dilakukan, maka terlebih dahulu dibuat matriks SWOT sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :

Page 45: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

62

Tabel 27 Matriks SWOT

IFE

EFE

Kekuatan (Strengths)1. Wilayah atau daerah

penangkapan ikan yang luas2. Kuantitas ketersediaan alat

dan armada tangkap ikan yang mencukupi

3. Kemampuan produksi ikan tangkap yang baik

4. Memiliki potensi sumber daya ikan melimpah

5. Memiliki pulau-pulau besar dan kecil

6. Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri

Kelemahan(Weakness)1. Daya saing perekonomian

daerah dan kualitas SDM yang masih rendah

2. Kesenjangan pembangunan antar wilayah

3. Infrastruktur sarana dan prasarana yang belum memadai

4. Belum berkembangnya prasarana, kelembagaan dan sistem manajemen perikanan

5. Promosi potensi perikanan laut yang tidak berkesinambungan dan terbatas

6. Kualitas pelayanan publikyang belum optimal

Peluang (Opportuniy)1. Potensi wisata pantai

dan wisata bahari2. Secara geografis

merupakan wilayah perbatasan dan termasuk dalam konsep gugus Pulau Maluku

3. Peningkatan Potensi dan Produksi Ikan dari Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan (JTB)

4. Potensi Provinsi Kepulauan

5. Letak provinsi Maluku yang strategis

Strategi S-O

a) Pembangunan berbasis kepulauansecara berkelanjutan/SO1(S1, S4, S5, S6, O1, O2, O4, O5)

b) Membangun prasarana transportasi laut terintegrasi ke daratan/SO2 (S1,S2,O1,O2, O5)

c) Peningkatan investasi dan ekspor/SO3 (S1, S3, S4, S5, S6, O1, O2, O4, O5)

Strategi W-O

a) Peningkatan kapasitas Pemerintahan Daerah/WO1 (W1, W2, W3, W4, W5, W6, O2, O4, O5)

b) Optimalisasi dan kontinuitas promosi potensi wisata/ WO2 (W4, W5, O1, O2, O3)

c) Menyelenggarakan pelayanan prima satu atap/ WO3 (W6, O1, O3)

Ancaman (Threath)1. Iklim/cuaca yang tidak

stabil2. Ketidakstabilan

ekonomi makro3. Inefisiensi biaya

transportasi4. maraknya pencurian

ikan (illegal fishing)5. proses penangkapan

ikan yang merusak ekosistem laut

Strategi S-T

a) Meningkatkan fasilitas sistem peralatan keselamatan pelayaran/ ST1 (S1,S5,S6,T1)

b) Meningkatkankan teknologi alat dan armada penangkapan ikan/ST2 (S3, S4, S5, S6, T2, T3, T4, T5)

c) Meningkatkan keamanan wilayah perairan/ST3(S4, S5, S6, T4, T5)

d) Pembentukan dan perkuatan koperasi nelayan/ST4(S1, S2, S3, S4, S5, S6, T2)

Strategi W-T

a) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia/WT1(W1, W2, W6, T3, T5)

b) Menciptakan nilai tambah produk/WT2(W4, W5, T1, T2).

c) Memperjelas batas wilayah perairan/WT3(W3, W4, T4).

d) Merancang sistem manajemen perikanan terpadu/WT4(W4, W5, T3, T4, T5)

Page 46: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

63

a. Strategi S – O (Strengths – Opportunity) Strategi pembangunan berbasis kepulauan (SO1)

Strategi pembangunan berbasis kepulauan dimaksudkan untuk mengoptimalkan pengembangkan potensi kepulauan, pengembangan kapasitas, serta system jaringan infrasruktur perhubungan bagi daerah kepulauan dan pesisir secara optimal, terintegrasi, dan berkelanjutan dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat.

Strategi membangun prasarana transportasi laut yang terintegrasi ke daratan (SO2)Alternatif strategi inidirumuskan dengan melihat kekuatan Kabupaten Maluku Tenggara yang memiliki pulau-pulau besar dan kecil dengan kekayaan sumberdaya alam perikanan tangkap yang tersebar di tiap-tiap kecamatan dan juga peranan sektor transportasi sangat penting untuk menggerakan sektor–sektor hulu dan hilirnya serta dilihat dari interaksi antar pulau merupakan karakter wilayah produksi dan juga Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri, untuk memanfaatkan peluang bahwa secara geografis merupakan wilayah perbatasan, merupakan salah satu daerah tertinggal, termasuk dalam konsep gugus pulau Maluku, dan letak Provinsi Maluku yang strategis.

Peningkatan investasi dan ekspor (SO3)Peningkatan investasi dan ekspor dimaksudkan untuk meningkatkanperekonomian wilayah dan masyarakat sehingga income masyarakat akanmeningkat baik yang digerakkan oleh kemampuan ekonomi mereka sendirimaupun ekonomi wilayah melalui peningkatan investasi, pengembangan ekonomi kelautan dan perikanan, pengembangan pertanian, penciptaan lapangan pekerjaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang optimal, dan pengembangan komoditas unggulan yang dimiliki secara berkelanjutan atau kontinuitas untuk tujuan eksporatau pemasaran ikan ke luar negeri.

b. Strategi S-T (Strength – Threat) Meningkatkan fasilitas sistem peralatan keselamatan pelayaran (ST1)

Faktor iklim atau cuaca yang tidak menentu selain berdampak pada pencapaian kapasitas produksi yang terkendala, juga mengakibatkan meningkatnya risiko kecelakaan kerja. Apabila iklim atau cuaca kurang bersahabat bagi nelayan saat melakukan aktivitas menangkap ikan, maka risiko terjadinya kecelakaan kerja akan meningkat. Sehingga dengan demikian perlunya ditingkatkan kualitas fasilitas sistem peralatan keselamatan pelayaran bagi nelayan. Hal ini agar meminimalisir dampak risiko yang dapat terjadi.

Meningkatkankan teknologi alat tangkap dan armada penangkapan ikan (ST2)Pada aspek kuantitas alat tangkap dan armada penangkapan ikan yang dimiliki oleh nelayan sudah relatif memadai. Namun demikian kualitasnya masih belum optimal, dalam arti teknologi yang digunakan. Hal ini akan menjadi ancaman bagi nelayan, pada saat terdapatnya aktivitas pencurian ikan (illegal fishing) yang menggunakan alat tangkap dan armada

Page 47: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

64

penangkapan ikan dengan teknologi yang lebih optimal. Peningkatan teknologi akan menyebabkan peningkatan kemampuan nelayan dalam menangkap ikan secara lebih efektif dan efisien, sehingga akan meningkatkan pula taraf kesejahteraan nelayan di wilayah Maluku Tenggara.

Meningkatkan keamanan wilayah perairan (ST3)Terjadinya kegiatan pencurian ikan (illegal fishing) disebabkan oleh belum optimalnya penjagaan keamanan di wilayah perairan. Potensi ikan di wilayah Maluku Tenggara sangat menggiurkan bagi pihak lain untuk dapat memperolehnya, meskipun dengan cara yang illegal. Kegiatan illegal fishing ini sangat merugikan nelayan di wilayah perairan Maluku Tenggara. Sehingga dengan demikian diperlukan peningkatan keamanan wilayah perairan oleh pemerintah melalui aparat keamanan, agar kegiatan illegal fishing dapat dicegah atau diminimalisir.

Pembentukan dan perkuatan koperasi nelayan (ST4)Kuantitas ketersediaan alat dan armada tangkap ikan yang mencukupi, dengan kemampuan produksi ikan tangkap yang baik, memiliki potensi sumber daya ikan melimpah, dan memiliki pulau-pulau besar dan kecil membutuhkan sebuah organisasi professional yang dapat mewadahi kebutuhan nelayan, khususnya dalam upaya peningkatan kesejahteraan nelayan. Ketidakstabilan ekonomi makro yang disebabkan oleh berbagai faktor dapat menjadi ancaman terhadap penentuan harga jual produk, maupun permintaan dan penawaran akan produk. Dengan memanfaatkan kekuatan pemerintah daerah yang memiliki kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri, maka dapat disusun strategi pembentukan dan perkuatan koperasi nelayan.Pembentukan dan perkuatan koperasi nelayan akan mampu menjadi sarana bagi nelayan dalam kontinuitas aktivitas penangkapan ikan. Keuntungan koperasi berupa sisa hasil usaha (SHU) akan turut dinikmati oleh nelayan, selain keuntungan-keuntungan lainnya yang dapat dinikmati oleh nelayan di wilayah Maluku Tenggara.

c. Strategi W – O (Weaknesses – Opportunity) Strategi peningkatan kapasitas pemerintahan daerah (WO1)

Strategi peningkatan kapasitas Pemerintahan Daerah dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah di era otonomi daerah, sehingga penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan publik dapat dilaksanakan secara profesional, efisien, dan memiliki output dan outcome yang optimal. Peningkatan kapasitas pemerintahan daerah ini akan dapat memanfaatkan peluang yang ada dan mampu mengantisipasi kelemahan-kelemahan, dalam hal pemasaran ikan terkait dengan pengembangan wilayah perdesaan di Maluku Tenggara bagi kesejahteraan nelayan.

Optimalisasi dan kontinuitas promosi potensi wisata (WO2)Keberadaan Kabupaten Maluku Tenggara secara geografis merupakan wilayah perbatasan dan termasuk dalam konsep gugus Pulau Maluku, dapat menciptakan potensi wisata bahari.Hal ini perlu dioptimalkan pelaksanaan dan kontinuitas promosinya, agar mampu menstimulus

Page 48: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

65

pengembangan pembangunan wilayah di Maluku Tenggara. Seiring dengan promosi wisata bahari yang meningkat yang dapat menyebabkan bertambahnya wisatawan domestik dan luar negeri, maka akan menciptakan sebuah demand baru akan produk perikanan tangkap yang dihasilkan oleh nelayan. Kondisi ini akan mendukurng pemanfaatan potensi dari produksi ikan tangkap yang meningkat.

Menyelenggarakan pelayanan prima satu atap (WO3)Potensi wisata pantai dan wisata bahari dari wilayah perairan Maluku Tenggara disertai dengan peningkatan potensi dan produksi ikan dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB), memerlukan kualitas pelayanan publik yang prima. Strategi yang dapat dijadikan alternatif dalam pengembangan wilayah di Maluku Tenggara, dengan mengacu pada potensi tersebut adalah dengan menyelenggarakan pelayanan prima satu atap. Konsep aplikasinya dapat berupa pembentukan sebuah badan pelayanan satu atap.

d. Strategi W – T (Weaknesses – Threat) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (WT1)

Strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia dimaksudkan agar mewujudkan manusia Maluku Tenggara yang sehat, cerdas dan trampil mampu mengelola segenap potensi sumber daya pembangunan, secara optimal dan berkelanjutan. Dalam hubungan ini penyediaan pelayanan kebutuhan dasar masyarakat yang berkualitas (pendidikan, kesehatan, sarana lingkungan dan permukiman dan lain-lain), diupayakan untuk dapat diakses secara mudah dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga dapat memperkuat daya saing daerah dan memperkuat kerangka landasan pembangunan yang telah dicapai selama ini.

Menciptakan nilai tambah produk (WT2)Kondisi iklim atau cuaca yang tidak stabil, ketidakstabilan ekonomi makro dan belum berkembangnya prasarana, kelembagaan dan sistem manajemen perikanan, menyebabkan hasil tangkap ikan tidak dapat dioptimalkan.Pada saat terjadi panen raya, maka hasil tangkap ikan yang melimpah menjadi tidak dapat dioptimalkan pemasarannya sehingga harga jual menjadi rendah. Dengan kelemahan dalam hal kondisi promosi potensi perikanan laut yang tidak berkesinambungan dan terbatas, maka dapat ditetapkan strategi menciptakan nilai tambah produk. Dengan demikian aktivitas pemasaran ikan harus berhubungan dengan proses menciptakan nilai tambah, sehingga hasil produksi ikan tangkap tidak hanya dipasarkan dalam bentuk ikan mentah segar, namun juga dalam varian lain yang memiliki nilai tambah.

Memperjelas batas wilayah perairan (WT3)Maraknya kegiatan pencurian ikan (illegal fishing) dari nelayan luar negeri selain disebabkan pengamanan wilayah perairan yang belum optimal, juga disebabkan oleh batas wilayah perairan yang kurang jelas. Hal ini disebabkan salah satunya oleh kondisi pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana yang belum memadai. Strategi yang dapat digunakan adalah

Page 49: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

66

memperjelas batas wilayah perairan, agar kegiatan atau aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan secara illegal dapat diminimalisir.

Merancang sistem manajemen perikanan terpadu (WT4)Inefisiensi biaya transportasi menyebabkan perolehan laba bersih dari aktivitas penangkapan ikan menjadi kurang optimal, sehingga diperlukan sebuah sistem manajemen perikanan terpadu. Sistem manajemen perikanan terpadu yang dapat menciptakan koordinasi harmonis pada rantai saluran distribusi pemasaran ikan. Dengan adanya sistem manajemen perikanan terpadu, maka akan dapat mengoptimalkan promosi potensi perikanan laut di Maluku Tenggara secara berkesinambungan. Sistem manajemen perikanan terpadu juga akan dapat memberikan informasi batas wilayah dan pelestarian ekosistem dengan jelas, sehingga dapat meminimalisir pencurian ikan dan tetap menjaga ekosistem laut.

3.6. Tahap Pengambilan Keputusan

Tahap selanjutnya dari perumusan strategi adalah tahap pengambilan keputusan dengan menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning matrix). Analisis ini ditujukan untuk menentukan prioritas strategi pengembangan transportasi laut antar pulau dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Analisis QSPM dilakukan dengan caramemberikan nilai kemenarikan relatif (Attractive Score = AS) pada masing-masing faktor internal maupun eksternal. Strategi yang mempunyai total nilai kemenarikan relatif (Total Attractive Score = TAS) yang tertinggi merupakan prioritas strategi.

Dari 14 alternatif strategi yang telah dihasilkan, kemudian lebih disederhanakan dengan hanya memilih 1 alternatif strategi terbaik pada tiap-tiap faktor. Hasil analisis visualnya adalah sebagaimana disajikan pada bagan analisis laba-laba berikut ini:

Gambar 18 Hasil Analisis Diagram Jaring Laba-laba

0

1

2

3

4SO1

SO2

SO3

WO1

WO2

WO3

ST1

ST2

ST3

ST4

WT1

WT2

WT3

WT4

Page 50: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

67

Mengacu pada gambar tersaji di atas, maka dapat diketahui bahwa alternatif strategi yang dipilih untuk dilanjutkan dalam perhitungan TAS adalah pada alternatif strategi SO3, WO1, ST4, dan WT1.Hasil analisis dan perhitungan nilai TAS adalah sebagaimana disajikan berikut ini.

Tabel 28 Analisis QSPM

Faktor Kunci BobotSO3 WO1 ST4 WT1

AS TAS AS TAS AS TAS AS TASA. Peluang- Potensi wisata pantai dan

wisata bahari0.194 3 0.58 2 0.39 4 0.78 1 0.19

- Wilayah perbatasan dan termasuk dalam konsep gugus Pulau Maluku

0.055 2 0.11 4 0.22 3 0.17 1 0.06

- Peningkatan potensi ikan dari JTB

0.093 3 0.28 1 0.09 4 0.37 2 0.19

- Potensi provinsi kepulauan 0.075 2 0.15 1 0.08 4 0.30 3 0.23- Letak strategis 0.083 3 0.25 2 0.17 4 0.33 1 0.08B. Peluang- Iklim/cuaca yang tidak stabil 0.075 2 0.15 1 0.08 3 0.23 4 0.30- Ketidakstabilan ekonomi

makro0.075 4 0.30 2 0.15 3 0.23 1 0.08

- Inefisiensi biaya transportasi 0.100 3 0.30 1 0.10 4 0.40 2 0.20- Pencurian ikan (illegal

fishing)0.100 3 0.30 2 0.20 4 0.40 1 0.10

- Proses penangkapan ikan yang merusak ekosistem laut

0.150 2 0.30 1 0.15 4 0.60 3 0.45

Jumlah AB 1 2.72 1.63 3.81 1.88

C. Kekuatan- Wilayah atau daerah

penangkapan ikan yang luas0.145 2 0.29 3 0.44 4 0.58 1 0.15

- Kuantitas ketersediaan alat dan armada tangkap ikan yang mencukupi

0.075 2 0.15 1 0.08 3 0.23 4 0.30

- Kemampuan produksi ikan tangkap yang baik

0.135 4 0.54 2 0.27 3 0.41 1 0.14

- Memiliki potensi sumber daya ikan melimpah

0.082 4 0.33 1 0.08 3 0.25 2 0.16

- Memiliki pulau-pulau besar dan kecil

0.051 3 0.15 2 0.10 4 0.20 1 0.05

- Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri

0.012 3 0.04 1 0.01 4 0.05 2 0.02

Page 51: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

68

Lanjutan Tabel 28

Faktor Kunci BobotSO3 WO1 ST4 WT1

AS TAS AS TAS AS TAS AS TASD. Kelemahan- Daya saing perekonomian

daerah dan kualitas SDM yang masih rendah

0.112 2 0.22 3 0.34 4 0.45 1 0.11

- Kesenjangan pembangunan antar wilayah

0.091 2 0.18 1 0.09 3 0.27 4 0.36

- Infrastruktur sarana dan prasarana yang belum memadai

0.092 2 0.18 4 0.37 3 0.28 1 0.09

- Belum berkembangnya prasarana, kelembagaan dan sistem manajemen perikanan

0.082 2 0.16 1 0.08 3 0.25 4 0.33

- Promosi potensi perikanan laut yang tidak berkesinambungan dan terbatas

0.081 3 0.24 2 0.16 4 0.32 1 0.08

- Kualitas pelayanan publik yang belum optimal

0.042 2 0.08 4 0.17 3 0.13 1 0.04

Jumlah CD 1 2.56 2.19 3.42 1.83

Jumlah AB + CD 2 5.28 3,82 7,23 3.71

Mengacu pada Tabel 28 tersebut di atas, diketahui bahwa nilai TAS terbesar adalah pada alternatif strategi ST4 yakni pembentukan dan perkuatan koperasi nelayan. Koperasi sempat mengalami masa-masa kritis di mana kepercayaan dari masyarakat sudah mulai hilang secara perlahan. Selain itu, koperasi juga mengalami kesulitan dalam pendanaan operasional kegiatan koperasi akibat unit usahanya yang mulai ‘gulung tikar’. Untuk memberdayakan kembali koperasi, pemerintah daerah perlu berinisiatif untuk mengoptimalkan pengelolaan pelelangan dan pemasaran ikan kepada koperasi sebagai unit usahanya, karena koperasi dianggap merupakan lembaga yang gerakannya berasal dari bawah (masyarakat nelayan) dan dianggap mampu untuk menyelenggarakan pelelangan sebagai bagian dari distribusi pemasaran ikan.

Strategi ini merupakan sebuah strategi kemitraan yang membutuhkan suatu usaha untuk membangun kerjasama, komunikasi yang baik antara pihak mitra perikanan maupun para investor dengan nelayan. Sehingga dalam proses pemasaran ikan tidak mengalami kemacetan dan produktivitas hasil tangkapan dapat ditingkatkan. Dengan demikian diperlukan adanya pembaharuan manajemen pengelolaan koperasi nelayan yang berada di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, karena koperasi nelayan merupakan informasi dasar untuk dapat dilanjutkan kepada mitra pemasaran dan rantai pasokan pemasaran berikutnya.

Page 52: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

69

Strategi pengembangan perkuatan koperasi nelayan ini sangat terintegrasi dengan kebijakan strategi pengembangan Koperasi dan UKM.Koperasi di Maluku Tenggara.Keberadaan Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam lima tahun kedepandiperkirakan akan terus meningkat baik jenis dan volume usaha maupun jumlahkeanggotaannya, termasuk munculnya wirausaha-wirausaha baru. Kecenderungan ini menimbulkan harapan akan munculnya Koperasi dan UKMyang potensial untuk menyerap tenaga kerja. Dengan demikian peningkatan kesejahteraan masyarakat melaluiupaya peningkatan kapasitas sumber daya (Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) sangat diperlukan untuk meningkatkan pendapatan per kapita, mengurangi jumlah masyarakat miskin, serta mengatasi tingkat pengangguran.

Pengembangan dan perkuatan koperasi nelayan akan menjadi pemicu partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara. Partisipasi masyarakat ini setidaknya terdiri dari tiga tujuan yakni: (1) merupakan sumber informasi dan kebijaksanaan dalam meningkatkan efektivitas keputusan perencanaan, (2) merupakan suatu alat untuk mengorganisir persetujuan dan pendukungan untuk tujuan program serta perencanaan, dan (3) suatu cara pembenaran, perlindungan individu dan kelompok. suatu cara pembenaran, perlindungan individu, dan kelompok.Partisipasi masyarakat memiliki nilai dalam pencapaian tujuan akhir, dengan demikian diperlukan harmonisasi strategi agar dapat memberikan hasil yang terbaik. Penggunaan strategi ini dilakukan pada organisasi yang terdiri atas perencana dan masyarakat maupun organisasi, yang seluruhnya merupakan anggota masyarakat.

Partisipasi masyarakat ini dapat dilaksanakan dengan berbagai strategi di mana masing-masingnya memiliki sasaran yang hendak dicapai. Keberhasilan pencapaian sasaran tergantung pada kemampuan perencanaan maupun organisator dari organisasinya. Penggunaan strategi partisipasi masyarakat ini didasarkan pada asumsi, kondisi dan kebutuhan dari masing-masing individu organisator yang tergabung di dalamnya. Setidaknya dengan melakukan pengembangan dan perkuatan koperasi nelayan, maka ada beberapa strategi partisipasi yang ada. Strategi partisipasi tersebut adalah adanya terapi pendidikan dengan meningkatkan kompetensi dan kapasitas masyarakat, perubahan tingkah lakumelalui proses partisipasi di dalam kelompok, pemberdayaan sumber daya manusia, kemitraan, kekuatan masyarakat dan pembelaan dengan penciptaan pemusatan kekuasaan dengan mengerahkan seluruh massa warga masyarakat nelayan di Maluku Tenggara yang terlibat di dalam koperasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber di Kantor Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara, diketahui bahwa pada tahun 2013 pengembangan koperasi dan UKM di Kabupaten Maluku Tenggara, adalah untuk mencapai sasaran sebagai berikut:a) Terwujudnya koperasi yang berkualitas sebanyak 20 unit, usaha kecil dan

mikroyang berstatus mandiri sebanyak 100 unit dan berstatus tangguh sebanyak 100 unit, Kelompok masyarakat (Pokmas) produktif sebanyak 100 unit, serta wirausaha baru sebanyak 1.000 unit;

b) Tercapainya peningkatan kemampuan manajemen usaha dan peningkatankemampuan pengelola koperasi, usaha kecil dan mikro;

Page 53: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68353/BAB III Hasil... · Dumatubun Langgur adalah 27,3 ºC dengan suhu minimum 23,8

70

c) Tersedianya akses permodalan sebagai penunjang usaha koperasi dan UKM.Pembangunan koperasi dan UKM didorong untuk mengembangkan sektor unggulan di daerah sehingga menjadi gerakan ekonomi yang beperan nyata dalam peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Arah kebijakan pembangunan koperasi dan UKM adalah:

- Pembangunan koperasi dan UKM didorong untuk mengembangkan sektor kelautandan perikanan, perdagangan serta pertanian menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata sebagai soko guru pembangunan ekonomi daerah;

- Pembangunan usaha mikro, kecil dan Menengah diarahkan agar menjadi pelakuekonomi yang makin inovatif dan berdaya saing;

- Meningkatkan kompetensi, perkuatan kewirausahaan dan produktivitas;- Meningkatan akses informasi pasar, pemanfaatan teknologi inovasi.

d) Program Pengembangan Koperasi dan UKM sebagai salah satu cara implementasi pengembangan pembangunan wilayah perdesaaan di Kabupaten Maluku Tenggara.Selama lima tahun ke depan (Tahun 2013-2018) setidaknya telah dirancang 4 program yang akan dilaksanakan untuk pengembangan koperasi dan UKM, sebagai upaya pengembangan wilayah perdesaan dengan berlandaskan pada kajian pemasaran ikan yang memiliki potensi melimpah, di wilayah Maluku Tenggara adalah sebagai berikut: Program penciptaan iklim usaha usaha kecil menengah yang kondusif.

Tujuan program ini untuk mewujudkan iklim usaha yang sehat kepada koperasi, usaha kecil dan mikro serta wirausaha baru untuk tumbuh dan berkembangansecara sehat.

Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.Program ini ditujukan untuk mewujudkan koperasi, usaha kecil dan mikro yang tangguh dan berdaya saing untuk menunjang kegiatan perikanan, perindustriandan perdagangan, serta pariwisata. Potensi pemasaran ikan yang besar dapat dioptimalkan melalui program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi.

Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah.Program ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan manajemen usaha danpeningkatan kemampuan pengelola koperasi, usaha kecil dan mikro. Program ini akan menciptakan nilai tambah dari produk perikanan tangkap yang dihasilkan oleh nelayan di Maluku Tenggara.

Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi Usaha Mikro Kecil Menengah. Program ini bertujuan untuk menyediakan modal usaha sebagai penunjang usaha koperasi dan UKM. Dengan tersedianya modal awal padanan, maka aktivitas dan kontinuitas menangkap ikan dapat terlaksana dengan baik.