BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustakarepository.ump.ac.id/7071/3/Basuki Aji_BAB II.pdf · 0,01...
Transcript of BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustakarepository.ump.ac.id/7071/3/Basuki Aji_BAB II.pdf · 0,01...
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Sistem pengaturan temperatur memegang peranan yang sangat penting
dalam kehidupan ini. Sebagai contoh dalam dunia memasak diperlukan
pengaturan temperatur yang tepat untuk membuat roti sehingga hasilnya sesuai
harapan. Oleh karena itu diperlukan suatu alat yang bisa untuk mengatur
temperatur oven. Sensor temperatur LM35 membaca temperatur pada oven
kemudian diubah dalam bentuk tegangan yang menjadi masukan bagi
mikrokontroler untuk mengatur tegangan supply ke oven sehingga heater bekerja
sesuai dengan respon yang diberikan oleh mikrokontroler.
Pengatur temperatur dengan sistem kendali PID telah banyak
diaplikasikan diantaranya oleh Dheka Bakti pada tahun 2011 dalam Tugas
Akhirnya meneliti tentang pengendalian suhu plant secara cascade control dengan
algoritma Proporsional-Integral menghasilkan respon sistem yang stabil1.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Ahmad Shafi Mukhaitir pada tahun
2010. Dalam penelitian ini diaplikasikan kendali PID untuk mengendalikan
electric water heater. Sistem mampu menangani gangguan dengan cepat dan
menghasilkan respon yang stabil. Faishol Fathu Riza juga berhasil
mengaplikasikan algoritma kontrol PI untuk mengendalikan inkubator pada suhu
36oCelcius sampai dengan 38
oCelcius menggunakan tuning PI secara trial and
error2.
Pada tulisan tersebut menjadi acuan dalam konsep pembuatan Tugas
Akhir ini, akan tetapi banyak perbedaan dari segi perancangan sistem, perangkat
1 http://ejournal.undip.ac.id/index.php/transmisi, Aplikasi Kendali PID Menggunakan Skema Gain Scheduling Untuk
Pengendalian Suhu Cairan pada Plant Electric Water Heater, diakses 7 Februari 2015 pukul 03.20 WIB. 2 http://eprints.undip.ac.id/25518/1/ML2F305208.pdf. Perancangan Sistem Pengendali Suhu Dan Memonitoring
Kelembaban Berbasis Atmega8535 Pada Plant Inkubator, diakses 2 Juli 2012 pukul 13.06 WIB.
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
5
keras, perangkat lunak dan teknik pemrograman mikrokontroler. Pengatur
temperatur oven dengan sistem kendali PID pada tugas akhir ini didesain lebih
fleksibel dalam pengaturan parameter temperatur, range pengaturan suhu lebih
lebar yaitu 30oC sampai dengan 140
oC, menggunakan interface LCD dan keypad
dan secara real time data Process Value (PV) alat ini dapat disimpan dalam
komputer sehingga dapat dimonitor performanya serta dapat ditampilkan dalam
bentuk grafik pada komputer.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Sensor Temperatur LM35
Sensor temperatur LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki
fungsi untuk mengubah besaran temperatur menjadi besaran listrik dalam bentuk
tegangan. Sensor temperatur LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa
komponen elektronika elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor.
LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan
dengan sensor temperatur yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi
yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan
dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan3.
Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang
diberikan ke sensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu
daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60
µA hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-
heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah
yaitu kurang dari 0,5 ºC pada temperatur 25 ºC .
Gambar 2.1 Sensor LM35
3 http://unhas.ac.id, Sensor Suhu,diakses 29 Oktober 2013 pukul 12.30 WIB
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
6
Gambar 2.1 menunjukan bentuk dari LM35 tampak depan. 3 pin LM35
menujukan fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber
tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan sebagai tegangan keluaran
atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt dengan
tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan antara 4 Volt sampai 30
Volt. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap derajat celcius sehingga
diperoleh persamaan sebagai berikut :
VLM35 = Temperatur x 10 mV Persamaan 2.1
Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan
temperatur setiap temperatur 1 ºC akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV.
Pada penempatannya LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula
disemen pada permukaan akan tetapi temperaturnya akan sedikit berkurang sekitar
0,01 ºC karena terserap pada temperatur permukaan tersebut. Dengan cara seperti
ini diharapkan selisih antara temperatur udara dan temperatur permukaan dapat
dideteksi oleh sensor LM35 sama dengan temperatur disekitarnya, jika temperatur
udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah dari temperatur
permukaan, maka LM35 berada pada temperatur permukaan dan temperatur udara
disekitarnya4 .
Gambar 2.2 Grafik hubungan temperatur dan tegangan LM35
4 http://shatomedia.com , Sensor Suhu LM35, diakses tanggal 29 Oktober 2013 pukul 13.00 WIB
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
7
Jarak yang jauh diperlukan penghubung yang tidak terpengaruh oleh
interferensi dari luar, dengan demikian digunakan kabel selubung yang ditanahkan
sehingga dapat bertindak sebagai suatu antenna penerima dan simpangan di
dalamnya, juga dapat bertindak sebagai perata arus yang mengkoreksi pada kasus
yang sedemikian, dengan mengunakan metode bypass kapasitor dari Vin untuk
ditanahkan. Berikut ini adalah karakteristik dari sensor LM35 :
1. Memiliki sensitivitas temperatur, dengan faktor skala linier antara tegangan
dan temperatur 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam
celcius.
2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada temperatur 25 ºC.
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi temperatur antara -55 ºC sampai +150
ºC.
4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.
6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1
ºC pada udara diam.
7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.
2.2.2 PID Digital
Secara garis besar, sistem kendali digital dapat digambarkan seperti pada
Gambar 2.3 kompensator atau pengendali ini mengolah masukan yang sudah
dalam bentuk diskrit/digital. Sistem kendali digital juga dapat diterapkan seperti
pada Gambar 2.4. kontroler diaplikasikan dalam bentuk perangkat lunak yang
dijalankan oleh sistem komputer atau mikrokontroler, sedangkan data sampling
terjadi dalam blok analog to digital converter (disini sinyal keluaran sensor yang
disampling, berbeda dengan pada Gambar 2.3, penyamplingan data dilakukan
terhadap sinyal error).
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
8
Gambar 2.3 Diagram blok sistem kendali digital versi 1
Gambar 2.4 Diagram blok sistem kendali digital versi 2
Waktu pencuplikan sebesar T detik berarti bahwa data diambil oleh
sistem komputer dari keluaran A/D konverter setiap T detik. Dengan demikian
A/D konverter harus mengubah data analog ke data digital dalam waktu kurang
dari T detik5. Agar data yang diambil oleh sistem komputer (hasil sampling) valid,
maka A/D konverter harus diberi tahu kapan harus melakukan konversi, sehingga
setelah selang waktu T detik, data sudah siap untuk diambil oleh sistem komputer.
Sinyal referensi (biasanya dalam bentuk digital) dan sinyal hasil
sampling keluaran sensor dibandingkan sehingga akan didapatkan sinyal selisih
(error), sinyal error inilah menjadi masukan bagi kontroler. Selanjutnya kontroler
akan mengolah sinyal error menjadi sinyal kendali digital yang akan diubah
menjadi sinyal kendali analog oleh D/A konverter. Sinyal keluaran D/A konverter
5 Arif Johar Taufiq. Teknik Kontrol Digital (diktat ajar), Purwokerto: Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, 2004.
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
9
ini nantinya akan digunakan untuk mengendalikan plant. Tanggapan dari plant
diukur oleh sensor, keluaran sensor akan diubah lagi menjadi sinyal digital oleh
A/D konverter dan selanjutnya proses akan berulang terus menerus.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa bagian kontroler ini dapat
berupa program atau hardware digital. Sehingga nantinya dapat dipilih dari jenis
kendali yang akan diterapkan. Jika dalam kendali analog/konvensional ada
kendali PID maka versi digitalnya juga dapat dibuat.
Secara analisa matematis rumusan fungsi alih sistem dalam bentuk
laplace diubah ke model diskrit lewat pencuplikan, kemudian diubah ke bentuk z
dengan transformasi z6. Juga secara matematis proses proporsional, integral dan
diferensial dapat diimplementasikan dengan pendekatan numeris.
Proporsional Integral Derivative (PID)
Di dalam suatu sistem kontrol dikenal adanya beberapa macam aksi
kontrol, diantaranya yaitu aksi kontrol proporsional, aksi kontrol integral dan aksi
kontrol derivative. Masing-masing aksi kontrol ini mempunyai keunggulan-
keunggulan tertentu, dimana aksi kontrol proporsional mempunyai keunggulan
rise time yang cepat, aksi kontrol integral mempunyai keunggulan untuk
memperkecil error, dan aksi kontrol derivative mempunyai keunggulan untuk
memperkecil error atau meredam overshot/undershot. Untuk itu agar dapat
menghasilkan output dengan risetime yang cepat dan error yang kecil dapat
menggabungkan ketiga aksi kontrol ini menjadi aksi kontrol PID. Parameter
pengontrol proporsional integral derivative (PID) selalu didasari atas tinjauan
terhadap karakteristik yang diatur (plant). Dengan demikian bagaimanapun
rumitnya suatu plant, prilaku plant tersebut harus diketahui terlabih dahulu
sebelum pencarian parameter PID itu dilakukan.
6 Katsuhiko Ogata. Modern Control Engineering Third Edition, University of Minnesota: Prentice Hall,
1997.
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
10
Pengontrol Proporsional
Pengontrol proposional memiliki keluaran yang sebanding atau
proposional dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang
diinginkan dengan harga aktualnya). Secara lebih sederhana dapat dikatakan
bahwa keluaran pengontrol proporsional merupakan perkalian antara konstanta
proposional dengan masukannya. Perubahan pada sinyal masukan akan segera
menyebabkan sistem secara langsung mengeluarkan output sinyal sebesar
konstanta pengalinya.
Gambar 2.5 menunjukkan diagram blok yang menggambarkan hubungan
antara besaran setting, besaran aktual dengan besaran keluaran pengontrol
proporsional. Sinyal kesalahan (error) merupakan selisih antara besaran setting
dengan besaran aktualnya. Selisih ini akan mempengaruhi pengontrol, untuk
mengeluarkan sinyal positif (penambahan sinyal kontrol untuk mempercepat
pencapaian harga setting) atau mengeluarkan sinyal negatif (pengurangan sinyal
kontrol untuk mempercepat pencapaian harga setting).
Gambar 2.5 Diagram blok kontroler proporsional
Pengontrol proposional memiliki 2 parameter, pita proposional
(propotional band) dan konstanta proporsional. Daerah kerja kontroler efektif
dicerminkan oleh pita proporsional sedangkan konstanta proporsional
menunjukan nilai faktor penguatan sinyal terhadap sinyal kesalahan Kp.
Hubungan antara pita proporsional (PB) dengan konstanta proporsional
(Kp) ditunjukkan secara persentasi oleh persamaan berikut:
Persamaan 2.2
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
11
PB = Proportional Band
Kp = Konstanta Proporsional
Gambar 2.6 menunjukkan grafik hubungan antara PB, keluaran
pengontrol dan kesalahan yang merupakan masukan pengontrol. Ketika konstanta
proporsional bertambah semakin tinggi, pita proporsional menunjukkan
penurunan yang semakin kecil, sehingga lingkup kerja yang dikuatkan akan
semakin sempit.
Gambar 2.6 Proporsional band dari pengontrol proporsional tergantung pada
penguatan
Ciri-ciri pengontrol proposional harus diperhatikan ketika pengontrol
tersebut diterapkan pada suatu sistem. Secara eksperimen, pengguna pengontrol
proporsional harus memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini :
1. Jika nilai Kp kecil, pengontrol proposional hanya mampu melakukan koreksi
kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sisitem yang lambat.
2. Jika nilai Kp tepat/sesuai, respon sistem menunjukan semakin cepat mencapai
setpoint dan keadaan stabil.
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
12
3. Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan,
akan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil, atau respon sistem akan
berisolasi
Pengontrol Integral
Pengontrol integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki
kesalahan keadaan stabil nol. Jika sebuah plant tidak memiliki unsur integrator
(1/s), pengontrol proposional tidak akan mampu menjamin keluaran sistem
dengan kesalahan keadaan stabilnya nol. Pengontrol integral dapat memperbaiki
respon sistem, yaitu mempunyai kesalahan keadaan stabilnya nol. Pengontrol
integral memiliki karakteristik seperti halnya sebuah integral. Keluaran sangat
dipengaruhi oleh perubahan yang sebanding dengan nilai sinyal kesalahan.
Keluaran pengontrol ini merupakan penjumlahan yang terus menerus dari
perubahan masukannya. Jika sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan,
keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan masukan.
Sinyal keluaran pengontrol integral merupakan luas bidang yang dibentuk oleh
kurva kesalahan penggerak. Sinyal keluaran akan berharga sama dengan harga
sebelumnya ketika sinyal kesalahan berharga nol. Gambar 2.7 menunjukkan
contoh sinyal kesalahan yang dimasukan ke dalam pengontrol integral dan
keluaran pengontrol integral terhadap perubahan sinyal kesalahan tersebut.
Gambar 2.7 Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t pada pembangkit kesalahan nol
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
13
Gambar 2.8 Diagram blok hubungan antara besaran kesalahan dengan pengontrol
Integral
Gambar 2.8 menunjukkan diagram blok antara besaran kesalahan dengan
keluaran suatu pengontrol integral. Pengaruh perubahan konstanta integral terhadap
keluaran integral ditunjukkan oleh Gambar 2.9. Ketika sinyal kesalahan berlipat
ganda, maka nilai laju perubahan keluaran pengontrol berubah menjadi dua kali dari
nilai semula. Jika nilai konstanta integrator berubah menjadi lebih besar, sinyal
kesalahan yang relatif kecil dapat mengakibatkan laju keluaran menjadi besar.
Gambar 2.9 Perubahan keluaran sebagai akibat penguatan dan kesalahan
Ketika digunakan, pengontrol integral mempunyai beberapa karakteristik berikut
ini:
1. Keluaran pengontrol membutuhkan selang waktu tertentu, sehingga pengontrol
integral cenderung memperlambat respon.
2. Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran pengontrol akan bertahan pada
nilai sebelumnya.
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
14
3. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukkan kenaikan
atau penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki.
4. Konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya offset.
Tetapi semakin besar nilai konstanta Ki akan mengakibatkan peningkatan
osilasi dari sinyal keluaran pengontrol.
Pengontrol Derivative
Keluaran pengontrol derivative memiliki sifat seperti halnya suatu
operasi differensial. Perubahan yang mendadak pada masukan pengontrol, akan
mengakibatkan perubahan sinyal kontrol yang besar dan cepat. Gambar 2.10
menunjukan diagram blok yang menggambarkan hubungan antara sinyal
kesalahan dengan keluaran pengontrol.
Gambar 2.10 Diagram blok pengontrol derivative
Gambar 2.11 menyatakan hubungan antara sinyal masukan dengan sinyal
keluaran pengontrol derivative. Ketika sinyal masukan tidak mengalami
perubahan maka sinyal keluaran pengontrol berharga nol, sedangkan apabila
sinyal masukan berubah mendadak dan naik (berbentuk fungsi step), keluaran
menghasilkan sinyal berbentuk impuls. Jika sinyal masukan berubah naik secara
perlahan (fungsi ramp), keluarannya justru merupakan fungsi step yang besar
magnitude-nya sangat dipengaruhi oleh kecepatan naik dari fungsi ramp dan
faktor konstanta diferensialnya.
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
15
Gambar 2.11 Kurva waktu hubungan input-output pengontrol derivative
Karakteristik pengontrol derivative adalah sebagai berikut :
1. Pengontrol ini tidak dapat menghasilkan keluaran bila tidak ada perubahan
pada masukannya (berupa sinyal kesalahan).
2. Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan
pengontrol tergantung pada nilai Td dan laju perubahan sinyal kesalahan.
3. Pengontrol derivative mempunyai suatu karakter untuk mendahului, sehingga
pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum
pembangkit kesalahan menjadi sangat besar. Jadi pengontrol derivative dapat
mengantisipasi pembangkit kesalahan, memberikan aksi yang bersifat korektif,
dan cenderung meningkatkan stabilitas sistem.
Berdasarkan karakteristik pengontrol tersebut, pengontrol derivative
umumnya dipakai untuk mempercepat respon awal suatu sistem, tetapi tidak
memperkecil kesalahan pada keadaan stabilnya. Kerja pengontrol derivative
hanya efektif pada lingkup yang sempit, yaitu pada periode peralihan. Oleh sebab
itu pengontrol derivative tidak pernah digunakan tanpa ada pengontrol lain sebuah
sistem.
Pengontrol PID
Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pengontrol P, I dan
D dapat saling menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
16
menjadi pengontrol proposional plus integral plus derivative (pengontrol PID)7
seperti pada Gambar 2.12. Elemen-elemen pengontrol P, I dan D masing-masing
secara keseluruhan bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah sistem,
menghilangkan offset dan menghasilkan perubahan awal yang besar.
Gambar 2.12 Diagram blok kontroler PID analog
Keluaran pengontrol PID merupakan penjumlahan dari keluaran
pengontrol proporsional, keluaran pengontrol integral dan keluaran pengontrol
derivative. Gambar 2.13 menunjukkan hubungan tersebut.
Gambar 2.13 Hubungan dalam fungsi waktu antara sinyal keluaran dengan
masukan untuk pengontrol PID
7 Chi-Tsong Chen. Analog and Digital Control System Design, Transfer-function, State-space, and
Algebraic Methods, New York: Saunders College, halaman 563.
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
17
Karakteristik pengontrol PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar
dari ketiga parameter P, I dan D. Pengaturan konstanta Kp, Ti, dan Td akan
mengakibatkan penonjolan sifat dari masing-masing elemen. Satu atau dua dari
ketiga konstanta tersebut dapat diatur lebih menonjol dibanding yang lain.
Konstanta yang menonjol itulah yang akan memberikan kontribusi pengaruh pada
respon sistem secara keseluruhan.
2.2.3 Zero Crossing Detector
Zero crossing detector adalah rangkaian yang digunakan untuk
mendeteksi apakah tegangan fasa berada pada posisi positif atau negatif dilihat
dari acuan netral dan berfungsi untuk memulai melakukan pemicuan dan berapa
besar sudut picu yang akan disulutkan pada thyristor8. Prinsip kerja zero detector
adalah dengan membandingkan tengangan AC dengan tegangan referensi nol volt.
Apabila tegangannya lebih besar dari nol volt maka output zero detector akan
high dan apabila lebih kecil dari nol volt maka outputnya akan low. Perubahan
dari low ke high (PGT) dan dari high ke low (NGT) inilah saat terjadi zero.
Gambar 2.14 Rangkaian zero crossing detector
8 http://san-jyuu.blogspot.com, Sistem Interface Input Output antara Sistem Digital dan Sistem
Analog, diakses tanggal 01 November 2013 pukul 10.50 WIB
TR2
TRAN-2P3S
D3
1N4001
D4
1N4001
R12.2K
R22.2K
Q12N2222
1 2
U2:A
74LS14
VCC = 5 VOLT
Output
6 VAC
6 VAC
220 VAC
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
18
Gambar 2.14 merupakan rangkaian zero crossing detector yang
menggunakan sistem yang terisolasi dengan menggunakan transformer step down.
Teknik ini paling aman digunakan namun biaya pembuatannya relatif lebih mahal
karena masih menggunakan transformer. Dengan adanya rangkaian sistem
interface antara tegangan tinggi dan tegangan rendah maka diharapkan tidak
terjadi rusaknya port mikrokontroler atau PC karena mendapat imbas tegangan
tinggi dari aplikasi seperti motor AC.
2.2.4 Optocoupler
MOC3021 adalah driver Triac yang didalamnya menggunakan isolasi
optis (optocoupler). Driver ini menjembatani sinyal trigger yang berasal dari
kontroler yang umumnya memiliki level tegangan dan arus kecil dengan bagian
beban yang memiliki tegangan dan arus yang relatif tinggi. Skema dalam
MOC3021 ini terlihat di Gambar 2.15.
Gambar 2.15 Bentuk fisik dan konfigurasi pin MOC3021
Gambar 2.16 Skema MOC3021
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
19
Komponen ini memiliki 6 kaki dengan 2 kaki yang tidak digunakan. Kaki
anoda (1) dihubungkan ke Vcc, kaki katoda (2) dihubungkan dengan pulsa trigger
yang active low. Fungsi trigger dengan active low ini adalah untuk menghindari
kontroler melakukan sourcing(mengeluarkan arus) sehingga tidak membebani
kontroler yang umumnya hanya mampu mengeluarkan arus yang sangat kecil.
Kaki 4 dan 6 dihubungkan dengan beban. Kaki 3 dan 5 tidak digunakan.
Pada saat ada pulsa low di kaki 2 maka dioda dalam MOC3021 akan
memancarkan cahaya sehingga arus dari beban dapat mengalir dari kaki 6 melalui
driver dan keluar melalui kaki 4 yang akan mentriger kaki gate Triac yang
bersangkutan. Pada saat itulah Triac dalam keadaan ON sehingga dapat
mengalirkan daya sesuai dengan waktu firing-nya.
2.2.5 Triac
Triac, atau Triode for Alternating Current (Trioda untuk arus bolak-
balik) adalah sebuah komponen elektronik yang ekivalen dengan dua SCR yang
disambungkan antiparalel dan kaki gerbangnya disambungkan bersama. Nama
resmi untuk Triac adalah Bidirectional Triode Thyristor. Ini menunjukkan sakelar
dua arah yang dapat mengalirkan arus listrik ke kedua arah ketika dipicu
(dihidupkan). Triac dapat dinyalakan baik dengan tegangan positif ataupun negatif
pada elektrode gerbang. Triac tersusun dari lima buah lapis semikonduktor yang
banyak digunakan pada pensaklaran elektronik. Berbeda dengan SCR yang hanya
melewatkan tegangan dengan polaritas positif saja, Triac banyak digunakan pada
rangkaian pengendali dan pensaklaran.
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
20
Gambar 2.17 Konfigurasi pin Triac
Jika terminal MT1 dan MT2 diberi tegangan jala-jala PLN dan gate
dalam kondisi mengambang maka tidak ada arus yang dilewatkan oleh Triac
(kondisi idlle) sampai pada tegangan „break over‟ Triac tercapai. Kondisi ini
dinamakan kondisi off Triac. Apabila gate diberi arus positif atau negatif maka
tegangan „break over‟ ini akan turun.Semakin besar nilai arus yang masuk ke gate
maka semakin rendah pula tegangan „break over‟nya. Kondisi ini dinamakan
sebagai kondisi on Triac. Apabila Triac sudah „on‟ maka Triac akan dalam
kondisi on selama tegangan pada MT1 dan MT2 di atas nol volt. Apabila
tegangan pada MT1 dan MT2 sudah mencapai nol volt maka kondisi kerja Triac
akan berubah dari on ke off. Apabila Triac sudah menjadi off kembali, Triac akan
selamanya off sampai ada arus trigger ke gate dan tegangan MT1 dan MT2
melebihi tegangan „break over‟nya.
Triac akan aktif ketika polaritas pada anoda lebih positif daripada
katodanya. Dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga sebaliknya. Setelah
terkonduksi, sebuah Triac akan tetap bekerja selama arus yang mengalir pada
Triac (IT) lebih besar dari arus penahan (IH) walaupun arus gate dihilangkan.
Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) Triac adalah dengan
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
21
mengurangi arus IT di bawah arus IH9. Triac bekerja mirip seperti SCR yang
paralel bolak-balik, sehingga dapat melewatkan arus dua arah. Kurva karakteristik
dari Triac dapat dilihat pada Gambar 2.18.
Gambar 2.18 Kurva karakteristik Triac
2.2.6 Mikrokontroler AVR(ATMega 32)
Atmel AVR Atmega32 adalah mikrokontroler CMOS 8 bit yang
memiliki arsitektur RISC(Reduced Instruction Set Computers) dengan
kemampuan memproses instruksi dalam satu clock cycle. Sistem Atmega32
didesain untuk mengoptimalkan kebutuhan daya terhadap kecepatan proses
dengan kemampuan kurang lebih 1 MIPS per MHZ.
Prosesor AVR mengkombinasikan sebuah Instruksi yang kompleks
dengan general purpose working register. Semua 32 register tersebut secara
langsung dihubungkan ke Arithmetic Logic Unit (ALU), memungkinkan 2 register
independen diproses menjadi satu instruksi pemprosesan dalam satu clock cycle.
Hasil arsitektur tersebut adalah efisiensi banyak kode dan lebih cepat dari pada
mikrokontroler CISC (Complex Instruction Set Computers) konvensional.
9 http://elektronika-dasar.web.id, “Definisi dan Prinsip Kerja TRIAC”, diakses tanggal 01
Nopember 2013 pukul 11.30 WIB
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
22
Atmega32 menyediakan berbagai fitur : 32 Kbytes In-System
Programmable Flash program memori dengan kemampuan Read-While-Write,
1024 bytes EEPROM, 2 Kbytes SRAM, 32 general purpose I/O lines, 32 general
purpose working registers, sebuah JTAG interface untuk boundary-scan, On-chip
Debugging support and progamming, 3 fleksibel Timer/Counters dengan compare
mode, Internal dan External Interrupts, sebuah serial programmable USART,
sebuah byte yang berorientasi pada Two-Wire Serial Interface, 8-channel 10-bit
ADC dengan pilihan perbedaan input stage dengan programmable gain (TQFP
package only), sebuah programmable Watchdog Timer dengan internal oscillator,
SPI serial port, dan 6 software selectable power saving modes10
.
Atmega32 dibuat menggunakan teknologi Atmel’s high density
nonvolatile memory. Pada chip ISP Flash memungkinkan program memori
tersebut untuk diprogram ulang di dalam sistem melalui sebuah SPI serial
interface, dengan sebuah nonvolatile memori programmer konvensional, atau
dengan sebuah On-chip Boot program running pada prosesor AVR tersebut. Boot
program tersebut dapat menggunakan banyak interface untuk men-download
aplikasi program ke dalam aplikasi flash memori. Perangkat lunak di dalam Boot
Flash akan bekerja secara terus-menerus saat aplikasi flash di perbarui,
menyediakan operasi Read-While-Write. Dengan mengkombinasikan sebuah 8-bit
RISC CPU dengan In-System Self-Programmable Flash pada sebuah monolithic
chip, Atmega32 menjadi sangat fleksibel untuk banyak aplikasi embedded
kontrol11
.
Dalam meningkatkan performa dan sistem paralel, AVR menggunakan
Havard arsitektur dengan memisahkan memori, jalur untuk program dan data,
dapat dilihat pada Gambar 2.19 dan Gambar 2.20.
10 www.atmel.com, Data Sheet Book ATMega32, didownload 15 Maret 2012 pukul 13.14 WIB. 11 http://www.atmel.com, Data Sheet Book ATMega32, didownload 15 Maret 2012 pukul 13.14 WIB.
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
23
Gambar 2.19 Diagram blok arsitektur MCU AVR
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
24
Gambar 2.20 Diagram blok Atmega32
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
25
2.2.7 Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem digunakan untuk menentukan model dari suatu sistem
yang disusun berdasarkan kurva reaksi yang diperoleh dari uji tanggapan sistem
terbuka(open loop) dengan fungsi step. Dengan model ciancone, hasil identifikasi
sistem kemudian didapatkan model matematis dengan pendekatan sistem orde
satu ditambah delay sistem yang ditunjukkan pada Gambar 2.2112
.
Gambar 2.21 Pemodelan dengan ciancone
Langkah – langkah untuk menentukan pemodelan matematis sistem adalah
sebagai berikut:
a. Melakukan pendekatan orde 1 terhadap data empiris dengan menghitung
penguatan proporsional (Kp) yang merupakan nilai keluaran (PV) pada saat
mapan dibagi nilai masukan( ).
Persamaan 2.3
b. Menentukan konstanta waktu(τ) dengan mencari waktu yang diperlukan
untuk mencapai 28% dari keadaan mapan (t28%) dan waktu yang diperlukan
untuk mencapai 63% keadaan mapan (t63%) dengan persamaan:
Persamaan 2.4
12
Sugeng Rianto. Perancangan Sistem kendali Autoclave (Tesis), Depok: Universitas Indonesia, 2011.
Halaman 22.
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
26
c. Mencari waktu tunda(θ) dengan persamaan:
Persamaan 2.5
d. Membuat model orde 1 dengan persamaan:
Persamaan 2.6
2.2.8 Heater Listrik
Electrical heating element merupakan elemen pemanas listrik yang
banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam rumah tangga ataupun
peralatan mesin industri. Elemen pemanas terbuat dari logam dengan nilai
resistansi yang tinggi. Biasanya terbuat dari paduan nikel-chrome yang disebut
nichrome. Jika arus mengalir melalui elemen dengan resistansi tinggi, maka aliran
yang bekerja pada elemen ini akan menghasilkan panas. Jika arus listrik diputus,
elemen secara perlahan menjadi dingin. Bentuk dan tipe dari electrical heating
elements ini bermacam-macam disesuaikan dengan fungsi, tempat pemasangan
dan media yang akan dipanaskan13
.
Panas yang dihasilkan oleh elemen pemanas listrik ini bersumber dari
kawat ataupun pita bertahanan listrik tinggi ( Resistance Wire) yang dialiri arus
listrik pada kedua ujungnya dan dilapisi oleh isolator listrik yang mampu
meneruskan panas dengan baik hingga aman jika digunakan.
Gambar 2.22 Heater listrik
13
http://myschoolsmkn3tpi.blogspot.com, “Elemen Pemanas”, diakses tanggal 13 Februari 2015
pukul 18.40 WIB
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015
27
Hubungan Kalor Dan Energi Listrik
Listrik merupakan salah satu bentuk energi. Sesuai dengan hukum
kekekalan energi maka energi listrik dapat diubah kebentuk lain. Salah alat yang
bisa mengubah bentuk energi listrik menjadi energi kalor adalah element heater.
Alat ini bisa diterapkan pada oven, setrika listrik maupun kompor listrik.
Besarnya energi listrik yang diserap sama dengan energi kalor yang dihasilkan.
Energi Listrik :
W = P . t Persamaan 2.7
Energi Kalor
Q = m.c (t2 – t1) Persamaan 2.8
Menurut Hukum Kekekalan Energi dapat dirumuskan :
W = Q Persamaan 2.9
P.t = m.c (t2 – t1) Persamaan 2.10
Keterangan :
W = energi listrik (Joule)
P = daya listrik (Watt)
Q = energi kalor (Joule)
t = waktu yang dibutuhkan (sekon)
m = massa (kg)
c = kalor jenis (J/ kg C)
t1 = suhu mula – mula (C)
t2 = suhu akhir (C)
Pengatur Suhu Oven..., Basuki Aji, Fakultas Teknik UMP, 2015