BAB III HAKEKAT SAKARATUL MAUT -...

44
24 BAB III HAKEKAT SAKARATUL MAUT Dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa sakaratul maut datang pada setiap manusia dengan sebenar-benarnya. Tidak ada satupun manusia yang dapat menghindarinya. Orang-orang kafir ketika berada dalam sakaratul maut, maka para malaikat mencabutnya dengan azab, belenggu dan kemurkaan yang dahsyat. Hal ini sebagai ganjaran yang telah dilakukan orang-orang kafir yang telah mendustakan Allah dan tinggi hati sehingga tidak mau mengikuti ayat-ayat Allah dan mematuhi rasul-rasul-Nya. Demikian juga sebaliknya orang-orang mukmin ketika berada dalam sakaratul maut, maka para malaikat mencabutnya dengan lemah lembut. Hal ini sebagai ganjaran yang telah dilakukannya. Karena mereka telah mengikuti ayat-ayat Allah dan mematuhi rasul-rasul-Nya. Ayat-ayat Al-Qur'an tentang sakaratul maut menjelaskan bahwa semua manusia akan menemui kematian dan akan merasakan betapa sakitnya mati. Pada saat itu mereka menemukan akibat perbuatannya dengan segala konsekwensinya. Mereka akan menerima pahala apabila perbuatannya bernilai ibadah dan akan mendapat siksa apabila perbuatannya bernilai mafsadah. Oleh karenanya sakaratul maut ini merupakan peristiwa yang mampu mendatangkan keyakinan mereka tentang apa yang diragukannya. 1 A. Penafsiran Ayat Al-Qur'an dan penjelasan hadis tentang sakaratul maut Agar pembahasan lebih komprehensif penulis perlu melakukan usaha penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang sakaratul maut. Adapun ayat-ayat tersebut ada yang menjelaskan secara langsung dan ada juga yang menjelaskan secara tidak langsung. 1 Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqi, Tafsir Al-Qur'anul Majid An-Nur, PT. Pustaka Riski Putra, Semarang , 1995, Jilid V, hlm. 3810 -3811

Transcript of BAB III HAKEKAT SAKARATUL MAUT -...

24

BAB III

HAKEKAT SAKARATUL MAUT

Dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa sakaratul maut datang pada setiap

manusia dengan sebenar-benarnya. Tidak ada satupun manusia yang dapat

menghindarinya.

Orang-orang kafir ketika berada dalam sakaratul maut, maka para malaikat

mencabutnya dengan azab, belenggu dan kemurkaan yang dahsyat. Hal ini

sebagai ganjaran yang telah dilakukan orang-orang kafir yang telah mendustakan

Allah dan tinggi hati sehingga tidak mau mengikuti ayat-ayat Allah dan mematuhi

rasul-rasul-Nya.

Demikian juga sebaliknya orang-orang mukmin ketika berada dalam

sakaratul maut, maka para malaikat mencabutnya dengan lemah lembut. Hal

ini sebagai ganjaran yang telah dilakukannya. Karena mereka telah mengikuti

ayat-ayat Allah dan mematuhi rasul-rasul-Nya.

Ayat-ayat Al-Qur'an tentang sakaratul maut menjelaskan bahwa semua

manusia akan menemui kematian dan akan merasakan betapa sakitnya mati.

Pada saat itu mereka menemukan akibat perbuatannya dengan segala

konsekwensinya. Mereka akan menerima pahala apabila perbuatannya bernilai

ibadah dan akan mendapat siksa apabila perbuatannya bernilai mafsadah. Oleh

karenanya sakaratul maut ini merupakan peristiwa yang mampu mendatangkan

keyakinan mereka tentang apa yang diragukannya.1

A. Penafsiran Ayat Al-Qur'an dan penjelasan hadis tentang sakaratul maut

Agar pembahasan lebih komprehensif penulis perlu melakukan usaha

penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang sakaratul maut. Adapun

ayat-ayat tersebut ada yang menjelaskan secara langsung dan ada juga yang

menjelaskan secara tidak langsung.

1Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqi, Tafsir Al-Qur'anul Majid An-Nur, PT. Pustaka

Riski Putra, Semarang , 1995, Jilid V, hlm. 3810 -3811

25

a. Tasfir ayat Al-Qur'an.

Sebelum penulis menjelaskan tentang penafsiran ayat-ayat ini,

penulis akan memberikan gambaran umum tentang masing-masing surat.

1. Ayat yang secara langsung menjelaskan sakaratul maut

Gambaran umum surat Qof

Tema utama surat ini adalah uraian tentang dakwah

Islamiah yang berbicara tentang peringatan menyangkut hari

kebangkitan serta penolakan kaum musyrikin terhadap keniscayaan

karena mereka menduga bahwa kematian memusnahkan

kepribadian seseorang dan mengalihkannya menjadi tanah.

Ibnu Asyur mengemukakan banyak hal atau persoalan yang

diuraikan ayat ini. Persoalan-persoalan tersebut antara lain

menyangkut keutamaan Al-Qur'an dan penolakan kaum musyrikin

terhadapnya, pembuktian tentang kebenaran kiamat, serta

penenangan hati Nabi dan pujian terhadap kaum beriman dan

kemahaluasan ilmu Allah SWT.

Tujuan utama surat ini menurut al-Biqa'i adalah

pembenaran terhadap risalah Nabi Muhammad SAW. Risalahnya

tersebut diantaranya berbicara tentang keniscayaan kebangkitan.

Lebih lanjut masih menurut al-Biqa'I, tujuannya adalah

membuktikan betapa luas kuasa Allah yang merupakan kesimpulan

dari apa yang dikemukakan dari akhir surat yang lalu (al-Hujurat)

tentang keluasan ilmu-Nya. Ini mengantar kepada penjelasan

tentang adanya kebangkitan manusia setelah kematiannya pada

hari kebangkitan nanti, dimana Dia Yang Maha Kuasa itu akan

memberi putusan kepada hamba-hamba-Nya dengan adil. Itulah

rahasia kekuasaan sekaligus rahasia wujud ini.

Bahkan Sayyid Quthub menilai bahwa surat ini adalah satu

surat yang sangat menakutkan dan sangat keras kesannya melalui

hakekat-hakekat yang ditampilkannya, redaksinya, gambaran, serta

bunyi yang dimunculkan oleh akhir-akhir ayatnya. Dia menguasai

26

jiwa manusia, mengejarnya pada gerak dan bisikan hatinya, pada

rahasia dan hidup nyatanya, pada lahir dan batinnya serta

mengejarnya dengan pengawasan Allah. Pengawasan itu tidak

mengabaikan sesaat pun, sejak kelahiran hingga kematiannya

sampai pada kebangkitan, kemudian penggiringan kepada mahsyar

dan perhitungan Ilahi. Semua itu dalam bentuk pengawasan yang

sangat ketat sempurna dan menyeluruh terhadap makhluk manusia

yang lemah ini. Setiap nafas dihitung, setiap bisikan hati diketahui,

setiap kata yang diucapkan dicatat, setiap gerak diperhitungkan

tidak ada suatu persoalan kecil atau besar yang diabaikan.

Adapun ayat 19 masuk dalam surat Qof karena ada

kaitannya dengan masalah kematian yang mana setiap kematian

ada sakaratul maut.

Ayat 19 surat Qof

حيدت همن ا كنتم ذلك قت بالحوة المكرس اءتجو

Terjemahan

"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah

yang kamu selalu lari daripadanya".2

Tafsir Mufrodat

( untuk (سكرة) adalah yaitu meminjam kata ( وجاءت سكرة الموت

mengungkapkan dahsyatnya kematian.3 (الحق artinya dengan (ب

sebenarnya.4 ( ك د ) artinya mati.5 (ذل artinya menyimpang dan (تحي

berpaling.6

2Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara

Penerjemah Al-Qur'an, Toha Putra, Semarang, 1998, hlm. 853 3Dr. Wahbah Az-Zahili, Tafsir Al-Munir fil Aqidah was Syari'ah wal Manhaj, Darul Fikr,

Beirut, t.th., Juz XXV, hlm. 292 4Mustafa Al-Maraghi, Taffsir Al-Maraghi, Darul Fikr, Beirut 1993, Juz. XXVI, hlm. 256 5Dr. Wahbah Az-Zahili, loc. cit., hlm 292 6Mustafa Al-Maraghi, loc. cit., hlm. 256

27

Terjemah Tafsiriyah

Bila telah datang sakaratul maut, terbukalah kenyataan

yang sebenarnya hari kebangkitan itu, sakaratul maut benar-benar

membuka tabir, yang selalu mereka hindari. Sekarang bagi mereka

tidak ada tempat berlindung atau pelarian lagi.7

Penjelasan

Ayat ini berbicara tentang adanya sakaratul maut. Ahmad

Musthafa Al-Maraghi menyatakan, bahwa setelah Allah SWT

menceritakan anggapan orang-orang kafir yang menolak adanya

Yaumul Ba'ats, maka Allah memberitahukan kepada mereka

bahwa mereka akan mendapatkan kebenaran tersebut ketika maut

datang. Firman-Nya: (وجاءت سكرة الموت بالحق )

Dan penderitaan ketika mati itu, akan menyingkap

keyakinan yang telah didustakan, dan bahwa kebangkitan adalah

hal yang tidak perlu diragukan.

)ذالك ما آنت منه تحيد (

Kebenaran yang kamu hindari itu benar-benar telah datang

kepadamu, maka tidak ada tempat berlari dan tidak ada tempat

berpaling, tidak ada tempat menghindar dan tidak ada tempat untuk

menyelamatkan diri.

Dalam sebuah hadits sahih dinyatakan bahwa Nabi SAW,

ketika telah diliputi oleh maut, maka beliau mengusap keringat dari

wajahnya seraya bersabda: ( بحان اهللا كرات , س وت لس إن للم )

"Subhanallah, sesungguhnya maut itu ada penderitaan-

penderitaannya''. Dan sangkakala ditiupkan dengan tiupan

kebangkitan, dan saat yang sangat mengerikan adalah hari yang

diancamkan oleh Allah terhadap orang-orang kafir. Dan pada hari

itu Dia akan mengazab mereka.8

7Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya, PT. Citra Effhar, Semarang, 1993,

Jilid. IX, hlm. 464 8Musthafa Al-Maraghi., op.cit., hlm. 269-270

28

2. Ayat yang tidak secara langsung menjelaskan tentang sakaratul maut.

Gambaran umum surat Al-An'am

Tidak ada surat panjang yang turun sekaligus kecuali surat

al-An'am ini. Hal ini untuk menanggapi sebagian kaum musyrik

yang menghendaki Al-Qur'an turun sekaligus. Ini untuk

membuktikan bahwa Allah mampu menurunkannya sekaligus

tanpa berbeda mutu. Tetapi Dia tidak menurunkan demikian,

karena kemaslahatan menuntut diturunkannya sedikit demi sedikit

Tujuan surat ini adalah memantapkan tauhid, dan

ushuluddin atau prinsip-prinsip ajaran agama. Ajaran tauhid

menggambarkan ke-Esaan Allah dan kekuasaannya. Allah SWT

yang mewujudkan dan mematikan dan Dia juga yang

membangkitkan dari kematian. Disamping persoalan keesaan Allah

dan keniscayaan hari kiamat, ayat-ayat surat ini mengandung

penegasan tentang hal-hal yang diharamkan-Nya sambil

membatalkan apa yang diharamkan manusia atas dirinya. Sebab,

hanya Dia sendiri yang berwenang menetapkan hukum dan

membatalkannya, termasuk membatalkan apa yang ditetapkan

manusia, seperti yang dilakukan oleh kaum musyrik menyangkut

binatang dan sebagainya.

Adapun ayat 93 dimasukkan dalam surat al-An'am karena

ada kaitannya dengan kematian. Yang mana orang-orang dzalim,

yang selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar dan selalu

menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. Ketika dalam

tekanan sakaratul maut, mereka dibalas dengan siksaan yang

sangat menghinakan.

Ayat 93 surat Al-An'am

ومن أظلم ممن افترى على الله كذبا أو قال أوحي إلي ولم يوح إليه شـيء

ومن قال سأنزل مثل ما أنزل الله ولو ترى إذ الظالمون في غمرات المـوت

29

خرجوا أنفسكم اليوم تجزون عذاب الهـون بمـا والمآلئكة باسطوا أيديهم أ

كنتم تقولون على الله غير الحق وكنتم عن آياته تستكبرون

Terjemah

Dan siapa yang lebih zalim dari orang yang membuat

kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan

kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun

kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan

seperti apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya

sekiranya kamu melihat diwaktu orang-orang yang zalim berada

dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul

dengan tangannya (sambil berkata) :"Keluarkanlah nyawamu". Di

hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan,

karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang

tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri

terhadap ayat-ayat-Nya".9

Tafsir Mufrodat

رى ) membuat-buat dusta. Membuat-buat dusta :( افت

terhadap Allah adalah meriwayatkan perkataan dari Allah yang

tidak pernah difirmankan-Nya, atau menjadikan sekutu-sekutu.10

رة ) ialah bentuk jamak dari kata ( غمرات ) Ia terambil dari akar .( غم

kata ( غمر ) yang Artinya meliputi atau memenuhi sesuatu, atau

menutupi dan menghilangkan bekas-bekasnya.11 ( وم masa ( الي

tertentu. Disini dimaksudkan hari kiamat, saat Allah

membangkitkan manusia untuk dihisab dan diberi balasan.12

:kehinaan, seperti firman Allah Ta'ala :( الهون )

9Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahan, op.cit., hlm. 202 10 Mustafa Al-Maraghi, op.cit., Juz VII, hlm. 332 11M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an),

Lentera Hati, Jakarta, 2003, hlm. 196 12Mustafa Al-Maraghi, op.cit., hlm. 333

30

أيمسكه على هون أم يدسه في التراب

"Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?". (An-Nahl, 16: 59).13

Terjemah Tafsiriyah

"Dan tiada yang lebih zalim daripada orang yang mengada-

adakan kebohongan kepada Allah." Yakni, tiada seorang pun yang

lebih zalim daripada orang yang berdusta kepada Allah, lalu dia

menetapkan sekutu dan anak kepada Allah, atau dia mengaku

bahwa Allah mengutus dia. Oleh karena itu Allah berfirman, "Atau

dia mengatakan, 'telah diwahyukan kepada saya' padahal tidak ada

sesuatu pun yang diwahyukan kepadanya". "Dan orang yang

mengatakan, 'saya akan menurunkan seperti yang diturunkan

Allah'". Yakni, dia menentang wahyu yang diturunkan dari sisi

Allah dengan mengada-ada." Jika kamu melihat tatkala orang-

orang zalim itu berada dalam kedahsyatan maut" yakni tengah

sakaratul maut dan bencananya, "sedang para malaikat

membentangkan tangan-tangannya, 'keluarkan nyawa-nyawa

kalian'" yakni, para malaikat memukul mereka hingga nyawa

mereka keluar dari jasadnya. Hal itu karena apabila orang kafir

sekarat maka para malaikat menyambutnya dengan azab, bencana,

belenggu, neraka jahim, air yang bergolak, dan kemurkaan yang

dahsyat dan hebat, lalu nyawa si kafir itu membandel, berpindah-

pindah dalam tubuh si kafir, dan menolak untuk keluar. Maka para

malaikat pun memukul mereka hingga nyawa kaum kafir keluar

dari tubuhnya. Pada saat memukul, para malaikat berkata,

'"keluarkanlah nyawa-nyawamu!'" Pada hari itu kamu dibalas

dengan azab yang menghinakan karena apa yang dahulu kamu

katakan terhadap Allah secara tidak benar." Yakni, pada hari ini

13Ibid.,

31

kamu dihinakan dengan sehebat-hebatnya lantaran kamu dahulu

telah mendustakan Allah dan tinggi hati sehingga tidak mau

mengikuti ayat-ayat Allah dan mematuhi rasul-rasul-Nya.14

Penjelasan

Ayat ini berbicara tentang keadaan orang yang sedang sakaratul

maut

) كذبومن اظلم ممن افترى على اهللا(

Tidak ada seorang pun yang lebih zhalim daripada orang

yang membuat-buat dusta terhadap Allah, seperti mereka yang

berkata, "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia",

atau menjadikan sekutu atau anak bagi Allah.15

)يه شيئ أوقال أوحي إيل ومل يوح إل(

Atau yang berkata, "Telah diwahyukan kepadaku, padahal

tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, seperti: Musailamah,

sang pendusta yang mengaku-aku kenabian di Yamamah, Aswad

Al-'Ansa yang mengaku-aku kenabian di Yaman, Thulaihah Al-

Asadi yang mengaku-aku kenabian di Bani Asad, dan selain

mereka yang telah atau akan mengaku-akuinya disetiap zaman.16

)ومن قال سأنزل مثل ماأنزل اهللا(

Dan orang yang mengaku-aku kuasa untuk menurunkan

seperti apa yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, seperti orang-

orang musyrik yang berkata:

لقلنا مثل هذا لو نشأ

"Jika kami mau, tentu kami mengatakan seperti ini".

14 Muhammad Nasib ar-Rifa'i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Terj. Shihabuddin, Gema

Insani Press, Jakarta, 1999, Jilid II, hlm. 251-252 15Musthafa Al-Maraghi, op.cit., hlm. 334 16Ibid., hlm. 335

32

Diriwayatkan dari Nadhr bin Harits, bahwa dia berkata;

"Al-Qur'an ini adalah dongeng orang-orang terdahulu, dan ia

adalah syair; kalau kami mau, tentu kami dapat mengatakan yang

seperti itu".

Kemudian Allah Ta'ala menerangkan ancaman-Nya bagi

orang-orang yang zalim, karena besarnya dosa mereka. Allah

berfirman:

)الظاملون ىف غمرات املوت ولو ترى إذ(

Mula-mula, khitab ini ditujukan kepada Rasulullah SAW,

kemudian kepada setiap orang yang mendengar atau membacanya.

Yakni sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang zhalim,

baik mereka yang telah disebutkan di dalam ayat maupun selain

mereka yang berada dalam sakaratul maut, yaitu berbagai

penderitaan dan kengerian menjelang mati yang meliputi mereka.17

)أيدهم واملالئكة باسطوا(

Para malaikat membentangkan tangan-tangannya untuk

mencabut nyawa mereka yang buruk dengan keras dan

memukulnya, sebagaimana firman-Nya:

)ئكة يضربون وجوههم وأدبارهميف إذا توفتهم المالفك(

"Bagaimana (keadaan mereka) apabila malaikat maut mencabut

nyawa mereka seraya memukul muka dan punggung mereka?"

(Muhammad, 47: 27)

Kemudian, Allah menceritakan perintah para malaikat

kepada mereka yang disampaikan dalam gaya mencela, yaitu

ketika mereka membentangkan tangan-tangannya untuk mencabut

nyawa mereka.

)أنفسكم أخرجوا(

17Ibid.,

33

Keluarkanlah nyawa kalian dari tempatnya, jika memang

kalian bisa melakukannya. Atau, keluarkanlah nyawa itu dari

badan kalian.18

M. Quraish Shihab memahami kalimat keluarkanlah nyawa

kamu, bukan dalam arti ucapan, karena kematian dan kehidupan

bukanlah sesuatu yang berada dalam wilayah kemampuan manusia

untuk meraih atau menampiknya. Atas dasar itu, perintah diatas

dapat dipahami sebagai gambaran dari keengganan seseorang

untuk meninggal dunia.19

كنـتم و غري احلق اليوم جتزون عذاب اهلون مباكنتم تقولون على اهللا ( )عن اياته تستكربون

Di saat kematian, para malaikat berkata kepada mereka,

"pada hari ini kalian akan menerima azab kehinaan sebagai balasan

atas kezaliman kalian terhadap diri kalian sendiri, karena berbuat-

buat kedustaan terhadap Allah. Seperti, perkataan "Allah tidak

menurunkan sesuatupun kepada manusia'',''sesungguhnya telah

diwahyukan kepadaku", padahal tidak ada sesuatupun yang

diwahyukan kepadanya. Pengingkaran segolongan manusia

terhadap sifat-sifat yang telah ditetapkan Allah bagi diri-nya,

menjadikan anak lelaki dan perempuan bagi Allah, dan

keengganan untuk mengakui ayat-ayat yang telah diturunkan oleh

Allah, karena ingin menghina orang yang telah Allah muliakan

dengan ditampakkan ayat-ayat itu melalui lidah dan tangannya.20

Gambaran umum surat al-Waqi'ah

Tema utama surat ini adalah uraian tentang hari kiamat

serta penjelasan tentang apa yang akan terjadi di bumi, kenikmatan

yang akan terjadi di bumi, serta kenikmatan yang akan diperoleh

18Ibid., hlm. 336 19M. Quraish Syihab, op.cit., hlm. 197 20Musthafa Al-Maraghi, op.cit., hlm. 337

34

orang-orang bertakwa dan apa yang akan dialami oleh para

pendurhaka. Al-Biqo'i berpendapat bahwa surat ini merupakan

penjelasan dari apa yang diuraikan pada surat ar-Rahman yakni

surat yang lalu. Menurutnya dalam surat itu ada uraian menyangkut

tiga kelompok: pertama, orang-orang yang dekat kepada ar-

Rahman yang tampil mendahului orang-orang taat yang lain.

Kelompok kedua, adalah uraian tentang orang-orang taat selain

mereka dan kelompok ketiga, adalah mereka yang secara terang-

terangan melakukan kedurhakaan dan bersifat munafik baik dari

kelompok manusia maupun jin. Maksudnya ialah bahwa pada surat

ar-Rahman disebut dua tingkat surga, yang pertama akan dihuni

oleh mereka yang mendahului orang-orang taat dan dalam surat ini

dinamai as-Sabiqun, surga kedua dihuni oleh Ash-hab al-Yamin.

Dan para pendurhaka akan menerima balasan neraka yang disini

dinamai Ash-hab al-Masy'amah dan dalam surat ar-Rahman

diperingatkan dengan bermacam-macam siksa Ilahi.

Adapun ayat 83 dimasukkan kedalam surat al-Waqi'ah

karena ada hubungannya dengan hari kiamat. Yang mana orang

munafik tidak percaya kepada hari kiamat dan hari pembalasan.

Kemudian Allah memberikan salah satu bukti kuasa-Nya untuk

melakukan pembalasan dan ganjaran itu adalah kuasa-Nya

mencabut nyawa secara paksa. Sebaliknya bagi orang yang percaya

pada hari kiamat dan hari pembalasan, maka ketika dicabut

nyawanya secara lemah lembut.

Ayat 83 surat Al-Waqi'ah :

لقومت الحلغال إذا بفلو

Terjemahnya

"maka mengapa ketika nyawa sampai ke kerongkongan"21

21Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, op cit., hlm. 897

35

Tafsir Mufrodat

وال) yaitu kata-kata (huruf) yang berarti menganjurkan (ل

terjadinya sesuatu yang disebutkan sesudahnya, sebagai sesuatu

yang dianggap baik atau wajib.22 ( وم artinya kerongkongan (الحلق

(saluran makanan).23

Terjemah Tafsiriyah

Bagaimanakah sikapmu kelak apabila maut telah datang

menghampirimu dan nyawamu telah sampai ke kerongkongan,

karena panggilan telah tiba / dapatkah kamu berusaha melepaskan

diri pada waktu itu ?24

Penjelasan

Ayat ini berbicara tentang keadaan orang yang sedang

sakaratul maut. Mereka tidak percaya pada Allah akan datangnya

hari kebangkitan dan hari pembalasan. Akan tetapi ketika nyawa

telah sampai di kerongkongan mereka tidak dapat mengembalikan

nyawa itu kepada jasad yang bersangkutan untuk dapat hidup

seperti sedia kala25

Gambaran umum surat al-Qiyamah

Didalam surat ini Allah memberi peringatan kepada

manusia tentang hidup itu sendiri, melalui berbagai gelombang

hidup, sejak masih dari kandungan sampai menjadi insan yang

hidup dimuka bumi, dan sampai pula akan datangnya maut yang

tidak dapat dielakkan, semua digambarkan dalam surat ini. Maka

diterangkanlah bahwa manusia bukanlah didatangkan Allah ke

dunia ini hanya untuk semata-mata datang. Bahkan ditunjukkan

pula kepadanya jalan yang harus ditempuhnya, agar dia selamat.

Karena hidup pasti akan ditutup dengan kematian. Dan perjalanan

22Mustofa Al-Maraghi, op cit., Juz 27, hlm. 280 23Ibid. 24Prof. DR. Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Nasional, Pte Ltd, Singapura, 1999, Jilid

IX, hlm. 7150 25M. Quraish Syihab, op.cit., hlm. 581

36

bukanlah semata-mata mati saja. Dibalik mati ada lagi kehidupan

yaitu hari kebangkitan, yang disebut hari kiamat.

Dari pangkal surat ini diberi peringatan kepada manusia

bahwa bukan saja Allah Maha Kuasa menyusun tulang kembali,

yaitu tulang-tulang yang telah hancur beribu-ribu tahun didalam

tanah, bahkan ujung jaripun akan dikembalikan seperti sedia kala.

Diujung surat ini diperingatkan sekali lagi tentang kejadian

manusia, bahwa asal mulanya hanyalah setitik mani, kemudian

mani itu setelah terletak didalam rahim berangsur menjadi 'alaqoh,

yaitu segumpal darah, dan dari segumpal darah itu berangsur naik

sampai membentuk menjadi tubuh manusia, lalu diberi nyawa,

kemudian lahir ke dunia ini dan menjadi manusia.

Maka dengan mengambil kesaksian pada kejadian setitik

mani dalam masa sembilan bulan dapat menjelma menjadi

manusia, sedang kita sama sekali tidak tahu bagaimana rahasia

perkembangan kejadian itu, apakah tidak merupakan suatu

perbuatan orang yang bodoh kalau kita tidak mau percaya bahwa

makhluk akan dibangkitkan kembali, karena kita belum pernah

melihatnya. Sedangkan yang selalu kita lihatpun dapat

mengherankan kita, apalagi kekuasaan-kekuasaan lain yang belum

diperlihatkan kepada kita.

Adapun ayat 26 dimasukkan kedalam surat al-Qiyamah

karena ada hubungannya dengan kematian. Yang mana didalam

surat ini dijelaskan bahwa kehidupan akan diakhiri dengan

kematian, dan setiap kematian pasti ada proses pencabutan nyawa.

Ayat 26 surat Al-Qiyamah

التراقي إذا بلغتكال

37

Terjemah

"Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan".26

Tafsir Mufrodat

ي ) وة ) bentuk jamak dari ( تراق yaitu tulang yang ( ترق

terletak antara saluran leher dan tengkuk.27

Terjemah Tafsiriyah

Apabila ruh dicabut dari jasadnya dan telah sampai ke

kerongkongan.28

Penjelasan

Ayat ini berbicara tentang keadaan orang yang dalam

keadaan sakratul maut.

ال) kata untuk mencela dan melarang. Ingat dan (آ

perhatikanlah kematian yang ada dihadapanmu. Lepaskanlah

kecintaan akan dunia diatas kecintaan akan akhirat; karena

hubunganmu dengan dunia ini akan terputus, dan kamu akan

berpindah ke alam akhirat yang kekal abadi di dalamnya.29

( بلغت التراقي اذا ), yaitu dengan datangnya sakaratul maut atau

yang disebut juga naza, ketika akan meninggalkan, menurut

biasanya bahwa maut itu naik sejak dari kaki. Ujung-ujung dari

itulah yang mati lebih dahulu, lalu naik keatas demi keatas,

sehingga yang bagian bawah berangsur dingin, sampai seluruh kaki

tidak bergerak lagi. Kemudian naik ke pinggang, ke perut dan ke

dada, sehingga akhirnya yang terakhir bergerak adalah urat-urat

leher dan bibir yang menarik sisa-sisa nafas yang masih tertinggal

dalam paru-paru manusia.30

26Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, op cit., hlm. 1000 27Muhammad Nasib ar-Rifa'i, op cit., hlm. 871 28Ibid. 29Musthafa Al-Maraghi, op.cit., hlm. 252 30Prof. DR. Hamka, op.cit., hlm. 7771

38

Untuk memahami sakaratul maut dalam Al-Qur'an yang

terdapat dalam empat surat dan empat ayat ini, penulis akan

memberikan kesimpulan yang utuh mengenai hal tersebut.

Sakaratul maut merupakan peristiwa yang pasti adanya.

Peristiwa ini datang dengan sebenar-benarnya tidak ada satupun

manusia yang luput dari sakaratul maut. Ketika maut telah datang

menghampiri, dan nyawa telah sampai di kerongkongan, tak ada

satupun manusia yang dapat berusaha melepaskan diri pada waktu

itu.

Orang-orang kafir ketika berada dalam sakaratul maut,

maka para malaikat mencabutnya dengan azab, bencana, belenggu

dan kemurkaan yang dahsyat. Hal ini sebagai ganjaran yang telah

dilakukan orang-orang kafir yang mendustakan Allah dan tinggi

hati sehingga tidak mau mengikuti ayat-ayat Allah dan mematuhi

rasul-rasul-Nya.

b. Penjelasan hadis nabi : Allâhumma a'inni 'alâ sakarâtil maut

Sebagaimana uraian di depan bahwa setiap kematian mempunyai

beberapa kesengsaraan (sekarat) dapat dipahami dari teks hadis yang

berbunyi ( ى م أعن ى الله سكرات الموت عل ). Teks hadis tersebut terdapat dalam

kitab sunan Ibnu Majah, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan sunan

Tirmidzi. Berikut hadis tersebut beserta penjelasannya.

a. Teks hadist

1. Teks hadis pada kitab sunan Ibnu Majah

بن ثنا ليث بن سعد، عن يزيد . يونس بن حممد ثنا. شيبة بن أيب بكر أبو حدثنا: أىبحبيب، عن موسى بن سرجس، عن القاسم بن حممد، عن عائشة؛ قالـت

فيـدخل . رأيت رسول اهللا صلىاهللا عليه وسلم وهو ميوت وعنده قدح فيه ماء ).اللهم أعىن على سكرات املوت(مث يقول يده يف القدح، مث ميسح وجهه باملاء

Artinya: "Menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah. Menceritakan kepada kami Yunus bin Sa'd dari Yazid bin

39

Abi Khabib, dari Musa bin Sarjis, dari Qasim bin Muhammad, dari 'Aisyah berkata: saya melihat Rasulullah SAW dan ketika beliau akan meninggal dan di sampingnya terdapat gelas yang di dalamnya berisi air. Lalu nabi memasukkan tangan ke dalam gelas tersebut, kemudian mengusap wajahnya dengan air. Kemudian beliau berkata (Ya Allah mudahkanlah kepada saya sakaratul maut)".31

2. Teks hadis pada kitab musnad Imam Ahmad bin Hanbal

موسى بن سرجس، عن القاسم بن حممد، عن يونس قال ثنا ليث عن يزيد ثنارأيت رسول اهللا صلىاهللا عليه وسلم وهو ميـوت وعنـده : عن عائشة؛ قالت

اللهم أعىن (فيدخل يده يف القدح، مث ميسح وجهه باملاء مث يقول . قدح فيه ماء ).على سكرات املوت

Artinya: "Ahmad berkata kepada kami Yunus, ia berkata: menceritakan kepada kami Laits dari Yazid dari Musa bin Sarjis dari Qosim bin Muhammad dari 'Aisyah berkata: saya melihat Rasulullah SAW dan ketika beliau akan meninggal dan di sampingnya terdapat gelas yang di dalamnya berisi air, lalu nabi memasukkan tangan ke dalam gelas tersebut, kemudian mengusap wajahnya dengan air. Kemudian beliau berkata (Ya Allah mudahkanlah kepada saya sakaratul maut)".32

3. Teks hadis pada kitab sunan Tirmidzi

عن القاسم بن حدثنا الليث عن ابن اهلاد، عن موس بن سرجس، . ا قتيبة حدثنرأيت رسول اهللا صلىاهللا عليه وسلم وهو بـاملوت : حممد، عن عائشة؛ قالت

: يدخل يده يف القدح، مث ميسح وجهه باملاء، مث يقول وهو.وعنده قدح فيه ماء )سكرات املوت(أو ) اللهم أعىن على غمرات املوت (

Artinya: "Menceritakan kepada kami Qutaiban. Menceritakan kepada kami Laits dari Ibni Had, dari Musa bin Sarjis, dari Qosim bin Muhammad, dari 'Aisyah. 'Aisyah berkata: saya melihat Rasulullah SAW dan ketika beliau akan

31Al-Khafid Abi 'Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qozwiniyyi, Sunan Ibnu Majah,

Darul Fikr, Beirut, 1994, Juz I, hlm. 519 32Imam Abu Abdullah bin Muhammad bin Hanbal al-Marwazy, Musnad Imam Ahmad

bin Hanbal, Darul Fikr, Beirut, t.th., Juz VI, hlm. 64

40

meninggal dan di sampingnya terdapat gelas yang di dalamnya berisi air, lalu nabi memasukkan tangan ke dalam gelas tersebut, kemudian mengusap wajahnya dengan air. Kemudian beliau berkata (Ya Allah mudahkanlah kepada saya sakaratul maut).33

b. Nilai Sanad hadis

Dalam hal ini akan kami uraikan secara singkat rawi-rawi dari

seluruh jalan berikut untuk menilai kesinambungan hadis dan yang

paling penting nantinya bahwa seluruh hadis tersebut berasal dari

'Aisyah.

33Abu 'Isa Muhammad bin 'Isa bin Sauroh, Al-Jami' As-Shohih Sunan Tirmidzi, Darul

Fikr, Beirut, t.th., Juz III, hlm. 308

41

1. Bagan Sanad hadis Riwayat Ibnu Majah, Ahmad bin Hanbal

dam Tirmidzi

عن

14) 2)

ثنا

عن

ثنا

حدثنا

حدثنا

عن

عن

قالت

النيب صلىاهللا عليه وسلم

عائشة

القاسم بن حممد

بن سرجسموسى

ابن اهلاد يزيد

الليث

قتيبة يونس بن حممد

امحد بن حنبل ةببن أىبشيأبوبكر الترمذى

(1 ابن ماجه

8)

3 dan 9) 15)

4, 10 dan 16)

5 dan 11) 17)

6, 12 dan 18)

7, 13 dan 19)

20)

21)

42

2. Penilaian terhadap rijal hadis

a. Dari jalur Ibnu Majah

1) Ibnu Majah

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah

Muhammad Ibn Yazid al-Qazwini yang terkenal dengan

nama Ibnu Majah. Majah adalah gelar ayahnya (Yazid).

Ibnu Majah dilahirkan pada tahun 207 H (824 M) di

Qazwen. Ibnu Majah mempelajari ilmu sejak masa

mudanya.34

Sebagaimana halnya para Muhadditsin dalam

mencari hadis-hadis memerlukan perantauan ilmiyah, maka

beliaupun berkeliling di beberapa negeri untuk menemui

dan berguru hadis kepada para 'ulama hadis.

Dari tempat perantauannya itu, beliau bertemu

dengan murid-murid Imam Malik dan Al-laits, dan dari

beliau-beliau inilah, banyak memperoleh hadis-hadis.

Hadis-hadis beliau banyak di riwayatkan oleh orang

banyak.35

Al-Khalili berkata:

.له معرفة وحفظ, حمتج به, متفق عليه, ابن ماجه ثقة كبري

"Ibnu Majah yang tsiqqah yang besar, yang disepakati tentang kepercayaannya, yang diambil hujjah dengan pendapat-pendapatnya. Dia mempunyai pengetahuan yang luas dan hafalan yang banyak.36

Ibnu Majah wafat hari Selasa, bulan Ramadhan,

tahun 273 H (887 M).37

34Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis, PT. Bulan

Bintang, Jakarta, 1987, Jilid 1, hlm. 199 35Drs. Faturrahman, Ikhtisar Musthalahul Hadis, PT. Al-Ma'arif, Bandung, 1991, hlm.

335 36Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, loc. cit., hlm. 199 37Drs. Fathur Rahman, op.cit., hlm. 334

43

2) Abu Bakar bin Abi Syaibah

Beliau wafat di bulan Ramadhan tahun 265 H.

Disebutkan bahwa salah satu gurunya adalah Hafs bin Aun

dan lain-lain, sedangkan salah seorang yang mengambil

hadis darinya adalah Ibnu Majah.38

Menurut Abi Hatim ia adalah rawi yang jujur.

Sedangkan menurut Al-Khalili dan Muslimatun, ia adalah

orang yang tsiqoh. Al-Aqliyi dan Shalih Ath-Tharubilisi

menilainya tidak ada masalah.39

Adapun terhadap Ibnu Majah sebagai murid, kita

mendapatkan keterangan yang jelas bahwa Ibnu Majah

adalah muridnya. Dilihat dari kualitas periwayat, Abu

Bakar bin Abi Syaibah oleh para ulama hadis digolongkan

kepada periwayat yang tsiqoh. Dengan begitu

periwayatannya bisa diterima.

3) Yunus bin Muhammad

Nama lengkapnya adalah Yunus bin Muhammad

bin Muslim al-Baghdadi, disebut juga Abu Muhammad al-

Muaddah.

Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis:

Guru-gurunya sangat banyak, diantaranya Harb Ibn

Maimun, Hammad Ibnu Zaid, Hammad Ibnu Salamah dan

Dawud Ibn Abi Farrat. Murid-muridnya juga banyak,

diantaranya Husain Ibn Isa al-Basthamiy, 'Abdun Ibn

Humaid, 'Ali Ibn al-Madini dan Muhajid Ibn Musa.

Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:

'Utsman Ibn Sa'id al-Darimi dari Yahya Ibnu Ma'in

berkata: "Dia itu tsiqoh", Abu Hatim menyatakan bahwa

dia dapat dipercaya, Ibn Hibban memasukkannya dalam

38Ibnu Hajar Al-Asqalani, Tahdzibut Tahdzib, Darul Fikr, Beirut, 1984, Juz I, hlm. 118 39Ibid., hlm. 119

44

kitab al-Tsiqat. Dia berkata bahwa Yunus Ibn Muhammad

wafat pada tahun 207 H, sebagaimana yang dikatakan oleh

Abu Hisan al-Ziyadi.40

Dari beberapa kritikus hadis diatas tidak ada yang

mencela pribadinya, mereka memujinya dengan pujian

tertinggi.

4) Laits bin Sa'ad

Nama lengkapnya adalah Laits bin Sa'ad bin

Abdurrahman al-Fahmi.41 Beliau lahir tahun 94 H dan

wafat tahun 175 H.42

Guru beliau adalah Yazid bin Abi Habib, Yahya bin

Sa'id, Hisyam bin 'Urwah, Yazid bin Had dan lain

sebagainya.

Murid beliau adalah Su'aib, Hisam bin Sa'id,

Marwan bin Muhammad dan lain sebagainya.

Menurut Ahmad bin Sa'ad az-Zuhri, ia adalah rawi

yang tsiqah lagi dhabit. Sementara Abdullah bin Ahmad

dari Anas berpendapat bahwa Laits adalah orang yang

paling tahu dengan perinci hadis yang diriwayatkan dari

Abi Hurairah dan dari jalur ayahnya yang dari Abu

Hurairah. Sementara menurut Abu Dawud yang mendengar

dari Ahmad berkata bahwa tidak ada pada diri mereka

yakni ahli hadis dari Mesir yang lebih sahih hadisnya dari

Laits. Adapun Amr bin Harits hampir menyamainya.

Komentar yang lain hampir senada, yang intinya adalah

penilaian positif terhadap Laits.43

40Ibid., Juz. VI, hlm. 402 41Ibnu Hajar Al-Asqalani, op.cit., hlm. 412 42Ibid., hlm. 416 43Ibid., hlm. 413

45

Adapun mengenai kualitas pribadi Laits, beliau

adalah rawi yang tsiqah berdasarkan penilaian para ulama,

sehingga periwayatannya bisa diterima.

5) Yazid bin Abi Habib

Nama aslinya adalah Suwaid Al-Azdi.

Guru beliau antara lain 'Abdullah bin Harits bin

Jaza' Az-Zabidi, Abi Tufail, Aslam bin Yazid, abi Imron,

Ibrahim bin 'Abdullah bin Hunain dan lain-lain.

Muridnya adalah Sulaiman At-Taimiyyi,

Muhammad bin Ishak, Ziyad bin Abi Anisah, 'Amr Ibnu

Harits dan lain sebagainya.

Ibnu Hiban berpendapat tsiqoh.

Ibnu Sa'ad berpendapat tsiqoh.

Beliau wafat pada tahun 128 H.44

6) Musa bin Sarjis

Guru beliau adalah Qosim dan Muhammad bin Abi

Bakar as-Sidiq dan Ismail bin Abi Hakim.

Murid beliau adalah Yazid bin Abdullah bin Had,

dan Yazid bin Abi Habib.

Tirmidi berkata hadis yang diriwayatkan dari Qosim

dari 'Aisyah, tentang sakaratul maut adalah hadis gharib.45

7) Qosim bin Muhammad

Nama lengkapnya adalah A-Qosim bin Muhammad

bin Abu Bakar al-Sidiq Abu Muhammad.

Guru beliau antara lain adalah Aisyah, Abu

Hurairah, dan lain-lain. Murid beliau antara lain Yahya, al-

Zuhri, Musa bin Sarjis, dan lain-lain.

Komentar ulama terhadap al-Qosim:

44Ibid., Juz XI, hlm. 278 45Ibid., Juz X, hlm. 307

46

Menurut Ibn Sa'ad, dihadapan Ibnu atau anaknya

mengatakan, al-Qosim yang sebagai ketua adalah tsiqoh,

tinggi ilmu fiqihnya, imam yang wira'i serta hadisnya

banyak. Al-Bukhari berkata: "Pada waktu ayahnya

terbunuh, al-Qosim seorang yatim dan diasuh oleh Aisyah

r.a. di Hijr. Abdullah bin Syauzab serta Yahya Ibnu Said

berkata, kami tidak pernah bertemu seseorang di Madinah

yang lebih saya utamakan kecuali al-Qosim bin

Muhammad. Abu Zunad berkata saya tidak pernah melihat

seseorang yang lebih alim hadis-hadisnya dan tidak ada

seseorang yang kuat ingatannya kecuali al-Qosim bin

Muhammad. Menurut Khalid bin Nizar, bahwa manusia

yang lebih mengetahui hadisnya 'Aisyah ada tiga yaitu al-

Qosim, Urwah, Umroh. Menurut Malik bahwa beliau

adalah seorang yang sedikit dalam meriwayatkan hadis dan

fatwa. Ibnu Wahab serta Malik mengatakan al-Qosim

adalah fuqaha bagi umat ini, tsiqah, laki-laki yang suci dan

shalih. Beliau wafat tahun 122 H.46

Berdasarkan penilaian para ulama tersebut diatas

maka kami menyimpulkan bahwa al-Qosim adalah

periwayat yang tsiqoh.

b. Dari Jalur Ahmad bin Hanbal

8) Ahmad bin Hanbal

Nama lengkapnya adalah Imam Abu 'Abdullah bin

Muhammad bin Hanbal Al-Marwazy, beliau adalah ulama

hadis terkenal kelahiran Baghdad. Beliau lahir pada bulan

Rabi'ul Awal, tahun 164 H (780 M).47

Ahmad meriwayatkan hadis dari Basyr al

Muffadldlal Ar-Raqasyi, Sufyan Ibn 'Uyainah, Yahya ibn

46Ibid., Juz XIII, hlm. 299-300 47Drs. Fathur Rahman, op.cit., hlm. 325

47

Sa'id Al Qath-than, Abdur Razzaq Ibnu Hammam Ash-

Shan'ani, Sulaiman Ibnu Daud Ath Thayalisi, Ismail Ibn

'Ulaiyah, Mu'tamir ibn Sulaiman Al Basri dan lain-lain.48

Diantara yang meriwayatkan hadis dari padanya,

ialah al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, Waki' ibn Yarzah,

Yahya ibn Adam Al-Kufi, Ali Ibnul Madini dan Ibnu

Mahdi.49

Para ulama telah sepakat menetapkan keimanan,

ketaqwaan, kewara'an dan kezuhudan beliau, disamping

keahliannya dalam bidang perhadisan.

Menurut Abu Zur'ah, beliau mempunyai tulisan

sebanyak 12 macam yang semuanya sudah dikuasai diluar

kepala. Juga beliau mempunyai hafalan matan hadis

sebanyak 1.000.000 buah.50

Karya-karya beliau yang sangat gemilang

diantaranya adalah Musnadu'l Kabir. Kitab musnad ini

merupakan satu-satunya kitab musnad yang terbaik dan

terbesar diantara kitab-kitab musnad yang pernah ada.

Kitab ini berisikan 40.000 buah hadis, yang sepuluh ribu

dari jumlah tersebut merupakan hadis ulangan.51 Beliau

pulang ke rahmatullah pada hari Jum'at, bulan Rabi'ul

Awal, tahun 241 H (855 M) di Baghdad dan dimakamkan

di Marwa.52

9) Yunus

Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul

hadis dari jalur Ibnu Majah.

48Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, op.cit., hlm. 202 49Ibid., 50Drs. Fathur Rahman, op.cit., hlm. 326 51Ibid., hlm. 326 52Ibid.,

48

10) Laits

Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul

hadis dari jalur Ibnu Majah.

11) Yazid

Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul

hadis dari jalur Ibnu Majah.

12) Musa bin Sarjis

Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul

hadis dari jalur Ibnu Majah.

13) Qosim bin Muhammad

Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul

hadis dari jalur Ibnu Majah.

c. Dari Jalur At-Tirmidzi

14) At-Tirmidzi

Nama lengkapnya adalah Abū 'Īsa Muhammad ibn '

Īsa bin Tsawrah Ibn Mūsā Ibn-Dhahāk al-Sulamī al-Būghī

al-Tirmidzi. Ahmad Muhammad Syakir menambah dengan

sebutan al-Dharir, karena ia mengalami kebutaan di masa

tuanya.53 Beliau lahir pada tahun 200 H (824 M).54

Guru-guru dan muridnya:

Beliau mengambil hadis dari ulama hadis yang

terkenal, seperti Qutaibah bin Sa'id, Is-haq bin Musa, Al-

Bukhary dan lain-lainnya.

Orang-orang banyak yang belajar hadis pada beliau

dan diantara sekian banyak muridnya dapat disebutkan

antara lain Muhammad bin Ahmad bin Mahbub.55

53Dr.Ahmad Sutarmadi, Al-Imam Al-Tirmidzi (Peranannya dalam Pengembangan Hadis

dan Fiqh), PT. Logos Wacana Ilmu, Ciputat, 1998, hlm. 49 54Drs. Fathur Rahman, op.cit., hlm. 333 55Ibid.,

49

Beliau wafat di Turmudz pada akhir Rajab tahun

279 H (892 M) komentar para ulama terhadapnya, antara

lain:

- al-Khalily menilai dia tsiqoh muttafaq alaih.

- Al-Idris menilainya sebagai tokoh dalam ilmu hadis.

- Imam bin Illan menyebutnya sebagai orang yang paling

alim dan wira'i di Khurazan.56

15) Qutaibah

Nama lengkapnya adalah Qutaibah bin Sa'id bin

Jamil bin Tharif bin Abdullah ats-Tsaqafy. Nama lainnya

adalah Abu raja' al Baghlany. Beliau wafat tahun 240 H.

Gurunya dalam bidang hadis adalah Malik al-Laits,

Ismail bin Ja'far, Ismail bin Ulyah. Sedangkan muridnya

adalah Jama'ah kecuali Ibn Majah.

Pendapat para ulama hadis tentang beliau: Nasa'I

dan Ibn Hatim berpendapat siqah, shaduq. Sedangkan al-

Hakim berpendapat siqah.57

Dari penilaian para kritikus hadis, mayoritas ulama

menilanya siqoh.

16) Laits

Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan

rijalul hadis dari jalur Ibnu Majah dan Ahmad bin Hanbal.

17) Ibni Hād

Nama lengkapnya adalah Yazid bin Abdullah bin

Asamah bin Had al-Laisi, julukannya Abu Abdullah al-

Madani. Wafat tahun 139 H.

Guru-gurunya antara lain: Tsa'labah bin Abi Malik,

Mu'az bin Rafa'ah, Abdullah bin Dinar, Muhammad bin

Ka'ad dan lain sebagainya.

56Ibnu Hajar Al-Asqalani, op.cit., Juz IX, hlm. 344-345 57Ibid., hlm. 311

50

Murid-muridnya antara lain: Yahya bin Sa'id,

Ibrahim bin Sa'ad, Malik bin Abdul 'Azis ad-Darawardi,

Nafi' bin Yazid, Haiwab bin Syarih, dan lainnya.

Penilaian para kritikus hadis tentang pribadinya,

Ibnu Mu'in dan an-Nasa'i menilai siqah. Ibnu Hibbah

berpendapat siqah dan banyak hadisnya. Yaqub bin Sufyan

menilai siqah dan baik hadistnya.58

18) Musa bin Sarjis

Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan

rijalul hadis dari jalur Ibnu Majah dan Ahmad bin Hanbal

19) Qosim bin Muhammad

Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan

rijalul hadis dari jalur Ibnu Majah dan Ahmad bin Hanbal

d. Sumber dari Rasulullah

20) 'Aisyah

Siti (as-Sayidah) 'Aisyah r.a. dilahirkan di Mekah

pada tahun keenam kenabian. 'Aisyah tumbuh dan

dibesarkan di lingkungan Arab yang masih murni. Beliau

dilamar oleh Rasulullah SAW. Pada usia enam tahun dan

kemudian membangun mahligai rumah tangga dengan

Rasulullah SAW pada bulan Syawal, ketika itu beliau

berusia sembilan tahun.59

Keluarga Siti 'Aisyah merupakan keluarga Arab

tertua dan terhormat. Ia adalah keluarga Abu Bakar ash-

Shiddiq bin Abi Quhafah 'Utsman bin 'Amir bin 'Amar bin

Ka'ab bin Sa'ad bin Tayim bin Murrah bin Ka'ab bin Luay.

Jelas bahwa keturunan Abu Bakr ash-Shiddiq bertemu

dengan garis keturunan nabi Muhammad SAW. Pada

58Ibid., Juz XI, hlm. 295-298 59Dr. 'Abdullah Abu as-Su'ud Badr, Tafsir Umm al-Mu'minin 'Aisyah Radhiallahu 'Anha,

Terj. Gazi Saloom dan Ahmad Syaikhu, PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2000, hlm. 15

51

Murrah bin Ka'ab. Oleh karena itu, Siti 'Aisyah berasal dari

keturunan yang mulia.60

Ibu Siti 'Aisyah adalah Umm Rauman Zainab binti

'Amir bin Uwaimir bin 'Abd Syams bin 'Itab bin Uzainah

bin Dahman bin al-Harits bin Ghanam bin Malik bin

Kinanah.61

Kepribadian Siti 'Aisyah yang sejati terdiri dari

unsur-unsur akhlak yang bersifat khas dan berbeda dengan

yang lain. Kejujuran dianggap unsur yang paling menonjol

dalam kepribadian Siti 'Aisyah dan menjadi warna dasar

akhlak-akhlaknya. Dalam hal kejujuran, ia benar-benar

mewarisi sifat ayahnya, Abu Bakar ash-Shiddiq. Ayahnya

terkenal jujur, dan Siti 'Aisyah pun orang yang jujur seperti

ayahnya. Barangkali yang paling tepat menjelaskan

kejujurannya adalah keteguhan sikapnya dalam masalah

hadis palsu (maudhu'), khususnya tentang politik dan yang

berkaitan dengan perang saudara serta peristiwa-peristiwa

terkait yang menghangat pada saat itu. Meskipun Siti

'Aisyah enggan terlibat dalam pertempuran-pertempuran

dan perseteruan-perseteruan demi membela kebenaran yang

diyakininya, tetapi dalam masalah konflik politik, ia tetap

tegas dan sengit, yang bahkan bisa dikatakan sampai pada

tingkat konfrontasi. Kendati demikian, dalam kancah

peristiwa berdarah dan pertempuran yang mengerikan itu,

ia tidak pernah mengemukakan hadis palsu. Ia tidak pernah

menambahkan satu huruf pun untuk memperkuat

dakwaannya sendiri atau untuk menjatuhkan dakwaan

60Ibid., hlm. 17 61Ibid., hlm. 19

52

musuh-musuhnya. Ia juga tidak pernah mengubah atau

meletakkan satu kata pada tempat yang tidak semestinya.62

Bahkan, lebih hebat dari itu, jika suatu hadis

diriwayatkan dihadapannya, atau sampai ketelinganya, atau

sempat diketahui, lalu ia mendapatkan pemahaman yang

salah dalam riwayat itu atau seakan-akan terdengar rancu,

ia tidak membiarkannya begitu saja. Segera ia

mengingatkan kekeliruan yang ada, sekaligus

memberitahukan ilmu yang dikandung hadis tersebut.

Cukup menakjubkan betapa masruq, bila meriwayatkan

hadis dari 'Aisyah, selalu berkata, "Kami diceritakan oleh

perempuan jujur putri pria jujur. Padahal, masruq adalah

lawan politik yang menentang perlawanan 'Aisyah terhadap

Ali.63

Kecerdasan Siti 'Aisyah memungkinkan dirinya

menyerap seribu hadis lebih dari Rasulullah dan

meriwayatkannya dengan penuh ketelitian, bahkan

menyerap substansi fatwa Rasulullah dalam berbagai

masalah agama.

Di sisi lain, Siti 'Aisyah sangat memahami dan

menguasai sunnah nabi: Ia, karenanya, menjadi sumber

rujukan pokok dan mendasar dalam masalah sunah nabi. Ia

guru yang bisa menjadi tempat bertanya ilmu dan

pemahamannya sangat disegani oleh para sahabat nabi. Ia

bisa menjelaskan kepada mereka sejumlah hadis yang sulit

dipahami atau hadis yang tidak jelas. Ia bisa meluruskan

kesalahan pemahaman mereka atau memperbaiki

kesimpulan salah yang telah mereka tarik.

62Ibid., hlm. 21 63Ibid., hlm. 21

53

Kelebihan lain Siti Aisyah adalah:

- Pengetahuannya yang banyak sunah nabi, dimana ia

meriwayatkan dari nabi sekitar seribu hadis yang

mencakup sebagian besar masalah fikih dan hukum.

- Pemahamannya yang teliti terhadap sunnah, yang

menyebabkan menjadi narasumber ilmiah pertama dan

utama bagi tokoh-tokoh sahabat dalam berbagai

masalah hukum dan fatwa. Dengan itu, ia telah

memberikan kontribusi kepada at-turats al-Islami

(khazanah perdaban Islam) dalam bentuk koreksi beliau

atas mereka.

- Kemampuannya mengungkap sisi khusus kehidupan

Rasulullah di rumahnya, baik seorang laki-laki, suami

maupun selaku manusia biasa.

- Prestasinya sebagai duta nabi kepada dunia perempuan

untuk menjelaskan masalah-masalah detail keagamaan.

Beliau menyelesaikan masalah sulit yang berkaitan

dengan keperempuanan.64

Siti 'Aisyah wafat pada malam Selasa, sembilan belas hari

setelah bulan puasa berlalu, tahun 58 H.65

Uraian dan pembahasan beberapa hadis tentang

"sakaratul maut" yang diteliti, dapat diambil kesimpulan

bahwa hadis tersebut disandarkan kepada nabi SAW,

dengan demikian disebut hadis marfu'.66 Dilihat dari

perawinya, hadis tersebut terdiri dari satu orang rawi, yaitu

'Aisyah, dan ini disebut hadis gharib.67

64Ibid., hlm. 33-34 65Ibid., hlm. 40 66Dr. Nuruddin 'itr, 'Ulum Al-Hadis 2, Terj. Drs. Mujiyo, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung, 1994, hlm. 99 67Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mustalahul Hadis, PT. Al Ma'arif, Bandung, 1991, hlm.

77

54

Setelah semua periwayat yang terdapat dalam sanad

ibnu Majah, Ahmad bin Hanban dan Tirmidzi diteliti mulai

dari sanad pertama sampai kepada sanad terakhir 'Aisyah,

semuanya menunjukkan sebagai periwayat yang berkualitas

siqah. Disamping itu juga tidak ditemukan adanya syad

dan 'illat. Di tinjau dari segi bersambungnya sanad hadis

Ibnu Majah, Ahmad bin Hanbal dan Tirmidzi tersebut dari

sanad pertama sampai akhir dalam keadaan bersambung.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas serta

berdasarkan unsur-unsur kaidah kesahihan sanad, maka

dapat dinyatakan bahwa hadis riwayat tersebut diatas dari

sanad-sanadnya berkualitas shahih lidzatihi, yaitu hadis

yang karena keadaannya sendiri sudah shahih dan sudah

memiliki syarat-syarat sebagai hadis shahih.

3. Penilaian Terhadap Matan Hadis

Suatu matan hadis dapat diterima sebagai hadis yang sahih

apabila telah memenuhi klasifikasi suatu hadis sahih, yaitu tidak

cacat artinya tidak bertentangan dengan Al-Qur'an, rasio, dan

prinsip-prinsip ajaran Islam.

Ketiga hadis (matan) tersebut secara keseluruhan

merupakan hadis yang menyangkut masalah-masalah sakaratul

maut. Dari ketiga macam tersebut secara jelas menyebut lafadz

yang sama, yang menjelaskan tentang keadaan nabi ketika akan

wafat dan sakaratul maut menghampiri, maka nabi minta

pertolongan kepada Allah dari sakitnya sakaratul maut.

Demikian sedikit analisa tentang sakaratul maut sebagai

suatu produk pemahaman hadis nabi yang berbunyi "Allâhumma

a'inni 'alâ sakarâtil maut". Semoga dari hasil pengkajian tadi

memberikan gambaran yang sebenarnya dari teks hadis yang

dimaksud sehingga diperoleh pemahaman yang mendekati

55

kebenaran, artinya sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam yang

termuat dalam Al-Qur'an dan dapat dijangkau oleh pemikiran yang

rasional.

Untuk memahami sakaratul maut menurut hadis yang telah

di takhrij, penulis mengambil kesimpulan bahwa peristiwa tersebut

akan datang pada setiap manusia. Tak ada satupun yang luput dari

hal tersebut, meski dia seorang nabi utusan dan kekasih Allah

sekalipun.

Hal ini dibuktikan oleh nabi Muhammad SAW. Meskipun

beliau seorang nabi kekasih Allah, ketika akan wafat nabipun

merasakan adanya sakratul maut. Pada saat itu nabi berkata "Ya

Allah mudahkanlah kepada saya sakaratul maut".

Keluarbiasaan rasa sakit dalam sakaratul maut tidak dapat

diketahui dengan pasti kecuali oleh orang yang telah

merasakannya. Sedangkan orang yang belum pernah merasakannya

hanya bisa menganalogikannya dengan rasa sakit yang benar-benar

pernah di alaminya, atau dengan cara mengamati orang lain yang

sedang berada dalam keadaan sakaratul maut.

Adapun untuk memahami sakaratul maut dalam Al-Qur'an

dan hadis, penulis akan memberikan sebuah kesimpulan yang utuh

mengenai hal tersebut.

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, bahwa ayat-ayat

Al-Qur'an yang menjelaskan tentang sakaratul maut terdapat dalam

empat surat, yaitu surat Qof, surat al-An'am, surat al-Waqi'ah dan

surat al-Qiyamah. Dan hadis yang menjelaskan tentang kejadian

tersebut, penulis mencantumkan hadis yang berbunyi "Allâhumma

a'inni 'alâ sakarâtil maut".

Peristiwa sakaratul maut tidak bisa lepas dari kematian. Hal

ini benar-benar ada. Datangnya sakaratul maut atau yang disebut

juga naza, ketika akan meninggalkan, menurut biasanya bahwa

maut itu naik sejak dari kaki. Ujung-ujung dari itulah yang mati

56

lebih dahulu, lalu naik keatas demi keatas, sehingga yang bagian

bawah berangsur dingin, sampai seluruh kaki tidak bergerak lagi.

Kemudian naik kepinggang, keperut dan kedada, sehingga

akhirnya yang terakhir bergerak adalah urat-urat leher dan bibir

yang menarik sisa-sisa nafas yang masih tertinggal dalam paru-

paru manusia

Semua manusia pasti akan merasakannya dan tidak ada

kecuali, meskipun dia seorang nabi utusan Allah. Sebagaimana

hadis yang telah penulis teliti dan ditakhrij, disini hadis tersebut

menjelaskan tentang keadaan nabi ketika akan meninggal dan nabi

berkata "Ya Allah mudahkanlah kepada saya sakaratul maut".

Dari hadis tersebut jelas bahwa seorang nabi kekasih Allah,

juga menghadapi sakaratul maut dan beliau meminta kemudahan

dalam menghadapinya, lebih-lebih manusia biasa yang banyak

dosa pastikan menghadapi hal tersebut.

Maka dari itu lepaskanlah kecintaan akan dunia diatas

kecintaan akan akhirat, karena hubungannya dengan dunia ini akan

terputus, dan akan berpindah ke alam akhirat yang kekal abadi

didalamnya

Sakaratul maut dapat menyingkap keyakinan orang-orang

kafir yang tidak percaya kepada hari pembalasan dan hari

kebangkitan yang telah mereka dustakan. Orang-orang kafir ketika

berada dalam sakaratul maut, para malaikat mencabutnya dengan

azab, bencana dan kemurkaan yang dahsyat.

Demikianlah kesimpulan utuh tentang sakaratul maut dalam

Al-Qur'an dan hadis yang telah penulis bahas.

B. Perdebatan para Ulama Tentang Sakaratul Maut

Dalam hal ini penulis memaparkan pendapat-pendapat para ulama

tentang sakaratul maut, yang bukan tidak mungkin antara ulama yang satu

57

dengan ulama yang lain mempunyai pendapat yang berbeda tentang sakaratul

maut itu sendiri. Berikut pemaparannya.

M. Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Misbah berpendapat bahwa

Allah mengatakan: jika orang yang mati itu termasuk orang yang didekatkan

kepada Allah yakni as-Sabiqun maka dia memperoleh kenyamanan dan

ketentraman dari segala kegelisahan, penyakit dan yang mengeruhkan

perasaan, dan juga rezeki yakni rahmat yang melimpah dan memuaskan, atau

penyambutan dengan kembang-kembang yang beraroma harum serta surga

kenikmatan ukhrawi yang tidak terlukiskan atau tertampung oleh kata-kata.

Dan adapun jika yang mati termasuk golongan kanan, yakni ash-hab-al-

maimanah yang kedudukannya relatif lebih rendah dari golongan yang diatas,

maka keselamatan dan kesejahteraan serta penghormatan baginya secara

khusus dari rekan-rekan Ash-hab al-Yamin. Dan dengan demikian engkau

tidak memperoleh kecuali keharmonisan hubungan dengan mereka.68 (Q.S.

Al-Waqi'ah ayat 88-91).

M. Quraish Shihab dalam kitab yang sama juga berpendapat bahwa

orang mukmin pada saat malaikat maut datang mengambil nyawanya, mereka

akan melihat tempatnya kelak di surga. Jadi, ketika itu jiwa mereka tenang dan

senang bertemu dengan Allah, Allah pun senang bertemu dengannya.

Sedangkan orang durhaka, diperlihatkan padanya pada saat sekarat tempatnya

yang akan dihuni di neraka, sehingga hatinya gusar dan tidak ingin mati.69

Masih dalam kitab yang sama M. Quraish Shihab berpendapat bahwa

sakaratul maut datang pada saat kedua malaikat (Raqib dan 'Atid) itu hadir

untuk bertemu dan menjemput nyawa yang sedang mengalami sakaratul itu.

Ada malaikat yang duduk di arah kanan apabila nyawa akan yang akan

dijemputnya itu adalah nyawa orang bertakwa, dan diarah kiri apabila yang

akan dijemputnya adalah nyawa pendurhaka.70

Ahmad Musthafa Al-Maraghi menyatakan bahwa sakaratul maut dapat

menyingkap keyakinan orang-orang kafir yang tidak percaya adanya hari

68M. Quraish Shihab, op.cit., hlm. 583 69Ibid., hlm. 197 70Ibid., hlm. 295

58

pembalasan dan hari kebangkitan. Pada saat itulah Allah memberitahukan

kepada mereka bahwa kebangkitan adalah hal yang tidak perlu diragukan.71

Dalam kitab yang sama Al-Maraghi juga berpendapat bahwa orang-

orang yang zalim, ketika berada dalam sakaratul maut mereka merasakan

berbagai penderitaan dan kengerian karena malaikat mencabut nyawa mereka

dengan keras.72

Hal ini diperkuat oleh M. Nasib Ar-Rifai dalam kitab Ringkasan Tafsir

Ibnu Katsir yang berpendapat bahwa orang kafir ketika sekarat maka malaikat

mencabutnya dengan azab, bencana, belenggu, neraka jahim, air yang

bergolak, dan kemurkaan yang dahsyat, dan hebat, lalu nyawa si kafir itu

membandel dan menolak untuk keluar dari tubuhnya.73

Zayd Ibn Aslam berkata, jika masih ada dosa pada diri seorang

mukmin yang tidak tersentuh oleh amalannya, maka akan disulitkan baginya

kematian dengan sakaratul maut dan dengan kesulitannya itu dia dapat

mencapai derajat surga. Dan sesungguhnya jika orang kafir telah baik di

dunia, maka akan dimudahkan kematiannya, yaitu untuk menebus pahala

kebaikannya di dunia, untuk selanjutnya menuju ke neraka.74

Nuruddin berpendapat bahwa keluarnya nyawa dari badan seseorang

berbeda-beda. Sebagian ada yang mendapat kemudahan sehingga tidak merasa

kesakitan bahkan merasa senang. Sebaliknya sebagian lagi mendapat kesulitan

sehingga merasa kesakitan. Dan menurut Nuruddin proses pencabutan roh

orang-orang mukmin dilakukan dengan "penuh hormat".

Ibn Abi Hatim meriwayatkan bahwa al-Rabi' ibn Anas, ketika

menafsirkan surat an-Nazi'at ayat 1 dan 2, "Demi malaikat-malaikat yang

mencabut nyawa dengan keras, dan demi malaikat-malaikat yang mencabut

nyawa dari ujung jari-jari dan persendian," berkata, "kedua ayat ini berbicara

71Ahmad Musthafa Al-Maraghi, op.cit., hlm. 289-270 72Ibid., hlm. 335 73M. Nasib Ar-Rifa'i, op.cit., hlm. 252 74Al-Imam Jalaluddin as-Suyuthi, Muhammad Hasan al-Hamsyi (ed.), Ziarah ke Alam

Barzah, Pustaka Hidayah, 2000, hlm. 46

59

mengenai kafir. Roh mereka dicabut secara kasar dan keras.75

Mengenai dua ayat berikutnya, "Dan demi malaikat-malaikat yang

turun dari langit dengan cepat, dan malaikat-malaikat yang mendahului

dengan kencang, "al-Rabi' ibn Anas berkata "Dua ayat ini berbicara mengenai

pencabutan roh orang muslim.76

Dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh imam Muslim bahwa Abu

Hurairah berkata, "Apabila roh orang mukmin keluar dari tubuhnya, maka ia

disambut oleh dua orang malaikat, keduanya membawa naik ke langit dan

menyebut-nyebut kebaikannya. Penduduk langit berkata, 'Sebuah roh yang

baik datang dan juga kepada tubuh yang anda tempati sebelumnya!' mereka

membawanya menghadap Tuhan. Dan apabila roh orang kafir keluar dari

tubuhnya, maka disebut-sebut bau busuk dan laknat yang diterimanya.77

Setelah beberapa ulama diatas mengemukakan pendapat-pendapatnya,

maka dapat ditarik kesimpulan dari sebagian ulama yang menyatakan apabila

orang yang perbuatannya baik semasa hidup di dunia, maka akan mengalami

sakaratul maut dengan tenang, sedangkan bagi orang yang amal perbuatannya

buruk selama hidup di dunia, maka akan menghadapi sakaratul maut dengan

tegang dan azab yang pedih. Hal ini didasarkan pada firman Allah surat an-

Nahl ayat 32 dan surat Rum ayat 10.

Surat an-Nahl ayat 32 yang artinya: "Orang-orang yang diwafatkan

oleh malaikat dalam keadaan baik (kepada mereka dikatakan): "Selamatlah

kamu". Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan amal baik yang telah

kamu kerjakan".

Surat ar-Rum ayat 10 yang artinya: "Kemudian, kesudahan orang-

orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang paling buruk, karena

mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan selalu memperolok-oloknya".

Adapun ulama yang lain berpendapat bahwa seorang mukmin yang

masih mempunyai dosa yang tidak tersentuh oleh amalnya, maka akan

75Jalal al-Din al-Suyuthi, Kemenangan Besar Berjumpa Sang Maha Benar, Serambi Ilmu

Semesta, 1994, hlm. 63 76Ibid., 77Ibid., hlm. 64

60

disulitkan ketika sakaratul maut dan dengan kesulitan itu, dapat mencapai

derajat surga. Dan apabila orang kafir pernah berbuat baik di dunia, maka

akan dimudahkan sekaratnya, yaitu untuk menebus pahala kebaikannya di

dunia dan selanjutnya menuju ke neraka.

Hal ini dipertegas oleh hadis sahih yang diriwayatkan oleh Bukhari

dari 'Aisyah r.a. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya "Tiada Tuhan

melainkan Allah, sesungguhnya mati itu mempunyai beberapa kesengsaraan".

Dan tidak lama setelah itu Rasulullah wafat.

Hadis diatas menjelaskan tentang keadaan Nabi ketika mendekati ajal,

kemudian beliau berdo'a kepada Allah untuk dimudahkan dari sakratul maut.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Rasulullah SAW ketika

mendekati ajal, beliau juga merasakan sakitnya maut. Padahal beliau adalah

kekasih Allah, lebih-lebih manusia biasa yang berlumuran dosa, mustahil

apabila tidak merasakan sakitnya sekarat.

Ibnu Majah juga meriwayatkan dari 'Aisyah r.a. bahwa Rasulullah

SAW berkata, "Muslim mendapat pahala dari segalanya, bahkan dari rasa

sakit pada waktu sekarat.78

Demikianlah pemaparan atas pendapat-pendapat para ulama tentang

sakaratul maut, yang mana antara ulama yang satu dengan ulama yang lain ada

perbedaan pendapat, akan tetapi semua hanyalah kembali kepada Allah Yang

Maha Benar Dan Maha Mengetahui.

C. Pelajaran Yang Dapat Diambil Oleh Manusia Yang Masih Hidup Dari

Sakaratul Maut

Setiap peristiwa seperti apapun bentuk dan wujudnya pasti

mengandung pelajaran. Dalam hal ini penulis akan menguraikan tentang

pelajaran yang dapat diambil bagi orang yang masih hidup, dari peristiwa

sakaratul maut. Mengingat sakaratul maut adalah kejadian yang luar biasa

dahsyatnya yang pasti datang kepada orang yang akan mati.

78M. Nasib Ar-Rifa'i, op.cit., Jilid I, hlm. 558

61

Adapun pelajaran yang dapat diambil oleh orang yang hidup dari

sakaratul maut adalah sebagai berikut:

Mengingat Mati

Dengan menyaksikan sakaratul maut secara langsung ataupun

hanya mendengar kata-kata sakaratul maut, maka otomatis kita akan ingat

kematian yang bakal menimpa semua yang bernyawa.

Islam menyuruh umatnya untuk sering mengingat mati.

Sebagaimana Rasulullah dalam hadisnya mengatakan bahwa orang yang

paling banyak mengingat mati itulah yang dianggap sebagai orang yang

pintar dan cerdas.

ا بعده استعدادا ألئك األ كياسملواحسنهم ، أكثرهم للموت ذكرافأى املؤمنني أكيس؟ : قال

Artinya: "Sahabat bertanya: seperti apakah mukimin yang paling cerdas itu? nabi menjawab (yaitu orang-orang mukmin yang paling paling banyak mengingat mati dan paling banyak persiapannya. Merekalah manusia yang paling pintar dan cerdas)."79

Sebab, orang yang paling banyak mengingat mati itulah orang yang

paling lengkap persediaannya untuk mati, sehingga dialah orang yang

mendapat kemuliaan di dunia dan kehormatan di akhirat nanti.80 Dalam

sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, Rasulullah pernah

berkata:

هاذم اللذات ذكر أكثروا

Artinya: "Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan, yaitu mati."81

Tetapi jangan sekali-kali salah arti, bahwa anjuran agama Islam

untuk sering mengingat mati diartikan bahwa kita disuruh mencita-citakan

79Al-Khaafidz Abi 'Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qoazniwiniyyi, op.cit., Juz II,

hlm. 1423 80H. Anwar Harahap, Menuju Hari Abadi, PT. Pustaka Widyasarana, Jakarta, 1993, hlm.

101 81Imam Abu Abdirrahman Ahmad Ibnu Syu'aib Ibnu Ali Ibnu Sinan Ibnu Bahran Nas'i,

Sunan Nasai, Darul Fikr, Beirut, 1999, Juz IV, hlm. 5

62

lekas mati. Sebaliknya dalam agama Islam kita dilarang bercita-cita lekas

mati. Rasulullah SAW bersabda:

وتو ،حيين ماكانت احلياة خريا يل أ !اللهم: ليقلونزل به كم املوت لضر ني احد ناليتم .يل كانت الوفاة خريا فين اذ

Artinya: "Sekali-sekali janganlah salah satu diantara kamu bercita-cita supaya lekas mati karena salah satu malapetaka yang sedang menimpa dirinya, dari bercita-cita mati, lebih baik berkata (berdo'a): Ya Allah! hidupkanlah aku sekiranya hidup lebih baik bagiku dan wafatkanlah aku sekiranya wafat lebih baik untukku".82

Dalam kitab Mau'idhotul Mukmin Min Ihya 'Ulumuddin dijelaskan

bahwa manusia terbagi menjadi tiga golongan dalam kaitannya dengan

mengingat mati, yaitu:

a. Orang yang tenggelam dalam kenikmatan duniawi. Orang seperni ini

tidak akan pernah mengingat mati. Kalaupun ia mengingatnya, tidak

lain karena merasa susah harus berpisah dengan kesenangan

duniawinya pada suatu saat nanti, sehingga ia pun tak habis-habisnya

mencela kematian ini hanya semakin menjauhkan dari rahmat Allah.

b. Orang yang bertaubat. Ia banyak mengingat mati untuk

membangkitkan di dalam hatinya rasa takut dan getar terhadap Allah,

sehingga dengan demikian sempurnalah taubatnya.

c. Orang yang sadar betul akan kepastian kematiannya. Orang ini

selamanya mengingat mati, karena kematian adalah waktu yang

dijanjikan kepadanya untuk bertemu dengan kekasihnya. Dan

seseorang itu tidak akan pernah melupakan waktu perjanjian untuk

bertemu dengan kekasihnya.83

Bila mati dikatakan satu hal yang paling hebat dan pasti terjadi atas

diri tiap manusia, maka melupakan mati adalah benar-benar satu

kebodohan, satu perbuatan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.

82Bey Arifin, Mengenal Tuhan, Bina Ilmu, Surabaya, hlm. 173 83Syeh Muhammad Jalauddin Al-Qasimy Ad Dimsyaqi, Mau'idhotul Mukmin Min Ihya

'Ulumuddin, CV. Asy Syifa', Semarang, 1993, hlm. 815-816

63

Mengingat akan satu perkara yang paling hebat dan pasti menimpa

diri kita, bukanlah satu kebodohan, tetapi merupakan satu kesadaran, satu

pengertian tentang diri dan satu pengertian tentang hidup.

Mengingat mati dengan pengertian dan kesadaran, serta keyakinan

dan kepercayaan, tidak mungkin menyebabkan seseorang menderita

kesengsaraan batin karena takut dan khawatir terus menerus. Mereka yang

menderita kesengsaraan batin dengan perasaan takut dan khawatir terus

menerus, ialah orang yang tidak pernah mengingat mati, dan orang yang

tidak mempunyai pengertian tentang mati itu.

Orang yang sama sekali tidak pernah memikirkan dan mempelajari

masalah mati dalam hidupnya dan tidak percaya kepada Tuhan terlalu

berat penderitaan dan kesengsaraannya menghadapi mati. Mati gelap

baginya, keadaan sesudah mati adalah lebih gelap lagi baginya.84

Adapun mengingati mati juga mempunyai faedah atau kegunannya,

yang antara lain:

1. Mengingati mati menjadikan kita lebih berani, bukan lebih penakut.

Ada dua golongan manusia, yang satu amat berbeda dengan

lainnya dalam hal mengingat mati. Golongan pertama, ialah yang tak

punya kepercayaan dalam hidup. Hidup baginya ialah makan dan

minum, kawin dan berketurunan. Orang ini bahkan tidak percaya

dibalik hidup yang sekarang ini ada kehidupan yang kekal di akhirat

nanti.

Bagi orang yang begini, mengingat mati adalah satu

kesengsaraan batin. Sebab itu mereka selalu menghindarkan diri dari

mengingati mati, lebih-lebih bila salah seorang teman atau keluarga

sendiri meninggal dunia. Mereka jadi kaget, takut, ngeri. Mereka

menderita dengan penderitaan yang sehebat-hebatnya dikala

mendengar salah seorang teman, kenalan atau keluarganya meninggal

dunia. Mereka merasakan siksa mati sebelum mereka mati.

84Bey Arifin, op.cit., hlm. 174-176

64

Golongan kedua, ialah orang-orang yang mempunyai

kepercayaan dalam hidup, kepercayaan bahwa dibalik hidup yang

sekarang ini ada lagi kehidupan lain yang kekal dan abadi di alam

akhirat. Buat mereka mati hanyalah perpisahan sementara dengan

semua orang yang ditinggalkan. Mereka sedih menghadapi mati, tetapi

tidaklah sesedih orang yang tidak mempunyai kepercayaan. Bahkan

ada orang yang beriman ini yang tidak sedih dan takut sama sekali

akan mati, bahkan mereka amat rindu kepada mati. Mereka ini ialah

mereka yang suci, mereka yang merasa diri tidak takut, tidak gentar,

tidak sedih menghadapi mati.

Kalau kita orang biasa yang mengakui mempunyai

kepercayaan atau iman, masih merasa sedih, takut dan lainnya

menghadapi mati, itu adalah satu tanda keimanan kita belum

sempurna, sebab itu kita harus selalu berikhtiar menyempurnakan

keimanan itu. Itu juga menjadi tanda bahwa kita masih punya dosa,

sebab itu kita harus selalu berikhtiar melenyapkan dosa itu dengan

memperbanyak ibadat, minta ampun dan tobat.

Seiring mengingat mati, akan melatih jiwa kita menghadapi

mati, akhirnya berkuranglah ketakutan kepada mati, hilanglah

kesedihan mengadapi mati. Menempuh mati bagi orang yang sering

menginsyafi mati adalah sesuatu yang sudah diketahui.

Disamping menahan pengetahuan dan kepercayaan tentang

agama dan akhirat, ada baiknya kalau kita sering pergi menjenguk

kawan kita yang sedang sakit keras, apalagi kalau dikirakan sakitnya

akan membawa kepada kematian. Dan kalau ada kawan yang

meninggal dunia, hendaklah kita datang bertakziyah dan

mengantarkannya ke kubur. Kalau dapat turut memandikan

jenazahnya, turut menyembahyangkan dan turut memasukkannya ke

liang kubur. Semua itu membawa faedah yang amat besar artinya bagi

kita yang dapat melakukannya.

65

Bukan saja akan menyebabkan kita tambah berani menghadapi

maut, tetapi dengan sering melihat orang sakit, sering bertakziah dan

mengantarkan orang ke kubur, menyebabkan empuknya qalbu dan

jiwa kita, sehingga qalbu dan jiwa kita itu mudah untuk menerima

taufik dan hidayah Tuhan. Kita akan hidup lebih hati-hati, sehingga

selalu ingat kepada Tuhan, ingat akan kebenaran, sehingga akhlak dan

jiwa kita menjadi lebih baik, akhirnya kita menjadi manusia yang

disenangi oleh Tuhan. Orang yang merasa dirinya disenangi oleh

Tuhan, adalah orang yang paling berbahagia di dunia ini.

Kebalikannya, yang paling celaka ialah manusia yang merasa dirinya

tidak disenangi oleh manusia dan tidak disenangi oleh Tuhan. Dan

juga termasuk orang yang berbahagia adalah sekalipun tidak disenangi

oleh manusia, tetapi merasa dirinya disenangi oleh Tuhan.

2. Mengingat mati menjadikan seorang rendah hati, tidak sombong, tidak

angkuh, tidak terlalu mewah dalam hidupnya, menjadi tenang tidak

resah.

Orang yang sering mengingat mati, adalah orang yang sering

memikirkan masalah besar, masalah yang tinggi, masalah yang suci.

Orang yang sombong, angkuh dan hidup mewah itu, adalah orang yang

pendek pemikirannya, mati adalah obat semujarab-mujarabnya buat

melenyapkan kesombongan dan keangkuhan.

Apalagi kalau orang itu sering melihat orang yang sakit keras,

sering mengantarkan orang mati ke kubur, sering memandikan orang

mati, sering melihat atau memasukkan jenazah ke liang kubur, sedikit

demi sedikit akan tertanam ke dalam jiwanya sedalam-dalamnya

artinya manusia, artinya hidup, artinya harta, artinya pangkat, dan lain

sebagainya.

Apalagi kalau melihat seseorang dalam keadaan kaya raya atau

berkuasa penuh, meninggal dunia, dimandikan orang, dimasukkan ke

liang kubur. Akan menetes kedalam jiwanya pengertian yang amat

66

tinggi tentang hidup, tentang kesehatan, tentang harta, tentang pangkat

dan lain sebagainya.

Sungguh semua itu adalah pelajaran yang amat tinggi, pelajaran

yang tidak dapat dicapai dengan perantaraan seorang guru atau

profesor dan lain sebagainya.85

3. Menyembuhkan angan-angan yang berkepanjangan

Faktor penyebab berpanjang angan-angan dan cita-cita serta cara

menyembuhkannya.

Panjang angan-angan disebabkan oleh kecintaan terhadap dunia,

dan ketidaktahuan akan datangnya kematian secara tiba-tiba. Ia tidak

menyadari bahwa kematian itu dekat-dekat saja datangnya. Karena

kematian itu tidak tertentu datangnya, apakah dimasa muda, masa tua, atau

masa renta.

Menurut Al-Ghazali ada dua faktor penyebab panjang angan-

angan, yaitu kebodohan dan cinta duniawi. Cinta duniawi adalah jika

seseorang mulai menggemari dunia beserta hawa nafsunya, kesenangan-

kesenangan dan pemikat-pemikatnya, tentu dia akan merasa enggan

berfikir akan kematian yang menjadi perpisahan itu, karena siapa yang

membenci sesuatu pasti akan menghindar darinya.86

Apabila manusia sudah dihinggapi perasaan cinta terhadap dunia

dan kemegahannya, maka lamunan serta angan-angan yang panjang pun

bermunculan, yakni mempunyai sebuah hayalan dirinya akan kekal,

memiliki harta, keluarga, teman, kendaraan, dan semuanya yang

dibutuhkan di dunia ini. Hingga hatinya disibukkan hal diatas. Ingatan

akan kematian pun dikesampingkan, kalaupun dia mengingatnya diapun

berusaha menunda dan berjanji pada hatinya dan berkata, "masih banyak

waktu dimasa depan sampai kamu menjadi dewasa dan matang, setelah itu

kamu bisa bertobat". Demikianlah dia terus mengulur-ulur waktu dan

terlibat dalam suatu kesibukan duniawi yang untuk menuntaskannya,

85Ibid., hlm. 177-179 86Al-Ghazali, Metode Menjemput Maut, Terj. Ahsin Mohammad, Mizan Bandung, hlm.

40-41

67

justru terjebak dalam sebuah kesibukan duniawi lain, yang melalaikan

dirinya hingga kematian datang sebelum adanya sebuah persiapan. Akar

dari semua angan-angan adalah perasaan cinta kepada dunia dan

bersenang-senang didalamnya.

Mengenai kebodohan hal itu terkandung dalam sikap orang yang

terlalu menaruh kepercayaan terhadap usia muda dan beranggapan bahwa

kesehatannya akan membawa dirinya dari kematian dan mengabaikan

kemungkinan terjadinya mati mendadak. Namun hal semacam itu bukan

hal yang mustahil. Kalaupun seandainya mati mendadak itu kurang

mungkin, maka sakit mendadak dan kedatangannya yang mendadak itu

sering kali membawa kematian.87

Masih menurut Al-Ghazali bahwa cara mengatasi adanya angan-

angan yang panjang adalah menghilangkan kedua penyebab tersebut.

Kebodohan bisa dihilangkan melalui perenungan yang jernih dari hati

yang tulus atau dengan cara mendengarkan kata-kata bijak dari orang-

orang berhati suci. Sedangkan perasaan cinta kepada dunia agak sukar

ditinggalkan dari hati sebab merupakan penyakit kronis yang jarang bisa

disembuhkan baik oleh orang-orang terdahulu maupun oleh orang-orang

modern, tidak ada obatnya kecuali iman kepada hari akhir dan yang ada

didalamnya dari kebesaran pahala atau siksa.88

Demikianlah penjelasan tentang pelajaran yang dapat diambil dari

peristiwa sakaratul maut bagi manusia yang belum pernah mengalaminya,

akan tetapi ada yang pernah menyaksikannya. Dan semoga kita

digolongkan menjadi manusia yang dimudahkan Allah dalam sakratul

maut. Amin.

87Ibid., hlm. 41-42 88Ibid., hlm. 43