BAB III HAKEKAT SAKARATUL MAUT -...
Transcript of BAB III HAKEKAT SAKARATUL MAUT -...
24
BAB III
HAKEKAT SAKARATUL MAUT
Dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa sakaratul maut datang pada setiap
manusia dengan sebenar-benarnya. Tidak ada satupun manusia yang dapat
menghindarinya.
Orang-orang kafir ketika berada dalam sakaratul maut, maka para malaikat
mencabutnya dengan azab, belenggu dan kemurkaan yang dahsyat. Hal ini
sebagai ganjaran yang telah dilakukan orang-orang kafir yang telah mendustakan
Allah dan tinggi hati sehingga tidak mau mengikuti ayat-ayat Allah dan mematuhi
rasul-rasul-Nya.
Demikian juga sebaliknya orang-orang mukmin ketika berada dalam
sakaratul maut, maka para malaikat mencabutnya dengan lemah lembut. Hal
ini sebagai ganjaran yang telah dilakukannya. Karena mereka telah mengikuti
ayat-ayat Allah dan mematuhi rasul-rasul-Nya.
Ayat-ayat Al-Qur'an tentang sakaratul maut menjelaskan bahwa semua
manusia akan menemui kematian dan akan merasakan betapa sakitnya mati.
Pada saat itu mereka menemukan akibat perbuatannya dengan segala
konsekwensinya. Mereka akan menerima pahala apabila perbuatannya bernilai
ibadah dan akan mendapat siksa apabila perbuatannya bernilai mafsadah. Oleh
karenanya sakaratul maut ini merupakan peristiwa yang mampu mendatangkan
keyakinan mereka tentang apa yang diragukannya.1
A. Penafsiran Ayat Al-Qur'an dan penjelasan hadis tentang sakaratul maut
Agar pembahasan lebih komprehensif penulis perlu melakukan usaha
penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang sakaratul maut. Adapun
ayat-ayat tersebut ada yang menjelaskan secara langsung dan ada juga yang
menjelaskan secara tidak langsung.
1Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqi, Tafsir Al-Qur'anul Majid An-Nur, PT. Pustaka
Riski Putra, Semarang , 1995, Jilid V, hlm. 3810 -3811
25
a. Tasfir ayat Al-Qur'an.
Sebelum penulis menjelaskan tentang penafsiran ayat-ayat ini,
penulis akan memberikan gambaran umum tentang masing-masing surat.
1. Ayat yang secara langsung menjelaskan sakaratul maut
Gambaran umum surat Qof
Tema utama surat ini adalah uraian tentang dakwah
Islamiah yang berbicara tentang peringatan menyangkut hari
kebangkitan serta penolakan kaum musyrikin terhadap keniscayaan
karena mereka menduga bahwa kematian memusnahkan
kepribadian seseorang dan mengalihkannya menjadi tanah.
Ibnu Asyur mengemukakan banyak hal atau persoalan yang
diuraikan ayat ini. Persoalan-persoalan tersebut antara lain
menyangkut keutamaan Al-Qur'an dan penolakan kaum musyrikin
terhadapnya, pembuktian tentang kebenaran kiamat, serta
penenangan hati Nabi dan pujian terhadap kaum beriman dan
kemahaluasan ilmu Allah SWT.
Tujuan utama surat ini menurut al-Biqa'i adalah
pembenaran terhadap risalah Nabi Muhammad SAW. Risalahnya
tersebut diantaranya berbicara tentang keniscayaan kebangkitan.
Lebih lanjut masih menurut al-Biqa'I, tujuannya adalah
membuktikan betapa luas kuasa Allah yang merupakan kesimpulan
dari apa yang dikemukakan dari akhir surat yang lalu (al-Hujurat)
tentang keluasan ilmu-Nya. Ini mengantar kepada penjelasan
tentang adanya kebangkitan manusia setelah kematiannya pada
hari kebangkitan nanti, dimana Dia Yang Maha Kuasa itu akan
memberi putusan kepada hamba-hamba-Nya dengan adil. Itulah
rahasia kekuasaan sekaligus rahasia wujud ini.
Bahkan Sayyid Quthub menilai bahwa surat ini adalah satu
surat yang sangat menakutkan dan sangat keras kesannya melalui
hakekat-hakekat yang ditampilkannya, redaksinya, gambaran, serta
bunyi yang dimunculkan oleh akhir-akhir ayatnya. Dia menguasai
26
jiwa manusia, mengejarnya pada gerak dan bisikan hatinya, pada
rahasia dan hidup nyatanya, pada lahir dan batinnya serta
mengejarnya dengan pengawasan Allah. Pengawasan itu tidak
mengabaikan sesaat pun, sejak kelahiran hingga kematiannya
sampai pada kebangkitan, kemudian penggiringan kepada mahsyar
dan perhitungan Ilahi. Semua itu dalam bentuk pengawasan yang
sangat ketat sempurna dan menyeluruh terhadap makhluk manusia
yang lemah ini. Setiap nafas dihitung, setiap bisikan hati diketahui,
setiap kata yang diucapkan dicatat, setiap gerak diperhitungkan
tidak ada suatu persoalan kecil atau besar yang diabaikan.
Adapun ayat 19 masuk dalam surat Qof karena ada
kaitannya dengan masalah kematian yang mana setiap kematian
ada sakaratul maut.
Ayat 19 surat Qof
حيدت همن ا كنتم ذلك قت بالحوة المكرس اءتجو
Terjemahan
"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah
yang kamu selalu lari daripadanya".2
Tafsir Mufrodat
( untuk (سكرة) adalah yaitu meminjam kata ( وجاءت سكرة الموت
mengungkapkan dahsyatnya kematian.3 (الحق artinya dengan (ب
sebenarnya.4 ( ك د ) artinya mati.5 (ذل artinya menyimpang dan (تحي
berpaling.6
2Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara
Penerjemah Al-Qur'an, Toha Putra, Semarang, 1998, hlm. 853 3Dr. Wahbah Az-Zahili, Tafsir Al-Munir fil Aqidah was Syari'ah wal Manhaj, Darul Fikr,
Beirut, t.th., Juz XXV, hlm. 292 4Mustafa Al-Maraghi, Taffsir Al-Maraghi, Darul Fikr, Beirut 1993, Juz. XXVI, hlm. 256 5Dr. Wahbah Az-Zahili, loc. cit., hlm 292 6Mustafa Al-Maraghi, loc. cit., hlm. 256
27
Terjemah Tafsiriyah
Bila telah datang sakaratul maut, terbukalah kenyataan
yang sebenarnya hari kebangkitan itu, sakaratul maut benar-benar
membuka tabir, yang selalu mereka hindari. Sekarang bagi mereka
tidak ada tempat berlindung atau pelarian lagi.7
Penjelasan
Ayat ini berbicara tentang adanya sakaratul maut. Ahmad
Musthafa Al-Maraghi menyatakan, bahwa setelah Allah SWT
menceritakan anggapan orang-orang kafir yang menolak adanya
Yaumul Ba'ats, maka Allah memberitahukan kepada mereka
bahwa mereka akan mendapatkan kebenaran tersebut ketika maut
datang. Firman-Nya: (وجاءت سكرة الموت بالحق )
Dan penderitaan ketika mati itu, akan menyingkap
keyakinan yang telah didustakan, dan bahwa kebangkitan adalah
hal yang tidak perlu diragukan.
)ذالك ما آنت منه تحيد (
Kebenaran yang kamu hindari itu benar-benar telah datang
kepadamu, maka tidak ada tempat berlari dan tidak ada tempat
berpaling, tidak ada tempat menghindar dan tidak ada tempat untuk
menyelamatkan diri.
Dalam sebuah hadits sahih dinyatakan bahwa Nabi SAW,
ketika telah diliputi oleh maut, maka beliau mengusap keringat dari
wajahnya seraya bersabda: ( بحان اهللا كرات , س وت لس إن للم )
"Subhanallah, sesungguhnya maut itu ada penderitaan-
penderitaannya''. Dan sangkakala ditiupkan dengan tiupan
kebangkitan, dan saat yang sangat mengerikan adalah hari yang
diancamkan oleh Allah terhadap orang-orang kafir. Dan pada hari
itu Dia akan mengazab mereka.8
7Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya, PT. Citra Effhar, Semarang, 1993,
Jilid. IX, hlm. 464 8Musthafa Al-Maraghi., op.cit., hlm. 269-270
28
2. Ayat yang tidak secara langsung menjelaskan tentang sakaratul maut.
Gambaran umum surat Al-An'am
Tidak ada surat panjang yang turun sekaligus kecuali surat
al-An'am ini. Hal ini untuk menanggapi sebagian kaum musyrik
yang menghendaki Al-Qur'an turun sekaligus. Ini untuk
membuktikan bahwa Allah mampu menurunkannya sekaligus
tanpa berbeda mutu. Tetapi Dia tidak menurunkan demikian,
karena kemaslahatan menuntut diturunkannya sedikit demi sedikit
Tujuan surat ini adalah memantapkan tauhid, dan
ushuluddin atau prinsip-prinsip ajaran agama. Ajaran tauhid
menggambarkan ke-Esaan Allah dan kekuasaannya. Allah SWT
yang mewujudkan dan mematikan dan Dia juga yang
membangkitkan dari kematian. Disamping persoalan keesaan Allah
dan keniscayaan hari kiamat, ayat-ayat surat ini mengandung
penegasan tentang hal-hal yang diharamkan-Nya sambil
membatalkan apa yang diharamkan manusia atas dirinya. Sebab,
hanya Dia sendiri yang berwenang menetapkan hukum dan
membatalkannya, termasuk membatalkan apa yang ditetapkan
manusia, seperti yang dilakukan oleh kaum musyrik menyangkut
binatang dan sebagainya.
Adapun ayat 93 dimasukkan dalam surat al-An'am karena
ada kaitannya dengan kematian. Yang mana orang-orang dzalim,
yang selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar dan selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. Ketika dalam
tekanan sakaratul maut, mereka dibalas dengan siksaan yang
sangat menghinakan.
Ayat 93 surat Al-An'am
ومن أظلم ممن افترى على الله كذبا أو قال أوحي إلي ولم يوح إليه شـيء
ومن قال سأنزل مثل ما أنزل الله ولو ترى إذ الظالمون في غمرات المـوت
29
خرجوا أنفسكم اليوم تجزون عذاب الهـون بمـا والمآلئكة باسطوا أيديهم أ
كنتم تقولون على الله غير الحق وكنتم عن آياته تستكبرون
Terjemah
Dan siapa yang lebih zalim dari orang yang membuat
kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan
kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun
kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan
seperti apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya
sekiranya kamu melihat diwaktu orang-orang yang zalim berada
dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul
dengan tangannya (sambil berkata) :"Keluarkanlah nyawamu". Di
hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan,
karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang
tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri
terhadap ayat-ayat-Nya".9
Tafsir Mufrodat
رى ) membuat-buat dusta. Membuat-buat dusta :( افت
terhadap Allah adalah meriwayatkan perkataan dari Allah yang
tidak pernah difirmankan-Nya, atau menjadikan sekutu-sekutu.10
رة ) ialah bentuk jamak dari kata ( غمرات ) Ia terambil dari akar .( غم
kata ( غمر ) yang Artinya meliputi atau memenuhi sesuatu, atau
menutupi dan menghilangkan bekas-bekasnya.11 ( وم masa ( الي
tertentu. Disini dimaksudkan hari kiamat, saat Allah
membangkitkan manusia untuk dihisab dan diberi balasan.12
:kehinaan, seperti firman Allah Ta'ala :( الهون )
9Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahan, op.cit., hlm. 202 10 Mustafa Al-Maraghi, op.cit., Juz VII, hlm. 332 11M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an),
Lentera Hati, Jakarta, 2003, hlm. 196 12Mustafa Al-Maraghi, op.cit., hlm. 333
30
أيمسكه على هون أم يدسه في التراب
"Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?". (An-Nahl, 16: 59).13
Terjemah Tafsiriyah
"Dan tiada yang lebih zalim daripada orang yang mengada-
adakan kebohongan kepada Allah." Yakni, tiada seorang pun yang
lebih zalim daripada orang yang berdusta kepada Allah, lalu dia
menetapkan sekutu dan anak kepada Allah, atau dia mengaku
bahwa Allah mengutus dia. Oleh karena itu Allah berfirman, "Atau
dia mengatakan, 'telah diwahyukan kepada saya' padahal tidak ada
sesuatu pun yang diwahyukan kepadanya". "Dan orang yang
mengatakan, 'saya akan menurunkan seperti yang diturunkan
Allah'". Yakni, dia menentang wahyu yang diturunkan dari sisi
Allah dengan mengada-ada." Jika kamu melihat tatkala orang-
orang zalim itu berada dalam kedahsyatan maut" yakni tengah
sakaratul maut dan bencananya, "sedang para malaikat
membentangkan tangan-tangannya, 'keluarkan nyawa-nyawa
kalian'" yakni, para malaikat memukul mereka hingga nyawa
mereka keluar dari jasadnya. Hal itu karena apabila orang kafir
sekarat maka para malaikat menyambutnya dengan azab, bencana,
belenggu, neraka jahim, air yang bergolak, dan kemurkaan yang
dahsyat dan hebat, lalu nyawa si kafir itu membandel, berpindah-
pindah dalam tubuh si kafir, dan menolak untuk keluar. Maka para
malaikat pun memukul mereka hingga nyawa kaum kafir keluar
dari tubuhnya. Pada saat memukul, para malaikat berkata,
'"keluarkanlah nyawa-nyawamu!'" Pada hari itu kamu dibalas
dengan azab yang menghinakan karena apa yang dahulu kamu
katakan terhadap Allah secara tidak benar." Yakni, pada hari ini
13Ibid.,
31
kamu dihinakan dengan sehebat-hebatnya lantaran kamu dahulu
telah mendustakan Allah dan tinggi hati sehingga tidak mau
mengikuti ayat-ayat Allah dan mematuhi rasul-rasul-Nya.14
Penjelasan
Ayat ini berbicara tentang keadaan orang yang sedang sakaratul
maut
) كذبومن اظلم ممن افترى على اهللا(
Tidak ada seorang pun yang lebih zhalim daripada orang
yang membuat-buat dusta terhadap Allah, seperti mereka yang
berkata, "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia",
atau menjadikan sekutu atau anak bagi Allah.15
)يه شيئ أوقال أوحي إيل ومل يوح إل(
Atau yang berkata, "Telah diwahyukan kepadaku, padahal
tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, seperti: Musailamah,
sang pendusta yang mengaku-aku kenabian di Yamamah, Aswad
Al-'Ansa yang mengaku-aku kenabian di Yaman, Thulaihah Al-
Asadi yang mengaku-aku kenabian di Bani Asad, dan selain
mereka yang telah atau akan mengaku-akuinya disetiap zaman.16
)ومن قال سأنزل مثل ماأنزل اهللا(
Dan orang yang mengaku-aku kuasa untuk menurunkan
seperti apa yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, seperti orang-
orang musyrik yang berkata:
لقلنا مثل هذا لو نشأ
"Jika kami mau, tentu kami mengatakan seperti ini".
14 Muhammad Nasib ar-Rifa'i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Terj. Shihabuddin, Gema
Insani Press, Jakarta, 1999, Jilid II, hlm. 251-252 15Musthafa Al-Maraghi, op.cit., hlm. 334 16Ibid., hlm. 335
32
Diriwayatkan dari Nadhr bin Harits, bahwa dia berkata;
"Al-Qur'an ini adalah dongeng orang-orang terdahulu, dan ia
adalah syair; kalau kami mau, tentu kami dapat mengatakan yang
seperti itu".
Kemudian Allah Ta'ala menerangkan ancaman-Nya bagi
orang-orang yang zalim, karena besarnya dosa mereka. Allah
berfirman:
)الظاملون ىف غمرات املوت ولو ترى إذ(
Mula-mula, khitab ini ditujukan kepada Rasulullah SAW,
kemudian kepada setiap orang yang mendengar atau membacanya.
Yakni sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang zhalim,
baik mereka yang telah disebutkan di dalam ayat maupun selain
mereka yang berada dalam sakaratul maut, yaitu berbagai
penderitaan dan kengerian menjelang mati yang meliputi mereka.17
)أيدهم واملالئكة باسطوا(
Para malaikat membentangkan tangan-tangannya untuk
mencabut nyawa mereka yang buruk dengan keras dan
memukulnya, sebagaimana firman-Nya:
)ئكة يضربون وجوههم وأدبارهميف إذا توفتهم المالفك(
"Bagaimana (keadaan mereka) apabila malaikat maut mencabut
nyawa mereka seraya memukul muka dan punggung mereka?"
(Muhammad, 47: 27)
Kemudian, Allah menceritakan perintah para malaikat
kepada mereka yang disampaikan dalam gaya mencela, yaitu
ketika mereka membentangkan tangan-tangannya untuk mencabut
nyawa mereka.
)أنفسكم أخرجوا(
17Ibid.,
33
Keluarkanlah nyawa kalian dari tempatnya, jika memang
kalian bisa melakukannya. Atau, keluarkanlah nyawa itu dari
badan kalian.18
M. Quraish Shihab memahami kalimat keluarkanlah nyawa
kamu, bukan dalam arti ucapan, karena kematian dan kehidupan
bukanlah sesuatu yang berada dalam wilayah kemampuan manusia
untuk meraih atau menampiknya. Atas dasar itu, perintah diatas
dapat dipahami sebagai gambaran dari keengganan seseorang
untuk meninggal dunia.19
كنـتم و غري احلق اليوم جتزون عذاب اهلون مباكنتم تقولون على اهللا ( )عن اياته تستكربون
Di saat kematian, para malaikat berkata kepada mereka,
"pada hari ini kalian akan menerima azab kehinaan sebagai balasan
atas kezaliman kalian terhadap diri kalian sendiri, karena berbuat-
buat kedustaan terhadap Allah. Seperti, perkataan "Allah tidak
menurunkan sesuatupun kepada manusia'',''sesungguhnya telah
diwahyukan kepadaku", padahal tidak ada sesuatupun yang
diwahyukan kepadanya. Pengingkaran segolongan manusia
terhadap sifat-sifat yang telah ditetapkan Allah bagi diri-nya,
menjadikan anak lelaki dan perempuan bagi Allah, dan
keengganan untuk mengakui ayat-ayat yang telah diturunkan oleh
Allah, karena ingin menghina orang yang telah Allah muliakan
dengan ditampakkan ayat-ayat itu melalui lidah dan tangannya.20
Gambaran umum surat al-Waqi'ah
Tema utama surat ini adalah uraian tentang hari kiamat
serta penjelasan tentang apa yang akan terjadi di bumi, kenikmatan
yang akan terjadi di bumi, serta kenikmatan yang akan diperoleh
18Ibid., hlm. 336 19M. Quraish Syihab, op.cit., hlm. 197 20Musthafa Al-Maraghi, op.cit., hlm. 337
34
orang-orang bertakwa dan apa yang akan dialami oleh para
pendurhaka. Al-Biqo'i berpendapat bahwa surat ini merupakan
penjelasan dari apa yang diuraikan pada surat ar-Rahman yakni
surat yang lalu. Menurutnya dalam surat itu ada uraian menyangkut
tiga kelompok: pertama, orang-orang yang dekat kepada ar-
Rahman yang tampil mendahului orang-orang taat yang lain.
Kelompok kedua, adalah uraian tentang orang-orang taat selain
mereka dan kelompok ketiga, adalah mereka yang secara terang-
terangan melakukan kedurhakaan dan bersifat munafik baik dari
kelompok manusia maupun jin. Maksudnya ialah bahwa pada surat
ar-Rahman disebut dua tingkat surga, yang pertama akan dihuni
oleh mereka yang mendahului orang-orang taat dan dalam surat ini
dinamai as-Sabiqun, surga kedua dihuni oleh Ash-hab al-Yamin.
Dan para pendurhaka akan menerima balasan neraka yang disini
dinamai Ash-hab al-Masy'amah dan dalam surat ar-Rahman
diperingatkan dengan bermacam-macam siksa Ilahi.
Adapun ayat 83 dimasukkan kedalam surat al-Waqi'ah
karena ada hubungannya dengan hari kiamat. Yang mana orang
munafik tidak percaya kepada hari kiamat dan hari pembalasan.
Kemudian Allah memberikan salah satu bukti kuasa-Nya untuk
melakukan pembalasan dan ganjaran itu adalah kuasa-Nya
mencabut nyawa secara paksa. Sebaliknya bagi orang yang percaya
pada hari kiamat dan hari pembalasan, maka ketika dicabut
nyawanya secara lemah lembut.
Ayat 83 surat Al-Waqi'ah :
لقومت الحلغال إذا بفلو
Terjemahnya
"maka mengapa ketika nyawa sampai ke kerongkongan"21
21Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, op cit., hlm. 897
35
Tafsir Mufrodat
وال) yaitu kata-kata (huruf) yang berarti menganjurkan (ل
terjadinya sesuatu yang disebutkan sesudahnya, sebagai sesuatu
yang dianggap baik atau wajib.22 ( وم artinya kerongkongan (الحلق
(saluran makanan).23
Terjemah Tafsiriyah
Bagaimanakah sikapmu kelak apabila maut telah datang
menghampirimu dan nyawamu telah sampai ke kerongkongan,
karena panggilan telah tiba / dapatkah kamu berusaha melepaskan
diri pada waktu itu ?24
Penjelasan
Ayat ini berbicara tentang keadaan orang yang sedang
sakaratul maut. Mereka tidak percaya pada Allah akan datangnya
hari kebangkitan dan hari pembalasan. Akan tetapi ketika nyawa
telah sampai di kerongkongan mereka tidak dapat mengembalikan
nyawa itu kepada jasad yang bersangkutan untuk dapat hidup
seperti sedia kala25
Gambaran umum surat al-Qiyamah
Didalam surat ini Allah memberi peringatan kepada
manusia tentang hidup itu sendiri, melalui berbagai gelombang
hidup, sejak masih dari kandungan sampai menjadi insan yang
hidup dimuka bumi, dan sampai pula akan datangnya maut yang
tidak dapat dielakkan, semua digambarkan dalam surat ini. Maka
diterangkanlah bahwa manusia bukanlah didatangkan Allah ke
dunia ini hanya untuk semata-mata datang. Bahkan ditunjukkan
pula kepadanya jalan yang harus ditempuhnya, agar dia selamat.
Karena hidup pasti akan ditutup dengan kematian. Dan perjalanan
22Mustofa Al-Maraghi, op cit., Juz 27, hlm. 280 23Ibid. 24Prof. DR. Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Nasional, Pte Ltd, Singapura, 1999, Jilid
IX, hlm. 7150 25M. Quraish Syihab, op.cit., hlm. 581
36
bukanlah semata-mata mati saja. Dibalik mati ada lagi kehidupan
yaitu hari kebangkitan, yang disebut hari kiamat.
Dari pangkal surat ini diberi peringatan kepada manusia
bahwa bukan saja Allah Maha Kuasa menyusun tulang kembali,
yaitu tulang-tulang yang telah hancur beribu-ribu tahun didalam
tanah, bahkan ujung jaripun akan dikembalikan seperti sedia kala.
Diujung surat ini diperingatkan sekali lagi tentang kejadian
manusia, bahwa asal mulanya hanyalah setitik mani, kemudian
mani itu setelah terletak didalam rahim berangsur menjadi 'alaqoh,
yaitu segumpal darah, dan dari segumpal darah itu berangsur naik
sampai membentuk menjadi tubuh manusia, lalu diberi nyawa,
kemudian lahir ke dunia ini dan menjadi manusia.
Maka dengan mengambil kesaksian pada kejadian setitik
mani dalam masa sembilan bulan dapat menjelma menjadi
manusia, sedang kita sama sekali tidak tahu bagaimana rahasia
perkembangan kejadian itu, apakah tidak merupakan suatu
perbuatan orang yang bodoh kalau kita tidak mau percaya bahwa
makhluk akan dibangkitkan kembali, karena kita belum pernah
melihatnya. Sedangkan yang selalu kita lihatpun dapat
mengherankan kita, apalagi kekuasaan-kekuasaan lain yang belum
diperlihatkan kepada kita.
Adapun ayat 26 dimasukkan kedalam surat al-Qiyamah
karena ada hubungannya dengan kematian. Yang mana didalam
surat ini dijelaskan bahwa kehidupan akan diakhiri dengan
kematian, dan setiap kematian pasti ada proses pencabutan nyawa.
Ayat 26 surat Al-Qiyamah
التراقي إذا بلغتكال
37
Terjemah
"Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan".26
Tafsir Mufrodat
ي ) وة ) bentuk jamak dari ( تراق yaitu tulang yang ( ترق
terletak antara saluran leher dan tengkuk.27
Terjemah Tafsiriyah
Apabila ruh dicabut dari jasadnya dan telah sampai ke
kerongkongan.28
Penjelasan
Ayat ini berbicara tentang keadaan orang yang dalam
keadaan sakratul maut.
ال) kata untuk mencela dan melarang. Ingat dan (آ
perhatikanlah kematian yang ada dihadapanmu. Lepaskanlah
kecintaan akan dunia diatas kecintaan akan akhirat; karena
hubunganmu dengan dunia ini akan terputus, dan kamu akan
berpindah ke alam akhirat yang kekal abadi di dalamnya.29
( بلغت التراقي اذا ), yaitu dengan datangnya sakaratul maut atau
yang disebut juga naza, ketika akan meninggalkan, menurut
biasanya bahwa maut itu naik sejak dari kaki. Ujung-ujung dari
itulah yang mati lebih dahulu, lalu naik keatas demi keatas,
sehingga yang bagian bawah berangsur dingin, sampai seluruh kaki
tidak bergerak lagi. Kemudian naik ke pinggang, ke perut dan ke
dada, sehingga akhirnya yang terakhir bergerak adalah urat-urat
leher dan bibir yang menarik sisa-sisa nafas yang masih tertinggal
dalam paru-paru manusia.30
26Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, op cit., hlm. 1000 27Muhammad Nasib ar-Rifa'i, op cit., hlm. 871 28Ibid. 29Musthafa Al-Maraghi, op.cit., hlm. 252 30Prof. DR. Hamka, op.cit., hlm. 7771
38
Untuk memahami sakaratul maut dalam Al-Qur'an yang
terdapat dalam empat surat dan empat ayat ini, penulis akan
memberikan kesimpulan yang utuh mengenai hal tersebut.
Sakaratul maut merupakan peristiwa yang pasti adanya.
Peristiwa ini datang dengan sebenar-benarnya tidak ada satupun
manusia yang luput dari sakaratul maut. Ketika maut telah datang
menghampiri, dan nyawa telah sampai di kerongkongan, tak ada
satupun manusia yang dapat berusaha melepaskan diri pada waktu
itu.
Orang-orang kafir ketika berada dalam sakaratul maut,
maka para malaikat mencabutnya dengan azab, bencana, belenggu
dan kemurkaan yang dahsyat. Hal ini sebagai ganjaran yang telah
dilakukan orang-orang kafir yang mendustakan Allah dan tinggi
hati sehingga tidak mau mengikuti ayat-ayat Allah dan mematuhi
rasul-rasul-Nya.
b. Penjelasan hadis nabi : Allâhumma a'inni 'alâ sakarâtil maut
Sebagaimana uraian di depan bahwa setiap kematian mempunyai
beberapa kesengsaraan (sekarat) dapat dipahami dari teks hadis yang
berbunyi ( ى م أعن ى الله سكرات الموت عل ). Teks hadis tersebut terdapat dalam
kitab sunan Ibnu Majah, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan sunan
Tirmidzi. Berikut hadis tersebut beserta penjelasannya.
a. Teks hadist
1. Teks hadis pada kitab sunan Ibnu Majah
بن ثنا ليث بن سعد، عن يزيد . يونس بن حممد ثنا. شيبة بن أيب بكر أبو حدثنا: أىبحبيب، عن موسى بن سرجس، عن القاسم بن حممد، عن عائشة؛ قالـت
فيـدخل . رأيت رسول اهللا صلىاهللا عليه وسلم وهو ميوت وعنده قدح فيه ماء ).اللهم أعىن على سكرات املوت(مث يقول يده يف القدح، مث ميسح وجهه باملاء
Artinya: "Menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah. Menceritakan kepada kami Yunus bin Sa'd dari Yazid bin
39
Abi Khabib, dari Musa bin Sarjis, dari Qasim bin Muhammad, dari 'Aisyah berkata: saya melihat Rasulullah SAW dan ketika beliau akan meninggal dan di sampingnya terdapat gelas yang di dalamnya berisi air. Lalu nabi memasukkan tangan ke dalam gelas tersebut, kemudian mengusap wajahnya dengan air. Kemudian beliau berkata (Ya Allah mudahkanlah kepada saya sakaratul maut)".31
2. Teks hadis pada kitab musnad Imam Ahmad bin Hanbal
موسى بن سرجس، عن القاسم بن حممد، عن يونس قال ثنا ليث عن يزيد ثنارأيت رسول اهللا صلىاهللا عليه وسلم وهو ميـوت وعنـده : عن عائشة؛ قالت
اللهم أعىن (فيدخل يده يف القدح، مث ميسح وجهه باملاء مث يقول . قدح فيه ماء ).على سكرات املوت
Artinya: "Ahmad berkata kepada kami Yunus, ia berkata: menceritakan kepada kami Laits dari Yazid dari Musa bin Sarjis dari Qosim bin Muhammad dari 'Aisyah berkata: saya melihat Rasulullah SAW dan ketika beliau akan meninggal dan di sampingnya terdapat gelas yang di dalamnya berisi air, lalu nabi memasukkan tangan ke dalam gelas tersebut, kemudian mengusap wajahnya dengan air. Kemudian beliau berkata (Ya Allah mudahkanlah kepada saya sakaratul maut)".32
3. Teks hadis pada kitab sunan Tirmidzi
عن القاسم بن حدثنا الليث عن ابن اهلاد، عن موس بن سرجس، . ا قتيبة حدثنرأيت رسول اهللا صلىاهللا عليه وسلم وهو بـاملوت : حممد، عن عائشة؛ قالت
: يدخل يده يف القدح، مث ميسح وجهه باملاء، مث يقول وهو.وعنده قدح فيه ماء )سكرات املوت(أو ) اللهم أعىن على غمرات املوت (
Artinya: "Menceritakan kepada kami Qutaiban. Menceritakan kepada kami Laits dari Ibni Had, dari Musa bin Sarjis, dari Qosim bin Muhammad, dari 'Aisyah. 'Aisyah berkata: saya melihat Rasulullah SAW dan ketika beliau akan
31Al-Khafid Abi 'Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qozwiniyyi, Sunan Ibnu Majah,
Darul Fikr, Beirut, 1994, Juz I, hlm. 519 32Imam Abu Abdullah bin Muhammad bin Hanbal al-Marwazy, Musnad Imam Ahmad
bin Hanbal, Darul Fikr, Beirut, t.th., Juz VI, hlm. 64
40
meninggal dan di sampingnya terdapat gelas yang di dalamnya berisi air, lalu nabi memasukkan tangan ke dalam gelas tersebut, kemudian mengusap wajahnya dengan air. Kemudian beliau berkata (Ya Allah mudahkanlah kepada saya sakaratul maut).33
b. Nilai Sanad hadis
Dalam hal ini akan kami uraikan secara singkat rawi-rawi dari
seluruh jalan berikut untuk menilai kesinambungan hadis dan yang
paling penting nantinya bahwa seluruh hadis tersebut berasal dari
'Aisyah.
33Abu 'Isa Muhammad bin 'Isa bin Sauroh, Al-Jami' As-Shohih Sunan Tirmidzi, Darul
Fikr, Beirut, t.th., Juz III, hlm. 308
41
1. Bagan Sanad hadis Riwayat Ibnu Majah, Ahmad bin Hanbal
dam Tirmidzi
عن
14) 2)
ثنا
عن
ثنا
حدثنا
حدثنا
عن
عن
قالت
النيب صلىاهللا عليه وسلم
عائشة
القاسم بن حممد
بن سرجسموسى
ابن اهلاد يزيد
الليث
قتيبة يونس بن حممد
امحد بن حنبل ةببن أىبشيأبوبكر الترمذى
(1 ابن ماجه
8)
3 dan 9) 15)
4, 10 dan 16)
5 dan 11) 17)
6, 12 dan 18)
7, 13 dan 19)
20)
21)
42
2. Penilaian terhadap rijal hadis
a. Dari jalur Ibnu Majah
1) Ibnu Majah
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah
Muhammad Ibn Yazid al-Qazwini yang terkenal dengan
nama Ibnu Majah. Majah adalah gelar ayahnya (Yazid).
Ibnu Majah dilahirkan pada tahun 207 H (824 M) di
Qazwen. Ibnu Majah mempelajari ilmu sejak masa
mudanya.34
Sebagaimana halnya para Muhadditsin dalam
mencari hadis-hadis memerlukan perantauan ilmiyah, maka
beliaupun berkeliling di beberapa negeri untuk menemui
dan berguru hadis kepada para 'ulama hadis.
Dari tempat perantauannya itu, beliau bertemu
dengan murid-murid Imam Malik dan Al-laits, dan dari
beliau-beliau inilah, banyak memperoleh hadis-hadis.
Hadis-hadis beliau banyak di riwayatkan oleh orang
banyak.35
Al-Khalili berkata:
.له معرفة وحفظ, حمتج به, متفق عليه, ابن ماجه ثقة كبري
"Ibnu Majah yang tsiqqah yang besar, yang disepakati tentang kepercayaannya, yang diambil hujjah dengan pendapat-pendapatnya. Dia mempunyai pengetahuan yang luas dan hafalan yang banyak.36
Ibnu Majah wafat hari Selasa, bulan Ramadhan,
tahun 273 H (887 M).37
34Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis, PT. Bulan
Bintang, Jakarta, 1987, Jilid 1, hlm. 199 35Drs. Faturrahman, Ikhtisar Musthalahul Hadis, PT. Al-Ma'arif, Bandung, 1991, hlm.
335 36Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, loc. cit., hlm. 199 37Drs. Fathur Rahman, op.cit., hlm. 334
43
2) Abu Bakar bin Abi Syaibah
Beliau wafat di bulan Ramadhan tahun 265 H.
Disebutkan bahwa salah satu gurunya adalah Hafs bin Aun
dan lain-lain, sedangkan salah seorang yang mengambil
hadis darinya adalah Ibnu Majah.38
Menurut Abi Hatim ia adalah rawi yang jujur.
Sedangkan menurut Al-Khalili dan Muslimatun, ia adalah
orang yang tsiqoh. Al-Aqliyi dan Shalih Ath-Tharubilisi
menilainya tidak ada masalah.39
Adapun terhadap Ibnu Majah sebagai murid, kita
mendapatkan keterangan yang jelas bahwa Ibnu Majah
adalah muridnya. Dilihat dari kualitas periwayat, Abu
Bakar bin Abi Syaibah oleh para ulama hadis digolongkan
kepada periwayat yang tsiqoh. Dengan begitu
periwayatannya bisa diterima.
3) Yunus bin Muhammad
Nama lengkapnya adalah Yunus bin Muhammad
bin Muslim al-Baghdadi, disebut juga Abu Muhammad al-
Muaddah.
Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis:
Guru-gurunya sangat banyak, diantaranya Harb Ibn
Maimun, Hammad Ibnu Zaid, Hammad Ibnu Salamah dan
Dawud Ibn Abi Farrat. Murid-muridnya juga banyak,
diantaranya Husain Ibn Isa al-Basthamiy, 'Abdun Ibn
Humaid, 'Ali Ibn al-Madini dan Muhajid Ibn Musa.
Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:
'Utsman Ibn Sa'id al-Darimi dari Yahya Ibnu Ma'in
berkata: "Dia itu tsiqoh", Abu Hatim menyatakan bahwa
dia dapat dipercaya, Ibn Hibban memasukkannya dalam
38Ibnu Hajar Al-Asqalani, Tahdzibut Tahdzib, Darul Fikr, Beirut, 1984, Juz I, hlm. 118 39Ibid., hlm. 119
44
kitab al-Tsiqat. Dia berkata bahwa Yunus Ibn Muhammad
wafat pada tahun 207 H, sebagaimana yang dikatakan oleh
Abu Hisan al-Ziyadi.40
Dari beberapa kritikus hadis diatas tidak ada yang
mencela pribadinya, mereka memujinya dengan pujian
tertinggi.
4) Laits bin Sa'ad
Nama lengkapnya adalah Laits bin Sa'ad bin
Abdurrahman al-Fahmi.41 Beliau lahir tahun 94 H dan
wafat tahun 175 H.42
Guru beliau adalah Yazid bin Abi Habib, Yahya bin
Sa'id, Hisyam bin 'Urwah, Yazid bin Had dan lain
sebagainya.
Murid beliau adalah Su'aib, Hisam bin Sa'id,
Marwan bin Muhammad dan lain sebagainya.
Menurut Ahmad bin Sa'ad az-Zuhri, ia adalah rawi
yang tsiqah lagi dhabit. Sementara Abdullah bin Ahmad
dari Anas berpendapat bahwa Laits adalah orang yang
paling tahu dengan perinci hadis yang diriwayatkan dari
Abi Hurairah dan dari jalur ayahnya yang dari Abu
Hurairah. Sementara menurut Abu Dawud yang mendengar
dari Ahmad berkata bahwa tidak ada pada diri mereka
yakni ahli hadis dari Mesir yang lebih sahih hadisnya dari
Laits. Adapun Amr bin Harits hampir menyamainya.
Komentar yang lain hampir senada, yang intinya adalah
penilaian positif terhadap Laits.43
40Ibid., Juz. VI, hlm. 402 41Ibnu Hajar Al-Asqalani, op.cit., hlm. 412 42Ibid., hlm. 416 43Ibid., hlm. 413
45
Adapun mengenai kualitas pribadi Laits, beliau
adalah rawi yang tsiqah berdasarkan penilaian para ulama,
sehingga periwayatannya bisa diterima.
5) Yazid bin Abi Habib
Nama aslinya adalah Suwaid Al-Azdi.
Guru beliau antara lain 'Abdullah bin Harits bin
Jaza' Az-Zabidi, Abi Tufail, Aslam bin Yazid, abi Imron,
Ibrahim bin 'Abdullah bin Hunain dan lain-lain.
Muridnya adalah Sulaiman At-Taimiyyi,
Muhammad bin Ishak, Ziyad bin Abi Anisah, 'Amr Ibnu
Harits dan lain sebagainya.
Ibnu Hiban berpendapat tsiqoh.
Ibnu Sa'ad berpendapat tsiqoh.
Beliau wafat pada tahun 128 H.44
6) Musa bin Sarjis
Guru beliau adalah Qosim dan Muhammad bin Abi
Bakar as-Sidiq dan Ismail bin Abi Hakim.
Murid beliau adalah Yazid bin Abdullah bin Had,
dan Yazid bin Abi Habib.
Tirmidi berkata hadis yang diriwayatkan dari Qosim
dari 'Aisyah, tentang sakaratul maut adalah hadis gharib.45
7) Qosim bin Muhammad
Nama lengkapnya adalah A-Qosim bin Muhammad
bin Abu Bakar al-Sidiq Abu Muhammad.
Guru beliau antara lain adalah Aisyah, Abu
Hurairah, dan lain-lain. Murid beliau antara lain Yahya, al-
Zuhri, Musa bin Sarjis, dan lain-lain.
Komentar ulama terhadap al-Qosim:
44Ibid., Juz XI, hlm. 278 45Ibid., Juz X, hlm. 307
46
Menurut Ibn Sa'ad, dihadapan Ibnu atau anaknya
mengatakan, al-Qosim yang sebagai ketua adalah tsiqoh,
tinggi ilmu fiqihnya, imam yang wira'i serta hadisnya
banyak. Al-Bukhari berkata: "Pada waktu ayahnya
terbunuh, al-Qosim seorang yatim dan diasuh oleh Aisyah
r.a. di Hijr. Abdullah bin Syauzab serta Yahya Ibnu Said
berkata, kami tidak pernah bertemu seseorang di Madinah
yang lebih saya utamakan kecuali al-Qosim bin
Muhammad. Abu Zunad berkata saya tidak pernah melihat
seseorang yang lebih alim hadis-hadisnya dan tidak ada
seseorang yang kuat ingatannya kecuali al-Qosim bin
Muhammad. Menurut Khalid bin Nizar, bahwa manusia
yang lebih mengetahui hadisnya 'Aisyah ada tiga yaitu al-
Qosim, Urwah, Umroh. Menurut Malik bahwa beliau
adalah seorang yang sedikit dalam meriwayatkan hadis dan
fatwa. Ibnu Wahab serta Malik mengatakan al-Qosim
adalah fuqaha bagi umat ini, tsiqah, laki-laki yang suci dan
shalih. Beliau wafat tahun 122 H.46
Berdasarkan penilaian para ulama tersebut diatas
maka kami menyimpulkan bahwa al-Qosim adalah
periwayat yang tsiqoh.
b. Dari Jalur Ahmad bin Hanbal
8) Ahmad bin Hanbal
Nama lengkapnya adalah Imam Abu 'Abdullah bin
Muhammad bin Hanbal Al-Marwazy, beliau adalah ulama
hadis terkenal kelahiran Baghdad. Beliau lahir pada bulan
Rabi'ul Awal, tahun 164 H (780 M).47
Ahmad meriwayatkan hadis dari Basyr al
Muffadldlal Ar-Raqasyi, Sufyan Ibn 'Uyainah, Yahya ibn
46Ibid., Juz XIII, hlm. 299-300 47Drs. Fathur Rahman, op.cit., hlm. 325
47
Sa'id Al Qath-than, Abdur Razzaq Ibnu Hammam Ash-
Shan'ani, Sulaiman Ibnu Daud Ath Thayalisi, Ismail Ibn
'Ulaiyah, Mu'tamir ibn Sulaiman Al Basri dan lain-lain.48
Diantara yang meriwayatkan hadis dari padanya,
ialah al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, Waki' ibn Yarzah,
Yahya ibn Adam Al-Kufi, Ali Ibnul Madini dan Ibnu
Mahdi.49
Para ulama telah sepakat menetapkan keimanan,
ketaqwaan, kewara'an dan kezuhudan beliau, disamping
keahliannya dalam bidang perhadisan.
Menurut Abu Zur'ah, beliau mempunyai tulisan
sebanyak 12 macam yang semuanya sudah dikuasai diluar
kepala. Juga beliau mempunyai hafalan matan hadis
sebanyak 1.000.000 buah.50
Karya-karya beliau yang sangat gemilang
diantaranya adalah Musnadu'l Kabir. Kitab musnad ini
merupakan satu-satunya kitab musnad yang terbaik dan
terbesar diantara kitab-kitab musnad yang pernah ada.
Kitab ini berisikan 40.000 buah hadis, yang sepuluh ribu
dari jumlah tersebut merupakan hadis ulangan.51 Beliau
pulang ke rahmatullah pada hari Jum'at, bulan Rabi'ul
Awal, tahun 241 H (855 M) di Baghdad dan dimakamkan
di Marwa.52
9) Yunus
Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul
hadis dari jalur Ibnu Majah.
48Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, op.cit., hlm. 202 49Ibid., 50Drs. Fathur Rahman, op.cit., hlm. 326 51Ibid., hlm. 326 52Ibid.,
48
10) Laits
Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul
hadis dari jalur Ibnu Majah.
11) Yazid
Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul
hadis dari jalur Ibnu Majah.
12) Musa bin Sarjis
Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul
hadis dari jalur Ibnu Majah.
13) Qosim bin Muhammad
Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul
hadis dari jalur Ibnu Majah.
c. Dari Jalur At-Tirmidzi
14) At-Tirmidzi
Nama lengkapnya adalah Abū 'Īsa Muhammad ibn '
Īsa bin Tsawrah Ibn Mūsā Ibn-Dhahāk al-Sulamī al-Būghī
al-Tirmidzi. Ahmad Muhammad Syakir menambah dengan
sebutan al-Dharir, karena ia mengalami kebutaan di masa
tuanya.53 Beliau lahir pada tahun 200 H (824 M).54
Guru-guru dan muridnya:
Beliau mengambil hadis dari ulama hadis yang
terkenal, seperti Qutaibah bin Sa'id, Is-haq bin Musa, Al-
Bukhary dan lain-lainnya.
Orang-orang banyak yang belajar hadis pada beliau
dan diantara sekian banyak muridnya dapat disebutkan
antara lain Muhammad bin Ahmad bin Mahbub.55
53Dr.Ahmad Sutarmadi, Al-Imam Al-Tirmidzi (Peranannya dalam Pengembangan Hadis
dan Fiqh), PT. Logos Wacana Ilmu, Ciputat, 1998, hlm. 49 54Drs. Fathur Rahman, op.cit., hlm. 333 55Ibid.,
49
Beliau wafat di Turmudz pada akhir Rajab tahun
279 H (892 M) komentar para ulama terhadapnya, antara
lain:
- al-Khalily menilai dia tsiqoh muttafaq alaih.
- Al-Idris menilainya sebagai tokoh dalam ilmu hadis.
- Imam bin Illan menyebutnya sebagai orang yang paling
alim dan wira'i di Khurazan.56
15) Qutaibah
Nama lengkapnya adalah Qutaibah bin Sa'id bin
Jamil bin Tharif bin Abdullah ats-Tsaqafy. Nama lainnya
adalah Abu raja' al Baghlany. Beliau wafat tahun 240 H.
Gurunya dalam bidang hadis adalah Malik al-Laits,
Ismail bin Ja'far, Ismail bin Ulyah. Sedangkan muridnya
adalah Jama'ah kecuali Ibn Majah.
Pendapat para ulama hadis tentang beliau: Nasa'I
dan Ibn Hatim berpendapat siqah, shaduq. Sedangkan al-
Hakim berpendapat siqah.57
Dari penilaian para kritikus hadis, mayoritas ulama
menilanya siqoh.
16) Laits
Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan
rijalul hadis dari jalur Ibnu Majah dan Ahmad bin Hanbal.
17) Ibni Hād
Nama lengkapnya adalah Yazid bin Abdullah bin
Asamah bin Had al-Laisi, julukannya Abu Abdullah al-
Madani. Wafat tahun 139 H.
Guru-gurunya antara lain: Tsa'labah bin Abi Malik,
Mu'az bin Rafa'ah, Abdullah bin Dinar, Muhammad bin
Ka'ad dan lain sebagainya.
56Ibnu Hajar Al-Asqalani, op.cit., Juz IX, hlm. 344-345 57Ibid., hlm. 311
50
Murid-muridnya antara lain: Yahya bin Sa'id,
Ibrahim bin Sa'ad, Malik bin Abdul 'Azis ad-Darawardi,
Nafi' bin Yazid, Haiwab bin Syarih, dan lainnya.
Penilaian para kritikus hadis tentang pribadinya,
Ibnu Mu'in dan an-Nasa'i menilai siqah. Ibnu Hibbah
berpendapat siqah dan banyak hadisnya. Yaqub bin Sufyan
menilai siqah dan baik hadistnya.58
18) Musa bin Sarjis
Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan
rijalul hadis dari jalur Ibnu Majah dan Ahmad bin Hanbal
19) Qosim bin Muhammad
Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan
rijalul hadis dari jalur Ibnu Majah dan Ahmad bin Hanbal
d. Sumber dari Rasulullah
20) 'Aisyah
Siti (as-Sayidah) 'Aisyah r.a. dilahirkan di Mekah
pada tahun keenam kenabian. 'Aisyah tumbuh dan
dibesarkan di lingkungan Arab yang masih murni. Beliau
dilamar oleh Rasulullah SAW. Pada usia enam tahun dan
kemudian membangun mahligai rumah tangga dengan
Rasulullah SAW pada bulan Syawal, ketika itu beliau
berusia sembilan tahun.59
Keluarga Siti 'Aisyah merupakan keluarga Arab
tertua dan terhormat. Ia adalah keluarga Abu Bakar ash-
Shiddiq bin Abi Quhafah 'Utsman bin 'Amir bin 'Amar bin
Ka'ab bin Sa'ad bin Tayim bin Murrah bin Ka'ab bin Luay.
Jelas bahwa keturunan Abu Bakr ash-Shiddiq bertemu
dengan garis keturunan nabi Muhammad SAW. Pada
58Ibid., Juz XI, hlm. 295-298 59Dr. 'Abdullah Abu as-Su'ud Badr, Tafsir Umm al-Mu'minin 'Aisyah Radhiallahu 'Anha,
Terj. Gazi Saloom dan Ahmad Syaikhu, PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2000, hlm. 15
51
Murrah bin Ka'ab. Oleh karena itu, Siti 'Aisyah berasal dari
keturunan yang mulia.60
Ibu Siti 'Aisyah adalah Umm Rauman Zainab binti
'Amir bin Uwaimir bin 'Abd Syams bin 'Itab bin Uzainah
bin Dahman bin al-Harits bin Ghanam bin Malik bin
Kinanah.61
Kepribadian Siti 'Aisyah yang sejati terdiri dari
unsur-unsur akhlak yang bersifat khas dan berbeda dengan
yang lain. Kejujuran dianggap unsur yang paling menonjol
dalam kepribadian Siti 'Aisyah dan menjadi warna dasar
akhlak-akhlaknya. Dalam hal kejujuran, ia benar-benar
mewarisi sifat ayahnya, Abu Bakar ash-Shiddiq. Ayahnya
terkenal jujur, dan Siti 'Aisyah pun orang yang jujur seperti
ayahnya. Barangkali yang paling tepat menjelaskan
kejujurannya adalah keteguhan sikapnya dalam masalah
hadis palsu (maudhu'), khususnya tentang politik dan yang
berkaitan dengan perang saudara serta peristiwa-peristiwa
terkait yang menghangat pada saat itu. Meskipun Siti
'Aisyah enggan terlibat dalam pertempuran-pertempuran
dan perseteruan-perseteruan demi membela kebenaran yang
diyakininya, tetapi dalam masalah konflik politik, ia tetap
tegas dan sengit, yang bahkan bisa dikatakan sampai pada
tingkat konfrontasi. Kendati demikian, dalam kancah
peristiwa berdarah dan pertempuran yang mengerikan itu,
ia tidak pernah mengemukakan hadis palsu. Ia tidak pernah
menambahkan satu huruf pun untuk memperkuat
dakwaannya sendiri atau untuk menjatuhkan dakwaan
60Ibid., hlm. 17 61Ibid., hlm. 19
52
musuh-musuhnya. Ia juga tidak pernah mengubah atau
meletakkan satu kata pada tempat yang tidak semestinya.62
Bahkan, lebih hebat dari itu, jika suatu hadis
diriwayatkan dihadapannya, atau sampai ketelinganya, atau
sempat diketahui, lalu ia mendapatkan pemahaman yang
salah dalam riwayat itu atau seakan-akan terdengar rancu,
ia tidak membiarkannya begitu saja. Segera ia
mengingatkan kekeliruan yang ada, sekaligus
memberitahukan ilmu yang dikandung hadis tersebut.
Cukup menakjubkan betapa masruq, bila meriwayatkan
hadis dari 'Aisyah, selalu berkata, "Kami diceritakan oleh
perempuan jujur putri pria jujur. Padahal, masruq adalah
lawan politik yang menentang perlawanan 'Aisyah terhadap
Ali.63
Kecerdasan Siti 'Aisyah memungkinkan dirinya
menyerap seribu hadis lebih dari Rasulullah dan
meriwayatkannya dengan penuh ketelitian, bahkan
menyerap substansi fatwa Rasulullah dalam berbagai
masalah agama.
Di sisi lain, Siti 'Aisyah sangat memahami dan
menguasai sunnah nabi: Ia, karenanya, menjadi sumber
rujukan pokok dan mendasar dalam masalah sunah nabi. Ia
guru yang bisa menjadi tempat bertanya ilmu dan
pemahamannya sangat disegani oleh para sahabat nabi. Ia
bisa menjelaskan kepada mereka sejumlah hadis yang sulit
dipahami atau hadis yang tidak jelas. Ia bisa meluruskan
kesalahan pemahaman mereka atau memperbaiki
kesimpulan salah yang telah mereka tarik.
62Ibid., hlm. 21 63Ibid., hlm. 21
53
Kelebihan lain Siti Aisyah adalah:
- Pengetahuannya yang banyak sunah nabi, dimana ia
meriwayatkan dari nabi sekitar seribu hadis yang
mencakup sebagian besar masalah fikih dan hukum.
- Pemahamannya yang teliti terhadap sunnah, yang
menyebabkan menjadi narasumber ilmiah pertama dan
utama bagi tokoh-tokoh sahabat dalam berbagai
masalah hukum dan fatwa. Dengan itu, ia telah
memberikan kontribusi kepada at-turats al-Islami
(khazanah perdaban Islam) dalam bentuk koreksi beliau
atas mereka.
- Kemampuannya mengungkap sisi khusus kehidupan
Rasulullah di rumahnya, baik seorang laki-laki, suami
maupun selaku manusia biasa.
- Prestasinya sebagai duta nabi kepada dunia perempuan
untuk menjelaskan masalah-masalah detail keagamaan.
Beliau menyelesaikan masalah sulit yang berkaitan
dengan keperempuanan.64
Siti 'Aisyah wafat pada malam Selasa, sembilan belas hari
setelah bulan puasa berlalu, tahun 58 H.65
Uraian dan pembahasan beberapa hadis tentang
"sakaratul maut" yang diteliti, dapat diambil kesimpulan
bahwa hadis tersebut disandarkan kepada nabi SAW,
dengan demikian disebut hadis marfu'.66 Dilihat dari
perawinya, hadis tersebut terdiri dari satu orang rawi, yaitu
'Aisyah, dan ini disebut hadis gharib.67
64Ibid., hlm. 33-34 65Ibid., hlm. 40 66Dr. Nuruddin 'itr, 'Ulum Al-Hadis 2, Terj. Drs. Mujiyo, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1994, hlm. 99 67Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mustalahul Hadis, PT. Al Ma'arif, Bandung, 1991, hlm.
77
54
Setelah semua periwayat yang terdapat dalam sanad
ibnu Majah, Ahmad bin Hanban dan Tirmidzi diteliti mulai
dari sanad pertama sampai kepada sanad terakhir 'Aisyah,
semuanya menunjukkan sebagai periwayat yang berkualitas
siqah. Disamping itu juga tidak ditemukan adanya syad
dan 'illat. Di tinjau dari segi bersambungnya sanad hadis
Ibnu Majah, Ahmad bin Hanbal dan Tirmidzi tersebut dari
sanad pertama sampai akhir dalam keadaan bersambung.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas serta
berdasarkan unsur-unsur kaidah kesahihan sanad, maka
dapat dinyatakan bahwa hadis riwayat tersebut diatas dari
sanad-sanadnya berkualitas shahih lidzatihi, yaitu hadis
yang karena keadaannya sendiri sudah shahih dan sudah
memiliki syarat-syarat sebagai hadis shahih.
3. Penilaian Terhadap Matan Hadis
Suatu matan hadis dapat diterima sebagai hadis yang sahih
apabila telah memenuhi klasifikasi suatu hadis sahih, yaitu tidak
cacat artinya tidak bertentangan dengan Al-Qur'an, rasio, dan
prinsip-prinsip ajaran Islam.
Ketiga hadis (matan) tersebut secara keseluruhan
merupakan hadis yang menyangkut masalah-masalah sakaratul
maut. Dari ketiga macam tersebut secara jelas menyebut lafadz
yang sama, yang menjelaskan tentang keadaan nabi ketika akan
wafat dan sakaratul maut menghampiri, maka nabi minta
pertolongan kepada Allah dari sakitnya sakaratul maut.
Demikian sedikit analisa tentang sakaratul maut sebagai
suatu produk pemahaman hadis nabi yang berbunyi "Allâhumma
a'inni 'alâ sakarâtil maut". Semoga dari hasil pengkajian tadi
memberikan gambaran yang sebenarnya dari teks hadis yang
dimaksud sehingga diperoleh pemahaman yang mendekati
55
kebenaran, artinya sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam yang
termuat dalam Al-Qur'an dan dapat dijangkau oleh pemikiran yang
rasional.
Untuk memahami sakaratul maut menurut hadis yang telah
di takhrij, penulis mengambil kesimpulan bahwa peristiwa tersebut
akan datang pada setiap manusia. Tak ada satupun yang luput dari
hal tersebut, meski dia seorang nabi utusan dan kekasih Allah
sekalipun.
Hal ini dibuktikan oleh nabi Muhammad SAW. Meskipun
beliau seorang nabi kekasih Allah, ketika akan wafat nabipun
merasakan adanya sakratul maut. Pada saat itu nabi berkata "Ya
Allah mudahkanlah kepada saya sakaratul maut".
Keluarbiasaan rasa sakit dalam sakaratul maut tidak dapat
diketahui dengan pasti kecuali oleh orang yang telah
merasakannya. Sedangkan orang yang belum pernah merasakannya
hanya bisa menganalogikannya dengan rasa sakit yang benar-benar
pernah di alaminya, atau dengan cara mengamati orang lain yang
sedang berada dalam keadaan sakaratul maut.
Adapun untuk memahami sakaratul maut dalam Al-Qur'an
dan hadis, penulis akan memberikan sebuah kesimpulan yang utuh
mengenai hal tersebut.
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, bahwa ayat-ayat
Al-Qur'an yang menjelaskan tentang sakaratul maut terdapat dalam
empat surat, yaitu surat Qof, surat al-An'am, surat al-Waqi'ah dan
surat al-Qiyamah. Dan hadis yang menjelaskan tentang kejadian
tersebut, penulis mencantumkan hadis yang berbunyi "Allâhumma
a'inni 'alâ sakarâtil maut".
Peristiwa sakaratul maut tidak bisa lepas dari kematian. Hal
ini benar-benar ada. Datangnya sakaratul maut atau yang disebut
juga naza, ketika akan meninggalkan, menurut biasanya bahwa
maut itu naik sejak dari kaki. Ujung-ujung dari itulah yang mati
56
lebih dahulu, lalu naik keatas demi keatas, sehingga yang bagian
bawah berangsur dingin, sampai seluruh kaki tidak bergerak lagi.
Kemudian naik kepinggang, keperut dan kedada, sehingga
akhirnya yang terakhir bergerak adalah urat-urat leher dan bibir
yang menarik sisa-sisa nafas yang masih tertinggal dalam paru-
paru manusia
Semua manusia pasti akan merasakannya dan tidak ada
kecuali, meskipun dia seorang nabi utusan Allah. Sebagaimana
hadis yang telah penulis teliti dan ditakhrij, disini hadis tersebut
menjelaskan tentang keadaan nabi ketika akan meninggal dan nabi
berkata "Ya Allah mudahkanlah kepada saya sakaratul maut".
Dari hadis tersebut jelas bahwa seorang nabi kekasih Allah,
juga menghadapi sakaratul maut dan beliau meminta kemudahan
dalam menghadapinya, lebih-lebih manusia biasa yang banyak
dosa pastikan menghadapi hal tersebut.
Maka dari itu lepaskanlah kecintaan akan dunia diatas
kecintaan akan akhirat, karena hubungannya dengan dunia ini akan
terputus, dan akan berpindah ke alam akhirat yang kekal abadi
didalamnya
Sakaratul maut dapat menyingkap keyakinan orang-orang
kafir yang tidak percaya kepada hari pembalasan dan hari
kebangkitan yang telah mereka dustakan. Orang-orang kafir ketika
berada dalam sakaratul maut, para malaikat mencabutnya dengan
azab, bencana dan kemurkaan yang dahsyat.
Demikianlah kesimpulan utuh tentang sakaratul maut dalam
Al-Qur'an dan hadis yang telah penulis bahas.
B. Perdebatan para Ulama Tentang Sakaratul Maut
Dalam hal ini penulis memaparkan pendapat-pendapat para ulama
tentang sakaratul maut, yang bukan tidak mungkin antara ulama yang satu
57
dengan ulama yang lain mempunyai pendapat yang berbeda tentang sakaratul
maut itu sendiri. Berikut pemaparannya.
M. Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Misbah berpendapat bahwa
Allah mengatakan: jika orang yang mati itu termasuk orang yang didekatkan
kepada Allah yakni as-Sabiqun maka dia memperoleh kenyamanan dan
ketentraman dari segala kegelisahan, penyakit dan yang mengeruhkan
perasaan, dan juga rezeki yakni rahmat yang melimpah dan memuaskan, atau
penyambutan dengan kembang-kembang yang beraroma harum serta surga
kenikmatan ukhrawi yang tidak terlukiskan atau tertampung oleh kata-kata.
Dan adapun jika yang mati termasuk golongan kanan, yakni ash-hab-al-
maimanah yang kedudukannya relatif lebih rendah dari golongan yang diatas,
maka keselamatan dan kesejahteraan serta penghormatan baginya secara
khusus dari rekan-rekan Ash-hab al-Yamin. Dan dengan demikian engkau
tidak memperoleh kecuali keharmonisan hubungan dengan mereka.68 (Q.S.
Al-Waqi'ah ayat 88-91).
M. Quraish Shihab dalam kitab yang sama juga berpendapat bahwa
orang mukmin pada saat malaikat maut datang mengambil nyawanya, mereka
akan melihat tempatnya kelak di surga. Jadi, ketika itu jiwa mereka tenang dan
senang bertemu dengan Allah, Allah pun senang bertemu dengannya.
Sedangkan orang durhaka, diperlihatkan padanya pada saat sekarat tempatnya
yang akan dihuni di neraka, sehingga hatinya gusar dan tidak ingin mati.69
Masih dalam kitab yang sama M. Quraish Shihab berpendapat bahwa
sakaratul maut datang pada saat kedua malaikat (Raqib dan 'Atid) itu hadir
untuk bertemu dan menjemput nyawa yang sedang mengalami sakaratul itu.
Ada malaikat yang duduk di arah kanan apabila nyawa akan yang akan
dijemputnya itu adalah nyawa orang bertakwa, dan diarah kiri apabila yang
akan dijemputnya adalah nyawa pendurhaka.70
Ahmad Musthafa Al-Maraghi menyatakan bahwa sakaratul maut dapat
menyingkap keyakinan orang-orang kafir yang tidak percaya adanya hari
68M. Quraish Shihab, op.cit., hlm. 583 69Ibid., hlm. 197 70Ibid., hlm. 295
58
pembalasan dan hari kebangkitan. Pada saat itulah Allah memberitahukan
kepada mereka bahwa kebangkitan adalah hal yang tidak perlu diragukan.71
Dalam kitab yang sama Al-Maraghi juga berpendapat bahwa orang-
orang yang zalim, ketika berada dalam sakaratul maut mereka merasakan
berbagai penderitaan dan kengerian karena malaikat mencabut nyawa mereka
dengan keras.72
Hal ini diperkuat oleh M. Nasib Ar-Rifai dalam kitab Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsir yang berpendapat bahwa orang kafir ketika sekarat maka malaikat
mencabutnya dengan azab, bencana, belenggu, neraka jahim, air yang
bergolak, dan kemurkaan yang dahsyat, dan hebat, lalu nyawa si kafir itu
membandel dan menolak untuk keluar dari tubuhnya.73
Zayd Ibn Aslam berkata, jika masih ada dosa pada diri seorang
mukmin yang tidak tersentuh oleh amalannya, maka akan disulitkan baginya
kematian dengan sakaratul maut dan dengan kesulitannya itu dia dapat
mencapai derajat surga. Dan sesungguhnya jika orang kafir telah baik di
dunia, maka akan dimudahkan kematiannya, yaitu untuk menebus pahala
kebaikannya di dunia, untuk selanjutnya menuju ke neraka.74
Nuruddin berpendapat bahwa keluarnya nyawa dari badan seseorang
berbeda-beda. Sebagian ada yang mendapat kemudahan sehingga tidak merasa
kesakitan bahkan merasa senang. Sebaliknya sebagian lagi mendapat kesulitan
sehingga merasa kesakitan. Dan menurut Nuruddin proses pencabutan roh
orang-orang mukmin dilakukan dengan "penuh hormat".
Ibn Abi Hatim meriwayatkan bahwa al-Rabi' ibn Anas, ketika
menafsirkan surat an-Nazi'at ayat 1 dan 2, "Demi malaikat-malaikat yang
mencabut nyawa dengan keras, dan demi malaikat-malaikat yang mencabut
nyawa dari ujung jari-jari dan persendian," berkata, "kedua ayat ini berbicara
71Ahmad Musthafa Al-Maraghi, op.cit., hlm. 289-270 72Ibid., hlm. 335 73M. Nasib Ar-Rifa'i, op.cit., hlm. 252 74Al-Imam Jalaluddin as-Suyuthi, Muhammad Hasan al-Hamsyi (ed.), Ziarah ke Alam
Barzah, Pustaka Hidayah, 2000, hlm. 46
59
mengenai kafir. Roh mereka dicabut secara kasar dan keras.75
Mengenai dua ayat berikutnya, "Dan demi malaikat-malaikat yang
turun dari langit dengan cepat, dan malaikat-malaikat yang mendahului
dengan kencang, "al-Rabi' ibn Anas berkata "Dua ayat ini berbicara mengenai
pencabutan roh orang muslim.76
Dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh imam Muslim bahwa Abu
Hurairah berkata, "Apabila roh orang mukmin keluar dari tubuhnya, maka ia
disambut oleh dua orang malaikat, keduanya membawa naik ke langit dan
menyebut-nyebut kebaikannya. Penduduk langit berkata, 'Sebuah roh yang
baik datang dan juga kepada tubuh yang anda tempati sebelumnya!' mereka
membawanya menghadap Tuhan. Dan apabila roh orang kafir keluar dari
tubuhnya, maka disebut-sebut bau busuk dan laknat yang diterimanya.77
Setelah beberapa ulama diatas mengemukakan pendapat-pendapatnya,
maka dapat ditarik kesimpulan dari sebagian ulama yang menyatakan apabila
orang yang perbuatannya baik semasa hidup di dunia, maka akan mengalami
sakaratul maut dengan tenang, sedangkan bagi orang yang amal perbuatannya
buruk selama hidup di dunia, maka akan menghadapi sakaratul maut dengan
tegang dan azab yang pedih. Hal ini didasarkan pada firman Allah surat an-
Nahl ayat 32 dan surat Rum ayat 10.
Surat an-Nahl ayat 32 yang artinya: "Orang-orang yang diwafatkan
oleh malaikat dalam keadaan baik (kepada mereka dikatakan): "Selamatlah
kamu". Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan amal baik yang telah
kamu kerjakan".
Surat ar-Rum ayat 10 yang artinya: "Kemudian, kesudahan orang-
orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang paling buruk, karena
mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan selalu memperolok-oloknya".
Adapun ulama yang lain berpendapat bahwa seorang mukmin yang
masih mempunyai dosa yang tidak tersentuh oleh amalnya, maka akan
75Jalal al-Din al-Suyuthi, Kemenangan Besar Berjumpa Sang Maha Benar, Serambi Ilmu
Semesta, 1994, hlm. 63 76Ibid., 77Ibid., hlm. 64
60
disulitkan ketika sakaratul maut dan dengan kesulitan itu, dapat mencapai
derajat surga. Dan apabila orang kafir pernah berbuat baik di dunia, maka
akan dimudahkan sekaratnya, yaitu untuk menebus pahala kebaikannya di
dunia dan selanjutnya menuju ke neraka.
Hal ini dipertegas oleh hadis sahih yang diriwayatkan oleh Bukhari
dari 'Aisyah r.a. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya "Tiada Tuhan
melainkan Allah, sesungguhnya mati itu mempunyai beberapa kesengsaraan".
Dan tidak lama setelah itu Rasulullah wafat.
Hadis diatas menjelaskan tentang keadaan Nabi ketika mendekati ajal,
kemudian beliau berdo'a kepada Allah untuk dimudahkan dari sakratul maut.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Rasulullah SAW ketika
mendekati ajal, beliau juga merasakan sakitnya maut. Padahal beliau adalah
kekasih Allah, lebih-lebih manusia biasa yang berlumuran dosa, mustahil
apabila tidak merasakan sakitnya sekarat.
Ibnu Majah juga meriwayatkan dari 'Aisyah r.a. bahwa Rasulullah
SAW berkata, "Muslim mendapat pahala dari segalanya, bahkan dari rasa
sakit pada waktu sekarat.78
Demikianlah pemaparan atas pendapat-pendapat para ulama tentang
sakaratul maut, yang mana antara ulama yang satu dengan ulama yang lain ada
perbedaan pendapat, akan tetapi semua hanyalah kembali kepada Allah Yang
Maha Benar Dan Maha Mengetahui.
C. Pelajaran Yang Dapat Diambil Oleh Manusia Yang Masih Hidup Dari
Sakaratul Maut
Setiap peristiwa seperti apapun bentuk dan wujudnya pasti
mengandung pelajaran. Dalam hal ini penulis akan menguraikan tentang
pelajaran yang dapat diambil bagi orang yang masih hidup, dari peristiwa
sakaratul maut. Mengingat sakaratul maut adalah kejadian yang luar biasa
dahsyatnya yang pasti datang kepada orang yang akan mati.
78M. Nasib Ar-Rifa'i, op.cit., Jilid I, hlm. 558
61
Adapun pelajaran yang dapat diambil oleh orang yang hidup dari
sakaratul maut adalah sebagai berikut:
Mengingat Mati
Dengan menyaksikan sakaratul maut secara langsung ataupun
hanya mendengar kata-kata sakaratul maut, maka otomatis kita akan ingat
kematian yang bakal menimpa semua yang bernyawa.
Islam menyuruh umatnya untuk sering mengingat mati.
Sebagaimana Rasulullah dalam hadisnya mengatakan bahwa orang yang
paling banyak mengingat mati itulah yang dianggap sebagai orang yang
pintar dan cerdas.
ا بعده استعدادا ألئك األ كياسملواحسنهم ، أكثرهم للموت ذكرافأى املؤمنني أكيس؟ : قال
Artinya: "Sahabat bertanya: seperti apakah mukimin yang paling cerdas itu? nabi menjawab (yaitu orang-orang mukmin yang paling paling banyak mengingat mati dan paling banyak persiapannya. Merekalah manusia yang paling pintar dan cerdas)."79
Sebab, orang yang paling banyak mengingat mati itulah orang yang
paling lengkap persediaannya untuk mati, sehingga dialah orang yang
mendapat kemuliaan di dunia dan kehormatan di akhirat nanti.80 Dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, Rasulullah pernah
berkata:
هاذم اللذات ذكر أكثروا
Artinya: "Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan, yaitu mati."81
Tetapi jangan sekali-kali salah arti, bahwa anjuran agama Islam
untuk sering mengingat mati diartikan bahwa kita disuruh mencita-citakan
79Al-Khaafidz Abi 'Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qoazniwiniyyi, op.cit., Juz II,
hlm. 1423 80H. Anwar Harahap, Menuju Hari Abadi, PT. Pustaka Widyasarana, Jakarta, 1993, hlm.
101 81Imam Abu Abdirrahman Ahmad Ibnu Syu'aib Ibnu Ali Ibnu Sinan Ibnu Bahran Nas'i,
Sunan Nasai, Darul Fikr, Beirut, 1999, Juz IV, hlm. 5
62
lekas mati. Sebaliknya dalam agama Islam kita dilarang bercita-cita lekas
mati. Rasulullah SAW bersabda:
وتو ،حيين ماكانت احلياة خريا يل أ !اللهم: ليقلونزل به كم املوت لضر ني احد ناليتم .يل كانت الوفاة خريا فين اذ
Artinya: "Sekali-sekali janganlah salah satu diantara kamu bercita-cita supaya lekas mati karena salah satu malapetaka yang sedang menimpa dirinya, dari bercita-cita mati, lebih baik berkata (berdo'a): Ya Allah! hidupkanlah aku sekiranya hidup lebih baik bagiku dan wafatkanlah aku sekiranya wafat lebih baik untukku".82
Dalam kitab Mau'idhotul Mukmin Min Ihya 'Ulumuddin dijelaskan
bahwa manusia terbagi menjadi tiga golongan dalam kaitannya dengan
mengingat mati, yaitu:
a. Orang yang tenggelam dalam kenikmatan duniawi. Orang seperni ini
tidak akan pernah mengingat mati. Kalaupun ia mengingatnya, tidak
lain karena merasa susah harus berpisah dengan kesenangan
duniawinya pada suatu saat nanti, sehingga ia pun tak habis-habisnya
mencela kematian ini hanya semakin menjauhkan dari rahmat Allah.
b. Orang yang bertaubat. Ia banyak mengingat mati untuk
membangkitkan di dalam hatinya rasa takut dan getar terhadap Allah,
sehingga dengan demikian sempurnalah taubatnya.
c. Orang yang sadar betul akan kepastian kematiannya. Orang ini
selamanya mengingat mati, karena kematian adalah waktu yang
dijanjikan kepadanya untuk bertemu dengan kekasihnya. Dan
seseorang itu tidak akan pernah melupakan waktu perjanjian untuk
bertemu dengan kekasihnya.83
Bila mati dikatakan satu hal yang paling hebat dan pasti terjadi atas
diri tiap manusia, maka melupakan mati adalah benar-benar satu
kebodohan, satu perbuatan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.
82Bey Arifin, Mengenal Tuhan, Bina Ilmu, Surabaya, hlm. 173 83Syeh Muhammad Jalauddin Al-Qasimy Ad Dimsyaqi, Mau'idhotul Mukmin Min Ihya
'Ulumuddin, CV. Asy Syifa', Semarang, 1993, hlm. 815-816
63
Mengingat akan satu perkara yang paling hebat dan pasti menimpa
diri kita, bukanlah satu kebodohan, tetapi merupakan satu kesadaran, satu
pengertian tentang diri dan satu pengertian tentang hidup.
Mengingat mati dengan pengertian dan kesadaran, serta keyakinan
dan kepercayaan, tidak mungkin menyebabkan seseorang menderita
kesengsaraan batin karena takut dan khawatir terus menerus. Mereka yang
menderita kesengsaraan batin dengan perasaan takut dan khawatir terus
menerus, ialah orang yang tidak pernah mengingat mati, dan orang yang
tidak mempunyai pengertian tentang mati itu.
Orang yang sama sekali tidak pernah memikirkan dan mempelajari
masalah mati dalam hidupnya dan tidak percaya kepada Tuhan terlalu
berat penderitaan dan kesengsaraannya menghadapi mati. Mati gelap
baginya, keadaan sesudah mati adalah lebih gelap lagi baginya.84
Adapun mengingati mati juga mempunyai faedah atau kegunannya,
yang antara lain:
1. Mengingati mati menjadikan kita lebih berani, bukan lebih penakut.
Ada dua golongan manusia, yang satu amat berbeda dengan
lainnya dalam hal mengingat mati. Golongan pertama, ialah yang tak
punya kepercayaan dalam hidup. Hidup baginya ialah makan dan
minum, kawin dan berketurunan. Orang ini bahkan tidak percaya
dibalik hidup yang sekarang ini ada kehidupan yang kekal di akhirat
nanti.
Bagi orang yang begini, mengingat mati adalah satu
kesengsaraan batin. Sebab itu mereka selalu menghindarkan diri dari
mengingati mati, lebih-lebih bila salah seorang teman atau keluarga
sendiri meninggal dunia. Mereka jadi kaget, takut, ngeri. Mereka
menderita dengan penderitaan yang sehebat-hebatnya dikala
mendengar salah seorang teman, kenalan atau keluarganya meninggal
dunia. Mereka merasakan siksa mati sebelum mereka mati.
84Bey Arifin, op.cit., hlm. 174-176
64
Golongan kedua, ialah orang-orang yang mempunyai
kepercayaan dalam hidup, kepercayaan bahwa dibalik hidup yang
sekarang ini ada lagi kehidupan lain yang kekal dan abadi di alam
akhirat. Buat mereka mati hanyalah perpisahan sementara dengan
semua orang yang ditinggalkan. Mereka sedih menghadapi mati, tetapi
tidaklah sesedih orang yang tidak mempunyai kepercayaan. Bahkan
ada orang yang beriman ini yang tidak sedih dan takut sama sekali
akan mati, bahkan mereka amat rindu kepada mati. Mereka ini ialah
mereka yang suci, mereka yang merasa diri tidak takut, tidak gentar,
tidak sedih menghadapi mati.
Kalau kita orang biasa yang mengakui mempunyai
kepercayaan atau iman, masih merasa sedih, takut dan lainnya
menghadapi mati, itu adalah satu tanda keimanan kita belum
sempurna, sebab itu kita harus selalu berikhtiar menyempurnakan
keimanan itu. Itu juga menjadi tanda bahwa kita masih punya dosa,
sebab itu kita harus selalu berikhtiar melenyapkan dosa itu dengan
memperbanyak ibadat, minta ampun dan tobat.
Seiring mengingat mati, akan melatih jiwa kita menghadapi
mati, akhirnya berkuranglah ketakutan kepada mati, hilanglah
kesedihan mengadapi mati. Menempuh mati bagi orang yang sering
menginsyafi mati adalah sesuatu yang sudah diketahui.
Disamping menahan pengetahuan dan kepercayaan tentang
agama dan akhirat, ada baiknya kalau kita sering pergi menjenguk
kawan kita yang sedang sakit keras, apalagi kalau dikirakan sakitnya
akan membawa kepada kematian. Dan kalau ada kawan yang
meninggal dunia, hendaklah kita datang bertakziyah dan
mengantarkannya ke kubur. Kalau dapat turut memandikan
jenazahnya, turut menyembahyangkan dan turut memasukkannya ke
liang kubur. Semua itu membawa faedah yang amat besar artinya bagi
kita yang dapat melakukannya.
65
Bukan saja akan menyebabkan kita tambah berani menghadapi
maut, tetapi dengan sering melihat orang sakit, sering bertakziah dan
mengantarkan orang ke kubur, menyebabkan empuknya qalbu dan
jiwa kita, sehingga qalbu dan jiwa kita itu mudah untuk menerima
taufik dan hidayah Tuhan. Kita akan hidup lebih hati-hati, sehingga
selalu ingat kepada Tuhan, ingat akan kebenaran, sehingga akhlak dan
jiwa kita menjadi lebih baik, akhirnya kita menjadi manusia yang
disenangi oleh Tuhan. Orang yang merasa dirinya disenangi oleh
Tuhan, adalah orang yang paling berbahagia di dunia ini.
Kebalikannya, yang paling celaka ialah manusia yang merasa dirinya
tidak disenangi oleh manusia dan tidak disenangi oleh Tuhan. Dan
juga termasuk orang yang berbahagia adalah sekalipun tidak disenangi
oleh manusia, tetapi merasa dirinya disenangi oleh Tuhan.
2. Mengingat mati menjadikan seorang rendah hati, tidak sombong, tidak
angkuh, tidak terlalu mewah dalam hidupnya, menjadi tenang tidak
resah.
Orang yang sering mengingat mati, adalah orang yang sering
memikirkan masalah besar, masalah yang tinggi, masalah yang suci.
Orang yang sombong, angkuh dan hidup mewah itu, adalah orang yang
pendek pemikirannya, mati adalah obat semujarab-mujarabnya buat
melenyapkan kesombongan dan keangkuhan.
Apalagi kalau orang itu sering melihat orang yang sakit keras,
sering mengantarkan orang mati ke kubur, sering memandikan orang
mati, sering melihat atau memasukkan jenazah ke liang kubur, sedikit
demi sedikit akan tertanam ke dalam jiwanya sedalam-dalamnya
artinya manusia, artinya hidup, artinya harta, artinya pangkat, dan lain
sebagainya.
Apalagi kalau melihat seseorang dalam keadaan kaya raya atau
berkuasa penuh, meninggal dunia, dimandikan orang, dimasukkan ke
liang kubur. Akan menetes kedalam jiwanya pengertian yang amat
66
tinggi tentang hidup, tentang kesehatan, tentang harta, tentang pangkat
dan lain sebagainya.
Sungguh semua itu adalah pelajaran yang amat tinggi, pelajaran
yang tidak dapat dicapai dengan perantaraan seorang guru atau
profesor dan lain sebagainya.85
3. Menyembuhkan angan-angan yang berkepanjangan
Faktor penyebab berpanjang angan-angan dan cita-cita serta cara
menyembuhkannya.
Panjang angan-angan disebabkan oleh kecintaan terhadap dunia,
dan ketidaktahuan akan datangnya kematian secara tiba-tiba. Ia tidak
menyadari bahwa kematian itu dekat-dekat saja datangnya. Karena
kematian itu tidak tertentu datangnya, apakah dimasa muda, masa tua, atau
masa renta.
Menurut Al-Ghazali ada dua faktor penyebab panjang angan-
angan, yaitu kebodohan dan cinta duniawi. Cinta duniawi adalah jika
seseorang mulai menggemari dunia beserta hawa nafsunya, kesenangan-
kesenangan dan pemikat-pemikatnya, tentu dia akan merasa enggan
berfikir akan kematian yang menjadi perpisahan itu, karena siapa yang
membenci sesuatu pasti akan menghindar darinya.86
Apabila manusia sudah dihinggapi perasaan cinta terhadap dunia
dan kemegahannya, maka lamunan serta angan-angan yang panjang pun
bermunculan, yakni mempunyai sebuah hayalan dirinya akan kekal,
memiliki harta, keluarga, teman, kendaraan, dan semuanya yang
dibutuhkan di dunia ini. Hingga hatinya disibukkan hal diatas. Ingatan
akan kematian pun dikesampingkan, kalaupun dia mengingatnya diapun
berusaha menunda dan berjanji pada hatinya dan berkata, "masih banyak
waktu dimasa depan sampai kamu menjadi dewasa dan matang, setelah itu
kamu bisa bertobat". Demikianlah dia terus mengulur-ulur waktu dan
terlibat dalam suatu kesibukan duniawi yang untuk menuntaskannya,
85Ibid., hlm. 177-179 86Al-Ghazali, Metode Menjemput Maut, Terj. Ahsin Mohammad, Mizan Bandung, hlm.
40-41
67
justru terjebak dalam sebuah kesibukan duniawi lain, yang melalaikan
dirinya hingga kematian datang sebelum adanya sebuah persiapan. Akar
dari semua angan-angan adalah perasaan cinta kepada dunia dan
bersenang-senang didalamnya.
Mengenai kebodohan hal itu terkandung dalam sikap orang yang
terlalu menaruh kepercayaan terhadap usia muda dan beranggapan bahwa
kesehatannya akan membawa dirinya dari kematian dan mengabaikan
kemungkinan terjadinya mati mendadak. Namun hal semacam itu bukan
hal yang mustahil. Kalaupun seandainya mati mendadak itu kurang
mungkin, maka sakit mendadak dan kedatangannya yang mendadak itu
sering kali membawa kematian.87
Masih menurut Al-Ghazali bahwa cara mengatasi adanya angan-
angan yang panjang adalah menghilangkan kedua penyebab tersebut.
Kebodohan bisa dihilangkan melalui perenungan yang jernih dari hati
yang tulus atau dengan cara mendengarkan kata-kata bijak dari orang-
orang berhati suci. Sedangkan perasaan cinta kepada dunia agak sukar
ditinggalkan dari hati sebab merupakan penyakit kronis yang jarang bisa
disembuhkan baik oleh orang-orang terdahulu maupun oleh orang-orang
modern, tidak ada obatnya kecuali iman kepada hari akhir dan yang ada
didalamnya dari kebesaran pahala atau siksa.88
Demikianlah penjelasan tentang pelajaran yang dapat diambil dari
peristiwa sakaratul maut bagi manusia yang belum pernah mengalaminya,
akan tetapi ada yang pernah menyaksikannya. Dan semoga kita
digolongkan menjadi manusia yang dimudahkan Allah dalam sakratul
maut. Amin.
87Ibid., hlm. 41-42 88Ibid., hlm. 43