BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH fileDilihat dari komponen pembentuk PAD di Kabupaten...
Transcript of BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH fileDilihat dari komponen pembentuk PAD di Kabupaten...
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 58
BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum mengenai pengelolaan
keuangan di Kabupaten Banyuwangi. Adapun yang menjadi fokus dari bahasan
adalah kinerja keuangan masa lalu dan proyeksi, arah kebijakan pengelolaan
keuangan, dan kebijakan umum anggaran.
3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu
3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah
Kondisi pendapatan daerah Kabupaten Banyuwangidapat dijelaskan dengan
menggunakan data realisasi APBD dari tahun 2005–2010. Komposisi pendapatan
daerah terdiri dariPendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain
pendapatan yang sah.Dilihat dari proporsinya, perkembangan masing-masing
komponen pendapatan daerah selama lima tahun terakhir menunjukkan trend
yang relatif stabil. Hal ini dapat dilihat pada diagram 3.1.
Diagram 3.1: Proporsi Pendapatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2010
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 59
Peningkatan pendapatan Kabupaten Banyuwangi dan realisasinya
melampaui proyeksi yang ditargetkan dalam APBD. Kenaikan pendapatan
Kabupaten Banyuwangiberbanding lurus dengan peningkatan pendapatan yang
diperoleh dari pos pendapatan asli daerah dan dana perimbangan dari tahun ke
tahun.Kecenderungan kenaikan pendapatan daerah inicukup tinggi jika
dibandingkan dengan Kabupaten Bondowoso, sebagai daerah terdekat Kabupaten
Banyuwangi. Pendapatan daerah Kabupaten Bondowoso pada tahun 2007 adalah
Rp. 519,56 milyar; pada tahun 2008 sebesar Rp. 586,83 milyar; dan pada tahun
2009 meningkat menjadi Rp.678,71 milyar. Sedangkan pendapatan Kabupaten
Banyuwangipada tahun 2007 sebesar Rp.924,73 milyar; pada tahun 2008 sebesar
Rp.1,02 trilyun; dan pada tahun 2009 naik menjadiRp.1,14 trilyun. Namun pada
tahun 2010 mengalami sedikit penurunan menjadi sebesar Rp. 1,06 trilyun.
Penyumbang terbesar pendapatan dalam struktur Pendapatan APBD
Kabupaten Banyuwangi selama 5 tahun terakhir bersumber dari pos dana
perimbangan.Hal serupajuga terjadidi Kabupaten Bondowoso yang pendapatannya
ditopang oleh dana perimbangan hampir 80%. Dana perimbangan Kabupaten
Bondowoso pada tahun 2007 sebesar 88,63% (Rp.460 juta), sedangkan
pendapatan daerahnya pada tahun 2007 sebesar Rp. 516 juta, tahun 2008 dana
perimbangan kabupaten Bondowoso 89, 15% (Rp. 523 juta), pada tahun 2009
dana perimbangan mengalami kenaikan menjadi 78,93% (Rp. 535 juta).
Di Kabupaten Banyuwangi, dana perimbangan selalu mengalami kenaikan
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007,pertumbuhan dana perimbangan mencapai
14,4%;pada tahun 2008, kenaikan itu mencapai 15%.Secara keseluruhan,proporsi
pendapatan daerah Kabupaten Banyuwangitertopang oleh dana perimbangan
sekitar 80%. Dana perimbangan pada tahun 2006 sebesar 87,98%, pada tahun
2007 dana perimbangan masih menjadi penopang terbesar, sebesar 87,72%.
Sedangkan pada tahun 2008, dana perimbangan mengalami sedikit penurunan
sebesar 87,05% dari pendapatan daerah.
Kontribusi pendapatan asli daerah Kabupaten Banyuwangi belum maksimal.
Prosentase dari pendapatan asli daerah terhadap pendapatan daerah sebesar
6,6% pada tahun 2006 dan 2007. Namun demikian, pendapatan asli
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 60
daerahKabupaten Banyuwangi masih lebih tinggi dibanding dengan Kabupaten
Bondowoso. Pada tahun 2007 dan 2008, PAD di Kabupaten Bondowoso masing-
masing menyumbang sekitar 5,8% dan 6,03% bagi pendapatan daerah. Sedang
pada tahun 2008 dan 2009,pendapatan asli daerah Kabupaten
Banyuwangimasing-masing sekitar 7,2% dan 7,6%.
Diagram 3.2. Proporsi Komponen Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Banyuwangi 2005 - 2010
Dilihat dari komponen pembentuk PAD di Kabupaten Banyuwangi yang
terdiri dari pajak daerah, retribusi, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, dapat diketahui bahwa
komponen terbesar penyumbang PAD berbeda-beda dalam beberapa tahun
terakhir. Jika pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 lain-lain PAD yang sah
berkontribusi terbesar dalam pembentukan PAD, sedangkan pada tahun 2009-
2010 retribusi daerah menyumbang proporsi terbesar dalam PAD.
Di sisi lain konstribusi pajak daerah cenderung mengalami penurunan
meskipun penurunannya relatif kecil.Pada tahun 2006, sumbangan pajak daerah
terhadap PAD sebesar 30,66%. Namun pada tahun 2010 persentase realisasi
pajak daerah sebesar 25,74%.Hal ini menunjukkan bahwa pajak daerah belum
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 61
digali secara optimal melalui langkah ekstensifikasi maupun intensifikasi. Sebagai
perbandingan di beberapa daerah, penyumbang terbesar terhadap PAD adalah
pajak daerah.
Selanjutnya, komponen pendapatan daerah adalah dana perimbangan yang
merupakan kontributor terbesar dalam pembentukan pendapatan daerah. Proporsi
komponen pembentuk dana perimbangan dapat dilihat dalam diagram berikut :
Diagram 3.3. Proporsi Komponen Dana Perimbangan Kabupaten
Banyuwangi 2005- 2010
Diagram diatas menunjukan bahwa dana alokasi umum merupakan
komponen terbesar dalam dana perimbangan di Kabupaten Banyuwangi.
Sedangkan dana alokasi khusus pada lima tahun terakhir menunjukan persentase
yang relatif meningkat. Disisi lain, Kabupaten Banyuwangi tidak mendapat dana
perimbangan dari propinsi. Besarnya dana alokasi umum yang cenderung
meningkat menunjukan ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah
pusat. Pada masa yang akan datang, diperlukan berbagai langkah untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah sehingga dapat meningkatkan kemandirian
fiskal daerah.
Komponen pendapatan daerah selanjutnya adalah lain-lain pendapatan
yang sah yang terdiri dari pendapatan hibah, bagi hasil pajak dari propinsi, dana
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 62
penyesuaian dan otonomi khusus, bantuan keuangan dari propinsi, dan
sumbangan pihak ketiga. Proporsi sumbangan kompoenen lain-lain pendapatan
yang sah dapat dilihat dalam diagram berikut :
Diagram 3.4. Proporsi Komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah
Kabupaten Banyuwangi 2006 – 2010
Selama lima tahun terakhir, bagi hasil pajak dari propinsi mempunyai
kontribusi terbesar dalam pembentukan lain-lain pendapatan yang sah. Namun
demikian, komponen tersebut cenderung mengalami penurunan proporsi setiap
tahunnya. Pada tahun 2006, bagi hasil pajak dari propinsi berkontribusi 100%,
maka pada tahun 2009 menurun menjadi 41,35%, namun meningkat lagi
menjadi 65,78% pada tahun 2010. Disisi lain, pendapatan hibah cenderung
mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 berkontribusi 9,03%, maka pada tahun
2009 menjadi 44,13% seiring dengan penurunan kontribusi bagi hasil pajak dari
propinsi.
Pembangunan Kabupaten Banyuwangipada dasarnya tergantung dari APBD
yang akan disusun dan dilaksanakan selama lima tahun ke depan.Apabila melihat
stuktur anggaran, dimana pada bagian pendapatan memiliki korelasi dengan
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 63
pengelolaan pendapatan asli daerah serta kekayaan daerah yang dimiliki, maka
pendapatan daerah menjadi tolok ukur kemandirian suatu daerah.
Penggalian sumber-sumber pendanaan dari daerah, pemanfaatan sumber-
sumber pendapatan asli daerah perlu ditingkatkan, agar ketergantungan sumber
keuangan dari pemerintahan pusat dan pemerintahan provinsi lambat laun bisa
dikurangi. Untuk itu perlu adanya terobosan-terobosan dalam meningkatkan
pendapatan asli daerah.Beberapa sektor yang bisa menjadi penyumbang
peningkatan PAD antara lain adalah pajak daerah, retribusi, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah.Peningkatan pajak daerah digali dari pajak mineral bukan logam dan batuan,
pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak bumi dan bangunan, serta jasa
restoran dan hotel.
Tabel 3.1:
Rata – Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah KabupatenBanyuwangi
Tahun 2006 -2010 (%)
No URAIAN 2006 2007 2008 2009 2010Rata-Rata
Pertumbuhan
1 PENDAPATAN DAERAH 50,39 14,74 10,34 12,09 (7,28) 16,06
1.1 PENDAPATAN ASLIDAERAH
26,88 13,73 21,06 17,58 (9,93) 13,86
1.1.1 Pajak Daerah 15,72 8,86 14,25 4,88 (6,13) 7,52
1.1.2 Retribusi Daerah (27,12) 3,06 48,85 51,37 (3,56) 14,52
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan 40,47 28,63 29,13 (10,93) 18,52 21,16
Daerah yang dipisahkan
1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 205,71 21,32 7,16 10,52 (28,81) 43,18
1.2 DANA PERIMBANGAN 52,53 14,40 9,49 3,26 (0,99) 15,74
1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak & BP 24,60 18,55 15,00 15,87 (8,33) 13,14
1.2.2 Dana Alokasi Umum 57,78 10,96 10,44 (0,56) (0,64) 15,60
1.2.3 Dana Alokasi Khusus - 70,60 (6,34) 41,87 2,11 21,65
1.2.4 Dana Perimbangan dari Prop (100,00) - - - - (20,00)
1.3 LAIN-2 PENDAPATAN YGSAH
50,44 21,66 10,94 139,91 (46,95) 35,20
1.3.1 Pendapatan Hibah (100,00) - 14,27 1038,17 (100,00) 170,49
1.3.2 Bagi Hasil Pajak dari Prop. - (13,59) 21,30 27,75 (15,60) 3,97
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 64
No URAIAN 2006 2007 2008 2009 2010Rata-Rata
Pertumbuhan
1.3.3 Dana Penyesuaian dan OK (100,00) - 10,92 (100,00) - (37,82)
1.3.4 Bantuan Keu dari Propinsi - - (89,69) 4502,16 (95,71) 863,35
1.3.5 Sumbangan Pihak III - - - - (32,93) (6,59)
Dilihat dari rata-rata pertumbuhan realisasi pendapatan daerah Kabupaten
Banyuwangi 2006-2010, secara umum menunjukan pertumbuhan yang relatif baik
khususnya untuk komponen PAD. Selama lima tahun terakhir, rata-rata
pertumbuhan pendapatan daerah sebesar 16,06%. Namun demikian,
pertumbuhan pendapatan daerah cenderung mengalami penurunan, jika pada
tahun 2006 pertumbuhannya sebesar 50,39%, pada tahun 2010 mengalami
pertumbuhan yang negatif sebesar 7,28%.
Rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah tertinggi disumbang oleh lain-
lain pendapatan yang sah. Komponen pembentuknya terdiri dari pendapatan
hibah, bagi hasil pajak dari propinsi, dana penyesuaian, bantuan keuangan dari
propinsi, dan sumbangan pihak III. Bantuan keuangan dari propinsi dan
pendapatan hibah mempunyai rata-rata pertumbuhan yang tinggi, masing-masing
sebesar 863,35% dan 170,49% selama lima tahun terakhir. Hal ini
mengindikasikan bahwa Kabupaten Banyuwangi rata-ratamenerima bantuan
keuangan dari propinsi yang relatif besar selama lima tahun terakhir, khususnya
pada tahun 2007, sebesar lebih dari 3,7 milyar rupiah. Sedangkan Dana
Penyesuaian dan otonomi khusus dan Sumbangan Pihak IIImengalami
pertumbuhan negatif.
Selanjutnya, untuk melihat perkembangan pendapatan daerah selama lima
tahun kedepan diperlukan proyeksi dengan menggunakan asumsi-asumsi yang
sesuai. Asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan ekonomi dalam periode tahun ke tahun
diprediksikankan sebesar 6,08 – 6,27% pada tahun 2011,
meningkat menjadi sebesar 6,2-6,4% tahun 2012, sebesar 6,32-
6,51% tahun 2013, sebesar 6,42-6,60% tahun 2014 dan pada tahun
2015 diprediksi sebesar 5,51-6,69%.Secara lengkap, —prediksi
tersebut dapat digambarkan dalam grafik dibawah ini:
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 65
Grafik 3.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Banyuwangitahun 2011-2015
b. Tingkat inflasi diperkirakan rata-rata antara sebesar 6%-8% dari
tahun 2011 hingga tahun 2015;
c. Laju pertumbuhan penduduk diperkirakan sebesar 0.44%.
d. PAD akan mengalami peningkatan 15-30% yang disebabkan oleh
pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2009 mengenai pengalihan pajak ke
daerah.
e. Terdapat berbagai kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi yang
akan dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Banyuwangi lima tahun
kedepan.
Berdasarkan hasil analisis trend dengan berbagai asumsi diatas,
pendapatan daerah yang terdiri dari tiga komponen cenderung mengalami
kenaikan selama lima tahun kedepan. Namun demikian, jika dilihat dari proporsi
masing-masing komponen, komponen PAD dan lain-lain pendapatan yang sah
diproyeksikan akan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan
dana proporsi dan dana perimbangan akan mengalami trend penurunan walaupun
dengan proporsi yang relatif kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa pada masa yang
akan datang, Kabupaten Banyuwangi akan memulai untuk menuju kepada
kemandirian fiskal daerah yang ditunjang oleh PAD yang tinggi,sehingga
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 66
ketergantungan fiskal daerah terhadap pusat melalui DAU dan DAK dapat
dikurangi.
Diagram 3.5. Proyeksi Komponen Pendapatan Daerah
Kabupaten Banyuwangi 2011 – 2015
Gambar diatas menunjukan bahwa lima tahun kedepan, pendapatan
daerahKabupaten Banyuwangimasih tergantung dari dana perimbangan yang
proporsinya masih sekitar 73,64% di tahun 2015, meskipun selama lima tahun
kedepan dana perimbangan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini
tidak terlepas dari prediksi dana bagi hasil pajak yang semakin menurun sebagai
akibat penyerahan pajak dari pusat kedaerah sesuai UU No. 28 Tahun 2009.Disisi
lain, jika ditahun 2010, proporsi PAD terhadap pendapatan daerah sebesar 7,39%,
maka di tahun 2015 diproyeksikan sebesar 12,99%. Selain itu, dari komponen
lain-lain pendapatan yang sah juga diproyeksikan mengalami peningkatan. Jika
pada tahun 2010 proporsinya terhadap pendapatan daerah sebesar 6,98%, maka
pada tahun 2015 diproyeksikan meningkat hingga 13,37%. Proyeksi pendapatan
daerah 2011-2015 secara lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut :
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 67
Tabel 3.2. Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Banyuwangi tahun 2011 sampai dengan 2015
REALISASI PENDAPATANNo. U R A I A N
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 PENDAPATAN DAERAH 1.060.416.491.742,00 1.211.463.764.985,00 1.241.077.787.152,28 1.265.513.136.867,59 1.289.104.168.649,42 1.318.303.947.821,38
1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 78.343.007.504,00 91.305.508.317,00 115.406.002.506,00 131.552.458.033,27 148.953.166.536,71 171.259.496.122,76
1.1.1 Pajak Daerah 20.166.908.400 23.458.553.810 35.611.451.855,68 43.596.686.721,36 51.004.200.054,76 60.063.158.792,37
1.1.2 Retribusi Daerah 29.679.753.945 20.762.677.017 25.578.138.443,12 28.082.787.451,33 30.585.226.492,25 35.083.799.532,66
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan 9.466.891.192 13.337.736.000 15.946.498.700,25 16.718.053.414,58 19.486.397.363,57 23.253.712.314,00
Daerah yang dipisahkan
1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 19.029.453.967 33.746.541.490 38.269.913.506,95 43.154.930.446,01 47.877.342.626,13 52.858.825.483,73
1.2 DANA PERIMBANGAN 908.016.621.577,00 954.894.237.247,00 957.142.909.406,63 962.046.644.543,85 967.732.605.127,02 970.742.097.305,42
1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak & BP 64.524.239.577 57.309.987.247 55.808.170.708,19 54.966.095.676,73 52.290.718.939,23 50.009.860.830,97
1.2.2 Dana Alokasi Umum 761.897.082.000 815.653.050.000 819.266.649.977,58 823.144.645.222,35 830.780.970.060,04 835.348.157.011,39
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 81.595.300.000 81.931.200.000 82.068.088.720,87 83.935.903.644,77 84.660.916.127,74 85.384.079.463,06
1.2.4 Dana Perimbangan dari Prop- - - - - -
1.3LAIN-2 PENDAPATAN YGSAH
74.056.862.661,00 165.264.019.421,00 168.528.875.239,65 171.914.034.290,47 172.418.396.985,69 176.302.354.393,19
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 68
3.1.2. Kondisi Belanja Daerah
Kondisi belanja daerah Kabupaten Banyuwangimengalami pertumbuhan
sebagaimana pendapatan daerah. Penerapan format anggaran surplus/defisit baik
secara absolut maupun relatif menunjukan adanya suatu peningkatan sisi belanja,
belanja Kabupaten Banyuwangi sebesar Rp. 681,2 milyar (2006), Rp.932,4 milyar
(2007), Rp.924,1 milyar (2008), Rp.1,17 trilyun (2009),dan Rp.1,4 trilyun (2010
APBD Perubahan). Sebagai perbandingan, belanja daerah Kabupaten Bondowoso
sekitar Rp.498,6 milyar (2007), Rp.600,9 milyar (2008), dan Rp.705,6 milyar
(2009).
Diagram 3.6.Komponen Belanja Kabupaten Banyuwangitahun 2005-2010
Diagram diatas menunjukan bahwa selama tahun 2005-2010 menunjukan
dominasi belanja langsung dalam komponen belanja di Kabupaten Banyuwangi.
Namun demikian, dalam periode tersebut nilai belanja tidak langsung berfluaktuasi
dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 2005 persentase belanja tidak langsung
terhadap total belanja sebesar 64,94%, menurun menjadi 62,65%, selanjutnya
pada tahun 2010 proporsinya menjadi sebesar 75,17%. Sedangkan belanja
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 69
langsung relatif mengalami penurunan. Pada tahun 2005 proporsinya sebesar
25,06%, menurun menjadi sebesar 24,83% pada tahun 2010.
Diagram 3.7.Komponen Belanja Tidak Langsung Kabupaten Banyuwangi
tahun 2005-2010
Komponen belanja tidak langsung terbesar adalah belanja pegawai dari
tahun ketahun. Pada tahun 2005 sebesar 92,18% menurun menjadi sebesar
71,20%. Hal ini mengindikasikan belanja tidak langsung tidak hanya untuk belanja
pegawai, tetapi untuk komponen lainnya seperti belanja bantuan sosial, belanja
bantuan keuangan, dan sebagainya. Sedangkan belanja langsung terdiri dari
belanja pegawai, belanja modal, serta belanja barang dan jasa.
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 70
Diagram 3.8. Komponen Belanja Langsung Kabupaten Banyuwangi
tahun 2005-2010
Dalam komponen belanja langsung diatas, menunjukan bahwa komponen
belanja modal memiliki proporsi terbesar dari tahun 2005 sampai dengan tahun
2010. Hal ini mengindikasikan bahwa belanja modal berkaitan dengan investasi
pemerintah. Proporsi Belanja modal pada tahun 2005 sebesar 26,50% dari total
belanja langsung, meningkat menjadi 45,21% pada tahun 2010. Komponen
selanjutnya adalah belanja barang dan jasa serta belanja pegawai. Komponen
belanja pegawai merupakan komponen terkecil yang berkontribusi terhadap
belanja langsung,dimana pada tahun 2005 proporsinya sebesar 13,97% menurun
sebesar 5,33% pada tahun 2010.
Berdasarkan struktur anggarandi atas, secara kumulatif anggaran untuk
menunjang program-program pembangunan (belanja langsung) mengalami
penurunan, padahal belanja daerah mengalami kenaikan yang digunakan untuk
belanja tidak langsung.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pembiayaan belanja
langsung antara lain :
1. Pemenuhan standar pelayanan publik minimal di daerah;
2. Peningkatan efisiensi pelayanan publik di daerah;
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 71
3. Pengimplementasian strategi pro growth (pro investment), pro job, dan
pro poor di daerah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat;
4. Peningkatan akuntabilitas dan transparansi anggaran serta peningkatan
partisipasi masyarakat.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa kebutuhan daerah (fiscal need) di
Kabupaten Banyuwangi belum sebanding dengan kapasitas fiskal yang dimiliki
daerah (fiscal capacity). Konsekuensi dari hal tersebut adalah munculnya
kesenjangan fiskal (fiscal gab). Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi dalam mengurangi kesenjangan fiskal adalah melalui peningkatan
kemandirian daerah, antara lain melalui kebijakan efisiensi dan efektifitas belanja
yang dimanfaatkan sebaik-baiknya dan seoptimal mungkin untuk peningkatan
pelayanan, pemberdayaan masyarakat, dan kemandirian daerah guna
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Upaya lainnya adalah melalui perbaikaniklim usaha dan investasi di wilayah
Kabupaten Banyuwangi, yang dapat meningkatkan kegiatan usaha dan aktifitas
perekonomian lainnya.Pada akhirnya, kegiatan demikian akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
Dalam rangka mempertimbangkan belanja-belanja tersebut, maka
diperlukan struktur anggaran dan pengelolaan keuangan daerah yang tepat.
Struktur anggaran yang tepat merupakan syarat pokok (necessary condition) bagi
pengelolaan keuangan yang baik di daerah. Untuk itu,ada beberapa hal yang bisa
dilakukan.
Pertama, struktur anggaran di daerah harus secara eksplisit memisahkan
pendapatan dan pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari utang misalnya, tidak
bisa diklaim sebagai pendapatan karena suatu saat nanti dana tersebut harus
dikembalikan. Demikian pula, penerimaan yang berasal dari kinerja anggaran
tahun-tahun sebelumnya (seperti dana cadangan dan SILPA) ataupun dana-dana
yang sifatnya temporer (seperti hasil penjualan aset daerah) tak bisa dimasukkan
ke dalam komponen pendapatan daerah, karena berpotensi mengganggu
perencanaan keuangan daerah.
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 72
Kedua, struktur alokasi anggaran harus disusun sesuai prioritasnya, yakni
antara alokasi belanja untuk urusan yang bersifat wajib dan pilihan, serta antara
alokasi belanja yang dirasakan manfaatnya secara langsung dan tidak langsung
oleh masyarakat. Pengelolaan keuangan di daerah meliputi mobilisasi pendapatan,
penetapan alokasi belanja daerah, dan mobilisasi pembiayaan. Untuk memenuhi
syarat kecukupan (sufficient condition) bagi pengelolaan keuangan daerah yang
baik, maka daerah perlu memahami dan menggali potensi/keunggulan daerah
serta mengidentifikasi pokok-pokok permasalahan yang ada. Prioritas-prioritas
pembangunan daerah dengan beberapa pertimbangan tersebut menjadi dasar
pola alokasi belanja di Kabupaten Banyuwangi.
Selanjutnya dalam mengahadapi dinamika pembangunan daerah kedepan
yang semakin dinamis diperlukan suatu proyeksi belanja daerah sehingga
pemerintah daerah dapat mengantisipasi berbagai persoalan, khususnya yang
berkaitan dengan pengeluaran daerah. Proyeksi belanja daerah juga dapat
menunjukan kemampuan keuangan daerah jika dibandingkan dengan sisi
penerimaan daerahnya.
Dengan kondisi perekonomian baik regional, nasional, maupun
internasional yang semakin kondusif setelah diguncang krisis keuangan global
tahun 2009, menimbulkan harapan baru bahwa pembangunan kedepan
diharapkan dapat berjalan dengan baik. Hal ini tentu saja akan sangat
berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Proyeksi belanja daerah
dilihat dari komponen belanjanya, yaitu belanja langsung dan tidak langsung
dapat dilihat dalam diagram berikut :
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 73
Diagram 3.9.Prediksi Kondisi Belanja Kabupaten Banyuwangitahun
2011-2015
Komposisi belanja daerah tahun 2011-2015 didominasi oleh
belanja tidak langsung yang relatif menurun dari tahun ke tahun.
Penurunan tersebut seiring dengan kenaikan komponen belanja
langsung yang didominasi oleh pengeluaran barang dan jasa serta
belanja modal. Hal ini menunjukan bahwa pada masa yang akan
datang, belanja langsung khususnya modal harus menjadi prioritas
belanja daerah, karena berkaitan langsung dengan investasi
pemerintah yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara
lebih detail proyeksi belanja daerah dapat dil ihat dalam tabel berikut
:
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 75
Tabel 3.3. Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi tahun 2011 sampai dengan 2015
No. U R A I A N TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2015
2. BELANJA 1.299.239.047.016 1.369.229.189.585 1.376.559.291.048 1.395.418.878.356 1.423.575.998.188 1.443.974.031.015
2.1 BELANJA TIDAKLANGSUNG
976.633.855.136 1.004.456.230.143 1.046.351.133.418 1.053.443.514.500 1.069.481.737.884 1.084.211.081.275
2.1.1 Belanja Pegawai 695.346.631.450 833.145.364.143 837.830.181.352 841.047.428.112 845.203.700.103 849.922.607.491
2.1.2 Belanja bunga 0 0 0 0 0 0
2.1.3 Belanja Hibah 48.700.000 36.281.500.000 67.044.762.449 68.824.926.800 70.715.008.976 75.660.050.064
2.1.4 Belanja BantuanSosial
138.458.740.000 78.412.000.000 81.694.823.410,00 82.438.564.561,07 91.133.184.372 94.400.239.476
2.1.5 Belanja BantuanKeuangan
59.206.701.686 48.497.366.000 54.111.728.894,22 54.290.892.758,30 54.790.892.758 55.290.892.758
2.1.6 Belanja bagi hasil 54.573.082.000 120.000.000 126.462.527 130.991.992 134.576.497 139.145.432
2.1.7 Belanja Tidakterduga
29.000.000.000 8.000.000.000 5.543.174.785,61 6.710.710.275,95 7.504.375.178 8.798.146.053
2.2 BELANJALANGSUNG
322.605.191.880 388.772.959.442 330.208.157.630 341.975.363.856 347.410.343.106,41 359.762.949.740
2.2.1 Belanja Pegawai 17.189.972.450 14.935.578.500 16.699.381.675 16.292.612.863 14.915.815.748,45 17.658.123.697
2.2.2 Belanja Barang Jasa 159.557.287.953 145.667.961.332 112.135.419.690 119.552.084.047 121.906.106.305,79 127.995.261.219
2.2.3 Belanja Modal 145.857.931.477 228.169.419.610 201.373.356.265 206.130.666.945 210.588.421.052,17 217.109.564.824
SURPLUS/(DEFISIT) (238.822.555.274) (181.765.424.600) (135.481.503.896) (129.905.741.488) (127.787.912.341,04) (125.670.083.194)
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 76
3.1.3. Kondisi Pembiayaan Daerah
Struktur anggaran pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan sebagai berikut :
a. Penerimaan pembiayaan,mencakup :
1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Sebelumnya: sisa lebih
perhitungan anggaran sebelumnya dianggarkan berdasarkan
estimasi dan pada perubahan APBD sesuai dengan yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
2) Pencairan dana cadangan: pencairan dari dana cadangan
disesuaikan dengan rencana penggunaan dana cadangan
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang
Pembentukan Dana Cadangan;
3) Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan: hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan dapat berupahasil penjualan
perusahaan milik daerah/BUMD, penjualan aset milik pemerintah
yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi
penyertaan modal pemerintah daerah;
4) Penerimaan pinjaman: Penerimaan pinjaman daerah dianggarkan
sesuai dengan rencana penarikan pinjaman dalam tahun anggaran
sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui, termasuk
penerimaandari penerbitanobligasi daerah yang akan direalisasikan
pada tahun anggaran berkenaan.
5) Penerimaan kembali pemberian pinjaman:penerimaan pokok dari
pemberian pinjaman termasuk penerimaan pokok dari pemberian
dana bergulir.
b. Pengeluaran Pembiayaan:
1) Pembentukan dana cadangan: Pembentukan dana cadangan
dianggarkan melalui sejumlah dana cadangan yang harus disisihkan
dalam tahun anggaran sesuai dengan jumlah yang ditetapkan
dalam Peraturan Daerah tentang Pembentukan Dana Cadangan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah pada
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 77
dasarnya dapat membentuk dana cadangan guna membiayai
kebutuhan yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun
anggaran. Pembentukan dana cadangan sebagaimana dimaksud
ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang sekurang-kurangnya
mengatur persyaratan pembentukan dana cadangan, pengelolaan
dan pertanggungjawabannya;
2) Penyertaan modal Pemerintah Daerah:Penyertaan modal yang
dianggarkan melalui sejumlah penyertaan modal yang ditetapkan
dalam Peraturan Daerah tentang penyertaan modal. Bentuk
penyertaan modal ini, misalnya melalui suntikan dana terhadap
badan usaha daerah yang telah dimiliki, pembentukan usaha baru,
baik secara sendiri oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Banyuwangi, bekerjasama dengan pemerintah daerah lainnya, atau
propinsi dan pemerintah pusat, maupun bekerjasama dengan
sektor swasta, ermasuk di dalamnya adalah investasi nirlaba
Pemerintah Daerah;
3) Pembayaran pokok utang: Jatuh tempo jumlah pembayaran pokok
utangyang dianggarkan sejumlah pokok pinjaman yang harus
dibayarkan dalam tahun anggaran sesuai dengan perjanjian yang
telah disetujui antara Pemerintah Daerah dengan pemberi
pinjaman;
4) Pemberian pinjaman: Pemberian pinjaman kepada pihak ketiga
termasuk dalam bentuk dana bergulir untuk meningkatkan kegiatan
ekonomi masyarakat.
3.2 Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan
Mengacu kepada proyeksi indikator makro ekonomi dan dampaknya
terhadap pertumbuhan ekonomi, maka strategi-strategi kebijakan fiskal dalam
tahun 2010-2015 akan tetap diarahkan kepada hal-hal berikut: (1)
Mengoptimalkan peningkatan penerimaan daerah yang berasal dari sumber-
sumber PAD dan Dana Perimbangan; (2) Meningkatkan efisiensi pengelolaan
APBD dari sisi belanja; (3) Meningkatkan sumber penerimaan daerah melalui
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 78
intensifikasi dan ekstensifikasi PAD dan Bagi Hasil Pajak yang lebih rasional dan
proporsional; (4) Meningkatkan peran serta masyarakat dan sektor swasta, baik
dalam pembiayaan maupun pelaksanaan pembangunan. Cara yang terakhir ini
misalnyadilakukan melalui kerjasama melalui model kerjasama masyarakat,
swasta, dan pemerintah (public-private patnership). Cara yang tekahir ini perlu
dilakukan mengingat kemampuan pemerintah daerah di dalam menggerakkan
kegiatan-kegiatan ekonomi dan pembangunan lainnya masih sangat terbatas.
Untuk itu, pelibatan masyarakat dan kelompok bisnis menjadi sesuatu yang sangat
dibutuhkan.
3.2.1 Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah
Pengelolaan pendapatan daerah lebih diarahkan pada optimalisasi
pendapatan daerah melalui upaya yang efektif dan efisien serta mendapatkan
dukungan masyarakat.
Arah pengelolaan pendapatan:
1. Kewenangan yang lebih luas dalam mengoptimalkan perolehan
pendapatan daerah;
2. Mendayagunakan dana melalui pola deposito;
3. Perubahan manajemen keuangan dengan memberi peran lebih pada
kas umum daerah;
4. Intensifikasi dan ekstensifikasi penggalian sumber-sumber
pendapatan daerah, terutama melalui usaha daerah dan
pendayagunaan aset daerah, termasuk pendapatan dari pihak
ketiga;
5. Peningkatan kemampuan dan optimalisasi organisasi di bidang
pendapatan atau organisasi penghasil.
Upaya-upaya efektif dalam penggalian sumber-sumber pendapatan daerah
harus terus dilakukan tanpa harus menambah beban bagi masyarakat. Upaya ini
diperlukan agar pendapatan daerah tidak lagi harus bergantung pada satu atau
dua jenis pajak daerah saja.
Diversifikasi sumber pendapatan daerah menjadi mutlak dicari agar
ketergantungan dan resiko dapat disebar, mengingat struktur ekonomi di
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 79
Banyuwangi lebih banyak didominasi oleh sektor primer. Oleh karena itu, sudah
saatnya dirancang berbagai tindakan yang dapat menggali sumber-sumber
pendapatan daerah yang berbasis pada sektor primer dan mata rantainya.
3.2.2 Arah Pengelolaan Belanja Daerah
Dalam menentukan belanja daerah terdapat tiga elemen penting, yaitu
masyarakat sebagai pemberi amanat, Pemerintah Daerah, dan DPRD dengan
peran dan fungsinya masing-masing sebagai pelayan masyarakat. Sehingga
hakekat anggaran belanja daerah sebagai perwujudan dari amanat rakyat kepada
Pemerintah Daerah dan DPRD dalam meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan
kepada masyarakat.
Rencana belanja disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja
(berorientasi pada hasil). Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas
perencanaan anggaran serta memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan
alokasi anggaran.
Orientasi belanja daerah diprioritaskan untuk efektifitas pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Peningkatan alokasi belanja yang direncanakan oleh setiap pengguna anggaran
harus diikuti dengan peningkatan prestasi kerja pelayanan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Belanja Daerah diarahkan pada peningkatan proporsi belanja untuk
memihak kepentingan publik, disamping tetap menjaga eksistensi
penyelenggaraan pemerintahan. Dalam penggunaannya, belanja daerah harus
tetap mengedepankan efisiensi dan efektivitas sesuai dengan prioritas, yang
diharapkan dapat memberikan dukungan program-program strategis daerah.
Penggunaan anggaran untuk belanja barang dan jasa, berdasarkan pada
patokan harga dasar yang telah ditetapkan dalam HSPK (Harga Satuan Pokok
Kegiatan).
3.2.3 Arah Pengelolaan Pembiayaan Daerah
Kebijakan Umum Pembiayaan Daerah pada dasarnya merupakan bagian
dari Kebijakan Umum APBD. Karena itu, kebijakan yang disepakati dalam pos
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 80
pembiayaan berfungsi sebagai penunjang terhadap pencapaian sasaran dan
tujuan yang diinginkan serta disepakati dalam Kebijakan Umum Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
Kebijakan Umum pembiayaan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi adalah
sebagai berikut :
1. Peningkatan Manajemen Pembiayaan Daerah dalam rangka akurasi,
efisiensi, efektifitas dan profitabilitas;
2. Apabila APBD dalam keadaan surplus, kebijakan yang diambil adalah
melakukan transfer ke persediaan Kas Daerah dalam bentuk
Giro/Deposito, Penyertaan Modal, atau sisa lebih perhitungan
anggaran tahun berjalan;
3. Apabila APBD dalam keadaan defisit, kebijakan yang diambil adalah
memanfaatkan anggaran yang berasal dari sisa lebih perhitungan
anggaran tahun lalu, rasionalisasi belanja, pinjaman daerah, atau
memperluas kemitraan.
3.3. Kebijakan Umum Anggaran
Berdasarkan arah pengelolaan pendapatan dan belanja daerah, maka
kebijakan umum anggaran yang akan ditempuh pemerintah Kabupaten
Banyuwangi adalah sebagai berikut :
1. Dalam pengelolaan anggaran pendapatan daerah akan lebih
difokuskan pada upaya untuk memobilisasi sumber-sumber
pendapatan daerah yang muncul sebagai akibat peningkatan
aktifitas ekonomi serta dari adanya berbagai program investasi yang
telah dijalankan pada periode-periode sebelumnya. Kebijakan
pendapatan daerah, khususnya untuk Pendapatan Asli Daerah
mengalami pertumbuhan. Dalam periode ini diupayakan
adanyapertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga penciptaan
iklim yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha. Dengan
demikian,dapat diwujudkan stabilitas fiskal daerah, khususnya dalam
memberikan ketersediaan sumber pembiayaan dalam menjaga
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 81
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan daerah dan peningkatan
kualitas pelayanan publik.
2. Kebijakan belanja daerah pada tahun 2011 hingga tahun 2015
adalah melalui upaya adanya perimbangan komposisi dari belanja
langsung setiap tahunnya, serta peningkatan alokasi anggaran lebih
diarahkan untuk pembiayaan program-progran pembangunan yang
mengarah pada upaya meningkatkan pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat. Dalam mengalokasikan anggaran harus
mengacu pada norma dan prinsip anggaran, yaitu Transparansi dan
Akuntabilitas, Disiplin Anggaran dan Keadilan Anggaran, serta
Efisiensi dan efektifitas anggaran:
a. Transparansi dan akuntabilitas anggaran menyajikan informasi
secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat meliputi
tujuan, sasaran, kebijakan, program, fungsi, dan sumber
pendanaan serta korelasi antara besaran anggaran dengan hasil
dan manfaat yang ingin dicapai dari suatu kegiatan, sehingga
penyusunan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran
dilakukan secara transparan dan akuntabel;
b. Disiplin Anggaran:
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraanterukur
secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber
pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan
batas tertinggi pengeluaran belanja;
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya
kepastian penerimaan;
Semua penerimaan dan pengeluaran daerah harus
dianggarkan dalam APBD melalui rekening Kas Umum Daerah.
c. Keadilan anggaran: tidak adanya diskriminasi penetapan tarif
dalam pungutan yang diberlakukan pada masyarakat, sedangkan
dalam konteks belanja harus mengalokasikan belanja daerah
secara adil dan merata tanpa diskriminasi.
d. Efisiensi dan efektifitas anggaran: untuk dapat mengendalikan
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 82
tingkat efisiensi dan efektifitas anggaran harus ditetapkan secara
jelas tujuan, sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator prestasi
kerja. Selain itu, penetapan harga satuan yang rasional. Sesuai
dengan pendekatan prestasi kerja yang digunakan dalam
penyusunan APBD, setiap alokasi biaya yang direncanakan harus
dikaitkan dengan tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan
dapat dicapai.
3. Usulan program, kegiatan, dan anggaran dinilai tingkat
kewajarannya melalui akselerasi dan sinkronisasi program bersama
stakeholders. Penilaian kewajaran meliputi:
a. Kesesuaian tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dengan program dan kegiatan yang diusulkan
dalam mendukung terwujudnya visi daerah;
b. Kaitan logis antara permasalahan yang akan diselesaikan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan prioritas program dan
kegiatan yang diusulkan;
c. Kapasitas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk
melaksanakan kegiatan dalam pencapaian kinerja yang
diinginkan;
d. Keselarasan dan keterpaduan kegiatan dari masing-masing
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sehingga memberikan
manfaat dampak positif bagi masyarakat.
Usulan program dan kegiatan tersebut di atas disesuaikan dengan
kemampuan keuangan daerah.
4. Kebijakan umum anggaran RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun
2010-2015 diarahkan dalam tiga fungsi utama, yaitu fungsi alokasi,
fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi.
a. Fungsi alokasi, yaitu penganggaran untuk kegiatan pembangunan
yang tidak mungkin dilaksanakan oleh masyarakat/swasta karena
bersifat public services seperti penanganan prasarana dasar,
penyediaan infrastruktur;
RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 – Bab III 83
b. Fungsi distribusi, yaitu penganggaran diarahkan untuk
pemerataan, keadilan sosial, dan mengurangi kesenjangan, yang
antara lain meliputi penanganan masalah kemiskinan,
pengembangan wilayah tertinggal dan lainnya;
c. Fungsi stabilisasi, yaitu penganggaran diarahkan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja,
dan peningkatan pendapatan masyarakat serta stabilitas
keamanan dan ketertiban.