STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor...

19
159 13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN INKLUSIF STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT MELALUI DIVERSIFIKASI PRODUK MAKANAN OLAHAN BUAH JAMBU METE SEBAGAI BASIS PRODUK UNGGULAN KABUPATEN WONOGIRI Rindang Nuri Isnaini Nugrohowati 1 , Lak Lak Nazhat El Hasanah 2 1 Prodi Ilmu Ekonomi FE UII 2 Prodi Ilmu Ekonomi FE UII [email protected] ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk melihat bagaimana potensi pengembangan produk pangan jambu mete sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Disamping itu studi ini juga merumuskan strategi peningkatan perekonomian masyarakat melalui divesifikasi produk. Analisis data yang digunakan berupa analisis SWOT, kemudian dari hasil analisis SWOT disusun grand gtrategy pengembangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pengembangan produk dari komoditas buah jambu mete cukup besar karena ketersediaan bahan baku yang melimpah. Berdasarkan studi kasus di Desa Rejosari strategi diversifikasi produk yang bisa ditempuh untuk meningkatkan nilai ekonomis dari buah jambu mete adalah dengan mengolahnya menjadi Abon dan Sirup. Melalui diversifikasi produk berupa abon dan sirup maka buah jambu mete yang awalnya tidak dimanfaatkan oleh masyarakat bisa memiliki nilai jual sehingga bisa meningkatkan pendapatan masyarakat. Kata Kunci: grand strategy, diversifikasi produk, peningkatan pendapatan, nilai ekonomis PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian masyarakat dan penopang pembangunan. Sampai saat ini sektor pertanian masih memegang peranan yang cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi PDB pertanian dalam arti sempit yaitu diluar sektor perikanan dan kehutanan pada tahun 2014 adalah sekitar 879,23 triliun rupiah. Selama periode 2010 sampai 2014, pertumbuhan PDB pertanian berkisar antara 3,47% hingga 4,58 % dengan rata-rata sekitar 3,90%, pada saat yang sama PDB nasional tumbuh sekitar 5,70 %. Dengan adanya ketimpangan pertumbuhan tersebut, maka kontribusi pertanian semakin menurun dari 10,99% di tahun 2010 menjadi 10,26 % dari total PDB nasional di tahun 2014. Sementara itu jika dilihat dari penyediaan lapangan pekerjaan, sektor pertanian masih merupakan sektor dengan pangsa penyerapan tenaga kerja terbesar, walaupuan ada kecenderungan menurun selama periode 2010 sampai 2014 (Kementan, 2015).

Transcript of STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor...

Page 1: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

159

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT MELALUI

DIVERSIFIKASI PRODUK MAKANAN OLAHAN BUAH JAMBU METE SEBAGAI

BASIS PRODUK UNGGULAN KABUPATEN WONOGIRI

Rindang Nuri Isnaini Nugrohowati1, Lak Lak Nazhat El Hasanah2

1 Prodi Ilmu Ekonomi FE UII

2 Prodi Ilmu Ekonomi FE UII

[email protected]

ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk melihat bagaimana potensi pengembangan produk pangan

jambu mete sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan melihat kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman. Disamping itu studi ini juga merumuskan strategi

peningkatan perekonomian masyarakat melalui divesifikasi produk. Analisis data yang

digunakan berupa analisis SWOT, kemudian dari hasil analisis SWOT disusun grand

gtrategy pengembangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pengembangan produk

dari komoditas buah jambu mete cukup besar karena ketersediaan bahan baku yang

melimpah. Berdasarkan studi kasus di Desa Rejosari strategi diversifikasi produk yang bisa

ditempuh untuk meningkatkan nilai ekonomis dari buah jambu mete adalah dengan

mengolahnya menjadi Abon dan Sirup. Melalui diversifikasi produk berupa abon dan sirup

maka buah jambu mete yang awalnya tidak dimanfaatkan oleh masyarakat bisa memiliki nilai

jual sehingga bisa meningkatkan pendapatan masyarakat.

Kata Kunci: grand strategy, diversifikasi produk, peningkatan pendapatan, nilai ekonomis

PENDAHULUAN

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian sebagai

sumber mata pencaharian masyarakat dan penopang pembangunan. Sampai saat ini sektor

pertanian masih memegang peranan yang cukup strategis dalam pertumbuhan Produk

Domestik Bruto (PDB). Kontribusi PDB pertanian dalam arti sempit yaitu diluar sektor

perikanan dan kehutanan pada tahun 2014 adalah sekitar 879,23 triliun rupiah. Selama

periode 2010 sampai 2014, pertumbuhan PDB pertanian berkisar antara 3,47% hingga 4,58 %

dengan rata-rata sekitar 3,90%, pada saat yang sama PDB nasional tumbuh sekitar 5,70 %.

Dengan adanya ketimpangan pertumbuhan tersebut, maka kontribusi pertanian semakin

menurun dari 10,99% di tahun 2010 menjadi 10,26 % dari total PDB nasional di tahun

2014. Sementara itu jika dilihat dari penyediaan lapangan pekerjaan, sektor pertanian masih

merupakan sektor dengan pangsa penyerapan tenaga kerja terbesar, walaupuan ada

kecenderungan menurun selama periode 2010 sampai 2014 (Kementan, 2015).

Page 2: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

160

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

Pertanian merupakan sektor dominan dalam menopang pendapatan masyarakat karena

mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Salah satu daerah yang sebagian besar

penduduknya berprofesi sebagai petani adalah Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah.

Dari data penduduk berdasarkan jenis pekerjaan sebesar 29,31% masyarakat Kabupaten

Wonogiri bekerja sebagai petani. Komoditas pertanian yang menjadi sektor unggulan di

Kabupaten Wonogiri salah satunya adalah Kacang Mete. Dengan luas lahan 17,458 hektar

yang terletak di Kecamatan Jatisrono, produksi kacang mete mencapai 1.049,5 ton per tahun

dan telah menembus pasar ekspor (www.wonogirikab.go.id).

Tabel 1: Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Wonogiri Untuk Komoditi Pertanian

Jenis Komoditi Potensi/ Produksi Lokasi

a) Pertanian

Ubi Katu

Padi

Jagung

b) Tanaman buah-buahan

Mangga

Pisang

c) Perkebunan

Jambu Mete

Janggelan

Kelapa dalam

789.782 ton

365.083 ton

299.810 ton

72.899 kw

62.975 kw

18.164 ton

13.614 ton

15.729 ton

25 kecamatan

24 kecamatan

25 kecamatan

25 kecamatan

25 kecamatan

25 kecamatan

Kec. Bulukerto

Kec. Pranggupito

Sumber: Wonogiri Dalam angaka 2011, Disbudpapora tahun 2011

Jambu mete merupakan tanaman yang cepat tumbuh dan tahan terhadap tanah kering

sehingga tanaman ini sesuai dengan kondisi alam Kabupaten wonogiri yang keadaan alamnya

sebagian besar terdiri dari pegunungan berbatu gamping. Di Kabupaten Wonogiri, usaha

pengolahan mete sudah berkembang lama karena didukung oleh kondisi geografis yang

sesuai untuk perkebunan jambu mete. Usaha pengolahan ini umumnya merupakan usaha

kecil dan menengah yang mengunakan teknologi sederhana. Dengan berkembangnya usaha

tersebut diharapkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian

masyarakat terutama para petani mete khususnya dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Jika

dilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam

menyerap tenaga kerja. Meskipun demikian kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto

masih rendah jika dibandingkan dengan sektor industri. Akibatnya adalah kesejahteraan

rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian lebih rendah dibanding yang bekerja di

sektor industri.

Salah satu yang menjadi faktor penyebab yaitu kurangnya produktivitas pertanian berupa

sumber daya manusia yang masih rendah dalam mengolah lahan dan hasil pertanian. Hal

Page 3: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

161

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

tersebut juga dihadapi oleh para petani di Kabupaten Wonogiri dimana para petani belum

mampu memanfaatkan hasil pertanian agar dapat meningkatkan nilai ekonomisnya. Implikasi

dari permasalahan di atas menunjukkan gambaran masyarakat yang belum memiliki

pengetahuan yang cukup mengenai diversifikasi produk atau pengolahan pangan. Hal ini

dapat dinilai dari sikap dan perilaku masyarakat yang belum memanfaatkan peluang usaha

yang sudah sepantasnya mereka berdayakan. Berdasarkan pada latar belakang tersebut studi

ini bertujuan untuk melihat bagaimana potensi pengembangan produk pangan jambu mete

sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman. Disamping itu studi ini juga ingin merumuskan strategi peningkatan

perekonomian masyarakat melalui diservesifikasi produk.

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN EMPIRIS

Pengertian Diversifikasi Pangan

Diversifikasi pangan mencangkup aspek produksi, konsumsi, pemasaran dan distribusi.

Dari aspek produksi, diversifikasi berarti perluasan spektrum komoditas pangan, baik dalam

perluasan pemanfaatan sumber daya, pengusahaan komoditas maupun pengembangan

produksi komoditas pangan. Oleh karena itu dilihat dari aspek produksi, diversifikasi

mencangkup pengertian diversifikasi horisontal dan vertikal. Dari sisi konsumsi, diversifikasi

pangan mencangkup aspek perilaku yang didasari baik oleh pertimbangan seperti pendapatan

dan harga komoditas, maupun non ekonomis seperti kebiasaan, selera dan pengetahuan

(Hanani, 2009). Diversifikasi pangan ditujukan pada penganekaragaman pangan yang berasal

dari pangan pokok dan semua pangan lain yang dikonsumsi rumah tangga termasuk

laukpauk, sayuran dan buah buahan (Suyastiri, 2008). Diversifikasi dapat dikelompokkan

menjadi dua macam yaitu (Jafar, 2012):

1. Diversifikasi horisontal, penganekaragaman konsumsi pangan dengan memperbanyak

macam komoditi pangan dan meningkatkan produksi dari macam-macam komoditi

tersebut.

2. Diversifikasi vertikal, yaitu penganekaragaman pengolahan komoditas pangan

terutama non beras sehingga mempunyai nilai tambah dari segi ekonomi, nutrisi

maupun sosial.

Page 4: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

162

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

Sementara menurut Fitriani, Sarono, & Widodo (2011), pengertian diversifikasi adalah

sebagai upaya mencari dan mengembangkan produk atau pasar baru, atau keduanya, dalam

rangka mengejar pertumbuhan, peningkatan penjualan, profitabilitas, dan fleksibilitas.

Sedangkan menurut Marsigit (2010), diversifikasi produk dilakukan oleh suatu perusahaan

sebagai akibat dilaksanakannya pengembangan produk, sementara produk lama secara

ekonomis masih dapat dipertahankan. Dalam diversifikasi produk, perusahaan berusaha

untuk menaikkan penjualan dengan cara mengembangkan produk baru sehingga terdapat

bermacam-macam produk yang diproduksi perusahaan.

Dapat disimpulkan bahwa diversifikasi produk merupakan suatu kebijakan dalam

strategi perusahaan untuk memenuhi selera dan kebutuhan konsumen melalui

penganekaragaman produk dalam rangka mengejar pertumbuhan, peningkatan penjualan,

profitabilitas dan fleksibilitas dengan jalan menciptakan produk atau jasa baru tanpa

bergantung pada satu jenis produknya saja. Produk yang beranekaragam akan membuat

konsumen percaya bahwa berbagai kebutuhannya dapat terpenuhi oleh pengusaha itu.

Semakin beragam produk yang ditawarkan kepada konsumen, semakin besar ketertarikan

konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan (Hermawan, 2015). Diversifikasi dapat

dilakukan melalui tiga cara yaitu (Tjiptono, 1997):

1. Diversifikasi Konsentris

Dimana produk-produk baru yang diperkenalkan memiliki kaitan atau hubungan

dalam hal pemasaran, teknologi dengan produk yang sudah ada.

2. Diversifikasi Horisontal

Dimana perusahaan menambah produk-produk baru yang tidak berkaitan dengan

produk yang sudah ada, tetapi dijual kepada pelanggan yang sama.

3. Diversifikasi Konglomerat

Dimana produk-produk yang dihasilkan sama sekali baru tidak memiliki hubungan

dalam hal pemasaran maupun teknologi dengan produk yang sudah ada dan dijual

kepada pelanggan yang berbeda.

Perubahan Keseimbangan Konsumen Akibat Diversifikasi Produk Olahan dan

Penciptaan Nilai Tambah

Keseimbangan konsumen akibat adanya diversifikasi produk olahan dapat dijelaskan

dengan menggunakan pendekatan atribut. Pendekatan atribut didasarkan pada asumsi bahwa

perhatian konsumen bukan terhadap produk secara fisik, melainkan lebih ditujukan kepada

Page 5: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

163

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

atribut produk yang bersangkutan. Pendekatan ini menggunakan analisis utilitas yang

digabungkan dengan analisis kurve indeferen. Atribut yang dimaksuh disini adalah semua

jasa yang dihasilkan dari penggunaan dan atau pemilikan barang tersebut (Douglas,E.J 1993).

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Kevin Lancaster pada tahun 1966. Kalau teori-teori

sebelumnya menggunakan asumsi bahwa yang diperhatikan oleh konsumen ialah produknya,

maka teori Lancaster mendasarkan pada asumsi bahwa perhatian konsumen bukan pada

produknya, melainkan pada ‘attribute’ barang yang bersangkutan.

Dalam proses produksi suatu produk harus memberikan sesuatu yang lain dan tahan

lama. Produk Olahan yang merupakan produk baru harus dapat menunjukkan gambaran atau

kelebihannya dibandingkan dengan produk yang sudah ada, sehingga mendorong konsumen

untuk mengkonsumsi produk baru tersebut. Keseimbangan konsumen model atribut

ditentukan titik singgung antara efisiensi frontier dan kurva indeferren. Efisiensi frontier

menunjukkan batas terluar yang dapat dicapai konsumen berdasarkan atribut-atribut yang

diinginkan dengan menggunakan pendapatan tertentu. Efisiensi frontier ini diperoleh dengan

mengalikan jumlah barang dengan nilai atribut pada masing-masing barang. Olah karena

jumlah barang yang dapat dibeli konsumen dipengaruhi harga (Wardhani dkk, 2010).

Sumer: Wardhani dkk, 2010

Dalam gambar diatas menunjukkan apabila mula-mula produk A merupakan produk

yang dikehendaki konsumen dengan harga yang relative mahal dibandingkan dengan produk

Produk Baru

Produk B

Produk A

Atribut X/ Ekonomi

Atribut Y/ Kelezatan

I2

I1

C

A

B

Page 6: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

164

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

B. Dengan menggunakan pendapatan tertentu dan harga yang berlaku dipasar konsumen

mula-mula memiliki efisiensi frontier AB dan keseimbangan konsumen dititik A dengan

tingkat kepuasan sebesar I1. Apabila buah semu jambu mete diolah menjadi produk olahan

dan merupakan produk baru, maka dengan atribut kelezatan dapat menggeser efisiensi

frontier AC dan keseimbangan konsumen yang terjadi dititik C dengan tingkat kepuasan

sebesar I2 dengan demikian konsumen akan bersedia membayar mahal untuk membeli

produk olahan. Berikut ini beberapa studi yang terkait dengan strategi diversifikasi produk

adalah:

Lucius Hermawan (2015), melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

penerapan strategi diversifikasi produk pangan olahan tahu khas Kota Kediri pada IKM di

Kota Kediri. Data dalam penelitian ini diperoleh dari pemilik perusahaan Tahu & Takwa

“Mikimos” dan pemilik perusahaan Tahu & Takwa “TTL”. Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif studi kasus. Dari hasil penelitian, peneliti

menemukan fenomena-fenomena yang mempengaruhi kedua partisipan untuk menerapkan

strategi diversifikasi produk dalam usahanya. Kemudian diklasifikasi sehingga peneliti

menemukan tiga identifikasi tema, yaitu alasan penerapan strategi diversifikasi produk,

penerapan strategi diversifikasi produk dan dampak penerapan strategi diversifikasi produk.

Adapun dampak dari penerapan strategi diversifikasi produk yang dilakukan oleh kedua

partisipan ada dua macam, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif atau

keuntungan yang didapatkan oleh kedua partisipan dengan menerapkan strategi diversifikasi

produk adalah dapat meningkatkan jumlah penjualan, dapat menjaga mutu produk dan

produk dapat tahan lebih lama. Sedangkan dampak negatif yang diterima adalah masih

terkendala dengan harga dan ketersediaan alat produksi serta ketersediaan lahan produksi. Di

sisi lain, produk yang baru tidak mempengaruhi tingkat penjualan produk tahu yang lama.

Susi Wuri Ani dkk. (2013), melakukan penelitian mengenai Pengembangan Desa

Wisata Rumah Dome Berbasis Agroindustri Pangan Lokal dengan Kajian Diversifikasi

Ketela Pohon. Metode yang dilakukan adalah membentuk kelompok usaha produktif Ibu-Ibu

PKK di Rumah Dome untuk dapat meningkatkan nilai ekonomis pangan lokal (ketela pohon).

Hal yang dilakukan adalah memberikan pelatihan pengolahan ketela pohon menjadi ceriping

singkong berbagai rasa, keripik belut daun singkong, membuat brownies berbahan tepung

ketela, mengemas produk dengan brand Rumah Dome dan memberikan pelatihan pembukuan

sederhana. Dengan kegiatan ini diharapkan akan tumbuh kelompok usaha produktif sehingga

Page 7: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

165

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

dapat mengangkat citra wisata Rumah Dome dan meningkatkan pendapatan masyarakat di

Rumah Dome.

Dewi Listyati dan Bedy Sudjarmoko (2011), melakukan penelitian yang berjudul Nilai

Tambah Ekonomi Pengolahan Jambu Mete. Dalam penelitiannya diungkapkan bahwa

masalah utama mete Indonesia adalah rendahnya produktivitas tanaman dan mutu produk

yang dihasilkan. Pengembangan industri pengolahan mete dihadapkan pada kendala berupa

kontinuitas ketersediaan bahan baku. Hal ini disebabkan karena setiap tahunnya, musim

panen jambu mete umumnya hanya empat bulan (Juli – Oktober). Hingga saat ini ekspor

mete Indonesia kebanyakan masih dalam bentuk gelondong terutama ke India dan Vietnam

yang merupakan produsen utama mete di pasar dunia. Ekspor mete yang dominan berbentuk

gelondong telah merugikan petani, industri pengolahan dan pemerintah (pusat dan daerah).

Kerugian tersebut berupa potensi kehilangan peluang untuk mendapatkan nilai tambah

ekonomi, besarnya mencapai Rp 1,8 – 2,9 triliun per tahun. Peluang tersebut berasal dari dari

pengolahan kacang mete dan CNSL. Disamping menambah pendapatan petani, langkah ini

akan membuka kesempatan kerja baru di pedesaan dan juga peluang menambah devisa

negara. Potensi ini hanya akan terwujud bila pengolahan dilakukan oleh industri dengan

melibatkan petani sebagai mitra.

Ratna Mustika Wardhani dkk (2010), melakukan penelitian yang berjudul; Peningkatan

Pendapatan Masyarakat Melalui Diversifikasi Produk Olahan Ikan. Pemilihan responden

dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sengaja, yaitu ditentukan Desa Prigi Kecamatan

Watulimo, Kabupaten Trenggalek, hal ini dikarenakan Desa Prigi merupakan desa pesisir

pantai yang hasil ikannya cukup tinggi. Di Desa Prigi Kecamatan Watulimo terdapat

Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang merupakan

suatu wadah aktifitas masyarakat pedesaan yang bergerak dalam segala aspek yang bertujuan

untuk membantu meningkatkan pendapatan keluarga, olah karena itu UPPKS banyak terdiri

dari para ibu-ibu.Hasil penelitiannya mengungkapkan terjadi peningkatan kemandirian

kelembagaan masyarakat pesisir melalui pengelolaan sumberdaya perikanan dengan

melakukan diversifikasi produk. Selain itu adanya peningkatan pengetahuan ketrampilan

melalui ketertarikan mengikuti penyuluhan dan pelatihan produk olahan.

Ni Made Suyastiri Y.P (2008) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengkaji

pola diversifikasi konsumsi pangan pokok berbasis potensi lokal pada rumah tangga

pedesaan, mengkaji hubungan pendapatan rumah tangga dengan konsumsi pangan pokok dan

Page 8: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

166

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola diversifikasi konsumsi pangan berbasis

potensi lokal. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis OLS

regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan pola diversifikasi konsumsi pangan

pokok yaitu beras, dan pangan pengganti beras seperti jagung yang dalam

pengkonsumsiannya mengikuti pola beras - jagung, beras- ketela pohon dan beras-jagung-

ketela pohon. Konsumsi pangan pokok berbeda antar rumah tangga tergantung dari tinggi

rendahnya tingkat pendapatan.

Roosganda Ellzabeth (2011) melakuka penelitian yang bertujuan untuk mengemukakan

lebih komprehensif tentang strategi pencapaian diversifikasi dan kemandirian pangan menuju

terwujudnya ketahanan pangan, dengan mereview berbagai tulisan terkait. Pentingnya peran

pangan menjadikan ketahanan pangan sebagai pilar ketahanan nasional. Pilar ketahanan

nasional akan terusik bila jaminan ketersediaan, diversifikasi dan kemandirian pangan tidak

mampu terpenuhi oleh suatu bangsa. Terganggunya ketahanan nasional disebabkan

ketergantungan pangan beras impor dan mencerminkan ketidakmampuan negara mencapai

kemandirian pangan beras rakyatnya. Perlunya strategi penyediaan teknologi dan informasi

sesuai, adanya perangkat kebijakan operasional yang memadai, berfungsinya berbagai

lembaga pendukung (penelitian, penyuluhan, pemasaran), serta dukungan kebijakan

pemerintah yang lebih fokus dan berpihak untuk mempercepat pencapaian dan

pengembangan diversifikasi dan kemandirian pangan.

METODE PENELITIAN

Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para petani jambu mete di Desa Rejosasi Kecamatan

Jatisrono Kabupaten Wonogiri. Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah kurang lebih 16

petani Jambu Mete yang tergabung dalam Kelompok Usaha Tani.

Sumber Data dan Metode Pengambilan Data

Lokasi kegiatan studi dilakukan di Desa Rejosari, Kecamatan Jatisrono Kabupaten

Wonogiri. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan para petani Jambu Mete, sedangkan

Page 9: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

167

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

data sekunder diperoleh dari laporan atau publikasi pihak-pihak terkait seperti Dinas

Pertanian Kabupaten Wonogiri, Badan Pusat Statistik dan lembaga lain yang memiliki data

dan informasi yang relevan.

Metode pengambilan data dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu

pengambilan sampel ditentukan berdasarkan tujuan studi yang telah dirumuskan. Hal ini

dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kondisi riil dan identifikasi permasalahan

yang dihadapi oleh para petani Jambu Mete.

Metode Analisa Data

Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah analisis SWOT sehingga

diperoleh identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Studi ini dilakukan secara

cross sectional melalui analisis data primer yang diperoleh melalui survey para petani Jambu

Mete di Desa Rejosari. Upaya pengembangan bisa dilakukan melalui beberapa strategi:

SKK: Strategi Kekuatan Kelemahan atau mengurangi kelemahan sambil

meningkatkan/memaksimalkan kekuatan

SKP: Strategi Kekuatan Peluang atau memaksimalkan kekuatan untuk menangkap

peluang yang ada

SKA: Strategi Kelemahan Ancaman atau mengurangi kelemahan yang ada agar tidak

terlalu menerima dampak ancaman

SPA: Strategi Peluang Ancama atau berupaya meraih peluang yang ada sambil berupaya

mengurangi ancaman yang ada.

Page 10: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

168

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

PEMBAHASAN

Struktur Perekonomian Masyarakat Kabupaten Wonogiri

Kabupaten Wonogiri pada tahun 2014 tercatat memiliki jumlah penduduk sebanyak

1.050.475 jiwa, dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 525.472 orang dan penduduk

perempuan sebanyak 525.003 orang. Jika dilihat dari aspek kualitas tingkat pendidikan

menunjukkan bahwa penduduk usia di atas 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi SD/MI/

sederajat adalah sebanyak 378.992 orang atau 36,08%. Hal tersebut menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan mayoritas penduduk di Kabupaten Wonogiri masih cukup rendah.

Tabel 2: Data Penduduk Berdasarkan Tamatan Pendidikan Tahun 2014

No Tingkat Pendidikan 2014

Jumlah Penduduk %

1 Tidak/ Belum Sekolah 178.572 17

2

Tidak Tamat SD/

Sederajat 148.274 14,12

3 Tamat SD/MI/Sederajat 378.992 36,08

4

Tamat SMP/MTs/

Sederajat 178.773 17,02

5 Tamat SLTA/ Sederajat 136.537 13

6 Tamat D1/D2 4.890 0,47

7 Tamat D3 7.344 0,7

8 Tamat D4/S1 16.168 1,54

9 Tamat S2 879 0,08

10 Tamat S3 28 0

Jumlah 1.013.194 100

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2014

Dari tingkat pendidikan yang masif relatif rendah maka akan sangat berpengaruh

terhadap mata pencaharian masyarakat. Menurut data dari Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil (2014) mayoritas penduduk masyarakat Kabupaten Wonogiri adalah petani yaitu

sebanyak 295.513 orang atau 28,13%. Sementara 31,20 % bekerja dibidang lainnya meliputi

jasa-jasa (tukang cukur, tukang batu, tukang jahit, penata rambut, tukang kayu dan lain-

lain); buruh harian (buruh harian lepas, buruh tani, buruh perkebunan, buruh nelayan,

buruh peternakan dan lain-lain); pembantu rumah tangga; seniman; sopir, guru non

PNS, dokter, bidan, perawat, apoteker, kepala desa, perangkat desa, anggota DPRD,

konsultan, tabib dan lain-lain.

Page 11: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

169

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, sektor pertanian masih merupakan sektor andalan di

Kabupaten Wonogiri. Hal ini ditandai dari sumbangan terhadap total PDRB atas dasar harga

berlaku yang mencapai lebih dari 50%, paling tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya.

Tabel 3: Struktur Perekonomian Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 Sampai 2013

No Sektor

Sumbangan

Terhadap PDRB

(%)

1 Pertanian 55.18%

2 Pertambangan dan Penggalian 0.65%

3 Industri Pengolahan 6.27%

4 Listrik,Gas dan Air 0.93%

5 Bangunan 3.98%

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 14.69%

7 Pengangkutan danKomunikasi 9.17%

8 Keuangan,persewaan dan Jasa Perusahaan 4.36%

9 Jasa-jasa 15.73%

Jumlah 100

Sumber: Pemerintah Kabupaten Wonogiri, 2015

Salah satu komoditas yang menjadi unggulan di kabupaten ini adalah kacang mete yang

dihasilkan dari petani jambu mete. Secara Nasional Kabupaten Wonogiri merupakan

penyuplai komoditas terbaik untuk sektor pertanian khususnya kacang mete, jagung, ubi

kayu, ikan dan ternak sapi besar. Salah satu daerah penghasil kacang mete yang cukup besar

di Kabupaten Wonogiri adalah Desa Rejosari kecamatan Jatisrono. Jumlah penduduk desa

tersebut kurang lebih 200 kepala keluarga dengan 3000 jiwa. Sektor perkebunan/tegal

jambu mete merupakan sektor unggulan di desa ini karena setiap rumah hampir

mempunyai pohon mete 3 sampai 7 pohon. Komoditas yang dijual oleh para petani mete di

Kecamatan Jatisrono terutama dusun Rejosari adalah gelondong mete yang merupakan

produksi utama dari tanaman tersebut. Para petani menjual gelondong mete tersebut langsung

kepada pengepul dengan harga kurang lebih Rp 25.000 per kg dengan keuntungan yang

diperoleh sekitar Rp 2000 sampai Rp 5.000. Komoditas jambu mete inilah yang dijadikan

sumber penghasilan oleh mayoritas masyarakat di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri.

Indentifikasi Permasalahan, Kekuatan, Peluang dan Ancaman Yang Dihadapi Petani

Mete Di Desa Rejosari Kecamatan Jatisrono

Karakteristik perekonomian Wonogiri adalah perekonomian agraris, karena sekitar 50%

perekonomian masih disumbang oleh sektor pertanian. Sebagai sektor utama perekonomian,

Page 12: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

170

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

sektor pertanian menghadapi berbagai masalah terutama pertumbuhan nilai tambah pada

sektor ini yang salah satu penyebabnya adalah semakin menurunnya produksi komoditas

utama pertanian. Data menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 8 tahun yaitu tahun 2007

sampai 2013 produksi komoditas tanaman pangan, jagung, ketela pohon, kacang dan gandum

menunjukkan penurunan. Disamping itu permasalah yang terkait dengan kemampuan sumber

daya manusia dalam mengolah hasil pertanian turut mempengaruhi tingkat kesejahteraan para

petani, khususnya petani Jambu Mete di Desa Rejosari. Budidaya pohon jambu mete sudah

belangsung cukup lama di daerah tersebut, namun mayoritas penduduk masyarakat Rejosari

hanya memiliki pengetahuan seputar biji mete saja yang dianggap bermanfaat, sementara

buahnya hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Berikut ini dapat dirumuskan

beberapa permasalahan yang dihadapi para petani Jambu Mete di Desa Rejosari:

1. Sistem panen musiman cenderung menyulitkan petani mengolah bahan baku mete.

Dengan bekal keterampilan dan pengetahuan yang minim di bidang pengolahan

cenderung menyulitkan para petani ketika masa panen raya jambu mete tiba.

Sehingga dengan keterbatasan kemampuan petani, para petani cenderung menjual biji

gelondong secara langsung habis di petik dari kebun atau ladang mereka

masing-masing.

2. Kondisi tofografis yang gersang dan sulitnya akses jalan raya, menyebabkan

masyarakat Desa Rejosari jarang memperoleh pembinaan dari segi alih fungsi

teknologi pangan untuk menghasilkan inovasi produk olahan.

3. Rendahnya motivasi para petani jambu mete untuk menemukan atau melakukan

diversifikasi produk untuk meningkatkan nilai ekonomi dari komoditas jambu mete.

4. Minimnya prasarana untuk dapat melakukan diversifikasi produk.

Ketika musim mete tiba biasanya hasil produksi mete melimbah, namun belum ada

inisiatif dari masyarakat untuk mengolah buah jambu mete tersebut sebagai produk

pangan sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomisnya. Masyarakat hanya mengambil

gelondong metenya kemudian menunggu pedagang yang datang membeli atau

mengumpulkan gelondong tersebut kemudian di kupaskan dan digoreng biasa. Sedangkan

untuk buah jambu hanya dibuang atau digunakan sebagai makanan kambing. Padahal jika

dikaji lebih jauh buah semu jambu mete mempunyai potensi ekonomi yang cukup tinggi,

sehingga dapat diolah menjadi berbagai produk makanan dan minuman yang bisa

memberikan nilai tambah bagi petani jambu mete tersebut. Dari berbagai informasi di

Page 13: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

171

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

lapangan yang diperoleh melalui survey dan wawancara maka dapat disusun suatu analisis

SWOT untuk melihat potensi pengembangan produk jambu mete.

Tabel 4. Analisis SWOT

FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL

Kekuatan (Strengths atau S) Peluang (Opportunities atau O)

a) Tersedianya lahan yang potensial untuk

penanaman jambu mete

b) Setiap rumah di desa Rejosari memiliki

pohon jambu mete

c) Ketersediaan jambu mete yang

melimpah khususnya ketika panen raya

d) Tanaman Jambu mete termasuk

tanaman yang cepat tumbuh dan tahan

terhadap tanah yang kering

e) Tanaman Jambu mete termasuk

tanaman yang mudah dalam

pemeliharaannya dan tidak

membutuhkan biaya yang besar

f) Ketersediaan SDM yang melimpah

karena mayoritas masyarakat berprofesi

sebagai petani

a) Tanaman jambu mete mempunyai nilai

ekonomis tinggi karena hampir semua

bagiannya dapat dimanfaat

b) Buah jambu mete merupakan salah satu

sumber vitamin dan mineral dan kadar

vitamin C nya cukup tinggi

c) Buah Jambu Mete bisa diolah menjadi

produk makanan yang memiliki nilai jual

tinggi

d) Kacang mete merupakan komoditas

pertanian andalan Kabupaten Wonogiri

e) Pemberdayaan masyarakat khususnya ibu-

ibu rumah tangga dengan memanfaatkan

sumber daya lokal

Kelemahan (Weaknesses atau W) Ancaman (Threats atau T)

a) Kurangnya motivasi masyarakat untuk

meningkatkan nilai ekonomis dari

Buah Jambu Mete

b) Kurangnya pengetahuan masyarakat

mengenai diversifikasi produk atau

pengolahan pangan

c) Minimnya prasarana untuk dapat

melakukan diversifikasi produk

d) Kondisi topografi yang gersang serta

sulitnya akses jalan raya

e) Lokasi Desa Rejosari yang cukup jauh

a) Sudah bermunculan produk olahan

makanan jambu mete dari daerah lain

b) Makin pesatnya produk-produk impor dari

berbagai negara yang masuk ke pasar

domestik

Page 14: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

172

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

dari pusat kota

f) Ketersediaan bahan baku berupa

Jambu Mete sangat dipengaruhi oleh

musim

g) Peralatan dalam pengolahan kacang

mete yang masih bersifat tradisional

h) Pemasaran belum dilakukan secara

mandiri melainkan melalui tengkulak

Dari analisis SWOT terlihat bahwa permasalahan dari faktor internal cukup

mendominasi dibandingkan faktor eksternal. Di lain pihak kekuatan internal juga cukup

banyak sehingga potensi pengembangan produk untuk meningkatkan nilai ekonomis dari

komoditas jambu mete cukup besar. Kurangnya motivasi dan pengetahuan masyarakat

khususnya para petani mete mengenai diversifikasi produk adalah masalah krusial yang

dihadapi. Tingkat pendidikan formal, akan sangat terkait dengan tingkat pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin banyak pula

pengetahuan yang dikuasainya. Semakin banyak pengetahuan, maka semakin mudah bagi

seseorang untuk memahami berbagai informasi baru yang disampaikan. Sejauh ini sikap

petani dalam menyerap informasi baru yaitu melihat dari sisi kebermanfaatan kegiatan

tersebut. Apabila kegiatan yang dilakukan dinilai bermanfaat dan sesuai dengan

kebutuhan petani, maka petani akan tersugesti melakukan kegiatan tersebut. Disamping itu

letak georafis yang cukup jauh dari pusat kota serta akses jalanan yang menanjak

menyebabkan daerah tersebut jarang memperoleh pembinaan dari segi alih fungsi

teknologi pangan untuk menghasilkan inovasi produk makanan olahan.

Grand Strategy Pengembangan Melalui Diversifikasi Produk

Berdasarkan analisis kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman maka dapat

dirumuskan grand strategi yaitu sebagai berikut:

1. Mengembangkan kemampuan sumber daya manusia dalam mengolah lahan pertanian

dan hasil petanian

2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai diversifikasi produk dan bagaimana

diversifikasi produk dilakukan

Page 15: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

173

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

3. Menumbuhkan minat masyarakat atau memotivasi masyarakat dengan menjelaskan

manfaat-manfaat yang diperoleh dari kegiatan diversifikasi produk

4. Melakukan pelatihan kepada masyarakat tentang bagaimana mengolah buah semu

jambu mete yang sebelumnya tidak dimanfaatkan bisa menghasilkan produk makanan

olahan yang benilai jual

5. Melakukan inkubasi bisnis dengan melakukan pendampingan kepada masyarakat

6. Meningkatkan produksi panen jambu mete dengan mempertahankan kualitas yang

baik melalui pemeliharaan tanaman

7. Menonjolkan cirikhas hasil pertanian jambu mete Kabupaten Wonogiri dibandingkan

daerah lain

8. Menjaga komoditas kacang mete tetap menjadi produk unggulan Kabupaten Wonogiri

Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang

tersedia maka strategi yang ditempuh adalah melalui diversifikasi produk. Adapun produk

yang bisa dihasilkan dari buah semu jambu mete yaitu dengan mengolahnya menjadi Abon

Jambu Mete dan Sirup Jambu Mete. Tahapan diversivikasi produk buah semu jambu mete

menjadi makanan Abon dan Sirup dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1: Diagram Pembuatan Abon Jambu Mete

Buah Jambu Mete

Dihaluskan/ diDiblender

Ambil seratnya atau

ampasnya

Bumbu Halus

Ditumis

Dicampur

Santan + gula

Diaduk Sampai Kering

ABON JAMBU METE

Airnya disisihkan

Page 16: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

174

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

Disamping serat atau daging buah dari jambu mete yang bisa diolah menjadi makanan

Abon, air atau sari dari buah tersebut juga bisa digunakan untuk membuat Sirup Jambu Mete

dengan cita rasa yang khas. Dengan demikian tidak ada limbah yang terbuang dengan sia-sia

melainkan semua dimanfaatkan sehingga menghasilkan produk makanan olahan yang bisa

dikonsumsi oleh para petani atau dijual. Adapun langkah-langkah pembuatan sirup jambu

mete dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Diagram Pembuatan Sirup Jambu Mete

Potensi Nilai Tambah Dari Pengolahan Buah Semu Jambu Mete

Pada tanaman jambu mete bagian yang dipanen adalah buahnya yang terdiri dari buah

sejati yaitu biji atau gelondong dan buah semu. Dari buah sejati setelah melalui proses

pengupasan baik secara manual maupun semi mekanis akan menghasilkan kacang mete, kulit

ari dan kulit biji mete. Produk yang biasa dijual oleh para petani adalah kacang mete

sementara untuk kulit ari dan kulit biji mete merupakan limbah yang biasanya tidak

dimanfaatkan. Penjualan mete oleh para petani sebagian besar masih dalam bentuk

gelondongan sehingga mengakibatkan kehilangan peluang untuk mendapatkan nilai tambah

ekonomi. Begitu juga dengan buah semu yang biasanya hanya digunakan untuk pakan ternak

atau dibuang begitu saja. Sementara potensi nilai tambah dapat diperoleh dari pengolahan

buah semu yang menghasilkan makanan dan minuman abon dan sirup. Ada banyak

keuntungan yang bisa diperoleh masyarakat dengan memanfaatkan buah semu jambu mete

Air/ Sari Buah

Dimasak Sampai

Mendidih

Dicampur/ Diaduk-aduk

Dimasak Kurang lebih 2

jam

SIRUP BUAH JAMBU

METE

Gula

Page 17: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

175

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

menjadi makanan olahan berupa Abon dan Sirup. Manfaat yang bisa diambil yaitu makanan

olahan tersebut bisa dikonsumsi sendiri oleh masyarakat ataupun dijual sebagai oleh-oleh

khas Kabupaten Wonogiri. Produk olahan Abon dan sirup Jambu mete memiliki potensi

besar untuk dijadikan sebagai produk makanan olahan basis unggulan dari Kabupaten

Wonogiri. Potensi tersebut didukung oleh ketersediaan bahan baku yang melimpah terutama

ketika musim panen tiba. Cara pembuatannya pun cukup sederhana dan tidak membutuhkan

teknologi ataupun peralatan yang sulit. Adapun kualitas produk olahan ditentukan oleh proses

pengolahannya, seperti dalam pembuatan sirup dibutuhkan waktu minimal 2 jam untuk

memasak sari buah Jambu Mete. Lamanya proses pemasakan menentukan ketahanan dari

sirup yang dihasilkan.

Sementara jika dilihat dari nilai ekonomi, produk olahan buah semu jambu mete tentu

memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan ketika hanya dimanfaatkan sebagai

pakan ternak atau dibuang dan dibiarkan membusuk. Disamping itu produk olahan tersebut

memiliki nilai jual yang tinggi karena memiliki cita rasa yang khas. Seperti yang

diungkapkan Hermawan (2015) bahwa dampak positif dengan menerapkan diversifikasi

produk adalah dapat meningkatkan jumlah penjualan, dapat menjaga mutu produk dan

produk dapat tahan lebih lama yang pada akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas.

Dengan demikian masyarakat khususnya para petani mete mempunyai dua

keuntungan yaitu tidak hanya menjual bijinya menjadi kacang mete namun juga bisa menjual

produk olahan dari buah semu jambu mete. Apabila pengolahan buah semu jambu mete bisa

berkembang menjadi suatu industri kecil, dampak positifnya adalah dapat menyerap tenaga

kerja khususnya ibu-ibu rumah tangga di pedesaan. Dengan demikian kegiatan tersebut juga

mampu memberdayakan perempuan yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan keluarga.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Listyadi dan Bedy (2011) yang

mengungkapkan bahwa peningkatan nilai tambah jambu mete dapat menambah pendapatan

petani, langkah ini juga akan membuka kesempatan kerja baru di pedesaan. Ani dkk (2013)

dalam penelitiannya juga mengungkapkan kajian diversifikasi dapat menumbuhkan

kelompok usaha produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Page 18: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

176

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1) Potensi pengembangan produk makanan olahan buah semu jambu mete menjadi basis

unggulan Kabupaten Wonogiri cukup besar karena ditunjang oleh ketersediaan bahan

baku dan SDM khususnya ibu-ibu rumah tangga. Disamping itu kacang mete merupakan

komoditas unggulan di Kabupaten Wonogiri sehingga pemanfaatan buah semu jambu

mete menjadi makanan olahan bisa menjadi oleh-oleh ciri khas daerah tersebut.

2) Berdasarkan identifikasi permasalahan, kekuatan, peluang dan ancaman diketahui bahwa

persoalan-persoalan faktor internal lebih mendominasi daripada faktor eksternal.

Permasalahan yang krusial adalah kurangnya pengetahuan masyarakat setempat

mengenai diversifikasi produk sehingga belum mampu memanfaatkan potensi nilai

tambah dari komoditas jambu mete.

3) Dari analisis SWOT terbentuklah beberapa rancangan strategi salah satunya dengan

pengembangan produk atau diversifikasi produk dengan memanfaatkan buah semu

jambu mete menjadi makanan olahan abon dan sirup. Melalui kegiatan tersebut dampak

positifnya yaitu dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Ani, Susi Wuri dkk. (2013). Pengembangan Desa Wisata Rumah Dome Berbasis groindustri

Pangan Lokal (Kajian Diversifikasi Ketela Pohon di Desa Wisata Rumah Dome

Prambanan). Jurnal Agriekonomika. Vol 2, No.2.

Douglas,E.J (1993). Managerial Economic: Analysis and Strategy. Prentice-Hall. New

Jersey, pp. 69-104

Elizabeth, Rossganda. (2011). Strategi Pencapaian Diversifikasi dan Kemandirian Pangan:

Antara Harapan dan Kenyataan. Jurnal IPTEK Tanaman Pangan, Vol. 6, No.2.

Fitriani., Sarono., & Widodo. Y. R. (2011). Tingkat Adopsi terhadap Diversifikasi Pangan

Berbasis Jagung pada Organisasi Kelompok Masyarakat di Propinsi Lampung. Jurnal

Agribisnis Politeknik Negeri Lampung Volume 24, No. 1.

Hermawan, Lucius. (2015). Strategi Diversifikasi Produk Pangan Olahan Tahu Khas Kota

Kediri. Jurnal JIBEKA. Vol.9 No. 2 Agustus 2015.

Page 19: STRATEGI PENINGKATAN PEREKONOMIAN · PDF filedilihat dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan sektor tertinggi dalam ... sebagai basis unggulan Kabupaten Wonogiri dengan

177

13 April 2016, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KEUANGAN

INKLUSIF

Hanani AR, Nuhfil. (2009) Diversifikasi Konsumsi Pangan, Diakses pada tanggal 20 Maret

2016 dari http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/2009/03/8diversifikasi-konsumsi-pangan-

8.pdf.

Jafar, Nurhaedar. (2012). Diversifikasi Konsumsi dan Ketahanan Pangan Masyarakat.

Diakses pada tanggan 30 Maret 2016 dari www.repository.unhas.ac.id/

Listyati dan Bedy Sudjarmoko. (2011). Nilai Tambah Ekonomi Pengolahan Jambu Mete

Indonesia. Buletin RISTI Vol 2 2011.

Marsigit, W. (2010). Pengembangan Diversifikasi Produk Pangan Olahan Lokal Bengkulu

untuk Menunjang Ketahanan Pangan Berkelanjutan. Jurnal Agritech, Vol. 30, No. 4,

November 2010.

Suyastiri, Ni Made. (2008). Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Berbasis Potensi Lokal

Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pedesaan Di Kecamatan Semin

Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 13, No. 01.

Tjiptono, Fandy. (1997). Strategi Pemasaran. Penerbit: ANDI. Yogyakarta.

Wardhani, Ratna Mustika dkk. (2010). Peningkatan Pendapatan Masyarakat Melalui

Diversifikasi Produk Olahan Ikan. Jurnal Argitek Vol 11, No.2.

------------ (2015). Rencana Strategis Kementrian Pertanian 2015-2019. Diakses pada tanggal

25 Maret 2016 dari http://www.pertanian.go.id/file/RENSTRA_2015-2019.pdf

------------ (2011). Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (ILPPD)

Kabupaten Wonogiri Tahun 2011 Kepada Masyarakat. Diakses pada tangga 25 Maret

2016 dari http://www.wonogirikab.go.id/