Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang,...

30
Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan Kawasan III.1 GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG III.1.1 Pemerintahan dan Posisi Geografis Kota Semarang Gambar III.1. Posisi Kota Semarang pada Pulau Jawa, Indonesia. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Semarang Semarang adalah ibukota Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini merupakan kota yang dipimpin oleh walikota dan terletak sekitar 485 km sebelah timur Jakarta, atau 308 km sebelah barat Surabaya. Batas kota Semarang adalah Laut Jawa di Utara, Kabupaten Demak di Timur, Kabupaten Semarang di Selatan, dan Kabupaten Kendal di Barat (Wikipedia, 2006). Saat pertamakali berdiri, Semarang merupakan sebuah kabupaten yang didirikan oleh Raden Kaji Kasepuhan, yang terkenal dengan sebutan Pandan Arang, pada tanggal 2 Mei 1547 dan disahkan oleh Sultan Hadiwijaya. Pada tahun 1906 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Kotapraja Semarang (gemeente Semarang) yang dipimpin oleh burgermeester, yang menjadi cikal bakal pembentukan kota Semarang 1 . Kota Semarang terdiri atas 16 kecamatan (gambar III.2), yang terbagi lagi dalam 177 kelurahan dan sejumlah desa. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah (1) Semarang Tengah; (2) Semarang Utara; (3) Semarang Timur; (4) Gayamsari; (5) Genuk; (6) Pedurungan; (7) Semarang Selatan; (8) Candisari; (9) Gajah Mungkur; 1 Kotamadya Semarang secara definitif ditetapkan berdasarkan UU Nomor 13 tahun 1950 tentang pembentukan kabupaten-kabupaten dalam lingkungan provinsi Jawa Tengah (Wikipedia, 2006). III - 1

Transcript of Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang,...

Page 1: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

Bab III

Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan Kawasan

III.1 GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG

III.1.1 Pemerintahan dan Posisi Geografis Kota Semarang

Gambar III.1. Posisi Kota Semarang pada Pulau Jawa, Indonesia.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Semarang

Semarang adalah ibukota Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini merupakan

kota yang dipimpin oleh walikota dan terletak sekitar 485 km sebelah timur

Jakarta, atau 308 km sebelah barat Surabaya. Batas kota Semarang adalah Laut

Jawa di Utara, Kabupaten Demak di Timur, Kabupaten Semarang di Selatan, dan

Kabupaten Kendal di Barat (Wikipedia, 2006).

Saat pertamakali berdiri, Semarang merupakan sebuah kabupaten yang didirikan

oleh Raden Kaji Kasepuhan, yang terkenal dengan sebutan Pandan Arang, pada

tanggal 2 Mei 1547 dan disahkan oleh Sultan Hadiwijaya. Pada tahun 1906

Pemerintah Hindia Belanda membentuk Kotapraja Semarang (gemeente

Semarang) yang dipimpin oleh burgermeester, yang menjadi cikal bakal

pembentukan kota Semarang1.

Kota Semarang terdiri atas 16 kecamatan (gambar III.2), yang terbagi lagi dalam

177 kelurahan dan sejumlah desa. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah (1)

Semarang Tengah; (2) Semarang Utara; (3) Semarang Timur; (4) Gayamsari; (5)

Genuk; (6) Pedurungan; (7) Semarang Selatan; (8) Candisari; (9) Gajah Mungkur;

1 Kotamadya Semarang secara definitif ditetapkan berdasarkan UU Nomor 13 tahun 1950 tentang pembentukan kabupaten-kabupaten dalam lingkungan provinsi Jawa Tengah (Wikipedia, 2006).

III - 1

Page 2: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

(10) Tembalang; (11) Bayumanik; (12) Gunung Pati; (13) Semarang Barat; (14)

Ngaliyan; (15) Mijen; dan (16) Tugu.

Gambar III.2. Pembagian 16 Kecamatan pada Kota Semarang.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Semarang

Daerah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit, yakni sekitar 4 kilometer

dari garis pantai. Dataran rendah ini dikenal dengan sebutan “kota bawah”.

Kawasan kota bawah seringkali dilanda banjir, dan di sejumlah kawasan, banjir

ini disebabkan luapan air laut (rob). Di sebelah selatan merupakan dataran tinggi,

yang dikenal dengan sebutan “kota atas”, di antaranya meliputi kecamatan Candi,

Mijen, Gunungpati, dan Banyumanik.

Kota Semarang dapat ditempuh dengan perjalanan darat, laut, dan udara.

Semarang dilalui jalur Pantura yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota di

pantai utara Pulau Jawa. Saat ini telah dibangun jalan tol yang menghubungkan

Semarang dengan Solo, kota terbesar kedua di Jawa Tengah. Angkutan bus

antarkota dipusatkan di Terminal Terboyo. Angkutan dalam kota dilayani oleh bus

kota, angkot, dan becak. Semarang memiliki dua stasiun kereta api: Stasiun

Semarang Tawang untuk kereta api kelas bisnis dan eksekutif, serta Stasiun

Semarang Poncol untuk kereta api kelas ekonomi dan angkutan barang. Kereta api

diantaranya jurusan Semarang-Jakarta, Semarang-Bandung, Semarang-Surabaya,

III - 2

Page 3: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

Jakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan

udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan Semarang dengan

sejumlah kota-kota besar Indonesia setiap harinya. Pelabuhan Tanjung Mas

menghubungkan Semarang dengan sejumlah kota-kota pelabuhan Indonesia;

elabuhan ini juga terdapat terminal peti kemas.

engan penduduk setempat dan

enggunakan Bahasa Jawa dalam berkomunikasi.

m menghidupkan perdagangan pun tidak

apat dilepaskan dari sejarah kota ini2.

p

Penduduk Semarang umumnya adalah suku Jawa dan menggunakan Bahasa Jawa

sebagai bahasa sehari-hari. Agama mayoritas yang dianut adalah Islam. Semarang

memiliki komunitas Tionghoa yang besar. Seperti di daerah lainnya di Jawa,

terutama di Jawa Tengah, mereka sudah berbaur d

m

III.1.2 Sejarah Singkat Kota Semarang

Sejarah kota Semarang telah diawali sejak tahun 1476. Pada masa tersebut,

seorang pemuda bernama Ki Pandang Arang di daerah Mugas Bergota datang

untuk mengislamkan kawasan tersebut. Kemudian Semarang mulai dibangun

dengan tatanan dasar yang teratur pada pemerintahan Ki Ageng Pandaran di

daerah Bubakan. Kedatangan orang-orang Tionghoa, bermukimnya mereka di

tanah Semarang, dan peran mereka dala

d

Meskipun Kota Semarang mulai dipetakan sebagai sebuah kota pada tahun 1695

oleh Prof. Van Bemmelen, namun jauh sebelum itu kota ini telah menjadi

pelabuhan penting di pantai utara Jawa dengan berkumpulnya pedagang-

pedagang3 dari Arab, Persia, India, Tionghoa. Hingga saat itu dapat dikatakan

bahwa Semarang masih memiliki karakter sebuah desa kecil. Maka sejak 15

2 Dalam buku “Oud Semarang” J.R Van Berkum menuliskan bahwa mungkin sekali orang-orang Tionghoa telah bermukim di Semarang sebelum tahun 1000 M. Bahkan Prof. DR. S. Muhammad Husayn M.A. memperkirakan, bahwa mereka telah bermukim sekitar tahun 921 M. Namun kedatangan Laksamana Cheng Ho sebagai utusan Kaisar Tiongkok ke Simongan pada abad ke 15 untuk meninjau koloni-koloni di luar dataran China menjadi bukti sejarah yang paling menguatkan keberadaan mereka di Semarang. 3 Orang Eropa yang pertama datang di Semarang yakni Portugis, sedangkan orang-orang Belanda mulai masuk ke Semarang pada abad ke 17 pada masa kekuasaan Kerajaan Demak. Saat jatuh ke dalam kekuasaan Mataram, pemberontakan pangeran Trunojoyo berhasil diredam dengan bantuan VOC, akibatnya Amangkurat II, sebagai penguasa mataram menggadaikan Semarang kepada Belanda.

III - 3

Page 4: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

Januari 1678 Semarang diperintah oleh VOC yang kemudian menjadikan

Semarang sebagai sebuah kota benteng, kota ini kemudian memiliki karakter

sebuah kota. Untuk mengamankan kota Semarang didirikan beberapa benteng

pada sekitar abad ke 18, salah satu yang tertua adalah di daerah Sleko. Benteng

lainnya yang juga terkenal adalah “Fort Prins Van Oranje” yang letaknya di

belakang Stasiun Poncol. Kemudian pemerintahan Semarang diambil oleh

emerintah Belanda pada tahun 1799 dengan bangkrutnya VOC.

bangun Jalan Raya Post

rootepostweg) dari Anyer ke Panarukan.

bangunnya berbagai fasilitas

dministrasi dan hiburan di sepanjang jalan tersebut.

p

Perencanaan kota Semarang pada masa kolonialisme sarat dengan pertimbangan

militer. Setelah bangkrutnya VOC dan pemerintahan di Nusantara dipegang oleh

pemerintah Hindia Belanda 1 Januari 1800, Herman Willem Deandels menjadi

Gubernur Jendral berikutnya di Batavia. Untuk mempertahankan Jawa dari

serangan Inggris, Deandels kemudian mem

(G

Pembangunan Jalan Raya Pos telah merubah struktur kota-kota di Jawa

selanjutnya. Pada lingkup kota Semarang, Jalan inilah yang kini kita ketahui

sebagai Jalan Jendral Sudirman, Jalan Sugiopranoto, Jalan Pemuda, Jalan LetJen

Soeprapto, Jalan Raden Patah, dan Jalan Kaligawe. Sejak itu, mode transportasi di

kota Semarang yang sebelumnya berorientasi pada transportasi sungai utara-

selatan berubah menjadi berorientasi pada jalan timur-barat. Jalan Bojong

(sekarang jalan Pemuda) dan jalan Poncol (sekarang jalan Imam Bonjol) pun

kemudian berkembang sebagai kawasan pusat kota lainnya. Kawasan

persimpangan Grootepostweg, Bojong dan Poncol inilah yang kemudian dijadikan

kawasan kota praja (sekarang Tugu Muda). Pada perkembangan selanjutnya, jalan

Bojong menjadi jalan yang sangat penting dengan di

a

Kebangkitan kota Semarang sebagai kota modern diawali dengan pembukaan

jaringan kereta api yang menghubungkan Semarang dengan ketiga penjuru

pelosok Jawa Tengah (Selatan, Timur, Barat). Dengan berkembangnya teknologi

transportasi menjadi transportasi rel, maka Jalan Raya Pos pun diikuti dengan

III - 4

Page 5: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

pembangunan jalan rel. Pada tahun 1847, jalan rel telah melintasi kota Semarang.

Kemudian pada tahun 1864, jalur kereta api pertama dari Semarang ke Solo dan

Yogya dibangun oleh N.I.S. proyek ini baru dapat diselesaikan pada tahun 1872

melalui serangkaian masalah keuangan. Antara tahun 1882 hingga 1883,

perusahaan kereta api yang lain S.J.S membuka jalur kereta api dari Jurnatan

(stasiun pusat) ke Bulu (pojok bara kota), dan ke Jomblang (pojok selatan kota),

serta ke Juana. Dalam tahun 1892, jaringan diperluas ke timur sampai Demak dan

Blora. Pada tahun 1908, S.C.S membuka jalur KA. Semarang-Cirebon. Stasiun

ma Tambak Sari kemudian dipindah ke Stasiun Tawang pada tahun 1914.

ang menembus kali Semarang di

ampung Melayu dan diberi nama Kali Baru.

diperburuk ketika sebuah

man kota (Stadstuin) dibuka di sudut baratnya (1904).

la

Dapat disimpulkan bahwa sistem perkereta-apian sangat mempengaruhi kota

Semarang, hingga kemudian adanya trem menjadi salah satu dasar pertimbangan

perencanaan dan perancangan Thomas Karsten pada kota Semarang. Pada

selanjutnya Pelabuhan Semarang pun tidak lagi mencukupi kebutuhan, sehingga

digali sebuah Terusan Pelabuhan dari laut y

K

Revolusi transportasi ini dengan cepat mengembangkan kehidupan ekonomi kota

Semarang. Semarang mulai tumbuh menjadi pusat regional Jawa Tengah dengan

perputaran jalur distribusi hasil bumi dan hutan yang berpusat di Kota Semarang.

Revolusi urban tersebut segera mulai menimbulkan dampak negatif. Pasar

Pedamaran sebagai pasar tertua di Semarang dikalahkan oleh Pasar Johar yang

tumbuh sangat cepat (1890-1898). Pertumbuhan Pasar Johar ini menggerogoti

ruang alun-alun yang sebelunya memang bukan elemen primer kota yang kuat.

Perusakan keutuhan ruang alun-alun Semarang semakin

ta

Kemudian sekitar Perang Dunia I dan II, resesi ekonomi dunia telah mengacaukan

segala bidang kehidupan kota Semarang. Pemogokan dan aksi teror yang

didalangi kaum komunis merupakan kejadian rutin pada tahun dua puluhan dan

tiga puluhan. Dalam situasi tersebut, dua proyek pembangunan besar dapat

III - 5

Page 6: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

diselesaikan, yaitu pembukaan pelabuhan baru di mulut Kali Baru (1920) dan

masuk ke Semarang. Pada tahun 1950, jumlah

enduduk Tionghoa di Semarang melonjak menjadi 60.000 jiwa (77% di

gai walikota yang pertama. Dengan demikian dalam situasi

ang lebih tenang, kota Semarang memasuki babakan baru dengan pertumbuhan

yang sangat pesat.

rekonstruksi besar Pasar Johar (1936).

Perang Pasifik yang kemudian dilanjutkan dengan Perang Kemerdekaan (1942-

1949) telah memporak-porandakan kota Semarang. Semarang menjadi medan

pertempuran yang terkenal sebagai Pertempuran Lima Hari (15-20 Oktober 1945).

Dalam situasi kacau tersebut, banyak orang Tionghoa dari luar kota mengungsi ke

Semarang dan banyak di antaranya terus menetap di sana. Sejumlah besar kaum

Nasionalis Cina yang melarikan diri dari revolusi Komunis yang menghasilkan

Republik Rakyat Cina, juga

p

antaranya lahir di Indonesia).

Pada tanggal 1 April 1950, Pemerintah Daerah diresmikan, dengan Mr. R.

Koesoebijono seba

y

III - 6

Page 7: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

III.1.3 Sejarah Singkat Zona Historis Kota Semarang

Dalam Studi Teknis Perencanaan Kota Lama Semarang oleh Sekretariat Kodya

Dati II Bagian Perkotaan Semarang (1999), terdapat enam Zona Wisata Kota Tua

Semarang yang berpotensi untuk dikembangkan, yakni (a) Kawasan Kauman dan

Johar, (b) Kota Lama Semarang, (c) Kampung Melayu, (d) Kampung Pecinan, (e)

Kampung Kulitan, dan (f) Kawasan Pelabuhan, lokasi kawasan historis ini seperti

yang diperlihatkan pada gambar III.3.

Gambar III.3. Zona Wisata Kota Tua Semarang, mencakup (1) Kawasan Kauman dan Johar,

(2) Kota Lama Semarang, (3) Kampung Melayu, (4) Kampung Pecinan, (5) Kampung Kulitan, dan (6) Kawasan Pelabuhan. Sumber : olahan pribadi 2007, dan Studi Perencanaan Teknis Pengembangan Kota Lama Semarang (1999).

III - 7

Page 8: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

Sejarah singkat keenam kawasan historis ini adalah sebagai berikut :

a) Kawasan Kauman dan Johar

Awal berdirinya kawasan Kauman dan Johar tidak lepas dari pengembangan

Semarang oleh Ki Ageng Pandan Arang, seorang maulana dari Arab yang

kemudian menjadi bupati pertama Semarang. Ia memulai pembukaan Semarang

pada tahun 1575 dengan memindahkan kegiatannya ke daerah pantai yang dulu

disebut Bubakan (bubak dalam bahasa Jawa berarti membuka) dan menetap di

kawasan Jurnatan yang diberi nama sesuai dengan jabatannya sebagai jurunata. Ki

Ageng Semarang inilah yang kemudian diyakini sebagai pendiri kota Semarang.

Pada masa itu, dengan cepat Semarang telah berkembang menjadi bandar utama

Kerajaan Mataram.

Kawasan Kauman yang berada di ujung barat Jurnatan merupakan salah satu

pemukiman yang timbul karena banyaknya pedagang asing yang datang dan

memutuskan untuk menetap. Pada mulanya merupakan pemukiman dengan

rumah-rumah sederhana yang dihuni oleh para pedagang Arab. Kampung Kauman

ini di sebelah kawasan Kanjengan yang pada masa pemerintahan kolonial

merupakan domain politik internasional.

Saat ini, baik kompleks Kanjengan maupun Alun-Alun telah didemolisi sehingga

warisan terbesar yang masih dapat ditemui adalah Masjid Besar Kauman. Dalam

peta tahun 1695 terlihat masjid Semarang semula terletak di sebelah timur Dalem

namun pada tahun 1741 masjid ini dipindahkan ke komplek Alun-Alun dan

merupakan masjid paling besar yang mengabadikan nama Kanjeng Adipati Suro

Adi Menggolo III sebagai pendirinya. Namun kemudian masjid tersebut terbakar

pada tanggal 11 April 1883 dan baru dibangun kembali pada tanggal 23 April

1889 atas bantuan Gi Blume yang waktu itu menjabat sebagai asisten residen

Semarang dan Raden Tumenggung Cokrodipoero yaitu bupati Semarang pada

waktu itu. Pembangunan baru ini berhasil diselesaikan pada tanggal 23 November

1890.

Kawasan Pasar Johar dibangun oleh Thomas Karsten pada tahun 1933 setelah

sebelumnya dia membangun Pasar Jatingaleh (tahun 1930). Sampai sekarang

kedua pasar ini dapat ditemukan walaupun berbeda ukuran namun masih

menunjukkan kemiripan arsitektur.

III - 8

Page 9: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

Hasil penelitian mengenai Pasar Johar yang dilakukan atas kerjasama Fakultas

Teknik Universitas Diponegoro dengan Bappeda tingkat II Semarang pada tahun

1994, menunjukkan bahwa kawasan ini mempunyai peran, kedudukan, fungsi,

maupun potensi sebagai berikut (Susiyanti, 2003) :

1) Pasar Johar memiliki skala pelayanan hingga tingkat regional Jawa Tengah,

sehingga menjadi trademark tersendiri bagi Kota Semarang. Hal ini

ditunjukkan dengan dominasi fungsi perdagangan mencakup besaran fisik

pasar serta besarnya jumlah dan ragam barang mata dagangan yang dijual.

2) Pasar Johar berperan besar terhadap titik awal sejarah tumbuhnya Kota

Semarang pada umumnya dan Kawasan Johar pada khususnya. Kawasan ini

berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata perdagangan.

Potensi ini selain didukung dengan keanekaragaman jumlah dan jenis

komoditi barang dagangan yang ada, juga karena lokasinya yang dekat dengan

Kawasan Kota Lama Semarang yang termasuk kawasan wisata.

b) Oude Stad Semarang (Kota Lama Semarang)

Kota Lama Semarang pada awalnya merupakan kota benteng yang berupa daerah

permukiman khusus bangsa Belanda. Kota Lama dirancang dalam suatu pola

konsentrik dengan simpul pada paradeplein yang merupakan plaza pusat dengan

tempat ibadah (gereja) dan segala aktifitas perdagangan di sepanjang tepi jalan.

Pertumbuhan Kota Lama dipengaruhi oleh pemberontakan orang Cina melawan

Belanda (1742) dan pindahnya Kantor Pusat Dagang VOC dari Jepara ke

Semarang (3 Januari 1778). VOC kemudian memperkuat diri dengan membangun

benteng-benteng pertahanan termasuk pembangunan kota benteng untuk

melindunginya dari serangan penduduk asli.

Kota ini seolah terbelah dua oleh Heerenstraat yang merupakan bagian dari

jaringan de groote postweg (Jalan Raya Pos) yang dibangun pada masa

pemerintahan Gubernur Jendral bertangan besi, Daendels. Aksis dari arah selatan

dan utara yang dibentuk oleh Jalan Suari telah memunculkan Gereja Blenduk

sebagai focal point dari arah Jalan Pekojan.

Tahun 1824, benteng yang mengelilingi Kota Lama dibongkar, berikut dengan

gerbang dan pos keamanannya. Hal ini disebabkan Belanda ingin

III - 9

Page 10: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

mengembangkan Semarang sebagai kota modern, yaitu dengan membuka jalan

kereta api serta membuka terusan pelabuhan yang diberi nama Kali Baru dan

kawasan sekitarnya.

Pada pertengahan abad 19 hingga awal Perang Dunia II, Kota Lama sudah bukan

merupakan wilayah khusus Belanda, aktifitas perekonomian juga sudah tidak

didominasi oleh bangsa Belanda. Kemudian pada masa penjajahan Jepang hingga

setelah Perang Dunia II hampir tidak ada pembangunan di Semarang. Kota Lama

yang merupakan pusat kota menjadi kosong karena sebagian penghuninya yang

berkebangsaan Eropa terpaksa menyelamatkan diri dari kejaran tentara Jepang.

Perang yang terjadi di antara tentara Jepang dan Sekutu telah mengakibatkan

banyak kerusakan di beberapa bagian Kota Lama.

c) Maleidsche Kampong (Kampung Melayu)

Kampung Melayu merupakan salah satu permukiman kuno Semarang. Pada tahun

1743, daerah ini telah dihuni oleh orang Melayu sehingga disebut Kampung

Melayu. Namun dalam perkembangannya, banyak orang Arab dan orang Cina

dalam jumlah terbatas yang tinggal di kawasan ini. Mengenai keberadaan

Kampung Melayu ini telah dapat ditemukan dalam peta kuno VOC tahun 1695

dan 1741.

Cepatnya pertumbuhan permukiman di sini antara lain disebabkan posisinya yang

strategis dan dilalui oleh Sungai Semarang dan Kali Baru yang langsung menuju

ke laut. Bahkan pada awal pertumbuhan Semarang, kawasan yang berada di pintu

masuk sungai ke arah pusat Kota Lama Semarang ini dilengkapi dengan fasilitas

dan tempat pendaratan serta bongkar muat barang dari kapal maupun perahu yang

singgah. Dari fungsi ini kemudian sebagian wilayah yang ada disebut sebagai

Melayu Darat.

Majunya fungsi perdagangan setempat telah mengundang semakin banyaknya

pedagang keturunan Arab untuk bertempat tinggal. Menurut penduduk setempat,

pada saat itulah masjid yang sudah ada menjadi semakin berkembang dan

memiliki pengaruh kuat hingga kini. Masjid Layur ini memiliki ciri khas Timur

Tengah dan merupakan trademark Kampung Melayu. Menara masjid yang

III - 10

Page 11: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

dibangun sekitar 1825 bersama dengan Uitkjik ini juga pernah difungsikan

sebagai mercusuar.

d) De Chinesche Kampong (Pecinan)

Di antara berbagai bangsa asing yang datang dan memutuskan untuk menetap di

Semarang pada masa lalu, komunitas orang Cina adalah yang terbesar dan

umumnya mereka hidup dari berdagang dan membuka toko-toko kelontong.

Pada tahun 1742, terjadi pemberontakan orang Cina yang mengakibatkan

dipindahnya kawasan Pecinan. Pemberontakan yang dilakukan oleh prajurit

Kartasura dan orang Cina tersebut dirasakan sebagai ancaman yang paling nyata

bagi pendudukan VOC di Jawa pada waktu itu. Walaupun tidak berhasil

menembus benteng pertahanan VOC, namun para pemberontak telah mengepung

benteng selama beberapa waktu. Pasukan VOC pada waktu itu merasa kewalahan

sehingga terpaksa mendatangkan bala bantuan dari Batavia dan Makasar.

Setelah berhasil memadamkan pemberontakan, VOC memutuskan untuk

merelokasi mereka ke areal yang berdekatan dengan tangsi militer di ujung

Bodjongweg (Jalan Pemuda) dengan maksud untuk memudahkan pengawasan.

Sebaliknya orang Arab/Persia mulai mendirikan loji-loji di sekitar bekas

pemukiman orang Cina yaitu di daerah Petolongan dan Bustaman. Untuk

memonitor komunitas Cina dibentuk pemerintahan khusus di bawah Kapiten

Cina. Kapiten Cina pertama pada waktu itu bernama Klee Kauw. Pengangkatan

pejabat biasanya dirayakan dengan cara sembahyangan dan pesta yang mulai abad

19 selalu diadakan di Kong Tik Soe.

Sementara itu, dipindahnya kawasan Pecinan justru mengakibatkan

berkembangnya aktivitas pelabuhan di sepanjang Kali Semarang hingga kawasan

Pecinan. Pada waktu itu, kapal-kapal kecil dapat berlabuh di Sebandaran (nama

ini berasal dari kata bandar) untuk membongkar muat barang-barang dagangan

dari Cina dan negara-negara lain. Bagian kawasan yang paling berkembang adalah

Pecinan Lor (Gang Warung) yang merupakan penghubung dengan kawasan lain

yaitu Kranggan dan pasar Pedamaran.

III - 11

Page 12: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

e) Kampung Kulitan

Kampung Kulitan merupakan saksi bisu masa kejayaan Tasripin, seorang

pengusaha kaya raya dari Semarang. Kampung Kulitan merupakan permukiman

yang didiaminya bersama dengan kerabat-kerabatnya dan merupakan pusat dari

kerajaan bisnisnya yaitu usaha bisnis kulit merek “TRP”, kopra, dan kapuk.

Nama Kulitan muncul karena aktifitas pengolahan kulit dari para jagal yang

bekerja di Jagalan dilakukan di kampung ini. Perkampungan ini timbul sebagai

dampak berkembangnya Gedong Gula milik Kapiten Tan Tiang Tjhing sekitar

tahun 1809 yang sangat berpenaruh terhadap pertumbuhan kawasan di sekitarnya.

f) Havengebeld (Pelabuhan)

Setelah pembukaan kawasan Bubakan oleh Ki Ageng Pandan Arang, Semarang

dengan cepat telah berkembang menjadi bandar utama Kerajaan Mataram. Pada

waktu itu, kapal-kapal belum dapat membuang sauhnya di dekat daratan karena

dangkalnya kedalaman air dan kondisi tanah yang berawa-rawa.

Menjelang akhir abad 19 dilakukan pengembangan pelabuhan sebagai pelabuhan

ekspor hasil bumi (gula) oleh Pemerintah Kolonial Belanda karena pada masa itu

Jawa merupakan penghasil gula terbesar nomor dua di dunia dan aktifitas ekspor-

impor semakin mantap.

Pelabuhan Semarang bahkan mampu mengalahkan aktifitas pelabuhan Jepara. Ini

semua tidak lepas dari tersedianya jaringan jalan kereta api yang merupakan

transportasi modern yang cepat dan membuka aksesibilitas yang mudah ke

kawasan pedalaman.

Untuk mengimbangi laju perkembangan transportasi darat, pada tahun 1875

Belanda juga mulai membangun pelabuhan laut Semarang. Untuk mengatasi

timbunan lumpur di dermaga, Belanda membangun pintu-pintu air di samping

menyediakan kapal-kapal keruk untuk menjaga kedalaman air. Perkembangan

pelabuhan ini diikuti dengan didirikannya kantor-kantor dagang dan gudang-

gudang di pelabuhan di sekitar pelabuhan.

Saat ini sebagian elemen primer dari pelabuhan tersebut seperti kantor syah

bandar, kantor pabean, dan mercu suar yang didirikan tahun 1884 masih dapat

ditemukan.

III - 12

Page 13: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

III.2 TINJAUAN KAWASAN PERANCANGAN

Gambar III.4a. Peta Orientasi Pusat Kota Semarang.

Sumber : hasil olahan, 2007.

Kawasan Perdagangan Johar terletak pada pusat kota Semarang, kecamatan

Semarang Tengah, kelurahan Kauman. Kawasan ini berada di antara Tugu Muda,

Simpang Lima, serta dekat dengan Kota Lama Semarang (gambar III.4a) yang

sudah lebih dahulu dijadikan kawasan pariwisata, budaya, dan komersial. Dalam

Studi Perencanaan Teknis Pengembangan Kota Lama Semarang, (1999), kawasan

ini juga termasuk dalam salah satu zona pengembangan Kota Tua Semarang.

III - 13

Page 14: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

Gambar III.4b. Struktur Pusat Kota Semarang.

Sumber : hasil olahan, 2007.

III - 14

Page 15: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

III.2.1 Tinjauan Umum Kawasan Johar

Kawasan Johar memiliki dua buah bangunan cagar budaya yang memiliki nilai

historis dan nilai arsitektural yang tinggi, yakni Pasar Djohar (1936) karya arsitek

kenamaan Belanda, Herman Thomas Karsten, pada tahun 1936, dan terdapat pula

fasilitas sosial berupa Masjid Besar Kauman (1890) yang merupakan masjid

terbesar di Semarang pada abad ke 19.

Kawasan Perdagangan Johar terletak pada Bagian Wilayah Kota I Kota Semarang.

Menurut Rencana Detail Tata Ruang Kota Kota Semarang, Kawasan Perdagangan

Johar ini memiliki dominansi aktivitas komersial/perdagangan dengan beberapa

guna lahan permukiman.

Gambar III.5. Tata Guna Lahan Kawasan Studi BWK I Kota Semarang.

Sumber : http://www.semarang.go.id

III - 15

Page 16: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

RTRK Kawasan Perdagangan Johar Semarang menetapkan batasan intensitas

bangunan seperti yang terlihat pada tabel III.1.

Tabel III.1. Peraturan Intensitas Bangunan Kawasan Perdagangan Johar Semarang

STANDAR UNTUK TIAP JUMLAH LANTAI FAKTOR INTENSITAS 6 ~ 10 lantai 3 ~ 5 lantai < 3 lantai

KLB 1,2 ~ 2,4 0,6 ~ 1,0 0,3 ~ 0,6

KDB 0,5 ~ 0,6 0,6 ~ 0,7 0,7 ~ 0,8 Sumber : RTRK Kawasan Perdagangan Johar Semarang

Dalam fungsinya sebagai kawasan perdagangan, Kawasan Johar memiliki

komoditi perdagangan yang cukup lengkap, yang dapat dijabarkan sebagai berikut

(tabel III.2):

Tabel III.2. Jenis Komoditi Dagang Kawasan Johar

Jenis Komoditi No. Nama Pasar

Primer Sekunder Tertier

1. Johar Utara

- Atas pecah belah kacamata, jam

- Bawah kain, konveksi sepatu obat

2. Johar Tengah

- Atas daging, sayur, beras, makanan

pecah belah elektronik

- Bawah sembilan bahan pokok, hasil bumi

3. Johar Selatan

- Atas pakaian bekas

- Bawah hasil bumi

4. Yaik Permai

- Atas buah buku

- Bawah konveksi, tekstil kelontong

5. Yaik Baru rumah makan, konveksi

sepatu elektronik, kacamata

6. Kanjengan bioskop (sudah tidak berfungsi), kelontong

toko emas

7. Shopping Center Johar

makanan, kain, konveksi

tailor, sepatu toko emas, jam, elektronik

Sumber : Purnomo (1992), Dinas Pasar (2002), hasil pengamatan (2007)

III - 16

Page 17: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

III.2.2 Delineasi Kawasan Perancangan

Delineasi kawasan perancangan akan mencakup area Shopping Center Johar

(SCJ), Komplek Pasar Yaik, Komplek Pasar Djohar, Komplek Kanjengan, dan

daerah pedestrian Masjid Kauman. Batas utara kawasan perancangan adalah Jalan

K. H. Agus Salim, batas timur oleh Jalan Pedamaran, batas selatan adalah Jalan

Wahid Hasyim, dan batas barat adalah Jalan Kauman. Luas kawasan perancangan

adalah 7,8 hektar.

Gambar III.6. Delineasi Kawasan Perancangan.

Sumber : olahan pribadi 2007, dan Google Earth (2006)

III - 17

Page 18: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

III.3 ANALISA KAWASAN

Dalam menganalisa potensi kawasan wisata dibutuhkan suatu pendekatan, Lew

dalam Page (1995) mengidentifikasi tiga sudut pandang untuk memahami sifat

dari daya tarik wisata, yakni sebagai berikut :

(1) Sudut pandang ideografis (ideographic perspective) : melihat potensi

kawasan wisata dari tempat, tapak, iklim, budaya, dan sarana infrastruktur yang

telah ada.

(2) Sudut pandang organisasional (organisational perspective) : melihat potensi

kawasan wisata dari pemetaan atraksi wisata di dalam dan sekitar kawasan yang

akan dikembangkan tersebut.

(3) Sudut pandang kognitif (cognitive perspective) : melihat potensi kawasan

wisata dari studi-studi mengenai persepsi wisatawan dan pengalaman dari daya

tarik wisata yang ada. Mendorong perasaan menjadi wisatawan, dan mencari

view dan objek wisata dari suatu tempat dengan mengandalkan seluruh indra.

Ketiga sudut pandang inilah yang akan dipakai sebagai alat untuk menganalisa

potensi non-fisik dan fisik Kawasan Johar.

III.3.1 Analisa Non-Fisik Kawasan

a) Tata Guna Lahan

Dilihat dari pengamatan fungsi lahan eksisting, seluruh fungsi di dalam kawasan

perancangan merupakan fungsi perdagangan/komersial, atau fungsi campuran

hunian-komersil/ruko (gambar III.7). Komoditi barang dagangan yang terdapat

pada kawasan Johar cukup beragam dan amat lengkap, dari hasil bumi hingga

sandang, elektronik, serta alat kebutuhan rumah tangga (tabel III.2).

Berdasarkan kebutuhan Kawasan Johar yang akan dikembangkan menjadi

kawasan wisata, kawasan yang merupakan bagian kota bersejarah, kawasan

budaya, serta kawasan belanja ini membutuhkan sumber daya primer sebagai

berikut : monumen bersejarah, museum, galeri, teater, concert hall,kafe dan

restoran, dan pertokoan. Yang harus diperhatikan lebih mendalam lagi adalah

penempatan TPS dalam kawasan Johar agar tidak mengganggu aktivitas yang

III - 18

Page 19: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

terdapat di dalamnya, selain itu area loading barang dagangan pun perlu turut

diperhatikan untuk kelancaran akses.

Gambar III.7. Penggunaan lahan eksisting pada kawasan Johar. Sumber : hasil pengamatan, 2007.

Karena kawasan ini akan dikembangkan menjadi kawasan wisata, maka perlu

diberikan pula fasilitas wisata sesuai dengan analisa pada bab II, yakni :

(1) Fasilitas Hunian, contoh : hotel, youth hostel, apartemen; (2) Fasilitas Budaya,

contoh : concert hall, bioskop, exhibition center, museum, galeri seni, teater,

aspek sosio-kultural; (3) Fasilitas Hiburan, contoh : fasilitas olahraga indoor/

outdoor, acara festival, night club; (4) Fasilitas berbelanja, contoh : pasar, retail,

kios temporer; (5) Fasilitas infrastruktur, contoh : perbaikan struktur jalan,

aksesibilitas dan sirkulasi, parkir; (6) Fasilitas penunjang kawasan wisata, contoh :

III - 19

Page 20: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

restoran, kafe, WC umum, tourist information center, tata informasi dan sign

system.

b) Aktivitas Pendukung

Kegiatan utama pada Kawasan Johar adalah kegiatan perdagangan yang termasuk

magnet kegiatan ekonomi di Kota Semarang, namun berdasarkan pengamatan,

pada kawasan ini tidak terdapat fasilitas rekreasi yang cukup menonjol. Pada

dekade yang lalu, kawasan ini memiliki fasilitas bioskop pada bangunan

Kanjengan Plaza, yang menurut warga setempat adalah bangunan pertama di

Semarang yang menggunakan eskalator, namun pada saat ini (2007) fungsi

bioskop sudah tidak ada.

Aktivitas-aktivitas rekreatif dibutuhkan untuk menciptakan kawasan wisata yang

menarik, yang turut berfungsi sebagai katalisator kegiatan ekonomi kawasan.

Sebagai usulan, dapat disuntikkan aktivitas baru seperti street entertainment, acara

festival, dan acara tradisional yang diorganisir tiap beberapa waktu sekali. Apabila

memungkinkan, fasilitas olahraga yang bersifat rekreasi pun dapat direncanakan

pada kawasan ini, seperti bilyar, bowling, ice skating, dan lain sebagainya.

III.3.2 Analisa Fisik Kawasan

a) Tata Ruang dan Massa Bangunan

Pada tahun 1992, kondisi eksisting dengan bangunan sekitar dua hingga tiga lantai

memiliki KLB mencapai 2,2 dengan batasan maksimal KLB sekitar 4,5 ~ 5,5.

Dan KDB eksisting nyaris mencapai 100%, sedangkan maksimal KDB hanya

diperbolehkan mencapai 80% (Purnomo, 1992). Kondisi saat ini tidak jauh

berbeda dengan tahun 1992, melihat tata ruang yang terbentuk dari analisa solid-

void kawasan Johar memperlihatkan densitas kawasan yang cukup tinggi dan

kurangnya ruang terbuka yang saling terintegrasi (gambar III.8).

III - 20

Page 21: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

Gambar III.8. Densitas tinggi pada kawasan perancangan. Sumber : hasil pengamatan, 2007.

Permasalahan utama yang pada umumnya terjadi pada pembangunan pada

kawasan pusat kota adalah kurangnya lahan terbuka, yang disebabkan karena

tingginya nilai lahan sehingga seringkali pengembang memaksimalkan lahan

terbangun pada kawasan yang dikembangkan. Maka solusinya adalah

memanfaatkan lahan semaksimal mungkin dengan pengembangan bangunan

secara vertikal serta meningkatkan kualitas ruang terbuka yang disediakan.

III - 21

Page 22: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

b) Ruang Terbuka dan Jalur Pejalan Kaki

Gambar III.9. Analisa ruang terbuka dan jalur pejalan kaki. Sumber : hasil pengamatan, 2007.

Dari pengamatan ruang terbuka dan jalur pedestrian, dapat ditarik kesimpulan

bahwa ruang terbuka yang tersedia sangat minim, tidak terintegrasi satu sama lain,

serta kurang bersifat publik. Selain itu jalur pejalan kaki pada umumnya tidak

menerus dan terpotong oleh jalur kendaraan serta tidak ada perlindungan terhadap

cuaca. Vegetasi yang ada juga terlihat amat kurang sehingga suhu di dalam

kawasan dapat dirasakan cukup tinggi. Oleh karena itu, diperlukan perancangan

ruang terbuka yang saling terintegrasi dan bersifat publik, serta prinsip

perancangan jalur pejalan kaki yang nyaman dan aman dengan penambahan

vegetasi yang memadai.

III - 22

Page 23: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

c) Sirkulasi Kendaraan dan Parkir

Gambar III.10. Analisa sirkulasi dan ruang parkir kendaraan. Sumber : hasil pengamatan, 2007.

Dilihat dari pengamatan sirkulasi kendaraan dan parkir, yakni munculnya

kantong-kantong parkir ilegal di sekitar bangunan perdagangan, maka ditarik

kesimpulan bahwa ruang parkir yang tersedia amat kurang sehingga hal ini

menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengunjung yang datang untuk berjalan-

jalan. Pencapaian ke dalam kawasan pun dapat dibilang cukup sulit karena

pengaturan lalu lintas yang kurang baik serta kurangnya tata informasi yang

memadai. Dengan demikian, dibutuhkan perancangan jalur sirkulasi yang mudah

diakses dan penambahan ruang parkir yang ditata sedemikian rupa agar tidak

muncul kantong-kantong parkir ilegal maupun parkir pada badan jalan yang akan

mempersempit jalur sirkulasi tersebut.

III - 23

Page 24: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

III - 24

Dengan mengamati dan menganalisa aktivitas kawasan Johar dan sekitarnya

(gambar III.11a, III.11b, dan III.11c), maka kemudian dirumuskan permasalahan

fisik kawasan Johar yang terbagi menjadi permasalahan lingkungan, fisik

bangunan, dan fasilitas infrastruktur, yakni seperti yang terlihat pada tabel III.3.

Page 25: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

Gambar III.11a. Kondisi Eksisting Lingkungan Kawasan Johar dan Kauman.

Sumber : hasil pengamatan, 2007.

III - 25

Page 26: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

Gambar III.11b. Pemetaan Kondisi Eksisting Kawasan Perancangan.

Sumber : hasil pengamatan, 2007.

III - 26

Page 27: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

Keterangan Gambar : (1) Gerbang masuk kawasan Kauman. Terlihat “bangunan penyambut” di kiri-kanan jalan yang kurang representatif. (2) Alun-alun Masjid Kauman yang menjadi tempat parkir dan dilewati oleh beberapa rute angkot. Terlihat jalan eksisting yang telah diberi paving. (3) Masjid Kauman (4) Kondisi jalan eksisting yang masih berupa tanah padat. (5) Jalan masuk menuju Kawasan Johar dari Kota Lama. (6) Kondisi jalan K. H. Agus Salim, los pedagang meluber ke jalan. (7) Deretan ruko Pecinan di sepanjang jalan Pedamaran. (8) Gedung Parkir Kawasan Johar. Lahan parkir sudah disediakan pada gedung ini, namun jarang digunakan pengunjung karena kondisinya yang gelap dan sepi.

Gambar III.11c. Pandangan ke Dalam Kawasan Johar. Sumber : hasil pengamatan, 2007.

III - 27

Page 28: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

Gambar III.12. Kesimpulan Pengamatan Lapangan : Kondisi fisik kawasan Johar yang tidak tertata dengan baik menyebabkan

munculnya kantong parkir ilegal (atas), penambahan los pasar yang mempersempit jalur pejalan (kiri bawah), dan kurangnya penanaman vegetasi sebagai naungan dan penurun suhu udara (kanan bawah). Sumber : hasil pengamatan, 2006.

Tabel III.3. Permasalahan Fisik Kawasan Johar

Aspek Permasalahan Fisik

Lingkungan - Penyediaan ruang terbuka publik tidak ada/kurang. - Penataan ruang pejalan kaki tidak terencana dengan baik, sehingga banyak persimpangan antara jalur kendaraan dengan jalur pejalan kaki.- Kurangnya penghijauan menyebabkan tingginya suhu udara di sekitar kawasan. - Densitas bangunan amat padat sehingga menyebabkan kurangnya ruang terbuka. - Pedagang Kaki Lima tidak tertata. - Tempat Pembuangan Sampah berantakan dan tidak teratur sehingga merusak estetika kawasan.

Fisik Bangunan

- Tidak ada kesatuan tema dan orientasi terhadap bangunan lama dan baru. - Kondisi Pasar Johar tidak terawat dan terdapat banyak kerusakan. - Kualitas struktur dan mekanikal elektrikal bangunan menurun.

Fasilitas Infrastruktur

- Kurangnya penyediaan tempat parkir menyebabkan munculnya kantong-kantong parkir ilegal yang mempersempit jalur kendaraan di sekitar kawasan. - Penerangan kurang sehingga pasar ini tutup pada sore hari karena

III - 28

Page 29: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

Aspek Permasalahan Fisik

tidak ada sumber pencahayaan. - Area loading komoditi barang dagangan menyebar dan tidak tertata. - Kurangnya fasilitas umum seperti WC umum, tempat sampah, dan sebagainya.

Sumber : hasil pengamatan, 2007.

d) Catchment Area Zona Historis dan Bangunan Bersejarah

Gambar III.13. Pemetaan catchment area dan area historis di sekitar kawasan Johar.

Sumber : Kurniawati (2001) dan hasil analisa (2007).

Melihat catchment area kawasan Johar, maka dapat disimpulkan bahwa kawasan

Johar berpotensi dalam pengembangan jalur wisata ke zona historis sekitarnya,

seperti Kampung Melayu, Kota Lama, dan Pecinan. Diharapkan dengan adanya

III - 29

Page 30: Bab III Gambaran Kawasan dan Analisa Pengembangan · PDF fileJakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang. Sedangkan angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan

jalur wisata tersebut, zona historis yang terkena cakupan kawasan Johar akan

dapat turut berkembang seiring dengan pengembangan kawasan Johar sebagai

kawasan wisata budaya nantinya.

III.4 Kesimpulan Analisa Kawasan

Dari analisa yang telah dilakukan, didapat kesimpulan bahwa kawasan Johar ini

sangat berpotensi menjadi destinasi wisata yang menarik, hal ini dapat didukung

dengan adanya perbaikan fisik, penambahan fungsi dan aktivitas dalam kawasan,

penambahan fasilitas parkir, serta manajemen pariwisata yang terintegrasi dengan

perancangan ruang publik yang baik, seperti heritage walk dan sebagainya.

Strategi perancangan kawasan sebagai kawasan wisata ini akan dibahas pada bab

selanjutnya.

III - 30