BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN...

25
37 BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN WANITA BERHIAS DENGAN RAMBUT PALSU A. Biografi Yusuf Qardhawi Yusuf Qardhawi dilahirkan disebuah desa Shafth Turab, 1 di Republik Arab Mesir pada tanggal 9 September 1926. 2 Seorang ulama kontemporer yang ahli dalam bidang hukum Islam, dan mantan Dekan Fakultas Syari’ah Universitas Qatar. Nama lengkapnya ialah Muhahammad Yusuf al-Qardhawi. Sejak usia dua tahun, dia telah ditinggal wafat ayahnya dan diasuh oleh pamannya, sehingga dia menganggap pamannya sebagai orang tuanya sendiri. Pamannya inilah yang mengantarkan Qardhawi kecil ke surau tempat mengaji. Dia merupakan seorang yang sangat cerdas diantara teman-temannya. Karena kecerdasannya, pada usia belum genap 10 tahun, dia sudah mampu menghafal seluruh al-Qur'an dengan fasih. Karena kefasihannya, ditambah dengan kemerduan suaranya, ia sering diminta menjadi imam dalam shalat-shalat jahriyyah (yang menjaharkan mengeraskan bacaan, seperti maghrib, isya’ dan subuh). 1 Desa ini dikenal sebagai desa yang ramai, disana dikuburkan salah seorang sahabat Rasulullah yang meninggal terakhir di Mesir, yakni Abdullah bin al-Haris bin Juz az-Zubaidi 2 Abdul Aziz Dahlan (Editor), et all, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid V, Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, hlm. 1448

Transcript of BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN...

Page 1: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

37

BAB III

FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN WANITA

BERHIAS DENGAN RAMBUT PALSU

A. Biografi Yusuf Qardhawi

Yusuf Qardhawi dilahirkan disebuah desa Shafth Turab,1 di Republik

Arab Mesir pada tanggal 9 September 1926.2 Seorang ulama kontemporer

yang ahli dalam bidang hukum Islam, dan mantan Dekan Fakultas Syari’ah

Universitas Qatar. Nama lengkapnya ialah Muhahammad Yusuf al-Qardhawi.

Sejak usia dua tahun, dia telah ditinggal wafat ayahnya dan diasuh oleh

pamannya, sehingga dia menganggap pamannya sebagai orang tuanya sendiri.

Pamannya inilah yang mengantarkan Qardhawi kecil ke surau tempat mengaji.

Dia merupakan seorang yang sangat cerdas diantara teman-temannya. Karena

kecerdasannya, pada usia belum genap 10 tahun, dia sudah mampu menghafal

seluruh al-Qur'an dengan fasih. Karena kefasihannya, ditambah dengan

kemerduan suaranya, ia sering diminta menjadi imam dalam shalat-shalat

jahriyyah (yang menjaharkan mengeraskan bacaan, seperti maghrib, isya’ dan

subuh).

1 Desa ini dikenal sebagai desa yang ramai, disana dikuburkan salah seorang sahabat

Rasulullah yang meninggal terakhir di Mesir, yakni Abdullah bin al-Haris bin Juz az-Zubaidi 2 Abdul Aziz Dahlan (Editor), et all, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid V, Jakarta : PT.

Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, hlm. 1448

Page 2: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

38

Pendidikan tingkat dasar ia tempuh melalui Ibtidaiyah dan Tsanawiyah

di Ma’had Tomto Mesir. Salah satu sekolah yang merupakan cabang al-

Azhar, dan selalu meraih rangking pertama, kecerdasannya telah tampak sejak

dia kecil, sehingga salah seorang gurunya menggelarinya dengan "allamah"3

(sebuah gelar yang biasa diberikan pada seseorang yang memiliki ilmu yang

sangat luas) ia seorang tokoh reformis dengan gagasan dan pikiran-pikiran

yang cermat mencoba menyoroti berbagai hal tentang syari’at Islam.4

Kecerdasan Qardhawi sangat dikagumi oleh teman-temannya, hal ini

karena sejak kecil ia sudah rajin dan gemar mengunjungi perpustakaan al-

Azhar untuk membaca. Bahkan ketika usianya mencapai genap lima belas

tahun, ia sudah gemar membaca referensi buku mahasiswa.

Setelah itu Yusuf Qardhawi masuk fakultas Ushuluddin di Universitas

al-Azhar. Dari al-Azhar ini ia lulus sebagai sarjana S1 pada tahun 1952. Ia

meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus delapan

puluh.5 Kemudian ia memperoleh ijazah setingkat S2 dan memperoleh

rekomendasi untuk mengajar di Fakultas Bahasa dan Sastra pada tahun 1954.

Dia menduduki rangking pertama dari tiga kuliah yang ada di al-Azhar

dengan jumlah siswa lima ratus orang. Kemudian ia melanjutkan studinya ke

3 Ishom Talimah, Manhaj Fiqih Yusuf Qardhawi, Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2001,

hlm. 4 4 Yusuf Qardhawi, al-Madkhal fi Dirasat al-Syari’ah al-Ismlamiyah, terj. M. Zakki dan

Yasir Tajid “Membumikan Syari’at Islam”, Surabaya : Dunia Ilmu, 1997, Cet. I, hlm. V (pengantar)

5 Ishom Talimah, loc.cit.,

Page 3: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

39

lembaga tinggi riset dan penelitian masalah-masalah Islam dan

perkembangannya selama 3 tahun.6

Pada tahun 1958 ia memperoleh ijazah diploma dari Ma’had Dirasat

al-Arabiyah al-Aliyah dalam bidang bahasa dan sastra. Sedang di tahun 1960

ia mendapat ijazah setingkat master di jurusan ilmu-ilmu al-Qur'an dan

sunnah di Fakultas Ushuluddin. Pada tahun itu juga masuk pasca sarjana

(Dirasat al-‘Ulya) di Universitas al-Azhar, Cairo. Di fakultas ini ia memilih

jurusan tafsir – hadis atau jurusan akidah-filsafat.7

Pada tahun 1973 dia berhasil meraih gelar Doktornya dengan

peringkat Summa Cum Laude8 dengan disertasi yang berjudul az-Zakat wa

Atsaruha fi Hill al-Masyakil al-Ijtimaiyyah (Zakat dan Pengaruhnya dalam

Memecahkan Masalah-masalah Sosial Kemasyarakatan).9 Dia terlambat

meraih gelar doktornya karena sejak 1968 sampai 1970 ia ditahan oleh

penguasa militer Mesir atas tuduhan mendukung pergerakan ikhwanul

muslimin {organisasi Islam yang didirikan oleh Syekh Hasan al-Banna (1906-

1949) pada tahun 1928 yang bergerak di bidang dakwah, kemudian bergerak

di bidang politik}. Setelah keluar dari tahanan, ia hijrah ke Daha, Qatar, dan

disana ia bersama-sama dengan teman seangkatannya mendirikan Madrasah

Ma’had ad-Din (Istitut Agama). Madrasah inilah yang menjadi cikal bakal

lahirnya Fakultas Syari’ah Qatar yang kemudian berkembang menjadi

6 Abdul Aziz Dahlan, op.cit., hlm. 1448 7 Ibid 8 Yusuf Qardhawi, Ummatuna Baina Qarnain, terj. Yogi Prana dan Ahsan Takwim

“Umat Islam Menyongsong Abad ke-21”, Surakarta : Inter Media, 2001, hlm. 336 9 Ishom Talimah, op.cit., hlm. 4

Page 4: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

40

Universitas Qatar dengan beberapa fakultas. Yusuf Qardhawi sendiri duduk

sebagai Dekan Fakultas Syari’ah Pada Universitas tersebut.10

1. Pekerjaan-pekerjaan Resmi Yusuf Qardhawi

Dalam bidang pekerjaan resminya, antara lain ia pernah bekerja

sebagai penceramah (khutbah) dan mengajar di berbagai masjid.

Kemudian menjadi pengawas pada akademi para imam, lembaga yang

berada di bawah kementerian wakaf di Mesir. Setelah itu ia pindah ke

urusan bagian administrasi umum untuk masalah-masalah budaya Islam di

al-Azhar. Ditempat ini, dia bertugas untuk mengawasi hasil cetakan dan

seluruh pekerjaan yang menyangkut teknis pada bidang dakwah.11

Pada tahun 1961 ia ditugaskan sebagai tenaga bantuan12 untuk

menjadi kepala sekolah sebuah sekolah menengah negeri Qatar. Dengan

semangat yang tinggi dia telah melakukan pengembangan dan peningkatan

yang sangat signifikan di tempat itu serta berhasil meletakkan pondasi

yang sangat kokoh dalam bidang pendidikan karena berhasil

menggabungkan antara khasanah lama dan kemodernan pada saat yang

sama.13

Pada tahun 1973 didirikan Fakultas Tarbiyah untuk mahasiswa dan

mahasiswi, yang merupakan cikal bakal Universitas Qatar. Syaikh Yusuf

10 Abdul Aziz Dahlah, op.cit., hlm. 1448 11 Ishom Talimah, op.cit., hlm. 4 12 Awalnya masa penugasan ini hanya akan berlangsung dari empat hingga lima tahun,

namun karena kondisi politik di Mesir sangat tidak menentu, maka masa penugasan ini berlanjut hingga masa waktu yang lama. Karena Syaikh merasa mendapatkan kebebasan di negeri ini, yang jarang ia dapatkan diberbagai negeri lain maka dia merasa tentram di negeri ini namun demikian bukan berarti dia sama sekali tidak memperhatikan masalah-masalah yang sedang berlangsung di Mesir, Lihat Ishom Talimah, loc.cit.,

13 Ibid., hlm. 5

Page 5: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

41

ditugaskan di tempat itu untuk mendirikan jurusan studi Islam dan

sekaligus menjadi ketuanya.14

Pada tahun 1977 dia ditugaskan untuk memimpin pendirian dan

sekaligus menjadi dekan pertama Fakultas Syari’ah dan studi Islam di

Universitas Qatar. Dia menjadi dekan di Fakultas itu hingga akhir tahun

ajaran 1989-1990.15

Pada tahun 1990/1991 dia ditugaskan oleh pemerintah Qatar untuk

menjadi dosen tamu di al-Jazair. Di negeri ini dia bertugas untuk menjadi

ketua majlis ilmiah pada semua Universitas dan akademi negeri itu.

Setelah itu dia kembali mengerjakan tugas rutinnya di pusat riset sunnah

dan sirah nabi, yang ia sendiri sebagai penggagasnya, hingga sekarang

jabatan itu masih tetap dipegangnya.16

Pada tahun 1411 H,. dia mendapat penghargaan dari IDB (Islamic

Development Bank) atas jasa-jasanya dalam bidang perbankan. Sedangkan

pada tahun 1413 dia bersama-sama dengan Sayyid Sabiq mendapat

penghargaan dari King Faisal Award karena jasa-jasanya dalam bidang

keislaman.

Ditahun 1996 dia mendapat penghargaan dari universitas Islam

antar Bangsa Malaysia atas jasa-jasanya dalam bidang ilmu pengetahuan.

14 Ibid., 15 Ibid., 16 Yusuf Qardhawi, Ummatuna Baina Qarnain, hlm. 336

Page 6: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

42

Dan pada tahun 1997 dia mendapat penghargaan dari Sultan Brunai

Darussalam atas jasa-jasanya dalam bidang fiqh.17

2. Kontribusi dan Aktivitasnya dalam Pengabdian Kepada Islam

Yusuf Qardhawi adalah salah seorang tokoh umat Islam yang

sangat menonjol di zaman ini, dalam bidang ilmu pengetahuan, pemikiran,

dakwah, pendidikan dan jihad. Kontribusinya sangat dirasakan diseluruh

belahan bumi.

Pengabdian kepada Islam, tidak terbatas pada satu sisi atau satu

medan tertentu. Aktivitasnya sangat beragam dan sangat luas serta

melebar ke banyak bidang dan sisi, yaitu : dalam bidang ilmu

pengetahuan, bidang fiqih dan fatwa, bidang dakwah dan pengarahan,

bidang seminar dan muktamar, kunjungan dan ceramah-ceramah, bidang

ekonomi Islam, amal sosial, usaha kebangkitan umat bidang pergerakan

dan jihad serta keterlibatannya dalam lembaga-lembaga dunia.18

3. Pemikiran Fiqh Yusuf Qardhawi

Pemikiran Qardhawi dalam bidang keagamaan dan politik banyak

diwarnai oleh pemikiran Syeikh Hasan al-Banna. Ia sangat mengagumi

Syeikh Hasan al-Banna dan menyerap banyak pemikirannya. Baginya al-

Banna merupakan ulama yang konsisten mempertahankan kemurnian

nilai-nilai agama Islam, tanpa terpengaruh oleh paham nasionalisme dan

sekularisme yang diimpor dari Barat atau dibawa oleh kaum penjajah ke

17 Ishom Talimah, op.cit., hlm. 5 18 Ibid.,, hlm. 6

Page 7: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

43

Mesir dan dunia Islam. Mengenai wawasan ilmiahnya, Qardhawi banyak

dipengaruhi oleh pemikiran ulama-ulama al-Azhar.19

Walaupun sangat mengagumi tokoh-tokoh dari kalangan ikhwanul

muslimin dan al-Azhar, ia tidak pernah bertaklid kepada mereka begitu

saja.

Dalam masalah ijtihad, Qardhawi merupakan seorang ulama

kontemporer yang mengarahkan bahwa untuk menjadi mujtahid yang

berwawasan luas dan berfikir obyektif, ulama harus lebih banyak

membaca dan menelaah buku-buku agama yang ditulis oleh orang non-

Islam serta membaca kritik-kritik pihak lawan Islam. Menurutnya,

seorang ulama yang bergelut dalam bidang pemikiran hukum Islam tidak

cukup hanya menguasai buku tentang keislaman karya ulama tempo

dulu.20

4. Karya-karya Yusuf Qardhawi

Yusuf Qardhawi adalah profil tokoh yang tidak hanya menggeluti

ilmu pengetahuan Islam, tetapi juga mendalami pelajaran ilmu umum,

sehingga ia dapat menampilkan wajah Islam menjadi cemerlang dengan

menuangkan pemikirannya lewat beberapa hasil karyanya. Beliau

merupakan ulama yang produktif dalam menulis. Karya-karyanya banyak

yang telah dipublikasikan. Bahkan ceramah-ceramah keagamaan beliau

dipublikasikan dalam bentuk kaset. Jika dilihat dari karya-karyanya yang

19 Abdul Aziz Dahlan, (ed), et.all, op.cit., hlm. 1449 20 Ibid.,

Page 8: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

44

begitu banyak pantas bila ia disebut ulama monumental abad ke-21 karya-

karya beliau antara lain :

a. Bidang Fiqih dan Ushul Fiqih

1. Al-Halal wal al-Haram fil Islam

2. Fatawa Mu’ashirah Juz 1

3. Fatawa Mu’ashirah Juz 2

4. Fatawa Mu’ashirah Juz 3

5. Taysir al-Fiqh : Fiqh Shiyam

6. Al-Ijtihad Fisy – Syari’ah al-Islamiyyah

7. Madkal li Dirasat al-Syariah al-Islamiyyah

8. Min Fiqhid – Daulah fil – Islam

9. Taysir al-Fiqh li al-Muslim al-Muashir I

10. Al-Fatwa Baina al-Indhibath wat-Tasayyub

11. ‘Awamil as-Sa’ah wal-Murunah Fisy Syari’ah al-Islamiyyah

12. Al-Fiqh al-Islami Bainal-Ashalah wat-Tajdid

13. Al-Ijtihad al-Mu’ashir bainal – Indhibath wal-Infirath

14. Ziwaj al-Misyar

15. Adh-Dhawabith asy-Syari’yyah li Binā al-Masajid

16. Al-Ghina’ wal-Musiqa fi Dhau’il – Kitab was-Sunnah

b. Bidang Ekonomi Islam

1. Fiqhuz – Zakat (dua juz)

2. Musyikilat al-Faqr wa Kaifa ‘Alajaha al-Islam

3. Bai’al – Murabahah lil – Amir Bisy-Syina’

Page 9: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

45

4. Fawaidul – Bunuk Hiya ar-Riba al-Haram

5. Daurul – Qiyam wal-Akhlaq fil – Iqtishad al-Islami

c. Bidang Ulum al-Qur'an dan Sunnah

1. Ash-Shabru wal-‘Ilmu fil-Qur’an al-Karim

2. Al-‘Aqlu wal-‘Ilmu fil-Qur’an al-Karim

3. Kaifa Nata’amal Ma’al – Qur’an al-Azhim

4. Kaifa Nata’amal Ma’as – Sunnah an-Nabawiyyah

5. Tafsir surat ar-Rad

6. Al-Madkhal li Dirasatas – Sunnah an-Nabawiyyah

7. Al-Mutaqā fit-Targhib wat-Tarhib (dua juz)

8. As-Sunnah Mashdar lil Ma’rifah wal Hadharah

9. Nahwa Mausu’ah lil-Hadis an-Nabawi

10. Quthuf Daniyyah min al-Kitab was-Sunnah

d. Bidang Aqidah

1. Al-Iman wal-Hayat

2. Mauqif al-Islam min Kufr al-Yahud wan-Nashara

3. Al-Iman bil-Qadar

4. Wujudullah

5. Haqiqat at-Tauhid

e. Bidang Fiqih Perilaku

1. Al-Hayat ar-Rabbaniyyah wal-‘Ilmu

2. An-Niyat wal-Ikhlash

3. At-Tawakkul

Page 10: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

46

4. At-Taubat Ila Allah

f. Bidang Dakwah dan Tarbiyah

1. Tsaqafat ad-Da’iyyah

2. At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa Madrasatu Hasan al-Banna

3. Al-Ikhwan al-Muslim 70 ‘Āman fi al-Da’wah wa al-Tarbiyyah

4. Ar-Rasul wal-`Ilmu

5. Rishalat al-Azhar Baina al-Amsi wal-Yaum wal-Ghad

6. Al-Waqtu fi Hayat al-Muslim

g. Bidang Gerakan Kebangkitan Islam

1. Ash-Shahwah al-Islamiyyah Bainal-Juhud wat-Tatharruf

2. Ash-Shahwah al-Islamiyyah wa Humum al-Wathan al-‘Arabi wal-

Islami

3. Ash-Shahwah al-Islamiyyah Bainal Ikthilaf al-Masyru’ wat-

Tafarruq al-Madzmum

4. Min Ajli Shalwah Rasyidah Tujaddid ad-Din wa Tanhad bid-

Dunya

5. Ayna al-Khalal?

6. Awlawiyyat al-Harakah al-Islamiyah fi al-Marhalah al-Qadimah

7. Al-Islam wal-‘Almaniyyah Wajhan bin Wajhin

8. Fi Fiqh al-Awlawiyyah (fiqih prioritas)

9. Ats-Tsaqafah al-Arabiyyah al-Islamiyyah Baina al-Ashalah wa al-

Muasharah

10. Malamih al-Mujtama’al al-Islam Alladzi Nunsyiduhi

Page 11: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

47

11. Ghayrul al-Muslimin fi al-Mujtama’ al-Islami

12. Syari’at al-Islam Shalihah lil-Tathbiq fi Kulli Zamanin wa

Makanin

13. Al-Ummat al Islamiyyah Haqikat la Wahm

14. Zhahirat al-Ghulluw fit-Tafkir

15. Al-Hulul al-Mustawridah wa Kayfa Janat ‘Ala Ummatina

16. Al-Hill al-Islami Faridhah wa Dharurah

17. Bayyinah Hill al-Islami wa Shubuhat al-‘Ilmaniyyin wal

Mutagharribin

18. A’da’ al-Hill al-Islami

19. Dars an-Nakhbah al-Tsaniyyah

20. Jailun-Nashr al-Mansyud

21. An-Nās wa al-Haq

22. Ummatuna Bainal - Qarnayn

h. Bidang Penyatuan Pemikiran Islam

1. Syumul al-Islam

2. Al-Marji’iyyah al-‘Ulya fi al-Islam li al-Qur'an was-Sunnah

3. Mauqif al-Islam min al-Ilham wa al-Kasyf wa ar-Ru’ā wa Min al-

Tamaim wa al-Kahanah wa al-Ruqa

4. Al-Siyasah al-Syar’iyyah fi Dhau’Nushush al-Syari’ah wa Maqa

Shidiha

i. Bidang Pengetahuan Islam yang Umum

1. Al-'Ibadah fi al-Islam

Page 12: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

48

2. Al-Khasaish al-‘Ammah li al-Islam

3. Madkhal li Ma’rifat al-Islam

4. Al-Islam Hadharat al-Ghad

5. Khuthab al-Syaikh al-Qardhawi Juz I

6. Khuthab al-Syaikh al-Qardhawi Juz II

7. Liqāt wa Muhawarat Hawla Qadhaya al-Islam wal-‘Ashr

8. Tsaqafatuna Baina al-Infitah wa al-Inghilaq

9. Qadhaya Mu’ashirah ‘Ala Bisath al-Bahts

j. Bidang Tokoh-tokoh Islam

1. Al-Imam al-Ghazali Baina Madihihi wa Naqidihi

2. Asy-Syaikh al-Ghazali Kama ‘Araftuhu : Rihlah Nishfu Qarn

3. Nisā Mu’mināt

4. Al-Imam Juwaini Imam al-Haramain

5. ‘Umar bin Abdul Aziz Khamis al-Khulafa’ Al-Rasyidin

k. Bidang Sastra

1. Nafahat wa Lafahat (kumpulan puisi)

2. Al-Muslimin Qadimum (kumpulan puisi)

3. Yusuf ash-Shiddiq (naskah drama dalam bentuk prosa)

4. ’Alim wa Taghiyyah

l. Buku-buku Kecil tentang Kebangkitan Islam

1. Ad-Din fi ‘Ashr al-Ilmi

2. Al-Islam wa al-Fann

Page 13: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

49

3. An-Niqāb lil-Mar’ah Baina al-Qaul Bid’atihi wal-Qaul bi

Wujubihi

4. Markaz al-Mar’ah fil Hayah al-Islamiyah

5. Fatawa lil-Mar’ah al-Muslimah

6. Jarimah ar-Riddah wa 'Uqububat al-Murtad fi Dhau' al-Qur'an was

Sunnah

7. Al-Aqalliyat ad-Diniyyah wal-Hill al-Islami

8. Al-Mubasyyirat bi Intishar al-Islam

9. Mustaqbal al-Ushuliyyah al-Islamiyyah

10. Al-Quds Qadhiyat Kulli Muslim

11. Al-Muslimun wal-‘Awlamah

m. Kaset-kaset Ceramah Syaikh al-Qardhawi

1. Limadza al-Islam

2. Al-Islam Alladzi Nad’ullaihi

3. Wajib asy Syabab al-Muslim

4. Muslimat al-Ghad

5. Ash-Shahwah al-Islamiyyah Bainal ‘Amal wal-Mahadzir

6. Qimat al-Insan wa Ghayat Wujudihi fil-Islam

7. Likay Tanjah Mu’assasah az-Zakat fit-Tathbiq al-Mu’ashir

8. At-Tarbiyah ‘Inda al-Imam asy-Syathibi

9. Al-Islam Kama Nu’minubihi

10. Insan Surat al-‘Ashr

11. As-Salam al-Mustahil Bainal-‘Arab wa Israil

Page 14: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

50

12. Al-Islam wal-Muslimun wa’Ulum al-Mustaqbal ‘Ala ‘Atab al-

Qarn al-Qadim

13. Al-Muslimun wat-Takhalluf al-‘Ilmi

14. Ash-Shahwah al-Islamiyah wa Fiqh al-'Aulawiyat21

5. Kata Para Tokoh tentang Yusuf Qardhawi

Yusuf Qardhawi begitu dicintai di kalangan ulama', mereka sering

memuji Qardhawi. Sejak masa kecilnya, beliau telah mendapat pujian

sebagaimana yang telah penulis sebutkan bahwa beliau disebut "allamah",

padahal saat itu beliau masih muda.

Di bawah ini akan penulis kutipkan beberapa perkataan ulama

mengenai Yusuf Qardhawi, yang penulis kutip dari buku Manhaj Fiqh

Yusuf Qardhawi.

Hasan Al-Banna22 berkata, "Sesungguhnya dia-yakni Yusuf

Qardhawi adalah seorang penyair yang jempolan dan berbakat".

Muhammad al-Ghazali23 berkata "Qardhawi adalah salah seorang

imam kaum di zaman ini, yang mampu menggabungkan dalam fiqh antara

akal dan atsar".

21 Data Penulis peroleh dari Buku “Manhaj Fiqh Yusuf al-Qardhawi” Karya : Ishom

Talimah, hlm. 35-39 22 Dia adalah Imam Syahid Hasan al-Banna, pendiri pergerakan Ikhwanul muslimin

ungkapan ini muncul pada saat Yusuf Qardhawi masih berstatus siswa di sekolah menengah. Saat itu dia membacakan bait-bait syair dihadapan al-Banna dalam sebuah pertemuan ikhwan di Tomto, maka meluncurlah pujian itu kepadanya setelah pembacaan puisinya.

23 Dia adalah seorang da'i yang sangat terkenal, pengarang buku fiqih sirah dan khuluqul muslim serta buku-buku keislaman yang lain yang telah banyak memberikan pencerahan di kalangan da'i dan intelektual muslim. Al-Ghazali dianggap sebagai salah seorang guru utama Yusuf Qardhawi yang telah memberikan pengaruh yang kuat dalam kehidupannya.

Page 15: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

51

Pada kesempatan yang lain beliau juga berkata, "Qardhawi telah

melakukan tindakan yang sangat signifikan dalam langkah-langkah yang

sangat jauh"

Abul Hasan an-Nadawi24 berkata, "Al-Qardhawi adalah seorang

alim yang sangat dalam ilmunya, dan sekaligus sebagai pendidik kelas

dunia", dan masih banyak lagi komentar para tokoh yang tidak dapat

penulis sebutkan.

B. Fatwa Yusuf Qardhawi tentang Keharaman Wanita Berhias dengan

Rambut Palsu

Menurut Yusuf Qardhawi fatwa ) الفتوى( menurut bahasa berarti

jawaban mengenai suatu kejadian (peristiwa), yang merupakan bentukan-

sebagaimana dikatakan Zamakhsyari dalam al-Kasysyaf dari kata الفىت (al-

fata/pemuda) dalam usianya, dan sebagai kata kiasan (metafora) atau

(isti'arah). Sedangkan pengertian fatwa menurut syara’ ialah menerangkan

hukum syara’ dalam suatu persoalan sebagai jawaban dari suatu pertanyaan,

baik si penanya itu jelas identitasnya maupun tidak, baik perseorangan

maupun kolektif.25

Dalam kitab Hadyul Islam Fatawa Mu'asirah Yusuf Qardhawi

memberikan penjelasan salah satunya mengenai hukum wanita memakai

rambut palsu (wig).

24 Dia adalah seorang ulama terkemuka asal India dan ketua Nadwatul Ulama di

Lucknow, India. 25 Yusuf Qardhawi, al-Fatwa Bainal Indhibath wa Tasayyub, terj. As’ad Yasin “Fatwa

antara ketelitian dan kecerobohan”, Jakarta : Gema Insani Press, 1997, Cet. I, hlm. 5

Page 16: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

52

Syari'at Islam menghendaki agar manusia laki-laki maupun

perempuan, memperindah diri karena Islam memelihara fitrah wanita dan

kewanitaannya, maka membolehkan mereka berhias termasuk dengan

perhiasan yang diharamkan bagi laki-laki seperti memakai sutera dan

perhiasan emas. Akan tetapi kendati Islam membolehkan wanita berhias,

namun menurut Yusuf Qardhawi ada sebagian bentuk dan cara berhias

yang dilarang, yaitu bentuk dan cara berhias yang menyalahi fitrah dan

mengubah bagian-bagian tubuh ciptaan Allah. Berhias secara demikian

menurut Yusuf Qardhawi dipandang sebagai cara-cara yang dilakukan

oleh setan dalam membujuk dan menipu manusia.26

) 119: النساء ... (ولآمرنهم فليغيرن خلق الله "Dan akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya (an-Nisa' : 119)27

Sehubungan dengan ini Rasulullah Saw bersabda :

يبلعن اهللا الواصلة : صلى اهللا عليه وسلم قال عن ايب هريرة رضي اهللا عنه عن الن

28 )رواه البخاري. (واملستوصلة والوامشة واملستومشة

Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Nabi Saw bersabda : Allah melaknat perempuan yang menyambung rambut, perempuan yang meminta disambungkan rambutnya, orang yang membuat tato dan orang yang meminta dibuatkan tato. (H.R. Bukhari)

26 Yusuf Qardhawi, Hadyul Islam Fatawa Mu'ashirah, Jilid II, Beirut : Darul Ma'rifah,

1988, Cet. Ke-4, hlm. 54 27Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang : PT. Karya Toha

Putra, 1995, hlm. 141 28 Abi Abdillah Muhammad Al-Bukhari Al-Ja’fi, Sahih Bukhari, Beirut : Darul Ilmiah,

1992, Cet. Ke-1, hlm. 82

Page 17: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

53

• Al-Wasym ialah mengukir kulit dengan memberinya warna biru (tato).

• Al-Wasyr ialah meratakan gigi dan memendekkannya dengan kikir

• Al-Namsh ialah menghilangkan rambut kening untuk meninggikannya

(agar tampak tinggi) atau untuk meratakannya, dan sebagainya.

• Al-Washl berarti menyambung, yakni menyambung rambut dengan

rambut lain (yang asli) atau dengan rambut buatan semacam al-

barukah (wig).29

وكل هذه األمرحمرمة ملعون من فعليها او طلبها على لسان حممد صلى اهللا

30عليه وسلم

Semua ini diharamkan Allah dan yang melakukannya atau minta diperlakukan begitu akan dilaknat sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw.

Dalam melarang rambut palsu, Yusuf Qardhawi juga

menggunakan hadis riwayat Said bin Musayyab.

قدم معاوية املدينة اخرقدمة قدمها فخطبنا فاخرج : عن سعيد بن املسيب قال

ما كنت ارى احدا يفعل هذا غري اليهود اءن النيب صلى : كبة من شعر قال

31 . اهللا عليه وسلم مساه الزور يعين الوصلة يف الشعر

Dari Sa’id bin Al-Musayyab berkata : Muawiyah pada akhir perjalanannya datang ke Madinah, ia berpidato kepada kami, kemudian ia mengeluarkan seonggok rambut seraya berkata : “Aku tidak pernah melihat seorang melakukan hal ini kecuali orang-orang Yahudi. Sesungguhnya Nabi Saw menyebutnya sebagai

29Yusuf Qardhawi, Hadyul Islam Fatawa Mu'adhirah, op.cit., hlm. 55 30 Ibid., 31 Abi Abdillah Muhammad Al-Bukhari Al-Ja’fi, op.cit., 83

Page 18: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

54

kedustaan beliau maksudkan perempuan yang menyambung rambutnya.” (H.R. Bukhari)

Menurut riwayat lain :

عن ابن شهاب عن محيدين عبدالرمحن بن عوف انه مسع معاوية بن أىب سفيان : عام حج وهو على املنرب وهو يقول وتناول قصة من شعر كا نت بيد حرسى

امنا هلكت : اين علماؤكم؟ مسعت رسول اهللا ص م ينهى عن مثل هذه ويقول 32)رواه البخارى(بنوا اسرائيل حني اختد هذه نساؤهم

Dari Ibn Shihab bahwa Humaidi bin ‘Abd ar-Rahman ibn Auf mendengar Muawiyah ibn Abi Sofyan pada tahun haji berkata di atas mimbar sambil memegang sebuah jambul dari rambut yang ia ambil dari salah seorang pengawalnya seraya berkata :”Dimana ulama-ulama kalian? Saya mendengar Rasulullah Saw melarang terhadap hal yang semacam ini seraya bersabda : ”Sesungguhnya Bani Israil mengalami kerusakan ketika kaum wanita mulai menggunakan ini” (HR. Bukhari)

Riwayat ini menurut Yusuf Qardhawi memperingatkan akan dua

hal : pertama kaum Yahudi merupakan sumber dan fondasi kehinaan dan

kerendahan ini sebelumnya, sebagaimana mereka pula yang

mempopulerkannya setelah itu. Kedua, nabi Saw menamakannya dengan

az-zur (kebohongan atau kepalsuan), yang menunjukkan hikmah

diharamkannya yaitu semacam penipuan, pemalsuan, dan pengecohan.33

ـ فاذ , الن الواصلة ملعونة ابدا , ولوكان يف البيت , س هذه الباركة حرام بان لكـان ىف احلـارج ولـيس على رأسها غطا فهواشد حرمة ملا فيه من املخالنة

34ىلاالصرحية لقوله تع

Sesungguhnya memakai rambut palsu hukumnya haram, meskipun didalam rumah, karena wanita yang menyambung rambut dilaknat

32 Ibid., hlm. 82 33 Ibid., hlm. 56 34 Yusuf Qardhawi, Hadyul Islam Fatawa Mu'asirah, op.cit., hlm. 56

Page 19: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

55

selamanya. Jika pemakaianya keluar rumah tanpa mengenakan penutup kepala, hukumnya jelas lebih haram lagi, karena yang demikian itu secara terang-terangan menentang firman Allah :

وبهنيلى جع رهنمبخ نربضلي31: النور (و (

“Dan hendaklah mereka menutup kain kudung kedada mereka” (QS. An-Nur : 31)35

Menurutnya tidak ada seorangpun yang beranggapan bahwa

rambut palsu adalah kerudung.36 Dalam kitabnya yang berjudul al-Halal

wal Haram fil Islam juga dijelaskan bahwa termasuk perhiasan yang

terlarang ialah menyambung rambut dengan rambut lain, baik itu asli atau

imitasi seperti yang terkenal sekarang ini dengan nama wig.37

Menurut Yusuf Qardhawi, pemakaian wig dari sudut manapun

dipandang negatif, ia merupakan tindakan penipuan dan pemalsuan,

kemubaziran, tabarruj dan pemikatan, semua ini diharamkan.38

C. Metode Istinbat Hukum Yusuf Qardhawi

Sejak usia dini ia telah membebaskan diri dari keterikatan pada suatu

mazhab, tradisi, atau pada kefanatikan terhadap pendapat seorang ulama

tertentu. Sekalipun ilmu fiqh yang ia pelajari formal adalah madzhab Abu

Hanifah.39 Itu disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain ia hidup

dilingkungan gerakan Islam yang didirikan oleh pahlawan syahid Hasan al-

35 Departemen Agama RI, op,cit., hlm. 548 36 Yusuf Qardhawi, Hadyul Islam Fatawa Mu'asirah, op.cit., hlm. 56 37 Yusuf Qardhawi, al-Halal wal Haram fil Islam, Beirut : darul Ma'rifah, 1985, Cet. I,

hlm. 88 38 Yusuf Qardhawi, Hadyul Islam Fatawa Mu’asirah, Juz II, hlm. 55 39 Yusuf Qardhawi, Hadyul Islam Fatawa Mu’ashirah, Juz I, Beirut : Darul Ma’arif.

1988, Cet. Ke-4, hlm. 6

Page 20: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

56

Banna ra. Dalam risalahnya yang berjudul Risalatut Ta’lim ia menyerukan

pembebasan kaum muslimin dari fanatisme, serta berseru kembali kepada

ajaran Islam, dengan mempelajari kedua sumbernya, yaitu al-Qur'an dan as-

Sunnah, dan menghapus perbedaan-perbedaan furu'iyah di antara madzhab

fiqh, perhatiannya menciptakan generasi muda yang memahami Islam dengan

baik. Membandingkan pendapat para ulama terdahulu atas dasar kitabullah al-

Qur'an dan as-Sunnah Rasulullah Saw.40 Sedang Yusuf Qardhawi menerima

pendapat-pendapat yang sesuai dengan dasar tersebut, tetapi pendapat mereka

yang tidak sesuai dengan dua dasar itu, ia tinggalkan. Seperti ungkapannya :

Siapapun selain al-Ma’sum (Rasulullah Saw) boleh diikuti ataupun ditolak pendapatnya. Karena itulah, saya tidak mau mengikat diri kecuali dengan dalil-dalil yang muhkam (jelas dan pasti maknanya) dari al-Qur'an dan as-Sunnah atau dari tujuan-tujuan syari’at (maqashid al-Syariah) serta kaidah-kaidahnya yang dapat disimpulkan dari nash-nashnya ataupun dari rincian hukum-hukumnya yang tidak terhitung banyaknya.41

Ia mempelajari ilmu fiqh menurut cara yang ditempuh oleh Sayyid

Sabiq dalam bukunya “Fiqh al-Sunnah”, ia banyak mendapat inspirasi dari

dalil-dalil al-Qur'an dan sunnah dari pada hanya kembali kepada kitab-kitab

fiqh yang bercorak kemazhaban

Mengenai metode yang ia tempuh dalam memberikan fatwa bertumpu

pada beberapa “qawaid” (pedoman), antara lain :

1. Tidak fanatik dan tidak taklid42

40 Hasan Al-Bana, Majmu’ah Rora’ al-Imam al-Syahid Hasan al-Banna, terj. Suadri

Sa'ad, "Konsep Pembaharuan Masyarakat Islam", Jakarta : Media Dakwah, hlm. 4 41 Yusuf Qardhawi, Kaifa Nata 'Amal Ma'as Sunnah An Nabawiyyah, terj. M. Baqir,

"Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw", Bandung : Kharisma, 1993, Cet. Ke-1, hlm. 14 42 Yusuf Qardhawi, Hadyul Islam Fatawa Mu’ashirah, Juz I, op.cit., hlm. 10

Page 21: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

57

2. Mempermudah tidak mempersulit43

3. Berbicara pada manusia dengan bahasa zamannya.44

4. Berpaling dari sesuatu yang tidak bermanfaat.45

5. Bersikap moderat antara memperlonggar dan memperketat46

6. Memberikan hak fatwa yang berupa keterangan dan penjelasan.47

Adapun metode istinbat hukum yang digunakan Yusuf Qardhawi

dalam masalah ini adalah al-Quran dan as-Sunnah :

1. Al-Qur'an al-karim

Al-Qur'an menurut Yusuf Qardhawi merupakan kitab suci

agama Islam dan sumber utama syariat serta ajarannya.48

Al-Qur'an adalah "ruh" robbani, yang dengannya akal dan hati

menjadi hidup. Ia juga dustur Ilahi yang mengatur kehidupan individu

bangsa-bangsa.49

Allah SWT menurunkannya secara berangsur-angsur, sesuai

dengan kejadian-kejadian yang berlangsung. Sehingga menurut Yusuf

Qardhawi, ia menjadi lebih melekat dalam hati, lebih dipahami oleh

akal manusia, menuntaskan masalah-masalah dengan ayat-ayat Allah

SWT, memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, juga untuk

43 Ibid., hlm. 11 44 Yusuf Qardhawi, al-Fatwa Bainal Indhibat wat-Tasayyub, op,cit., hlm. 99 45 Yusuf Qardhawi, Hadyul Islam Fatawa Mu’ashirah, Juz I, op.cit., hlm. 18 46 Ibid., hlm. 21 47 Ibid., hlm. 25 48 Yusuf Qardhawi, al-Ijtihad fi asy Syari'at al-Islam, Kuwait : Dar al-Qalam, t.th, hlm.

16 49 Yusuf Qardhawi, Kaifa Nata'malu Ma'a al-Qur'an al-Azhim, Kairo : Da Rusy Syuruq,

1999, cet. Pertama, hlm. 26

Page 22: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

58

menguatkan hati Rasulullah Saw dalam menghadapi cobaan dan

kesulitan yang dialami oleh beliau dan para sahabat.

Menurut Yusuf Qardhawi, al-Qur'an adalah kitab yang sesuai

dengan perjalanan waktu, tidak bisa diasumsikan hanya mewakili satu

peradaban budaya bangsa dalam satu masa, atau hanya mewakili

pemikiran generasi tertentu. Al-Qur'an tetap eksis dan kekal seperti

halnya yang diturunkan oleh Allah sejak pertama kali.50 Oleh karena

itu, Allah SWT menjadikannya sebagai petunjuk bagi manusia dan

alam semesta seperti diungkapkan dalam firman Allah SWT.

)185: البقراة ... (شهر رمضان الذي أنزل فيه القرأ هدى للناس

(berapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia . . . (QS. al-Baqarah : 185)51

2. As-Sunnah

As-Sunnah (hadis nabi Saw) merupakan penafsiran al-Qur'an

dalam praktik atau penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal.

Hal ini mengingatkan bahwa nabi Saw merupakan perwujudan dari al-

Qur'an yang ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran Islam yang

dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Yusuf Qardhawi sunnah Saw adalah manhaj yang

terinci bagi kehidupan seorang muslim dan masyarakat muslim. Yaitu

50 Yusuf Qardhawi, al-Madkhal li Dirasah al-Syari'ah al-Islamiyah, op.cit., hlm. 40 51 Depag RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, op.cit., hlm. 45

Page 23: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

59

manhaj yang merupakan penafsiran al-Qur'an dalam praktik atau Islam

dalam penjabarannya secara kongkrit.52

As-Sunnah adalah sumber kedua dalam bidang tasyri' dan

dakwah (tuntunan)nya. Menurut Yusuf Qardhawi, hadis yang pendek

dijadikan dasar (bagi kesimpulan hukum atau untuk dakwah) harus

berpredikat sahih atau hasan.53

Mengenai kriteria kesahihan hadis; sanadnya bersambung, dari

awal sampai akhir, melalui para perawi yang terpercaya (tsiqah), jujur

(adil) dan cermat (dhabith), tanpa kekosongan nama, baik jelas

ataupun yang samar-samar. Demikian pula hadis tersebut tidak boleh

bersifat syadz (yakni salah satu rawinya bertentangan dalam

periwayatannya dengan perawi lainnya yang dianggap lebih akurat dan

lebih dipercaya) dan harus bersih dari illat aadihah (yakni bersih dari

cacat yang menyebabkan ditolak oleh para ahli hadis).54

Dalam rangka memahami makna hadis dan menemukan

signifikansi kontekstualnya, Yusuf Qardhawi menganjurkan beberapa

prinsip penafsiran hadis, antara lain :

a. Memahami as-Sunnah berdasarkan petunjuk al-Qur'an. Hal ini

didasarkan argumentasi bahwa al-Qur'an adalah sumber utama

yang menempati hierarki tertinggi dalam keseluruhan sistem

doktrinal Islam, sedangkan hadis adalah penjelas (bayan) atas

52 Yusuf Qardhawi, Kaifa Nata'amalu Ma'a as-Sunnah an-Nabawiyah, op.cit., hlm. 21 53 Ibid., hlm. 28 54 Ibid., hlm. 24

Page 24: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

60

prinsip-prinsip al-Qur'an. Logikanya, penjelas tidak boleh

bertentangan dengan yang dijelaskan. Oleh karenanya makna

hadis dan signifikansi kontekstualnya tidak bisa bertentangan

dengan petunjuk al-Qur'an.55

b. Menghimpun hadis yang topik bahasannya sama. Hal ini

dimaksudkan agar makna sebuah hadis dapat ditangkap secara

holistik, tidak parsial. Al-Qardhawi mencontohkan hadis

mengenai keharaman memanjangkan kain hingga ke tanah. Ketika

hadis tersebut dipahami dengan mengkonfirmasikan hadis-hadis

lain yang mempunyai kesamaan topik, maka dapat ditarik makna

yang lebih komprehensif yakni memanjangkan kain hingga ke

tanah itu haram hukumnya jika dimaksudkan sebagai ekspresi

kesombongan seseorang. Jika tidak dalam rangka kesombongan,

maka tidak haram.56

c. Memahami hadis berdasarkan latar belakang kondisi dan

tujuannya. Maksudnya adalah memperhatikan eksistensi hadis-

hadis yang dipelajari sesuai dengan latar belakang khusus atau

kaitannya dengan penyebab tertentu yang tertuang dalam teks

hadis atau tersirat dari maknanya atau terbaca dari kenyataan yang

melahirkan hadis yang bersangkutan.57

55 Ibid., hlm. 93 56 Ibid., hlm. 103-108 57 Ibid., hlm. 108

Page 25: BAB III FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

61

Menurut Yusuf Qardhawi Sunnah Nabi Saw yang disampaikan

kepada manusia ada yang merupakan Sunnah yang sama sekali bukan

sebagai hukum syari'ah, tetapi murni sebagai persoalan dunia yang

pengelolaan dan penanganannya diserahkan kepada akal dan ijtihad

manusia, artinya manusia dianggap lebih mengerti tentang urusan itu.

Ada juga Sunnah yang bukan merupakan hukum syari'ah yang

ditujukan kepada semua manusia di setiap zaman dan tempat,

melainkan dimaksudkan untuk situasi kasuistik pada kondisi tertentu,

yaitu Sunnah yang mencakup perkataan atau perbuatan Nabi Saw

sebagai pemimpin masyarakat dan kepala negara serta pelaksana

politik.58 Pada waktu itu di tangan beliaulah kekuasaan eksekutif.

Demikian juga perkataan dan perbuatan beliau itu ada yang termasuk

kategori keputusan pengadilan dan kapasitas beliau pada saat itu

sebagai hakim.

58 Yusuf Qardhawi, As Sunnah Masdharan li Al Ma'rifah wa Al Hadharah, Kairo : Dar

Asy-Syuruq, 1997, Cet. Pertama, hlm. 92