BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum...

19
43 BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum Kabupaten Rembang Menurut manuskrip yang ditulis oleh Mbah Guru disebutkan bahwa, “.. kira-kira pada Tahun Saka 1336. Terdapat sekelompok orang yang berasal dari Campa Banjarmlati yang terdiri dari delapan keluargayang pandai membuat gula tebu di negaranya”. Kedelapan kepala keluarga tersebut sengaja pindah untuk membuat gula merah yang tidak dapat di patahkan. Mereka berangkat melalui laut menuju ke arah barat hingga mendarat di sekitar sungai yang pinggir kiri dan kanannya tumbuh pohon bakau yang tidak beraturan”. Perpindahan penduduk dari Campa pada saat itu dipimpin Kakek Pow Le Din. Setelah melakukan pendaratan, keesokan harinya kelompok tersebut mengadakan doa dan semedi untuk meminta ijin pembukaan lahan pada Tuhan yang mereka percayai. Kemudian di mulailah proses penebangan pohon bakau oleh pemimpin rombongan, yang kemudian di teruskan oleh anggota kelompok yang lainnya. Tanah lapang hasil dari penebangan hutan bakau tersebut kemudian dikeringkan untuk dijadikan sebagai pekarangan, tegalan, dan rumah. Selanjutnya daerah tersebut menjadi sebuah area perkampungan yang di beri nama Kabongan, mengambil kata dari sebutan pohon bakau, menjadi Ka- bonga-an (Kabongan). Selanjutnya pada suatu hari saat fajar menyingsing di bulan Waisaka,orang-orang akan memulai proses .

Transcript of BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum...

Page 1: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

43

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN

3.1 Sejarah Umum Kabupaten Rembang

Menurut manuskrip yang ditulis oleh Mbah Guru disebutkan bahwa, “..

kira-kira pada Tahun Saka 1336. Terdapat sekelompok orang yang berasal dari

Campa Banjarmlati yang terdiri dari delapan keluargayang pandai membuat gula

tebu di negaranya”. Kedelapan kepala keluarga tersebut sengaja pindah untuk

membuat gula merah yang tidak dapat di patahkan. Mereka berangkat melalui laut

menuju ke arah barat hingga mendarat di sekitar sungai yang pinggir kiri dan

kanannya tumbuh pohon bakau yang tidak beraturan”. Perpindahan penduduk

dari Campa pada saat itu dipimpin Kakek Pow Le Din. Setelah melakukan

pendaratan, keesokan harinya kelompok tersebut mengadakan doa dan semedi

untuk meminta ijin pembukaan lahan pada Tuhan yang mereka percayai.

Kemudian di mulailah proses penebangan pohon bakau oleh pemimpin

rombongan, yang kemudian di teruskan oleh anggota kelompok yang lainnya.

Tanah lapang hasil dari penebangan hutan bakau tersebut kemudian dikeringkan

untuk dijadikan sebagai pekarangan, tegalan, dan rumah. Selanjutnya daerah

tersebut menjadi sebuah area perkampungan yang di beri nama Kabongan,

mengambil kata dari sebutan pohon bakau, menjadi Ka- bonga-an (Kabongan).

Selanjutnya pada suatu hari saat fajar menyingsing di bulan Waisaka,orang-orang

akan memulai proses .

Page 2: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

44

Ngerembang atau upacara untuk memanen hasil tanaman tebu yang

mereka tanam. Nama lengkap dari upacara panen tebu itu adalah “Ngerembang

sakawit”. Pada masa kejayaan Majapahit, Rembang merupakan sebuah wilayah

yang diberi wewenang untuk memerintah wilayahnya secara mandiri. Berdasarkan

sumber tertulis Kerajaan Majapahit, nama Rembang memang telah disebutkan di

dalam Kitab Negara Kertagama pada Pupuh XXI sebagai berikut: “...menuruni

surah melintasi, lari menuju Jaladipa, Talapika, Padali, Amon dan Panggulan

langsung ke Payaman, Tepasana ke arah Kota Rembang sampai di Kemirakan

yang terletak di pantai lautan”.

3.1.2 Letak Geografis Rembang

Kabupaten Rembang terletak di ujung timur laut Propinsi Jawa Tengah

dan dilalui jalan Pantai Utara Jawa (Jalur Pantura), terletak pada garis koordinat

111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′ – 706′ Lintang Selatan. Laut Jawa

terletak disebelah utaranya, secara umum kondisi tanahnya berdataran rendah

dengan ketinggian wilayah maksimum kurang lebih 70 meter di atas permukaan

air laut. Kondisi geologi Kabupaten Rembang yang berbatasan dengan laut Jawa

bagian Utara dan pegunungan bagian timur, yang mana memiliki beberapa macam

kondisi geologi. Dari beberapa macam kondisi geologi tersebut, mempunyai

kandungan mineral yang kaya akan unsur-unsur yang diperlukan untuk

pertumbuhan tanaman. Kandungan yang terbesar adalah jenis Alluvium yang

meliputi luas 45.470.783 ha atau 44,84 % dari luas wilayah Kabupaten Rembang,

kemudian potensi lain adalah miosen fasies sedimen yaitu seluas 32.125.000 ha

atau 31,68 %. Sedangkan bahan galian golongan C yang ada berupa: andesit

Page 3: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

45

(Sedan, Pancur, Kragan, Sluke, dan Lasem), pasir kuarsa (Bulu, Gunem, Sale,

Sarang, Sedan, dan Sluke), kapur (Sumber,Bulu, Gunem, Sale, Sarang, dan

Sedan), trass (Pancur, Kragan, dan Sluke), phospat (Gunem, Sale, dan Pamotan),

ball clay (Bulu, Gunem, Sarang, dan Sedan), batu bara (Gunem dan Sale), serta

gibsum (Gunem, Sarang, Sedan, dan Lasem).

Secara umum daerah KecamatanGunem 15,8% adalah area persawahan

dan sisanya area tanah kering. 4.1.3 Administratif Batas-batas administratif

Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang : ¾ Sebelah Utara : Kecamatan Pamotan

¾ Sebelah Timur : Kecamatan Sale ¾ Sebelah Selatan : Kabupaten Blora ¾

Sebelah Barat : Kecamatan Bulu dan Kecamatan Sulang. Daerah Kecamatan

Gunem Kabupaten Rembang pada umumnya beriklim tropis dengan temperatur

udara rata – rata 280 C dengan temperatur tertinggi sebesar 330 C dan terendah

220 C. Jumlah hari hujan mencapai 153 hari pertahun dengan curah hujan rata –

rata 1500 mm pertahun.

3.1.3: Peta Geografis Kabupaten Rembang

Page 4: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

46

3.1.3 Kondisi Perekonomian

Pendapatan daerah di Kabupaten Rembang selama tahun 2010 sampai

tahun 2016 selalu mengalami peningkatan. Pada Tahun 2010 pendapatan daerah

Kabupaten Rembang sebesar Rp 681.400.800.462,62,-.Pada tahun 2011

meningkat menjadi Rp. 873.464.930.507,62, Pada tahun 2012 mengalami

peningkatan cukup besar yaitu menjadi Rp. 1.017.711.677.635,86. Pada tahun

2013 kembali meningkat menjadi sebesar Rp 1.165.433.076.124,00 Pada tahun

2014 Rp 1.329.587.756.539.27 pendapatan daerah Kabupaten Rembang selalu

mengalami peningkatan hingga tahun 2015 menjadi Rp 1.416.781.811,493,80.

Pada tahun 2016 Rp 1.631.051.992.540.00

3.1.3 Grafik Perkembangan pendapatan daerah selama tahun 2010-

2016

0,00

200000000000,00

400000000000,00

600000000000,00

800000000000,00

1000000000000,00

1200000000000,00

1400000000000,00

1600000000000,00

1800000000000,00

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pendapatan Daerah

Series 1

Page 5: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

47

3.1.4. Potensi Wilayah Penduduk

a. Penduduk

Tahun 2016 jumlah penduduk Kabupaten Rembang sejumlah laki-laki

313.821 dan jumlah perempuan 307.146 total 620.967.Rembang masih menjadi

kabupaten paling miskin se-Pati Raya (Rembang, Blora, Grobogan, Pati, dan

Jepara) dengan angka kemiskinan terkini 19,5 persen, jauh di atas provinsi yang

13,5 persen dan nasional yang 10,96 persen. Data tersebut diungkapkan oleh

Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten

Rembang Hari Susanto pada acara Musrenbang RPJMD 2016-2021 di Lantai IV

Gedung sekertaris daerah (Setda) setempat, baru-baru ini. Sementara dari urutan

lima terbesar persentase kemiskinan, Rembang berada di peringkat 30 dari 35

kabupaten/kota di Jawa Tengah. Begitu pun dari segi tingkat pengangguran,

Kabupaten Rembang, kata Hari, masih mencatat tingkat pengangguran terbuka

cukup lumayan pada angka 5,23 persen.

Pada kesempatan terpisah, Bupati Rembang Abdul Hafidz mengakui,

angka kemiskinan di kabupaten ini masih tinggi, antara lain dilihat dari banyak

rumah tak layak huni sebagai faktor dominan. Tetapi pihaknya menargetkan,

tingkat kemiskinan akan bisa terus ditekan menjadi tinggal 11 persen pada akhir

masa jabatannya atau pada tahun 2021 mendatang. Faktor kemiskinan ini dilihat

dari banyaknya rumah tidak layak huni. Kami konsentrasi merehabilitasi 3.000

rumah tidak layak huni menjadi rumah layak huni. Sejak 2014-2016 kemarin, ada

2.000 orang pengangguran pada kelompok usia produktif 19-24 tahun. Ini yang

akan kita garap, termasuk yang usia di atas 24 tahun.

Page 6: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

48

b. Pendidikan

Bidang pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah

semata namun merupakan tugas dan tanggung jawab seluruh masyarakat, baik

melalui penyelenggaraan pendidikan formal maupun non formal. Sampai dengan

tahu 2016 jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Ketersediaan

fasilitas pendidikan sudah cukup memadai. Yang perlu mendapat perhatian adalah

masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam menyekolahkan anaknya ke

lembaga PAUD, dari jumlah peserta PAUD tahun 2016 sebesar 15.289 anak

sementara jumlah penduduk pada usia 0-4 tahun di Kabupaten Rembang tahun

2016 sebesar 37.355 anak, artinya masih ada 22.066 orang penduduk usia 0- 3

tahun yang yang belum terlayani. APK PAUD 3 – 6 tahun pada tahun 2016

meningkat menjadi 72,36%.Belum tercukupinya kertersediaan lembaga PAUD.

Jumlah lembaga PAUD seharusnya sebanyak 1.245 lembaga untuk melayani

penduduk usia 0 – 3 tahun sebanyak 37.355 orang. Jumlah yang tersedia pada

tahun 2016 sebanyak 850 unit, sehingga masih ada kekurangan sebanyak 395

unit lembaga PAUD.

Belum optimalnya angka capaian APM jenjang pendidikan dasar baik SD

sederajat maupun SMP sederajat, data tahun 2016, APM SD sederajat sebesar

86,90% sedangkan APM SMP sederajat baru 76,50%. Angka tersebut masih

dibawah target MDGs dan juga PUS/EFA (Pendidikan Untuk Semua/Education

for All) sebesar 100%; Masih adanya angka putus sekolah untuk SD dan SMP

sederajat. Angka putus sekolah jenjang pendidikan SD sederajat 0,01% pada

tahun 2015, meskipun angka putus sekolah SD sederajat Kabupaten Rembang

Page 7: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

49

sudah di bawah Angka Putus Sekolah Nasional yaitu 0,15%. Sedangkan angka

putus sekolah SMP sederajat tahun 2015 sebesar 0,19%, angka ini sedikit lebih

baik dari target nasional sebesar 0,22% ; . Angka melanjutkan sekolah belum

optimal. Angka Melanjutkan dari SMP sederajat ke SMA sederajat pada tahun

2015, sebesar 86,24%, kondisi ini dibawah target yang ditetapkan oleh Renstra

Kemendikbud yaitu 90%.

c. Kesehatan

Kesehatan masyarakat Kabupaten Rembang dapat dikatakan sudah cukup

baik, hal ini ditandai dengan keberadaan sarana dan prasarana kesehatan yang

penyebarannya cukup merata di seluruh Kabupaten Rembang Saat ini di

Kabupaten Rembang terdapat 16 Puskesmas, 60 Puskesmas Pembantu dan 16

mobil untuk Puskesmas Keliling. Dari 16 Puskesmas tersebut 9 diantaranya

menyediakan pelayanan rawat inap dengan kapasitas 93 tempat tidur. Untuk RSU

Kabupaten Rembang ada kecenderungan jumlah tempat tidur menurun. Selain itu

terdapat juga 114 pondok bersalin desa dan 1.181 posyandu. Keberadaan posyandu

yang cukup banyak ini dapat dijadikan indikator kepedulian masyarakat terhadap

penanganan kesehatan.

3.2.1 Letak Lokasi Pembangunan

Kecamatan Gunem terletak di ujung selatan Kabupaten Rembang, di

lereng pegunungan Kapur Utara dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Pamotan

Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Sale

Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Blora

Page 8: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

50

Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Sulang dan kecamatan Bulu.

Luas wilayah kecamatan Gunem adalah 80,2 km². 28 km² di antaranya

merupakan hutan yang dikelola oleh Perhutani. Kecamatan Gunem terdiri atas 16

desa yang terbagi ke dalam 32 Rukun Warga (RW) dan 164 Rukun Tetangga

(RT). Dengan jumlah desa ini menjadikan kecamatan Bulu bersama dengan

kecamatan Bulu menjadi kecamatan di Kabupaten Rembang dengan jumlah desa

tersedikit ketiga setelah kecamatan Sluke (14 desa) dan kecamatan Sale (15 desa).

Dalam pemabangunan PT. Semen Indonesia ini lebih tepatnya berada pada Desa

Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang.Topografi Kecamatan

Gunem Kabupaten Rembang yaitu dataran sedang dan pegunungan. Ketinggian

+50m di atas permukan air laut. Secara umum daerah Kecamatan Gunem 15,8%

adalah area persawahan dan sisanya area tanah kering.

Tegaldowo secara administrasi terbagi dalam tujuh padukuhan. Tujuh

dukuh tersebut diantaranya adalah dukuh Dowan, Nglencong, Timbrangan, Ngelu,

Ngablak, Dukoh, dan dukuh Karanganyar.

3.3.2 Fisiografi dan Morfologi

Kawasan karst Rembang berada di Zona Rembang (antiklinorium

Rembang - Madura). Menurut Van Bemmelen (1949) Zona Rembang di bagian

Utara dibatasi oleh Laut Jawa Utara ke arah selatan berhubungan dengan Depresi

Randublatung yang dibatasi oleh Sesar Kujung, ke arah barat berhubungan

dengan Depresi Semarang – Pati memanjang ke arah timur memasuki wilayah

Jawa Timur (Tuban, Lamongan, Gresik), melewati Pulau Madura, hingga ke

Pulau Kangean. Zona Rembang membentang sejajar dengan zona Kendeng,

Page 9: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

51

dipisahkan oleh zona Randublatung. Zona Rembang merupakan zona patahan

antara paparan karbonat di utara (Laut Jawa) dengan cekungan yang lebih dalam

di selatan (zona Kendeng). Litologi penyusunnya campuran antara karbonat laut

dangkal dengan klastika, serta lempung dan napal laut dalam. Morfologi kawasan

Pegunungan Rembang secara umum merupakan komplek perbukitan karst yang

teletak pada struktur perbukitan lipatan. Setelah perlipatan mengalami proses

pelarutan, pada bagian puncak perbukitan karst di permukaan (eksokarst)

ditemukan morfologi bukit-bukit kerucut (conical hills), cekungan-cekungan hasil

pelarutan (dolina), lembah-lembah aliran sungai yang membentuk mulut gua

(sinkhole), mata air dan telaga karst ditemukan pada bagian bawah. Morfologi

bawah permukaan (endokarst) kawasan karst tersebut terbentuk morfologi sistem

perguan dan sungai bawah tanah. Pada bagian Utara dan Selatan batas akhir

batuan kapur / batugamping merupakan dataran. Geologi Stratigrafi kawasan karst

di Rembang menurut Pringgoprawiro (1983) berada di Formasi Ngrayong,

Formasi Paciran, Formasi Wonocolo, Formasi Bulu.

Formasi Ngrayong merupakan anggota formasi Tawun, terdiri dari

batupasir kuarsa, batulempung dan batugamping pasiran disusun oleh alga dan

cangkang binatang laut. Umur dari unit ini Miosen Tengah, pada area N9-N12 .

Formasi Paciran semula oleh Van Bemmelen (1949) disebut sebagai Karren

Limestone. Secara umum penyusunnya terdiri atas batugamping pejal dan

dolomitan, dengan permukaan singkapan-singkapannya mengalami erosi

membentuk apa yang disebut sebagai karren surface. Formasi ini dijumpai hanya

dibagian utara dari Zona Rembang. Pringgoprawiro (1983) menempatkannya pada

Page 10: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

52

Kala Pliosen–Awal Pleistosen, yang secara lateral setara dengan Formasi Mundu

dan Lidah. Namun di beberapa tempat terdapat bukti umur yang menunjukkan

bahwa Formasi Paciran telah berkembang pada saat pembentukan Formasi Ledok

dan Wonocolo. Formasi Bulu tersusun oleh batugamping pasiran yang keras,

berlapis baik, berwarna putih abu-abu, dengan sisipan napal pasiran. Pada

batugampingnya dijumpai banyak foraminifera yang berukuran sangat besar dari

spesies Cycloclypeus (Katacycloclypeus) annulatus berasosiasi dengan fragmen

koral dan alga serta foramnifera kecil. Harsono (1983) menggunakan nama

Formasi Bulu sebagai nama Resmi, dengan memasang lokasi tipe di Sungai

Besek, dekat desa Bulu, Kabupaten Rembang. Pada peta geologi lembar Rembang

formasi ini melampar luas terutama di wilayah Rembang Utara. Satuan ini

menebal ke arah barat, mencapai ketebalan hingga 360 m di sungai Larangan.

Dibagian timur di sungai Besek dekat desa Bulu ketebalannya hanya 80 meter.

Kondisi litologi dan kandungan fosilnya menunjukkan bahwa Formasi ini

diendapkan pada laut dangkal, terbuka pada Kala Miosen Tengah – Awal Miosen

Akhir (N 13 – N 15). Menurut Van Bemmelen (1949), Cekungan Jawa Timur

bagian Utara (North East Java Basin) yaitu Zona Kendeng, Zona Rembang –

Madura, Zona Paparan Laut Jawa (Stable Platform) dan Zona Depresi

Randublatung. Keadaan struktur perlipatan pada Cekungan Jawa Timur bagian

Utara pada umumnya berarah Barat – Timur, sedangkan struktur patahannya

umumnya berarah Timur Laut – Barat Daya dan ada beberapa sesar naik berarah

Timur – Barat. Kondisi struktur geologi ini menyebabkan batugamping penyusun

dasar dari karst di Rembang memiliki banyak rekahan. Rekahan-rekahan ini

Page 11: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

53

merupakan awal terbentuknya gua dan sistemnya di kawasan karst melalui proses

pelarutan geologi.

3.3.2 Speleologi

Gunung Watuputih dan sekitarnya secara fisiografis tergolong dalam tipe

bentang alam karst. Terdapat fenomena alam unik dengan adanya gua-gua alam

dan sungai bawah tanah. Proses karstifikasi di daerah Rembang dimulai sejak

batugamping di daerah ini tersingkap di daratan sampai sekarang. Beberapa gua

masih mengalami proses pelarutan. Proses karst di Rembang masih berlangsung

dapat dilihat dari adanya lorong-lorong gua dan sungai bawah tanah yang masih

aktif. Dijumpai beberapa gua mulutnya terdapat di dasar lembah, seperti pada Gua

Temu di Desa Bitingan, Kecamatan Sale, Rembang. Gua Manuk di Desa Wuni,

Kecamatan Gunem, Rembang. Pada musim hujan mulut-mulut gua tersebut

merupakan jalur sungai periodik yang masuk ke dalam gua dan juga sebagai

sungai utama yang keluar dari dalam gua. Sebaran gua di kawasan karst Rembang

tersebar di Desa Tegaldowo, Desa Suntri, Desa Dowan, Desa Timbrangan, Desa

Pasuncen dan Desa Kajar pada formasi Paciran danNgrayon, mengikuti pola-pola

patahan, rekahan, dan pola perlapisan.

Pola perkembangan lorong-lorong gua dikontrol oleh adanya struktur

geologi yang ditunjukkan dengan kenampakan lorong memanjang terbentuk

akibat pelarutan melalui rekahan-rekahan dan bidang-bidang patahan serta

perkembangan dari pelarutan pada bidang-bidang perlapisan batuan yang

terpengaruh oleh adanya rekahan-rekahan yang mengikuti pola perlapisan batuan.

Sedangkan keberadaan mata air dan sumur banyak tersebar di formasi Paciran

Page 12: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

54

(merupakan Cekungan Air Tanah Watuputih), formasi Ngrayong dan formasi

Wonocolo.

3.3.2 Gambar Peta Penggunaan Lahan

3.3.3 Sumber Mata Air di Daerah Pegunungan Kendeng

Di antara kabupaten / kota di Jawa Tengah yang curah hujannya relatif

jarang adalah Kabupaten Rembang. Curah hujan tahun 1998 hanya 1.570

milimeter ( mm ) dengan 100 hari hujan. Kondisi itu semakin tahun semakin

menyusut. Tahun 2002 curah hujan tercatat 1.037 mm dengan 55 hari hujan.

Sedangkan pada tahun 2008 ini dipastikan curah hujan maupun hari hujan

merosot lagi.Analisis hidrologi membutuhkan masukan data curah hujan yang

diperoleh dari stasiun – stasiun yang berpengaruh pada DAS yang ditinjau. Di

wilayah Kabupaten Rembang ada 4 sungai besar, 3 diantaranya termasuk dalam

Program Pengelolaan Sungai Terpadu ( PPST ). Sungai – sungai besar tersebut

adalah : ¾ Sungai Randugunting, Kec. Sumber ( termasuk dalam PPST ) ¾

Sungai Karanggeneng, Kec. Rembang ( termasuk dalam PPST ) ¾ Sungai

Babagan, Kec. Lasem ( termasuk dalam PPST ) ¾ Sungai Kalipang, Kec. Sarang

Page 13: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

55

Adapun sungai yang di sekitar Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang adalah

Sungai Babagan, Kecamatan Lasem ( termasuk dalam PPST ).

Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan terdapat 109 mata air yang

tersebar di wilayah CAT Watuputih sebagai mata air parenial yang mengalir di

sepanjang musim kemarau dan penghujan (Gambar 4). Dari pengamatan

lapangan, zona jenuh air berada di sekitar Sumber Semen dan Mata air Brubulan

berada pada ketinggian 150 mdpl, sedangkan zona peralihan pada ketinggian lebih

kurang 190 mdpl. Temuan sebaran mata air berada pada zona ketinggian 100 –

350 mdpl tersebar di area CAT Watuputih dan di wilayah yang berada di sebelah

baratdaya, utara dan selatan Pegunungan Watuputih, data ini yang menguatkan

bahwa fungsi Pegunungan Watuputih adalah sebagai kawasan karst, dimana

akuifer air masih berjalan dengan sangat baik, ini ditandai dengan mata air yang

keluar melalui zonazona rekahan pada setiap ketinggian, dan pembentukan sistem

sungai bawah permukaan yang ditemukan dalam Gua Temu menunjukkan bahwa

Pegunungan Watuputih merupakan pegunungan yang mengalami proses

karstifikasi aktif sebagai bagian dari Kawasan Karst Pegunungan Kendeng Utara

yang berfungsi sebagai epikarst penyimpan air yang sangat besar bagi penyuplai

mata air yang ada disekitarnya. Dari sudut pandang hidrogeologi, zona lemah

pada batuan (kekar, rekahan, sesar) merupakan struktur geologi yang sangat

berperan dalam mengontrol sistem hidrogeologi pada daerah yang penyusun

utamanya batugamping. Fluida, dalam hal ini air, memiliki kecenderungan

mengalir melalui zona lemah pada batuan yang secara morfologi ditunjukkan oleh

adanya kelurusan- kelurusan morfologi. Menurut Klimchouk (1997) dalam Adji

Page 14: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

56

(2013), epikarstic zone atau dikenal juga sebagai subcutaneous zone adalah zone

teratas yang tersingkap dari batuan karst yang memiliki permeabilitas dan

porositas karena proses pelebaran celah adalah paling tinggi dibanding lapisan-

lapisan yang lain, sehingga berperan sebagai media penyimpan air yang baik.

Zone ini berkontribusi sebagai penyedia aliran andalan bahkan pada periode

kekeringan yang panjang. Haryono (2001) menyebutkan bahwa permukaan bukit

karst berperan sebagai reservoir utama air di kawasan karst, dan sebaliknya tidak

ada zona untuk menyimpan aliran conduit karena geraknya sangat cepat dan

segera mengalir ke laut. Zona epikarst ini merupakan konsentrasi air hasil

infiltrasi air hujan (Adji, 2013). Berdasarkan peta Hidrogeologi, Akuifer di CAT

Watuputih dikategorikan sebagai akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan,

dan saluran. Akuifer ini diperkirakan mempunyai produktifitas sedang dengan

penyebaran luas. Kelompok akuifer ini merupakan penyusun utama di CAT

Watuputih, berada di bagian tengah daerah penyelidikan. Akuifer ini terbentuk

oleh batugamping Formasi Paciran, yang terdiri dari batugamping pejal dan

batugamping napalan, dengan kelulusan sedang sampai tinggi tergantung derajat

pengkarstan pada batugamping. Dengan sifat-sifat batuan penyusunnya,

produktifitas akuifer pada daerah penyelidikan terdapat setempat dan umunya

berupa akuifer produktif. Aliran air tanah pada sistem akuifer ini melalui zona

celahan dan rekahan. Muka air tanah umumnya dalam dan debit sumur serta

mataair beragam dan umumnya rendah.

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik lndonesia Nomor 26 Tahun

2011 Tentang Penetapan Cekungan Air Tanah, batas horizontal cekungan air

Page 15: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

57

tanah adalah sesuai dengan batas litologi pada Peta Geologi. Sebagaimana telah

dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa, CAT Watuputih adalah CAT

yang hanya terbentuk oleh batugamping yang merupakan litologi utama Formasi

Paciran. Berdasarkan batuan penyusun akuifer pada daerah ini, akuifer ini

mempunyai klasifikasi dan batasan-batasan yang sama dengan akuifer karst.

Akuifer karst dapat digambarkan sebagai sistem yang dibatasi oleh suatu daerah

tangkapan air (catchment area) dengan sistenn aliran melalul kontrol input dan

output (Ford dan Williams, 1989). lnput dalam hubungannya dengan mekanisme

air yang masuk di daerah karst dibagi menjadi dua yaitu autogenic recharge dan

allogenic recharge. Autogenic recharge terjadi pada daerah dengan batuan relatif

homogen berupa batuan karst dan air tertangkap secara langsung dari infilitrasi air

hujan pada daerah tersebut. Allogenic recharge merupakan mekanisme yang

umum terjadi karena kondisi geologi yang bersifat kompleks dan adanya aliran

runoff yang berasal dari daerah bukan karst masuk menuju akuifer karst.

Autogenic recharge pada umumnya bersifat difusi, air masuk melalui celahan

pada singkapan batuan karst, sedangkan allogenic recharge umumnya

terkonsentrasi (mekanisme concentrated point input) melalui sinking streams.

Kedua mekanisme tersebut menghasilkan sifat kimia air tanah dan volume

recharge per unit area yang berbeda. Untuk kontrol output, pada akuifer karst

output-outputnya berupa mata air-mata air yang tersebar di sekitar CAT. Mataair

karst sebagai output dari sistem hidrogeologi karst menggambarkan sistem

pengaliran bawah tanah yang berkembang pada suatu daerah karst. Keberadaan

mataair karst dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya topografi dan struktur

Page 16: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

58

geologi yang mengontrol mataair karst tersebut. Pada sumur gali yang dijumpai di

sekitar daerah penyelidikan, diketahui bahwa di daerah disekitar cekungan juga

terdapat sistem akuifer yang berbeda, yaitu akuifer tidak tertekan dengan

penyusun aluvium muda dengan ketebalan yang cukup tipis. Kualitas air pada

sumur gali ini cukup bagus, hal ini didasarkan pada data hasil pengujian

laboratorium air. parameter fisika dan kimia air dari sampel air mempunyai kadar

nilai dibawah kadar maksimal yang diperbolehkan, hanya nilai kadar tembaga

yang banyak dijumpai pada sumur gali yang mempunyai nilai diatas kadar

maksimal yang diperbolehkan. Berdasarkan uji pemompaan yang dilakukan pada

salah satu sumur gali (SG.6), diketahui bahwa nilai hydraulic conductivity (K)

pada akuifer ini adalah 1,60 x 10-3 m/s. Luas batugamping Formasi Paciran yang

membentuk Gunung watuputih lebih kurang 3020 Ha.

Kawasan CAT Watuputih yang merupakan area imbuhan air sebesar

2555,09681 Ha (hasil perhitungan melalui Sistem Informasi Geografis) yang

menjadi kawasan resapan air terbesar yang menyuplai sumber-mata air yang ada

di sekitar kawasan Pegunungan Watuputih. Dari pengukuran lapangan

berdasarkan data Amdal PT Semen Indonesia (2012), mata air yang terbesar

adalah Sumber Seribu memiliki debit 600 lt/detik terletak di Desa Tahunan di

bagian timur wilayah CAT Watuputih, dan mata air yang terkecil adalah Mata air

Belik Watu memiliki debit 0,02 liter/detik, terletak di Desa Timbrangan di bagian

barat area CAT Watuputih. Berdasarkan jumlah debit yang terukur di lapangan

dari 109 mata air yang ada di kawasan pegunungan karst Watuputih dapat

diperhitungkan estimasi volume air yang dihasilkan oleh mata air dalam satu hari,

Page 17: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

59

bila disimulasikan mata air yang terkecil 0,02 liter/detik dalam 1 hari/24 jam/3600

menit/86400 detik akan menghasilkan air 1728 liter dalam satu hari, mata air

dengan debit terbesar 600 liter/detik dalam 1 hari akan menghasilkan 51.840.000

liter air dimana kurang dari 10% dimanfaatkan langsung untuk kebutuhan

masyarakat dan sisanya terdistribusi ke lahan pertanian. Ini menunjukkan bahwa

air yang dihasilkan dari sumber-mata air yang ada di sekitar kawasan karst CAT

Watuputih melebihi dari kebutuhan dasar masyarakat terhadap.air yang rata-rata

menggunakan 15 – 20 liter/hari/orang, jika nilai ini di valuasi sebagai potensi

ekonomi maka jumlah air yang dihasilkan akan melebihi nilai yang didapat dari

sector pertambangan, yang berpotensi mengurangi bahkan menghilangkan

pasokan dan distribusi air pada sumber-mata air yang ada di sekitar kawasan karst

CAT Watuputih. Sumber Semen yang menjadi sumber utama untuk pemenuhan

kebutuhan air masyarakat di 14 Kecamatan Kabupaten Rembang (Gambar 5),

dengan estimasi memenuhi kebutuhan 607.188 jiwa di 14 kecamatan Kabupaten

Rembang (PDAM, 2013) sebagian besar disuplai dari CAT Watuputih dan

sebagian lagi dari sayap antiklin yang membentang antara Gunung Butak –

Tengger dan sekitarnya maupun dari selatan Desa Tahunan. Mata air di wilayah

CAT ini sebagian besar tersebar di luar wilayah konfigurasi CAT yang telah

ditetapkan oleh Keputusan Presiden. Mata air-mata air banyak dijumpai di bagian

selatan, dan sebagian di bagian timur dan utara Cekungan air tanah. Hanya ada

dua mata air yang secara lokasi berada di wilayah cakupan Cekungan Air Tanah,

yaitu Mata air Sendang Gondang dan Mata air Sendang Ngandong yang berada di

desa Pancuran. Kedua mata air ini mempunyai debit yang tidak terlalu besar, yaitu

Page 18: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

60

kurang dari 1 liter/detik.

3.3.3 Gambar Peta Sumber Mata Air di Daerah Pegunungan Kendeng

3.3.4 Potensi Batu Gamping

Kabupaten Rembang yang berada di perlintasan jalur transportasi darat

antarkota dan antarprovinsi, seharusnya memiliki kesempatan memanfaatkan

sejumlah potensi yang ada, seperti banyaknya batu kapur atau batu gamping yang

ada di rembang dapat mendongkrak perekonomian di daerah rembang yang

beberapa tahun lalu kota ini masih berstatus sebagai daerah tertinggal.Kini

mengalami kemajuan yang cepat dan berhasil lepas dari predikat daerah

tertinggal, bahkan berbagai mega proyek dibangun, di antaranya untuk mencukupi

kebutuhan air telah dibangun embung-embung besar seperi embung lodan,

embung panohan, dan embung-embung kecil lainnya.Kemajuan Rembang

dipastikan masih bisa ditingkatkan, menyusul lokasinya berada di perlintasan

Jalur Pantura Timur serta berbagai mega proyek akan dibangun di kota ini, seperti

pabrik semen dan sebelumnya juga dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(PLTU) Sluke yang akan terkoneksi pada jaringan listrik Pulau Jawa dan Bali dan

akan menghasilkan daya hingga 2.000 megawatt.Selain itu, Rembang juga akan

Page 19: BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELELITIAN 3.1 Sejarah Umum …eprints.umm.ac.id/44262/4/jiptummpp-gdl-nurfitrian-53131-4-babiii.pdf · 111000′ – 111030′ Bujur Timur dan 6030′

61

memiliki Pelabuhan Umum Nasional (PUN) di Desa Sendangmulyo senilai

Rp386 miliar yang proses pembangunannya masih terus berlangsung. Pelabuhan

tersebut, sempat dilakukan uji coba melibatkan satu unit kapal tongkang dengan

kapasitas 3.000 ton untuk mengangkut hasil tambang berupa batu kapur untuk

dikirimkan ke pelabuhan PLTU Tanjung Jati B Jepara. Pelabuhan tersebut,

diyakini akan mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, menyusul

pelabuhan tersebut akan dimanfaatkan untuk masuk-keluar kapal barang berbobot

mati 30-40 gross tonnage.

Kabupaten Rembang yang memiliki luas 101.408 hektare yang terbagi

menjadi 14 kecamatan dan 294 desa, juga memiliki sejumlah potensi galian

tambang seperti, pasir kuarsa, pospat, batu bara, batu gamping, dolomit, kalsit,

andesit, tras, lignit, tanah liat, ball clay, dan gipsum.Sejumlah galian tambang

tersebut biasa digunakan untuk berbagai keperluan industri, seperti pasir kuarsa

biasa digunakan sebagai bahan dasar keramik, gelas / kaca, semen, dan industri

lain (cat, karet, gerinda, logam, dan bata tahan api), demikian pula pospat yang

digunakan oleh industri pupuk dan industri kimia lain seperti detergen dan asam

fosfat.Potensi galian tambang tersebut juga menarik investor untuk mendirikan

pabrik semen di kota ini. Di antaranya, PT Semen Indonesia yang sebelumnya

merupakan PT Semen Gresik.Bahkan, perusahaan tersebut sudah menyiapkan

lahan, sedangkan rencana rencana pembangunan akan dimulai dengan konstruksi

pabrik pada kuartal pertama 2013 sampai kuartal pertama 2016 yang melibatkan

sekitar 3.500 tenaga kerja proyek. “Commissioning” pabrik ditargetkan pada awal

2016, sehingga pengoperasiannya secara penuh ditarget mulai kuartal ketiga 2016.