Bab III Debit

5
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengukuran Debit dengan Metode Thompson Pada pengukuran debit current meter dengan metode Thompson, memiliki alat dengan ciri - ciri: - Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90ᵒ - Digunakan untuk saluran tersier dan kwarter. - Digunakan untuk pengairan di ladang tebu. Sekat ukur ini menggunakan rumus sebagai berikut: Q = 0,0186 h 5/2 Alat yang diperlukan adalah : - Sekat V-notch, dibuat dari pelat logam atau papan (baja,aluminium, dan lain-lain) atau dari kayu lapis. - Penggaris, tongkat ukur atau pita ukur. Dengan Cara Pengukuran - Tempatkan sekat pada aliran yang akan diukur, pada posisi yang baik sehingga sekat betul- betul mendatar atau ”h” pada kedua sisinya adalah sama. - Ukur h dengan penggaris, tongkat ukur dan pita ukur. Keadaan yang diperlukan untuk pengukuran adalah : - Aliran di hulu dan di hilir sekat harus tenang.

description

debit air

Transcript of Bab III Debit

Page 1: Bab III Debit

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengukuran Debit dengan Metode Thompson

Pada pengukuran debit current meter dengan metode Thompson,

memiliki alat dengan ciri - ciri:

- Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90ᵒ

- Digunakan untuk saluran tersier dan kwarter.

- Digunakan untuk pengairan di ladang tebu.

Sekat ukur ini menggunakan rumus sebagai berikut:

Q = 0,0186 h5/2

Alat yang diperlukan adalah :

- Sekat V-notch, dibuat dari pelat logam atau papan (baja,aluminium,

dan lain-lain) atau dari kayu lapis.

- Penggaris, tongkat ukur atau pita ukur.

Dengan Cara Pengukuran

- Tempatkan sekat pada aliran yang akan diukur, pada posisi yang baik

sehingga sekat betul- betul mendatar atau ”h” pada kedua sisinya

adalah sama.

- Ukur h dengan penggaris, tongkat ukur dan pita ukur.

Keadaan yang diperlukan untuk pengukuran adalah :

- Aliran di hulu dan di hilir sekat harus tenang.

- Aliran hanya melalui sekat, tidak ada kebocoran pada bagian atas

atau samping sekat.

- Aliran harus mengalir bebas dari sekat, tidak menempel pada sekat.

Pada metode Thompson sesungguhnya dasar perairan berpengaruh juga

terhadap nilai h karena dasar perairan yang berlumpur dan berbatu membuat

kaki atau dasar papan bercelah,dan beberapa bagian akan terbenam beberapa

centimeter yang mengakibatkan terjadi perubahan nilai h dan pada akhirnya

nilai H pun ikut berubah.

Page 2: Bab III Debit

3.2 Pengukuran Debit dengan Metode Cipoletti

Ciri – ciri alat ukur cipoletti adalah :

Berbentuk trapesium dengan perbandingan 4:1

Banyak digunakan pada saluran yang mempunyai debit besar, contoh

bendungan

Prinsip kerja bangunan ukur Cipoletti di saluran terbuka adalah

menciptakan aliran kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai

minimum sehingga ada hubungan tunggal antara head dengan debit. Dengan

kata lain Q hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya hubungan H

dengan Q dapat dinyatakan dengan:

Q = k . H . n

Alat yang diperlukan adalah :

- Sekat Trapezoidal dimana sisi-sisi dalam sekat itu meruncing, dibuat dari

pelat logam, (baja, alumunium dan lain-lain dari kayu lapis. Sekat ini tetap

dipasang pada lokasi pengukuran atau hanya sementara waktu.

- Penggaris, tongkat ukur atau pita ukur.

Cara Pengukuran adalah :

- Tempatkan sekat pada aliran yang akan diukur, pada posisi yang baik

sehingga sekat betul- betul mendatar atau “h” pada kedua sisinya adalah

sama.

- Ukur “h” dengan penggaris, tongkat ukur atau pita ukur.

Keadaan untuk pengukuran :

- Aliran di hulu dan di hilir sekitar harus tenang.

- Aliran hanya melalui sekat, tidak ada kebocoran pada bagian atas atau

samping sekat.

- Air harus mengalir bebas dari sekat, tidak menempel pada sekat.

Pada pengukuran debit metode Cipoletti sesungguhnya dasar perairan

berpengaruh juga terhadap nilai h karena dasar perairan yang berlumpur

membuat kaki atau dasar papan bercelah akan terbenam beberapa centimeter

yang mengakibatkan terjadi perubahan nilai h dan pada akhirnya nilai H pun

Page 3: Bab III Debit

ikut berubah. Perbedaan bentuk penampang berupa Trapesium

mengakibatkan lebar penampang untuk dilalui oleh debit air juga semakin

membesar, sehingga ketinggian pengukuran yang didapatkan berbeda. Faktor

lainnya seperti naik atau turunnya debit dari hulu, serta keluarnya air dari

jalur sungai ke bagian kanan dan kiri sungai juga dapat berpengaruh terhadap

volume air yang melewati penampang yang menyebabkan perbedaan nilai

ketinggian.

3.3 Pengukuran Salt Dilution

Metode ini dapat diterapkan pada kondisi dimana bentuk tampang

saluran sulit untuk ditentukan atau ketika kecepatan aliran yang terjadi terlalu

besar untuk diukur dengan menggunakan current meter. Pengukuran

dilakukan dengan cara memasukkan (menginjeksi) suatu zat (traceur) yang

dapat bercampur dengan aliran air (biasanya digunakan larutan garam).

Pada uji coba kali ini dilakukan di sungai siwungu, lingkungan

Universitas Diponegoro, percobaan ini menggunakan larutan garam yang akan

diinjeksikan kepada aliran sungai dan dipantau nilai konduktivitasnya. Sesaat

setelah larutan garam diinjeksikan, maka beberapa praktikan akan mengaduk

larutan pada bagian lebih hulu, lalu air dibiarkan mengalir, dengan beberapa

praktikan pengamat telah bersedia untuk mengukur dengan alat konduktivitas

dan mencatat nilai yang ditunjukkan alat tersebut. Pada umumnya uji coba

yang baik akan menunjukkan peningkatan secara bertahap dan turun secara

bertahap pada saat sudah diinjeksikan yang kemudian kembali pada nilai

normal, pada kurva terlihat hal tersebut, namun terdapat poin ke-19 yang

sudah turun, lalu naik kembali pada poin ke-20, hal tersebut dapat diakibatkan

oleh sampah penghalang alat ukur konduktivitas, ataupun pengadukan pada

bagian yang lebih hulu sungai yang kurang tepat. (Hasil uji metode Salt

Dilution tertampil pada bab 2).