BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN TEOLOGI IBNU HAJAR AL...
Transcript of BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN TEOLOGI IBNU HAJAR AL...
35
BAB III
BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN TEOLOGI IBNU HAJAR AL-‘ASQALANI
Dalm bab ini penulis berusaha menjelaskan penafsiran-penafsiran Ibnu Hajar
al-‘Asqalani terhadap hadis-hadis teologi. Namun sebelumnya akan diuraikan latar
belakang dari pendidikan dan aktifitas Ibnu Hajar beserta karya-karyanya. Hal ini
penting untuk dikemukakan mengingat hasil pemikiranya pada dasarnya tidak
terlepas dengan ruang dan waktu yang sedang berlangsung ketika dan dimana Ibnu
Hajar hidup.
A. Riwayat Hidup Ibnu Hajar al-‘Asqalani
1. Biografi Ibnu Hajar
Ibnu Hajar dilahirkan di Cairo pada tanggal 18 Februari 1449 M,
bertepatan pada tanggal 12 Sya’ban 773 H, dari sebuah keluarga yang dikenal
sangat relegius. Nama lengkapnya adalah Syihabuddin Abu Fadl Ahmad bin
Ali bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad (Hajar al-‘Asqalani).1
Adalah seorang ulama hadist, sejarawan dan ahli fiqih madzhab Safi’i.
Adapun julukan al-Asqalani adalah bagian dari tradisi keluarga-keluarga
muslim yang menyebar kemana-mana. Nenek moyangnya mula-mula pindah
ke Iskandariyah dan kemudian ke Cairo. Ayahnya, Nuruddin Ali (w.777
H/1375 M), adalah ulama besar yang selain dikenal sebagai mufti juga dikenal
sebagai penulis sajak-sajak keagamaan. Ibunya, Tujjar, adalah seorang wanita
kaya yang aktif dalam kegiatan perniagaan.
Ibnu Hajar menjadi yatim piatu sejak masa kanak-kanak. Ayahnya
meninggal dunia ketia Ibnu Hajar baru berumur empat tahun, sedangkan
1 al-‘Asqalani, Kitab Tahdzib al-tahdzib,Juz I,(Libanon:Baerut,t.th ),hlm.1,Lihat juga di al-
Shan’any, Subul al-Salam, Juz I, (Libanon , Baerut, t.th), hlm.1, Ensiklopedi Islam, hlm.154.
36
ibunya telah lebih dahulu meninggal. Sepeninggal orang tuanya, Ibnu Hajar
diasuh Zakiuddin Abu Bakar al-Kharrubi, seorang saudagar kaya yang telah
ditunjuk ayahnya sebagai pembimbing utamanya. Kurang lebih 10 tahun
kemudian, pembimbingnya meninggal dunia pada saat Ibnu Hajar berusia 14
tahun.2
2. Pendidikannya
Sebagai anak yang dilahirkan dari sebuah keluarga yang taat
beragama, Ibnu Hajar memperoleh pendidikan mula-mula dari bimbingan
ayahnya sendiri. Pada usia 5 tahun Ibnu Hajar sudah masuk ke sekolah agama,
pada tahun 782 H yakni ketika ia berumur 9 tahun telah mampu hafal al-
Qur’an. Pada tahun 784 H yaitu ketika ia berusia 11 tahun belajar hadist di
Makah al-Mukaramah kepada Syeh Afifuddin al-Naisabury dan belajar hadist
Bukhari kepada Syeh al-Makky, disinilah ia untuk pertama kali berguru
mengenai hadist.3
Dalam usia 23 tahun Ibnu Hajar telah menekuni hadist. Untuk
menekuni studinya ini ia mengadakan perjalanan panjang ke Hedzajaz dan
Yaman pada bulan Syawal 799 H atau Juli 1397 M sampai 801 H/1398 M, di
Palestina dan Suriah. Perjalanan studinya itu berakhir ketika ia kembali dari
Suriah pada tahun 803 H/1400 M. Diceritakan dalam kitab Subul al-Salam
bahwa Ibnu Hajar dalam rangka mengasah hafalan hadistnya ia
menyempatkan waktunya sendiri, diantaranya adalah ia pernah membaca
hadist Sunan Ibnu Majah di empat majlis, Sahih Muslim di empat majlis,
Sahih Bukhari di sepuluh majlis dan Sunan al-Nasa’i sepuluh majlis. Dan
didalam perjalanannya ke Syam ia juga pernah membaca Mu’jam al-Thabrani
al-Saghir selama satu majlis.4
2 Ensiklopedi Islam,Op.Cit., hlm.154.
3 M. Machfuddin Aladip, Terjemah Bulug al-Maram,( Semarang : Toha Putra , 1985 ), hlm.xxvii.
4 Al- Shan’any, Subul al-Salam, Op.Cit., hlm.1.
37
Setelah berhasil menyelesaikan studinya, Ibnu Hajar dalam usianya
yang relatif muda telah diberi otoritas untuk mengajar ilmu hadis, ilmu tafsir
dan fiqih. Kuliahnya tentang ilmu hadis dimulai pada bulan sawal 808 H /
maret 1406 M di Syaikhuniyah. Ia juga memberi kuliah di madrasah Jamaliah
daan juga di Madrasah Mankutimuriyah. Karir Ibnu Hajar berlangsung
sebagaimana ulama besar sebelumnya. Ia menjadi dosen, guru besar,
pimpinan akademi,hakim,mufti,dan khatib.
3. Guru-gurunya
Diantara guru-gurunya terdiri dari guru-guru yang ahli dalam disiplin
ilmu dan berpengetahuan luas serta para tokoh agama terkemuka. Diantaranya
adalah :
a. Al-Burham al-Tanukhi (800 H), sebagai guru ilmu qira’at
b. Al-Zainu al-‘iraqi (805 H), sebagai guru hadis
c. Al-Haitsami (807 H), sebagai guru hafalan matan hadis
d. Al-Siraj al-Bulqini (908 H), sebagai guru hafalan dan ilmu pengetahuan
e. Siraj al-Din Ibnu Mulqin (804 H), sebagai guru jurnalistik
f. Al-Majid al-Syairozi (817 H), sebagai guru bahasa dan ilmu pengetahuan
g. Al-Ghamari (802 H), sebagai guru bahasa Arab
h. Al-Muhib bin Hisyam (799 H), sebagai guru hadist, dan guru-guru lainnya
yang tidak dapat disebutkan.5
4. Karya-karyanya
Ibnu Hajar lebih dikenal dengan nama kakeknya, yaitu al-‘Asqalani,
sehingga kitab-kitab karangannya sering disebut Ibnu Hajar al-‘Asqalani.
sebagai seorang ulama yang produktif masalah keilmuan, Ibnu Hajar memang
5 Tahdzib al-Tahdzib, Op.Cit., hlm.6.
38
telah melahirkan beberapa tulisan. Ia mengarang hampir 150 kitab6 karya-
karyanya meliputi berbagai bidang ilmu, seperti: ilmu al-Qur’an, metodologi
hadis (ushul al-hadis), penjelasan hadis (syarh al-hadis), tahrij hadis, hukum
Islam (kutub fiqih), tokoh-tokoh hadis (rijal al-hadis), kisah-kisah (al-
manaqib), sejarah (al-tarih), dan lain-lain.
Diantara yang terbesar dari karyanya ialah kitab “Fath al-Bari Syarh
Sahih al-Bukhari”7, yang banyak dikaji di pondok pesantren maupun
perguruan tinggi.
Akan tetapi dari beberapa karyanya itu, penulis hanya mendapatkan
sebagian daripada yang dikutip dari kitab tahdzib al-Tahdzib8 diantaranya
adalah:
a. Ulum al-Qur’an :
- Asbab al-nuzul
- Al-itqan fi jam’i ahaadis fadhail al-Qur’an
- Ma waqa’a fi al-Qur’an min ghairi lughati al- Arab
b. Usul al-Hadis
- Nukhbah al-fikr fi musthalah ahl al-asar
- Nuzhah al-nadhr fi taudhih nukhbah al-fikr
c. Sarh al-Hadis
- Fath al-Bary Syarh Sahih al-Bukhari
- Nukt ala Tanqih al-Zarkasi al-Bukhari
d. Takhrijul al-hadis
- al-Istidrak al-Saikhihi al-Iraqi
- Takhrij al-Hadis Muntaha al-Suwali
- Takhrij al-Hadis Azkar al-Nawawi
6 Terjemah Bulug al- Maram, Op.Cit., hlm.xxviii. 7 Ibnu Hajar terkenal karena karya ilmiahnya terutama dalam ilmu hadis,seperti kitab Fath al-
Bari Fi Syarh al- Bukhari (ulasan tentang hadis-hadis riwayat Bukhari ).Karya besar ini menjadi puncak kejayaannya pada tahun 833 H atau 1429 – 1430 M,ketika penguasa timur di wilayah mesirBaribay,untuk memberikan salinan kitab itu.Lihat Ensiklopedi Islam Op.Cit.,hlm.155.
8 Tahdzib al-Tahdzib, Op.Cit., hlm.11-13.
39
- al-Tamyiz fi Takhrij al-Hadis (al-Ghazali)
- al-Dariyah fi Takhrij al-Hadis al-Hidayah
e. Kutub al-Athraf
- Ithaf al-Mahrah
- Annukt al-Dhiraf ala athraf
f. Kutub al-Fiqh
- Bulug al-Maram
g. al-Ma’ajim wa al-Masyakhat
- Tajrid asanid al-Kutub al-Mashuah
- al-Mu’jam al-Mu’assis
h. Kutub al-Rijal
- al-Ishabah fi tamyiz al-Shahabah
- Lisan al-Miyan
- Tahdib al-Tahdib
- Taqrib al-Tahdib
- Ta’jil al-Manfaah birijal al-Aimmah al-Arba’ah
- al-isyar bima’rifah ruwat al-Asar
- Nuzhah al-Albab fi al-Alqab
i. Al-Manaqib
- Tarjamah Ibnu Taimiyah
- Tawali al-Ta’sis bi ma’ali Ibnu Idris
j. Kutub al-Tarikh
- al-Durar al-Kaminah
- al-Anba’ al-ghamr
- Raf’ al-Ishar’ an qudhat misry
40
B. Tinjauan Redaksi Hadis-hadis Teologi
Ada beberapa hadis Nabi Muhammad Saw. Yang menerangkan tentang
akidah Islam dengan redaksi dan sanad yang berbeda-beda pula. Hal ini sebagai
jawaban atas kebutuhan masyarakat Arab pada masa itu. Dimana mayoritas
Masyarakat Arab adalah penyembah berhala, atau dikenal dengan paganisme. Islam
lewat Nabi Muhammad Saw., memberikan ajaran-ajaran tauhid, norma-norma
kehidupan yang benar yang sama sekali berbeda dengan kultur Arab masa itu.
Hadis-hadis tentang teologi yang ada pada kitab Sahih al-Bukhari
ditemukan bab tersendiri yang membahas tentang teologi, yaitu آتاب التوحيد
dan القدر آتاب . dengan demikian penulis sedikit tidak merasa kesulitan dalam
mengumpulkanya.
Setelah hadis-hadis yang terdapat dalam kitab tersebut terkumpul, penulis
mencoba untuk melakukan klasifikasi dan kategorisasi ulang terhadap hadis-hadis
tersebut. Maksud dari pengkategorian ulang adalah untuk memilah-milah manakah
hadis yang lebih tepat untuk dijadikan sebagai hadis utama atau pokok. Hadis yang
dikategorikan sebagai hadis utama adalah hadis-hadis yang apabila dilihat dari segi
matannya relatif eksplisit menggambarkan teologi.
Dalam operasionalnya, hadis-hadis yang penulis kategorikan sebagai hadis
utama atau hadis pokok inilah yang akan penulis jadikan sebagai sample dalam
melakukan pemahaman terhadap hadis-hadis teologi dalam Syarh Fath al-Bary.
Hadis-hadis ini yang menurut hemat penulis, merupakan hadis-hadis yang lebih
representatif sebagai bahan penelitian, meskipun pada kenyataannya hadis-hadis
tentang teologi lainnya juga banyak.
Setelah redaksi hadis-hadis tentang teologi dicantumkan, langkah
selanjutnya adalah melakukan takhrij yang telah dilakukan oleh para ulama,9
9 Mahmud al-Tahhaan , Usul al-Takhrij Wa Dirasaat al-Asaaniid,Terj.Ridwan Nasir,
(Surabaya, Bina Ilmu, 1995 ), hlm. 25-43.
41
demikian halnya dengan nilai hadis-hadis tersebut. Penulis disini tidak akan meneliti
secara ketat segi otentisitas dari sanad-sanad hadis tentang teologi, melainkan cukup
dengan penilaian yang telah dilakukan oleh para ulama.10 Hal ini dikarenakan ketika
sebuah hadis sudah pernah dinilai shahih, hasan atau dhaif oleh salah seorang ulama
hadis, misalnya al-Turmuzi, al-Baihaqi, al-Munziri dan lainnya, maka itu sudah
cukup untuk mengikutinya dan tidak perlu lagi melakukan penelitian ulang lewat
kitab al-Jarh, kitab-kitab al-Ta’dil, maupun kitab-kitab al-Asma’. Walaupun
demikian, penggunaan program CD mausu’ah akan sangat membantu penulis dalam
menelusuri keotentikan sanad-sanad dari hadis-hadis yang bersangkutan.
Penilaian dari tiap-tiap hadis yang disebutkan di bawah nanti secara umum
disebutkaan dengan perkataan ulama ang memuat hadis – hadis tersebut. Abu Dawud
misalnya,beliau memuat 4800 hadis dengan kategori hadis sahih,hadis yang
mendekati hadis sahih dan hadis yang lemah,yang semuanya disebutkan secara
jelas.Adapun hadis yang tidak saya komentari (kata Abu Dawud )maka dia adalah
hadis salih.11
Adapun Imam Muslim dalam muqaddimah-nya menyebutkan tidak semua
hadis yang kuanggap sahih aku letakkan dalam kitab ini,tetapi aku hanya meletakkan
hadis-hadis yang disepakati kesahihanya.12
Berkenaan dengan perkataan Imam Muslim ini,terjadi polemik diantara
para ulama,karena dalam realitanya masih saja ditemukan pendapat yang menyatakan
bahwa tidak semua hadis yang terdapat dalam kitab muslim itu sahih.seolah – olah
apa yang dikatakan oleh Imam Muslim tidak sinkron dengan apa yang terjadi dalam
realita.
Dalam hal ini Ibnu Shalah berpendapat bahwa perkataan muslim di atas
memiliki dua makna,pertamaa : beliau tidak memasukkan dalam kitabnya hadis –
10 Muhammad abd al-Rauf al-Manawi, Faid al- Qadir Syarh al-Jami’ al-Shagir, Jld.VI,
(Baaerut: Dar al-Fikr , 1972 ), hlm.444. Juga Abi Muhammad al- Husain bin Mas’ud al-Baghawi, Syarh al-Sunnah, Juz III, (Baerut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992 ), hlm.196-197.
11 Abu Dawud, Sunan Abu Dawud,juz I (ttp. : Dar al-Fikr tth.), hlm.10-11. 12 Al-Nawawi, Sahih Muslim bi Syarh al-Nawawi, jld.I (Baerut : Dar al-Fikr, 1980 ) hlm.16.
42
hadis yang menurutnya telah memenuhi syarat – syarat sahih yang
disepakati,walaupun terpenuhinya syarat-syarat tersebut pada sebagian hadis tidak
jelas bagi sebagian ulama lain.kedua : beliau tidak memasukkan dalam kitab sahihnya
hadis-hadis yang diperdebatkan oleh ulama siqoh secara keseluruhan yang meliputi
sanad dan matan,tetapi beliau hanya memasukkan hadis yang tidak diperdebatkan
rawi-nya saja.Selanjutnya Ibnu Shalah mengatakan bahwa semua hadis yang
dihukumkan shahih menurut muslim dalam kitabnya dapat dipastikan
keshahihanya.13
Dengan demikian berdasarkan penilaian dan pengakuan para ulama
mengenai beberapa kitab hadis,khususnya al-kutub al-sittah lebih khusus al-Bukhari
yang memuat hadis-hadis tentang teologi dapat dipastikan kesahihanya.
Penilaian tersebut juga didasarkan atas banyaknya periwat dengan jalur
isnad yang berlainan. Artinya semakin banyak orang yang meriwayatkan hadis
tersebut akan semakin tinggi pula nilainya.Hal ini menunjukkan bahwa hadis yang
dimaksuk memiliki nilai yang lebih,dilihat dari segi kekuatanya.14
C. Redaksi Hadis dan Pemikiran Teologi Ibnu Hajar
1. Hadis Tentang Perbuatan-perbuatan Tuhan dan Perbuatan Manusia.
a. Sahih al-Bukhari 15
13 Ibid.,hlm. 19. 14 Ahmad Hasan, Kajian hadis metode takhrij (Jakarta : Pustaka al-Kautsar , 1993), hlm.34.
15 Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih Bukhari, juz IV (Baerut: Dar al-Fikr, 1995), hlm. 355-356. Selanjutnya disebut Sahih al-Bukhari. Dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif disebutkan bahwa perowi hadis ini semuanya siqoh dan hadis ini merupakan hadis Marfu’ Muttasil. Lihat CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif yang dikeluarkan oleh Syirkah al-Baramij al-Islamiyyah al-Dauliyyah terbitan kedua tahun 2000 pada hadis nomer 7002-7004 menurut hitungan al-almiyyah.
43
واللة خلقكم وما تعملون انا آل شئ خلقنا بقدر: باب قول اللة تعالى
إ ن ربكم اللة الذي خلق السموات واالرض في ستة ایام ثم. ویقال للمصورین احيوا ما خلقتم
استوى على العرش یغشى الليل النها ر یطلبه حثيثا والشمس والقمر والنجوم مسخرات بامره
.المر تبارك اللة رب العالميناال له الخلق وا
حدثنا قتيبة بن سعيد حدثنا الليث عن نافع عن القاسم بن محمد عن عائشة رضي الله عنها أن -
لصور یعذبون یوم القيامة ویقال لهم أحيوا رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إن أصحاب هذه ا
ما خلقتم
حدثنا أبو النعمان حدثنا حماد بن زید عن أیوب عن نافع عن ابن عمر رضي الله عنهما قال -
عليه وسلم إن أصحاب هذه الصور یعذبون یوم القيامة ویقال لهم أحيوا ما قال النبي صلى الله
خلقتم
الله حدثنا محمد بن العلاء حدثنا ابن فضيل عن عمارة عن أبي زرعة سمع أبا هریرة رضي-
عنه قال سمعت النبي صلى الله عليه وسلم یقول قال الله عز وجل ومن أظلم ممن ذهب یخلق
آخلقي فليخلقوا ذرة أو ليخلقوا حبة أو شعيرة
Terjemahan Hadis.
Bab firman Allah Ta’ala: Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa
yang kamu perbuat itu; sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran”.
Dikatakan pada pelukis pemahat : “Hidupkanlah apa yang kalian ciptakan”.
Sesungguhnya Tuhan kalian iaalah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam hari, lalu Dia bersemayam diatas arasy.Dia menutupkan
malam kepada siang yang menutupinya dengan cepat,dan (diciptaka-Nya
pula) matahari,bulan,dan bintang-bintang (masing-masing )tunduk kepada
44
perintah-Nya.Ingatlah menciptakan dan meemerintahkan hanyalah hak
Allah.Maha ssuci Allah Tuhan semesta alam.
(al-Bukhari berkata ) telah menceritakan kepada kami qutaibah bin sa’id, dia
berkata telah menceritakan kepada kami al-Laits, dari Nafi’,dari qasim bin
Muhammad, dari ‘Aisah ra. Sesungguhnya Rasulullah Saw.bersabda:
“Sesungguhnya para pelukis (pemahat) itu akan disiksa pada hari kiamat
kelak. Dan dikatakan kepada mereka: “Hidupkanlah apa yang telah kalian
ciptakan”.
(al-Bukhari berkata ) telah menceritakan kepada kami Abu Nu’man, dia
berkata telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid,dari Ayyub,dari
Nafi’, dari Ibnu Umar ra. dia berkata: “Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya
para pelukis (pemahat) itu akan disiksa pada hari kiamat kelak. Dan dikatakan
kepada mereka: “Hidupkanlah apa yang kalian ciptakan”.
(al-Bukhari berkata ) telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-
‘Ala’, dia berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudhail, dari ‘umarah,
dari Abi Zur’ah, dari Abu Hurairah ra., dia berkata: “Aku pernah mendengar
Nabi saw bersabda: “Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung telah
berfirman: “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menciptakan
seperti ciptaan-Ku. Maka hendaklah kalian ciptakan atom (atau hendaknya
kalian ciptakan sebutir biji atau gandum)”.16
16 Ahmad Sunarto dkk., Terjemah Shahih Bukhari, jld.XI ( Semarang : CV. Asysyifa’, 1993), hlm. 632-637.
45
Skema Sanad
نبي
عا ئشة عبد اهللا عبد الرحمن
ابو زرعة نافع القاسم
عمارة ایوب ليث
محمد بن الفضل حماد بن زید قتيبة
محمد بن العالء
بخارى
Keterangan,
Dilihat dari matan ( redaksi ) hadis, hadis yang pertama dan kedua sama,
kecuali pada kalimat ویقال لهم . pada hadis yang pertama riwayat dari ‘Aisyah
dengan menggunakan huruf sambung “ و “, jadi ویقال لهم
dan pada hadis yang kedua riwayat dari Ibnu Umar dengan tanpa menggunakan huruf
. یقال لهم jadi ,“ و “Keterangan tentang perbuatan hamba itu makluk ( diciptakan ), diriwayatkan
dalam tarjamah al-Bukhari Tarikh Bukhara dengan sanad yang Sahih bersambung
sampai pada Muhammad bin Nasar al-Maruzi, lewat jalur periwayatan dari Abi Umar
dan Ahmad bin Nasr al-Naisaburi.
46
Dalam bab diatas Ibnu Hajar mengomentari dalam syarahnya bahwa
perbuatan-perbuatan manusia dan ucapan-ucapannya pada dasarnya adalah hasil
ciptaan Allah. Dalam hal ini Ibnu Hajar sependapat dengan kaum Asy’ariah yang
mengatakan bahwa manusia bukanlah pencipta perbuatannya tetapi Tuhanlah yang
menciptakan perbuatan itu. Karena bila dikatakan bila manusia mampu menciptakan
perbuatannya, maka hal itu berarti sama saja dengan menetapkan adanya pencipta
selain Allah. Untuk memperkuat pendapatnya Ibnu Hajar mengemukakan beberapa
ayat al-Qur’an, إنا آل شئ خلقناه بقدر ( Sesungguhnya Kami telah ciptakan segala
sesuaatu dengan qadar ) فال تجعلوا اهللا أندادا (Maka janganlah kamu jadikan Allah atas
sekutu ).17
Disini Ibnu Hajar menjelaskan dengan adanya dua نفى (ketiadaan), yaitu
menafikan adanya pencipta selain Allah dan menafikan ada sesuatu wujud yang oleh
Allah tidak ciptakan. Maka apabila أفعال (perbuatan-perbuatan) tidak diciptakan oleh
Allah maka Allah hanya menciptakan sebagian sesuatu tidak menciptakan semuanya.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa أفعال (perbuatan-perbuatan) itu lebih banyak
dari pada أعيان (sumber), dan apabila Allah hanya menciptakan أعيان (sumber, pokok)
dan manusia pencipta أفعال (perbuatan-perbuatan), maka perbuatan-perbuatan
manusia itu lebih banyak dari perbuatan Allah. Maka hal ini adalah tidak patut bagi
Allah.18
Lebih lanjut Ibnu Hajar dalam memperkuat pendapatnya ia
mengemukakan pendapat al-Makky bin Abi Thalib dalam kitab fi I’rab al-Qur’an
dalam mengomentari ayat “ واهللا خلقكم و ماتعملون “
Lafal و ماتعملون , artikel “ ما “ menurutnya adalah مصدریه
(makna masdar)19 yakni, وخلق عملكم (dan Allah menciptakan
“perbuatanmu”) artinya semua perbuatan itu diciptakan oleh Allah, manusia tidak
17 Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari, juz XIII, (Baerut: Dar al-
Fikr, 1995), hlm.528. 18 Ibid., hlm. 529. 19 Ibid.
47
mempunyai kuasa. Artikel “ ما “ disini bukan “ موصوليه “ makna (isim mausul)20
sebagai yang dikehendaki oleh kaum Mu’tazilah takdirnya adalah ون و خلق الذي تعمل
(dan Allah menciptakan ‘apa yang kamu buat’), artinya manusia kuasa menciptakan
perbuatannya sendiri.
Dalam hal ini Ibnu Hajar juga mencela seorang yang memahat
sebagaimana dalam hadis yang telah disebutkan di atas dengan penjelasan sebagai
berikut :
والذى یظهر أ ن مناسبة ذآر حدیث المصورین لترجمة هذا الباب من جهة أن من زعم أنه: قلت
یخلق فعل نفسه لو صحت دعواه لما وقع االنكار على هؤالء المصورین فلما آان أمرهم بنفخ
هي على سبيل التهكم واالستهزاء دل الروح فيما صوروه أمر تعجيز ونسبة الخلق اليهم أنما
21. والعلم عنداهللا تعالى,على فساد قول من نسب خلق فعله اليه أستقالال
Artinya,
( Saya berkata ) kiranya sudah jelas, bahwa penyebutan kedua hadis
pemahat dalam penerjemahan bab ini dari sebuah pernyataan “sesungguhnya manusia
dapat menciptakan perbuatanya sendiri “, dan apabila pernyataan itu benar, maka
tiadalah inkar atas kedua hadis tersebut. Dan apabila perkara itu dikembalikan pada
peniupan ruh atas apa yang dipahatya, maka itu merupakan suatu kelemahan dan
penghinaan terhadap mereka ( karena hal tersebut tiada kuasa baginya ), sekaligus ini
menunjukkan rusaknya pendapat orang yang menganggap bahwa manusia dapat
menciptakan perbuatanya sendiri.Dan Allahlah Yang Maha Mengetahui.
20 Maushul dalam ilmu gramatika arab adalah merupakan kata penyambung. Maushul dibagi
dua, yaitu Maushul Mukhtash (Khusus ) danMaushul Musytarak (umum ). Dalam hal ini “ ما “ termasuk maushul musytarak. Lihat, Abdullah bin Malik, Syarh Ibnu ‘Aqil Ala Alfiyyah, (semarang :Toha Putra, tth. ), hlm. 22-23.
21 Fath al-Bari, op.cit., hlm.535.
48
2. Hadis Tentang Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan
a. Sahih al-Bukhari.22
باب فى المشيئة واإلرادة
وال تقولن لشئ إنى فاعل– وما تشاؤن اال ا ن یشاءاهللا –تؤتى الملك من تشاء : وقول اهللا تعالى
. إنك ال تهدى من احببت ولكن اهللا یهدى من یشاء– ذالك غدا إال ان یشاءاهللا
برنا شعيب عن الزهري ح و حدثنا إسماعيل حدثني أخي عبد الحميد عن حدثنا أبو اليمان أخ
سليمان عن محمد بن أبي عتيق عن ابن شهاب عن علي بن حسين أن حسين بن علي عليهما
أن علي بن أبي طالب أخبره أن رسول الله صلى الله عليه وسلم طرقه وفاطمة بنت السلام أخبره
له إنما أنفسنا علي فقلت یا رسول ال رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلة فقال لهم ألا تصلون قال
بيد الله فإذا شاء أن یبعثنا بعثنا فانصرف رسول الله صلى الله عليه وسلم حين قلت ذلك ولم
ل وآان الإنسان أآثر شيء جدلایرجع إلي شيئا ثم سمعته وهو مدبر یضرب فخذه ویقو
Terjemah Hadis
(al-Bukhari berkata ) telah menceritakan kepada kami Abul al-Yaman, dia
berkata telah menceritakan kepada kami Syuaib, dari al-Zuhri.Dan telah
menceritakan kepada kami Ismail, dia berkata telah menceritakan kepada
kami saudaraku Abdul Hamid bin Sulaiman,dari Abi ‘Atiq, dari Ibnu
Syihab,dari Ali bin Husain,Dia berkata telah menceritakan kepada kami
Husain bin Ali ra. Dia berkata telah menceritakan kepada kami Ali bin Abi
22 Sahih al-Bukhari, Juz IV,hlm.336. Dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif disebutkan bahwa perowi hadis ini semuanya siqoh dan hadis ini merupakan hadis Marfu’ Muttasil. Lihat CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif yang dikeluarkan oleh Syirkah al-Baramij al- Islamiyyah al-Dauliyyah terbitan kedua tahun 2000 pada hadis nomer 6911 menurut hitungan al-almiyyah.
49
Thalib,Dia berkata : Aku dan Fatimah,putri Rasulullah Saw. Pada suatu
malam dan bersabda kepada kami berdua : Apakah tidak sebaiknya kamu
mengerjakan shalat?.Aku menjawab: Wahai Rassulullah,sesungguhnya
jiwaku hanyalah ada paada genggaman Allah. Jika Dia menghendaki untuk
membangunkan kami, tentulah Dia akan membangunkan kami. Maka
Rasulullah pergi begitu mendengar ucapan itu dan tidaak kembali kepadaku
barang sebentarpun.Kemudian aku mendengar beliau,ketika berpaling
memukul pahanya seraya membaca aat ini: “Dan manusia adalah makhluk
yang paling banyak membantah”. 23
23 Ahmad Sunarto dkk, Op.Cit., jld., IX, hlm.543-544.
50
Skema sanad
نبى
على بن أبى طالب
حسين بن على
على بن حسين
محمد بن مسلم
محمد بن عبداهللا بن أبى عتيق شعيب
سليمان بن بالل الحكم بن نافع
عبد الحميد
إسماعيل
بخارى
Keterangan,
Menurut al-Daruquthni jalur periwayatan hadis diatas yang diriwayatkan oleh
Ali bin Husen dari Husen bin Ali dari Ali r.a., termasuk أصح األسانيد
( sanadnya paling Sahih ). Dikarenakan diriwayatkan dari seorang anak, bapak, dan
51
kakeknya. Ini juga terjadi pada periwayat Hajjaj bin Abi Mani’ dari kakeknya dari
Zuhri yang dijelaskan dalam tafsir Ibnu Marduwaih.
Hadis diatas tergolong hadis Sahih, Sanadnya Muttasil dan Rawinya Siqah
( dapat dipercaya ).
Hadis di atas menjelaskan keengganan sahabat Ali ra. Dalam menjalankan
shalat malam, karena ia menganggap bahwa dirinya tadak kuasa untuk menjalankan
shalat malam tanpa atas kehendak Allah.Trebukti dengan ucapanya يا رسول اهللا إنما
Wahai Rassulullah,sesungguhnya jiwaku hanyalah ) أنفسنا بيد اهللا فإذا شاء أ ن يبعثنا بعثنا
ada paada genggaman Allah. Jika Dia menghendaki untuk membangunkan kami,
tentulah Dia akan membangunkan kami ).24
Ibnu Hajar dalam syarahnya menjelaskan perkataan Ali sebagai berikut:
25وإن العبد ال یفعل شيأ اال بإرادة اهللا , فيه إثبات المشيئه, إنما أنفسنا بيد اهللا) قوله (
“Kalimat ( sesungguhnya diri kita ada pada genggaman Allah ) pernyataan ini
merupakan penetapan atas kehendak Allah, dan sesungguhnya manusia pada
dasarnya tidak mempunyai kuasa untuk berbuat kecuali atas kehendak Allah.”
Dari pernyataan diatas terlihat, bahwa menurut Ibnu Hajar pada dasarnya
manusia tidak kuasa untuk menentukan kehendak dan perbuatanya, kecuali hanya
sekedar mengikuti kehendak yang telah ditentukan oleh Allah, karena kekuasaan dan
kehendak mutlak hanya hanya pada Allah semata.Untuk memperkuat pendapatnya
Ibnu Hajar menguraikan beberapa ayat Al-qur’an seperti : وما تشاؤن اال أن یشاء اهللا
( Dan kamu tidak menghendaki kecuali Allah menghendaki ). أنك ال تهدى من أحببت
Sesungguhnya kamu tidaklah akan dapat memberi petunjuk ) ولكن اهللا یهدى من یشاء
24 Fath al-Bari, Juz III, hlm.11. 25 Ibid.
52
kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allahlah yang memberi petunjuk kepada orang
yang dikehendaki-Nya ).26
1. Hadis Tentang Taqdir
a. Sahih al-Bukhari. 27
باب وآان أمر اهللا قدرا مقدورا
حدثنا عبدان عن أبي حمزة عن الأعمش عن سعد بن عبيدة عن أبي عبد الرحمن السلمي عن -
لي رضي الله عنه قال آنا جلوسا مع النبي صلى الله عليه وسلم ومعه عود ینكت في الأرض ع
القوم ألا نتكل یا وقال ما منكم من أحد إلا قد آتب مقعده من النار أو من الجنة فقال رجل من
الآیة) فأما من أعطى واتقى ( رسول الله قال لا اعملوا فكل ميسر ثم قرأ
Terjemah Hadis,
( al – Bukhari berkata ) telah bercerita pada kami Abdan,dari Abi hamzah,
dari al – A’mas, dari Sa’d bin Ubaidah, dari Abi Abdul Rahman al-
Salami,dari Ali ra.dia berkata : “Kami duduk bersama Nabi Saw.biliau
membawa sebatang kayu yang ditancapkan di tanah dan bersabda : “ Setiap
seseorang diantara kamu, mesti telah ditetapkan tempat tinggalnya di neraka
ataukah di surga”. Seseorang lelaki bertanya : Tidakkah kami pasrah (kapada
ketetapan Allah ) ?. Beliau menjawab Tidak!. Berusahalah maka masing –
masing orang telah disiapkan untuknya. Kemudian beliau membaca ayat
26 Ibid. 27 Sahih al- Bukhari, Juz IV, hlm.18. Dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif disebutkan
bahwa perowi hadis ini semuanya siqoh dan hadis ini merupakan hadis Marfu’ Muttasil. Lihat CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif yang dikeluarkan oleh Syirkah al-Baramij al-Islamiyyah al-Dauliyyah terbitan kedua tahun 2000 pada hadis nomer 6115 menurut hitungan al-almiyyah.
53
“ FA AMMA MAN A’THA WATTAQA” (Adapun orang yang memberikan
hartanya dan bertaqwa ).28
Skema sanad
نبى
على بن أبى طالب
عبداللة بن حبيب
سعد بن عبيدة
سليمان
محمد بن ميمون
عبداهللا
بخارى
Hadis ini menjelaskan bahwa nasib baik dan buruk termasuk masuk surga
dan neraka itu sudah di tentukan oleh taqdir Allah Swt. Meskipun demikian manusia
tidak boleh hanya pasrah dengan taqdirnya, tetap diwajibkan ikhtiyar
(berusaha ). Kewajiban ikhtayar ( berusaha ) sebagaimana termaktub dalam hadis di
atas sebagai berikaut :
28 Ahmad Sunarto dkk, Op.Cit., jld VII, hlm.502.
54
إعملوا فكل ميسر , ال: أال نتكل یا رسول اهللا ؟ قال
“ Tidakkah kami hanya pasrah ya Rasulullah?, beliau menjawab : Tidak.”
Ibnu Hajar dalam syarahnya menjalaskan :
):ال ( , أال نتكل یا رسول اهللا ؟ اى أال نترك مشقة العمل فإنا سنصير الى ما قدر علينا) قوله (-
29. وهو یسير على من یسره اهللا, اى ال مشقةألن آل أحد مسير لما خلق له
Kalimat “ ( أال نتكل یارسول اهللا ): yakni,tidakkah kita meninggalkan berusaha dan kita
hanya menunggu taqdir dari Allah?,Rasul menjawab: Tidak.yakni,tidak
meninggalkan usaha, karena setiap seseorang dimudahkan atas apa yang
diperbuatnya,dan kemudahan itu diberikan oleh Allah kepada seseorang yang
dikehendaki.
Berdasarkan keterangan diatas, maka dapatlah dikatakan baahwa dalam
pandangan Ibnu Hajar sesungguhnya kebahagiaan dan celaka itu pada dasarnya sudah
ditentukan oleh Allah. Meskipun demikian manusia wajib berusaha untuk
memperoleh suatu tujuan. Dalam pandanganya ia menolak pendapat kaum Jabariah
yang menafikan adanya al-Taisit 30 ( kemudahan / ikhtiyar ) lawan dari al- Jabr
(keterpaksaan ) yakni manusia hanya mengandalkan taqdir, pasrah tanpa berusaha
atau berkarya untuk suatu keberhasilan. Dan secara langsung ia juga tidak setuju
dengan pendapat qadariah, yang menganggap bahwa manusia mampu menciptakan
perbuatanya sendiri.31
29 Fath al-Bari, juz XI, hlm. 497. 30 Ibid. hlm. 498. 31 Ibid.
55
b. Sahih al-Bukhari. 32
باب ما یذآر فى الطا عون
حدثنا عبد الله بن یوسف أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن عبد الحميد بن عبد الرحمن بن زید بن
أن عمر بن د الله بن عباسالخطاب عن عبد الله بن عبد الله بن الحارث بن نوفل عن عب
الخطاب رضي الله عنه خرج إلى الشأم حتى إذا آان بسرغ لقيه أمراء الأجناد أبو عبيدة بن
رض الشأم قال ابن عباس فقال عمر ادع لي الجراح وأصحابه فأخبروه أن الوباء قد وقع بأ
المهاجرین الأولين فدعاهم فاستشارهم وأخبرهم أن الوباء قد وقع بالشأم فاختلفوا فقال بعضهم قد
عنه وقال بعضهم معك بقية الناس وأصحاب رسول الله صلى خرجت لأمر ولا نرى أن ترجع
الله عليه وسلم ولا نرى أن تقدمهم على هذا الوباء فقال ارتفعوا عني ثم قال ادعوا لي الأنصار
ارهم فسلكوا سبيل المهاجرین واختلفوا آاختلافهم فقال ارتفعوا عني ثم قال ادع فدعوتهم فاستش
لي من آان ها هنا من مشيخة قریش من مهاجرة الفتح فدعوتهم فلم یختلف منهم عليه رجلان
فقالوا نرى أن ترجع بالناس ولا تقدمهم على هذا الوباء فنادى عمر في الناس إني مصبح على
غيرك قالها یا أبا ظهر فأصبحوا عليه قال أبو عبيدة بن الجراح أفرارا من قدر الله فقال عمر لو
عبيدة نعم نفر من قدر الله إلى قدر الله أرأیت لو آان لك إبل هبطت وادیا له عدوتان إحداهما
بقدر الله وإن رعيت الجدبة رعيتها بقدر خصبة والأخرى جدبة أليس إن رعيت الخصبة رعيتها
الله قال فجاء عبد الرحمن بن عوف وآان متغيبا في بعض حاجته فقال إن عندي في هذا علما
م یقول إذا سمعتم به بأرض فلا تقدموا عليه وإذا وقع سمعت رسول الله صلى الله عليه وسل
بأرض وأنتم بها فلا تخرجوا فرارا منه قال فحمد الله عمر ثم انصرف
32 Sahih al-Bukhari, Juz IV, hlm.18. Dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif disebutkan
bahwa perowi hadis ini semuanya siqoh dan hadis ini merupakan hadis Marfu’ Muttasil. Lihat CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif yang dikeluarkan oleh Syirkah al-Baramij al-Islamiyyah al-Dauliyyah terbitan kedua tahun 2000 pada hadis nomer 5288 menurut hitungan al-almiyyah.
56
Skema Sanad
نبى
عبدالرحمن بن عوف
عبد اهللا بن عباس
بن عبداهللا بن الحارثعبداهللا
عبدالحميد بن عبدالرحمن
محمد بن مسلم
مالك بن أ نس
عبداهللا بن یوسف
بخارى
Terjemah Hadis.
(al- Bukhari berkata ) telah bercerita pada kami Abdullah bin Yusuf,dia
berkata telah berceruta pada kami Malik,dari Ibnu Syihab,dari Abdul Hamid
bin Abdul Rahman bin Zaid bin al-Khatab,dari Abdullah bin Abdullah bin al
– Haris bin al-Naufal,dari Abdullah bin Abbas, sesungguhnya Umar bin al-
Khattab ra. Suatu hari bepergian ke syam.sesampai di daerah saragh,dia
bertemu dengan sang komandan pasukan Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan
sahabat – sahabatnya.Mereka memberitahukan kepada beliau bahwa negeri
syam sedang dilanda wabah penyakit menular.Umar lalu mengatakan :
57
panggilkan aku orang – orang muhajirin senior untuk aku ajak
bermusyawarah mengenahi wabah penyakit yang sedang melanda syam.
Mereka ternyata berselisih pendapat.sebagian mereka berpendapat supaya
umar tetap terus dan tidak usah pulang.Sementara sebagian yang lain
berpendapat supaya tetap bersama beberapa orang sahabat Rasulullah
Saw.mereka tidak usah meneruskan perjalanan serta menerjang bencana
tersebut.Umar mengatakan : sekarang tinggalkan saja aku, dan panggilkan aku
orang – orang anshar untuk aku ajak bermusyawarah mengenahi masalah
ini.Sebagaimana halnya orang – orang muhajirin, ternyata mereka juga
berselisih pendapat.Umar lalu meminta supaya mereka juga meninggalkanya,
dan meminta supaya dipanggilkan sesepuh Quraisy yang pernah ikut dalam
peristiwa penaklukan kota mekah.ternyata jumlah mereka hanya tinggal dua
oraang saja. Mereka berpendaapat sebaiknya beliau pulang saja bersama
rombonganya dan tidak usah meneruskan perjalanan menerjang wabah
tersebut.Akhirnya Umar menyeru dihadapan orang – orang bahwa dia telah
mengambil keputusan untuk pulang saja dan menganjurkan mereka untuk
tidak perlu meneruskan perjalanan yang membahayakan itu.Mendengar
keputusan tersebut, Abu Ubaidah bin al-Jarrah merasa keberatan : “Anda mau
lari dari takdir Allah ? “. Umar berkata: seandainya bukan anda yang
mengajukan pertanyaan tersebut,wahai abu ubaidah tentu aku jawab : “ Ya,
aku memang lari dari takdir Allah menuju ke takdir Allah.Bagaimana
pendapatmu jika seekor ontamu turun di sebuah lembah yang memiliki dua
sebrang tanah dimana salah satunya subur dan yang lain tandus, bukankah
kalau kamu memilih menggembalakanya di tempat yang subur berarti kamu
menggembalakanya karena takdir Allah?.Demikian pula
sebaliknya.Kemudian datanglah Abdul rahman bin Auf, dimana sebelumya
dia tidak kelihatan karena ada keperluan yang harus dia selesaikan. Dia
berkata : “Sesungghnya dalam masalah ini saya punya ilmu,saya pernah
mendengar Rasulullah Saw. Bersabda: “Apabila kalian mendengar ada suatu
58
negeri yang sedang dilanda suatu bencana maka janganlah kamu
memasukinya,dan apabila kalian sudah terlanjur berada di dalamnya, maka
janganlah kamu keluar daripadanya karena melarikan diri”.Kemudian Umar
memuji pada Allah dan pulang.33
Hadis tersebut menerangkan perjalanan sahabat Umar bin al-Khattab ra.
ke negeri syam karena suatu perintah. Akan tetapi di tengah perjalanan dihadang oleh
sekelompok sahabat yang mengkabarkan bahwa di negeri syam ditimpa suatu
musibah penyakit menular yang mematikan.Hal ini yang menjadikan kebimbangan
sahabat Umar, apakah beliau masih tetap melanjutkan perjalananya ke syam dengan
mengambil resiko dilanda bencana atau pulang dengan selamat tanpa resiko.
Sesuai dengan keterangan hadis bahwa Umar bin Khattab memutuskan
pulang, tidak jadi melanjutkan perjalananya ke syam.Dalam hal ini di protes oleh Abu
Ubaidah,apakah anda mau lari dari takdir Allah? Dan di jawab oleh Umar,Ya,kami
lari dari takdir Allah menuju ke takddir Allah.
Ibnu Hajar dalam menafssirkan perkataan umar tersebut dengan
menggambarkan bahwa umar pada hakekatnya tidak lari dari takdir Allah,melainkan
menyelamatkan diri dari bahaya yang menimpa, dan itu merupakan takdir
Allah.Karena usaha menjauhkan diri dari suatu yang mendatangkan madharat adalah
masyru’ ( diperintah oleh agama ) dan usaha menjerumuskan diri ke jurang kerusakan
adalah mamnu’ ( dilarang oleh agama ).34 Hal semacam itu sesuai dengan dasar al-
Qur’an وال تلقوا بأیدیكم إلى التهلكه ( dan jangan kamu jatuhkan dirimu dalam kerusakan)
33 Ahmad Sunarto dkk., Op.Cit., Jld. VII, hlm. 502. 34 Fath al-Bari, Op.Cit., Juz X, hlm. 186.
59
c. Sahih al-Bukhari. 35
آتا ب القدر
ید بن وهب حدثنا أبو الوليد هشام بن عبد الملك حدثنا شعبة أنبأني سليمان الأعمش قال سمعت ز
عن عبد الله قال حدثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو الصادق المصدوق قال إن أحدآم
ة مثل ذلك ثم یبعث الله ملكا یجمع في بطن أمه أربعين یوما ثم علقة مثل ذلك ثم یكون مضغ
إن أحدآم أو الرجل یعمل بعمل أهل النار حتى فيؤمر بأربع برزقه وأجله وشقي أو سعيد فوالله
ع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة فيدخلها وإن ما یكون بينه وبينها غير باع أو ذرا
الرجل ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما یكون بينه وبينها غير ذراع أو ذراعين فيسبق عليه الكتاب
بعمل أهل النار فيدخلها قال آدم إلا ذراعفيعمل
Terjemah Hadis.
Kitab Ketentuan Allah.
(al – Bukhari berkata ) telah bercerita pada kami Abu al-Walid Hisyam bin
Abdul Abdul Malik,dia berkata telah bercerita pada kami Syu’bah,dia berkata
telah bercerita pada kami Sulaeman al – A’mas,dia berkata telah aku dengar
dari Zaid bin wahab,dari Abdullah,dia berkata telah bercerita pada kami
Rasulullah Saw. Aitu Seorang yang senantiasa benar lagi dibenarkan,bersabda
: “ Sesungguhnya seseorang diantara kamu dikumpulkan diperut ibunya
selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah (selama empat
puluh hari ) itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama ( empat
35 Sahih al-Bukhari, Juz IV, hlm.162. Dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif disebutkan
bahwa perowi hadis ini semuanya siqoh dan hadis ini merupakan hadis Marfu’ Muttasil.Lihat CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif yang dikeluarkan oleh Syirkah al-Baramij al- Islamiyyah al-Dauliyyah terbitan kedua tahun 2000 pada hadis nomer 6105 menurut hitungan al-almiyyah.
60
puluh hari ) itu pula. Kemudian Allah mengutus malaikat, lalu diperintahkan
mencatat empat hal, yaitu : rizkinya, batas waktu kematianya, dan ia adalah
orang yang celaka ataukah bahagia. Demi Allah, seseorang atau seorang laki –
laki di antara kamu mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka, sehingga
tidak ada lagi jarak diantara dia dan neraka, kecuali hanya satu depa atau satu
hasta,lalu ia telah lebih dahulu ditetapkan (sebagai penghuni surga ) dan ia
mengerjakan amal perbuatan penghuni surga, maka akhirnya ia masuk
surga.Dan sesungguhnya ada seorang lelaki mengerjakan amal perbuatan
penghuni surga,sehingga tidak ada lagi jarak di antara dia da surga,kecuali
hanya satu depa atau dua hasta,lalu ia telah lebih dahulu ditetapkan ( sebagai
penghuni neraka ) da ia mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka, maka
akhirnya ia masuk neraka.” 36
Skema Sanad
نبى
عبداهللا بن یوسف
زید بن وهب
سليمان بن مهران
شعبه بن الحجاج
هشام بن عبد الملك
بخارى
36 Sunarto dkk., op.cit., Jld. XIII, hlm. 481-482.
61
Keterangan,
Dalam catatan lain hadis yang diriwayatkan oleh Adam dari Syu’bah
dengan menggunakan lafaz periwayat حدثنا tidak أنبأنا , dalam redaksi أنبأني
dalam hal ini Ibnu Hajar al-‘Asqalani menjelaskan bahwa periwayatan ,األعمش
menurut Syu’bah adalah mempunyai satu makna. Jadi hal ini tidak التحدیث و اإلنباء
ada masalah baginya.
Ketiga Hadis diatas dinilai Sahih, Marfu’ , Muttasil, dan Siqah. Menurut
al-Thabari derajad hadis yang ketiga dinilai Hasan, lewat jalur periwayat Ibnu
Mas’ud. Namun demikian, menurut Jumhur Ulama hadis tersebut tetap berkualitas
Sahih.
Ibnu Hajar dalam syarahnya Fath al - Bari menjelaskan, bahwa setiap
yang wujud itu sudah menjadi catatan dan atas kehendak allah semata.37 Artinya, mati
dan hidup, kebahagiaan dan kesengsaraan,surga dan neraka itu semua sudah takdir.
sampai pada perbuatan manusia yang secara kasat mata merupakan kehendak dan
perbuatan manusia sendiri pada hakekatnya itu tidak akan terjadi kecuali atas
kehendak Allah.Dalam hal ini Ibnu Hajar berkomentar sebagai berikut :
والمعنى أنه یتعارض عمله فى إقتضاء السعادة والمكتوب فى ) فيسبق عليه الكتاب ( قوله
فعبر عن ذالك بالسبق ألن السابق یحصل مراده دون . قق مقتضى المكتوبإقتضاء السقاوة فيتح
38. المسبوق
Kalimat (فيسبق عليه الكتاب ) yakni, hal itu bertentangan dengan amal
perbuatanya yang menampakkan perbuatan-perbuatan ahli surga, akan tetapi
pada tulisanya ia ditetapkan sebagai orang yang celaka (aahli neraka ),maka
hal itu dikenbalikan pada catatanya (الكتاب ). Dari itu bisa diambil ibarat,
37 Fath al-Bari, Juz XI, hlm. 478. 38 Ibid. hlm. 487.
62
bahwa sesuatu yang mendahului (السابق ) akan menyisihkan pada yang
didahului (المسبوق ).
Lebih lanjut Ibnu Hajar memberikan beberapa arti yang terkandung dalam
hadis ini yaitu antara lain: 39
- Sesungguhnya perbuatan baik dan jelek itu merupakan tanda (alamat )
bukan suatu kewajiban .
- Sesungguhnya Allah mengetahui sesuatu yang awal dan akhir dari
kehidupan manusia didalam kebahagiaanya atau kesengsaraanya.
- Secara dhahir kebahagiaan terkadang bisa berubah menjadi kesengsaraan
atau sebaliknya, akan tetapi didalam catatan Allah tidak akan berubah.
- Sesungguhnya setiap dari kebahagiaan atau kesengsaraan terkadang akan
terjadi tanpa dengan perbuatan atau factor usia.
- Anjuran untuk selalu menerima atas takdir Allah ( قناعه ) dan larangan
atas perbuatan yang teledor.
- Anjuran untuk selalu mohon lindung kepada Allah atas su’ul khatimah.
39 Ibid. hlm. 488.