BAB III ASURANSI SYARIAH DAN KONSEP PREMI A. Ruang …repository.uinbanten.ac.id/1475/5/BAB...
Transcript of BAB III ASURANSI SYARIAH DAN KONSEP PREMI A. Ruang …repository.uinbanten.ac.id/1475/5/BAB...
37
BAB III
ASURANSI SYARIAH DAN KONSEP PREMI
A. Ruang Lingkup Asuransi Syariah
1. Sejarah Asuransi Syariah
Istilah asuransi mulai dikenal di Eropa Barat pada
abad pertengahan berupa asuransi kebakaran. Pada abad ke 13
dan 14 mulai dikenal asuransi angkutan Laut. Asuransi jiwa
baru dikenal pada abad ke 19. Pada abad ke 19 ini Ibnu
Abiddin (1784-1836M), seorang ahli hukum Mazhab Hanafi
mendiskusikan ide asuransi dan dasar-dasar hukumnya. Dia
adalah orang pertama yang melihat asuransi sebagai sebuah
lembaga resmi, bukan sebagai praktik adat.1
Pada masyarakat Arab terdapat sistem aqilah yang
merupakan kebijakan sejak masa sebelum Islam. Prinsip
aqilah didasarkan memang pada kejadian tidak disengaja atau
kekeliruan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang
sehingga yang lain atau (aqilah) menanggung kompensasi
terhadap ahli waris korban dan beban kompensasi ini tidak
ditanggung oleh si pembuat kekeliruan.
Sebelum abad ke 14, Asuransi telah dilakukan oleh orang-
orang Arab sebelum datangnya islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Bahkan Nabi sendiri telah melakukan
sistem asuransi ketika berdagang di Mekkah. Suatu ketika
barang dagangannya hilang di padang pasir karena bencana.
1 Moh ma’sum Billah, Kontekstualisasi Takaful dalam…, hlm. 10.
38
Pengelola usaha yang menjadi anggota dana kontribusi
kemudian membayar ganti rugi baik atas barang dagangan,
unta dan kuda yang hilang, dan juga memberikan santunan
kepada korban yang selamat dan keluarga korban yang
hilang. Nabi Muhammad memberikan dana kontribusi
tersebut.
Pada awal abad ke-20, beberapa negara Timur Tengah
dan Afrika telah mencoba mempraktikan asuransi dalam
bentuk takaful, yang kemudian berkembang pesat hingga ke
negara-negara dengan produk non-muslim sekalipun di Eropa
dan Amerika. 2
Di Indonesia wacana pendirian asuransi syariah sudah ada
sejak Asuransi Syariah di Indonesia baru berkembang pada
paruh akhir 1994, yaitu dengan berdirinya Takaful Indonesia
pada 24 Agustus 1994. Dimulai dari seminar nasional dan
studi banding dengan takaful Malaysia, akhirnya berdirilah
PT. Syarikat Takaful Indonesia. Sebagai Hiding Company
pada 24 February 1994.
Asuransi Takaful Indonesia mendapat apresiasi yang
layak dari umat Islam di Indonesia karena Asuransi
merupakan salah satu cara untuk menjaga pengelolaan
keuangan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dan sejak saat
itulah kemudian bermunculan asuransi-asuransi syariah
lainnya.
2 Nopriansah,waldinah,2016, Asuransi Syariah,Yogyakarta, hlm. 6.
39
2. Pengertian Asuransi Syariah
Istilah asuransi berasal dari Bahasa Belanda
‘’assurantie’’, atau assurance/insurance dalam Bahasa
Inggris. Menurut sebagian ahli kata istilah assurantie itu
sendiri sesungguhnya bukanlah istilah asli Bahasa Belanda,
melainkan dari Bahasa latin yang kemudian diserap ke dalam
bahasa Belanda yaitu assecurare yang berarti ‘’meyakinkan
orang’’. Kata ini kemudian diserap ke dalam Bahasa Perancis
sebagai asurance.
Baik kata assurance maupun kata insurance, secara
literal keduanya memiliki arti pertanggungan atau
perlindungan. Menurut Dahlan Siamat, kedua istilah ini
sesungguhnya memiliki pengertian yang berbeda antara satu
sama lain. Insurance mengandung arti menanggung sesuatu
yang mungkin atau tidak mungkin terjadi. Sedangkan
assurance berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi.3
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dipadankan
dengan kata pertanggungan.
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian
dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung dengan suatu premi untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan,
3 Nur Rianto Al Arif, 2015, Pemasaran Strategik Pada Asuransi
Syariah, Bekasi, hlm.1.
40
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin
akan diderita karena suatu peristiwa yang tak tentu.4
Definisi asuransi menurut Undang-Undang Republik
Indonesia no.40 Tahun 2014 dalam Pasal 1 Ayat 1 asuransi
adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi
dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan
premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:5
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau
pemegang polis karena kerugian, kerusakan,biaya
yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis
karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti;
atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada
meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang
didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan
manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Definisi Asuransi menurut Prof.Mark R.Green adalah
suatu lembaga ekonomi yang bertujuan mengurangi resiko,
dengan jalan mengkombinasikan jalan mengkombinasikan
dalam suatu pengelolaan sejumlah objek yang cukup besar
4 Subekti dan Tjitrosudibyo, KUHD dan peraturan kepailitan, cet.26.
Jakarta: PT Pradanya Paramita, 2000. 5 UU RI Tahun 2014 No. 40 Tentang Usaha Perasuransian Pasal 1
Ayat 1
41
jumlahnya, sehingga kegiatan tersebut secara menyeluruh
dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu.
Definisi menurut C. Artur William Jr. dan Richard M.
Henis, mendefinisikan asuransi berdasarkan dua sudut
pandang, definisi tersebut adalah sebagai berikut :6
1. Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian
finansial yang dilakukan oleh seorang penanggung.
2. Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau
lebih orang atau badan pengumpulan dana untuk
menanggulangi kerugian finansial.
Menurut Hermawan Darmawi, ada beberapa sudut
pandang mengenai asuransi, yaitu sudut pandang ekonomi,
sudut pandang hukum, sudut pandang sosial, dan sudut
pandng matematika.7
1. Asuransi dari sudut pandang ekonomi
Asuransi merupakan metode untuk mengurangi resiko
dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan
ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (financial).
2. Asuransi dari sudut pandang hukunm
Asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian)
pertanggungan resiko Antara tertanggung dengan
6 Nur Rianto Al Arif, 2015, Pemasaran Strategik Pada Asuransi
Syariah, Bekasi, hlm.2. 7 Hermawan Dalmawi, Manajemen Asuransi Jakarta : Bumi Aksara,
2001, hlm.2.
42
penanggung, dimana penanggung berjanji akan membayarkan
kerugian yang dialami tertanggung, sedangkan tertanggung
berkewajiban untuk membayar premi yang telah disepakati di
dalam perjanjian.
3. Asuransi dari sudut pandang sosial
Asuransi merupakan organisasi yang menerima
pemindahan risiko dan mengumpulkan dana dari anggota-
anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi
pada masing-masing anggota.
4. Asuransi dari sudut pandang matematika
Asuransi merupakan aplikasi matematika dalam
memperhitungkan biaya dan manfaat pertanggungan resiko,
hukum probabilitas dan teknik statistik untuk mencapai hasil
yang diramalkan.
Sumanto, menerangkan bahwa asuransi pada dasarnya
merupakan konsep pengelolaan resiko dengan cara mengalihkan
risiko yang mungkin timbul dari peristiwa tertentu yang tidak
diharapkan kepada orang lain yang sanggup mengganti kerugian
yang diderita dengan imbalan menerima premi.
Menurut paham ekonomi, asuransi adalah suatu lembaga
keuangan yang dapat menghimpun dana besar, dapat digunakan
untuk membiayai pembangunan, dan bermanfaat bagi masyarakat
khususnya yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi. Asuransi
bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian
43
kerugian keuangan atau financial loss, yang ditimbulkan oleh
peristiwa yang tidak diduga sebelumnya atau fourtuitious event.
Dalam Islam pengertian asuransi syariah adalah suatu
pengaturan pengelolaan resiko yang memenuhi ketentuan syariah,
tolong-menolong secara mutual yang melibatakan peserta
asuransi dan perusahaan asuransi. Dalam Bahasa Arab, asuransi
disebut at-taamin, at-takaful dan tadammun.
1. At-ta’amin
At-ta’amin diambil dari kata amanah yang berarti
perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari
rasa takut.8
2. Takaful
Kata takaful berasal dari takafala-yatakafalu yang
secara etimologis berarti menjamin atau saling
menanggung.
3. Tadamun
Asuransi juga disebut dengan tadamun yang berasal
dari kata damana yang berarti saling menanggung,
bertujuan untuk saling menutup kerugian atas suatu
peristiwa dan musibah yang dialami seseorang.
Dalam ensiklopedia hukum Islam dijelaskan bahwa
asuransi adalah transaksi perjanjian antara dua pihak; diamana
8 Muhammad Syakir Syula. Asuransi Syariah (life dan general)
konsep dan sistem operasional, Jakarta : Gema Insani, 2004, hlm.28.
44
pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang
lain berkewajiban untuk memberikan jaminan sepenuhnya kepada
pembayar yang lain berkewajiban untuk memberikan jaminan
sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang
tidak terduga menimpa pihak pertama (pembayar) sesuai
perjanjian yang dibuat.9
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) dalam fatwanya memberikan definisi asuransi syariah
(Ta’min, takaful atau tadamun) sebagai usaha saling melindungi
dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui
akad (perikatan) yang sesuai syariah.
3. Konsep Dasar Asuransi Syariah
Asal-usul asuransi syariah tumbuh dari praktik yang
dilakukan oleh suku Arab pada masa Rosulullah saw. Yang
disebut dengan aqilah. Aqilah dalam Dictionary of Islam yang
disusun oleh Thomas Patrick menerangkan bahwa jika salah satu
anggota suku terbunuh oleh suku lain, keluarga korban akan
dibayar sejumlah uang darah (diyat) sebagai kompensasi oleh
saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat dari pembunuh
tersebut bisa disebut aqilah sebagai uang darah atas nama
pembunuh.
9 Abdul Latif Dahlan, Eksilopedi Hukum Islam, Jakarta : Ichtiar Baru,
Van Hoeven, 1996, hlm.136.
45
Al-aqilah mengandung pengertian saling memikul dan
bertanggung jawab bagi keluarga. Dalam kasus terbunuhnya
anggota keluarga, ahli waris korban akan mendapatkan uang
darah (diyat) yang dibayarkan oleh anggota keluarga terdekat dari
si pembunuh yang disebut dengan aqilah.
Aqilah mengeluarkan dana secar bergotong royong untuk
membantu keluarga yang terlibat dalam perkara pembunuhan
yang tidak disengaja.10
Dalam literatur arab asuransi dikenal dengan sebutan ‘’at-
takaful’’ dimana secara literal berarti pertanggungan yang
berbalasan atau hal saling menanggung. Selain itu juga disebut
dengan at-ta’min yang berarti tenang dalam arti ketenangan jiwa
dan hilang rasa takut. Menurut Isa Abduh yang dimaksud at-
ta’min, yaitu usaha (ekonomi) yang diperoleh melalui
kesepakatan Antara dua pihak yakni, tertanggung (al-mu’ammin)
untuk kemaslahatan orang lain. Sesuai dengan perjanjian yang
menghendaki adanya penyerahan (penggantian) dana ketika
terjadi risiko yang menimpa tertanggung.
Asuransi syariah (ta’amin, takaful atau tadamun) adalah
usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah
orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau
tabarru yang memberikan pola pengambilan untuk menghadapi
risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
ketentuan syariah.
10
Sumanto,2009, Nur Rianto Al Arif, 2015, Pemasaran Strategik
Pada Asuransi Syariah, Bekasi, hlm.6.
46
Berdasarkan Dewan Syariah Nasional (DSN) dan majelis
ulam Indonesia (MUI), Asuransi syariah adalah sebuah lembaga
usaha yang saling melindungi dan tolong-menolong di antara
sejumlah orang melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Dalam hal ini peserta mendonasikan sebagian atau seluruh
kontribusi/premi yang mereka bayarkan atau seluruh kontribusi/
premi yang mereka bayarkan untuk digunakan pada pembayaran
klaim atas musibah yang dialami oleh sebagian peserta. Sehingga
jika di dalam asuransi konvensional terjadi transfer of risk
(memindahkan risiko) dari peserta ke perusahaan, dalam asuransi
syariah mekanisme pertanggungannya adalah sharing of risk
(berbagi risiko) dari peserta ke perusahaan, dalam asuransi
syariah mekanisme pertanggungannya adalah sharing risk atau
saling menanggung risiko; dimana perusahaan hanya sebagai
pemegang amanah dalam mengelola dan menginvestasikan dana
dari kontribusi peserta, bukan sebagai penanggung. Dalam
perusahaan asuransi syariah, dana tetap merupakan milik dari
peserta asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan
asuransi hanya sebagai wali amanah atas dana yang dititipkan
tersebut.
4. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah
Asuransi syariah harus dibangun dengan pondasi dan
prinsip dasar yang kuat dan kokoh. Diantara prinsip-prinsip
tersebut yaitu:
47
1. Prinsip tauhid
Prinsip tauhid merupakan hal terpenting dalam
melakukan kegiatan ekonomi dan merupakan bagoian
dasar utama dalam pondasi menjalankan syriat Islam.
Dalam asuransi syraiah tentu harus
mengoprasionalkan nilai-nilai ketuhanan sebagaimana
firman Allah SWT dalam surat Al-Hadid : 4
تى يا ك يعكى ا ……
Artinya :
‘’….dan dia selalu bersamamu dimanapun kamu
berada…’’ (Q.S. Al-Hadid : 4)
2. Prinsip keadilan (justice)
Prinsip keadilan dalam menjalankan sistem asuransi
syariah merupakan jalan keburukan dan kepedulian
antara pihak-pihak terkait dengan akad.11
3. Prinsip tolong-menolong (Ta’awun)
Dalam berasuransi tentunya harus didasari kemauan
untuk saling tolong-menolong dan saling
menghormati Antara anggota yang terikat pada akad.
Dalam hal ini ditegaskan firman Allah SWT dalam
surat Al-Maidah : 2
ا انعد ثى ا عه ال ل تعا انتق ا عه انبس تعا ……..
11
Nopriansah,waldinah,2016, Asuransi Syariah,Yogyakarta, hlm.24.
48
Artinya :
‘’Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan peelanggaran.’’ (Q.S. Al-
Maidah : 2).
4. Prinsip Kerjasama
Prinsip kerjasama merupakan prinsip universal yang
selalu ada pada dunia bisnis. Pada asuransi syariah,
prinsip kerjasama dapat berbentuk akad perjanjian,
yaitu mudarabah dan musyarakah.
Mudarabah merupakan kerjasama yang dialakuakan
Antara pemilik modal kepada perusahaan asuransi
(mudharib). Dana yang terkumpul akan diinvestasikan
untuk memperoleh keuntungan (provit) dan
pembagian keuntungan sesuai dengan kesepakatan
antar dua belah pihak. Sedangkan musarakah adalah
kerjasama Antara pemilik modal yang menyerahkan
modalnya untuk diinvestasikan dengan tujuan
memperoleh keuntungan, dimana keuntungan tersebut
nantinya dibagi sesuai dengan kesepakatan awal.12
5. Prinsip Amanah
Prinsip amanah pada prinsip sistem asuransi syariah
berbasis pada akuntabilitas. Dalam hal ini perusahaan
asuransi harus memberi kesempatan yang besar bagi
12
Nopriansah,waldinah,2016, Asuransi Syariah,Yogyakarta, hlm.25.
49
peserta untuk mengakseslaporan keuangan. Prinsip
amanah ini akan melahirkan saling percaya. Untuk itu
setiap perusahaan asuransi syariah wajib memberikan
laporan keuangan yang diterima dari peserta karena
transparasi dari perusahaan ini harus sesuai dengan
prinsip syariah.
6. Prinsip Kerelaan
Prinsip kerelaan dalam asuransi syariah harus
diterapkan pada setiap peserta sehingga tidak ada
paksaan Antara pihak-pihak terkait dalam akad.
Prinsip ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam
surat An-Nisa : 29
تس .…… اض يكى ع
Artinya :
‘’…..kerelaan diantara kamu sekalian…’’ (Q.S. Am-
Nisa : 29)
7. Larangan riba
Dalam setaip transaksi, seseorang muslim tidak
dibenarkan untuk memperkaya diri dengan cara yang
tidak dibenarkan atau secara bathil, sebagaimana
firman Allah SWT surat An-Nisa : 29
تجازة ع تك كى بانباطم ا ا انكى ب ا اي ا ل تؤكه اي ا انر ؤ
ا بكى زح هللا كا فسكى, ا ا ا ل تقته كى, تساض ي
50
Artinya : ‘’Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sungguh Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.’’ (Q.S. An-Nisa :
29)
8. Larangan maisir (judi)
Prinsip larangan maisir atau judi dalam sistem
asuransi syariah untuk menghindari satu pihak yang
untung dan pihak lain yang rugi. Asuransi syariah
harus berpegang teguh menjauhkan diri dari unsur judi
dalam berasuransi dari unsur judi dalam berasuransi
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah : 90
األشنى زجس ي صاب األ سشس ان س ا انخ ا إ اي آاا انر
. نعهكى تفهح فاجتب طا م انش ع
Artinya :
‘’Hai ornag-orang yang beriman, sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk )
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah peruatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. (Q.S. Al-Maidah : 90)
51
9. Larangan gharar (ketidak pastian )
Garar dalam pandangan ekonomi Islam terjadi apabila
dalam suatu kesepakatan/perikatan anatara pihak-
pihak ynag terkait terjadi ketidakpastian dalam jumlah
profit (keuntungan) maupun modal yang dibayarkan.
Selain prinsip-prinsip diatas, baik pada asuransi
syariah maupun asuransi konvensional, dalam praktiknya
akan mempertimbangkan dan berpedoman pada beberapa
prinsip yang mendasari asuransi jiwa:
Selain prinsip-prinsip diatas, baik itu asuransi syariah
maupun asuransi konvensional, dalam praktiknya akan
mempertimbangkan dan berpedoman pada beberapa
prinsip yang mendasari. Menurut Susilo, terdapat
beberapa prinsip asuransi diantaranya yaitu :13
1. Insurable Interest
Pada prinsipnya merupakan hak berdasarkan hukum
untuk mempertanggungjawabkan risiko yang
berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara
hukum antara tertanggung dengan sesuatu yang
dipertanggungkan. Selain itu ada sesuatu yang
dipertanggungkan semata-mata menyangkut
kepentingan yang menimbulkan kerugian keuangan
13
Farodis, Zian. , 2014, Buku Pintar Asuransi, Yogyakarta. hlm.28.
52
tertanggung atas segala sesuatu yang
dipertanggungkan tersebut.
Terdapat bbeberapa kriteria yang perlu dipenuhi agar
suatu objek memenuhi kriteria insurable interest,
yaitu:
a. Kerugian Tidak Dapat Diperkirakan
Risiko yang dapat diasuransikan berkaitan
erat dengan kemungkinan terjadinya kerugian,
dimana kerugian tersebut harus dapat diukur.
Selanjutnya kemungkinan tersebut tidak dapat
diperkirakan kapan terjadinya.
b. Kewajaran
Risiko yang dipertanggungkan dalam
asuransi adalah benda atau harta yang memiliki
nilai material baik bagi penanggungmaupun
tertanggung. Nilai yang dipertanggungkan pun
masih dalam batas kewajaran, tidak dapat
dijadikan objek asuransi misalkan sebuah mobil
keluaran tahun 1970-an dengan nilai
pertanggungan objek asuransi diatas 500 juta. Hal
ini tidak dapat dilakukan karena sudah diluar batas
kewajaran nilai pertanggungannya.
c. Homogenous
Yaitu barang ataupun harta yang
dipertanggungkan harus bersifat sama atau
53
homogenous. Artinya banyaknya barang yang
sejenis berkaitan dengan prinsip bahwa asuransi
menutup sejumlah besar risiko supaya dapat
membayar beberapa kerugian dari yang
dipertanggungkan.
d. Utmost Good Faith
Dalam melkukan konsep kontrak asuransi,
kedua belah pihak dilandasi oleh itikat baik. Pihak
penanggung perlu menjelaskan secara lengkap hak
dan kewajibannya selama masa asuransi. Selain itu,
pada prinsip ini peserta juga harus mengungkapkan
semua fakta materil yang disadari atau paling tidak
diketahui.
Unsur-unsur yang dapat dikategorikan sebagai
pelanggaran yaitu:
a. Non Disclosure
yaitu suatu unsur yang pada dasarnya mengemukakan
bahwa informasi atau fakta yang tidak diungkap
disebabkan oleh unsur ketidaktahuan, atau karena
dianggap bahwa fakta tersebut tidak diperlukan atau
tidak penting.
b. Concealement
Yakni kesengajaan untuk tidak mengungkap atau
menginformasikan suatu fakta materil dengan tujuan
untuk menyembunyikan.
54
c. Fraudulement Misrepresentation
Kesengajaan memberikan gambaran palsu atau yang
tidak sebenarnya atas suatu fakta materil.
d. Inoncent Misrepresentation
Ketidaksengajaan dalam memberikan gambaran atau
informasi yang tidak sebenarnya tentang suatu fakta
materil.
e. Indeminity
Yaitu berarti mengembalikan posisi financial tertanggung
pada saat setelah mengalami kerugian sebagaimana pada
posisi sebelum menuai kerugian yang disebabkan oleh
peristiwa yang diinginkan seiring dengan ketidakpastian
itu sendiri. Dengan demikian, indeminitiy adalah prinsip
ganti rugi oleh pihak penanggun kepada pihak
tertanggung.
f. Proximate cause
Proximate cause merupakan suatu sebab aktif, efisien,
yang memicu terjadinya suatu peristiwa secara berantai
tanpa adanya investasi oleh suatu kekuatan lain, yang
diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru,
serta independen.
Dalam konteks ini nasabah atau tertanggung penting
untuk memahami betul terkait antara hubungan antar
55
risiko yang merupakan bagian yang termasuk dalam atau
yang dijamin oleh polis dengan proximate cause.
Cara menentukan proximate cause atas suatu rangkaian
peristiwa yang terjadi adalah dengan mempertihakan
peristiwa pertama yang menjadi acuan terjadinya suatu
peristiwa berikutnya. Selain itu, menganalisis
kemungkinan kejadian pada perstiwa yang selanjutnya,
hingga pada akhir peristiwa.
g. Subrogation dan Contribution
Prinsip indeminity atau ganti rugi merupakan suatu
konsekuensi logis atas suatu klaim konsekuensi logis
tersebut merupakan prinsip ganti rugi yang terdiri dari
subrogation (subrogasi) dan contribution (kontribusi).
subrogation (subrogasi) pada prinsipnya merupakan hak
penanggung selaku pihak yang telah memberikan ganti
rugi kepada pihak yang telah memberikan ganti rugi
kepada tertanggung, di mana dalam hal ini penanggung
memiliki hak untuk menuntut pihak lain yang
mengakibatkan kepentingan asuransi tersebut mengalami
suatu peristiwa yang diinginkan sehingga mengakibatkan
kerugian. Dengan adanya prinsip semacam ini, maka pada
saat bersamaan, pihak tertanggung tidak memungkinkan
untuk memperoleh biaya ganti rugi melebihi kerugian
yang dialami atau dideritanya
56
prinsip surbogration atau subrogasi ini misalnya dalam
asuransi kendaraan bermotor. Apabila kendaraan
bermotor pihak tertanggung yang sewaktu-waktu dapat
terjadi risiko, maka proses pembayaran ganti rugi dari
peristiwa yang tidak diinginkan tersebut bisa dilakukan
dengan penanggung menggantikan segala bentuk kerugian
atau kerusakan yang dialami oleh pihak tertanggung.
Akan tetapi dalam hal ini , pihak ini pihak tertanggung
sudah tidak memiliki hak untuk meminta ganti rugi
kepada pihak lain.sebaliknya, hak melakukan tuntutan
ganti rugi kepada pihak penabrak oleh pihak penanggung
asuransi maka disebut dengan prinsip subrogasi.
h. Contribution (kontribusi)
Prinsip kontribusi merupakan bagian dari
konsekuensi prinsip indeminity. Dalam prinsip semacam
ini penanggun memiliki hak otoritas guna mengajak
penaggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan
serupa untuk turut adil tidak membayar ganti rugi kepada
pihak tertanggung, meskipun secara jumlah nominal
masing-masing penanggung tidak lantas harus sama. Hal
tersebut tidak bisa terjadi apabila pihak tertanggung, pada
saat bersamaan, mempertanggungkan suatu objek benda
atas suatu risiko yang sama kepada beberapa penanggung
atau pihak perusahaan asuransi.
57
Dalam situasi semacam ini, apabila sewaktu-waktu
terjadi klaim maka masing-masing pihak perusahaan asuransi
yang berperan sebagai penanggung memiliki kewajiban untuk
membayar ganti rugi secara propesional dengan jumlah
nominal sesuai dengan yang ditanggungnya. Dalam konteks
ini terdapat beberapa sebab yang menimbulkan terjadinya
kontribusi, yaitu; adanya dua atau lebil polis indeminity, polis
menutup kepentingan serupa (common interest), polis
menutup asuransi yang serupa, dan masing-masing polis
wajib memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab atas
kerugian tersebut. 14
5. Landasan Hukum Asuransi Syariah
Landasan asuransi syariah adalah hukum praktik
asuransi syariah. Sejak awal asuransi syariah merupakan
bisnis pertanggungan yang didasari nilai-nilai Islam, yaitu
merujuk pada Al-quran dan sunah Rosulullah SAW. Untuk
itu landasan yang digunakan pada asuransi syariah tidak jauh
berbeda dari metodologi yang digunakan oleh ahli hukum
Islam karena merujuk pada syariat Islam.
Landasan asuransi yang digunakan dalam asuransi
syariah terdiri dari landasan asuransi Islam dan asuransi
yuridis (hukum). Landasan operasional asuransi syariah pada
dasarnya ada dua macam, yaitu:
14
Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam:
Tinjauan Teoritis dan Praktis, Jakarta: Kencana, 2013, hlm. 158-159.
58
a. Sumber textual atau sumber tertulis yang disebut
nushush.
b. Sumber non-textual atau sumber tak tertulis yang
disebut ghair al-nushush seperti istishan dan qiyas.
Landasan diatas digunakan untuk melegalisasi
praktik bisnis asuransi, yang terdiri dari Al-Quran, sunah
Nabi, Piagam Mandinah dan Ijtihad.
1. Al-Quran
Al-quran tidak mennyebutkan secara tegas tentang
praktik hukum asuransi. Di dalam Al-Quran tidak ada
satupun disebutkan istilah asuransi, baik itu at-taamin,
atau at-takaful. Walaupun Al-quran tidak
menyebutkan secara tegas tentang asuransi, tetapi
ayat-ayat dalam Al-Quran menjelaskan tentang
konsep asuransi dan mempunyai muatan-muatan nilai
dasar berasuransi, sepertikerjasama, tolong menolong,
atau untuk menghilangkan kesukaran sesama manusia.
Diantara ayat-ayat Al-Quran yang mengandung nilai-
nilai dasar untuk praktik asuransi diantarannya yaitu:
a. Perintah untuk saling tolong menolong.
1. Terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 2
, ا انعد ثى ا عه ال ل تعا انتق ا عه انبس تعا
هللا ا هللا ا د انعقاب انتق شد
59
Artinya:
‘’dan tolong menolonglah kamu dalam
mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya.’’
2. Surat Al-Baqarah ayat 185
د بكى انعسس ل س د هللا بكى انسس …… س
Artinya:
‘’…Allah akan menghendaki kemudahan
bagimu dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu….’’
b. Perintah untuk selalu bertawakal dan
berusaha
1. Terdapat didalam surat At-
Taghabun ayat 11
هللا بت ال بإذ يص …… يآ اصاب ي
Artinya:
‘’ tidak ada suatu musibah pun
yang menimpa seseorang kecuali
dengan ijin Allah …’’
60
c. Peintah untuk mempersiapkan hari esok
1. Terdapat di dalam surat Al-Hasyr ayat 18
ا يت نغد, آ ظس فس يا قد انت ا اتقا هللا اي انر
ه ا تع س ب هللا خب انتقا هللا, ا
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap dari memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat) ; dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Alla
maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.’’
2. Sunnah Nabi SAW
a. Hadis tentang anjuran menghilangkan kesulitan
seseorang
ل هللا سة قال قال زس س أب ع ي ي فس ع سهى ي صه هللا عه
سس ي و انقايت كسب ا فس هللا ع كسبت ي كسب اند كسبت ي
األخسة. ا ف اند عه يعسس سس هللا عه
Artinya :
‘’ Diriwayakan Oleh Abu Hurairah ra. Nabi Muhammad
SAW bersabda; barang siapa menghilangkan kesulitan
61
duniawainya seorang mukmin, maka Allah SWT akan
menghilangkan kesulitannya di hari kiamat. Barang siapa
mempermudah kesulitan orang, maka Allah SWT akan
mempermudah urusannya di dunia dan di akhirat.’’
b. Hadis tentang menghindari risiko
ة قس أب سة ب غ حدثا ان د انقطا سع ثا ح ب حد عه س ب ثا ع حد
دس يؤنك ق انس عت اس ب كم قال س أت ل هللا أعقها ل قال زجم ازس
كم أت أطهقا أ
Artinya :
‘’Abu Hafsh Amr bin Ali menceritakan kepada kami,
Yahya bin Said Al Qaththan menceritakan kepada kami,
Mughirah bin Abu Qurrah As-Sadusi menceritakan
kepada kami. Dai berkata, ‘’aku mendengar Anas bin
malik berkata, ada seorang pria berkata, ‘wahai
Rosulullah! sebaliknya aku ikatkan unta ini kemudian aku
bertawakal, atau aku lepaskan saja lalu aku bertawakal?’’
Beliau menjawab Ikatlah (unta itu) dan bertakwalah!’’
Hadis ini menganjurkan kita untuk sekuat tenaga mencoba
menghindari risiko yang membawa kerugian, baik itu
kerugian materi maupun kerugian yang berkaitan
langsung dengan hidup manusia (jiwa).
62
c. Hadis tentang perjanjian
ب ثا انحس عبد هللا حد س ب ثا كث حد عايس انعقد ثا أب انخالل حد عه
س ع ب ل هللا صه هللا عه زس أ جد ع أب ع ص ف ان ع ب
سه ان هح جائص ب سهى قال انص أحم حسايا و حالل أ إل صهحا حس
أحم حسايا و حالل أ ى إل شسطا حس ط عه شس سه ان
Artinya :
‘’Hasan bin Ali Al Kallal menceritakan kepada kami, Abu
Amir Al Aqadi menceritaan kepada kami. Katsir bin
Abdullah bin Amr bin Auf Al muzani menceritakan
kepada kami dari bapaknya, dari kakeknya bahwa
Rosulullah SAW bersabda : perdamaian Antara kaum
muslim adalah boleh, kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram. Kaum muslim harus melaksanakan syarat yang
mereka tetapkan. Kecuali syarat yang mengharamkan
yang halal atau menghalalkan yang haram.
Dalam asuransi, akad yang disepakati Antara anggota
dengan pengelola asuransi harus berdasarkan syarat-syarat
yang telah mereka tetapkan bersamaan dan sesuai dengan
syariat islam.15
3. Piagam Madinah
Rosulullah SAW mengundangkan sebuah peraturan
yang terdapat dalam piagam madina, sebuah konstitusi
15
Nopriansah,waldinah,2016, Asuransi Syariah,Yogyakarta, hlm.38.
63
pertama yang memperhatikan keselamayan hidup para
tawanan yang tinggal di negara itu. Adpun piagam tersebut
berbunyi:
‘’Dengan nama Allah yag maha pengasih dan maha
penyayang.ini adalah dari Muhammad NAbi SAW,
dkalangan mukmin dan muslim yang berasal dari Quraisy
dan Yastrib, dan orang yang mengikuti mereka,
memnggabungkan diri dan berjuang bersama mereka.
Sesungguhnya mereka suatu umat, lain dari (komunitas)
manusia lain. Kaum muhajirin dari Quraisy sesuai keadaan
(kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diyat
diantara mereka dan mereka membayar tebusan tawanan
dengan cara yang adil diantara mukminin. Bani’Auf sesuai
dengan adat istiadat mereka, harus membayar uang tebusan
darah yang bisa mereka bayar saat mereka dalam kekafiran,
dan setiap keluarga harus membayar uang tebusan dengan
baik dan adil diantara orang-orang beriman. Demikian juga
Bani Sai’dah, Bani Al-Hanits, Bani Jusyam, dan Bani An-
Najjar. Demikianlah juga Bani Amr-bin Auf; Bani An-Nabit,
dan Bani Al-Aus.
Segenap mukmin tidak boleh melalaikan tanggung
jawab untuk memberi sumbangan bagi setiap mukmin yang
harus membayar uang tebusan atau iuran darah dengan cara
yang baik dan adil. Seorang mukmin tidak boleh menjadi
64
sekutu untuk menghadapi mukmin lainnya. Segenap mukmin
yang bertakwa harus menentang setiap orang yang berbuat
salah, melanggar ketertiban, melakukan penipuan,
permusuhan, atau pengacauan di kalangan masyarakat
mukmin. Tangan setiap mukmin harus menentang setiap
orang yang bersalah, sekalipun anaknya sendiri. Seorang
mukmin tidak boleh membunuh mukmin lainnya untuk
kepentingan seorang non-mukmin, tidak baik pula seorang
muukmin membantu seorang mukmin untuk melawan
seorang mukmin lainnya. Perlindungan Tuhan adalah satu:
paling sedikit dari mereka (kaum mukmin) bisa memberikan
perlindungan kepada seorang asing atas nama mereka.
Segenaap mukmin adalah kawan satu sama lain dengan
mengesampingkan gangguan manusia. Orang yahudi yang
mengikuti kita berhak mendapat bantuan dan persamaan hak.
Ia tidak boleh disalahkan, juga musuh-musuhnya tidak boleh
dibantu. Perdamaian dari kaum tidak dapat dibagi (satu).
Tidak boleh membuat perjanjian damai ketika orang-orang
mukmin sedang berperan di jalan Allah. Syarat-syarat
haruslah atas dasar persamaan dan adil bagi semua orang.
Dalam setiap penyerangan, setiap penunggang harus
membawa penyokongnya. Segenap mungkin harus
memberikan pembelaan atas tiap darah yang tertumpah di
jalan Allah. Setiap mukmin yang bertakwa harus berpegang
pada petunjuk yang terbaik dan paling kuat. Perlindungan
65
orang musyrik terhadap harta atau jiwa orang Quraish tidak
diakui, juga tidak boleh baginya campur tangan terhadap
kerugian seorang mukmin tanpa alasan yang benar ia harus
dihukum bunuh, kecuali kalau wali (keluarga yang
berkehendak) dari pihak terbunuh yang bersedia menerima
ganti rugi (uang darah), dan segenap mukmin harus berani
mengutuk kegiatan itu, dan mereka dialarang mengambil
tindakan (menghukum) terhadapnya.
Tindakan dibenarkan bagi setiap mukmin yang
berpegang pada piagam ini, dan percaya kepada Allah akan
hari akhir untuk membantu orang-orang yang salah, atau
memberi tempat tinggal kepadanya. Jika ia melakukannya
maka kutukan dan murka Tuhan dihari kiamat nanti akan
menimpanya, dan tidak diterima segala penyesalan serta
persaksiannya. Apabila timbul perbedaan diantara kalian
dalam suatu persoalan, maka kembalikanlah
penyelesaiiannya kepada (hukum) Tuhan dan (Keputusan)
Muhammad.
Dalam piagam ini dijelaskan tentang peraturan
bersam Antara orang Quraish yang berhijrah dengan suku-
suku yang tinggal di madinah untuk saling melindungi dan
hidup bersama dalam kerjasama dan tolong-menolong.16
Piagam madinah merupakan salah satu landasan
hukum sebagai praktik berasuransi, karena piagam madinah
16
Ahmad sukarja,1996, Piagam Madinah dan Udang-Undang Dasar
1945, Jakarta : UI-Press, , hlm 121.
66
memuat ketentuan bahwa kaum mukmin tidak boleh
membiarkan kaum mukmin lain dalam keadaan kesulitan.
4. Ijtihad
Adapun Ijtihad dalam landasan hukum asuransi
syariah dapat berupa fatwa sahabat, ijma, qiyas, dan ihtisan.
1. Fatwa sahabat
Praktik sahabat berkenaan dengan pembayaran hukuman
(ganti rugi) pernah dilakukan oleh khalifah Umar bin
Khattab. Beliau berkata: ‘’orang-orang tercantum dalam
diwan (daftar) tersebut berhak menerima bantuan dari satu
sama lain dan harus menyumbang untuk pembayaran
ganti rugi atas pembunuhan tidak disengaja.17
2. Ijma
Para sahaba telah melakukan itiqaf (kesepakatan) dalam
hal aqilah yang dilakukan oleh Ummar bin Khatab
kesepakatan ini tampak dari tidak adanya sahabat lain
yang menentang kesepakatan aqilah ini. Tidak adanya
sahabat yang menentang apa yang dialkukan oleh Umar
menunjukkan bahwa telah terdapat ijma di kalangan
sahabat tentang persolan ini.
3. Qiyas
Dalam kitab Fathul Bari disebutkan dengan datangnya
islam, sistem aqilah diterima Rosulullah SAW sebagai
bagian dari hukum islam. Ide pokok aqilah adalah suku
17
Mohd Ma’sum Billah, Konstektuali Atakful dalam…., hlm.7.
67
Arab zaman dahulu harus siap untuk melakukan
kontribusi finansial atas nama si pembunuh untuk
membayar ahli waris korban. Kesiapan kontribusi
finansial ini sama halnya dengan praktik pembayaran
premi dalam asuransi syariah. Jadi dapat diqiyaskan.
Antara dua sistem yang ada pada asuransi syariah
memiliki fungsi yang sama dalam aqilah sehingga tidak
ada pertentangan pada masa Rosulullah tentang Aqilah.
4. Ihtisan
Ihtisan adalah cara menentukan hukum dengan jalan
menyimppang dari ketentuan yang sudah ada demi
keadilan dan kepentingan sosial. Dalam pandangan ahli
hukum ushul fiqih, memandang sesuatu itu baik.
Kebiasaan aqilah di kalangan arab kuno terletak pada
penggantian balas dendam berdarah yang bisa saja terjadi
lagi. Aqilah mampu memenuhi unsur kebajikan dalam
kehidupan sosial.
Menurut Muslehudin, ada beberapa alasan penting
mengapa aqilah digunakan sebagai landasan hukum
asuransi syariah yaitu:18
1. Aqilah merupakan tanggung jawab kolektif untuk
membayar ganti rugi.
18
Nopriansah, waldinah. 2016, Asuransi Syariah, Yogyakarta,
hlm.43.
68
2. Mengurangi beban anggota perorangan jika
diharuskan membayar ganti rugi sehingga tidak hanya
satu orang yang dibebani.
3. Mempertahankan sepenuhnya kesatuan dan kerjasama
para naggota yang tidak lain untuk saling membantu.
6. Produk Asuransi Syariah
Produk-produk Asuransi syariah terdiri dari berbagai jenis
produk diantaranya:19
1. Santunan kematian
Santunan berdasarkan pembayaran premi yang disepakati
pada saat akad terhadap keluarga apabila kepala
keluarganya meninggal dunia, agar keluarga yang
ditinggalkan tersebut tidak mengalami kesulitan hidup
karena tidak memiliki penghasilan.
2. Santunan sakit kritis
Santunan berdasarkan pembayaran premi yang disepakati
pada saat akad apabila terjadi sakit kritis yang apabila
peserta mengalami salah satu sakit dari 33 jenis penyakit
kritis.
3. Jaminan tabungan
Santunan berdasarkan tabungan perbulan sesuai dengan
akad yang disepakati pada saat penandatanganan surat
pengajuan asuransi jiwa
19
Susyanti, Jeni. 2016, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah,
Malang, Empat Dua. hlm. 186.
69
4. Asuransi haji
Adala asuransi yang diperuntukkan untuk memberika
perlindungan jaminan asuransi kepada Jemaah atau
petugas haji apabila meninggal dunia secara murni
(natural death), atau meninggal dunia kerena cacat tetap
total atau cacat tetap sebagian dalam masa asuransi.
Santunan yang diberikan yaitu sesuai dengan kesepakatan
di awal akad.
5. Jaminan income
Jaminan income perbulan berdasarkan pembayaran premi
yang telah disepakati pada saat akad jika peserta
mengalami salah satu dari 33 penyakit kritis.
6. Jaminan cacat tetap total
Santunan berdasarkan pembayaran premi yang telah
disepakati pada awal akad jika peserta mengalami cacat
tetap total.
7. Jaminan rawat inap
Jaminan rawat inap di seluruh rumah sakit dengan
penggantian biaya berdasarkan pembayaran premi yang
telah disepakati pada saat akad terhadap biaya rawat inap.
8. Tabungan pensiun
Peserta akan menerima uang pensiun pada saat usia 55
atau 60 65 atau 70 tahun berdasarkan pembayaran premi
yang telah disepakati di awal akad, bergantung dengan
usia di awal masuk asuransi.
70
9. Tabungan pendidikan
Tabungan pendidikan senilai puluhan hingga ratusan juta
untuk anak-anak yang akan melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi berdasarkan premi yang
disepakati di awal akad.
10. Tabungan haji
Perencanaan biaya perjalanan haji dapat dilakukan dengan
melalui tabungan haji, berdasarkan pembayaran premi
yang telah disepakati pada saat akad.