Bab III Askep Otitis
-
Upload
dewi-puspitasari -
Category
Documents
-
view
31 -
download
1
Transcript of Bab III Askep Otitis
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS EKSTERNA
3.1 Pengkajian
A. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien merasakan nyeri pada liang telinga, nyeri pada saat pinna dan tragus bergerak, perasaan tida enak pada telinga, telinga terasa tersumbat, pendengaran berkurang, ketika membersihkan telinga keluar cairan berbau busuk
b.Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan, sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien dan keluarganya ; apakah klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini, apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang, apakah klien sering mengorek-ngorek telinga dengan jepit rambut atau cutton buds sehingga terjadi trauma, apakah klien sering berenang, apakah klien pernah mengalami trauma terbuka pada liang telinga akibat terkena benturan sebelumnya
d.Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan apakah keluarga pernah menderita penyakit DM.
B Pemeriksaan Fisik
1. Teknik yang digunakan adalah secara inspeksi dan palpasi , posisi klien duduk atau tidur dengan posisi supinasi
2. Jika klien menggunakan alat bantu mendengar sebaiknya selama pemeriksaan dilepas dulu
3. Setelah pemeriksaan dengan otoscope , perawat melihat apakah alat bantu dengar utuh
4. Pemeriksaan telinga mencakup
a. Telinga luar mastoid
Infeksi tulang mastoid adakah kemerahan, bengkak menunjukan tanda radang
Palpasi untuk mengkaji adanya tenderness, yang menandakan proses inflamasi pada telinga luar
b. Pinna
Kaji adanya bengkak , nodul atau lesi
c. Kanalis akustikus eksternal
Kaji adanya furuncle , akumulasi seumen yang berlebihan , kemerahan , bengkak , keluaran cairan yang berlebihan , observasi panjang kanalis
5. Pengkajian fungsi pendengaran
Pemeriksaan ini berguna untuk mengkaji terhadap ketajaman pendengaran klien yang meliputi tes bicara , tes arloji , tes garputala , dan audiometri
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes laboratorium, pemeriksaan kultur dan sensitifitas antibiotik.
2. Tesaudiometrik,memperlihatkan dan mendokumentasikan jumlah kehilangan pendengaran dan gangguan pada telinga luar.
3. CT-Scan tulang tengkorak. Dengan kriteria hasil : mastoid terlihat kabur dan ada kerusakan tulang.
4. Scan Galium-67 . Dengan kriteria hasil : terlihat focus infeksi akut yang akan kembali normal dengan resolusi infeksi
D. Terapi
Farmakologi:
1.Topikal
Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium infiltrat diberikan salep ikhtiol atau antibiotik dalam bentuk salep seperti polymixinB atau basitrasin.
Pada otitis eksterna difus dengan memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Pilihan antibiotika yang dipakai adalah campuran polimiksin B, neomisin,hidrokortison dan anestesi topikal.
Pada otomikosis dilakukan pembersihan liang telinga dari plak jamur dilanjutkan dengan mencuci liang telinga dengan larutan asam asetat 2% dalam alkohol 70% setiap hari selama 2 minggu. Irigasi ringan ini harus diikuti dengan pengeringan. Tetes telinga siap beli dapat digunakan seperti asetat-nonakueous 2% dan mkresilasetat
2. Oral sistemik Antibiotika sistemik diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat. Analgetik paracetamol atau ibuprofen dapat diberikan. Pengobatan herpes zoster otikus sesuai dengan tatalaksana Herpes Zoster. 3. Bila otitis eksterna sudah terjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanah.
3.2 Analisa Data
No
Data Fokus
Problem
Etiologi
1
DS :
klien mengatakan merasakan nyeri pada liang telinga dan pada daun telinga terutama bila digerakan serta perasaan tidak enak pada telinga
DO :
Posisi untuk menahan nyeri
Tingkah laku berhati-hati
Gangguan tidur
Tingkah laku distraksi,
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Invasi bakteri, virus, jamur
Proses peradangan
Menghasilkan mediator kimia (bradikinin, serotonin, histamin)
Merangsang reseptor nyeri
Nyeri dipersepsikan
Agen zat kimia (bradikinin,serotonin)
2
3
DS :
Klien mengatakan telinga terasa tersumbat, pendengaran berkurang
DO
Berubahnya pola prilaku
Berubahnya fungsi pendengaran
Gagal penyesuaian
Distorsi pendengaran
Pengintegrasian pendengaran yang terganggu
Peradangan pada telinga luar
Edema stratum korneum
Penyumbatan liang telinga
Hantaran suara udara menurun
Gangguan persepsi sensori
Perubahan fungsi organ
3
DS :
Ketidakcukupan pengetahuan pasen untuk menghindari paparan patogen
DO :
Prosedur Infasif
Trauma
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan patogen
Agen farmasi (imunosupresan)
Malnutrisi
Ketidakadekuatan imum buatan
Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)
Penyakit kronik
Peradangan kronis pada telinga luar
Peningkatan produksi cairan
Akumulasi cairan mukus dan serosa
Media tumbuh bakteri
Resiko penyebaran infeksi
Aspek kronis penyakit
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubung dengan agen zat kimia (bradikinin, serotonin, histamin)
2. Gangguan Persepsi sensori berhubung denga penurunan fungsi organ
3. Resiko penyebaran infeksi b/d penurunan system imun, aspek kronis penyakit.
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
1
Nyeri akut b.d Agen zat kimia (bradikinin,serotonin)
NOC :
Pain level
Pain control
Comfort level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien tidak mengalami nyeri dengan kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan )
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri skala dan intensitas,frekuensi dan tanda nyeri.
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal.
NIC :
1. lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi,karakteristik,durasi dan frekuensi,kualitas dan faktor prepitasi.
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Ajarkan teknik non farmakologi dengan nafas dalam,distraksi dan relaksasi
4. Berikan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri
5. Berikan informasi tentang nyeri
6. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik.
2
Gangguan persepsi pendengaran b.d penurunan fungsi organ
NOC :
Kognitive orientation
Comunicative reseceptive ability
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,gagguan persepsi sensori dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Mampu menunjukan pemahaman / sinyal respon
NIC :
1. Berbicara dengan sura yang jelas
2. Mendengarkan dengan baik
3. Menggunakan kalimat atau bahasa yang mudah dimengerti
4. Berdiri dihadapan klien saat berbicara
3
Resiko penyebaran infeksi b/d penurunan system imun, aspek kronis penyakit.
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien tidak mengalami nyeri dengan kriteria hasil :
1. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
2 .Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi jumlah leukosit dalam batas normal
3. Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
9. Tingktkan intake nutrisi
10. Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
11. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
12. Monitor kerentanan terhadap infeksi
13. Batasi pengunjung
14. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
15. Pertahankan teknik isolasi k/p
16. Berikan perawatan kuliat pada area epidema
17. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
18. . Dorong masukkan nutrisi yang cukup
19. Dorong masukan cairan
20. Dorong istirahat
21. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
22. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
23. Ajarkan cara menghindari infeksi
24. Laporkan kecurigaan infeksi
17