Bab III Analisa Karakter Fasade Bangunan III.1 Kerangka ... Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk,...
Transcript of Bab III Analisa Karakter Fasade Bangunan III.1 Kerangka ... Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk,...
Bab III Analisa Karakter Fasade Bangunan
III.1 Kerangka Analisa Karakter Fasade Bangunan
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka dilakukan beberapa analisa,
yaitu :
1. Analisa fungsi bangunan
Analisa fungsi bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jalan
mana saja yang didominasi oleh fungsi hunian / rumah tinggal dan fungsi
lainnya. Dengan demikian, dapat diketahui jalan-jalan objek penelitian di
kawasan perumahan Tjitaroem Plein yang berpotensi untuk diteliti lebih lanjut
dengan tujuan untuk memperkecil lingkup penelitian.
2. Analisa jarak bebas bangunan
Jarak bebas merupakan salah satu unsur pembentuk karakter fasade bangunan.
Oleh karena itu, analisa jarak bebas bangunan perlu dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui keberadaan jarak bebas bangunan yang dimiliki oleh objek
penelitian, yaitu : Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy,
Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. Analisa jarak bebas bangunan dilakukan dengan
menggambarkan site / tapak.
3. Analisa pola dan proporsi massa bangunan
Pola dan proporsi massa bangunan merupakan salah satu unsur pembentuk
karakter fasade bangunan. Oleh karena itu, analisa pola dan proporsi massa
bangunan perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pola dan proporsi
massa bangunan objek penelitian, yaitu : Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara,
Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. Analisa pola dan proporsi massa
bangunan dilakukan dengan membuat tabel data pola dan proporsi massa
bangunan objek penelitian di Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara,
Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan.
32
4. Analisa visual bangunan
Analisa visual dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan
ornamen yang dimiliki oleh bangunan objek penelitian, yaitu : Jl.Cilaki,
Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan). Analisa
visual bangunan dilakukan dengan membuat tabel data ornamen bangunan
objek penelitian di Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy,
Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan.
5. Analisa bukaan bangunan
Analisa bukaan bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proporsi
badan bangunan dan keberadaan bukaan bangunan objek penelitian. Dalam hal
ini, analisa bukaan bangunan dilakukan dengan membuat tabel data bukaan
bangunan objek penelitian khusus di Jl.Cisangkuy.
6. Analisa fasade bangunan
Analisa fasade bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakter
fasade bangunan objek penelitian. Analisa fasade bangunan dilakukan dengan
menerapkan teori-teori pendukung penelitian dalam analisa, yaitu Teori
Penataan Fasade Bangunan yang dikemukakan oleh Ian Bentley, Teori
Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh Matthew Carmona dan Teori
Pendekatan dalam Menelusuri Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh
Yoshinobu Ashihara. Sama seperti analisa bukaan bangunan, analisa fasade
bangunan juga hanya dilakukan terhadap bangunan-bangunan rumah tinggal
kolonial yang terletak jalan di Jl.Cisangkuy.
Keenam analisa tersebut dilakukan terhadap objek yang jumlahnya
berbeda-beda. Analisa fungsi bangunan dilakukan terhadap 19 jalan, yaitu :
Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung,
Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan,
Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying
Selatan dan Jl.Taman Cibeunying Utara. Adanya penyempitan lingkup objek
33
penelitian dari 19 jalan menjadi enam jalan dilakukan dengan tujuan agar
penelitian dapat lebih fokus. Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy,
Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan dipilih karena letaknya yang berdekatan dan berada
pada area yang didominasi oleh fungsi bangunan rumah tinggal. Hal ini dilakukan
pada analisa jarak bebas bangunan, analisa visual bangunan serta analisa pola dan
proporsi bangunan. Selain itu, adanya penyempitan lingkup objek penelitian dari
enam jalan menjadi satu jalan dilakukan dengan tujuan karena aspek yang diteliti
dianggap cukup diwakili oleh satu jalan saja. Hal ini dilakukan pada analisa
bukaan bangunan dan analisa fasade bangunan.
Jl.Cisangkuy dipilih karena memiliki prosentase bangunan yang bukan
rumah tinggal terkecil tetapi memiliki prosentase bangunan dengan fungsi ganda
terbesar. Untuk lebih jelasnya, lihat Tabel III.3 (Prosentase Fungsi Bangunan
Objek Penelitian). Selain itu, bentuknya yang linear / lurus dapat memudahkan
penggambaran ulang tampak jalan secara keseluruhan. Berdasarkan alasan
tersebut, maka Jl.Cisangkuy dianggap layak dipilih sebagai contoh jalan objek
penelitian. Berikut ini diagram pemahaman objek penelitian, yaitu :
Error!
19 6 1
Keterangan : 19 (Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying Selatan, Jl.Taman Cibeunying Utara) 6 (Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan) 1 (Jl.Cisangkuy)
Gambar III.1 Diagram Pemahaman Objek Penelitian
Sumber : Analisa Pribadi
34
Berikut ini tabel pemahaman objek penelitian yang menunjukkan adanya
penyempitan objek penelitian, yaitu :
Tabel III.1 Tabel Pemahaman Objek Penelitian
No. Nama Jalan Analisa
Fungsi
Analisa
Jarak Bebas
Analisa
Pola dan
Proporsi
Analisa
Visual
Analisa
Bukaan
Analisa
Fasade
Alur Tahap Analisa
1. Jl.Cisangkuy √ √ √ √ √ √ 2. Jl.Cilaki √ √ √ √
3. Jl.Cimanuk √ √ √ √
4. Jl.Cipunagara √ √ √ √
5. Jl.Citarum √ √ √ √
6. Jl.Ciwulan √ √ √ √
7. Jl.Bahureksa √
8. Jl.Banda √
9. Jl.Brantas √
10. Jl.Cihapit √
11. Jl.Cilamaya √
12. Jl.Ciliwung √
13. Jl.Cimandiri √
14. Jl.Progo √
15. Jl.Serayu √
16. Jl.Tirtayasa √
17. Jl.Taman
Cibeunying √
18. Jl.Taman
Cibeunying
Selatan
√
19. Jl.Taman
Cibeunying
Utara
√
Jumlah 19 6 6 6 1 1
Sumber : Analisa Pribadi
35
III.2 Analisa Fungsi Bangunan
Analisa fungsi bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jalan
mana saja yang didominasi oleh fungsi hunian (rumah tinggal) dan fungsi lainnya.
Dengan demikian, dapat diketahui jalan-jalan objek penelitian di kawasan
perumahan Tjitaroem Plein yang berpotensi untuk diteliti lebih lanjut. Analisa
fungsi bangunan dilakukan dengan menggunakan statistika (kuantitas), yaitu
dengan menghitung jumlah bangunan rumah tinggal, bangunan bukan rumah
tinggal dan bangunan dengan fungsi ganda. Setelah itu, hasil perhitungan dibuat
dalam bentuk peta blok berskala dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman.
Analisa fungsi bangunan dilakukan terhadap bangunan-bangunan yang terletak di
seluruh kawasan perumahan Tjitaroem Plein, untuk kemudian dipilih kembali
beberapa jalan yang berpotensi untuk diteliti lebih lanjut. Analisa fungsi bangunan
meliputi 19 jalan, yaitu : Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki,
Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy,
Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman Cibeunying,
Jl.Taman Cibeunying Selatan dan Jl.Taman Cibeunying Utara. Berikut ini
merupakan peta fungsi bangunan objek penelitian, yaitu :
U
Gambar III.2 Peta Fungsi Bangunan Objek Penelitian Sumber : Analisa Pribadi Data Dinas Tata Kota Bandung
36
Berdasarkan hasil survey dan peta tersebut, didapat beberapa data dalam
bentuk tabel, yaitu :
Tabel III.2 Prosentase Jumlah Rumah Tinggal Objek Penelitian
No. Nama Jalan Jumlah Rumah Tinggal Jumlah Total Prosentase
1. Jl.Bahureksa 20 26 76,92 %
2. Jl.Banda 3 13 23,07 %
3. Jl.Brantas 31 31 100 %
4. Jl.Cihapit 10 10 100 %
5. Jl.Cilaki 35 52 67,3%
6. Jl.Cilamaya 5 6 83,33 %
7. Jl.Ciliwung 11 20 55 %
8. Jl.Cimandiri 7 15 46,66 %
9. Jl.Cimanuk 37 42 88,09 %
10. Jl.Cipunagara 38 41 92,68 %
11. Jl.Cisangkuy 25 34 73,52 %
12. Jl.Citarum 26 37 70,27 %
13. Jl.Ciwulan 27 28 96,42 %
14. Jl.Progo 28 39 71,79 %
15. Jl.Serayu 8 9 88,88 %
16. Jl.Tirtayasa 32 45 71,11 %
17. Jl.Taman Cibeunying 6 7 85,71 %
18. Jl.Taman Cibeunying
Selatan
17 24 70,83 %
19. Jl.Taman Cibeunying
Utara
9 11 81,81 %
Total 375 490 76,53 %
Keterangan : - Huruf tebal = objek penelitian
- Jl.Banda dan Jl.Cihapit hanya diambil sebagian dengan alasan tidak semuanya termasuk kawasan perumahan Tjitaroem Plein
Sumber : Analisa Pribadi
Tabel ini menunjukkan tingkat kepadatan bangunan rumah tinggal di
kawasan perumahan Tjitaroem Plein. Berdasarkan tabel tersebut, didapat hasil
sebagai berikut :
37
1. Jalan objek penelitian yang memiliki prosentase bangunan rumah tinggal
terbesar adalah Jl.Brantas (sebanyak 31 dari 31 unit atau sebesar 100%) dan
Jl.Cihapit (sebanyak 10 dari 10 unit atau sebesar 100%), prosentase terkecil
dimiliki oleh Jl.Banda (sebanyak 3 unit dari 13 unit atau sebesar 23,07%);
2. Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan
memiliki prosentase bangunan rumah tinggal diatas 50% (lebih dari separuh
jumlah keseluruhan), sehingga dapat memperkuat alasan kelayakannya untuk
diteliti lebih lanjut (sebagai objek penelitian).
Tabel III.3 Prosentase Fungsi Bangunan Objek Penelitian
Fungsi Bangunan No. Nama Jalan
Rumah Tinggal Bukan Rumah
Tinggal
Bangunan
Berfungsi Ganda
1. Jl.Cilaki 35 (67,3%) 11 (21,15%) 6 (11,53%)
2. Jl.Cimanuk 37 (88,09%) 4 (9,52%) 1 (2,38%)
3. Jl.Cipunagara 38 (92,68%) 2 (4,87%) 1 (2,43%)
4. Jl.Cisangkuy 25 (73,52%) 0 (0%) 9 (26,47%)
5. Jl.Citarum 26 (70,27%) 10 (27,02%) 1 (2,7%)
6. Jl.Ciwulan 27 (96,42%) 0 (0%) 1 (3,57%)
Total 188 27 19
Sumber : Analisa Pribadi
Tabel ini menunjukkan tingkat kepadatan jumlah bangunan rumah tinggal,
bangunan bukan rumah tinggal dan bangunan berfungsi ganda di masing-masing
jalan objek penelitian, yang juga bertujuan untuk mempermudah penentuan
contoh jalan objek penelitian. Berdasarkan tabel tersebut, didapat hasil sebagai
berikut :
1. Jalan objek penelitian yang memiliki prosentase bangunan rumah tinggal
terbesar adalah Jl.Ciwulan (sebanyak 27 dari 28 unit atau sebesar 96,42%),
prosentase terkecil dimiliki oleh Jl.Cilaki (sebanyak 35 unit dari 52 unit atau
sebesar 67,3%);
2. jalan objek penelitian yang memiliki prosentase bangunan yang bukan rumah
tinggal terbesar adalah Jl.Citarum (sebanyak 10 dari 37 unit atau sebesar
38
27,02%), prosentase terkecil dimiliki oleh Jl.Cisangkuy (sebanyak 0 unit dari
34 unit atau sebesar 0%) dan Jl.Ciwulan (sebanyak 0 unit dari 28 unit atau
sebesar 0%);
3. jalan objek penelitian yang memiliki prosentase bangunan dengan fungsi
ganda terbesar adalah Jl.Cisangkuy (sebanyak 9 dari 34 unit atau sebesar
26,47%), prosentase terkecil dimiliki oleh Jl.Cimanuk (sebanyak 1 unit dari 42
unit atau sebesar 2,38%).
Berdasarkan analisa tersebut, dapat diketahui bahwa Jl.Cisangkuy layak
dipilih sebagai perwakilan jalan objek penelitian, karena memiliki prosentase
bangunan yang bukan rumah tinggal terkecil tetapi memiliki prosentase bangunan
dengan fungsi ganda terbesar.
III.3 Analisa Jarak Bebas Bangunan
Analisa jarak bebas bangunan dilakukan dengan menggambarkan site /
tapak. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan jarak bebas
bangunan yang dimiliki oleh objek penelitian. Jarak bebas terdiri dari jarak bebas
depan, jarak bebas belakang, jarak bebas samping kiri dan jarak bebas samping
kanan tapak. Analisa jarak bebas bangunan dilengkapi dengan dimensi / ukuran
yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman dan penentuan pola dan
proporsi bangunan.
Analisa jarak bebas bangunan dilakukan terhadap bangunan-bangunan
rumah tinggal kolonial yang terletak di beberapa jalan di kawasan perumahan
Tjitaroem Plein yang dianggap layak sebagai jalan objek penelitian. Analisa jarak
bebas bangunan meliputi 6 jalan, yaitu : Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara,
Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. Berikut ini analisa jarak bebas
bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang terletak di Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk,
Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan, yaitu :
39
Setelah dilakukan analisa jarak bebas bangunan, maka didapat hasil
sebagai berikut :
1. Sebanyak 210 dari 490 (42,85%) bangunan objek penelitian di Jl.Bahureksa,
Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung,
Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan,
Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying
Selatan dan Jl.Taman Cibeunying Utara tidak memiliki jarak bebas kesamping
sehingga bangunan menempel pada dinding pembatas kavling;
2. Jarak bebas depan objek penelitian di Jl.Cilaki 3-7 m (rata-rata 6,5 m),
Jl.Cimanuk 3-10 m (rata-rata 8,73 m), Jl.Cipunagara 7 m, Jl.Cisangkuy 8-12 m
(rata-rata 10,63 m), Jl.Citarum 12 m dan Jl.Ciwulan 7 m;
3. Lebar kavling objek penelitian di Jl.Cilaki 14-20 m (rata-rata 17,22 m),
Jl.Cimanuk 12-20 m (rata-rata 15,36 m), Jl.Cipunagara 14-22 m (rata-rata
16,56 m), Jl.Cisangkuy 17-22 m (rata-rata 19,5 m), Jl.Citarum 10-23 m (rata-
rata 17,61 m) dan Jl.Ciwulan 13-18 m (rata-rata 15,86 m).
III.4 Analisa Pola dan Proporsi Massa Bangunan
Analisa pola dan proporsi massa bangunan dilakukan dengan membuat
tabel data pola dan proporsi massa bangunan objek penelitian. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui pola dan proporsi massa bangunan objek
penelitian. Pola massa bangunan didapat dengan mengetahui lebar bagian utama
bangunan dan sayap bangunan, baik sayap kiri bangunan maupun sayap kanan
bangunan. Proporsi massa bangunan didapat dengan mengetahui perbandingan
tinggi atap bangunan dan badan bangunan. Analisa pola dan proporsi massa
bangunan dilakukan terhadap bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang
terletak beberapa jalan di kawasan perumahan Tjitaroem Plein yang dianggap
layak sebagai jalan objek penelitian. Analisa fungsi bangunan meliputi 6 jalan,
yaitu : Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan
Jl.Ciwulan.
46
Berikut ini merupakan ilustrasi bagian yang diteliti dalam analisa pola dan
proporsi massa bangunan, yaitu :
Tinggi badan bangunan
Tinggi atap bangunan
a b c d
Keterangan : - Pola massa bangunan = a : b : c : d
- Proporsi massa bangunan = tinggi atap bangunan : tinggi badan bangunan
Gambar III.9 Ilustrasi Analisa Pola dan Proporsi Massa Bangunan Sumber : Analisa Pribadi
47
Setelah dilakukan analisa pola dan proporsi massa bangunan, maka
didapat hasil sebagai berikut :
1. Sebanyak 85 dari 490 (17,34%) bangunan objek studi di Jl.Bahureksa,
Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung,
Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan,
Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying
Selatan dan Jl.Taman Cibeunying Utara serta sebanyak 30 dari 188 (15,95%)
bangunan objek penelitian di Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara,
Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan memiliki pola massa bangunan a-b-b-
a, dengan ketentuan bahwa a merupakan ‘sayap’ bangunan dan b merupakan
bagian utama bangunan. Bagian utama bangunan terdiri dari bagian yang
berupa tonjolan dan bagian yang berupa cekungan.
2. Seluruh objek studi di Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki,
Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara,
Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa,
Jl.Taman Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying Selatan dan Jl.Taman Cibeunying
Utara yang memiliki atap tropis memiliki proporsi massa bangunan dengan
perbandingan tinggi atap bangunan dan tinggi badan bangunan 5 : 3.
III.5 Analisa Visual Bangunan
Analisa visual bangunan dilakukan dengan membuat tabel data ornamen
bangunan objek penelitian (Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy,
Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
keberadaan ornamen yang dimiliki oleh bangunan objek penelitian. Tabel data
ornamen bangunan objek penelitian terdiri dari : komposisi ornamen terhadap
bangunan, posisi ornamen pada bangunan dan bentuk ornamen. Komposisi
ornamen terhadap bangunan meliputi : pinggir, tengah, simetris, ritmis dan
aksentuasi. Posisi ornamen pada bangunan meliputi : pojok, kolom, dinding,
pintu, jendela, ventilasi dan menara. Bentuk ornamen meliputi : huruf, geometri,
organik abstrak dan natural.
54
Pada analisa visual bangunan juga dilampirkan foto-foto detail / ornamen
yang terdapat pada bangunan objek penelitian beserta tampak bangunannya untuk
menunjukkan posisi detail / ornamen pada bangunan. Dengan demikian, dapat
diketahui jenis, bentuk dan dimensi detail / ornamen yang muncul di jalan objek
penelitian.
Analisa visual bangunan dilakukan terhadap bangunan-bangunan rumah
tinggal kolonial yang terletak beberapa jalan di kawasan perumahan Tjitaroem
Plein yang dianggap layak sebagai jalan objek penelitian. Analisa visual bangunan
meliputi 6 jalan, yaitu : Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy,
Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. Berikut ini merupakan ilustrasi bagian yang diteliti
dalam analisa visual bangunan, yaitu :
tampak bangunan
detail
Gambar III.10 Ilustrasi Analisa Visual Bangunan Sumber : Analisa Pribadi
55
Setelah dilakukan analisa visual bangunan, maka didapat hasil sebagai
berikut :
1. Bentuk atap menunjukkan ruang-ruang dibawahnya. Seluruh bangunan objek
penelitian di Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum
dan Jl.Ciwulan menggunakan atap tropis (perisai, pelana, kerucut), kecuali
bangunan di Jl.Cisangkuy No.40 (yang menggunakan atap datar). Adapun
bangunan dengan atap tropis yang unik / jarang ada di kawasan perumahan
Tjitaroem Plein, yaitu bangunan di Jl.Ciwulan No.9 dan No.11. Selain itu,
beberapa bangunan memiliki atap yang terbagi 4 bagian (berdasarkan ruang
dibawahnya), yaitu :
a. Atap yang menaungi ‘sayap kanan’ bangunan,
b. Atap yang menaungi bagian utama bangunan yang berupa tonjolan,
c. Atap yang menaungi bagian utama bangunan yang berupa cekungan,
d. Atap yang menaungi ‘sayap kiri’ bangunan;
2. Material / bahan yang banyak digunakan pada bangunan objek studi di
Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya,
Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy,
Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman Cibeunying,
Jl.Taman Cibeunying Selatan dan Jl.Taman Cibeunying Utara adalah beton
(sebagai material / bahan utama bangunan) dan batu kali yang terdapat pada
bagian bawah dinding (juga dapat berfungsi sebagai elemen estetis bangunan).
Material / bahan atap yang digunakan antara lain : genting lama dan baru yang
didominasi oleh warna terracota, serta sirap lama dan baru yang didominasi
oleh warna hitam.
3. a. Elemen-elemen dinding bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan
Tjitaroem Plein didominasi oleh material batu kali pada bagian bawah
dinding, serta tonjolan dan cekungan pada dinding (baik horizontal maupun
vertikal),
b. seluruh entrance bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan
Tjitaroem Plein terletak pada bagian utama bangunan (baik terdapat pada
tonjolan maupun cekungan dinding bagian utama bangunan),
62
c. balkon terdapat pada bagian ‘sayap’ bangunan bertingkat, meskipun
demikian pada awalnya bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan
perumahan Tjitaroem Plein tidak dirancang bertingkat.
III.6 Analisa Bukaan Bangunan
Analisa bukaan bangunan hanya dilakukan terhadap bangunan-bangunan
rumah tinggal kolonial yang terletak di Jl.Cisangkuy. Dalam hal ini, analisa
bukaan bangunan dilakukan dengan membuat tabel data bukaan bangunan objek
penelitian di Jl.Cisangkuy. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
proporsi badan bangunan dan keberadaan bukaan bangunan objek penelitian di
Jl.Cisangkuy. Tabel data bukaan bangunan terdiri dari : bukaan bangunan
(meliputi pintu, jendela dan ventilasi) dan proporsi badan bangunan. Proporsi
badan bangunan dan bukaan bangunan didapat dengan mengetahui perbandingan
lebar dan tingginya. Berikut ini merupakan ilustrasi bagian yang diteliti dalam
analisa bukaan bangunan, yaitu :
detail buk
t
Keterangan :
l
aan tampak bangunanProporsi bukaan bangunan = lebar bukaan bangunan : tinggi bukaan bangunan (l : t)
Gambar III.17 Ilustrasi Analisa Bukaan Bangunan Sumber : Analisa Pribadi
63
Setelah dilakukan analisa bukaan bangunan, maka didapat hasil sebagai
berikut :
Seluruh bangunan objek studi di Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit,
Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara,
Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman
Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying Selatan dan Jl.Taman Cibeunying Utara
memiliki bukaan bangunan (terdiri dari pintu, jendela dan ventilasi) yang
menggunakan teknik repetisi / pengulangan pada desain fasade bangunannya.
Bentuk ventilasi yang dominan berupa persegi panjang horizontal (juga berfungsi
sebagai elemen horizontal pada bangunan).
III.7 Analisa Fasade Bangunan
Analisa fasade bangunan dilakukan dengan menerapkan teori-teori
pendukung penelitian dalam analisa, yaitu Teori Penataan Fasade Bangunan yang
dikemukakan oleh Ian Bentley, Teori Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh
Matthew Carmona dan Teori Pendekatan dalam Menelusuri Karakter Kawasan
yang dikemukakan oleh Yoshinobu Ashihara. Sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Ian Bentley, langkah awal yang dilakukan adalah menggambar
ulang fasade / tampak bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan
Tjitaroem Plein. Kemudian dilakukan pencarian petunjuk visual yang berkaitan
dengan penggunaan / fungsi desain dengan cara menggambarkan elemen-elemen
fasadenya (detail dinding, jendela dan pintu) serta hubungan antar elemennya
(irama horizontal dan vertikal). Setelah itu, barulah elemen-elemen / bagian-
bagian fasade yang memiliki nilai estetika sekaligus memiliki fungsi desain dapat
diketahui dengan mempertimbangkan unsur-unsur pembentuk karakter fasade
bangunan yang terdiri dari : massa bangunan, bentuk atap, jarak bebas, tinggi
bangunan, material / bahan, bukaan solid-void, dinding, entrance dan balkon serta
detail / ornamen. Sama seperti analisa bukaan bangunan, analisa fasade bangunan
juga hanya dilakukan terhadap bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang
terletak jalan di Jl.Cisangkuy. Berikut ini analisa fasade bangunan-bangunan
rumah tinggal kolonial yang terletak di Jl.Cisangkuy, yaitu :
65
Setelah dilakukan analisa fasade bangunan, maka didapat hasil sebagai
berikut :
Berdasarkan proporsinya, seluruh bangunan objek penelitian (Jl.Cilaki,
Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan)
menggunakan atap tropis dan memiliki bagian atap bangunan yang lebih besar
daripada bagian badan bangunan / dindingnya. Sebanyak 89 dari 103 (86,4%)
bangunan objek penelitian (Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy,
Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan) memiliki sudut kemiringan atap bangunan 400, dan
sebanyak 74 dari 103 (71,84%) bangunan objek penelitian (Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk,
Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan) memiliki proporsi atap
dan badan bangunan 5m : 3m (62,5% : 37,5%).
85