BAB III

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka keberhasilan pembangunan, terutama dibidang kesehatan, secara tidak langsung telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk, serta meningkatkan angka harapan hidup, meskipun tidak sekaligus berarti mutu kehidupan yang gilirannya menimbulkan perubahan struktur penduduk, sekaligus menambah jumlah penduduk lansia. Status kesehatan lansia tidak boleh terlupakan karena berpengaruh dalam penilaian kebutuhan akan zat gizi. Ada lansia yang tergolong sehat dan ada yang tergolong kronis. Disamping itu, sebagian lansia masih mampu mengurus diri sendiri, sementara sebagian lain tidak. Banyak masalah gizi yang dialami lansia sehingga membutuhkan bantuan dalam penanggulangannya. Untuk menanggulangi masalah gizi yang dialami lansia dapat dilakukan dengan menjalankan beberapa program penanggulangan masalah gizi pada lansia. Manusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi, meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan , bahkan sebaliknya sudah terjadi involusi dan degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya serta pola makannya. Gigi-geligi pada MANULA mungkin sudah banyak yang rusak bahkan copot, sehingga memberikan kesulitan dalam mengunyah makanan. Maka makanan harus diolah sehingga makanan tidak

Transcript of BAB III

Page 1: BAB III

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka keberhasilan pembangunan, terutama dibidang kesehatan, secara tidak

langsung telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk, serta meningkatkan

angka harapan hidup, meskipun tidak sekaligus berarti mutu kehidupan yang gilirannya

menimbulkan perubahan struktur penduduk, sekaligus menambah jumlah penduduk

lansia.

Status kesehatan lansia tidak boleh terlupakan karena berpengaruh dalam penilaian

kebutuhan akan zat gizi. Ada lansia yang tergolong sehat dan ada yang tergolong kronis.

Disamping itu, sebagian lansia masih mampu mengurus diri sendiri, sementara sebagian

lain tidak. Banyak masalah gizi yang dialami lansia sehingga membutuhkan bantuan

dalam penanggulangannya. Untuk menanggulangi masalah gizi yang dialami lansia dapat

dilakukan dengan menjalankan beberapa program penanggulangan masalah gizi pada

lansia.

Manusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi,

meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan , bahkan sebaliknya sudah

terjadi involusi dan degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap

kondisi gizi disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya serta pola

makannya.

Gigi-geligi pada MANULA mungkin sudah banyak yang rusak bahkan copot,

sehingga memberikan kesulitan dalam mengunyah makanan. Maka makanan harus diolah

sehingga makanan tidak perlu digigit atau dikunyah keras-keras. Makanan yang dipotong

kecil-kecil, lunak dan mudah ditelan akan sangat membantu para MANULA dalam

mengkonsumsi makanannya.

Fungsi alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun, sehingga

makanan harus yang mudah dicerna dan tidak memberatkan fungsi kelenjar

pencernaan.makanan yang tidak banyak mengandung lemak, pada umumnya lebih mudah

dicerna, tetapi harus cukup mengandung protein dan karbohidrat. Kadar serat yang tidak

dicerna jangan terlalu banyak, tetapi harus cukup tersedia untuk melancarkan peristalsis

dan dengan demikian melancarkan pula defaecatie, dan menghindarkan obstipasi.

Page 2: BAB III

Bagi lansia pemenuhan kebutuhan makanan yang bergizi dan pola makannya yang

benar serta diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau

menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat

menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.

Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan

fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam

keadaan istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.

Patut diingat bahwa keperluan energi MANULA sudah menurun, jadi jangan di

sediakan makanan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila mereka dijaga

makanannya jangan sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah menderita

berbagai kelainan atau penyakit gizi yang berhubungan dengan kondisi obesitas.

Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus, Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada

kelompok MANULA. Yang umum sangat ditakuti ialah kemungkinan meningkat untuk

mendapat penyakit kanker.

Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa kegiatan

yang harus dilakukan seperti :

a. Olah raga yang teratur dan sesuai

Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu beban

ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak

kompetitif atau bertanding. Beberapa contoh olah raga yang sesuai dengan batasan

tadi adalah jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki

misalnya golf, lintas alam, mendaki bukut, senam dengan faktor kesulitan kecil dan

olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan.

b. Istirahat, tidur yang cukup

Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan immunitas atau

kekebalan tubuh, mempercepat proses penyembuhan penyakit, juga pada saat tidur

tubuh memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu orang

pada umumnya akan merasa segar setelah istirahat.

c. Menjaga kebersihan

Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan ruangan

dan juga pakaian dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh  adalah mandi

Page 3: BAB III

dua kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu,

sikat gigi setelah selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (hidung,

telinga, pusar, anus dan organ intim), memakai alas kaki jika keluar rumah dan

menggunakan pakaian yang bersih.

d. Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh dari sampah dan

genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih dari debu dan kotoran setiap hari,

tutupi selalu makanan di meja makan. Pakaian, sprei, gorden, karpet, seisi rumah

termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Tentu saja hal ini

memerlukan bantuan dari keluarga atau orang yang tinggal bersama Lansia.

e. Memeriksakan kesehatan secara teratur

Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci

keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit,

lansia dianjurakan untuk memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada

penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan cepat

dan jika ada faktor beresiko yang menyebabkan penyakit dapat dicegah.

f. Mental dan batin tenang dan seimbang

Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya kepada

Tuhan, hal ini akan membuat lebih tenang. Lalu hindari stress, hidup yang penuh

dengan tekanan yang akan merusak kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan

stroke, penyakit jantung dan sebagainya. Senyum dan ketawa akan membuat

penampilan lebih menarik dan disukai semua orang. Tertawa membantu memandang

hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan.

Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi  yang tinggi dan untuk melemaskan

otak  dari kelelahan.

g. Rekreasi

Rekreasi untu menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas selama seminggu, bisa di

pantai, di taman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau teman dan

tetangga.

Page 4: BAB III

1.2 Maksud dan Tujuan penulisan

Makalah ini disusun dengan maksud dan tujuan :

1.Untuk Memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik.

2.Untuk Mengetahui makanan apa saja yang perlu dihindari oleh LANSIA.

3.Untuk memahami cara menyelesaikan masalah yang terjadi pada LANSIA yang

berhubungan dengan pola makannya yang tidak benar.

4. Untuk Menambah Ilmu Pengetahuan tentang Keperawatan Gerontik.

Page 5: BAB III

BAB IILANDASAN HUKUM & TEORI

2.1 Landasan Teori

Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.

Berbagai permasalahan yang timbul akibat proses penuaan sangat berpengaruh terhadap

kehidupan lansia di masyarakat. Salahsatu permasalahannya adalah status gizi kurang

ataupun gizi lebih, penyebab terjadinya permasalahan gizi tersebut adalah diduga karena

pola makan yang salah atau tidak tepat hal ini karena dipengaruhi oleh budaya, agama/

kepercayaan, status ekonomi, psikososial dan rasa suka terhadap jenis makanan serta

yang paling terpenting adalah kesehatan lansia itu sendiri (Darmojo, 2004).

Perubahan status gizi pada lansia lebih disebabkan pada perubahan lingkungan maupun

faali dan status kesehatan lansia. Perubahan tersebut semakin nyata pada kurun usia 70-

an. Factor lingkungan meliputi perubahan kondisi ekonomi akibat pensiun, isolasi sosial

karena hidup sendiri setelah pasangan meninggal dunia,dan rendahnya pemahaman gizi

akan memperburuk keadaan gizi lansia. Faktor kesehatan yang mempengaruhi status gizi

adalah timbulnya penyakit degeneratif dan non generatif yang berakibat pada perubahan

dalam asupan makanan, perubahan penyerapan zat gizi (Darmojo, 2004)

Maryam (2008) menyatakan faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya gizi kurang

pada lansia adalah keterbatasan ekonomi keluarga, menderita penyakit kronis, pengaruh

psikologis, hilangnya gigi, kesalahan dalam pola makan, kurangnya pengetahuan tentang

gizi dan pengolahan bahan makanan. Hal lainnya seperti keseimbangan motivasi,

perasaan dan emosi mencakup rasa marah, cemas, takut, kehilangan, sedih dan kecewa

akan berdampak pada berbicara sembarangan, sikap berbicara yang buruk pada orang

lain, menolak makan minum, melemparkan makanan dan lain-lain.

Menurut Smet (1994), psikososial merupakan hubungan yang dinamis antara psikologis

dan kehidupan sosial dimasyarakat dan keduanya saling mempengaruhi satu sama lain.

Terganggunya psikososial terjadi apabila ada ketidakseimbangan antara hal tersebut,

sehingga lansia harus bisa dan mampu untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut.

Selain hal tersebut pola makan lansia juga dipengaruhi oleh karakteristik lansia seperti

umur, pendidikan terakhir, pekerjaan terakhir, agama/ kepercayaan, jenis dan lama sakit

dan status perkawinan.

Page 6: BAB III

Pengaruh lain yang tak kalah penting dalam mempengaruhi pola makan lansia adalah

akibat dari proses penuaan seperti adanya gangguan motorik, pikun, pension, gigi kurang,

hilangnya fungsi pengecapan, mengkonsumsi obat–obatan dalam jangka waktu yang

lama serta minum minuman beralkohol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status

gizi lansia dipengaruhi oleh pola makan.

Berdasarkan uraian landasan teori diatas, maka diperoleh model skema kerangka teori

sebagai berikut :

2.2 Landasan Hukum

Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya menumbuhkan sikap dan prilaku

yang akan menumbuhkan kemampuan keluarga itu sendiri untuk mengatasi masalah

kesehatan dengan dukungan dan bimbingan tenaga profesional, menuju terwujudnya

kehidupan keluarga yang sehat. Juga kesehatan keluarga diselenggarakan untuk

mewujudkan keluarga sehat kecil, bahagia dan sejahtera. Dalam keluarga , usia lanjut

merupakan figur tersendiri dalam kaitannya dengan sosial budaya bangsa sedangkan

dalam kehidupan Nasional, usia lanjut merupakan sumber daya yang bernilai sesuai

Fungsi Budaya - Adat Istiadat - GeografisAgama/ Kepercayaan - Pantangan / laranganStatus ekonomi- Pemilihan makanan - Pembelian makanan Psikososial - Menarik diri - Kepercayaan diri- Motivasi diri - Perasaan dan emosi- Dukungan KeluargaPersonal preference - Perasaan suka terhadap makanan - Perasaan tidak suka terhadap makanan

Karakteristik Lansia - Umur - Pendidikan akhir - Pekerjaan akhir - Agama - Status perkawinan

- Penggunaan obat dan alcohol - Gangguan motorik - Perubahan psikologis (kesepian) - Pensiun - Pikun - Kurang aktifitas - Gigi berkurang - Hilang fungsi pengecap

Pola Makan Status Gizi

Page 7: BAB III

dengan pengetahuan dan pengalaman kehidupan yang dimilikinya yang dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat keseluruhannya. Sebagai

hasil pembangunan terlihat adanya peningkatan umur harapan hidup waktu lahir yang

membawa dampak peningkatan jumlah usia lanjut dengan berbagai kebutuhan khusus

dibidang kesehatan. Dasar Hukum dan pengembangan program Pembinaan Kesehatan

Usia lanjut yaitu :

1. Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok kesehatan.

2. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Organisasi

Departemen kesehatan

3. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1985 tentang Susunan Organisasi

Departemen Kesehatan

4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 558 Tahun 1984 tentang Struktur

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehaten.

5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 99 a Tahun 1982 tentang berlakunya Sistem

kesehatan Nasional dan RP3JPK

6. Keputusan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Nomor 05 Tahun 1990

tentang Pembentukan Kelompok Kerja T etap Kesejahteraan Usia Lanjut.

7. Surat keputusan menteri Kesehatan Nomor 134 Tahun 1990 tentang

Pembentukan Tim Kerja Geatric.

Page 8: BAB III

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan3.1.1 Permasalahan Gizi Lansia

Selain permasalahan akibat dari terjadinya perubahan–perubahan pada seluruh

system fisiologis pada lansia, lansia juga mengalami masalah gizi. Perubahan fisik

dan penurunan fungsi organ tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan

zat makanan oleh tubuh. Hal ini akan akan berakibat pada terjadinya masalah gizi

lebih atau terjadi gizi kurang.

Gizi lebih pada lansia lebih banyak terdapat di perkotaan daripada pedesaan.

Kebiasaan mengkonsumsi makan yang berlebih pada waktu muda menyebabkan

berat badan berlebih dan juga karena kurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan

mengkonsumsi makan berlebih tersebut sulit untuk diubah walaupun lanjut usia

menyadari dan berusaha untuk mengurangi makan. Kegemukkan merupakan salah

satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes mellitus,

penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi (Nugroho 2008).

Menurut Darmojo & Martono (2004), kelebihan gizi pada lansia biasanya

berhubungan dengan gaya hidup pada usia sekitar 50 tahun. Kondisi ekonomi yang

membaik dan tersedianya berbagai makanan siap saji yang enak dan kaya energi

menjadikan asupan makanan dan zat-zat gizi melebihi kebutuhan tubuh.

Adapun gizi kurang yang terjadi pada lansia sering disebabkan oleh masalah sosial-

ekonomi dan gangguan penyakit. Apabila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang

dibutuhkan, akan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Hal ini akan

diperparah apabila disertai dengan kekurangan protein, akibatnya adalah

kerusakkan sel yang tidak dapat diperbaiki. Akhirnya daya tahan tubuh akan

menurun dan akan mudah terkena penyakit infeksi pada organ tubuh vital.

Maryam (2008) menyatakan faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya gizi

kurang pada lansia adalah keterbatasan ekonomi keluarga, menderita penyakit

kronis, pengaruh psikologis, hilangnya gigi, kesalahan dalam pola makan,

kurangnya pengetahuan tentang gizi dan cara pengolahan bahan makanan.

Page 9: BAB III

Menurut Darmojo & Martono (2004), terjadinya kurang gizi pada lansia oleh

karena sebab-sebab yang bersifat primer dan skunder. Sebab primer meliputi

ketidaktahuan, ketidakmampuan, isolasi sosial, hidup sendiri, kehilangan pasangan,

gangguan fisik, gangguan penginderaan, gangguan mental dan kemiskinan,

sehingga asupan makanan sehari-hari kurang. Sebab sekunder meliputi mal

absorbsi, penggunaan obat-obatan, peningkatan kebutuhan gizi, pola makan yang

salah serta alkoholisme.

3.1.2 Permasalahan Fisiologis berhubungan dengan Gizi lansiao Semakin berkurangnya indera penciuman dan perasa sehingga umumnya lansia

kurang dapat menikmati makanan dgn baik. Hal itu sering menyebabkan

kurangnya asupan atau penggunaan bumbu, seperti kecap atau garam yang

berlebihan berdampak kurang baik bagi kesehatan lansia. (Krause dan

Katahunleen (1984)

o Berkurangnya sekresi saliva yang dapat menimbulkan kesulitan dalam menelan

dan dapat mempercepat terjadinya proses kerusakan pada gigi (Webb &

Copeman, 1996)

o Kehilangan gigi. Separuh lansia banyak kehilangan gigi, hal ini mengakibatkan

terganggunya kemampuan dalam mengkonsumsi makanan dengan tekstur keras,

sedangkan makanan yang lunak kurang mengandung vit A, vit C, dan serat

sehingga menyebabkan mudah mengalami konstipasi. (Rusilanti , 2006)

o Menurunnya Sekresi HCL. HCL merupakan faktor ekstrinsik yang membantu

penyakiterapan vit B 12 dan kalsium, serta utilisasi protein. Kekurangan HCL

dapat menyebabkan lansia mudah terkena osteoporosis, defisiensi zat besi yang

menyebabkan anemia, sehingga oksigen tidak dapat diangkut dengan baik.

o Menurunnya sekresi pepsin dan enzim proteolitik yang mengakibatkan

pencernaan protein tidak efisien.

o Menurunnya sekresi garam empedu, sehingga mengganggu proses

penyakiterapan lemak dan vitamin A,D,E,K.

o Menurunya motilitas usus, sehingga memperpanjang “transit time” dalam

saluran gastrointestinal mengakibatkan pembesaran perut dan konstipasi.

(Rusilanti , 2006)

o Hasil penelitian menunjukkan total konsumsi air putih per hari rata-rata minum

6-7 gelas 51,43% dan kurang dari 5 gelas 21,43% (Suryanto, 2002). Sebaiknya

Page 10: BAB III

Lansia membatasi konsumsi garam dan gula, karena absorpsi gula yang cepat

mengakibatkan perubahan kadar gula dalam darah lebih cepat beresiko terhadap

obesitas dan diabetes. Lansia disarankan mengkonsumsi makanan berkualitas,

seperti susu tanpa lemak, 2 - 3 gelas sehari (Astawan & Wahyuni, 1989)

3.1.3 Perilaku Makan pada Lansia

o Perubahan fisiologis karena penuaan dapat mengubah perilaku makan.

o Penuaan menyebabkan menurunnya jumlah dan kerja enzim saliva yang

diproduksi, serta timbulnya masalah gigi. Akibatnya, perilaku makan berubah

dengan kecenderungan memilih makanan yang lebih lembut (Schol, 1986)

o Kemampuan mengindikasikan rasa haus berkurang shg tdk mampu minum air

sesuai kebutuhan, padahal peranan air sangat penting pada lansia krn fungsi

ginjal menurun.

Penyebab Masalah Gizi pada Lansia (Wirahkusuma, 2000) yaitu : Perubahan

kebiasaan makan, penurunan selera makan, penurunan sensifitas indera perasa &

penciuman, gangguan pencernaan & pengunyahan dan penyakit degenerative.

Makanan yg dikonsumsi kurang baik kuantitas dan kualitas (Hurlock, 1999).

Dengan demikian adanya perubahan dan penurunan selera makan apalagi yang

dikonsumsinya kurang berkualitas maka akan memperburuk keadaan lansia, karena

akan menjadi lemah dan mudah sakit.

3.2 Pemecahan Masalah

3.1.1 Makanan untuk Lansia

Kebutuhan kalori pada lansia diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan

protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal

dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk

lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila

jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan

berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas (Maryam, 2008).

Indra (2011) menyatakan angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan

untuk manula dalam sehari didapat dengan menciptakan pola makan yang baik,

menciptakan suasana yang menyenangkan. Memperkuat daya tahan tubuh dengan

makanan yang mengandung zat gizi yang penting untuk kekebalan tubuh dari

penyakit, seperti : biji-bijian, sayuran berdaun hijau, makanan laut. Mencegah

tulang agar tidak menjadi keropos dan mengerut yaitu dengan mengkonsumsi

Page 11: BAB III

makanan yang mengandung vitamin D. Pada usia diatas 60 tahun kemampuan

penyerapan kalsium menurun, mengkonsumsi vitamin D membantu penyerapan

kalsium dalam tubuh, contoh makanan sumber vitamin D adalah susu.

Selanjutnya adalah memastikan agar saluran pencernaan tetap sehat, aktif dan

teratur. Karena itu harus makan sedikitnya 20 gram makanan yang mengandung

serat, seperti biji-bijian, jeruk dan sayuran yang berdaun hijau tua. Menyelamatkan

penglihatan dan mencegah terjadinya katarak. Santaplah makanan yang

mengandung vitamin C, E dan B karoten (antioksidan), seperti : sayuran berwarna

kuning dan hijau, jeruk sitrun dan buah lain. Mengurangi resiko penyakit jantung

yaitu dengan membatasi makanan berlemak yang banyak mengandung kolesterol dan

natrium dan harus banyak makan makanan yang kaya vitamin B6, B12, asam folat,

serat yang larut, kalsium dan aklium, seperti biji-bijian utuh, susu tanpa lemak, kacang

kering daging tidak berlemak, buah, termasuk nanas dan sayuran. Agar ingatan tetap

baik dan sistem syaraf tetap bagus, harus banyak makan vitamin B6, B 12 dan asam

folat.

Asupan makanan untuk orang lanjut usia (lansia) tentu berbeda dengan orang yang

lebih muda. Selain kemampuan organ pencernaan yang mulai berubah, kebutuhan

nutrisi pun berubah. Maklum, sejumlah potensi penyakit dengan mudah datang di

masa tua. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menu

makanan bagi lansia, sebagaimana ditulis dalam situs Perhimpunan Dokter

Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.

Membuat masakan dengan bumbu yang tidak merangsang, seperti pedas

atau asam, karena dapat mengganggu kesehatan lambung dan alat

pencernaan.

Mengurangi pemakaian garam, yakni tidak lebih dari 4 gram per hari, untuk

mengurangi risiko tekanan darah tinggi.

Mengurangi santan, daging yang berlemak, dan minyak agar kolesterol

darah tidak tinggi. Memperbanyak makanan yang berkalsium tinggi, seperti

susu dan ikan. Pada orang lanjut usia, khususnya ibu-ibu yang menopause,

sangat perlu mengkonsumsi kalsium untuk mengurangi risiko keropos

tulang.

Memperbanyak makanan berserat, seperti sayuran mentah, agar pencernaan

lancar dan tidak sembelit.

Page 12: BAB III

Mengurangi konsumsi gula dan makanan yang mengandung karbohidrat

tinggi agar gula darah normal, khususnya bagi penderita kencing manis agar

tidak terjadi komplikasi lain.

Menggunakan sedikit minyak untuk menumis dan kurangi makanan yang

digoreng. Perbanyak makanan yang diolah dengan dipanggang atau direbus

karena makanan tersebut mudah dicerna.

Membuat masakan yang lunak dan mudah dikunyah sehingga kesehatan

gigi terjaga.

3.1.2 Makanan Pantangan untuk Lansia

Ketika usia muda, mungkin kita bisa menikmati berbagai jenis makanan karena

tubuh memerlukan banyak nutrisi untuk pertumbuhan. Bagaimana jika usia

kitabertambah? Tentunya jenis makanan juga ikut berubah. Pada usia lanjut, mulai

50 tahun ke atas, tidak semua makanan bisa disantap. Makanan tertentu harus

dikurangi porsinya bahkan dijauhi! Berikut empat makanan yang harus dihindari

saat menginjak usia 50 tahun, dilansir huffington post (1/5).

o Garam

Terlalu banyak garam dalam diet Anda dampak negatif tekanan darah Anda.

Semakin tinggi tekanan darah, semakin besar tekanan pada jantung, ginjal,

pembuluh darah dan otak. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan serangan

jantung, stroke dan penyakit ginjal. Jumlah garam yang Anda makan memiliki

efek langsung pada tekanan darah Anda. Meskipun Anda mungkin sudah tahu

untuk menjauhkan keripik kentang, garam mengintai diam-diam dalam

makanan lain, termasuk daging olahan dan keju, makanan beku, pizza dan

bahkan sarapan sereal. Hindari fast food dan buatlah masakan sendiri.

o Alkohol

Minuman beralkohol berdampak pada hati. Penyakit jantung adalah penyebab

utama kematian pada orang yang menyalahgunakan alkohol. Dalam jangka

panjang, alkohol meningkatkan risiko berbagai penyakit termasuk kanker

payudara, kanker mulut, stroke, dan penyakit hati yang kronis.

o Gula

Kebanyakan orang menghindari gula untuk menghindari kenaikan berat badan.

Para peneliti telah menemukan bahwa terlalu banyak permen bisa membuat

usia Anda berkurang. Ketika Anda makan gula - baik dalam bentuk setengah

Page 13: BAB III

liter es krim, permen atau karbohidrat dalam menu makan malam - tubuh Anda

mengubah gula yang menjadi glukosa. 

Salah satu masalah kesehatan utama terkait dengan glukosa adalah diabetes.

Penyakit ini menyebabkan masalah kesehatan lebih lanjut seperti penyakit

jantung, kerusakan ginjal atau kerusakan saraf. Penderita diabetes juga dapat

mengalami kulit, mulut masalah pada kulit dan tulang yang membuat tampilan

tubuh dan merasa lebih tua dari seharusnya.

o Soda

Soda mengandung sirup jagung dengan fruktosa yang kaya radikal bebas.

Radikal bebas sendiri menyebabkan kerusakan jaringan, risiko diabetes, dan

komplikasi diabetes. Selain itu, soda mengandung asam fosfat yang

menghilangkan kalsium dan magnesium. Padahal, kedua nutrisi itu membantu

sistem kekebalan tubuh agar tetap berfungsi optimal. Usia yang semakin tua

juga berpengaruh pada kesehatan. Untuk itu jaga kesehatan Anda dengan

membatasi pola makan.

o Sayuran Mentah

Jika Anda memiliki gigi sensitif, busuk, atau hilang gigi, sayuran mentah

masuk  pada daftar makanan yang harus dihindari. Tapi jangan lewatkan pada

vitamin dan serat. Sebaliknya, cobalah memasak sayuran sampai mereka lebih

lembut. Atau gunakan sayuran yang sudah dihaluskan seperti wortel, labu, dan

bit dalam sup atau rebusan. Anda juga dapat mencoba sayuran kalengan.

Hanya lebih selektif memilih dan mencari sayuran yang tidak diawetkan dalam

larutan garam

o Alkohol

Jika Anda terbiasa minum segelas anggur dengan makan malam atau bir.

Alkohol mengganggu tidur dan dapat meningkatkan tekanan darah Anda

Alkohol juga dapat menyebabkan hipoglikemia pada penderita diabetes.

Bahkan mempengaruhi cara kerja obat-obatan.

o Kafein

Meskipun kafein mungkin tidak menjadi masalah bagi semua orang, hal itu

dapat membuat beberapa orang merasa cemas atau gelisah. Kafein juga dapat

meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan masalah tidur. Jika Anda

mencoba menghentikannya, pastikan untuk mengurangi secara perlahan-lahan.

Page 14: BAB III

Menghentikan kafein terlalu cepat dapat menyebabkan sakit kepala, mual, atau

muntah. Perlahan-lahan ganti minuman berkafein dengan air, teh herbal, atau

decaf.

o Daging

Beberapa potongan daging tanpa lemak, seperti sepotong steak, bisa menjadi

yang makanan yang paling sulit untuk dikunyah. carilah daging sapi yang

mengandung lemak tidak lebih dari 10% . Atau untuk sumber protein sehat lain

yang mudah untuk dikunyah seperti ikan

o Makanan yang Tinggi Kadar Garam

Jika Anda lebih dari 40 tahun atau dalam kelompok berisiko tinggi, Anda

sebaiknya mengkonsumsi tidak lebih dari 1.500 miligram sodium setiap hari.

Terlalu banyak natrium dapat meningkatkan tekanan darah Anda dan

menempatkan Anda pada risiko tinggi untuk serangan jantung dan stroke.

Penyebab utama? Makanan Olahan, seperti makanan beku, makanan ringan,

saus salad dan daging olahan. Baca label dengan hati-hati dan carilah makanan

“bebas sodium,” rendah garam, atau tidak ada garam

3.1.3 Pola Makan Lansia

Pola makan berarti suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan yang

sehat. Kegiatan makan yang sehat meliputi pengaturan jumlah kecukupan makanan,

jenis makanan dan jadwal makan, didalam fungsinya untuk mempertahankan

kesehatan.

3.1.4 Jumlah Asupan Makanan Pola makan pada lansia dalam pengaturan jumlah makanan sebagai sumber energi

hendaknya harus mengandung semua unsur gizi, seperti karbohidrat, protein,

lemak, mineral, vitamin, air dan serat dalam jumlah yang cukup sesuai dengan

kebutuhan lansia serta harus seimbang dalam komposisinya (Maryam, 2008).

Jumlah kebutuhan energi per hari disesuaikan dengan berat badan dan tingkat

aktivitas fisik yang dilakukan. Dalam keadaan sakit kebutuhan energi semakin

meningkat sesuai dengan keadaan sakit. Kebutuhan energi tersusun atas karbohidrat

60-70% yang terbagi atas karbohidrat sederhana 10-15% berupa gula serta

karbohidrat kompleks berupa nasi, kacang, buah dan sayur. Protein 15-20% dari

total kebutuhan energi tersusun atas protein lengkap berupa protein hewani sebaiknya

Page 15: BAB III

dari daging tanpa lemak, ikan dan putih telur atau kombinasi antara nasi dan kacang-

kacangan (Maryam, 2008).

Jumlah lemak dalam makanan adalah 15-20% dari total energi, kurang dari 10%

berasal dari lemak hewani. Jumlah asupan kolesterol <300mg/hari, harus dihindari

makanan dengan kolesterol tinggi yang bersumber dari kuning telur, jeroan, otak,

kulit, udang, keju, sop buntut dan sop kaki. Dianjurkan untuk makan makanan yang

mengandung serat yang larut dalam air seperti apel, jeruk, pir, kacang merah dan

kedelai. Karena selain sebagai sumber serat, buah dan sayur juga sebagai sumber

vitamin dan mineral serta air. Kebutuhan lansia akan air adalah 2-3 liter/ hari (10-

15 gelas) (Maryam, 2008).

Pemberian makanan pada lansia menurut Nugroho (2008) adalah makanan yang

hendak disajikan harus memenuhi kebutuhan gizi, makanan yang disajikan

diberikan pada waktu yang teratur dan dalam porsi yang kecil saja, berikan

makanan secara bertahap dan bervariasi, sesuaikan makanan dengan diet yang

dianjurkan oleh dokter dan berikan makanan yang lunak untuk menghindari

konstipasi serta memudahkan mengunyah, seperti nasi tim atau bubur.

3.1.5 Jenis Menu Makanan Menu adalah susunan hidangan yang dipersiapkan atau disajikan pada waktu

makan. Menu seimbang bagi lansia adalah susunan makanan yang mengandung

cukup semua unsur zat gizi dibutuhkan lansia. Pedoman untuk makanan bagi lansia

adalah makan makanan yang beraneka ragam dan mengandung zat gizi yang cukup,

makanan mudah dicerna dan dikunyah, sumber protein yang berkualitas seperti susu,

telur, daging dan ikan. Sebaiknya mengkonsumsi sumber karbohidrat kompleks,

makanan sumber lemak harus berasal dari lemak nabati, mengkonsumsi makanan

sumber zat besi seperti bayam, kacang-kacangan dan sayuran hijau (Maryam, 2008).

Dalam menu seimbang bagi lansia juga harus membatasi makanan yang diawetkan dan

anjurkan pada lansia untuk minum air putih 6-8 gelas sehari karena kebutuhan cairan

meningkat dan untuk memperlancar proses metabolisme serta makanan sehari disajikan

dalam keadaan masih panas (hangat), segar dan porsi kecil (Maryam, 2008).

3.1.6 Jadwal Makan

Page 16: BAB III

Maryam (2008) menyatakan menu yang disusun untuk lansia dalam pemberiannya

sebaiknya terbagi atas 7-8 kali pemberian, yang terdiri dari 3 kali makanan utama

(pagi, siang dan malam) serta 4-5 kali makanan selingan. Sebagai contoh pukul

05.00 minum susu atau jus, pukul 07.00 makanan utama, pukul 09.30 makan

minum selingan, pukul 12.00 makanan utama, pukul 15.00 makan minum selingan,

pukul 18.30 makanan utama dan sebelum tidur makan minum selingan.

BAB IV

Page 17: BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Status nutrisi dari pola makan seseorang akan berpengaruh terhadap setiap system

tubuh. Kebutuhan asupan kalori sehari-hari yang disarankan (Recommended Daily

Allowance [RDA]) pada lansia yang berusia 65 sampai 75 tahun 2300 kkal. RDA untuk

lansia di atas usia 75 tahun diturunkan menjadi 2050 kkal, konsumsi kalori dari

karbohidrat kompleks yang diharuskan sebanyak 55 sampai 65% dan kurang dari 30%

lemak, serta porsi sisanya adalah protein.

Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh

dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut.

Dengan mengatur makanan sesuai dengan dunianya, kehidupan Lansia yang

membahagiakan akan dapat dipertahankan. Mereka pun tidak akan terlalu merasakan

kehidupan yang berbeda dari saat masih muda. Selain mengatur makanan, sangat penting

untuk mempertahankan aktivitas agar tetap sehat, seperti berjalan kaki, berenang, dan

senam ringan. Berkebun juga bisa menjadi pilihan hobi yang sehat dan menyenangkan.

Para Lansia sangat  membutuhkan gizi yang baik agar kehidupan mereka tetap

sehat dan harmonis.

4.2 Saran

Patut diingat bahwa keperluan energi MANULA sudah menurun, jadi jangan di

sediakan makanan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila mereka dijaga

makanannya jangan sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah menderita

berbagai kelainan atau penyakit gizi yang berhubungan dengan kondisi obesitas.

Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus, Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada

kelompok MANULA.