BAB III
-
Upload
iyudz-prayuda -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
Transcript of BAB III
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka keberhasilan pembangunan, terutama dibidang kesehatan, secara tidak
langsung telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk, serta meningkatkan
angka harapan hidup, meskipun tidak sekaligus berarti mutu kehidupan yang gilirannya
menimbulkan perubahan struktur penduduk, sekaligus menambah jumlah penduduk
lansia.
Status kesehatan lansia tidak boleh terlupakan karena berpengaruh dalam penilaian
kebutuhan akan zat gizi. Ada lansia yang tergolong sehat dan ada yang tergolong kronis.
Disamping itu, sebagian lansia masih mampu mengurus diri sendiri, sementara sebagian
lain tidak. Banyak masalah gizi yang dialami lansia sehingga membutuhkan bantuan
dalam penanggulangannya. Untuk menanggulangi masalah gizi yang dialami lansia dapat
dilakukan dengan menjalankan beberapa program penanggulangan masalah gizi pada
lansia.
Manusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi,
meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan , bahkan sebaliknya sudah
terjadi involusi dan degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap
kondisi gizi disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya serta pola
makannya.
Gigi-geligi pada MANULA mungkin sudah banyak yang rusak bahkan copot,
sehingga memberikan kesulitan dalam mengunyah makanan. Maka makanan harus diolah
sehingga makanan tidak perlu digigit atau dikunyah keras-keras. Makanan yang dipotong
kecil-kecil, lunak dan mudah ditelan akan sangat membantu para MANULA dalam
mengkonsumsi makanannya.
Fungsi alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun, sehingga
makanan harus yang mudah dicerna dan tidak memberatkan fungsi kelenjar
pencernaan.makanan yang tidak banyak mengandung lemak, pada umumnya lebih mudah
dicerna, tetapi harus cukup mengandung protein dan karbohidrat. Kadar serat yang tidak
dicerna jangan terlalu banyak, tetapi harus cukup tersedia untuk melancarkan peristalsis
dan dengan demikian melancarkan pula defaecatie, dan menghindarkan obstipasi.
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan makanan yang bergizi dan pola makannya yang
benar serta diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat
menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.
Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan
fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam
keadaan istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.
Patut diingat bahwa keperluan energi MANULA sudah menurun, jadi jangan di
sediakan makanan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila mereka dijaga
makanannya jangan sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah menderita
berbagai kelainan atau penyakit gizi yang berhubungan dengan kondisi obesitas.
Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus, Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada
kelompok MANULA. Yang umum sangat ditakuti ialah kemungkinan meningkat untuk
mendapat penyakit kanker.
Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa kegiatan
yang harus dilakukan seperti :
a. Olah raga yang teratur dan sesuai
Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu beban
ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak
kompetitif atau bertanding. Beberapa contoh olah raga yang sesuai dengan batasan
tadi adalah jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki
misalnya golf, lintas alam, mendaki bukut, senam dengan faktor kesulitan kecil dan
olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan.
b. Istirahat, tidur yang cukup
Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan immunitas atau
kekebalan tubuh, mempercepat proses penyembuhan penyakit, juga pada saat tidur
tubuh memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu orang
pada umumnya akan merasa segar setelah istirahat.
c. Menjaga kebersihan
Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan ruangan
dan juga pakaian dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah mandi
dua kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu,
sikat gigi setelah selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (hidung,
telinga, pusar, anus dan organ intim), memakai alas kaki jika keluar rumah dan
menggunakan pakaian yang bersih.
d. Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh dari sampah dan
genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih dari debu dan kotoran setiap hari,
tutupi selalu makanan di meja makan. Pakaian, sprei, gorden, karpet, seisi rumah
termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Tentu saja hal ini
memerlukan bantuan dari keluarga atau orang yang tinggal bersama Lansia.
e. Memeriksakan kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci
keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit,
lansia dianjurakan untuk memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada
penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan cepat
dan jika ada faktor beresiko yang menyebabkan penyakit dapat dicegah.
f. Mental dan batin tenang dan seimbang
Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Tuhan, hal ini akan membuat lebih tenang. Lalu hindari stress, hidup yang penuh
dengan tekanan yang akan merusak kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan
stroke, penyakit jantung dan sebagainya. Senyum dan ketawa akan membuat
penampilan lebih menarik dan disukai semua orang. Tertawa membantu memandang
hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan.
Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi yang tinggi dan untuk melemaskan
otak dari kelelahan.
g. Rekreasi
Rekreasi untu menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas selama seminggu, bisa di
pantai, di taman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau teman dan
tetangga.
1.2 Maksud dan Tujuan penulisan
Makalah ini disusun dengan maksud dan tujuan :
1.Untuk Memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik.
2.Untuk Mengetahui makanan apa saja yang perlu dihindari oleh LANSIA.
3.Untuk memahami cara menyelesaikan masalah yang terjadi pada LANSIA yang
berhubungan dengan pola makannya yang tidak benar.
4. Untuk Menambah Ilmu Pengetahuan tentang Keperawatan Gerontik.
BAB IILANDASAN HUKUM & TEORI
2.1 Landasan Teori
Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Berbagai permasalahan yang timbul akibat proses penuaan sangat berpengaruh terhadap
kehidupan lansia di masyarakat. Salahsatu permasalahannya adalah status gizi kurang
ataupun gizi lebih, penyebab terjadinya permasalahan gizi tersebut adalah diduga karena
pola makan yang salah atau tidak tepat hal ini karena dipengaruhi oleh budaya, agama/
kepercayaan, status ekonomi, psikososial dan rasa suka terhadap jenis makanan serta
yang paling terpenting adalah kesehatan lansia itu sendiri (Darmojo, 2004).
Perubahan status gizi pada lansia lebih disebabkan pada perubahan lingkungan maupun
faali dan status kesehatan lansia. Perubahan tersebut semakin nyata pada kurun usia 70-
an. Factor lingkungan meliputi perubahan kondisi ekonomi akibat pensiun, isolasi sosial
karena hidup sendiri setelah pasangan meninggal dunia,dan rendahnya pemahaman gizi
akan memperburuk keadaan gizi lansia. Faktor kesehatan yang mempengaruhi status gizi
adalah timbulnya penyakit degeneratif dan non generatif yang berakibat pada perubahan
dalam asupan makanan, perubahan penyerapan zat gizi (Darmojo, 2004)
Maryam (2008) menyatakan faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya gizi kurang
pada lansia adalah keterbatasan ekonomi keluarga, menderita penyakit kronis, pengaruh
psikologis, hilangnya gigi, kesalahan dalam pola makan, kurangnya pengetahuan tentang
gizi dan pengolahan bahan makanan. Hal lainnya seperti keseimbangan motivasi,
perasaan dan emosi mencakup rasa marah, cemas, takut, kehilangan, sedih dan kecewa
akan berdampak pada berbicara sembarangan, sikap berbicara yang buruk pada orang
lain, menolak makan minum, melemparkan makanan dan lain-lain.
Menurut Smet (1994), psikososial merupakan hubungan yang dinamis antara psikologis
dan kehidupan sosial dimasyarakat dan keduanya saling mempengaruhi satu sama lain.
Terganggunya psikososial terjadi apabila ada ketidakseimbangan antara hal tersebut,
sehingga lansia harus bisa dan mampu untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Selain hal tersebut pola makan lansia juga dipengaruhi oleh karakteristik lansia seperti
umur, pendidikan terakhir, pekerjaan terakhir, agama/ kepercayaan, jenis dan lama sakit
dan status perkawinan.
Pengaruh lain yang tak kalah penting dalam mempengaruhi pola makan lansia adalah
akibat dari proses penuaan seperti adanya gangguan motorik, pikun, pension, gigi kurang,
hilangnya fungsi pengecapan, mengkonsumsi obat–obatan dalam jangka waktu yang
lama serta minum minuman beralkohol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status
gizi lansia dipengaruhi oleh pola makan.
Berdasarkan uraian landasan teori diatas, maka diperoleh model skema kerangka teori
sebagai berikut :
2.2 Landasan Hukum
Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya menumbuhkan sikap dan prilaku
yang akan menumbuhkan kemampuan keluarga itu sendiri untuk mengatasi masalah
kesehatan dengan dukungan dan bimbingan tenaga profesional, menuju terwujudnya
kehidupan keluarga yang sehat. Juga kesehatan keluarga diselenggarakan untuk
mewujudkan keluarga sehat kecil, bahagia dan sejahtera. Dalam keluarga , usia lanjut
merupakan figur tersendiri dalam kaitannya dengan sosial budaya bangsa sedangkan
dalam kehidupan Nasional, usia lanjut merupakan sumber daya yang bernilai sesuai
Fungsi Budaya - Adat Istiadat - GeografisAgama/ Kepercayaan - Pantangan / laranganStatus ekonomi- Pemilihan makanan - Pembelian makanan Psikososial - Menarik diri - Kepercayaan diri- Motivasi diri - Perasaan dan emosi- Dukungan KeluargaPersonal preference - Perasaan suka terhadap makanan - Perasaan tidak suka terhadap makanan
Karakteristik Lansia - Umur - Pendidikan akhir - Pekerjaan akhir - Agama - Status perkawinan
- Penggunaan obat dan alcohol - Gangguan motorik - Perubahan psikologis (kesepian) - Pensiun - Pikun - Kurang aktifitas - Gigi berkurang - Hilang fungsi pengecap
Pola Makan Status Gizi
dengan pengetahuan dan pengalaman kehidupan yang dimilikinya yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat keseluruhannya. Sebagai
hasil pembangunan terlihat adanya peningkatan umur harapan hidup waktu lahir yang
membawa dampak peningkatan jumlah usia lanjut dengan berbagai kebutuhan khusus
dibidang kesehatan. Dasar Hukum dan pengembangan program Pembinaan Kesehatan
Usia lanjut yaitu :
1. Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok kesehatan.
2. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Organisasi
Departemen kesehatan
3. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1985 tentang Susunan Organisasi
Departemen Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 558 Tahun 1984 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehaten.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 99 a Tahun 1982 tentang berlakunya Sistem
kesehatan Nasional dan RP3JPK
6. Keputusan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Nomor 05 Tahun 1990
tentang Pembentukan Kelompok Kerja T etap Kesejahteraan Usia Lanjut.
7. Surat keputusan menteri Kesehatan Nomor 134 Tahun 1990 tentang
Pembentukan Tim Kerja Geatric.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Permasalahan3.1.1 Permasalahan Gizi Lansia
Selain permasalahan akibat dari terjadinya perubahan–perubahan pada seluruh
system fisiologis pada lansia, lansia juga mengalami masalah gizi. Perubahan fisik
dan penurunan fungsi organ tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan
zat makanan oleh tubuh. Hal ini akan akan berakibat pada terjadinya masalah gizi
lebih atau terjadi gizi kurang.
Gizi lebih pada lansia lebih banyak terdapat di perkotaan daripada pedesaan.
Kebiasaan mengkonsumsi makan yang berlebih pada waktu muda menyebabkan
berat badan berlebih dan juga karena kurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan
mengkonsumsi makan berlebih tersebut sulit untuk diubah walaupun lanjut usia
menyadari dan berusaha untuk mengurangi makan. Kegemukkan merupakan salah
satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes mellitus,
penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi (Nugroho 2008).
Menurut Darmojo & Martono (2004), kelebihan gizi pada lansia biasanya
berhubungan dengan gaya hidup pada usia sekitar 50 tahun. Kondisi ekonomi yang
membaik dan tersedianya berbagai makanan siap saji yang enak dan kaya energi
menjadikan asupan makanan dan zat-zat gizi melebihi kebutuhan tubuh.
Adapun gizi kurang yang terjadi pada lansia sering disebabkan oleh masalah sosial-
ekonomi dan gangguan penyakit. Apabila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan, akan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Hal ini akan
diperparah apabila disertai dengan kekurangan protein, akibatnya adalah
kerusakkan sel yang tidak dapat diperbaiki. Akhirnya daya tahan tubuh akan
menurun dan akan mudah terkena penyakit infeksi pada organ tubuh vital.
Maryam (2008) menyatakan faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya gizi
kurang pada lansia adalah keterbatasan ekonomi keluarga, menderita penyakit
kronis, pengaruh psikologis, hilangnya gigi, kesalahan dalam pola makan,
kurangnya pengetahuan tentang gizi dan cara pengolahan bahan makanan.
Menurut Darmojo & Martono (2004), terjadinya kurang gizi pada lansia oleh
karena sebab-sebab yang bersifat primer dan skunder. Sebab primer meliputi
ketidaktahuan, ketidakmampuan, isolasi sosial, hidup sendiri, kehilangan pasangan,
gangguan fisik, gangguan penginderaan, gangguan mental dan kemiskinan,
sehingga asupan makanan sehari-hari kurang. Sebab sekunder meliputi mal
absorbsi, penggunaan obat-obatan, peningkatan kebutuhan gizi, pola makan yang
salah serta alkoholisme.
3.1.2 Permasalahan Fisiologis berhubungan dengan Gizi lansiao Semakin berkurangnya indera penciuman dan perasa sehingga umumnya lansia
kurang dapat menikmati makanan dgn baik. Hal itu sering menyebabkan
kurangnya asupan atau penggunaan bumbu, seperti kecap atau garam yang
berlebihan berdampak kurang baik bagi kesehatan lansia. (Krause dan
Katahunleen (1984)
o Berkurangnya sekresi saliva yang dapat menimbulkan kesulitan dalam menelan
dan dapat mempercepat terjadinya proses kerusakan pada gigi (Webb &
Copeman, 1996)
o Kehilangan gigi. Separuh lansia banyak kehilangan gigi, hal ini mengakibatkan
terganggunya kemampuan dalam mengkonsumsi makanan dengan tekstur keras,
sedangkan makanan yang lunak kurang mengandung vit A, vit C, dan serat
sehingga menyebabkan mudah mengalami konstipasi. (Rusilanti , 2006)
o Menurunnya Sekresi HCL. HCL merupakan faktor ekstrinsik yang membantu
penyakiterapan vit B 12 dan kalsium, serta utilisasi protein. Kekurangan HCL
dapat menyebabkan lansia mudah terkena osteoporosis, defisiensi zat besi yang
menyebabkan anemia, sehingga oksigen tidak dapat diangkut dengan baik.
o Menurunnya sekresi pepsin dan enzim proteolitik yang mengakibatkan
pencernaan protein tidak efisien.
o Menurunnya sekresi garam empedu, sehingga mengganggu proses
penyakiterapan lemak dan vitamin A,D,E,K.
o Menurunya motilitas usus, sehingga memperpanjang “transit time” dalam
saluran gastrointestinal mengakibatkan pembesaran perut dan konstipasi.
(Rusilanti , 2006)
o Hasil penelitian menunjukkan total konsumsi air putih per hari rata-rata minum
6-7 gelas 51,43% dan kurang dari 5 gelas 21,43% (Suryanto, 2002). Sebaiknya
Lansia membatasi konsumsi garam dan gula, karena absorpsi gula yang cepat
mengakibatkan perubahan kadar gula dalam darah lebih cepat beresiko terhadap
obesitas dan diabetes. Lansia disarankan mengkonsumsi makanan berkualitas,
seperti susu tanpa lemak, 2 - 3 gelas sehari (Astawan & Wahyuni, 1989)
3.1.3 Perilaku Makan pada Lansia
o Perubahan fisiologis karena penuaan dapat mengubah perilaku makan.
o Penuaan menyebabkan menurunnya jumlah dan kerja enzim saliva yang
diproduksi, serta timbulnya masalah gigi. Akibatnya, perilaku makan berubah
dengan kecenderungan memilih makanan yang lebih lembut (Schol, 1986)
o Kemampuan mengindikasikan rasa haus berkurang shg tdk mampu minum air
sesuai kebutuhan, padahal peranan air sangat penting pada lansia krn fungsi
ginjal menurun.
Penyebab Masalah Gizi pada Lansia (Wirahkusuma, 2000) yaitu : Perubahan
kebiasaan makan, penurunan selera makan, penurunan sensifitas indera perasa &
penciuman, gangguan pencernaan & pengunyahan dan penyakit degenerative.
Makanan yg dikonsumsi kurang baik kuantitas dan kualitas (Hurlock, 1999).
Dengan demikian adanya perubahan dan penurunan selera makan apalagi yang
dikonsumsinya kurang berkualitas maka akan memperburuk keadaan lansia, karena
akan menjadi lemah dan mudah sakit.
3.2 Pemecahan Masalah
3.1.1 Makanan untuk Lansia
Kebutuhan kalori pada lansia diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan
protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal
dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk
lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila
jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan
berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas (Maryam, 2008).
Indra (2011) menyatakan angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan
untuk manula dalam sehari didapat dengan menciptakan pola makan yang baik,
menciptakan suasana yang menyenangkan. Memperkuat daya tahan tubuh dengan
makanan yang mengandung zat gizi yang penting untuk kekebalan tubuh dari
penyakit, seperti : biji-bijian, sayuran berdaun hijau, makanan laut. Mencegah
tulang agar tidak menjadi keropos dan mengerut yaitu dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung vitamin D. Pada usia diatas 60 tahun kemampuan
penyerapan kalsium menurun, mengkonsumsi vitamin D membantu penyerapan
kalsium dalam tubuh, contoh makanan sumber vitamin D adalah susu.
Selanjutnya adalah memastikan agar saluran pencernaan tetap sehat, aktif dan
teratur. Karena itu harus makan sedikitnya 20 gram makanan yang mengandung
serat, seperti biji-bijian, jeruk dan sayuran yang berdaun hijau tua. Menyelamatkan
penglihatan dan mencegah terjadinya katarak. Santaplah makanan yang
mengandung vitamin C, E dan B karoten (antioksidan), seperti : sayuran berwarna
kuning dan hijau, jeruk sitrun dan buah lain. Mengurangi resiko penyakit jantung
yaitu dengan membatasi makanan berlemak yang banyak mengandung kolesterol dan
natrium dan harus banyak makan makanan yang kaya vitamin B6, B12, asam folat,
serat yang larut, kalsium dan aklium, seperti biji-bijian utuh, susu tanpa lemak, kacang
kering daging tidak berlemak, buah, termasuk nanas dan sayuran. Agar ingatan tetap
baik dan sistem syaraf tetap bagus, harus banyak makan vitamin B6, B 12 dan asam
folat.
Asupan makanan untuk orang lanjut usia (lansia) tentu berbeda dengan orang yang
lebih muda. Selain kemampuan organ pencernaan yang mulai berubah, kebutuhan
nutrisi pun berubah. Maklum, sejumlah potensi penyakit dengan mudah datang di
masa tua. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menu
makanan bagi lansia, sebagaimana ditulis dalam situs Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
Membuat masakan dengan bumbu yang tidak merangsang, seperti pedas
atau asam, karena dapat mengganggu kesehatan lambung dan alat
pencernaan.
Mengurangi pemakaian garam, yakni tidak lebih dari 4 gram per hari, untuk
mengurangi risiko tekanan darah tinggi.
Mengurangi santan, daging yang berlemak, dan minyak agar kolesterol
darah tidak tinggi. Memperbanyak makanan yang berkalsium tinggi, seperti
susu dan ikan. Pada orang lanjut usia, khususnya ibu-ibu yang menopause,
sangat perlu mengkonsumsi kalsium untuk mengurangi risiko keropos
tulang.
Memperbanyak makanan berserat, seperti sayuran mentah, agar pencernaan
lancar dan tidak sembelit.
Mengurangi konsumsi gula dan makanan yang mengandung karbohidrat
tinggi agar gula darah normal, khususnya bagi penderita kencing manis agar
tidak terjadi komplikasi lain.
Menggunakan sedikit minyak untuk menumis dan kurangi makanan yang
digoreng. Perbanyak makanan yang diolah dengan dipanggang atau direbus
karena makanan tersebut mudah dicerna.
Membuat masakan yang lunak dan mudah dikunyah sehingga kesehatan
gigi terjaga.
3.1.2 Makanan Pantangan untuk Lansia
Ketika usia muda, mungkin kita bisa menikmati berbagai jenis makanan karena
tubuh memerlukan banyak nutrisi untuk pertumbuhan. Bagaimana jika usia
kitabertambah? Tentunya jenis makanan juga ikut berubah. Pada usia lanjut, mulai
50 tahun ke atas, tidak semua makanan bisa disantap. Makanan tertentu harus
dikurangi porsinya bahkan dijauhi! Berikut empat makanan yang harus dihindari
saat menginjak usia 50 tahun, dilansir huffington post (1/5).
o Garam
Terlalu banyak garam dalam diet Anda dampak negatif tekanan darah Anda.
Semakin tinggi tekanan darah, semakin besar tekanan pada jantung, ginjal,
pembuluh darah dan otak. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan serangan
jantung, stroke dan penyakit ginjal. Jumlah garam yang Anda makan memiliki
efek langsung pada tekanan darah Anda. Meskipun Anda mungkin sudah tahu
untuk menjauhkan keripik kentang, garam mengintai diam-diam dalam
makanan lain, termasuk daging olahan dan keju, makanan beku, pizza dan
bahkan sarapan sereal. Hindari fast food dan buatlah masakan sendiri.
o Alkohol
Minuman beralkohol berdampak pada hati. Penyakit jantung adalah penyebab
utama kematian pada orang yang menyalahgunakan alkohol. Dalam jangka
panjang, alkohol meningkatkan risiko berbagai penyakit termasuk kanker
payudara, kanker mulut, stroke, dan penyakit hati yang kronis.
o Gula
Kebanyakan orang menghindari gula untuk menghindari kenaikan berat badan.
Para peneliti telah menemukan bahwa terlalu banyak permen bisa membuat
usia Anda berkurang. Ketika Anda makan gula - baik dalam bentuk setengah
liter es krim, permen atau karbohidrat dalam menu makan malam - tubuh Anda
mengubah gula yang menjadi glukosa.
Salah satu masalah kesehatan utama terkait dengan glukosa adalah diabetes.
Penyakit ini menyebabkan masalah kesehatan lebih lanjut seperti penyakit
jantung, kerusakan ginjal atau kerusakan saraf. Penderita diabetes juga dapat
mengalami kulit, mulut masalah pada kulit dan tulang yang membuat tampilan
tubuh dan merasa lebih tua dari seharusnya.
o Soda
Soda mengandung sirup jagung dengan fruktosa yang kaya radikal bebas.
Radikal bebas sendiri menyebabkan kerusakan jaringan, risiko diabetes, dan
komplikasi diabetes. Selain itu, soda mengandung asam fosfat yang
menghilangkan kalsium dan magnesium. Padahal, kedua nutrisi itu membantu
sistem kekebalan tubuh agar tetap berfungsi optimal. Usia yang semakin tua
juga berpengaruh pada kesehatan. Untuk itu jaga kesehatan Anda dengan
membatasi pola makan.
o Sayuran Mentah
Jika Anda memiliki gigi sensitif, busuk, atau hilang gigi, sayuran mentah
masuk pada daftar makanan yang harus dihindari. Tapi jangan lewatkan pada
vitamin dan serat. Sebaliknya, cobalah memasak sayuran sampai mereka lebih
lembut. Atau gunakan sayuran yang sudah dihaluskan seperti wortel, labu, dan
bit dalam sup atau rebusan. Anda juga dapat mencoba sayuran kalengan.
Hanya lebih selektif memilih dan mencari sayuran yang tidak diawetkan dalam
larutan garam
o Alkohol
Jika Anda terbiasa minum segelas anggur dengan makan malam atau bir.
Alkohol mengganggu tidur dan dapat meningkatkan tekanan darah Anda
Alkohol juga dapat menyebabkan hipoglikemia pada penderita diabetes.
Bahkan mempengaruhi cara kerja obat-obatan.
o Kafein
Meskipun kafein mungkin tidak menjadi masalah bagi semua orang, hal itu
dapat membuat beberapa orang merasa cemas atau gelisah. Kafein juga dapat
meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan masalah tidur. Jika Anda
mencoba menghentikannya, pastikan untuk mengurangi secara perlahan-lahan.
Menghentikan kafein terlalu cepat dapat menyebabkan sakit kepala, mual, atau
muntah. Perlahan-lahan ganti minuman berkafein dengan air, teh herbal, atau
decaf.
o Daging
Beberapa potongan daging tanpa lemak, seperti sepotong steak, bisa menjadi
yang makanan yang paling sulit untuk dikunyah. carilah daging sapi yang
mengandung lemak tidak lebih dari 10% . Atau untuk sumber protein sehat lain
yang mudah untuk dikunyah seperti ikan
o Makanan yang Tinggi Kadar Garam
Jika Anda lebih dari 40 tahun atau dalam kelompok berisiko tinggi, Anda
sebaiknya mengkonsumsi tidak lebih dari 1.500 miligram sodium setiap hari.
Terlalu banyak natrium dapat meningkatkan tekanan darah Anda dan
menempatkan Anda pada risiko tinggi untuk serangan jantung dan stroke.
Penyebab utama? Makanan Olahan, seperti makanan beku, makanan ringan,
saus salad dan daging olahan. Baca label dengan hati-hati dan carilah makanan
“bebas sodium,” rendah garam, atau tidak ada garam
3.1.3 Pola Makan Lansia
Pola makan berarti suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan yang
sehat. Kegiatan makan yang sehat meliputi pengaturan jumlah kecukupan makanan,
jenis makanan dan jadwal makan, didalam fungsinya untuk mempertahankan
kesehatan.
3.1.4 Jumlah Asupan Makanan Pola makan pada lansia dalam pengaturan jumlah makanan sebagai sumber energi
hendaknya harus mengandung semua unsur gizi, seperti karbohidrat, protein,
lemak, mineral, vitamin, air dan serat dalam jumlah yang cukup sesuai dengan
kebutuhan lansia serta harus seimbang dalam komposisinya (Maryam, 2008).
Jumlah kebutuhan energi per hari disesuaikan dengan berat badan dan tingkat
aktivitas fisik yang dilakukan. Dalam keadaan sakit kebutuhan energi semakin
meningkat sesuai dengan keadaan sakit. Kebutuhan energi tersusun atas karbohidrat
60-70% yang terbagi atas karbohidrat sederhana 10-15% berupa gula serta
karbohidrat kompleks berupa nasi, kacang, buah dan sayur. Protein 15-20% dari
total kebutuhan energi tersusun atas protein lengkap berupa protein hewani sebaiknya
dari daging tanpa lemak, ikan dan putih telur atau kombinasi antara nasi dan kacang-
kacangan (Maryam, 2008).
Jumlah lemak dalam makanan adalah 15-20% dari total energi, kurang dari 10%
berasal dari lemak hewani. Jumlah asupan kolesterol <300mg/hari, harus dihindari
makanan dengan kolesterol tinggi yang bersumber dari kuning telur, jeroan, otak,
kulit, udang, keju, sop buntut dan sop kaki. Dianjurkan untuk makan makanan yang
mengandung serat yang larut dalam air seperti apel, jeruk, pir, kacang merah dan
kedelai. Karena selain sebagai sumber serat, buah dan sayur juga sebagai sumber
vitamin dan mineral serta air. Kebutuhan lansia akan air adalah 2-3 liter/ hari (10-
15 gelas) (Maryam, 2008).
Pemberian makanan pada lansia menurut Nugroho (2008) adalah makanan yang
hendak disajikan harus memenuhi kebutuhan gizi, makanan yang disajikan
diberikan pada waktu yang teratur dan dalam porsi yang kecil saja, berikan
makanan secara bertahap dan bervariasi, sesuaikan makanan dengan diet yang
dianjurkan oleh dokter dan berikan makanan yang lunak untuk menghindari
konstipasi serta memudahkan mengunyah, seperti nasi tim atau bubur.
3.1.5 Jenis Menu Makanan Menu adalah susunan hidangan yang dipersiapkan atau disajikan pada waktu
makan. Menu seimbang bagi lansia adalah susunan makanan yang mengandung
cukup semua unsur zat gizi dibutuhkan lansia. Pedoman untuk makanan bagi lansia
adalah makan makanan yang beraneka ragam dan mengandung zat gizi yang cukup,
makanan mudah dicerna dan dikunyah, sumber protein yang berkualitas seperti susu,
telur, daging dan ikan. Sebaiknya mengkonsumsi sumber karbohidrat kompleks,
makanan sumber lemak harus berasal dari lemak nabati, mengkonsumsi makanan
sumber zat besi seperti bayam, kacang-kacangan dan sayuran hijau (Maryam, 2008).
Dalam menu seimbang bagi lansia juga harus membatasi makanan yang diawetkan dan
anjurkan pada lansia untuk minum air putih 6-8 gelas sehari karena kebutuhan cairan
meningkat dan untuk memperlancar proses metabolisme serta makanan sehari disajikan
dalam keadaan masih panas (hangat), segar dan porsi kecil (Maryam, 2008).
3.1.6 Jadwal Makan
Maryam (2008) menyatakan menu yang disusun untuk lansia dalam pemberiannya
sebaiknya terbagi atas 7-8 kali pemberian, yang terdiri dari 3 kali makanan utama
(pagi, siang dan malam) serta 4-5 kali makanan selingan. Sebagai contoh pukul
05.00 minum susu atau jus, pukul 07.00 makanan utama, pukul 09.30 makan
minum selingan, pukul 12.00 makanan utama, pukul 15.00 makan minum selingan,
pukul 18.30 makanan utama dan sebelum tidur makan minum selingan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Status nutrisi dari pola makan seseorang akan berpengaruh terhadap setiap system
tubuh. Kebutuhan asupan kalori sehari-hari yang disarankan (Recommended Daily
Allowance [RDA]) pada lansia yang berusia 65 sampai 75 tahun 2300 kkal. RDA untuk
lansia di atas usia 75 tahun diturunkan menjadi 2050 kkal, konsumsi kalori dari
karbohidrat kompleks yang diharuskan sebanyak 55 sampai 65% dan kurang dari 30%
lemak, serta porsi sisanya adalah protein.
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh
dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut.
Dengan mengatur makanan sesuai dengan dunianya, kehidupan Lansia yang
membahagiakan akan dapat dipertahankan. Mereka pun tidak akan terlalu merasakan
kehidupan yang berbeda dari saat masih muda. Selain mengatur makanan, sangat penting
untuk mempertahankan aktivitas agar tetap sehat, seperti berjalan kaki, berenang, dan
senam ringan. Berkebun juga bisa menjadi pilihan hobi yang sehat dan menyenangkan.
Para Lansia sangat membutuhkan gizi yang baik agar kehidupan mereka tetap
sehat dan harmonis.
4.2 Saran
Patut diingat bahwa keperluan energi MANULA sudah menurun, jadi jangan di
sediakan makanan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila mereka dijaga
makanannya jangan sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah menderita
berbagai kelainan atau penyakit gizi yang berhubungan dengan kondisi obesitas.
Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus, Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada
kelompok MANULA.