BAB III
description
Transcript of BAB III
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi Ulkus Diabetika
Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik DM
berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya
kematian jaringan setempat. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada
permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi
vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada
penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi
infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob. Pasien diabetes
sangat beresiko terhadap kejadian luka di kaki dan merupakan jenis luka
kronis yang sangat sulit penyembuhannya.
3.2. Patogenesis Ulkus Diabetika
Ulkus diabetika disebabkan adanya tiga faktor yang sering disebut
Trias yaitu : neuropati, angiopati, dan infeksi. Jarang sekali infeksi sebagai
faktor tunggal, tapi seringkali merupakan komplikasi angiopati maupun
neuropati.
Patogenesis Neuropati
Neuropati adalah gangguan fungsional ataupun perubahan
patologis pada system saraf tepi. Susunan saraf sangat rentan terhadap
komplikasi diabetes mellitus. Secara patogenetik, ada 3 faktor utama
(metabolik, autonom, vaskuler) yang dapat dianggap sebagai sebab
terjadinya neuropati pada diabetes mellitus. Diabetes mellitus bersama
faktor genetik, dan lingkungan (misalnya alkohol) akan lewat ke-3 faktor
tersebut memberi neuropati klinis.
Faktor metabolik: kenaikan poliol, sorbitol / osmotik poliol (hasil
reduksi glukosa oleh enzim yang banyak tertimbun pada sel tubuh
penderita DM). fruktosa, kurangnya kontrol gula darah, dan penurunan
mioinositol dan Na+/K+ATP meyebabkan demielinasi artrofi akson;
9
otoimum lewat anti gangliosid dan anti GAD menyebabkan neuropati,
gangguan vascular karena menutupnya vasa vasorum, trauma memberi
hipoksia endoneurial yang selanjutnya menyebabkan demielinisasi
segmental. Adapun faktor lain seperti kelainan agregasi trombosit,
kelainan etologi sel darah merah dan hematologic, proses AGEs serta
adanya kompleks imum disirkulasi berpengaruh terhadap neuropati ini.
Neuropati, kelainan vaskuler (aliran darah vang mengurangi karena
terjadinya proses arteriosklerosis tungkai bawah khususnya betis). Dan
kemudian infeksi berperan dalam patogenesis terjadinya tukak diabetik.
Walaupun demikian, yang peranannya paling mencolok pada banyak
studi cross sectional adalah polineuropati sensorik perifer (pasien kaki
diabetik). Pasien disini tak dapat merasakan rangsangan nyeri dan dengan
demikian kehilangan daya kewaspadaan proteksi kaki terhadap
rangsangan dari luar.
Berbagai hal yang sederhana yang pada orang normal tidak
menyebabkan luka akibat adanya daya proteksi nyeri, pada pasien DM
dapat berlanjut menjadi luka yang tidak disadari adanya, dan kemudian
menjadi tukak diabetik. Tusukan jarum atau paku tak disadari. sehingga
pasien baru menyadarinya setelah terjadi luka yang membusuk dan
membahayakan keselamatan kaki secara keseluruhan.
Neuropati motorik berperan melalui terjadinva deformitas pada
kaki yang menyebabkan daerah tersebut lebih mudah dikenali dan lebih
banyak mendapat tekanan dari luar. Neuropati autonomik berperan
melalui perubahan pola keringat - kering dan mudahnya timbul pecah-
pecah pada kulit kaki, dan jug melalui adanya perubahan daya
vasodilatasi-vasokonstriksi pads tungkai bawah. Terjadi pintas A - V
seperti misalnya pada patogenesis terjadinya kaki Charcot.
10
Gambar 3.1. Perubahan Yang Terjadi Pada DM
Patogenesis Angiopathi
Angiopathi adalah gangguan fungsional ataupun perubahan
patologis pada pembuluh darah. Penderita DM akan mengalami
perubahan vaskuler berupa arteriosklerosis. Patologi tersebut disebabkan
oleh karena gangguan metabolisme karbohidrat dalam pembuluh darah,
peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol. Hal tersebut akan
diperberat dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol.
Lesi vaskuler berupa penebalan pada tunika intima pembuluh darah
kapiler yang diakibatkan karena disposisi yang berlebihan mukoprotein
dan kolagen. Pembuluh darah arteri yang paling sering terkena adalah
arteri tibialis dan poplitea. Adanya trombus, emboli maupun
tromboemboli menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah.
Selanjutnya oklusi dapat menjadi total dan jika perfusi darah dari aliran
kolateral tidak mencukupi kebutuhan maka terjadi iskemia. Iskemia yang
ringan menimbulkan gejala claudicatio intermitten dan yang paling berat
dapat mengakibatkan gangren.
Kelainan vaskuler yang berukuran kecil seperti arteriol dan kapiler,
menyebabkan ketidakcukupan oksigen dan nutrisi yang terbatas pada jari
atau sebagian kecil kulit. Kemudian, bagian yang iskemi tersebut
mengalami ulserasi, infeksi ataupun gangren. Sebaliknya, jika pembuluh
nadi atau arteri yang mengalami gangguan berukuran lebih besar maka
gangguan oksigenasi jaringan akan lebih luas. Adanya trombus yang
11
menyumbat lumen arteri akan menimbulkan gangren yang luas bila
mengenai pembuluh darah yang sedang atau besar.
Faktor lingkungan, terutama adalah trauma akut maupun kronis
(akibat tekanan sepatu, benda tajam dan gangguan vaskuler perifer baik
akibat makrovaskuler (aterosklerosis) maupun karena gangguan yang
bersifat mikrovaskuler menyebabkan terjadinya iskemia kaki.sebagainya)
merupakan faktor yang memulai terjadinya ulkus.
Patogenesis Infeksi
Pada prinsipnya penderita diabetes melitus lebih rentan terhadap
infeksi daripada orang sehat. Keadaan infeksi sering ditemukan sudah
dalam kondisi serius karena gejala klinis yang tidak begitu dirasakan dan
diperhatikan penderita. Faktor-faktor yang merupakan risiko timbulnya
infeksi yaitu:
Faktor imunologi
- produksi antibodi menurun
- peningkatan produksi steroid dari kelenjar adrenal
- daya fagositosis granulosit menurun
Faktor metabolik
- hiperglikemia
- benda keton mengakibatkan asam laktat menurun daya
bakterisidnya
- glikogen hepar dan kulit menurun
Faktor angiopati diabetika
Faktor neuropati
Beberapa bentuk infeksi kaki diabetik antara lain: infeksi pada
ulkus telapak kaki, selulitis atau flegmon non supuratif dorsum pedis dan
abses dalam rongga telapak kaki. Pada ulkus yang mengalami gangren
atau ulkus gangrenosa ditemukan infeksi kuman Gram positif, negatif
dan anaerob.
12
Pada kaki diabetik yang disertai infeksi, berdasarkan letak serta
penyebabnya dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Abses pada deep plantar space
2. Selulitis non supuratif dorsum pedis
3. Ulkus perforasi pada telapak kaki
Gambar 3.2. HIperglikemi dan Akibatnya
3.3. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis dibedakan:
1.Neuropathic Foot
Terdiri dari: Ulkus neuropatik, Artropati neuropatik (Artropati Charcot),
Edema neuropatik
Ulkus Neuropatik
Neuropati perifer diabetik dapat memberikan small fibre
neuropathy yang berakibat gangguan somatik dan otonom.
Manifestasinya berupa hilangnya sensasi panas dan nyeri sebelum
rabaan dan fibrasi terganggu. Juga saraf simpatik mengalami
denervasi yang mengganggu aliran darah disebabkan karena terjadi
aliran yang berlebih dengan arteriovenous shunting disekitar kapiler-
serta dilatasi arteri perifer. Aliran darah yang miskin makanan ini
mengurangi efektivitas dari perfusi jaringan yang memang sudah
13
berkurang. Disamping ini neuropati merusak serabut C saraf sensorik
sehingga terjadi gangguan nosiseptor. Jadi ulkus pada kaki diabetik
ini akibat iskemia, sering terlihat adanya gambaran gas. Penyebabnya
dapat karena Clostridium , E coli, Streptococus anaerob, dan
Bacteroides sp. Untuk melakukan identifikasi kasus yang rentan ulkus,
kini digunakan alat sederhana untuk screening, yaitu TCD (Tactile
Circumferential Discriminator) pada hallux yang korelasinya dengan
menggunakan filament dan ambang fibrasi yang cukup tinggi. Dalam
menilai ulkus perlu dipastikan dalam serta luasnya ulkus. Sering kita
terkecoh karena kita anggap enteng, padahal lesi ini merupakan
puncak dari gunung es.
Klinis terlihat melebar pada kaki dan tungkai bawah pada sikap
berbaring. Kaki ada aliran lebih cepat dan vaskularitas lebih. Apabila
ada ulkus maka perlu diperhatikan kuman penyebab infeksinya. Kirim
sample untuk biakan bakteri. Goldstein (1996) meneliti 25 orang yang
secara berurutan masuk dirawat dengan ulkus. la menemukan
phylococcus sebagai isolat terpenting, termasuk MRSA pada 20 %
kasus. Streptococcus enterococcus, Enterobactericcae, dan kuman
anaerob terlihat pada 40% luka. Lebih dari 80% peka terhadap
Ciprofloxasin dan Levofloxasin.
Gambar 3.3. Ulkus Neuropati
Artropati Neuropatik
Deformitas kaki sering berakibat pada ulcerasi. Penderita
diabetes cenderung mempunyai jari bengkok yang menekan jari
14
tersebut, yang berhubungan dengan menipis dan menggesernya
timbunan lemak bawah caput metatarsal pertama. Akibatnya daerah
ini rawan ulserasi dan infeksi. Bentuk yang ekstrim dari deformitas
kaki ini, yaitu kaki Charcot. Sebab terjadinya fraktur dan reabsorbsi
tulang pada kaki Charcot ini belum jelas, tetapi diduga akibat
neuropati otonom (akibat gagalnya tonus vaskular akan nieningkatkan
aliran darah, pembentukan shunt arteriovenosa dan resorbsi tulang
padahal penderita diabetes densitas tulang rendah) dan neuropati
perifer (hilang rasa, sehingga pasien masih aktif berjalan dan
sebagainya meskipun tulang fraktur). Akibatnya ada fraktur, kolaps
sendi, dan deformitas kaki. Awalnya kaki Charcot ini akut: panas,
merah, dengan nadi yang keras, dengan atau tanpa trauma (perlu di
DD dengan selulitis). Pada stadium 4 mudah sekali terjadi ulkus dan
infeksi dan gangren yang dapat berakibat amputasi.
Gambar 2.4. Lokasi-lokasi tempat terjadinya ulkus DM Neuropatik
Gambar 3.5. Kaki Charcot
15
Edema Neuropatik
Merupakan komplikasi terjarang dari kaki diabetik, dimana
terdapat edema (pitting) kaki dan tungkai bawah yang berhubungan
dengan kerusakan saraf tepi (kesampingkan dulu sebab kardial dan
renal). Gangguan saraf simpatis berakibat edema dan venous pooling
yang abnormal, juga vasomotor refleks hilang pada sikap berdiri.
Gambar 3.6. Neuropati Diabetik
2. Neuro-Ischemic-Foot
Gambaran tungkai ini gabungan antara kelainan arterosklerosis
yang dipercepat pada diabetes dan neuropathic foot. Keluhan
klaudikasio intermitten, nyeri tungkai waktu istirahat, dengan ulserasi
dan gangren. Umumnya rest pain diwaktu malam, dan berkurang pada
sikap kaki yang tergantung. Untuk membedakan dengan ulkus
neuropatik, disini ulkusnya nyeri, satu nekrosis, dilingkari pinggiran
eritemateus dan tidak disertai callus. Predileksi di ibu jari, tepi medial
metatarsal I, atau tepi lateral metatarsal V, serta tumit. Perlu diperiksa
pembuluh darah arteri, kalau perlu dengan arteriografi.
Gejala dan tanda PVD tungkai bawah menurut Levin dan O'Neal
16
1988 :
Tabel 3.1. Gejala dan tanda PVD tungkai bawah menurut Levin dan O'Neal 1988
Gejala Tanda
- Claudicatio Intermitent
- Nyeri pada malam hari
- Ada chest pain
- Dengan digantung
nyeri kaki berkurang
- Pucat dengan tanda kaki diangkat
- Terlambatnya pengisian pembuluh vena
- Warna kemerahan dengan tergantung
- Artrofi kulit, mengkilap, rambut tak
rontok
- Kuku sering tebal dengan infeksi primer
- Gangren
Terdapat suatu klasifikasi mutakhir yang dianjurkan oleh
International Consensus on Diabetic Foot, yakni Klasifikasi PEDIS
2003. Dengan klasifikasi PEDIS ini dapat ditentukan kelainan apa yang
lebih dominan, vascular, infeksi atau neuropatik, sehingga pengelolaan
pun dapat tertuju dengan lebih baik.
Tabel 3.2. Klasifikasi PEDIS International Consensus on Diabetic Foot 2003:
Impaired
Perfusion
Size/ Extend in
mm2 Tissue Loss/
Depth
Infection
1 = None
2 = PAD + but not critical
3 = Critical limb ischemia
1 = Superficial fullthickness, no deeper than dermis
2 = Deep ulcer, below dermis, involving subcutaneous
structures, fascia, muscle or tendon
3 = All subsequent layers of the foot involved including
bone and or joint
1 = No symptoms or sign of infection
2 = Infection of skin and subcutaneous tissue only
3 = Erythema > 2 cm or infection involving subcuta-
neous structure. No Systemic sign of inflamatory
response
4 = Infection with systemic manifestation : fever, leuco-
17
Impaired
Sensation
cytosis, shift to the left, metabolic instability,
hypotemsion, azotemia
1 = Absent
2 = Present
Adapun perbedaan gambaran klinis antara iskemia dan neuropati
pada kaki diabetes yaitu:Tabel 3.3. Perbedaan klinis iskemia dan neuropati pada kaki diabetik
Iskemia Neuropati
Gejala
Inspeksi
Palpasi
Ulserasi
Klaudikasio
Nyeri saat istirahat
Tergantung rubor
Perubahan Tropik
Dingin
Tak teraba nadi
Nyeri
Tumit dan jari kaki
Biasanya tidak nyeri
Kadang nyeri neuropati
Lenngkung tinggi
Kuku-kuku jari kaki
Tak ada perubahan tropik
Hangat
Nadi teraba
Tak nyeri
Plantar
3.4. Penatalaksanaan
Prinsip dasar yang baik pengelolaan terhadap ulkus diabetika adalah :
1. Evaluasi ulkus yang baik : keadaan klinis luka, dalamnya luka,
gambaran radiologi (benda asing, osteomielitis, adanya gas sub kutis),
lokasi, biopsy vaskularisasi (non invasive).
2. Pengelolaan terhadap neuropati diabetik
3. Pengendalian keadaan metabolic sebaik-baiknya
4. Debridement luka yang adekuat, radikal
5. Biakan kuman (aerobik dan anaerobik)
6. Antibiotik oral-parental
7. Perawatan luka yang baik
8. Mengurangi edema
18
9. Non weight bearing (tirah baring, tongkat penyangga, kursi roda, alas
kaki khusus, total kontak casting)
10. Perbaikan sirkulasi, atau bedah vascular
11. Nutrisi
12. Rehabilitasi
1. Evaluasi
a. Kedalaman Ulkus
Pengobatan ulkus sangat dipengaruhi oleh derajad dan
dalamnya ulkus. Hati-hati bila menjumpai ulkus yang
nampaknya kecil dan dangkal, karena kadang - kadang hal
tersebut hanya merupakan puncak dari gunung es, dan pada
pemeriksaan yang seksama penetrasi itu mungkin sudah
mencapai jaringan lebih dalam dan luas.
b. Pemeriksaan X Foto
Pemeriksaan X foto dimaksudkan untuk mengevaluasi
apakah didapatkan benda asing, osteomielitis, gas subkutan, dan
fraktur asimptomatik.
c. Lokasi Ulkus
Apabila lokasi ulkus tidak umum untuk suatu ulkus diabetika
sukar sembuh. Dengan pengelolaan yang adekuat. Dan pada anamnesis
tidak diakibatkan oleh suatu trauma perlu dipertimbangkan untuk
melakukan pemeriksaan. biopsi. Hal ini untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya keganasan pada ulkus tersebut.
d. Evaluasi Vaskuler
Untuk rencana pengelolaan lebih lanjut diperlukan evaluasi
vaskuler kaki penderita, diusahakan pemeriksaan yang tidak invasif
Salah satu diantaranya adalah membandingkan tekanan darah sistolik
pergelangan kaki dengan tekanan darah sistolik lengan atas (Ankle-
Brachial pressure index), normalnya > 1,1 Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa Pressure index tersebut dapat dipakai untuk
memperkirakan / meramalkan penyembuhan , suatu ulkus. Pada suatu
penelitian, 87% penderita ulkus dengan pressure index lebih dari 0,6
19
dapat sembuh, sedangkan penderita dengan pressure index kurang dari
0,6 yang mengalami penyembuhan hanya 40 %.
Pengukuran tekanan oksigen transkutan dapat digunakan
untuk menaksir keadaan mikrosirkulasi jaringan. Normalnya, tcPO2
jaringan kaki adalah antara 45-90 mmHg.
2. Pengelolaan Terhadap Neuropati Diabetik
Pengelolaan neuropati diabetik (ND) sampai saat ini masih
sering menimbulkan frustasi, baik bagi para klinisi maupun penderita.
Kegagalan pengobatan ini oleh karena patogenesis ND masih belum
jelas dan tampaknya multi faktorial. Pada dasarnya pengelolaan ND
dilakukan dengan mengontrol gula darah dan pemberian obat -
obatan kausal dan simptomatik.
a. Kontrol Gula Darah
Pengobatan ND yang paling memberikan harapan adalah
kontrol gula darah secara terus menerus. Suatu penelitian
"multicenter randomized clinical trial" pada 1441 penderita tipe I
selama 6,5 tahun menyimpulkan bahwa pengobatan DM yang
intensif dapat menghambat progresitifitas neuropati sebesar 60%.
b. Pengobatan Kausal
1) Aldose Reduktase Inhibitor (ARI).
Pemberian ARI bertujuan untuk mengurangi
penumpukkan sorbitol di saraf perifer dan dengan demikian
memperbaiki fungsi saraf perifer6,9. Dilaporkan pemberian
sorbinil dengan dosis 25 mg/hari dapat menurunkan sorbitol
saraf sampai 42% meningkatkan regenerasi serabut saraf
sekitar 4 kali serta dapat memperbaiki fungsi saraf baik
elektrofsiologis maupun klinis. Akan tetapi pemberian sorbinil
telah dihentikan karena adanya laporan bahwa pemberian
sorbinil dapat menimbulkan sindrom Steven Johnson. Suatu
penelitian “double blind randomized controlled” pada 57
penderita selama 12 bulan memperlihatkan bahwa pemberian
20
tolsetrat 200 mg / hari bermanfaat untuk mencegah ND.
2) Aminoguanidin
Aminoguanidin adalah suatu senyawa yang secara
farmakologik dapat menghambat pembentukan AGEs. Mekanisme
penghambatannya melalui reaksi antara prekursot AGEs yaitu 3
deoxyglucosone dengan aminoauanidine membentuk 3-amino 5-
triazines. Pada percobaan binatang, pemberian aminoguanidine dapat
memperbaiki kecepatan hantaran saraf motoris maupun sensoris.
Satu hal yang belum diketahui apakah senyawa ini dapat
memberikan efek yang sama pada manusia.
3) Gangliosid
Gangliosid adalah suatu kompleks glikolipid yang
merupakan komponen intrinsik dari membran sel saraf. Pada
suatu percobaan klinis manusia yang dilakukan secara doble
blind versus placebo, nampak terdapat perbaikan dari parameter
elektrofisiologis dan perbaikan gejala klinis. Suatu multicenter
randomized WHO trial di empat negara juga menunjukkan
pengaruh yang positif dari ganglioside. Dosis yang dianjurkan
adalah 40 mg / hari intra muskuler selama 8 minggu.
4) Neurotropik
Pemberian neurotropik (vitamin B1. B6 dan B12) untuk
mengobati atau mengurangi gejala ND memberikan hasil yang
berbeda-beda. Hal ini mungkin oleh karena tidak ada bukti yang
nyata bahwa defisiensi vitamin B1, B6, B12 merupakan faktor
penyebab terjadinya ND.(9,11) Bahkan seorang sarjana melaporkan
bahwa pemberian Vitamin B6 dosis tinggi dapat menyebabkan
neuropati sensori. Penelitian di RSUPN Cipto Mangunkusumo
memperlihatkan bahwa pemberian metilcobalamin 500 mg
diberikan intra muskuler tiga kali seminggu dapat memperbaiki
parameter klinis neuropati sensorik pada peuderita DM dengan
neuropati.
21
c. Pengobatan Simptomatik
Pada pengobatan ND biasanya yang kita obati adalah
keluhannya terutama rasa nyeri atau rasa sakit yang sangat
menganggu penderita Belum ada terapi yang spesifik untuk
mengatasi masalah ini. Penggunaan obat amitriptilin dan flupenasin baik
tunggal maupun kombinasi sudah lama dicoba untuk mengurangi rasa
nyeri pada ND. Pemberian obat ini akan lebih baik hasilnva apabila
nyeri disertai gejala depresi. Amitriptilin dapat diberikan dengan dosis
75 mg / hari dan flupenasin 1 - 3 mg / hari.
Mexiletin merupakan derivat lianokain yang dapat
diberikan secara peroral. Mexiletin mempunyai sifat
penghambatan saluran natrium sehingga terjadi hambatan aktivasi
saraf. Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg / kg BB / hari,
sebaiknya dimulai dengan dosis kecil kemudian dinaikkan pelan -
pelan untuk mengurangi efek samping yang mungkin timbul.Untuk
rasa nyeri yang membandel dapat dicoba pemberian
karbamazepin atau fenitoin. Obat ini diduga dapat menghambat
aktivitas saraf tepi yang kuat dan iritatif.
3. Kontrol Metabolik
Istilah PVD mengacu pada penyempitan arteri besar oleh
aterosklerosis.. Hal ini sangat umum terjadi pada penderita DM.
Terjadinya aterooklerosis adalah akibat defek metabolik dan defek
fisik. Faktor resiko terjadinya aterosklerosis antara lain adalah
hiperglikemia. hiperinsulinemia, dislipidemia, hipertensi, obesitas,
hiperkoagulabilitas, genetik, merokok. Semua faktor resiko yang
dapat diobati seharusnya segera dikontrol dengan sebaik – baiknya
untuk menghambat proses terjadinva atheroklerosis lebih lanjut.
22
a. Insulin
1) Indikasi insulin:
1. Pada penderita DM tipe 1
2. Penderita DM tipe 2 yang tidak terkontrol diet, olah raga, OHO.
3. Penderita DM gestasional
4. Penderita Gangguan faal hati & ginjal yang berat.
5. Penderita dengan infeksi akut (selulitis, gangren), TBC berat,
penyakit kritis (stroke/AMI)
6. Penderita dengan KAD/HONK
7. Penderita kurus (BB rendah), terkait malnutrisi (DMTM)
8. Penderita dengan penyakit Grave’s
9. Penderita dengan keganasan (tumor)
10.Penderita dengan pemberian kortikosteroid
2) Dosis Insulin
Pertama kali diberikan dengan dosis yang kecil, biasanya dimulai
insulin aksi pendek 3X2n/hari (n=angka ratusan KGD).
Dinaikkan 2-4 unit setiap sekitar 3 hari bila KGD target belum
tercapai.
23
Dosis Insulin jangka menengah 75-80% jumlah insulin jangka
pendek perhari, dapat diberikan 2 dosis pagi dan malam (dosis
malam<pagi ànocturnal cicardian).
*Pada penurunan fungsi ekskresi hati dan ginjal à dosis dikurangi
karena dapat menyebabkan akumulasi jumlah insulin.
3) Tempat Penyuntikan Insulin
Ideal untuk insulin aksi pendek atau campuran pagi hari:
- Perut dibawah pusar
Ideal untuk insulin aksi menengah, aksi panjang atau campuran
malam hari:
- Lengan atas bagian luar
- Glutea
- Paha atas bagian luar
* Sebaiknya berpindah tempat untuk mencegah insulin lipodistrofi
atau jaringan sikatrik yang luas. Regio satu berpindah ke regio lain
sekitar 2 minggu
4) Efek Samping
Efek samping dari pemakaian insulin:
Hipoglikemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah < 50mg/dL
disertai gejala neuroglikopenik atau autonomic. Hal ini
merupakan komplikasi akut dari DM yang harus segera
ditangani karena dapat mengakibatkan kematian. Hal ini dapat
terjadi pada : pemakaian OHO (t.u.aksi jangka panjang), insulin,
pemakaian bersama obat yang dapat memperkuat aksi insulin,
olah raga berlebihan, puasa atau tidak mau makan, penurunan
fungsi hati & ginjal, insulinoma.
Tanda/gejala hipoglikemi spesifik: gemetar, keringat
dingin, berdebar-debar, penglihatan kabur, kunang-kunang atau
bahkan terasa terang sekali, rasa lapar. Sedangkan tanda
hipoglikemi yang tidak spesifik : sakit kepala, kelemahan
24
umum, gangguan koordinasi, sulit konsentrasi. Bila berat à
penurunan kesadaran sampai koma.
Tatalaksana Hipoglikemi :
o Pada kasus yang ringan pasien disuruh minum air gula atau
makan (siap permen di saku)à edukasi pasien penting sekali
o Pada kasus berat diberikan 25 cc D40% pada pasien sadar
dan 50 cc D40% pada pasien tak sadarà dilanjutkan infus
D10% dengan monitor KGD tiap 20 menit sampai KGD
target tercapai à monitor KGD tiap 3jam sampai 3xlama
aksi obat
o Dapat diberikan glukagon atau kortikosteroid (hormon kontra
insulin)
o Pada insulinoma à reseksi pankreas
Hipokalemia
Reaksi alergi/urtikaria (jarang pada insulin dengan kemurnian
tinggi & Human insulin)
4.Debridement dan Pembalutan
Pada dasarnya, terapi ulkus diabetika sama dengan terapi pada luka
lain, yaitu mempersiapkan bed luka yang baik untuk menunjang tumbuhnya
jaringan granulasi, sehingga proses penyembuhan luka dapat terjadi. Kita
mengenalnya dengan istilah preparasi bed luka.
Debridement merupakan tahapan yang penting dalam proses
penyembuhan luka. Buang jaringan mati, jaringan hyperkeratosis dan
membuat drainase yang baik, dan jika diperlukan dilakukan secara berulang.
Perlu disadari bahwa setelah tindakan ini, luka menjadi lebih besar dan
berdarah. Harus diketahui bahwa tidak ada obat-obatan topikal yang dapat
menggantikan debridement yang baik dengan teknik yang benar dan proses
penyembuhan luka selalu dimulai dari jaringan yang bersih . Pada beberapa
kondisi tidak memerlukan tindakan debridement seperti pada gangren yang
kering, ulkus yang menyembuh dengan scar dan ulkus pada tungkai dengan
sirkulasi yang buruk.
25
Proses debridement adalah proses usaha menghilangkan jaringan
nekrotik atau jaringan nonvital dan jaringan yang sangat terkontaminasi dari
bed luka dengan mempertahankan secara maksimal struktur anatomi yang
penting seperti saraf, pembuluh darah, tendo dan tulang. Tujuan dasar dari
debridement adalah mengurangi kontaminasi pada luka untuk mengontrol
dan mencegah infeksi. Ada beberapa jenis debridement, yaitu: Autolytic
debridement; Enzymayic debridement; Mechanical debridement; biological
debridement; surgical debridement.
Kontrol bakteri adalah satu hal penting yang harus
diperhatikan. Hasil eksperimen menunjukkan jumlah antara 105- 106
organisme/gram di bed luka akan mengganggu penyembuhan luka.
Mengelola eksudat merupakan hal yang penting dalam pengelolaan luka.
Cara terbaik untuk melihat bed luka yang tidak sembuh pada luka kronik
adalah dengan menilai eksudat. Pengelolaan eksudat dapat dilakukan secara
direct maupun indirect. Direct dilakukan dengan balut tekan disertai highly
absorbent dressing atau vacuum mechanical. Bisa juga dilakukan pencucian
dan irigasi menggunakan NaCl 0,9% atau air steril. Indirect, prosedur ini
ditujukan untuk mengurangi penyebab yang mendasari koloni bakteri yang
ekstrim.
Sebelum tindakan bedah (debridement), kondisi yang harus
diperhatikan adalah keadaan umum yang meliputi serum protein > 6,2 g/dl,
serum albumin >3,5 g/dl, total limfosit >1500 sel/mm3. Pemeriksaan kultur
diperlukan terutama pada ulkus yang dalam dan diambil dari jaringan yang
dalam.Diperlukan debridement yang optimal sampai nampak jaringan
yang sehat. dengan cara membuang semua jaringan nekrotik.
Debridement yang tidak optimal akan menghambat penyembuhan ulkus.
Pada penanganan infeksi, debridement merupakan langkah awal yang
sangat bermanfaat untuk mengurangi lama pemberian antibiotik dan
mengurangi angka amputasi. Kultur sebaiknya dilakukan setelah atau
sewaktu dilakukan debridement. Kultur yang didapat dari hapusan luka luar,
sudah dibuktikan memiliki korelasi yang buruk dengan kuman pathogen
sebenarnya.
26
Merendam luka tidak memberikan keuntungan walaupun
secara. tradisionil masih sering dilakukan, bahkan dapat merugikan
karena terjadinya maserasi dan infeksi sekunder. Selain itu karena
kulit penderita tidak sensitif sering terjadi luka bakar akibat penderita
bermaksud merendam lukanya dengan air hangat, ternyata yang
digunakan adalah air panas. Penggunaan obat bakterisidal topikal
seperti povidone iodine asam asetat, kalium permanganas hidrogen
peroksida dan natrium hipokhlorit perlu dipertimbangkan
keuntungannya. Walaupun bahan-bahan tersebut dapat membunuh
bakteri yang ada di permukaan kulit tetapi bahan tersebut juga
bersifat sitotoksik terhadap jaringan granulasi sehingga menghambat
penyembuhan luka. Kita juga harus hati-hati dalam penggunaan
antibiotik topikal, dan biasanya hanya digunakan untuk ulkus yang
dangkal dengan waktu penggunaan tidak boleh lebih dari 2 minggu.
Banyak teknik dan macam jenis pembalutan yang digunakan
saat ini, tapi yang terpenting pembalutan ideal mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
- Menjaga dan melindungi kelembaban jaringan.
- Merangsang penyembuhan luka.
- Melindungi dari suhu luar.
- Melindungi dari trauma mekanis.
- Tidak memerlukan penggantian sering.
- Aman digunakan, tidak toksik, tidak mensensitisasi dan hipoalergik.
- Bebas dari zat yang mengotori.
- Tidak melekat diluka.
- Mudah dibuka tanpa rasa nyeri dan merusak luka.
- Mempunyai daya serap terhadap eksudat.
- Mudah untuk melakukan monitor luka.
- Memudahkan pertukaran udara.
- Tidak tembus mikroorganisme.
- Nyaman untuk pasien.
- Mudah penggunaannya.
27
- Biaya terjangkau.
Perawatan luka dalam suasana lembab akan membantu penyembuhan
luka dengan memberikan suasana yang dibutuhkan untuk pertahanan lokal
oleh makrofag, akselerasi angiogenesis, dan mempercepat proses
penyembuhan luka. Suasana lembab membuat suasana optimal untuk
akselerasi penyembuhan dan memacu pertumbuhan jaringan. Kemampuan
hidrokoloid secara signifikan lebih baik dari kasa NaCl 0,9%, dressing time
rata-rata dan lama rata-rata perawatan ulkus relatif lebih sedikit.
5. Biakan Ulkus
Dalam menghadapi kasus kita haruslah berpegang bahwa tidak semua
ulkus diabetika mengalami infeksi. Ulkus yang tidak ada tanda-tanda infeksi
tidaklah perlu dilakukan kultur. Kuman penyebab infeksi pada ulkus
diabetika umumnya adalah:
a. Infeksi yang ringan : aerobic gram positif ( Staphylococcus aureus.
Streptococcus)
b. Pada infeksi yang dalam dan mengancam penyebab biasanya
polimikrobial, terdiri dari Aerobic gram positif. Basil gram positif (E
coli, Klebsiella sp, Proteus sp), anaerob (Bacteriodes sp,
Peptostreptcoccus sp).
Untuk menentukan bakteri penyebab infeksi ulkus diabetika
diperlukan kultur. Pengambilan bahan kultur dengan cara swab tidak
dianjurkan. Hasil kultur akan lebih dipercaya apabila pengambilan bahan
dengan cara “curettage” dari hasil ulkus setelah debridement.
6. Antibiotika
Adapun prinsip-prinsip penggunaan antibiotik pada ulkus diabetik :
1. Pilihlah antibiotik yang paling potent terhadap bakteri - bakteri ditempat
yang dicurigai sebagai lokasi (site infeksi).
2. Harus diketahui potensi antibiotik yang kita pilih terhadap bakteri -
bakteri tertentu. Antibiotik yang mempunyai potensi balk,
memungkinkan pemberian dosis yang kecil khususnya pada infeksi yang
ringan — sedang.
3. Spektrum antibiotik. Pada infeksi yang dalam dan mengancam jiwa
28
biasanya penyebabnya polymicrobial. Sehingga gunakan antibiotik yang
melawan aerob gram positif, aerob gram negatif, dan anaerob.
Pada ulkus diabetika ringan/sedang antibiotika yang diberikan
difokuskan pada patogen Gram positif. Pada ulkus terinfeksi yang berat
(limb or life threatening infection) kuman lebih bersifat polimikrobial
(mencakup bakteri Gram positif berbentuk coccus, Gram negatif berbentuk
batang, dan bakteri anaerob). Antibiotika harus bersifat broadspectrum dan
diberikan secara injeksi. Pada infeksi berat yang bersifat limb threatening
infection dapat diberikan beberapa alternatif antibiotika seperti:
ampicillin/sulbactam, ticarcillin/clavulanate, piperacillin/ tazobactam,
Cefotaxime atau ceftazidime + clindamycin, fluoroquinolone + clindamycin.
Sementara pada infeksi berat yang bersifat life threatening infection dapat
diberikan beberapa alternatif antibiotika seperti berikut:
ampicillin/sulbactam + aztreonam, piperacillin/tazobactam +vancomycin,
vancomycin + metronbidazole+ceftazidime, imipenem/cilastatin atau
fluoroquinolone + vancomycin + metronidazole. Pada infeksi berat
pemberian antibitoika diberikan selama 2 minggu atau lebih.
Bila ulkus disertai osteomielitis penyembuhannya menjadi lebih lama
dan sering kambuh. Maka pengobatan osteomielitis di samping pemberian
antibiotika juga harus dilakukan reseksi bedah. Antibiotika diberikan secara
empiris, melalui parenteral selama beberapa minggu dan kemudain
dievaluasi kembali melalui foto polos radiologi. Apabila jaringan nekrotik
tulang telah direseksi sampai bersih, pemberian antibiotika dapat
dipersingkat, biasanya memerlukan waktu 2 minggu.
7. Perbaikan Sirkulasi
Sirkulasi pada ulkus diabetika merupakan salah satu faktor yang
penting untuk penyembuhan maka selain faktor vaskuler perlu
dipertimbangkan kemungkinan gangguan rheologi pada penderita tersebut. (15). Penderita DM mempunyai kecenderungan untuk lebih mudah
mengalami koagulasi dibandingkan yang bukan DM akibat adanya
gangguan viskositas pada plasma, deformabilitas eritrosit, agregasi
trombosit serta adanya peningkatan trogen dan faktor von Willbrand’s.
29
Obat-obat yang mempunyai efek reologik bencyclame, pentoxyfilin
dapat memperbaiki eritrosit disamping mengurangi agregasi eritrosit pada
trombosit. Perubahan –perubahan ini akan memperbaiki mikrosirkulasi
dengan tentunya menambah oksigenisasi pada piringan yang sebelumnya
kurang mendapat oksigen. Perbaikan mikrosirkulasi bukan hanya
memperbaiki oksigenasi jaringan dapat kemungkinan juga mempertinggi
efektifitas obat antibiotic, dengan demikian dapat mempercepat
penyembuhan.
8. Non weight bearing
Tindakan non wight bearing diperlukan pada penderita ulkus
diabetika karena umunnya kaki penderita sudah tidak peka lagi terhadap
rasa nyeri, sehingga apabila dipakai berjalan maka akan menyebabkan
luka bertambah besar dan dalam, serta menyebabkan bakteri yang ada
akan mengadakan penetrasi lebih dalam sehingga. menghambat
penyembuhan. Penggunaan tongkat penyangga ("crutches") dan
atau kursi roda jarang mencapai non weight bearing total dan konsisten.
Cara terbaik untuk mencapainya adalah mempergunakan gips (“contact
cast”).
9. Nutrisi
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminenia akan sangat
berpengaruh dalain proses penyembuhan. Perlu untuk monitor kadar Hb
dan albumin darah minimal satu minggu sekali. Usahakan Hb di atas 12
gr / dl dan albumin darah > 3,5 gr / dl. Besi, vitamin B12, asam folat
membantu sel darah merah membawa oksigen ke jaringan. Besi juga
merupakan suatu kofaktor dakam sintesis kolagen, sedangkan vitamin
C dan Zinc penting untuk perbaikan jaringan. Zinc juga berperan
dalam respon imun.
Pengelolaan kaki diabetic berdasarkan kriteria Wagner.
Tabel 5. Pengelolaan berdasarkan kriteria Wagner
Derajat 0 Sepatu yang layak
Edukasi
30
Derajat I
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
Derajat V
Perawatan Podiatrik paliatif
Bedah profilaksis
Prevensi
Infeksi : kultur permukaan ulkus dan antibiotik
Perawatan luka
Evaluasi Radiologi
Koreksi Stress
Pembedahan
Terapi antibiotic
Evaluasi dimensi luka
Evaluasi radiology
Pembedahan
Rawat Rumah Sakit untuk terapi antibiotik intravena
Debribement agresif yang dalam untuk diagnosis
osteomielitis
Kontrol metabolik
Bedah plastik menutup sebagaimana diperlukan
Amputasi lokal sesuai lokasi nekrosis dan vaskularitas
Amputasi mayor dikehendaki
31