BAB III

119
BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA BAB III AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA 3.1. OVERVIU AKUNTANSI PEMERINTAHAN 3.1.1. Reformasi Pelaporan Keuangan Pemerintahan Penyelenggaraan akuntansi di instansi-instansi pemerintahan di Indonesia sudah mulai menjadi keharusan dan tuntutan jaman seiring dengan tuntutan reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan reformasi dalam hal ini adalah agar pemerintah mewujudkan transparansi dan akuntabilitas yang memadai kepada masyarakat. Dalam konteks yang lebih luas pemerintah dituntut untuk mewujudkan good and clean governance. Penyelenggaraan akuntansi menjadi sebuah kebutuhan karena adanya reformasi pelaporan keuangan sebagai bagian dari reformasi di bidang pengelolaan keuangan negara. Reformasi tersebut ditandai dengan berlakunya paket Undang-Undang di Bidang Keuangan Negara, yang terdiri dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Di dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintahan dijelaskan bahwa sebelum berlakunya paket undang-undang di bidang keuangan negara tersebut di atas, ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengharuskan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara dalam bentuk perhitungan anggaran negara/daerah. Wujud laporan ini hanya menginformasikan aliran kas pada APBN/APBD sesuai dengan format anggaran yang disahkan oleh legislatif, tanpa menyertakan informasi tentang posisi kekayaan dan kewajiban pemerintah. Laporan demikian, selain memuat informasi yang terbatas, juga waktu penyampaiannya kepada legislatif amat terlambat. Keandalan (reliability) informasi keuangan yang disajikan MODUL SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH 48

Transcript of BAB III

BAB III : AKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

BAB IIIAKUNTANSI KEUANGAN SKPD, PPKD DAN PEMDA

0. OVERVIU AKUNTANSI PEMERINTAHAN0. Reformasi Pelaporan Keuangan PemerintahanPenyelenggaraan akuntansi di instansi-instansi pemerintahan di Indonesia sudah mulai menjadi keharusan dan tuntutan jaman seiring dengan tuntutan reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan reformasi dalam hal ini adalah agar pemerintah mewujudkan transparansi dan akuntabilitas yang memadai kepada masyarakat. Dalam konteks yang lebih luas pemerintah dituntut untuk mewujudkan good and clean governance.Penyelenggaraan akuntansi menjadi sebuah kebutuhan karena adanya reformasi pelaporan keuangan sebagai bagian dari reformasi di bidang pengelolaan keuangan negara. Reformasi tersebut ditandai dengan berlakunya paket Undang-Undang di Bidang Keuangan Negara, yang terdiri dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.Di dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintahan dijelaskan bahwa sebelum berlakunya paket undang-undang di bidang keuangan negara tersebut di atas, ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengharuskan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara dalam bentuk perhitungan anggaran negara/daerah. Wujud laporan ini hanya menginformasikan aliran kas pada APBN/APBD sesuai dengan format anggaran yang disahkan oleh legislatif, tanpa menyertakan informasi tentang posisi kekayaan dan kewajiban pemerintah. Laporan demikian, selain memuat informasi yang terbatas, juga waktu penyampaiannya kepada legislatif amat terlambat. Keandalan (reliability) informasi keuangan yang disajikan dalam perhitungan anggaran juga sangat rendah karena sistem akuntansi yang diselenggarakan belum didasarkan pada standar akuntansi dan tidak didukung oleh perangkat data dan proses yang memadai. Upaya konkrit dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi di lingkungan pemerintah mengharuskan setiap pengelola keuangan negara untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dengan cakupan yang lebih luas dan tepat waktu. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 menegaskan bahwa laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dimaksud (APBN/APBD) dinyatakan dalam bentuk Laporan Keuangan yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, dan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Selanjutnya di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 dipertegas kembali bahwa Laporan Keuangan dimaksud harus disusun berdasarkan proses akuntansi yang wajib dilaksanakan oleh setiap Pengguna Anggaran dan kuasa Pengguna Anggaran serta pengelola Bendahara Umum Negara/Daerah. Oleh karena itu, pemerintah pusat maupun setiap pemerintah daerah perlu menyelenggarakan akuntansi dalam suatu sistem yang pedomannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan untuk lingkungan pemerintah pusat dan oleh Menteri Dalam Negeri untuk lingkungan pemerintah daerah. Salah satu hal yang amat penting dalam praktek akuntansi dan pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah berhubungan dengan penetapan satuan kerja instansi yang memiliki tanggung jawab publik secara eksplisit di mana laporan keuangannya wajib diaudit dengan opini dari lembaga pemeriksa yang berwenang. Instansi demikian digolongkan sebagai Entitas Pelaporan. Sementara instansi lain yang wajib menyelenggarakan akuntansi dan berperan secara terbatas sebagai entitas akuntansi berperan sebagai penyumbang bagi Laporan Keuangan yang disusun dan disampaikan oleh Entitas Pelaporan. Dalam PP No. 8 Tahun 2006 ditetapkan bahwa yang termasuk Entitas Pelaporan adalah (i) pemerintah pusat, (ii) pemerintah daerah, (iii) setiap Kementerian Negara/Lembaga, dan (iv) Bendahara Umum Negara. Sementara itu, setiap kuasa Pengguna Anggaran, termasuk entitas pelaksana Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan, untuk tingkat pemerintah pusat, Satuan Kerja Perangkat Daerah, Bendahara Umum Daerah, dan kuasa Pengguna Anggaran tertentu di tingkat daerah diwajibkan menyelenggarakan akuntansi sebagai Entitas Akuntansi. Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, ditetapkan bahwa Laporan Keuangan pemerintah pada gilirannya harus diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebelum disampaikan kepada pihak legislatif sesuai dengan kewenangannya. Pemeriksaan BPK dimaksud adalah dalam rangka pemberian pendapat (opini) sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004. Dengan demikian, Laporan Keuangan yang disusun oleh pemerintah yang disampaikan kepada BPK untuk diperiksa masih berstatus belum diaudit (unaudited financial statements).Sebagaimana lazimnya, Laporan Keuangan tersebut setelah diperiksa dapat disesuaikan berdasarkan temuan audit dan/atau koreksi lain yang diharuskan oleh SAP. Laporan Keuangan yang telah diperiksa dan telah diperbaiki itulah yang selanjutnya diusulkan oleh pemerintah pusat/daerah dalam suatu rancangan undang-undang atau peraturan daerah tentang Laporan Keuangan pemerintah pusat/daerah untuk dibahas dengan dan disetujui oleh DPR/DPRD. Selain itu, menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pada rancangan undang-undang atau peraturan daerah tentang Laporan Keuangan pemerintah pusat/daerah disertakan atau dilampirkan informasi tambahan mengenai Kinerja instansi pemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh Pengguna Anggaran sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan. Pengungkapan informasi tentang Kinerja ini adalah relevan dengan perubahan paradigma penganggaran pemerintah yang ditetapkan dengan mengidentifikasikan secara jelas keluaran (output) dari setiap kegiatan dan hasil (outcomes) dari setiap program. Dalam rangka memperkuat akuntabilitas pengelolaan anggaran dan perbendaharaan, setiap pejabat yang menyajikan Laporan Keuangan diharuskan memberi pernyataan tanggung jawab atas Laporan Keuangan yang bersangkutan. Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota/kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah harus secara jelas menyatakan bahwa Laporan Keuangan telah disusun berdasarkan Sistem Pengendalian Intern yang memadai dan informasi yang termuat pada Laporan Keuangan telah disajikan sesuai dengan SAP. PP No 8 Tahun 2006 merupakan landasan bagi penyelenggaraan kegiatan akuntansi mulai dari satuan kerja Pengguna Anggaran, penyusunan Laporan Keuangan oleh Entitas Pelaporan dan penyajiannya kepada BPK untuk diaudit, hingga penyampaian rancangan undang-undang atau rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD. Namun, segala hal yang berhubungan dengan pembahasan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD oleh legislatif atau penggunaan laporan tersebut oleh pihak-pihak terkait tidak dicakup pengaturannya dalam Peraturan Pemerintah tersebut.Adapun perkembangan akuntansi dan pelaporan keuangan di pemerintah daerah, bahkan telah didorong sejak keluarnya PP No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah tersebut salah satu peraturan yang mengatur tentang pengelolaan keuangan daerah sejak era otonomi daerah bergulir yang ditandai dengan ditetapkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Di dalam pasal 35, PP 105/2000 disebutkan bahwa penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah berpedoman pada standar akuntansi keuangan pemerintah daerah yang berlaku. Selanjutnya di dalam pasal 38 dinyatakan bahwa laporan pertanggungjawaban keuangan daerah yang harus disusun oleh kepala daerah terdiri dari laporan perhitungan APBD, nota perhitungan APBD, laporan aliran kas dan neraca. Akan tetapi, standar akuntansi pemerintahan itu sendiri pertama kali baru ditetapkan pada tahun 2005 dengan PP No. 24 Tahun 2005, sehingga hal ini menjadi salah satu kendala yang muncul di dalam penerapan akuntansi di pemda. Perkembangan pada periode berikutnya, seiring dengan keluarnya undang-undang di bidang keuangan negara sebagaimana telah diuraikan di atas, PP No. 105/2000 direvisi/diganti dengan PP No. 58 Tahun 2005 tentang Keuangan Daerah yang merupakan turunan dari UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah (pengganti UU No. 22/1999) dan UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (pengganti UU No. 25/1999). Istilah dan komponen laporan keuangan pemerintah daerah di dalam PP 58/2005 telah sesuai dengan yang dinyatakan di dalam undang-undang di bidang keuangan negara. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa laporan keuangan pemerintah daerah merupakan bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu, penyelenggara akuntansi di pemerintah daerah tidak cukup hanya memahami SAP tetapi juga harus memahami dan/atau memperhatikan peraturan-peraturan yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah, (terutama misalnya menyangkut struktur APBD, mekanisme penatausahaan pelaksanaan APBD), sebagaimana diatur dalam PP No. 58/2005 dan diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah direvisi dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007 dan terakhir dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011 (revisi kedua).

0. Standar Akuntansi PemerintahanSebagaimana telah diuraikan di atas bahwa UU No. 17/2003 mengharuskan penyusunan laporan keuangan pemerintah berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. SAP tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP).SAP yang pertama ditetapkan adalah SAP dengan basis cash toward accrual (CTA) atau basis kas menuju akrual, ditetapkan dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Sesungguhnya UU No. 17/2003 dan UU No. 1/2004 mengamanatkan agar pemerintah mengakui pendapatan dan belanja dengan basis akrual yang harus diterapkan selambat-lambatnya mulai tahun 2008. Namun demikian, kedua Undang-Undang tersebut masih memberikan toleransi kepada pemerintah untuk menerapkan basis kas menuju akrual sebelum dapat menerapkan basis akrual (penuh).SAP dengan basis akrual pada akhirnya lahir pada tahun 2010, ditetapkan dengan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Meskipun SAP berbasis akrual ini telah ditetapkan, akan tetapi di dalam Pasal 7, PP 71/.2010 dinyatakan bahwa SAP berbasis akrual diterapkan secara bertahap dari SAP berbasis kas menuju akrual menjadi SAP berbasis akrual. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP berbasis akrual secara bertahap bagi pemerintah pusat ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan, sedangkan bagi pemerintah daerah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.SAP setidaknya mengatur hal-hal yang terkait dengan prinsip pengakuan/pencatatan, pengukuran/penilaian, penyajian/pengklasifikasian dan pengungkapan/penjelasan transaksi dan kejadian keuangan pemerintah. 0. Prinsip pengakuan berkaitan dengan waktu pengakuan dari pengaruh transaksi terhadap pos-pos laporan keuangan. Prinsip ini menjawab pertanyaan: kapan suatu transaksi itu akan dicatat/diakui?. Waktu pengakuan suatu transaksi tergantung kepada basis akuntansi yang digunakan. SAP yang berbasis cash toward accrual mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan pada saat kas telah diterima/dibayarkan di/dari rekening kas negara/daerah (basis kas); sedangkan pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui pada saat terjadinya (basis akrual). Sedangkan SAP berbasis akrual mengakui pendapatan, beban, aset, kewajiban dan ekuitas pada saat terjadinya atau pada saat hak/kewajiban pemerintah telah muncul. Sementara itu, LRA tetap disusun dengan basis kas dengan alasan bahwa LRA merupakan statutory report.0. Prinsip pengkuran berkaitan dengan penetapan nilai uang yang harus dicatat di dalam pos-pos laporan keuangan sebagai pengaruh dari terjadinya transaksi. Prinsip ini menjawab pertanyaan: pada nilai berapa transaksi akan dicatat?. Beberapa prinsip pengukuran yang dapat digunakan dijelaskan di dalam SAP, namun yang umum digunakan adalah prinsip harga perolehan (cost).0. Prinsip Penyajian/Pengklasifikasian berkaitan dengan bagaimana suatu transaksi diklasifikasikan dan pada akhirnya disajikan dalam lembar/halaman muka laporan keuangan. 0. Prinsip Pengungkapan/Penjelasan berkaitan dengan bagaimana pos-pos laporan keuangan dinyatakan di dalam halaman muka (on the face) laporan keuangan dan dijelaskan atau diungkapkan di dalam CaLK.

SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), dan dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (KKAP), Interpretasi SAP (IPSAP) dan Buletin Teknis. SAP berbasis CTA terdiri dari 11 PSAP (menjadi Lampiran II PP No. 71/2010) dan sampai saat ini sudah dilengkapi dengan 10 Buletin Teknis. Sementara itu PSAP berbasis akrual, termuat di dalam Lampiran I PP No. 71/2010, terdiri dari 12 PSAP.KKAP adalah prinsip-prinsip yang mendasari penyusunan dan pengembangan SAP bagi KSAP dan merupakan rujukan penting bagi KSAP, penyusun laporan keuangan, dan pemeriksa dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur secara jelas dalam PSAP. Apabila terjadi pertentangan antara PSAP dan KKAP, maka PSAP diunggulkan secara relatif terhadap KKAP.IPSAP adalah klarifikasi, penjelasan dan uraian lebih lanjut atas PSAP yang diterbitkan oleh KSAP. Buletin Teknis adalah informasi yang diterbitkan oleh KSAP yang memberikan arahan/pedoman secara tepat waktu untuk mengatasi masalah-masalah akuntansi maupun pelaporan keuangan yang timbul namun belum diatur secara khusus atau detil di dalam PSAP.

0. Sistem Akuntansi PemerintahanProses akuntansi bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan. Penyelenggaraan akuntansi tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya jika tidak dibangun sistem akuntansinya. Sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah.Penyusunan sistem akuntansi pemerintahan tersebut mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan. Suatu sistem akuntansi pemerintahan setidak-tidaknya mengatur mengenai format laporan keuangan, kebijakan akuntansi, prosedur akuntansi, bagan akun standar, jurnal standar, entitas pelaporan dan entitas akuntansi, dokumen transaksi yang digunakan. Sistem akuntansi pemerintah pusat (SAPP) ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (Pasal 7, UU 1/2004). Sedangkan sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) ditetapkan dengan peraturan kepala daerah (Pasal 96 PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah). Selanjutnya berdasarkan PP 71/2010, pembentukan sistem akuntansi pemerintahan tsb harus mengacu kepada Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintah (PUSAP) yang pada saat ini telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 238/PMK.05/2011.Proses akuntansi adalah serangkaian kegiatan akuntansi mulai dari penjurnalan transaksi, posting ke buku besar, penyusunan neraca saldo, jurnal penyesuaian, hingga penyusunan laporan keuangan. Proses akuntansi akan dapat berjalan bila sistem akuntansi sudah dibangun. Proses akuntansi tersebut dapat diselenggarakan secara manual maupun dengan bantuan software aplikasi komputer akuntansi. Proses akuntansi pemerintahan diselenggarakan seiring dengan pelaksanaan anggaran yang dimulai sejak awal tahun anggaran hingga dihasilkannya laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran untuk setiap akhir tahun anggaran.Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan pemerintah disusun dengan berpedoman kepada SAP dan dihasilkan melalui suatu sistem akuntansi. Berikut ini digambarkan suatu konstruksi yang menghubungkan antara pengguna laporan, dasar hukum penyusunan laporan keuangan, SAP, sistem akuntansi dan laporan keuangan yang dihasilkan.

0. Akuntansi PemerintahanPengertian akuntansi bila dilihat dari prosesnya (aktivitasnya) baik di sektor komersial maupun di sektor pemerintahan pada prinsipnya adalah sama. Namun demikian, terdapat sejumlah perbedaan dari jenis transaksi yang menjadi objek akuntansinya sehingga hal tersebut menyebabkan sejumlah perbedaan antara laporan keuangan sektor komersial dengan laporan keuangan sektor pemerintahan. Hal ini bisa kita cermati dari beberapa definisi akuntansi di bawah ini dan penjelasan-penjelasan pada bagian berikutnya.Menurut American Institute of Certified Public Accountants-AICPA (1970), akuntansi didefinisikan sbb.:Accounting is a service activity. Its function is to provide quantitative information, primarily financial in nature, about economic entities that is intended to be useful in making economic decision in making reasoned choises among alternative course of action.

Definisi akuntansi dari AICPA di atas adalah dalam konteks pengertian secara umum, yang bila diterjemahan secara bebas, akuntansi didefinisikan sebagai suatu aktivitas jasa yang bertujuan untuk menyajiakan informasi yang bersifat keuangan dari suatu entitas (organisasi), yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan.Sugijanto, dkk (1995) memberikan definisi akuntansi pemerintahan, lebih kepada prosesnya, sebagai berikut:Akuntansi pemerintahan meliputi aktivitas pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran, pelaporan transaksi-transaksi keuangan pemerintah sebagai suatu kesatuan dari unit-unitnya, serta penafsiran atas hasil aktivitas ini.

Pengertian akuntansi yang diberikan oleh Sugijanto, dkk tersebut mengacu kepada pengertian akuntansi yang disarankan oleh Committee on Terminology dari AICPA (1941) sebagai berikut:Accounting is the art of recording, classifying and summarizing, in a significant manner and in terms of money, transactions and events, which are in part at least, of financial character, and interpreting the results there of.

Berdasarkan beberapa pengertian akuntansi di atas, kiranya dapat diikhtisarkan beberapa kata kunci yang dapat menjelaskan pengertian akuntansi pemerintahan, sbb:0. akuntansi adalah aktivitas pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran dan pelaporan;0. objek akuntansi pemerintahan adalah transaksi-transaksi keuangan pemerintahan sebagai implikasi dari pelaksanaan APBN/APBD;0. output akuntansi pemerintahan adalah laporan keuangan pemerintah yang merupakan laporan pertanggungjawaban dari pelaksanaan APBN/APBD.

Akuntansi keuangan daerah dimaksudkan sebagai aktivitas akuntansi yang diselenggarakan baik oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran maupun oleh pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) selaku pengguna anggaran dan sekaligus selaku bendahara umum daerah (BUD) yang bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan untuk tujuan umum. Laporan keuangan tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran (APBD).Selanjutnya bila dilihat dari tujuannya, Sugijanto, dkk (1995) menyebutkan tiga tujuan pokok dari akuntansi pemerintahan, yaitu: pertanggungjawaban, manajerial dan pengawasan. Mengingat pentingnya tujuan akuntansi pemerintahan tsb, dapat dipahami bahwa penyelenggaraan akuntansi di sektor pemerintah menjadi aspek yang sangat penting sebagai bagian yang tak terpisahkan dari reformasi di bidang pengelolaan keuangan negara/daerah.

Pertanyaan Sub-Bab 3.1. :0. Sebutkan dasar hukum penyusunan laporan keuangan pemerintah baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan pemerintah!0. Sebutkan komponen laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan PP No. 105/2000 dan PP No. 58/2005!0. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara akuntansi komersial dan akuntansi pemerintahan !0. Jelaskan perbedaan antara basis akuntansi kas menuju akrual dengan basis akuntansi akrual di dalam akuntansi pemerintahan !0. Jelaskan pengertian SAP dan KK-AP ?0. Apabila terdapat pertentangan antara PSAP dan KK-AP, manakah yang diunggulkan/diterapkan ? 0. Apakah dengan terbitnya PP No. 71/2010 tentang SAP (baru) berarti secara otomatis pemerintah harus menerapkan basis akuntansi akrual ? jelaskan!

0. PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH0. Komponen Laporan Keuangan Berdasarkan SAP Berbasis Kas Menuju AkrualBerdasarkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual (PP 24/2005), pemerintah daerah selaku entitas pelaporan diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan yang sekurang-kurangnya terdiri dari:1. Laporan Realisasi APBD (LRA)LRA menyajikan informasi mengenai realisasi anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam satu tahun anggaran tertentu yang diperbandingkan dengan anggarannya masing-masing dalam tahun anggaran yang bersangkutan.2.NeracaNeraca menyajikan informasi mengenai posisi keuangan pada tanggal tertentu yang terdiri dari aset, kewajiban (utang) dan ekuitas dana (kekayaan bersih).3.Laporan Arus Kas (LAK)LAK menyajikan informasi mengenai sumber penerimaan dan penggunaan kas dari aktivitas operasi, investasi non keuangan, pembiyaan dan aktivitas non anggaran selama satu tahun anggaran. LAK akan menjelaskan perubahan (kenaikan/penurunan) saldo kas yang dilaporkan di Neraca.4.Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)CaLK menyajikan informasi tambahan ataupun detil informasi dari ketiga komponen laporan keuangan di atas (LRA, Neraca, LAK), maupun informasi lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan ketiga komponen laporan keuangan di atas tetapi dianggap relevan/dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan, contoh: kondisi makro ekonomi, kebijakan keuangan pemerintah, dsb.

0. Komponen Laporan Keuangan Berdasarkan SAP Berbasis AkrualDalam perkembangan berikutnya, sebagaimana amanat UU 17/2003 dan UU 1/2004, ditetapkan SAP Berbasis Akrual yang ditetapkan dengan PP 71/2010 sebagai pengganti dari SAP Berbasis Kas Menujua Akrual (PP 24/2005). Komponen laporan keuangan yang harus disusun oleh pemerintah pusat maupun pemda berdasarkan SAP yang baru tersebut menjadi terdiri dari:1. Neraca;Neraca merupakan komponen laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);LRA merupakan komponen laporan keuangan yang menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran.1. Laporan Operasional (LO);LO merupakan komponen laporan keuangan yang menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.1. Laporan Arus Kas (LAK);LAK merupakan komponen laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.1. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);LPE merupakan komponen laporan keuangan yang menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos ekuitas awal, surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan; koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, dan ekuitas akhir.1. Laporan Perubahan SAL (LPSAL); Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan komponen laporan keuangan yang menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut Saldo Anggaran Lebih awal, Penggunaan Saldo Anggaran Lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan, Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya, dan Saldo Anggaran Lebih Akhir.1. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).CALK merupakan komponen laporan keuangan yang meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.

0. FORMAT LAPORAN KEUANGAN

1. Neraca Format Neraca untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Keuangan sedangkan format neraca untuk pemerintah daerah mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Dalam Negeri. Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang format Neraca mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan ketentuan perundangan yang berlaku tentang pengelolaan keuangan pemerintah pusat/pemerintah daerah.1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) LRA menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut:1. Pendapatan-LRA;1. Belanja;1. Transfer;1. Surplus/Defisit-LRA;1. Penerimaan pembiayaan;1. Pengeluaran pembiayaan;1. Pembiayaan neto;1. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA).Format Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Keuangan sedangkan format Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah daerah mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Dalam Negeri. Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang format Laporan Realisasi Anggaran mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan ketentuan perundangan yang berlaku tentang pengelolaan keuangan pemerintah pusat/pemerintah daerah.1. Laporan Operasional (LO)Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban, surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar secara komparatif. Laporan Operasional mencakup pos-pos informasi berikut:1. Pendapatan-LO;1. Beban;1. Surplus/Defisit dari operasi;1. Kegiatan Non Operasional;1. Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa;1. Pos Luar Biasa;1. Surplus/Defisit-LO. Format Laporan Operasional untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Keuangan sedangkan format Laporan Operasional untuk pemerintah daerah mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Dalam Negeri. Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang format Laporan Operasional mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan ketentuan perundangan yang berlaku tentang pengelolaan keuangan pemerintah pusat/pemerintah daerah.1. Laporan Arus Kas (LAK)Laporan Arus Kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Format Laporan Arus Kas untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Keuangan sedangkan format Laporan Arus Kas untuk pemerintah daerah mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Dalam Negeri. Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang format Laporan Arus Kas mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan ketentuan perundangan yang berlaku tentang pengelolaan keuangan pemerintah pusat/pemerintah daerah.1. Laporan Perubahan EkuitasLaporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:1. Ekuitas awal;1. Surplus/defisit LO pada periode bersangkutan;1. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya :1. Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya;1. Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.1. Ekuitas akhir.Format Laporan Perubahan Ekuitas untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Keuangan sedangkan format Laporan Perubahan Ekuitas untuk pemerintah daerah mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Dalam Negeri. Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang format Perubahan Ekuitas mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan ketentuan perundangan yang berlaku tentang pengelolaan keuangan pemerintah pusat/pemerintah daerah.1. Laporan Perubahan SALLaporan Perubahan SAL menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos sebagai berikut:1. Saldo Anggaran Lebih Awal;1. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;1. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;1. Koreksi kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya;1. Lain-Lain;1. Saldo Anggaran Lebih Akhir.Format Laporan Perubahan SAL untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Keuangan sedangkan format Laporan Perubahan SAL untuk pemerintah daerah mengikuti ketentuan yang diatur oleh Menteri Dalam Negeri. Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang format Perubahan SAL mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan ketentuan perundangan yang berlaku tentang pengelolaan keuangan pemerintah pusat/pemerintah daerah.1. Catatan atas Laporan KeuanganCatatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Arus Kas dapat mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.Catatan Atas Laporan Keuangan sekurang-kurangnya memuat:I. Penjelasan UmumA.1.Dasar HukumA.2.Kebijakan Fiskal/Keuangan dan Ekonomi MakroA.3.Pendekatan Penyusunan Laporan KeuanganA.4.Kebijakan AkuntansiII. Penjelasan Atas Pos-Pos LRAB.1.Penjelasan Umum LRAB.2.Penjelasan Per Pos LRAB.3.Catatan Penting LainnyaIII. Penjelasan Atas Pos-Pos NeracaC.1.Penjelasan Umum NeracaC.2.Penjelasan Per Pos NeracaC.3.Catatan Penting LainnyaIV. Penjelasan Atas Pos-Pos Laporan Arus KasD.1.Ikhtisar Laporan Arus Kas D.2.Penjelasan Per Pos Laporan Arus KasD.3.Catatan Penting LainnyaV. Penjelasan Atas Pos-Pos Laporan OperasionalE.1Penjelasan Umum LOE.2Penjelasan Per Pos LOE.3Catatan Penting LainnyaVI. Penjelasan Atas Laporan Perubahan EkuitasF.1Penjelasan UmumF.2Catatan Penting LainnyaVII. Penjelasan Atas Laporan Perubahan SALG.1Penjelasan UmumG.2 Catatan Penting Lainnya

0. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintahan

1. Peranan Pelaporan Keuangan PemerintahanDi dalam Lampiran I PP 71/2010 tentang SAP (Akrual) dijelaskan bahwa peranan laporan keuangan adalah sbb.:a. Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. b. ManajemenMembantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.c. TransparansiMemberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.d. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengluaran tersebut.e. Evaluasi Kinerja Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.

1. Tujuan Pelaporan Keuangan PemerintahanDi dalam Lampiran I PP 71/2010 tentang SAP (Akrual) dijelaskan bahwa pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:(a)Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan;(b) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;(c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;(d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;(e) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman; (f) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan.

0. Karakteristik Kualitatif Laporan KeuanganKarakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Berdasarkan KKAP terdapat empat karakteristik kualitatif yang merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki, yaitu: (a) Relevan; (b) Andal; (c) Dapat dibandingkan; dan (d) Dapat dipahami.

Berikut akan dijelaskan masing-masing dari keempat karakteristik kualitatif tersebut.(a) RelevanLaporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi dikatakan relevan bila memenuhi karakteristik berikut: (1) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value) Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu. (2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value)Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini. (3) Tepat waktu Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan. (4) Lengkap Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah. (b) Andal Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik: (1) Penyajian Jujur Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. (2) Dapat Diverifikasi (verifiability)Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.(3) Netralitas Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.(c) Dapat DibandingkanInformasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.(d) Dapat DipahamiInformasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh pengguna, misalnya bahasa di dalam laporan keuangan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Namun demikian, pengguna pun dituntut dan/atau diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

Pertanyaan Sub-Bab 3.2. :1. Sebutkan komponen laporan keuangan yang wajib disusun oleh pemda baik dengan basis CTA maupun basis akrual ! dan jelaskan pengertiannya masing-masing !1. Sebutkan rumus untuk menentukan surplus/defisit, pembiayaan neto dan SILPA !1. Sebutkan klasifikasi yang digunakan di dalam penyusunan Laporan Arus Kas pemerintahan!1. Apakah saldo akhir kas di Neraca harus selalu sama dengan saldo akhir kas di Laporan Arus Kas? jelaskan!1. Sebutkan pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pengguna laporan keuangan pemerintahan? dan kapan laporan keuangan tahunan pemda selambat-lambatnya harus disampaikan kepada DPRD?1. Sebutkan kriteria laporan keuangan untuk dikatakan relevan dan andal!

0. SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH 2. PengertianPenyusunan laporan keuangan harus dihasilkan melalui suatu sistem dan prosedur yang dibakukan/ditetapkan dalam bentuk peraturan perundang - undangan. Di dalam Pasal 6, PP 8/2006 dinyatakan bahwa laporan keuangan pemerintahan dihasilkan dari suatu sistem akuntansi pemerintahan. Sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah. Dari pengeritan sistem akuntansi di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua komponen laporan keuangan yang dihasilkan secara langsung dari sistem (proses) akuntansi yaitu neraca dan laporan operasional (LO) atau laporan realisasi anggaran (LRA). Sementara itu, LAK (laporan arus kas), LPE, LP SAL, dihasilkan melalui suatu proses lanjutan dan analisis dari neraca, LO dan LRA; sementara itu, CaLK nyata-nyata tidak dapat dihasilkan secara langsung (otomatis) dari sistem (proses) akuntansi, karena informasi di dalam CaLK bersifat kuantitatif/keuangan maupun kualitatif/deskriptif. Bahkan informasi dalam CaLK juga mencakup informasi non-akuntansi dan bisa dilengkapi dengan berbagai macam tabel maupun grafik yang dianggap relevan.Suatu sistem akuntansi pemerintahan setidak-tidaknya mengatur mengenai format laporan keuangan, kebijakan akuntansi, prosedur akuntansi, bagan akun standar, jurnal standar, entitas pelaporan dan entitas akuntansi, dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar pencatatan suatu transaksi. Penyusunan sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) tersebut harus mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan ketentuan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah.

2. Struktur Sistem Akuntansi PemdaSebagaimana diketahui bahwa sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah pusat (SAPP) ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (Pasal 7, UU 1/2004). Sedangkan sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) ditetapkan dengan peraturan kepala daerah (Pasal 96, PP 58/2005).Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) dapat dikelompokkan ke dalam dua sub sistem pokok berikut:a.Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SA-SKPD)SKPD merupakan entitas akuntansi yang berkewajiban menyusunan laporan keuangan dan menyampaikannya kepada kepala daerah melalui PPKD. Oleh karena itu, SKPD menyelenggarkan SA-SKPD untuk menghasilkan laporan keuangan SKPD yang terdiri dari LRA, LO, Neraca, LPE (Lap Perubahan Ekuitas), dan CaLK. Namun perlu diingat bahwa CaLK tidak dapat dihasilkan secara langsung dari sistem (proses) akuntansi karena CaLK harus diolah secara manual berdasarkan data keuangan maupun non keuangan.b.Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (SA-PPKD)SA-PPKD terbagi ke dalam dua subsistem yang terintegrasi, yaitu:0. SA-PPKD sebagai pengguna anggaran (entitas akuntansi) yang akan menghasilkan laporan keuangan PPKD yang terdiri dari LRA PPKD, LP-SAL, LO-PPKD, Neraca PPKD, dan CaLK PPKD.0. SA-Konsolidator sebagai wakil pemda (entitas pelaporan) yang akan mencatat transaksi resiprokal antara SKPD dan PPKD (selaku BUD) dan melakukan proses konsolidasi laporan keuangan dari laporan keuangan seluruh SKPD dan laporan keuangan PPKD menjadi laporan keuangan pemda.yang terdiri dari LRA (laporan realisasi APBD), LP-SAL, LO, Neraca Pemda, LPE, LAK, dan CaLK Pemda.

2. Sistem Pembukuan Persamaan dasar akuntansi merupakan konsepsi dasar dalam pencatatan transaksi berdasarkan sistem pembukuan ganda (double entry system). Namun, sistem pembukuan double entry tersebut dapat saja dikembangkan sesuai kebutuhan, sebagaimana di dalam modul ini Penulis mengusulkan sebuah teknik pencatatan yang Penulis sebut sebagai triple entry record system, yaitu suatu sistem pembukuan yang menggabungkan antara double entry dan single entry dengan mekanisme sbb:1. Untuk mencatat transaksi yang melibatkan pos-pos neraca dan LO (basis akrual), yaitu aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LO, dan beban, menggunakan double entry dalam suatu buku jurnal sebagaimana biasanya; dan1. Untuk mencatat transaksi pos-pos LRA (basis akrual) yaitu pendapatan-LRA, belanja dan pembiayaan menggunakan single entry (semacam pembukuan bendahara untuk mencatat pendapatan LRA dan belanja LRA secara terpisah).

Dengan demikian, laporan keuangan berupa Neraca dan LO dihasilkan dari proses akuntansi sebagaimana biasanya yang dimulai dari penjurnalan (pembukuan double entry). Sedangkan LRA dihasilkan dari pembukuan single entry yang mirip dengan Buku Kas Umum yang diselenggarakan oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran. Berdasarkan konsep double entry, setiap pengaruh transaksi yang dicatat (dibukukan) akan selalu berada dalam suatu keseimbangan antara sisi kiri (debit) dan sisi kanan (kredit). Hal ini dapat dicerminkan dalam suatu persamaan dasar akuntansi berikut.

PERSAMAAN AKUNTANSI UMUM

ASET=KEWAJIBAN + MODAL PEMILIK

ASET=HAK KREDITOR + HAK RESIDUAL PEMILIK

AKTIVA=PASSIVA

Berdasarkan persamaan akuntansi umum di atas, dapat diturunkan sebuah persamaan akuntansi yang spesifik untuk akuntansi pemerintahan dengan berpedoman pada SAP berbasis akrual (PP 71/2010) sebagai berikut:

PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHANASET=KEWAJIBAN + EKUITAS

ASET= HAK KREDITOR + HAK RESIDUAL PEMERINTAH

Untuk memberikan ilustrasi lebih lanjut dari persamaan dasar akuntansi pemerintah di atas, berikut ini dikembangkan beberapa kondisi persamaan akuntansi pemerintahan.

PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHANSISI KIRI(DEBIT)=SISI KANAN(KREDIT)

Keterangan

Aset=EkuitasPersamaan 1: posisi neraca dimana pemerintah tidak memiliki utang

Aset=Kewajiban + EkuitasPersamaan 2: posisi neraca dimana pemerintah memiliki utang

Aset=Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan LO BebanPersamaan 3: posisi neraca setelah dipengaruhi pelaksanaan APBD (di luar pembiayaan)

ATAU

Aset + Beban=Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan LO

Di dalam proses akuntansi, sebagaimana dijelaskan di atas, transaksi akan dicatat pertama kali pada buku jurnal dengan menggunakan kaidah debit-kredit sebagai implementasi dari double entry system. Suatu transaksi yang berakibat bertambahnya aset, maka akun aset akan dicatat pada sisi debit; dan sebaliknya jika transaksi mengakibatkan berkurangnya aset, maka akun aset akan dicatat pada sisi kredit. Hal yang sama berlaku untuk beban.Aturan yang sebaliknya dari aturan debit-kredit untuk aset dan beban akan berlaku untuk akun utang, ekuitas, dan pendapatan. Contoh, apabila suatu transaksi mengakibatkan bertambahnya utang, maka akun utang akan dicatat di sisi kredit; dan sebaliknya jika transaksi mengakibatkan berkurangnya utang, maka akun utang tersebut akan dicatat sisi debit. Cara yang sama berlaku untuk ekuitas, dan pendapatan. Dengan kaidah debit-kredit seperti diuraikan di atas, berikut ini digambarkan ringkasan kaidah debit-kredit dan saldo normalnya dari masing-masing akun yang digunakan dalam pencatatan transaksi keuangan pemerintah.

KAIDAH DEBIT-KREDIT DAN SALDO NORMAL AKUNAKUNDEBITKREDITSALDO NORMAL

ASET(+)(-)DEBIT

KEWAJIBAN(-)(+)KREDIT

EKUITAS(-)(+)KREDIT

PENDAPATAN-LO(-)(+)KREDIT

BEBAN(+)(-)DEBIT

2. Kebijakan AkuntansiInstrumen sistem akuntansi lainnya yang harus disiapkan oleh pemda adalah kebijakan akuntansi. Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.Kebijakan akuntansi pemda dimaksudkan sebagai pedoman teknis akuntansi tambahan yang bersifat yang mengacu kepada SAP dan ketentuan perundang-undangan mengenai keuangan daerah. Sebagai contoh, di dalam PSAP No. 7 dinyatakan bahwa aset tetap dapat disusutkan dengan tiga metode pilihan, yaitu: 1) metode garis lurus, 2) metode menurun ganda, dan 3) metode unit produksi. Selanjutnya apabila pemda ingin menerapkan penyusutan untuk aset tetapnya, maka harus dirumuskan di dalam kebijakan akuntansinya mengenai metode penyusutan yang akan dipilih berikut estimasi masa manfaat dari aset yang akan disusutkan. Contoh lain di dalam PSAP yang sama disebutkan bahwa pemerintah harus menentukan batas nilai minimal dari sebuah aset untuk dikapitalisasi sebagai aset tetap (capitalization threshold), maka pemda harus menentukan batas minimal kapitalisasi itu di dalam kebijakan akuntansinya. Seperti halnya yang diatur di dalam SAP, pada dasarnya kebijakan akuntansi mengatur hal-hal menyangkut pengakuan transaksi, pengukuran, pelaporan dan pengungkapan secara spesifik yang dipilih oleh entitas pelaporan yang bersangkutan. Kebijakan akuntansi tersebut ditetapkan dengan peraturan kepala daerah dengan berpedoman kepada SAP, PUSAP dan peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah.

2. Bagan AkunInstrumen sistem akuntansi lainnya yang harus disiapkan oleh pemda adalah bagan akun (chart of accounts). Bagan akun berisi nama dan kode akun yang akan digunakan untuk mencatat dan mengklasifikasikan setiap jenis transaksi yang serupa secara detil. Nama dan kode akun dapat dikembangkan dari struktur/format laporan keuangan yang ingin dihasilkan oleh pemda sesuai dengan SAP dan mengacu pada PUSAP. Daftar akun untuk akuntansi pemda dalam rangka penerapan SAP berbasis akrual mengacu ke Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP) sebagaimana ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 238/PMK.05/2011 adalah sebagai berikut:

BAGAN AKUN STANDAR UNTUK PEMERINTAH DAERAH

1. Akun Neraca0. Akun AsetAset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.Klasifikasi akun aset dapat dilihat pada LAMPIRAN I.0. Akun KewajibanKewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah.Klasifikasi dari akun Kewajiban sebagaimana tercantum pada LAMPIRAN II.0. Akun Ekuitas Ekuitas merupakan kekayaan bersih Pemerintah Daerah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban Pemerintah Daerah pada tanggal laporan. Klasifikasi Akun Ekuitas sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN III.

2. Akun Laporan Realisasi Anggaran0. Akun Pendapatan-LRAPendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah.Klasifikasi Akun Pendapatan-LRA sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN IV.0. Akun BelanjaBelanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.Klasifikasi akun belanja pada pemerintah daerah sebagaimana tercantum pada LAMPIRAN V.0. Akun Transfer-LRATransfer adalah pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan kepada entitas pelaporan lain. Pada Pemerintah Daerah, transfer dapat diklasifikasikan ke dalam LAMPIRAN VI.0. Surplus/DefisitSurplus/Defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode. Penghitungan Surplus/Defisit tidak diberikan kode akun tersendiri. Angka ini merupakan selisih lebih/kurang antara Total Pendapatan dikurangi dengan total belanja plus transfer [S/D = Pendapatan (Belanja + Transfer)]. 0. Akun PembiayaanPembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. 2. Akun Penerimaan PembiayaanPenerimaan Pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang dimaksudkan untuk menutup defisit.Akun Penerimaan Pembiayaan bagi pemerintah dapat dilihat pada LAMPIRAN VII.1. Akun Pengeluaran PembiayaanPengeluaran Pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang dimaksudkan untuk memanfaatkan surplus anggaran. Akun Pengaluaran Pembiayaan Pemerintah diklasifikasikan pada LAMPIRAN VIII.0. SILPA/SIKPASisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam APBD selama satu periode pelaporan.3. Akun Laporan Operasional (LO)1. Akun Pendapatan-LOPendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.Klasifikasi Akun Pendapatan-LO sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN IX.1. Akun BebanBeban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.Menurut SAP, Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi. Klasifikasi ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban.Klasifikasi Akun Beban sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN X.1. Akun Beban Transfer-LOBeban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Klasifikasi Beban Transfer sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN XI.1. Akun Beban Non OperasionalBeban Non Operasional merupakan beban yang sifatnya tidak rutin.Klasifikasi Beban Non Operasional sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN XII.1. Akun Beban Luar BiasaBeban Luar Biasa adalah beban yang terjadi dari kejadian luar biasa.Klasifikasi Beban Luar Biasa tercantum dalam LAMPIRAN XIII.4. Bagan Akun Standar Untuk Konsolidasi a. Akun Neraca KONSOLIDASI Klasifikasi Akun Neraca KONSOLIDASI sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN XIV.b. Akun Laporan Realisasi Anggaran - KONSOLIDASI Akun Pendapatan-LRAAkun Pendapatan-LRA yang dimulai dengan kodefikasi angka 4 sebagaimana LAMPIRAN XV.0. Akun Belanja LRAAkun Pendapatan-LRA yang dimulai dengan kodefikasi angka 5 sebagaimana LAMPIRAN XVI.0. Surplus/DefisitSurplus/Defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode.Penghitungan Surplus/Defisit tidak diberikan kode akun tersendiri. Angka ini merupakan selisih lebih/kurang antara Total Pendapatan dikurangi dengan total belanja plus transfer [S/D = Pendapatan (Belanja + Transfer)].

0. Akun PembiayaanPembiayaan (Financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Undang-undang tentang APBN. Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, ditetapkan alokasi pembiayaan untuk memanfaatkan surplus anggaran dalam Undang-undang tentang APBN.1. Akun Penerimaan PembiayaanAkun Penerimaan Pembiayaan pemerintah diklasikasikan dalam LAMPIRAN XVII1. Akun Pengeluaran PembiayaanAkun Pengeluaran Pembiayaan pemerintah diklasikasikan dalam LAMPIRAN XVIII0. SILPA/SIKPASisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam APBN/APBD selama satu periode pelaporan.c. Akun Laporan Operasional (LO) KONSOLIDASI Akun Pendapatan-LOAkun Pendapatan LO KONSOLIDASI diklasikasikan dalam LAMPIRAN XIX1. Akun Beban-LOAkun Beban - LO KONSOLIDASI diklasikasikan dalam LAMPIRAN XX d. Akun Resiprokal Dalam Rangka KonsolidasiDalam rangka konsolidasi fiskal dan statistik diperlukan identifikasi atas akun-akun yang akan dieliminasi antara pemerintah pusat dan daerah.Akun-akun tersebut adalah sebagai berikut: (identifikasi sementara akan ada tambahan)1. Akun Resiprokal LRA dan LOPemerintah PusatPemerintah PropinsiPemerintah Kab./Kota

Belanja Hibah kepada Pemerintah PropinsiPendapatan hibah dari Pemerintah pusat-

Belanja Hibah kepada Pemerintah Kab/Kota-Pendapatan hibah dari Pemerintah Pusat

Pendapatan Hibah dari Pemerintah PropinsiBelanja Hibah kepada Instansi Pemerintah Pusat

Pendapatan Hibah dari Pemerintah PropinsiBelanja Hibah kepada Instansi Pemerintah Pusat

Belanja Hibah kepada Pemerintah Kab/KotaPendapatan hibah dari Pemerintah Propinsi

Pendapatan hibah dari Pemerintah Kab/KotaBelanja Hibah kepada Pemerintah Propinsi

Pemberian Pinjaman/Penerusan Pinjaman kepada Pemerintah PropinsiPenerimaan Pembiayaan pinjaman dari Pemerintah Pusat

Pemberian Pinjaman/Penerusan Pinjaman kepada Pemerintah Kab/KotaPenerimaan Pembiayaan pinjaman dari Pemerintah Pusat

Transfer Dana Perimbangan ke Pemerintah PropinsiPendapatan Dana Perimbangan

Transfer Dana Perimbangan ke Pemerintah Kab/KotaPendapatan Dana Perimbangan

Transfer Dana Otsus dan Penyesuaian kepada Pemerintah PropinsiPendapatan Dana Otsus dan Penyesuaian

Transfer Dana Otsus dan Penyesuaian kepada Pemerintah Kab/KotaDana Otsus dan Penyesuaian

Belanja Dana Bagi HasilPendapatan Bagi Hasil dari Propinsi

1. Akun Resiprokal NeracaPemerintah PusatPemerintah PropinsiPemerintah Kab./Kota

Piutang Transfer kepada Pemerintah PropinsiUtang Transfer kepada Pemerintah Pusat-

Piutang Transfer kepada Pemerintah Kab/Kota-Utang Transfer kepada Pemerintah Pusat

Piutang Transfer kepada Pemerintah Kab/Kota-Utang Transfer kepada Pemerintah Pusat

Piutang dari Pinjaman/Penerusan Pinjaman kepada Pemerintah PropinsiUtang kepada Pemerintah Pusat

Pemerintah PusatPemerintah PropinsiPemerintah Kab./Kota

Piutang dari Pinjaman/Penerusan Pinjaman kepada Pemerintah Kab/KotaUtang kepada Pemerintah Pusat

Utang kepada Pemerintah Kab/KotaUtang kepada Pemerintah Propinsi

Utang (SBN) yang dipegang oleh Pemerintah DaerahPiutang kepada Pemerintah Pusat (SBN)Piutang kepada Pemerintah Pusat (SBN)

___________________________________________________________________Pertanyaan Sub-Bab 3.3. :1. Apakah laporan keuangan pemerintah harus dihasilkan dari sistem akuntansi? jelaskan alasan dan dasar hukumnya?1. Sebutkan unsur-unsur yang secara umum harus ada di dalam pengembangan sistem akuntansi pemerintahan !1. Jelaskan secara singkat struktur sistem akuntansi pemda !1. Sebutkan komponen laporan keuangan yang akan dihasilkan oleh Sistem akuntansi SKPD ?1. Sebutkan komponen laporan keuangan yang akan dihasilkan oleh Sistem akuntansi PPKD dalam kapasitas sebagai entitas akuntansi?1. Sebutkan komponen laporan keuangan yang akan dihasilkan oleh Sistem akuntansi konsolidator (entitas pelaporan) ?1. Komponen laporan keuangan manakah yang dihasilkan langsung dari proses akuntansi dan yang tidak dapat dihasilkan langsung dari proses akuntansi ?

0. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI PEMDA BASIS AKRUALSebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa meskipun pemerintah sudah menerapkan SAP Akrual, LRA tetap harus disusun karena Undang-Undang mensyaratkan agar LRA tetap disusun/disajikan (statutory report). Oleh karena itu, berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71 Tahun 2010), akun pendapatan secara garis besarnya dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pendapatan LRA (pendapatan yang akan dilaporkan di Laporan Realisasi Anggaran) dan pendapatan LO (pendapatan yang akan dilaporkan di Laporan Operasional). Oleh karena itu, pembahasan tentang akuntansi belanja dan pembiayaan, karena sama-sama merupakan komponen LRA, maka secara otomatis tetap relevan untuk dibahas di dalam bab ini. Dengan demikian, di dalam bab ini akan dibahas secara berurutan mengenai prinsip-prinsip akuntansi yang mencakup pos-pos LRA, LO dan Neraca.3. Prinsip Akuntansi Pendapatan Daerah-LRAPrinsip-prinsip akuntansi pendapatan-LRA berdasarkan SAP Akrual adalah sbb:1. Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.1. Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Daerah.1. Pendapatan-LRA diklasifikasikan menurut kelompok/jenisnya. Masing-masing jenis pendapatan dapat dirinci berdasarkan objek dan rincian objek pendapatan. Contoh bagan akun pendapatan LRA dapat dilihat pada subbab bagan akun.1. Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi.1. Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).1. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.1. Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.1. Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang (recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA.1. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non- recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan-LRA dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA pada periode yang sama.1. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang Saldo Anggaran Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut. 1. Akuntansi pendapatan-LRA disusun untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan dan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen pemerintah daerah.3. Prinsip Akuntansi Belanja Daerah (LRA)Akun-akun belanja hanya ada di LRA, sementara di LO menggunakan akun beban. Prinsip-prinsip akuntansi belanja (LRA) berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71 Tahun 2010) adalah sbb:1. Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.1. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah.1. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. 1. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.1. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Klasifikasi belanja menurut jenisnya, dapat dirinci lebih lanjut berdasarkan objek dan rincian objek belanja. Contoh bagan akun belanja dapat dilihat pada subbab bagan akun.1. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga.1. Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari -hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial.1. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud.1. Belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah. 1. Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.1. Klasifikasi menurut organisasi yaitu klasifikasi berdasarkan unit organisasi pengguna anggaran.1. Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama pemerintah pusat/daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.1. Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran. 1. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan-LRA dalam pos pendapatan lain-lain-LRA.1. Akuntansi belanja disusun selain untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen untuk mengukur efektivitas dan efisiensi belanja tersebut.

3. Prinsip Akuntansi Pembiayaan Daerah (LRA)Akun-akun pembiayaan hanya ada di LRA, sementara di LO tidak ada akun pembiayaan. Prinsip-prinsip akuntansi pembiayaan (LRA) berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71 Tahun 2010) adalah sbb:1. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.1. Pembiayaan diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu: penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Contoh bagan akun pembiayaan dapat dilihat pada subbab bagan akun.1. Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.1. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Daerah. 1. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). 1. Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana Cadangan yang bersangkutan.1. Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. 1. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah.1. Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan yang bersangkutan.1. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di pemerintah daerah merupakan penambah Dana Cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai pendapatan-LRA dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.1. Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu.1. Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam Pembiayaan Neto.

3. Prinsip Akuntansi Pendapatan Daerah-LOPrinsip-prinsip akuntansi pendapatan-LO berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71 Tahun 2010) adalah sbb:1. Pendapatan-LO daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.1. Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatan, yaitu pendapatan asli daerah, pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Masing-masing pendapatan tersebut diklasifikasikan menurut jenis pendapatan, objek, dan rincian objek pendapatan. Contoh bagan akun pendapatan-LO dapat dilihat pada subbab bagan akun.1. Pendapatan-LO diakui pada saat:0. Timbulnya hak atas pendapatan; 0. Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi. 14. Pendapatan-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang-undangan diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih pendapatan.14. Pendapatan-LO yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan yang telah selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan, diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih imbalan.14. Pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi adalah hak yang telah diterima oleh pemerintah tanpa terlebih dahulu adanya penagihan.1. Transaksi pendapatan-LO dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi. Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan tersebut. Transaksi pendapatan dalam bentuk barang/jasa antara lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultansi.1. Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).1. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan. Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum. 1. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas pendapatan-LO pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan.1. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama.1. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.

3. Prinsip Akuntansi Beban Daerah-LOPrinsip-prinsip akuntansi beban-LO berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71 Tahun 2010) adalah sbb:1. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.1. Beban diakui pada saat:a. timbulnya kewajiban; b. terjadinya konsumsi aset;c. terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. 1. Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah. Contohnya tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang belum dibayar pemerintah.1. Saat terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah. 1. Saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa adalah saat terjadi penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa adalah penyusutan atau amortisasi.

1. Beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi. Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari beban tersebut. Transaksi beban dalam bentuk barang/jasa antara lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultansi. 1. Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.1. Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi. Klasifikasi ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu beban pegawai, beban barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah terdiri dari beban pegawai, beban barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban tak terduga. Contoh bagan akun beban dapat dilihat di subbab bagan akun.1. Penyusutan/amortisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menjadi: (a) Metode garis lurus (straight line method); (b) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method);(c) Metode unit produksi (unit of production method). 1. Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.1. Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali beban, yang terjadi pada periode beban dibukukan sebagai pengurang beban pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal mengakibatkan penambahan beban dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas.

3. Prinsip Akuntansi Surplus/Defisit- LOPrinsip-prinsip akuntansi surplus/defisit -LO berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71 Tahun 2010) adalah sbb:1. Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional 1. Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih antara pendapatan (LO) dan beban selama satu periode pelaporan.1. Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang antara pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan.1. Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional. 2. Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional 1. Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan tersendiri dalam kegiatan non operasional. 1. Termasuk dalam pendapatan/beban dari kegiatan non operasional antara lain surplus/defisit penjualan aset non lancar, surplus/defisit penyelesaian kewajiban jangka panjang, dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional lainnya.

Catatan:1. Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan operasional dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional merupakan surplus/defisit sebelum pos luar biasa.1. Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan kejadian luar biasa. Saldo Surplus/Defisit-LO pada akhir periode pelaporan dipindahkan ke Laporan Perubahan Ekuitas.

3. Prinsip Akuntansi Pos Luar Biasa LOPrinsip-prinsip akuntansi pos luar biasa-LO berdasarkan SAP Akrual (PP No. 71 Tahun 2010) adalah sbb:1. Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa.1. Pos Luar Biasa memuat kejadian luar biasa yang mempunyai karakteristik sebagai berikut: (a) kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun anggaran; (b) tidak diharapkan terjadi berulang-ulang; dan (c) kejadian diluar kendali entitas pemerintah.

1. Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

3. Prinsip Akuntansi AsetPrinsip-prinsip akuntansi aset dalam bab ini hanya bersifat umum yang bersumber pada Lampiran I PP 71/2010, PSAP No. 01 (prinsip akuntansi aset secara spesifik dapat dilihat pada Lampiran I PP 71/2010: PSAP 05, 06, 07, 08 dan buletin teknis terkait) sbb:.1. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. 1. Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan non lancar, sbb:. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika: a) diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau b) berupa kas dan setara kas. Semua aset selain yang termasuk dalam (a) dan (b), diklasifikasikan sebagai aset nonlancar. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Pos-pos piutang antara lain piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, obat-obatan; barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas. Aset Nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya (termasuk aset tak berwujud). Contoh bagan akun aset dapat dilihat pada subbab bagan akun.1. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.1. Pengukuran aset adalah sebagai berikut: 1. Kas dicatat sebesar nilai nominal; 1. Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan;1. Piutang dicatat sebesar nilai nominal;1. Persediaan dicatat sebesar (1) Biaya Perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;(2) Biaya Standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; (3) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan. 1. Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut;1. Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga istrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.1. Aset moneter dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.

3. Prinsip Akuntansi KewajibanPrinsip-prinsip akuntansi kewajiban dalam bab ini hanya bersifat umum yang bersumber pada Lampiran I PP 71/2010, PSAP No. 01 (prinsip akuntansi kewajiban secara spesifik dapat dilihat pada Lampiran I PP 71/2010: PSAP 09 dan buletin teknis terkait) sbb:.1. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi Pemerintah.1. Kewajiban diklasifikasikan ke dalam kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.1. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya bunga pinjaman, utang jangka pendek dari fihak ketiga, utang perhitungan fihak ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.Contoh bagan akun kewajiban dapat dilihat pada subbab bagan akun.1. Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka panjangnya, meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan untuk diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan jika: a) jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan; b) entitas bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas dasar jangka panjang; dan c) maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadualan kembali terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui. 1. Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau digulirkan (roll over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan tidak akan segera menyerap dana entitas. Kewajiban yang demikian dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun dalam situasi di mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada entitas (seperti dalam kasus tidak adanya persetujuan pendanaan kembali), pendanaan kembali ini tidak dapat dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos jangka pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan kembali sebelum persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa substansi kewajiban pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang. Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu (covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika: a) pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai konsekuensi adanya pelanggaran, dan b) tidak mungkin terjadi pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua belas) 6 bulan setelah tanggal pelaporan. 1. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul. 1. Kewajiban diukur/dicatat sebesar nilai nominal. 1. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.

3. Prinsip Akuntansi EkuitasPrinsip akuntansi ekuitas berdasarkan SAP Akrual, Lampiran I PP 71/2010, PSAP No. 01, adalah sbb :1. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. 1. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.

0. AKUNTANSI SKPD4. Sistem Akuntansi SKPDSatuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan unit pemerintahan di lingkungan pemda selaku pengguna anggaran, yang dapat berbentuk dinas, badan, dan kantor ataupun satuan. Sebagai pengguna anggaran, SKPD harus menyelenggarakan sistem akuntansi guna menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang dikelolanya. Di dalam sistem pengelolaan APBD mengharuskan seluruh penerimaan uang oleh SKPD disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah dan pengeluaran dilakukan dari rekening Kas Umum Daerah. Istilah Kas Umum Daerah sering juga disebut Kas Daerah atau sering disingkat Kasda. Pengelola Kasda adalah PPKD yang secara otomatis adalah BUD.Dengan demikian, walaupun SKPD telah memiliki dokumen pelaksanaan anggaran (DPA), aliran kas masuk ke pengguna anggaran yang berasal dari pendapatan daerah harus disetorkan ke Kas Daerah. Demikian juga untuk setiap pembayaran belanja SKPD, uang yang digunakan adalah uang yang berasal dari Kas Daerah yang dibayarkan baik dengan cara pembayaran langsung (LS) oleh BUD ke pihak penerima pembayaran ataupun melalui bendahara pengeluaran SKPD dengan mekanisme uang persediaan/tambah uang persediaan (UP/GU/TU).Mekanisme di atas akan menimbulkan hubungan antara SKPD dengan PPKD (selaku BUD). Untuk tujuan akuntansi, hubungan antara berbagai SKPD dan PPKD selaku BUD dapat dipandang dari dua aspek berikut :1. Aspek hubungan keuangan; hubungan antara SKPD dan PPKD dapat dipandang sebagai hubungan antara kantor pusat dan kantor cabang. PPKD diperlakukan sebagai kantor pusat, sementara itu SKPD-SKPD diperlakukan sebagai kantor cabang.1. Aspek pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran; hubungan antara SKPD dan PPKD sebagai entitas yang mandiri, sehingga SKPD dan PPKD masing-masing mempunyai tanggung jawab untuk menyusun laporan keuangannya masing-masing. Hubungan kantor pusat dan cabang yang diaplikasikan pada akuntansi di SKPD dan PPKD ini dapat dilihat dengan digunakannya akun Rekening Koran PPKD (RK-PPKD) pada setiap SKPD. Sementara itu, PPKD menggunakan akun Rekening Koran SKPD (RK-SKPD). Dengan demikian, akun RK-SKPD dan akun RK-PPKD merupakan akun resiprokal yang mencerminkan hubungan timbal-balik keuangan antara PPKD (selaku BUD) dan SKPD (selaku pengguna anggaran). Akuntansi SKPD dan PPKD di dalam bahan ajar ini menggunakan pendekatan akuntansi kantor pusat dan kator cabang (Home Office-Branch Accounting) sebagaimana mengacu kepada referensi yang diterbitkan oleh Ditjen BAKD- Kementerian Dalam Negeri. yaitu berdasarkan Surat Edaran Nomor 900/316/BAKD tanggal 5 April 2007 tentang Pedoman Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Daerah, dan Surat Edaran Nomor 900/743/BAKD tanggal 4 September 2007 tentang Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Selanjutnya, penulis mengusulkan metode pencatatan transaksi triple entry record system, yaitu suatu sistem pembukuan yang menggabungkan antara double entry dan single entry dengan mekanisme sbb:1. Untuk mencatat transaksi yang melibatkan pos-pos neraca dan LO (basis akrual), yaitu aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LO, dan beban, menggunakan double entry dalam suatu buku jurnal sebagaimana biasanya; dan1. Untuk mencatat transaksi pos-pos LRA (basis kas) yaitu pendapatan-LRA, belanja dan pembiayaan menggunakan single entry (semacam pembukuan bendahara untuk mencatat pendapatan LRA dan belanja LRA secara terpisah).Dengan demikian, laporan keuangan berupa Neraca dan LO dihasilkan dari proses akuntansi sebagaimana biasanya yang dimulai dari penjurnalan (pembukuan double entry). Sedangkan LRA dihasilkan dari pembukuan single entry yang mirip dengan Buku Kas Umum yang diselenggarakan oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran.4. Struktur Anggaran SKPDTransaksi anggaran apa saja yang akan terjadi di SKPD, hal itu sudah tergambar di dalam anggaran (DPA) SKPD yang bersangkutan. Dengan adanya pembagian kewenangan yang jelas dalam hal penganggaran dan pelaksanaannya antara PPKD dan Kepala SKPD, maka tidak akan terjadi tumpang tindih (overlap) penganggaran antara PPKD dan SKPD. Penganggaran pendapatan dan belanja yang tidak dianggarkan di dalam DPA PPKD, akan dianggarkan di dalam DPA SKPD. Sementara itu, penganggaran pembiayaan seluruhnya merupakan kewenangan PPKD sehingga anggaran pembiayaan tidak akan muncul di dalam DPA SKPD. Dengan demikian struktur anggaran SKPD sebagaimana tertuang di dalam DPA SKPD terdiri dari:1. Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD);1. Anggaran Belanja Tidak Langsung, hanya Belanja Pegawai; dan1. Anggaran Belanja Langsung

Perlu diingat bahwa tidak semua SKPD memiliki kewenangan untuk memungut PAD. Kewenangan untuk memungut PAD berupa pajak daerah berada pada SKPKD sedangkan SKPD tertentu memiliki kewenangan untuk memungut retribusi.

4. Proses Akuntansi SKPD IlustrasiUntuk memberikan pemahaman yang lebih efisien dan efektif tentang penerapan akuntansi pemda berbasis akrual untuk SKPD, berikut ini akan langsung diberikan ilustrasi soal dan jawabannya secara komprehensif mulai dari jurnal, buku besar, neraca saldo sampai disusunnya laporan keuangan SKPD. Adapun untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi akan dibuat secara ringkas per jenis transaksi, bukan per tanggal transaksi karena penekanannya di sini adalah pemahaman tentang bagaimana penjurnalan untuk setiap jenis transaksi yang biasa terjadi pada SKPD, hingga akhirnya dihasilkan laporan keuangan SKPD.

Ilustrasi Akuntansi SKPD-berbasis akrualPemkab Adil Makmur mulai menerapkan akuntansi berbasis akrual berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010, yang mulai diterapkan sejak T.A. 2011. Berikut ini adalah data-data akuntansi pada Dinas Perhubungan Kabupaten Adil Makmur.

Pemkab Adil MakmurDinas Perhubungan

NeracaPer 1 Januari 2011(dalam ribuah rupiah)

ASETAset Lancar Kas di Bendahara Pengeluaran*) Persediaan Total Aset LancarAset Tetap Tanah Gedung/Bangunan Peralatan dan Mesin Total Aset TetapRp

1.500 5002.000

250.000240.000149.000 639.000KEWAJIBANKewajiban Jangka Pendek Utang PPh dan PPn

EKUITAS Ekuitas**

Rp

1.500

639.500

TOTAL ASET641.000TOTAL KEWAJIBAN & EKUITAS641.000

*) Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan potongan PPh/PPn yang belum disetor ke Kas Negara sd akhir tahun 2010.**)Akun Ekuitas di dalam SAP Akrual tidak dibagi lagi menjadi Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, dsb., karena akun Ekuitas di sini sudah merupakan Ekuitas yg bersifat full accrual. Ringkasan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) Dinas Perhubungan untuk T.A. 2011 adalah sbb. :

Uraian Jumlah

RetribusiRp 24.000.000

Belanja

Belanja Tidak Langsung: Belanja PegawaiRp 1.500.000.000

Belanja Langsung: Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja ModalRp 65.000.000150.000.000120.000.000

Total Belanja LangsungRp 335.000.