BAB III
-
Upload
iput-syarhil-musthofa -
Category
Documents
-
view
30 -
download
0
Transcript of BAB III
BAB III
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS
KEKUATAN PENGHAMBAT DAN KEKUATAN PENDORONG
A. Identifikasi dan Analisis Kekuatan Penghambat Utama Kinerja
1. Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama Kinerja
Dalam rangka pelaksanaan rencana kerja peningkatan kinerja
Terapan Teknologi Peternakan di Kabupaten Karanganyar, tidak terlepas
dari adanya kekuaaatan penghambat yang akan menghalangai pencapaian
tujuaaan jangka pendek. Kekuatan penghambat yang ada dan diperkirakan
akan muncul harus dapat diidentifikasi dan diantisipasi sedini mungkin.
Berdasarkan gambaran kinerja sekarang dan gambaran kinerja ynag
diinginkan dalam upaya meningkatkan kinerja terapan teknologi peternakan
di Kabupaten Karanganyar, maka disajikan beberapa factor yang menjadi
kekuatan penghambat dalam upaya mencapai tujuan jangka pendek tersebut.
Pada langkah ini adalah mengidentifikasikan kekuatan penghambat utama
(L.5) yang dapat dianggap sebagai kekuatan yang merintangi tercapainya
tujuan, yang berjumlah 6 (enam) berasal dari 3 (tiga) kelemahan (Weakness)
dan 3 (tiga) ancaman (Threats).
Dalam membuat L.5 diklasifikasikan menurut dimensinya yang
meliputi sumber daya manusia, prosedur, dana, sarana dan prasarana,
mekanisme kerja dan koordinasi yang berasal dari dalam organisasi atau
luar (table 6). Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama (L.5) dapat
dijelaskan sebagai berikut (table. 8):
Table. 8
Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar (L.5)
No Kekuatan Penghambat Utama Kinerja
H1 Kurangnya sarana dan prasarana kinerja aparatur
H2 Sumberdaya aparatur kurang memadai
H3 Kuranganya penyuluhan kepada petani
H4 Tenaga penyuluh (PPL) bukan aparatur di Disnakkan
H5 Kurangnya minat dari petani ternak
H6 Kurangnya pengembangan sentra-sentra produksi
2. Analisis Kekuatan Penghambat Utama Kinerja
Untuk pemberian nilai atau bobot besarnya hambatan (dampak) dari
kekuatan penghambat serta tingkat kemudahan dalam pemecahan kekuatan
penghambat maka perlu dilakukan analisis terhadap kekuatan penghambat
yang teridentifikasi. Dengan analisis tersebut dapat diketahui kekuatan
penghambat dan dampaknya terhadap pencapaian tujuan jangka pendek.
Analisa tersebut dapat disajikan sebagai berikut:
H.1 Kurangnya sarana dan prasarana kinerja aparatur
Untuk melaksanakan terapan teknologi peternakan maka
dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai guna menjangkau
masyarakat khususnya di wilayah yang agak jauh dari Pusat
pemerintahan. Namun saat ini sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar masih
sangat terbatas yaitu 5 kendaraan roda empat dan 35 kendaraan roda
dua.
H.2 Sumberdaya aparatur kurang memadai
Saat ini jumlah sumber daya manusia yang ada di Bidang
Peternakan sebanyak 8 orang namun dari jumlah tersebut hanya 3
orang yang memiliki kompetensi di bidang teknologi peternakan.5
orang merupakan CPNS Kompetensi yang dimaksud disini adalah
pengetehuan dan ketrampilam aparatur antara lain yaitu pengalaman
kerja di bidang teknologi peternakan, kursus/pelatihan yang pernah
diikuti. Dari sisi pengalaman kerja, hal ini menjadi factor penghambat
terutama untuk pegawai yang masih baru dan belum memiliki
pengalaman kerja sebelumnya. Sedangkan dari sisi kursus/pelatihan
yang pernah dikuti, belum seluruh pegawai memiliki sertifikat diklat
teknis yang dibutuhkan.
H.3 Kuranganya penyuluhan kepada petani
Dalam upaya penerapan teknologi peternakan saat ini belum
berjalan optimal karena keterbatasan aparatur yang ada. Untuk
mengoptimalkan terapan teknologi peternakan di Kabupaten
Karanganyar dilakukan pembinaan langsung kepada kelompok petani
ternak dan percontohan-percontohan atau demplot penerapan
teknologi peternakan
H.4 Tenaga penyuluh (PPL) bukan aparatur di Disnakkan
Tenaga penyuluh (PPL) di Kabupaten Karanganyar saat ini
berada pada Badan Penyuluh (BP4K) sehingga untuk pelaksanaan
kegiatan penyuluhan atau percontohan kepada petani ternak kabupaten
Karanganyar mengalami banyak kendala karena masing-masing
mempertahankan ego sehingga perkembangan terapan teknologi
sangat lambat. Saat ini pemanfaatan ataupun terapan teknologi
peternaka di Kabupaten Karanganyar masih belum optimal
disebabkan keterbatasan prasarana yang dimiliki serta keterbatasan
sumber daya aparatur yang berada di dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Karanganyar
H.5 Kurangnya minat dari petani ternak
Untuk meningkatkan terapan teknologi peternakan di
Kabupaten Karanganyar masih terkendala dengan minat dari
masyarakat untuk memanfaatkan teknologi Peternakan karena
memang pengetahuan masyarakat sendiri juga kurang memadahi
sehingga berdampak sulitnya ataupun enggannya untuk mengakses
perkembangan teknologi yang ada, tingkat ketrampilan petani
peternak juga menyebabkan kurang minatnya memanfaatkan
teknologi, dan tentunya kurangnya pengetahuan yang menjadi
penyebab kurang terapan teknologi Peternakan,dan kendala yang lain
bahwa untuk melaksanakan terapan teknologi ini dibutuhkan biaya,
dan pemerintah daerah anggarannya sangat terbatas, sehingga untuk
membuat percontohan-percontohan agak tersendat
H.6 Kurangnya pengembangan sentra-sentra produksi
Kurangnya pengembangan sentra=sentra produksi peternakan
kurang mendapat perhatian yang serius, hal ini perlu adanya program
dan penanganan yang lebih optimal dalam pengembangan produksi dari
hasil teknologi peternakan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakan
khususnya masyarakat petani peternak
3 Dampak Relatif dan Kemudahan Pemecahan Kekuatan Penghambat
Utama Kinerja
Setelah kekuatan penghambat terhadap pencapaian tujuan
diidentifikasi dan dianalisis, maka diperoleh gambaran akan pemecahan
kekuatan penghambat utama dalam rangka pencapaian Tukadek. Dalam
KKP ini untuk menentukan dampak relative dan mudahnya memecahkan
(L.6) melalui Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama (L.5), kemudian
dianalisis dengan memberikan nilai atau bobot terhadap 2 (dua) hal yaitu:
a. Besarnya dampak kekuatan penghambat dianalisis melalui pengukuran
dengan skala interval angka 5 (dampak sangat kuat menghambat)
sampai angka 1 (dampak sangat kurang menghambat)
b. Besarnya tingkat kemudahan dalam memecahkan kekuatan penghambat
dianalisis melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (hambatan
sangat mudah dipecahkan) sampai dengan angka 1 (sangat sukar
dipecahkan).
Untuk lebih jelas memberikan gambaran mengenai besarnya dampak
relative kekuatan penghambat terhadap tujuan jangka pendek maka perlu
dilakukan penilaian dengan menggunakan skala ukuran kuantitatif sebagai
berikut:
a. Angka 5 : menyatakan dampak sangat kuat menghambat
b. Angka 4 : menyatakan dampak kuat menghambat
c. Angka 3 : menyatakan dampak cukup kuat menghambat
d. Angka 2 : menyatakan dampak kurang kuat menghambat
e. Angka 1 : menyatakan dampak sangat kurang kuat menghambat
Skala penilaian kuantitatif terhadap mudahnya pemecahan kekuatan
penghambat dapat digunakan skala penilaian/bobot dari 5 sampai 1 sebagai
berikut:
a. Angka 5 : menyatakan hambatan sangat mudah dipecahkan
b. Angka 4 : menyatakan hambatan mudah dipecahkan
c. Angka 3 : menyatakan hambatan cukup mudah dipecahkan
d. Angka 2 : menyatakan hambatan sukar dipecahkan
e. Angka 1 : menyatakan hambatan sangat sukar dipecahkan
Hasil analisis tersebut menjadi Kekuatan Penghambat, Dampak
Relatif dan Kemudahan Pemecahannya (L.6) yang dapat disajikan sebagai
berikut (table.9):
Table.9
Kekuatan Penghambat, Dampak Relatif dan Kemudahan
Pemecahannya pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Karanganyar Tahun 2012 (L.6)
No Kekuatan Penghambat Utama Kinerja Dampak
Relatif
Kemudahan
Pemecahannya
H1 Kurangnya sarana dan prasarana kinerja
aparatur
3 3
H2 Sumberdaya aparatur kurang memadai 4 3
H3 Kuranganya penyuluhan kepada petani 5 4
H4 Tenaga penyuluh (PPL) bukan aparatur di
Disnakkan
3 4
H5 Kurangnya minat dari petani ternak 4 2
H6 Kurangnya pengembangan sentra-sentra
produksi
3 3
B. Identifikasi dan Analisis Kekuatan Pendorong Utama Kinerja
1. Identifikasi Kekuatan Pendorong Utama Kinerja
Disamping kekuatan penghambat yang ditemui dalam upaya
pencapaian tujuan jangka pendek yang telah ditetapkan, juga terdapat
sejumlah kekuatan pendorong yang akan membantu dalam rangka
peningkatan kinerja yang diinginkan. Kekuatan pendorong tersebut
berjumlah 6 (enam) berasal dari 3 (tiga) kekuatan (Strength) dan 3 (tiga)
peluang (Opportunities). Hasil identifikasi kekuatan pendorong selanjutnya
dianalisis untuk mengetahui kekuatan pendorong yang dapat dijadikan
kekuatan kunci.
Adapun hasil identifikasi kekuatan pendorong utama (L.7) dalam
upaya peningkatan kinerja terapan teknologi peternakan di Kabupaten
Karanganyar dijelaskan sebagai berikut (tabel.10):
Table.10
Identifikasi Kekuatan Pendorong Utama Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Karanganyar Tahun 2012 (L.7)
No Kekuatan Pendorong Utama Kinerja
D1 Adanya perhatian yang besar dari Kepala Dinas
D2 Adanya motivasi kinerja aparatur yang tinggi
D3 Adanya sistem pengembangan peternakan berbasis teknologi tepat
guna
D4 Adanya komitmen dari Legislatif
D5 Adanya program dari Pemerintah
D6 Tersedianya Kelompok tani ternak
2. Analisis Kekuatan Pendorong Utama Kinerja
Penjelasan tentang kekuatan pendorong yang membantu dalam
penyajian tujuan jangka pendek dapat diuraikan sebagai berikut:
D.1 Adanya perhatian yang besar dari kepala dinas
SDM/aparatur adalah asset utama dari sebuah organisasi
sehingga pengembangan fisik organisasi harus dibarengi dengan
peningkatan kompetensi aparatur dengan tetap konsisten pada nilai-
nilai dasar pelayanan, tugas, dan tanggung jawab.
Perhatian yang besar dari pimpinan untuk mendorong staf
bekerja lebih baik, berdisiplin, mengembangkan kemampuan, dan
pengetahuan melalui pendidikan formal maupun non formal dengan
fasilitas yang tersedia serta memberikan kesempatan mengembangkan
diri bagi staf cukup terbuka luas. Hal ini merupakan langkah yang
cukup baik dalam memotivasi aparat untuk meningkatkan kemampuan
dan keterampilan guna mewujudkan kompetensi sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing sehingga akan berdampak pada kinerjanya
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani
peternak
D.2 Adanya motivasi kinerja aparatur yang tinggi
Tingginya motivasi kinerja aparatur di bidang Peternakan
merupakan kekuatan yang sangat baik karena, jika suatu pekerjaan
tanpa didasari oleh motivasi yang tinggi tidak akan didapatkan hasil
yang optimal, dengan tingginya motivasi ini segala hambatan akan
dapat di minimalisir, agar tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam
upaya mencapai sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi.
D.3 Adanya sistem pengembangan peternakan berbasis teknologi tepat
guna
Sistem pengembangan peternakan akan sangat menguntungkan
apabila dibarengi dengan penggunaan teknologi tepat guna, karena di
saat sekarang untuk segala bidang mengalami kemajuan, maka sudah
selayaknya pembangunan pertanian khususnya sub bidang peternakan
melaksanakan juga teknologi tepat guna, agar masyarakat dalam
mengikuti perkembangan, dan memperoleh hasil yang optimal dalam
usaha bidang peternakan
D.4 Adanya komitmen dari Legislatif
Legislatif merupakan mitra pemerintah dalam melaksanakan
pembangunan daerah, sehingga apabila legislative berkomitmen
terhadap pembangunan di bidang pertanian khususnya sub bidang
peternakan maka akan sangat membantu baik dalam proses
penganggaran ataupun proses pembangunan itu sendiri, Sehingga
komitmen legislative dalam hal ini merupakan factor pendorong
dalam pelaksanaan kegiatan di bidang peternakan dinas peternakan
dan perikanan Kabupaten Karanganyar
D.5 Adanya program dari Pemerintah
Sistem anggaran terpadu berbasis kinerja menetapkan sistem
dan mekanisme perencanaan pembangunan nasional dan daerah serta
mengkoordinasikan semangat reformasi yang lebih demokratis,
desentralistik, sinergi, komprehensif dan berkelanjutan, sebagai wujud
penerapan sistem penganggaran, sehingga aspirasi daerah dapat
diakomodir dalam proses perencanaan pembangunan, sehingga
program-program Pemerintah merupakan pendorong akan kegiatan
yang ada di daerah khususnya di bidang pertanian sub budang
peternakan, kegiatan yang langsung kepada Kabupaten adalah Tugas
Pembantuan
D.6 Tersedianya Kelompok tani ternak
Jumlah kelompok tani ternak di Kabupaten Karanganyar cukup
banyak satu desa minimal ada satu kelompok, dan kelompok tersebut
sudah terdata dengan baik,kelompok sapi potong berjumlah 145,
kelompok unggas 89, kelompok kambing domba 67, kelompok sapi
perah 7, kelompok kelinci 15 kelompok, sehingga dengan adanya
kelompok-kelompok tersebut akan sangat memudahkan untuk
pelaksanaan pembangunan yang dialokasikan kepada petani, termasuk
di dalamnya untuk kegiatan terapan teknologi peternakan ini,
sehingga keberadaan kelompok ini termasuk pendorong dari kegiatan
yang ada di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar
3. Dampak Relatif dan Tingkat Kendali Kekuatan Pendorong
Selanjutnya akan dilaksanakan analisis dengan memberikan bobot
atau nilai terhadap kekuatan pendorong yang disusun dan untuk masing-
masing kekuatan pendorong diberikan penjelasan siapa saja yang
mempunyai kendali dan atau pengaruh terhadap kekuatan pendorong
tersebut. Untuk menganalisis Dampak Relatif dan Tingkat Kendali
Kekuatan Kendali (L.8) berdasarkan Kekuatan Pendorong Utama (L.7),
dengan memberikan nilai atau bobot terhadap 2 (dua) hal yaitu:
a. Besarnya dampak relative terhadap pencapaian Tukadek, dianalisis
melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (dampak sangat kuat
mendorong) sampai 1 (dampak sangat kurang mendorong) yaitu:
1) Angka 5 : menyatakan dampak sangat kuat mendorong
2) Angka 4 : menyatakan dampak kuat mendorong
3) Angka 3 : menyatakan dampak cukup kuat mendorong
4) Angka 2 : menyatakan dampak kurang mendorong
5) Angka 1 : menyatakan dampak sangat kurang mendorong
b. Besarnya tingkat kendali kekuatan pendorong, dianalisis melalui
pengukuran dengan skala interval angka 5 (seluruhnya di bawah kendali
dan atau pengaruh penulis) sampai angka 1 (sangat kecil di bawah
kendali dan atau pengaruh penulis) sebagai berikut:
1) Angka 5 : menyatakan seluruhnya di bawah kendali
2) Angka 4 : menyatakan sebagian besar di bawah kendali
3) Angka 3 : menyatakan sebagian di bawah kendali
4) Angka 2 : menyatakan sebagian kecil di bawah kendali
5) Angka 1 : menyatakan seluruhnya di luar kendali
Adapun analisis Kekuatan Pendorong, Dampak Relatif dan
Tingkat Kendali (L.8) dapat diijelaskan sebagai berikut (table.11):
Table.11
Kekuatan Pendorong, Dampak Relatif dan Tingkat Kendali
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar
Tahun 2012 (L.8)
No Kekuatan Pendorong Dampak
Relatif
Tingkat
Kendali
Pihak Lain
yang
Berpengaruh
D1 Adanya perhatian yang besar
dari Kepala Dinas
4 3 Kepala Dinas
D2 Adanya motivasi kinerja
aparatur yang tinggi
4 4 Disnakkan
D3 Adanya sistem
pengembangan peternakan
berbasis teknologi tepat
guna
5 4 Pemkab
D4 Adanya komitmen dari
Legislatif
4 2 DPR
D5 Adanya program dari
Pemerintah
4 1 Dirjennak
D6 Tersedianya Kelompok tani
ternak
4 2 PPL
C. Perkiraan Tingkat Kekuatan Relatif Pendorong dan Penghambat
Pada tahapan ini dilaksanakan pembobotan kembali kekuatan-kekuatan
yang telah diperoleh dalam rangka menentukan tingkat kekuatan relative dari
kekuatan pendorong dan penghambat. Untuk membobot tingkat kekuatan
relative dari kekuatan pendorong dan penghambat (L.9) dipergunakan
pengukuran dengan skala interval angka 5 (mewakili lekuatan relative yang
sangat kuat) sampai angka 1 (mewakili kekuatan relative yang sangat lemah).
Dalam menetapkan tingkat kekuatan relative penilainyya didasarkan atas
professional judgement yaitu pertimbangan-pertimbangan professional yang
sejalan dengan standard an criteria yang telah ditetapkan oleh profesi yang
dianut, termasuk di dalamnya pengetahuan dan nilai-nilai moral dan prinsip-
prinsip etika.
Hasil analisis penilaian tingkat kekuatan relative pendorong dan
penghambat (L.9) dapat disajikan sebagai berikut ((table.12):
Table.12
Tingkat Kekuatan Relatif Pendorong dan Penghambat
Pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar Tahun
2012 (L-9)
No Kekuatan Pendorong Tingkat
Kekuatan
Relatif
No Kekuatan Penghambat Tingkat
Kekuatan
Relatif
D1 Adanya perhatian yang
besar dari Kepala Dinas
4 H1 Kurangnya sarana dan
prasarana kinerja
aparatur
3
D2 Adanya motivasi kinerja
aparatur yang tinggi
4 H2 Sumberdaya aparatur
kurang memadai
4
D3 Adanya sistem
pengembangan peternakan
berbasis teknologi tepat
guna
5 H3 Kuranganya
penyuluhan kepada
petani
5
D4 Adanya komitmen dari
Legislatif
4 H4 Tenaga penyuluh
(PPL) bukan aparatur
di Disnakkan
3
D5 Adanya program dari
Pemerintah
4 H5 Kurangnya minat dari
petani ternak
4
D6 Tersedianya Kelompok tani
ternak
4 H6 Kurangnya
pengembangan sentra-
sentra produksi
3
D. Diagram Medan Kekuatan
Untuk menemukan kekuatan mana yang mempunyai pengaruh yang sangat
besar dalam upaya pencapaian tujuan jangka pendek, perlu dibuat dalam bentuk
diagram medan kekuatan. Untuk menggambarkan diagram dengan
menggunakan pengukuran interval angka 1 sampai angka 5 dengan nilai tingkat
kekuatan. Garis tegak lurus pada titik 0 (nol) menggambarkan kinerja saat ini.
Gambaran diagram medan kekuatan adalah sebagai berikut (Gambar 1)
Gambar 1
DIAGRAM MEDAN KEKUATAN DINAS PETERNAKAN DAN
PERIKANAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2012 (L.10)
Agar anak panah dalam diagram memperlihatkakn setiap kekuatan yang
panjanganya berbanding dengan kekuatan relative yang dimiliki, maka
penetapan posisi anak panah tersebut ditempatkan secara selang seling, hal ini
dimaksudkan untuk menghindari penafsiran bahwa masing-masing kekuatan
saling berhadapan. Untuk dapat mengenali dengan cepat dan untuk memperjelas
diagram pada masing-masing anak panah ditulis kekuatan relative yang dimiliki.
E. Keterkaitan Antar Kekuatan
Kekuatan penghambat dan pendorong dimungkinkan untuk mempunyai
keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan tersebut dapat terjadi
antara kekuatan pendorong dengan kekuatan pendorong lainnya, kekuatan
pendorong dengan kekuatan penghambat, dan antara kekuatan penghambat
dengan kekuatan penghambat lainnya.
Keterkaitan antara kekuatan akan memberikan gambaran terhadap
kekuatan organisasi dalam mengantisipasi/menghadapi hambata-hambatan serta
manfaat kekuatan pendorong sehingga eksistensi organisasi dapat dipertahankan
dan ditingkatkan agar visi, misi dan tujuan organisasi dapat terwujud.
Dari keterkaitan antara kekuatan tersebut kemudian dapat dicari kekuatan
kunci yang selanjutnya dituangkan menjadi ide-ide strategis dan langkah-
langkah penyusunan rencana kegiatan sebagai alternative untuk menanggulangi
dampak negative atas kekuatan penghambat dengan harapan akan mempunyai
dampak positif guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Untuk menilai besar keterkaitan antar kekuatan digunakan nilai
pembobotan sebagai berikut:
Angka 5 : menyatakan besar sekali keterkaitannya
Angka 3 : menyatakan besar keterkaitannya
Angka 1 : menyatakan kecil keterkaitannya
Angka 0 : menyatakan tidak ada keterkaitannya
Gambar keterkaitan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat
adalah sebagai berikut (Gambar 2):
Gambar 2
DIAGRAM MEDAN KEKUATAN
F. Kekuatan Kunci Pendorong dan Penghambat
1. Proses Pemilihan Kekuatan Kunci
Setelah mendapatkan gambaran dari langkah-langkah sebelumnya
yaitu dari hasil analisis L.6, L.8, L.9, L.11, kemudian selanjutnya
menentukan kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat yang
merupakan kekuatan kunci (L.11). dalam proses penentuan kekuatan kunci
perlu mempertimbangkan sebagai berikut (LAN, 1995):
a. Ditentukan oleh tingkat kekuatan relative pendorong dan penghambat
yang lebih besar.
b. Apabila tingkat kekuatan relative sama, maka dipilih berdasarkan
tingkat keterkaitan yang lebih besar
c. Apabila tingkat keterkaitan sama besar, maka ipilih berdasarkan tingkat
kendali kekuatan pendorong dan kemudahan pemecahan kekuatan
penghambat yang lebih besar
d. Apabila tingkat kendali kekuatan pendorong atau kemudahan
pemecahan kekuatan penghambat sama besarnya, maka dipilih yang
dampaknya lebih besar
e. Apabila juga masih sama, diserahkan pada pertimbangan sendiri untuk
memilih berdasarkan kemampuan yang dimiliki ((professional
judgement)
Untuk lebih jelasnya mengenai proses pemilihan kekuatan kunci dapat
dilihat sebagai berikut (table.13):
Table.13
Proses Pemilihan Kekuatan Kunci
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar (L.12A)
No Kekuatan
L.5 & L.7
Dampak
L.8 & L.6
Kemudahan
Pemecahan
L.6
Tk.
Kendali
L.8
Tk.
Kekuatan
Relatif L.9
Tk.
Keterkaitan
L.11
Prioritas
Kekuatan
Kunci
1. D1 4 - 3 4 35 III
2. D2 4 - 4 4 33 V
3. D3 5 - 4 5 41 I
4. D4 4 - 2 4 33 VI
5. D5 4 - 1 4 37 II
6. D6 4 - 2 4 35 IV
1. H1 3 3 - 3 37 II
2. H2 4 3 - 4 31 V
3. H3 5 4 - 5 31 IV
4. H4 3 4 - 3 33 III
5. H5 4 2 - 4 37 I
6. H6 3 3 - 3 29 VI
2. Kekuatan Kunci
Kekuatan kunci pada dasarnya merupakan kekuatan-kekuatan yang
besar dampaknya terhadap pencapaian tujuan jangka pendek atau yang
mempunyai pengaruh terhadap kemudahan, serta kekuatan pendorong yang
ada di bawah kendali. Dengan mempertimbangkan kembali tingkat kekuatan
relative dan keterkaitan, maka dapat ditentukan Kekuatan Kunci (L.12.B)
sebagai berikut (table.14):
Table.14
Kekuatan Kunci
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar (L.12.B)
Kode Kekuatan Pendorong Kode Kekuatan Penghambat
D3 Adanya sistem
pengembangan
peternakan berbasis
teknologi tepat guna
H5 Kurangnya minat dari
petani ternak
D5 Adanya program dari
Pemerintah
H1 Kurangnya sarana dan
prasarana kinerja aparatur
D1 Adanya perhatian dari
Kepala Dinas
H4 Tenaga penyuluh (PPL)
bukan aparatur di
Disnakkan
H3 Kuranganya penyuluhan
kepada petani