BAB III

32
BAB III IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KEKUATAN PENGHAMBAT DAN KEKUATAN PENDORONG A. Identifikasi dan Analisis Kekuatan Penghambat Utama Kinerja 1. Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama Kinerja Dalam rangka pelaksanaan rencana kerja peningkatan kinerja Terapan Teknologi Peternakan di Kabupaten Karanganyar, tidak terlepas dari adanya kekuaaatan penghambat yang akan menghalangai pencapaian tujuaaan jangka pendek. Kekuatan penghambat yang ada dan diperkirakan akan muncul harus dapat diidentifikasi dan diantisipasi sedini mungkin. Berdasarkan gambaran kinerja sekarang dan gambaran kinerja ynag diinginkan dalam upaya meningkatkan kinerja terapan teknologi peternakan di Kabupaten Karanganyar, maka disajikan beberapa factor yang menjadi kekuatan penghambat dalam upaya

Transcript of BAB III

Page 1: BAB III

BAB III

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS

KEKUATAN PENGHAMBAT DAN KEKUATAN PENDORONG

A. Identifikasi dan Analisis Kekuatan Penghambat Utama Kinerja

1. Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama Kinerja

Dalam rangka pelaksanaan rencana kerja peningkatan kinerja

Terapan Teknologi Peternakan di Kabupaten Karanganyar, tidak terlepas

dari adanya kekuaaatan penghambat yang akan menghalangai pencapaian

tujuaaan jangka pendek. Kekuatan penghambat yang ada dan diperkirakan

akan muncul harus dapat diidentifikasi dan diantisipasi sedini mungkin.

Berdasarkan gambaran kinerja sekarang dan gambaran kinerja ynag

diinginkan dalam upaya meningkatkan kinerja terapan teknologi peternakan

di Kabupaten Karanganyar, maka disajikan beberapa factor yang menjadi

kekuatan penghambat dalam upaya mencapai tujuan jangka pendek tersebut.

Pada langkah ini adalah mengidentifikasikan kekuatan penghambat utama

(L.5) yang dapat dianggap sebagai kekuatan yang merintangi tercapainya

tujuan, yang berjumlah 6 (enam) berasal dari 3 (tiga) kelemahan (Weakness)

dan 3 (tiga) ancaman (Threats).

Dalam membuat L.5 diklasifikasikan menurut dimensinya yang

meliputi sumber daya manusia, prosedur, dana, sarana dan prasarana,

mekanisme kerja dan koordinasi yang berasal dari dalam organisasi atau

luar (table 6). Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama (L.5) dapat

dijelaskan sebagai berikut (table. 8):

Page 2: BAB III

Table. 8

Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar (L.5)

No Kekuatan Penghambat Utama Kinerja

H1 Kurangnya sarana dan prasarana kinerja aparatur

H2 Sumberdaya aparatur kurang memadai

H3 Kuranganya penyuluhan kepada petani

H4 Tenaga penyuluh (PPL) bukan aparatur di Disnakkan

H5 Kurangnya minat dari petani ternak

H6 Kurangnya pengembangan sentra-sentra produksi

2. Analisis Kekuatan Penghambat Utama Kinerja

Untuk pemberian nilai atau bobot besarnya hambatan (dampak) dari

kekuatan penghambat serta tingkat kemudahan dalam pemecahan kekuatan

penghambat maka perlu dilakukan analisis terhadap kekuatan penghambat

yang teridentifikasi. Dengan analisis tersebut dapat diketahui kekuatan

penghambat dan dampaknya terhadap pencapaian tujuan jangka pendek.

Analisa tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

H.1 Kurangnya sarana dan prasarana kinerja aparatur

Untuk melaksanakan terapan teknologi peternakan maka

dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai guna menjangkau

masyarakat khususnya di wilayah yang agak jauh dari Pusat

pemerintahan. Namun saat ini sarana dan prasarana yang dimiliki oleh

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar masih

sangat terbatas yaitu 5 kendaraan roda empat dan 35 kendaraan roda

dua.

Page 3: BAB III

H.2 Sumberdaya aparatur kurang memadai

Saat ini jumlah sumber daya manusia yang ada di Bidang

Peternakan sebanyak 8 orang namun dari jumlah tersebut hanya 3

orang yang memiliki kompetensi di bidang teknologi peternakan.5

orang merupakan CPNS Kompetensi yang dimaksud disini adalah

pengetehuan dan ketrampilam aparatur antara lain yaitu pengalaman

kerja di bidang teknologi peternakan, kursus/pelatihan yang pernah

diikuti. Dari sisi pengalaman kerja, hal ini menjadi factor penghambat

terutama untuk pegawai yang masih baru dan belum memiliki

pengalaman kerja sebelumnya. Sedangkan dari sisi kursus/pelatihan

yang pernah dikuti, belum seluruh pegawai memiliki sertifikat diklat

teknis yang dibutuhkan.

H.3 Kuranganya penyuluhan kepada petani

Dalam upaya penerapan teknologi peternakan saat ini belum

berjalan optimal karena keterbatasan aparatur yang ada. Untuk

mengoptimalkan terapan teknologi peternakan di Kabupaten

Karanganyar dilakukan pembinaan langsung kepada kelompok petani

ternak dan percontohan-percontohan atau demplot penerapan

teknologi peternakan

H.4 Tenaga penyuluh (PPL) bukan aparatur di Disnakkan

Tenaga penyuluh (PPL) di Kabupaten Karanganyar saat ini

berada pada Badan Penyuluh (BP4K) sehingga untuk pelaksanaan

kegiatan penyuluhan atau percontohan kepada petani ternak kabupaten

Karanganyar mengalami banyak kendala karena masing-masing

Page 4: BAB III

mempertahankan ego sehingga perkembangan terapan teknologi

sangat lambat. Saat ini pemanfaatan ataupun terapan teknologi

peternaka di Kabupaten Karanganyar masih belum optimal

disebabkan keterbatasan prasarana yang dimiliki serta keterbatasan

sumber daya aparatur yang berada di dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Karanganyar

H.5 Kurangnya minat dari petani ternak

Untuk meningkatkan terapan teknologi peternakan di

Kabupaten Karanganyar masih terkendala dengan minat dari

masyarakat untuk memanfaatkan teknologi Peternakan karena

memang pengetahuan masyarakat sendiri juga kurang memadahi

sehingga berdampak sulitnya ataupun enggannya untuk mengakses

perkembangan teknologi yang ada, tingkat ketrampilan petani

peternak juga menyebabkan kurang minatnya memanfaatkan

teknologi, dan tentunya kurangnya pengetahuan yang menjadi

penyebab kurang terapan teknologi Peternakan,dan kendala yang lain

bahwa untuk melaksanakan terapan teknologi ini dibutuhkan biaya,

dan pemerintah daerah anggarannya sangat terbatas, sehingga untuk

membuat percontohan-percontohan agak tersendat

H.6 Kurangnya pengembangan sentra-sentra produksi

Kurangnya pengembangan sentra=sentra produksi peternakan

kurang mendapat perhatian yang serius, hal ini perlu adanya program

dan penanganan yang lebih optimal dalam pengembangan produksi dari

Page 5: BAB III

hasil teknologi peternakan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakan

khususnya masyarakat petani peternak

3 Dampak Relatif dan Kemudahan Pemecahan Kekuatan Penghambat

Utama Kinerja

Setelah kekuatan penghambat terhadap pencapaian tujuan

diidentifikasi dan dianalisis, maka diperoleh gambaran akan pemecahan

kekuatan penghambat utama dalam rangka pencapaian Tukadek. Dalam

KKP ini untuk menentukan dampak relative dan mudahnya memecahkan

(L.6) melalui Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama (L.5), kemudian

dianalisis dengan memberikan nilai atau bobot terhadap 2 (dua) hal yaitu:

a. Besarnya dampak kekuatan penghambat dianalisis melalui pengukuran

dengan skala interval angka 5 (dampak sangat kuat menghambat)

sampai angka 1 (dampak sangat kurang menghambat)

b. Besarnya tingkat kemudahan dalam memecahkan kekuatan penghambat

dianalisis melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (hambatan

sangat mudah dipecahkan) sampai dengan angka 1 (sangat sukar

dipecahkan).

Untuk lebih jelas memberikan gambaran mengenai besarnya dampak

relative kekuatan penghambat terhadap tujuan jangka pendek maka perlu

dilakukan penilaian dengan menggunakan skala ukuran kuantitatif sebagai

berikut:

a. Angka 5 : menyatakan dampak sangat kuat menghambat

b. Angka 4 : menyatakan dampak kuat menghambat

c. Angka 3 : menyatakan dampak cukup kuat menghambat

Page 6: BAB III

d. Angka 2 : menyatakan dampak kurang kuat menghambat

e. Angka 1 : menyatakan dampak sangat kurang kuat menghambat

Skala penilaian kuantitatif terhadap mudahnya pemecahan kekuatan

penghambat dapat digunakan skala penilaian/bobot dari 5 sampai 1 sebagai

berikut:

a. Angka 5 : menyatakan hambatan sangat mudah dipecahkan

b. Angka 4 : menyatakan hambatan mudah dipecahkan

c. Angka 3 : menyatakan hambatan cukup mudah dipecahkan

d. Angka 2 : menyatakan hambatan sukar dipecahkan

e. Angka 1 : menyatakan hambatan sangat sukar dipecahkan

Hasil analisis tersebut menjadi Kekuatan Penghambat, Dampak

Relatif dan Kemudahan Pemecahannya (L.6) yang dapat disajikan sebagai

berikut (table.9):

Table.9

Kekuatan Penghambat, Dampak Relatif dan Kemudahan

Pemecahannya pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Karanganyar Tahun 2012 (L.6)

No Kekuatan Penghambat Utama Kinerja Dampak

Relatif

Kemudahan

Pemecahannya

H1 Kurangnya sarana dan prasarana kinerja

aparatur

3 3

H2 Sumberdaya aparatur kurang memadai 4 3

H3 Kuranganya penyuluhan kepada petani 5 4

H4 Tenaga penyuluh (PPL) bukan aparatur di

Disnakkan

3 4

H5 Kurangnya minat dari petani ternak 4 2

Page 7: BAB III

H6 Kurangnya pengembangan sentra-sentra

produksi

3 3

B. Identifikasi dan Analisis Kekuatan Pendorong Utama Kinerja

1. Identifikasi Kekuatan Pendorong Utama Kinerja

Disamping kekuatan penghambat yang ditemui dalam upaya

pencapaian tujuan jangka pendek yang telah ditetapkan, juga terdapat

sejumlah kekuatan pendorong yang akan membantu dalam rangka

peningkatan kinerja yang diinginkan. Kekuatan pendorong tersebut

berjumlah 6 (enam) berasal dari 3 (tiga) kekuatan (Strength) dan 3 (tiga)

peluang (Opportunities). Hasil identifikasi kekuatan pendorong selanjutnya

dianalisis untuk mengetahui kekuatan pendorong yang dapat dijadikan

kekuatan kunci.

Adapun hasil identifikasi kekuatan pendorong utama (L.7) dalam

upaya peningkatan kinerja terapan teknologi peternakan di Kabupaten

Karanganyar dijelaskan sebagai berikut (tabel.10):

Table.10

Identifikasi Kekuatan Pendorong Utama Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Karanganyar Tahun 2012 (L.7)

No Kekuatan Pendorong Utama Kinerja

D1 Adanya perhatian yang besar dari Kepala Dinas

D2 Adanya motivasi kinerja aparatur yang tinggi

D3 Adanya sistem pengembangan peternakan berbasis teknologi tepat

guna

D4 Adanya komitmen dari Legislatif

D5 Adanya program dari Pemerintah

Page 8: BAB III

D6 Tersedianya Kelompok tani ternak

2. Analisis Kekuatan Pendorong Utama Kinerja

Penjelasan tentang kekuatan pendorong yang membantu dalam

penyajian tujuan jangka pendek dapat diuraikan sebagai berikut:

D.1 Adanya perhatian yang besar dari kepala dinas

SDM/aparatur adalah asset utama dari sebuah organisasi

sehingga pengembangan fisik organisasi harus dibarengi dengan

peningkatan kompetensi aparatur dengan tetap konsisten pada nilai-

nilai dasar pelayanan, tugas, dan tanggung jawab.

Perhatian yang besar dari pimpinan untuk mendorong staf

bekerja lebih baik, berdisiplin, mengembangkan kemampuan, dan

pengetahuan melalui pendidikan formal maupun non formal dengan

fasilitas yang tersedia serta memberikan kesempatan mengembangkan

diri bagi staf cukup terbuka luas. Hal ini merupakan langkah yang

cukup baik dalam memotivasi aparat untuk meningkatkan kemampuan

dan keterampilan guna mewujudkan kompetensi sesuai dengan bidang

tugasnya masing-masing sehingga akan berdampak pada kinerjanya

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani

peternak

D.2 Adanya motivasi kinerja aparatur yang tinggi

Page 9: BAB III

Tingginya motivasi kinerja aparatur di bidang Peternakan

merupakan kekuatan yang sangat baik karena, jika suatu pekerjaan

tanpa didasari oleh motivasi yang tinggi tidak akan didapatkan hasil

yang optimal, dengan tingginya motivasi ini segala hambatan akan

dapat di minimalisir, agar tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam

upaya mencapai sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi.

D.3 Adanya sistem pengembangan peternakan berbasis teknologi tepat

guna

Sistem pengembangan peternakan akan sangat menguntungkan

apabila dibarengi dengan penggunaan teknologi tepat guna, karena di

saat sekarang untuk segala bidang mengalami kemajuan, maka sudah

selayaknya pembangunan pertanian khususnya sub bidang peternakan

melaksanakan juga teknologi tepat guna, agar masyarakat dalam

mengikuti perkembangan, dan memperoleh hasil yang optimal dalam

usaha bidang peternakan

D.4 Adanya komitmen dari Legislatif

Legislatif merupakan mitra pemerintah dalam melaksanakan

pembangunan daerah, sehingga apabila legislative berkomitmen

terhadap pembangunan di bidang pertanian khususnya sub bidang

peternakan maka akan sangat membantu baik dalam proses

penganggaran ataupun proses pembangunan itu sendiri, Sehingga

komitmen legislative dalam hal ini merupakan factor pendorong

dalam pelaksanaan kegiatan di bidang peternakan dinas peternakan

dan perikanan Kabupaten Karanganyar

Page 10: BAB III

D.5 Adanya program dari Pemerintah

Sistem anggaran terpadu berbasis kinerja menetapkan sistem

dan mekanisme perencanaan pembangunan nasional dan daerah serta

mengkoordinasikan semangat reformasi yang lebih demokratis,

desentralistik, sinergi, komprehensif dan berkelanjutan, sebagai wujud

penerapan sistem penganggaran, sehingga aspirasi daerah dapat

diakomodir dalam proses perencanaan pembangunan, sehingga

program-program Pemerintah merupakan pendorong akan kegiatan

yang ada di daerah khususnya di bidang pertanian sub budang

peternakan, kegiatan yang langsung kepada Kabupaten adalah Tugas

Pembantuan

D.6 Tersedianya Kelompok tani ternak

Jumlah kelompok tani ternak di Kabupaten Karanganyar cukup

banyak satu desa minimal ada satu kelompok, dan kelompok tersebut

sudah terdata dengan baik,kelompok sapi potong berjumlah 145,

kelompok unggas 89, kelompok kambing domba 67, kelompok sapi

perah 7, kelompok kelinci 15 kelompok, sehingga dengan adanya

kelompok-kelompok tersebut akan sangat memudahkan untuk

pelaksanaan pembangunan yang dialokasikan kepada petani, termasuk

di dalamnya untuk kegiatan terapan teknologi peternakan ini,

sehingga keberadaan kelompok ini termasuk pendorong dari kegiatan

yang ada di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar

3. Dampak Relatif dan Tingkat Kendali Kekuatan Pendorong

Page 11: BAB III

Selanjutnya akan dilaksanakan analisis dengan memberikan bobot

atau nilai terhadap kekuatan pendorong yang disusun dan untuk masing-

masing kekuatan pendorong diberikan penjelasan siapa saja yang

mempunyai kendali dan atau pengaruh terhadap kekuatan pendorong

tersebut. Untuk menganalisis Dampak Relatif dan Tingkat Kendali

Kekuatan Kendali (L.8) berdasarkan Kekuatan Pendorong Utama (L.7),

dengan memberikan nilai atau bobot terhadap 2 (dua) hal yaitu:

a. Besarnya dampak relative terhadap pencapaian Tukadek, dianalisis

melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (dampak sangat kuat

mendorong) sampai 1 (dampak sangat kurang mendorong) yaitu:

1) Angka 5 : menyatakan dampak sangat kuat mendorong

2) Angka 4 : menyatakan dampak kuat mendorong

3) Angka 3 : menyatakan dampak cukup kuat mendorong

4) Angka 2 : menyatakan dampak kurang mendorong

5) Angka 1 : menyatakan dampak sangat kurang mendorong

b. Besarnya tingkat kendali kekuatan pendorong, dianalisis melalui

pengukuran dengan skala interval angka 5 (seluruhnya di bawah kendali

dan atau pengaruh penulis) sampai angka 1 (sangat kecil di bawah

kendali dan atau pengaruh penulis) sebagai berikut:

1) Angka 5 : menyatakan seluruhnya di bawah kendali

2) Angka 4 : menyatakan sebagian besar di bawah kendali

3) Angka 3 : menyatakan sebagian di bawah kendali

4) Angka 2 : menyatakan sebagian kecil di bawah kendali

5) Angka 1 : menyatakan seluruhnya di luar kendali

Page 12: BAB III

Adapun analisis Kekuatan Pendorong, Dampak Relatif dan

Tingkat Kendali (L.8) dapat diijelaskan sebagai berikut (table.11):

Table.11

Kekuatan Pendorong, Dampak Relatif dan Tingkat Kendali

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar

Tahun 2012 (L.8)

No Kekuatan Pendorong Dampak

Relatif

Tingkat

Kendali

Pihak Lain

yang

Berpengaruh

D1 Adanya perhatian yang besar

dari Kepala Dinas

4 3 Kepala Dinas

D2 Adanya motivasi kinerja

aparatur yang tinggi

4 4 Disnakkan

D3 Adanya sistem

pengembangan peternakan

berbasis teknologi tepat

guna

5 4 Pemkab

D4 Adanya komitmen dari

Legislatif

4 2 DPR

D5 Adanya program dari

Pemerintah

4 1 Dirjennak

D6 Tersedianya Kelompok tani

ternak

4 2 PPL

C. Perkiraan Tingkat Kekuatan Relatif Pendorong dan Penghambat

Page 13: BAB III

Pada tahapan ini dilaksanakan pembobotan kembali kekuatan-kekuatan

yang telah diperoleh dalam rangka menentukan tingkat kekuatan relative dari

kekuatan pendorong dan penghambat. Untuk membobot tingkat kekuatan

relative dari kekuatan pendorong dan penghambat (L.9) dipergunakan

pengukuran dengan skala interval angka 5 (mewakili lekuatan relative yang

sangat kuat) sampai angka 1 (mewakili kekuatan relative yang sangat lemah).

Dalam menetapkan tingkat kekuatan relative penilainyya didasarkan atas

professional judgement yaitu pertimbangan-pertimbangan professional yang

sejalan dengan standard an criteria yang telah ditetapkan oleh profesi yang

dianut, termasuk di dalamnya pengetahuan dan nilai-nilai moral dan prinsip-

prinsip etika.

Hasil analisis penilaian tingkat kekuatan relative pendorong dan

penghambat (L.9) dapat disajikan sebagai berikut ((table.12):

Page 14: BAB III

Table.12

Tingkat Kekuatan Relatif Pendorong dan Penghambat

Pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar Tahun

2012 (L-9)

No Kekuatan Pendorong Tingkat

Kekuatan

Relatif

No Kekuatan Penghambat Tingkat

Kekuatan

Relatif

D1 Adanya perhatian yang

besar dari Kepala Dinas

4 H1 Kurangnya sarana dan

prasarana kinerja

aparatur

3

D2 Adanya motivasi kinerja

aparatur yang tinggi

4 H2 Sumberdaya aparatur

kurang memadai

4

D3 Adanya sistem

pengembangan peternakan

berbasis teknologi tepat

guna

5 H3 Kuranganya

penyuluhan kepada

petani

5

D4 Adanya komitmen dari

Legislatif

4 H4 Tenaga penyuluh

(PPL) bukan aparatur

di Disnakkan

3

D5 Adanya program dari

Pemerintah

4 H5 Kurangnya minat dari

petani ternak

4

D6 Tersedianya Kelompok tani

ternak

4 H6 Kurangnya

pengembangan sentra-

sentra produksi

3

D. Diagram Medan Kekuatan

Page 15: BAB III

Untuk menemukan kekuatan mana yang mempunyai pengaruh yang sangat

besar dalam upaya pencapaian tujuan jangka pendek, perlu dibuat dalam bentuk

diagram medan kekuatan. Untuk menggambarkan diagram dengan

menggunakan pengukuran interval angka 1 sampai angka 5 dengan nilai tingkat

kekuatan. Garis tegak lurus pada titik 0 (nol) menggambarkan kinerja saat ini.

Gambaran diagram medan kekuatan adalah sebagai berikut (Gambar 1)

Gambar 1

DIAGRAM MEDAN KEKUATAN DINAS PETERNAKAN DAN

PERIKANAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2012 (L.10)

Page 16: BAB III

Agar anak panah dalam diagram memperlihatkakn setiap kekuatan yang

panjanganya berbanding dengan kekuatan relative yang dimiliki, maka

penetapan posisi anak panah tersebut ditempatkan secara selang seling, hal ini

dimaksudkan untuk menghindari penafsiran bahwa masing-masing kekuatan

saling berhadapan. Untuk dapat mengenali dengan cepat dan untuk memperjelas

diagram pada masing-masing anak panah ditulis kekuatan relative yang dimiliki.

E. Keterkaitan Antar Kekuatan

Kekuatan penghambat dan pendorong dimungkinkan untuk mempunyai

keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan tersebut dapat terjadi

antara kekuatan pendorong dengan kekuatan pendorong lainnya, kekuatan

pendorong dengan kekuatan penghambat, dan antara kekuatan penghambat

dengan kekuatan penghambat lainnya.

Keterkaitan antara kekuatan akan memberikan gambaran terhadap

kekuatan organisasi dalam mengantisipasi/menghadapi hambata-hambatan serta

manfaat kekuatan pendorong sehingga eksistensi organisasi dapat dipertahankan

dan ditingkatkan agar visi, misi dan tujuan organisasi dapat terwujud.

Dari keterkaitan antara kekuatan tersebut kemudian dapat dicari kekuatan

kunci yang selanjutnya dituangkan menjadi ide-ide strategis dan langkah-

langkah penyusunan rencana kegiatan sebagai alternative untuk menanggulangi

dampak negative atas kekuatan penghambat dengan harapan akan mempunyai

dampak positif guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Untuk menilai besar keterkaitan antar kekuatan digunakan nilai

pembobotan sebagai berikut:

Page 17: BAB III

Angka 5 : menyatakan besar sekali keterkaitannya

Angka 3 : menyatakan besar keterkaitannya

Angka 1 : menyatakan kecil keterkaitannya

Angka 0 : menyatakan tidak ada keterkaitannya

Gambar keterkaitan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat

adalah sebagai berikut (Gambar 2):

Gambar 2

DIAGRAM MEDAN KEKUATAN

Page 18: BAB III

F. Kekuatan Kunci Pendorong dan Penghambat

1. Proses Pemilihan Kekuatan Kunci

Setelah mendapatkan gambaran dari langkah-langkah sebelumnya

yaitu dari hasil analisis L.6, L.8, L.9, L.11, kemudian selanjutnya

menentukan kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat yang

merupakan kekuatan kunci (L.11). dalam proses penentuan kekuatan kunci

perlu mempertimbangkan sebagai berikut (LAN, 1995):

a. Ditentukan oleh tingkat kekuatan relative pendorong dan penghambat

yang lebih besar.

b. Apabila tingkat kekuatan relative sama, maka dipilih berdasarkan

tingkat keterkaitan yang lebih besar

c. Apabila tingkat keterkaitan sama besar, maka ipilih berdasarkan tingkat

kendali kekuatan pendorong dan kemudahan pemecahan kekuatan

penghambat yang lebih besar

d. Apabila tingkat kendali kekuatan pendorong atau kemudahan

pemecahan kekuatan penghambat sama besarnya, maka dipilih yang

dampaknya lebih besar

Page 19: BAB III

e. Apabila juga masih sama, diserahkan pada pertimbangan sendiri untuk

memilih berdasarkan kemampuan yang dimiliki ((professional

judgement)

Untuk lebih jelasnya mengenai proses pemilihan kekuatan kunci dapat

dilihat sebagai berikut (table.13):

Table.13

Proses Pemilihan Kekuatan Kunci

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar (L.12A)

No Kekuatan

L.5 & L.7

Dampak

L.8 & L.6

Kemudahan

Pemecahan

L.6

Tk.

Kendali

L.8

Tk.

Kekuatan

Relatif L.9

Tk.

Keterkaitan

L.11

Prioritas

Kekuatan

Kunci

1. D1 4 - 3 4 35 III

2. D2 4 - 4 4 33 V

3. D3 5 - 4 5 41 I

4. D4 4 - 2 4 33 VI

5. D5 4 - 1 4 37 II

6. D6 4 - 2 4 35 IV

1. H1 3 3 - 3 37 II

2. H2 4 3 - 4 31 V

3. H3 5 4 - 5 31 IV

4. H4 3 4 - 3 33 III

5. H5 4 2 - 4 37 I

6. H6 3 3 - 3 29 VI

Page 20: BAB III

2. Kekuatan Kunci

Kekuatan kunci pada dasarnya merupakan kekuatan-kekuatan yang

besar dampaknya terhadap pencapaian tujuan jangka pendek atau yang

mempunyai pengaruh terhadap kemudahan, serta kekuatan pendorong yang

ada di bawah kendali. Dengan mempertimbangkan kembali tingkat kekuatan

relative dan keterkaitan, maka dapat ditentukan Kekuatan Kunci (L.12.B)

sebagai berikut (table.14):

Table.14

Kekuatan Kunci

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar (L.12.B)

Kode Kekuatan Pendorong Kode Kekuatan Penghambat

D3 Adanya sistem

pengembangan

peternakan berbasis

teknologi tepat guna

H5 Kurangnya minat dari

petani ternak

D5 Adanya program dari

Pemerintah

H1 Kurangnya sarana dan

prasarana kinerja aparatur

D1 Adanya perhatian dari

Kepala Dinas

H4 Tenaga penyuluh (PPL)

bukan aparatur di

Disnakkan

H3 Kuranganya penyuluhan

kepada petani

Page 21: BAB III