bab iii 13 april.doc
-
Upload
eka-sulistiono -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of bab iii 13 april.doc
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah juicer, timbangan
hewan uji, timbangan digital, gelas ukur, beker glass, labu takar, spuit
injeksi, spuit oral, mikroskop, deck glass, pipet leukosit ‘11’, kamar hitung,
kandang tikus.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah pir, udang
galah, aquadest, Cetirizin, larutan Giemsa, metil alkohol, H2SO4 pekat,
NaOH 0,1 N.
B. Prosedur Penelitian
1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan
Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas
Diponegoro Semarang. Tujuan determinasi ini untuk menghindari kesalahan
dalam pengumpulan bahan utama penelitian dan mencegah kemungkinan
tercampur dengan bahan lain.
2. Pembuatan perasan buah pir
Buah pir dicuci dengan menggunakan air mengalir sampai bersih,
kemudian diangin-anginkan hingga tidak terdapat air bekas mencuci. Untuk
26
27
pembuatan perasan dapat dilakukan dengan memeras simplisia
menggunakan juicer. Ditimbang sebanyak 100 gram buah pir dan dijuicer
kemudian diambil sarinya dan dimasukkan di dalam beker glass.
Berdasarkan orientasi didapatkan perasan dengan kadar 100% dengan
volume murni 70 ml. Sediaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perasan buah pir yang dibuat dengan kadar 7,5% v/v, 15% v/v, dan 22,5%
v/v.
Gambar 5. Skema Pembuatan Perasan Buah Pir
3. Dosis perasan buah pir
Menurut pemberian maksimal per oral pada tikus 100 gram adalah 5
ml (Mariana, 2009 cit Ritschel, 1947). Berat rata-rata tikus yang digunakan
adalah 200 gram, jadi 200/100 5 ml = 10 ml. volume pemberian per oral
adalah ½ dari pemberian maksimal, jadi ½ 10 ml = 5 ml (digunakan 2,5
Buah pir ditimbang sebanyak 100 gram
Dijuicer
Tampung perasannya
Perasan buah pir 100% v/v (70 ml)
Dibuat kadar 7,5% v/v, 15% v/v, 22,5% v/v
28
ml). Dari 100 gram buah pir didapat larutan stok perasan 100% dengan
volume 70 ml murni perasan buah pir. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Rr. Tryani W., (2014) tentang Efek Perasan Buah Apel (Malus
Domestica) Varietas Red Delicious Sebagai Anti Alergi Terhadap Respon
Anafilaksis Pada Tikus Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Ovalbumin,
menunjukkan bahwa perasan buah apel kadar 20% v/v memiliki efek anti alergi
terhadap respon anafilaksis pada tikus jantan galur Wistar, sehingga pada
penelitian ini perasan buah pir dibuat tiga kadar yaitu 7,5% v/v, 15% v/v,
dan 22,5% v/v.
Perhitungannya sebagai berikut:
100 g buah apel 7,6 mg quercetin
100 g buah pir 20,50 mg quercetin
Perhitungan kadar =
= 7,4% 7,5%
1) Kadar 7,5%
C1 V1 = C2 V2
100% V1 = 7,5% 20 ml
V1 = 1,5 ml perasan pear ad aquadest 20 ml
2) Kadar 15%
C1 V1 = C2 V2
29
100% V1 = 15% 20 ml
V1 = 3 ml perasan pear ad aquadest 20 ml
3) Kadar 22,5%
C1 V1 = C2 V2
100% V1 = 22,5% 20 ml
V1 = 4,5 ml perasan pear ad aquadest 20 ml
4. Pembuatan larutan alergen perasan udang
Udang dicuci bersih dengan air mengalir, ditimbang sebanyak 100
gram, kemudian dijuicer didapatkan berat bersih udang 90 gram. Diambil 50
gram perasan udang ditambah air 50 ml didapatkan konsentrasi 100% b/v
perasan udang.
5. Penentuan dosis alergen perasan udang
Dosis alergen yang digunakan mengacu berdasarkan orientasi yang
dilakukan menunujukkan bahwa perasan udang dengan kadar 100% dengan
dosis 2,5ml/200gr BB tikus secara per oral.
Berat rata-rata tikus yang digunakan adalah 200 gram jadi 200/100
5 ml = 10 ml. Volume pemberian per oral adalah ½ dari pemberian
maksimal, jadi ½ 10 ml = 5ml (digunakan 2,5 ml).
30
Perhitungan sebagai berikut:
Kadar alergen 100% b/v
Stok 100 ml/100ml
Dosis = S x Vp
= 100g/100ml x 2,5 ml
= 2,5 g/200gr BB
= 12,5 g/kg BB
6. Penentuan dosis Cetirizin
Dosis Cetirizin yang digunakan untuk reaksi alergi adalah 5-10
mg/hari. Dosis yang digunakan pada manusia dengan berat badan 50 kg
adalah 1 kali sehari 10 mg (Tjay dan Rahardja, 2007). Faktor konversi ke
tikus adalah 0,018.
Menurut pemberian maksimal per oral pada tikus 100 gram adalah 5
ml (Mariana, 2009 cit Ritschel, 1947). Berat rata-rata tikus yang digunakan
adalah 200 gram jadi 200/100 5 ml = 10 ml. Volume pemberian per oral
adalah ½ dari pemberian maksimal, jadi ½ 10 ml = 5ml (digunakan 2,5
ml).
Perhitungan sebagai berikut:
Untuk manusia 50 kg = 10 mg
Untuk manusia 70 kg =
31
= 14 mg
Untuk tikus 200 g = 0,018 14 mg
= 0,25 mg/200 g BB
= 1,25 mg/Kg BB
Stok yang akan dibuat =
=
= 0,1 mg/ml
= 5 mg/50 ml
Ditimbang 5 mg Cetirizin dan ditambahkan aquadest sampai 50 ml.
7. Identifikasi flavonoid
a. Sebanyak 1 ml sampel ditambah 3 tetes NaOH 0,1 N lalu diamati
warnanya. Flavonol akan memberikan warna kuning (Harborne, 1987).
b. Sebanyak 1 ml sampel ditambah 3 tetes H2SO4 pekat lalu diamati
warnanya. Flavonol memberikan warna jingga hingga krem (Harborne,
1987).
8. Pemilihan hewan uji
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar,
umur 2 bulan sampai 3 bulan dengan kondisi sehat. Untuk penelitian ini
digunakan tikus putih jantan sebanyak 30 ekor kemudian diadaptasikan dan
32
dibagi menjadi 5 kelompok secara random dimana tiap kelompok terdiri
dari 6 ekor tikus.
9. Pelaksanaan penelitian
a. Hewan uji diadaptasikan terlebih dahulu untuk membiasakan diri
terhadap lingkungan, perlakuan baru yang akan diberikan dan untuk
menghindari stres pada saat dilakukan penelitian.
b. Pada hari ke 1 semua tikus diinduksi allergen perasan udang 2,5 ml/200 g
BB secara peroral.
c. Dilakukan pengukuran diameter bentolan dan pengukuran suhu tubah
setelah reaksi hipersensitifitas muncul.
d. Diambil darahnya melalui sinus orbitalis sebanyak 0,5 cc dan dilakukan
pemeriksaan jumlah eosinofil (pre test).
e. Kemudian diberikan perlakuan pada masing-masing kelompok hingga
reaksi hipersensitifitas berkurang sebagai berikut:
Kelompok I : Kontrol negatif dengan pemberian aquadest per oral 2,5
ml/200 g BB tikus.
Kelompok II : Kontrol positif dengan pemberian Cetirizin 0,25 mg/200
g BB per oral p.c
Kelompok III : Diberikan perasan buah pir 7,5% (v/v) per oral p.c
sebanyak 2,5ml/200 g BB tikus.
Kelompok IV : Diberikan perasan buah pir 15% (v/v) per oral p.c
sebanyak 2,5ml/200 g BB tikus.
33
Kelompok V : Diberikan perasan buah pir 22,5% (v/v) per oral p.c
sebanyak 2,5ml/200 g BB tikus.
f. Dilakukan pengukuran diameter bentolan.
g. Diambil darahnya melalui sinus orbitalis sebanyak 0,5 cc dan dilakukan
pemeriksaan jumlah eosinofil (post test) dengan menggunakan hitung
jenis leukosit (defferential counting leukocyte) dengan pewarnaan
giemsa.
10. Pemeriksaan jumlah eosinofil
Pemeriksaan eosinofil dilakukan dengan memakai hitung jenis leukosit
(differential counting leukocyte) dengan pewarnaan giemsa. Pada hitung
jenis leukosit, eosinofil dihitung per 100 leukosit (Kartikawati, 2003).
a. Pembuatan sediaan hapus darah
1. Sediakan kaca objek yang kering, bebas debu, dan bebas lemak.
2. Teteskan 1 tetes kecil darah 0,5 cc menggunakan pipet sahli ke kaca
obyek.
3. Letakkan kaca obyek yang lain disebelah kiri tetes darah tadi dan
digerakkan ke kanan hingga mengenai tetes darah.
4. Tetes darah akan menyebar pada sisi kaca penggeser.
5. Segeralah geser ke kiri sambil memegang miring dengan sudut 30-
45º.
6. Biarkan sediaan mengering di udara.
b. Pewarnaan sediaan hapus darah
34
1. Sediaan hapus darah yang sudah mengering difiksasi dengan metil
alkohol dan dibiarkan selama 5 menit.
2. Dilakukan pengecatan dengan larutan Giemsa dan dibiarkan selama
20 menit.
3. Kemudian dibilas dengan air suling.
4. Diletakkan secara vertikal dan dibiarkan mengering di udara.
5. Dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop.
c. Cara perhitungan eosinofil
Preparat darah hapus diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran
100x untuk melihat bagian yang baik untuk diperiksa. Kemudian
mulailah dilakukan hitung jenis leukosit. Hitung jenis leukosit dilakukan
dalam 1 luas lapang pandang ke luas lapang pandang yang lain dan
dilihat secara zig zag bisa secara horizontal ataupun vertikal.
Hewan uji diadaptasikan selama 7 hari
Pada hari pertama setiap 4 jam semua tikus diinduksi allergen ml/200 g BB secara peroral
Dilakukan pengukuran diameter bentolan setelah reaksi hipersensitifitas muncul
Diambil darahnya melalui sinus orbitalis sebanyak 0,5 cc dan dilakukan pemeriksaan jumlah eosinophil (pre test)
Diberikan perlakuan hingga reaksi hipersensitifitas sembuh (1jam setelah pemaparan terakhir)
Kelompok I :
Kontrol negatif dengan
pemberian aquadest per
oral
Kelompok II:
Kontrol positif dengan
pemberian Cetirizin 0,25 mg/200 g BB per oral p.c
Kelompok III :
Diberikan perasan buah pir 7,5% (v/v)
per oral p.c
Dilakukan pengukuran diameter bentolan
1 jam setelah perlakuan diambil darahnya melalui sinus orbitalis sebanyak 0,5 cc dan dilakukan pemeriksaan jumlah eosinophil (post test)
Analisis data
Kelompok IV:
Diberikan perasan buah pir 15% (v/v) per oral p.c
Kelompok III :
Diberikan perasan buah
pir 22,5% (v/v) per oral
p.c
35
Gambar 6. Skema Pelaksanaan Penelitian
C. Analisis Data
Data yang diambil adalah diameter bentolan dan selisih jumlah
eosinofil sebelum dan setelah perlakuan yang diukur dengan ELISA. Untuk
membandingkan efek anti alergi terhadap respon anafilaksis antar kelompok,
data dianalisa secara statistic parametric atau nonparametric yang didasarkan
pada hasil normalitas dan homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah data yang ada terdistribusi normal atau tidak, jika nilai
signifikasinya < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal, dan sebaliknya jika
nilai signifikasinya ≥ 0,05 maka data terdistribusi normal. Uji homogenitas
36
untuk mengetahui apakah data diperoleh dari populasi yang sama, jika
signifikasinya < 0.05 maka data berasal dari populasi yang mempunyai variasi
tidak sama, dan bila nilai signifikasinya ≥ 0,05 berarti data berasal dari
populasi yang mempunyai varian sama (Dahlan, 2012).
Jika data homogen dan terdistribusi normal, data dianalisa
menggunakan statistic parametric ANOVA satu jalan pada tarif kepercayaan
95% dengan program SPSS versi 19.0 for windows, dilanjutkan dengan LSD.
Apabila data tidak homogeny dan tidak terdistribusi normal, data dianalisa
dengan statistik non parametrik menggunakan uji Kruskal-Wallis, dilanjutkan
dengan uji Mann-Whitney.