BAB IIfb

30
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis, akut atau sub akut yang disebabkan oleh basilus tuberkulosis (Martin, 1998, hal. 257). Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri aerob gram positif, bakteri asam lemak, mycobacterium tuberkulosis (Nazirudin, 1998, hal. 34). Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri asam lemak, basilus tuberkulosis, dan mycobacterium tuberkulosis. 2. Anatomi dan Fisiologi Paru-Paru a. Anatomi paru-paru 6

description

hhhhh

Transcript of BAB IIfb

Page 1: BAB IIfb

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis, akut atau sub akut yang

disebabkan oleh basilus tuberkulosis (Martin, 1998, hal. 257).

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri aerob

gram positif, bakteri asam lemak, mycobacterium tuberkulosis (Nazirudin,

1998, hal. 34).

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis paru

adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri asam lemak, basilus

tuberkulosis, dan mycobacterium tuberkulosis.

2. Anatomi dan Fisiologi Paru-Paru

a. Anatomi paru-paru

Paru-paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga

dada, bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus dan pada

mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura

dibagi dua yaitu :

1) Pleura Visceral yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru.

2) Pleura Parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.

6

Page 2: BAB IIfb

Antaras kedua pleura terdapat kavum pleura yang hampa udara sehingga paru-

paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat surfaktan yang berguna untuk

meminyaki permukaan pleura untuk mencegah gesekan antara dinding dada

dan paru-paru sewaktu bernafas.

Paru-paru terdiri dari sebagian besar alveoli. Pada alveoli terjadi pertukaran

oksigen dan karbondioksida. Paru-paru dibagi dua bagian yaitu :

1) Paru-paru kanan.

Terdiri dari tiga lobus yaitu lobus pulmo dextra superior yang terdiri dari lima

segmen, lobus media yang terdiri dari dua segmen dan lobus inferior yang

terdiri dari tiga segmen.

2) Paru-paru kiri.

Terdiri dari pulmo sinistra lobus superior yang terdiri dari lima segmen dan

lobus inferior yang terdiri dari lima segmen. Tiap segmen terbagi menjadi

belahan yang disebut lobulus. Tiap lobus terdapat sebuah bronkiolus yang

bercabang disebut duktus alveolus yang berakhir pada alveolus

Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung

udara di dalamnya. Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi

sedalam-dalamnya.

2) Kapasitas vital paru-paru yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah

ekspirasi maksimal.

7

Page 3: BAB IIfb

b. Fisiologi paru-paru.

Fisiologi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.

Adapun fisiologi pernafasan yaitu :

1) Pernafasan paru-paru (eksterna)

Pernafasan eksterna merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang

terjadi di paru-paru yaitu oksigen diambil melalui mulut sampai ke alveoli

yang berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmoner, alveoli memisahkan

oksigen dari darah, oksigen menembus membran diambil oleh sel darah merah

dibawa ke jantung dan dipompakan ke seluruh tubuh. Di dalam paru-paru

karbondioksida merupakan hasil buangan menembus membran alveoli, dari

kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir di mulut dan hidung.

2) Pernafasan jaringan (interna)

Haemoglobin yang banyak mengandung oksigen mengitari seluruh tubuh dan

akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan

mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru.

3. Etiologi Tuberkulosis Paru

Basil tuberkulosis yang sering menyebabkan penyakit adalah Mycobacterium

tuberkulosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/ m

dan tebal 0.3-0.6 / m.

Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dingin dan dapat tahan

bertahun-tahun dalam lemari es. Bila seseorang terkena bakteri tuberkulosis,

sekitar 5% dari mereka yang terkena akan mengembangkan tuberkulosis aktif

8

Page 4: BAB IIfb

dalam tempo satu tahun, sisanya mengalami infeksi tidak aktif. Sistem

kekebalan tubuh seseorang biasanya mengendalikan basilus tuberkle, nodule

bulat dihasilkan dari infeksi bakteri tuberkulosis, dengan membunuhnya atau

menempatkannya pada nodule yang kecil. Meskipun demikian, bakteri dapat

tinggal dalam tuberkle secara aktif selama bertahun-tahun dan kemudian

bereaksi dan menyebar. Meskipun tempat infeksi yang utama dalam paru-

paru, mycobacteria ini dapat menyerang bagian tubuh yang lain.

4. Patofisiologi

Masuknya kuman ke dalam bronchus menyebabkan alveoli mengalami

peradangan yang disebut pneumonitis non spesifik sehingga akan merangsang

pembentukan sekret mukus pada bronchus, maka bersihan jalan nafas tidak

efektif. Daya tahan tubuh akan menurun, virulensi kuman meningkat sehingga

akan menjadi radang kronis. Lesi di kelilingi oleh jaringan kolagen, fibroblast

dan limfosit. Bagian tengah lesi akan mengalami nekrosis yang sudah cair

yang akan keluar bersama batuk. Bila lesi ini menembus pleura, maka akan

terjadi effusi pleura tuberkulosis. Invasi lesi kosta dan corpus vertebra,

merangsang sel-sel serabut syaraf, nyeri dipersepsikan sehingga akan

mengalami gangguan rasa nyaman : nyeri. Tuberkulosis paru menyebar

melalui udara secara droplet saat penderita bersin atau batuk, apabila klien

batuk tanpa menutup mulut maka akan terjadi risiko tinggi terjadinya

penularan penyakit.

9

Page 5: BAB IIfb

5. Manajemen Medik

a. INH biasa digunakan untuk pasien infeksi dan risiko tuberkulosis

b. Etambutol harus diberikan bila sistem syaraf pusat atau tak berkomplikasi

c. Pirazinamed, streptomisin obat ini sekunder diperlukan bila infeksi resisten

terhadap atau tidak toleran obat primer

d. Agen mukolitik (asetilsisbein) untuk menurunkan kekentalan dan

perlengketan sekret

e. Bronchodilator (choledil) untuk meningkatkan ukuran lumen percabangan

tracheabronchial sehingga menurunkan tekanan terhadap aliran udara

f. Kortikosteroid (predsnison) berguna untuk keterlibatan luas dengan

hipoksemia dan bila respons mengancam hidup

g. Rujuk ke ahli gizi untuk pemberian komposisi diet.

h. Berikan oksigenase bila klien sesak nafas untuk mencegah pengeringan

membran mukosa, untuk membantu pengenceran sekret.

6. Dampak Penyakit Tuberkulosis Paru Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia

a. Kebutuhan oksigen

Dengan adanya kerusakan jaringan pada daerah paru oleh bakteri

Mycobakterium tuberkulosis maka difusi gas di alveoli akan terganggu. Selain

itu juga sekret menumpuk di saluran nafas sehingga asupan oksigen dan

pengeluaran karbondioksida tidak efektif. Karena kurang efektifnya jalan nafas

tersebut maka kebutuhan oksigen kurang adekuat. Sebagai kompensasi tidak

adekuatnya suplai oksigen, maka terjadi peningkatan frekuensi pernafasan

sehingga klien mengeluh sesak.

10

Page 6: BAB IIfb

b. Rasa nyaman

Akumulasi sekret kental dan menetap menimbulkan rasa tidak nyaman pada

klien.

c. Pemenuhan nutrisi

Kebanyakan klien dengan tuberkulosis paru akan mengalami kesulitan makan

karena adanya proses peradangan pada jaringan paru sehingga sulit untuk

menelan. Adakalanya, saluran antara esophagus dan bronchi menjadi tidak

normal (fistula), menyebabkan batuk parah selama menelan sehingga makanan

dan minuman masuk ke dalam paru-paru. Apabila transpor oksigen dan nutrisi

ke jaringan otak berkurang maka akan merangsang pusat vomiting center yang

akan menyebabkan mual dan muntah sehingga intake nutrisi berkurang.

d. Aktivitas

Klien dengan tuberkulosis paru akan mengalami sesak nafas dan intake nutrisi

yang tidak adekuat akan menyebabkan pembentukan energi menurun sehingga

klien mengalami kelemahan fisik secara menyeluruh yang akhirnya klien tidak

dapat melakukan aktivitas secara penuh.

e. Istirahat tidur

Proses peradangan akan meningkatkan rangsangan cilia sehingga akan

merangsang refleks batuk. Dengan adanya batuk produktif maka keadaan

tersebut akan merangsang susunan saraf simpatis untuk mengaktivasi RAS

dan mengaktifkan ke organ tubuh menyebabkan REM menurun sehingga akan

selalu terjaga.

11

Page 7: BAB IIfb

f. Psikologis

Apabila klien tidak mengetahui tentang penyakit dan prognosis penyakit,

maka akan meningkatkan kecemasan pada klien atau keluarga.

B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Tuberkulosis Paru

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, kedudukan klien

dalam keluarga, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa

medis, nomor rekam medik, alamat.

2) Identitas orang tua atau penanggung jawab meliputi: nama, umur, pendidikan,

pekerjaan, agama, alamat.

b. Keluhan utama

Pada kasus tuberkulosis paru umumnya klien mengeluh batuk terus menerus,

nafsu makan kurang, sesak nafas, demam/suhu tubuh meningkat, dan

kehilangan berat badan.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Dikembangkan dari keluhan utama dengan memakai rumus PQRST yaitu :

P : Paliatif, yaitu apa yang memperberat keluhan yang dialami klien ?

Pada umumnya klien dibawa ke rumah sakit karena adanya sesak nafas,

nyeri dada, demam, lemah dan penurunan berat badan. Sesak nafas dapat

sedikit diredakan dengan duduk semi fowler.

12

Page 8: BAB IIfb

Q : Quality, yaitu bagaimana keluhan tersebut dirasakan oleh klien (panas,

pedih)?

Pada klien dengan tuberkulosis paru merasa sakit/nyeri dada sewaktu

bernafas dan batuk. Nyeri itu bagaikan diiris-iris dan tajam, diperberat

dengan batuk, dan nafas yang dalam. Rasa nyeri ini diakibatkan gesekan

pleura yang meradang. (Price & Wilson, 1995, hal. 683).

R : Region, yaitu di manakah gangguan tersebut dirasakan ?

Apakah gangguan tersebut menyebar ke daerah lain ?

Biasanya nyeri dada timbul apabila infiltrasi radang sudah mencapai ke

pleura.

S : Scale, yaitu seberapa berat keluhan tersebut dirasakan ? bagaimana keluhan

tersebut mempengaruhi kemampuan fungsi dirinya ?

Klien tuberkulosis paru adalah klien payah, sering hiperpireksia maka

klien perlu cukup istirahat, semua kebutuhannya harus ditolong di tempat

tidur.

T : Time, yaitu berapa lama keluhan itu dirasakan ? Apakah ada perbedaan

intensitas keluhan misal : menghebat pada malam hari ?

d. Riwayat kesehatan dahulu

1) Riwayat penyakit dahulu

Dikaji apakah sebelumnya pernah mengalami gangguan seperti batuk-batuk,

sesak nafas, pernah mengalami trauma / pembedahan dada, penggunaan obat-

obatan dan apakah pernah dirawat di rumah sakit?. Pada kasus tuberkulosis

paru banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya penyakit tersebut maka

13

Page 9: BAB IIfb

perlu dikaji hal-hal sebagai berikut : perlu dikaji lingkungan klien di rumah,

apakah ada keluarga yang perokok, cukup ventilasi rumah, adanya polusi

berlebih. juga lingkungan kerja.

2) Riwayat nutrisi

Perlu diketahui kebiasaan makan klien, baik menu dan makanan kesukaannya,

porsi makan, nafsu makan, diet, masalah yang berhubungan dengan makan.

Pada klien dengan gangguan saluran pernafasan memiliki riwayat nutrisi yang

kurang karena tidak adekuatnya masukan nutrisi. Dengan demikian zat-zat gizi

yang dibutuhkan tubuh tidak terpenuhi sehingga tubuh menjadi lemah dan

rentan terhadap penyakit.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Meliputi penyakit yang pernah masih diderita anggota keluarga, penyakit

menular, keturunan, jika ada penyakit yang diturunkan buat genogramnya.

f. Data biologis

1) Aktivitas sehari-hari

a) Pola nutrisi : kebiasaan makan sehari-hari, jam makan, frekuensi makan, porsi

dan jenis makanan yang disukai /tidak disukai, diet, alergi terhadap makanan.

Cairan: jenis minuman, frekuensi, kehilangan cairan yang berlebihan :

vomitus, drainage berlebihan. Asupan makanan : minum, infus.

b) Pola eliminasi : kebiasaan BAB, BAK, frekuensi, warna, bau, konsistensi,

jumlah.

14

Page 10: BAB IIfb

c) Pola istirahat tidur : kebiasaan tidur sehari-hari, jam tidur, lama tidur, sering

bangun waktu tidur, masalah yang berhubungan dengan tidur.

d) Personal hygiene : kebiasaan mandi, cuci rambut, ganti pakaian, gunting kuku,

gosok gigi.

2) Penampilan umum

Klien dengan tuberkulosis paru biasanya tampak lemah.

3) Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan fisik kepada klien untuk menentukan masalah

kesehatan, yang meliputi review of system yaitu :

a) Sistem pernafasan

Pada kasus tuberkulosis paru pada umumnya terdapat kesulitan bernafas yang

ditandai dengan adanya pergerakan cuping hidung, adanya sianosis, retraksi

interkostal, penggunaan otot-otot tambahan untuk bernafas, batuk bersputum,

pada perkusi akan didapatkan suara redup, pada auskultasi terdengar ronchi

basah, kering dan nyaring, bila infiltrat diliputi oleh penebalan pleura suara

nafas vesikuler akan lemah, pernafasan sesak (dispneu).

b) Sistem Kardiovaskular

Pada tuberkulosis paru terjadi sianosis pada wajah, leher, dinding dada bagian

bawah termasuk payudara. Sianosis pada wajah, leher, dinding dada bagian

bawah termasuk payudara menunjukkan adanya penyumbatan pada vena cava

yang menyebabkan darah kembali ke vena lainnya di bagian bawah tubuh,

vena pada dinding dada membesar. Juga terjadi takikardi. Serta kaji tekanan

15

Page 11: BAB IIfb

darah /mmHg, nadi reguler/ireguler, palpitasi atau tidak, konjungtiva pucat atau

tidak, peningkatan vena jugularis atau tidak.

c) Sistem Gastrointestinal

Pada sistem ini dapat ditemukan kemungkinan adanya nafsu makan menurun,

mual muntah, penurunan berat badan. Dan juga perlu dikaji frekuensi bising

usus berapa kali/menit, keadaan mulut bersih atau tidak, BAB berapa kali/hari.

d) Sistem Muskuloskeletal

Kemungkinan dijumpai nyeri otot, otot lemah, kelelahan atau keletihan,

penurunan toleransi terhadap aktivitas. Kaji adakah nyeri otot atau tidak, kaku

otot atau tidak, keadaan ekstremitas atas maupun bawah, bentuk normal atau

tidak, nilai tonus otot, terpasang infus/ tidak.

e) Sistem Genitourinaria

Pada sistem ini kemungkinan kelainan sangat kecil, selama fungsi ginjal masih

baik. Kaji frekuensi BAK berapa kali/hari, kondisi alat genetalia ada kelainan

atau tidak, pola urinaria normal/tidak, nyeri waktu BAK/tidak, warna urine.

f) Sistem Integumen

1) Kulit

Biasanya pada kulit terjadi sianosis. Kaji suhu berapa derajat, turgor kulit,

tekstur, bersisik atau tidak, adakah luka memar atau tidak, ada lesi atau tidak.

2) Kuku

Biasanya pada penderita tuberkulosis paru jari-jarinya tabuh yang

menunjukkan adanya hipoksia. Kaji lekukan kuku normal /tidak, keadaan

kuku rapuh / tidak.

16

Page 12: BAB IIfb

3) Rambut kepala

Keadaan rambut, distribusi rambut merata /tidak, mudah tidak dicabut,

bersih/kotor lebat/jarang, warna rambut.

g) Sistem Neurosensoris

Pada gangguan sistem pernafasan kemungkinan mengeluh pusing, kesadaran

komposmentis, kemungkinan ditemukan terjadinya penurunan kesadaran. Kaji

adanya tremor, gangguan bicara /tidak, penglihatan klien, nilai GCS (Glasgow

Coma Scale ), fungsi saraf cranial.

h) Sistem Endokrin

Kaji apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening , apakah

mempunyai penyakit diabetes.

g. Aspek Psiko, Sosial, Spiritual

1) Aspek psikologis

Dampak psikologis dari klien mungkin dihadapkan rasa nyeri, perubahan

tingkah laku dan cemas akibat timbulnya sesak nafas dan ketidaktahuan klien

terhadap penyakitnya.

2) Aspek sosial

Aspek sosial meliputi :

a. Pola interaksi

b. Lingkungan rumah.

3) Aspek spiritual

Aspek spiritual yaitu tentang keyakinan nilai-nilai ketuhanan yang dianut,

keyakinan dan harapan akan kesembuhan /kesehatannya.

17

Page 13: BAB IIfb

h. Pemeriksaan diagnostik

1) Radiologi

2) Sputum.

Untuk menemukan kuman BTA

3) Tes Tuberkulin

Yaitu untuk menentukan diagnosa tuberkulosis terutama pada anak-anak, yang

biasa digunakan adalah tes Mantoux.

18

Page 14: BAB IIfb

i. Analisa data

Data Kemungkinan PenyebabMasalah

Kesehatan(1) (2) (3)

Data subjektif :- Klien mengeluh lemas- Klien meneluh sesak

nafasData objektif :- Frekuensi nafas

>20x/mnt - Adanya ronchi,

meongi dan stridor- Adanya sekret kental

Peradangan paru

produksi mukus meningkat

penumpukan sekresi mukus pada jalan nafas

nafas tidak efektif

batuk-batuk

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Data subjektif :- Klien mengeluh sesak

nafas- Klien mengeluh lemah

Mycobacterium tuberkulosis masuk ke bronchus

Peradangan kronis

Lesi primer mengalami pengapuran menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik

Elastisitas recoil paru menurun

Kolaps alveoli

Difusi O2 terganggu

Kerusakan pertukaran gas

Data objektif :- Penurunan saturasi

oksigen - Dispneu saat

beraktivitas- Bernafas dengan bibir

dimonyongkan dengan fase ekspirasi yang lama

- Adanya sekret kentalData subjektif :- Klien mengatakan

cepat kenyang kalau makan

- Klien mengatakan tidak ada nafsu makan

- Klien mengeluh lemas Data objektif :- Sering batuk- Produksi sputum

kental- Berat badan di bawah

10-20% ideal.- Tonus otot jelek

Invasi mycobacterium TBC dalam tubuh

meningkatkan aktivitas seluler

peningkatan metabolisme berlebih

pemecahan lemak, protein, karbohidrat

BB menurun

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Data subjektif :- Klien mengatakan

kurang memahami tentang penyakitnya

- Klien mengatakan informasi tentang penyakitnya kurang lengkap

Data objektif :- Klien bertanya tentang

penyakitnya

Kurang informasi yang adekuat tentang penyakit

Kuman mycobacterium menyebar secara droplet

Klien batuk/bersin tanpa menutup mulut

risiko terjadinya penularan penyakit

Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan penyakit

19

Page 15: BAB IIfb

(1) (2) (3)- Klien batuk tanpa

menutup mulutData subjektif :- Klien mengeluh tidak

bisa mengeluarkan sekret

Data objektif :- Malnutrisi - Kerusakan jaringan

/adanya infeksi tambahan

kurang informasi mengenai proses penyakit

Kuman dormant muncul lagi sebagai infeksi

tuberkulosis post primer

invasi ke daerah parenkim paru

granuloma menyebar menghancurkan jaringan sekitar

kekambuhan penyakit

Risiko tinggi terjadinya penyebaran/aktivasi ulang

Kemungkinan masalah yang mungkin muncul pada klien tuberkulosis paru

menurut Doenges, dkk. (2000, hal. 240) yaitu :

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif.

2) Kerusakan pertukaran gas

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan penyakit

5) Risiko tinggi terjadinya penyebaran/aktivasi ulang

1. Diagnosa keperawatan

20

Page 16: BAB IIfb

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien

tuberkulosis paru adalah :

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

dengan adanya sekret

2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan

penurunan fungsi paru

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan mual.

4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan

pencegahan penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi penyakit.

5) Risiko tinggi terjadi penyebaran/aktivasi ulang

penyakit berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga dan klien tentang

pencegahan penyakit tuberkulosis paru.

2. Perencanaan

a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret yang

kental.

Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif

Kriteria : Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak

menggunakan otot pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnoe dan

sianosis, tidak ada batuk.

21

Page 17: BAB IIfb

Tabel 2.1Perencanaan Diagnosa Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

No. Intervensi Rasional

1 2 31 Mandiri

Kaji bunyi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

Catat kemampuan mengeluarkan mukosa/batuk efektif

Penurunan bunyi nafas dapat menyebabkan atelektasis, ronchi dan wheezing menunjukkan akumulasi sekret Sputum berdarah kental atau cerah dapat diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronchial

Berikan posisi fowler atau semi fowler tinggi

Bersihkan sekret dari mulut dan trakea

Pertahankan masuknya cairan sedikitnya sebanyak 250 ml/hari kecuali kontraindikasi

Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasanMencegah obstruksi/aspirasi

Membantu pengenceran sekret

2 Kolaborasi

Berikan obat sesuai dengan indikasi mukolitik, ekspektoran, bronkodilator

Mukolitik untuk menurunkan batuk, ekspektoran untuk membantu memobilisasi sekret, bronkodilatormenurunkan spasme bronkus dan analgetik diberikan untuk menurunkan ketidaknyamanan

b) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan fungsi paru

Tujuan : Pertukaran gas lancar

Kriteria : Adanya perbaikan ventilasi dan oksigenase jaringan yang adekuat,

bebas dari segala distres pernafasan

22

Page 18: BAB IIfb

Tabel 2.2Perencanaan Diagnosa Keperawatan Kerusakan Pertukaran Gas

No. Intervensi Rasional

1 2 31

Kaji dipsnea, takipenea, tak normal/menurunya bunyi napas, upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada, dan kelemahan

Evaluasi perubahan tingkat kesadaran. Catat sianosis dan perubahan nada warna kulit, mukosa dan kuku.

Dorong untuk bernafas melalui bibir selama ekshalasi

TB paru menyebabkan efek luas pada paru dan bagian kecil bronchopnemonia sampai inflamasi difus lua, nekrosis, efusi pleura dan fibrosis luas Akumulasi sekret dapat mengganggu oksigenase organ vital dan jaringan

Membuat tahanan melawan udara luar.

c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan nafsu makan, mual dan muntah

Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan.

Kriteria : Peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan berat

badan lebih lanjut

Tabel 2.3Perencanaan Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari

Kebutuhan Tubuh

No Intervensi Rasional

1 2 31 Mandiri

Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai

Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus.

23

Page 19: BAB IIfb

Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik

Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan

Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi karbohidrat

Auskultasi bising usus, palpasi/observasi abdomen

Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster

d) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan penyakit berhubungan

dengan kurangnya informasi penyakit.

Tabel 2.4Perencanaan Diagnosa Keperawatan Kurang Pengetahuan Kondisi Penyakit

No Intervensi Rasional

1 Mandiri Diskusikan aspek. Informasi dapat meningkatkan koping

ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan, harapan kesembuhan.

Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif/latihan pernapasan.

Tekankan pentingnya melanjutkan evaluasi medik

dan membantu menurunkan cemas dan masalah berlebihan.

Batuk efektif memudahkan untuk pengeluaran sekret dengan baik dan benar karena pasien berisiko untuk kambuh.

Dapat mencegah kambuhnya tuberkulosis paru dan komplikasi

e) Risiko tinggi terjadi penyebaran/aktivasi ulang penyakit berhubungan dengan

kurang pengetahuan keluarga dan klien tentang pencegahan penyakit

tuberkulosis paru.

Tabel 2.5Perencanaan Diagnosa Keperawatan risiko Tinggi Penyebaran/Aktivasi Ulang

No Intervensi Rasional

1 Mandiri Beri penjelasan kepada klien

tentang proses penyakit tuberkulosis paru dan

Informasi dapat mengerti tentang proses penyakit tuberkulosis paru.

24

Page 20: BAB IIfb

penatalaksanaan yang benar Kolaborasi : Berikan motivasi terhadap

program pengobatan yang teratur sampai tuntas.

Berikan penjelasan tentang dosis pemberian obat

Dapat menjadi dorongan untuk berobat secara teratur dan tuntas

Dosis yang tepat akan mengefektifkan kerja obat

25