BAB IIfb
description
Transcript of BAB IIfb
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis, akut atau sub akut yang
disebabkan oleh basilus tuberkulosis (Martin, 1998, hal. 257).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri aerob
gram positif, bakteri asam lemak, mycobacterium tuberkulosis (Nazirudin,
1998, hal. 34).
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis paru
adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri asam lemak, basilus
tuberkulosis, dan mycobacterium tuberkulosis.
2. Anatomi dan Fisiologi Paru-Paru
a. Anatomi paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga
dada, bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus dan pada
mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura
dibagi dua yaitu :
1) Pleura Visceral yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru.
2) Pleura Parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
6
Antaras kedua pleura terdapat kavum pleura yang hampa udara sehingga paru-
paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat surfaktan yang berguna untuk
meminyaki permukaan pleura untuk mencegah gesekan antara dinding dada
dan paru-paru sewaktu bernafas.
Paru-paru terdiri dari sebagian besar alveoli. Pada alveoli terjadi pertukaran
oksigen dan karbondioksida. Paru-paru dibagi dua bagian yaitu :
1) Paru-paru kanan.
Terdiri dari tiga lobus yaitu lobus pulmo dextra superior yang terdiri dari lima
segmen, lobus media yang terdiri dari dua segmen dan lobus inferior yang
terdiri dari tiga segmen.
2) Paru-paru kiri.
Terdiri dari pulmo sinistra lobus superior yang terdiri dari lima segmen dan
lobus inferior yang terdiri dari lima segmen. Tiap segmen terbagi menjadi
belahan yang disebut lobulus. Tiap lobus terdapat sebuah bronkiolus yang
bercabang disebut duktus alveolus yang berakhir pada alveolus
Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung
udara di dalamnya. Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi
sedalam-dalamnya.
2) Kapasitas vital paru-paru yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah
ekspirasi maksimal.
7
b. Fisiologi paru-paru.
Fisiologi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
Adapun fisiologi pernafasan yaitu :
1) Pernafasan paru-paru (eksterna)
Pernafasan eksterna merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi di paru-paru yaitu oksigen diambil melalui mulut sampai ke alveoli
yang berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmoner, alveoli memisahkan
oksigen dari darah, oksigen menembus membran diambil oleh sel darah merah
dibawa ke jantung dan dipompakan ke seluruh tubuh. Di dalam paru-paru
karbondioksida merupakan hasil buangan menembus membran alveoli, dari
kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir di mulut dan hidung.
2) Pernafasan jaringan (interna)
Haemoglobin yang banyak mengandung oksigen mengitari seluruh tubuh dan
akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan
mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru.
3. Etiologi Tuberkulosis Paru
Basil tuberkulosis yang sering menyebabkan penyakit adalah Mycobacterium
tuberkulosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/ m
dan tebal 0.3-0.6 / m.
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dingin dan dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es. Bila seseorang terkena bakteri tuberkulosis,
sekitar 5% dari mereka yang terkena akan mengembangkan tuberkulosis aktif
8
dalam tempo satu tahun, sisanya mengalami infeksi tidak aktif. Sistem
kekebalan tubuh seseorang biasanya mengendalikan basilus tuberkle, nodule
bulat dihasilkan dari infeksi bakteri tuberkulosis, dengan membunuhnya atau
menempatkannya pada nodule yang kecil. Meskipun demikian, bakteri dapat
tinggal dalam tuberkle secara aktif selama bertahun-tahun dan kemudian
bereaksi dan menyebar. Meskipun tempat infeksi yang utama dalam paru-
paru, mycobacteria ini dapat menyerang bagian tubuh yang lain.
4. Patofisiologi
Masuknya kuman ke dalam bronchus menyebabkan alveoli mengalami
peradangan yang disebut pneumonitis non spesifik sehingga akan merangsang
pembentukan sekret mukus pada bronchus, maka bersihan jalan nafas tidak
efektif. Daya tahan tubuh akan menurun, virulensi kuman meningkat sehingga
akan menjadi radang kronis. Lesi di kelilingi oleh jaringan kolagen, fibroblast
dan limfosit. Bagian tengah lesi akan mengalami nekrosis yang sudah cair
yang akan keluar bersama batuk. Bila lesi ini menembus pleura, maka akan
terjadi effusi pleura tuberkulosis. Invasi lesi kosta dan corpus vertebra,
merangsang sel-sel serabut syaraf, nyeri dipersepsikan sehingga akan
mengalami gangguan rasa nyaman : nyeri. Tuberkulosis paru menyebar
melalui udara secara droplet saat penderita bersin atau batuk, apabila klien
batuk tanpa menutup mulut maka akan terjadi risiko tinggi terjadinya
penularan penyakit.
9
5. Manajemen Medik
a. INH biasa digunakan untuk pasien infeksi dan risiko tuberkulosis
b. Etambutol harus diberikan bila sistem syaraf pusat atau tak berkomplikasi
c. Pirazinamed, streptomisin obat ini sekunder diperlukan bila infeksi resisten
terhadap atau tidak toleran obat primer
d. Agen mukolitik (asetilsisbein) untuk menurunkan kekentalan dan
perlengketan sekret
e. Bronchodilator (choledil) untuk meningkatkan ukuran lumen percabangan
tracheabronchial sehingga menurunkan tekanan terhadap aliran udara
f. Kortikosteroid (predsnison) berguna untuk keterlibatan luas dengan
hipoksemia dan bila respons mengancam hidup
g. Rujuk ke ahli gizi untuk pemberian komposisi diet.
h. Berikan oksigenase bila klien sesak nafas untuk mencegah pengeringan
membran mukosa, untuk membantu pengenceran sekret.
6. Dampak Penyakit Tuberkulosis Paru Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
a. Kebutuhan oksigen
Dengan adanya kerusakan jaringan pada daerah paru oleh bakteri
Mycobakterium tuberkulosis maka difusi gas di alveoli akan terganggu. Selain
itu juga sekret menumpuk di saluran nafas sehingga asupan oksigen dan
pengeluaran karbondioksida tidak efektif. Karena kurang efektifnya jalan nafas
tersebut maka kebutuhan oksigen kurang adekuat. Sebagai kompensasi tidak
adekuatnya suplai oksigen, maka terjadi peningkatan frekuensi pernafasan
sehingga klien mengeluh sesak.
10
b. Rasa nyaman
Akumulasi sekret kental dan menetap menimbulkan rasa tidak nyaman pada
klien.
c. Pemenuhan nutrisi
Kebanyakan klien dengan tuberkulosis paru akan mengalami kesulitan makan
karena adanya proses peradangan pada jaringan paru sehingga sulit untuk
menelan. Adakalanya, saluran antara esophagus dan bronchi menjadi tidak
normal (fistula), menyebabkan batuk parah selama menelan sehingga makanan
dan minuman masuk ke dalam paru-paru. Apabila transpor oksigen dan nutrisi
ke jaringan otak berkurang maka akan merangsang pusat vomiting center yang
akan menyebabkan mual dan muntah sehingga intake nutrisi berkurang.
d. Aktivitas
Klien dengan tuberkulosis paru akan mengalami sesak nafas dan intake nutrisi
yang tidak adekuat akan menyebabkan pembentukan energi menurun sehingga
klien mengalami kelemahan fisik secara menyeluruh yang akhirnya klien tidak
dapat melakukan aktivitas secara penuh.
e. Istirahat tidur
Proses peradangan akan meningkatkan rangsangan cilia sehingga akan
merangsang refleks batuk. Dengan adanya batuk produktif maka keadaan
tersebut akan merangsang susunan saraf simpatis untuk mengaktivasi RAS
dan mengaktifkan ke organ tubuh menyebabkan REM menurun sehingga akan
selalu terjaga.
11
f. Psikologis
Apabila klien tidak mengetahui tentang penyakit dan prognosis penyakit,
maka akan meningkatkan kecemasan pada klien atau keluarga.
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Tuberkulosis Paru
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, kedudukan klien
dalam keluarga, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa
medis, nomor rekam medik, alamat.
2) Identitas orang tua atau penanggung jawab meliputi: nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, agama, alamat.
b. Keluhan utama
Pada kasus tuberkulosis paru umumnya klien mengeluh batuk terus menerus,
nafsu makan kurang, sesak nafas, demam/suhu tubuh meningkat, dan
kehilangan berat badan.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Dikembangkan dari keluhan utama dengan memakai rumus PQRST yaitu :
P : Paliatif, yaitu apa yang memperberat keluhan yang dialami klien ?
Pada umumnya klien dibawa ke rumah sakit karena adanya sesak nafas,
nyeri dada, demam, lemah dan penurunan berat badan. Sesak nafas dapat
sedikit diredakan dengan duduk semi fowler.
12
Q : Quality, yaitu bagaimana keluhan tersebut dirasakan oleh klien (panas,
pedih)?
Pada klien dengan tuberkulosis paru merasa sakit/nyeri dada sewaktu
bernafas dan batuk. Nyeri itu bagaikan diiris-iris dan tajam, diperberat
dengan batuk, dan nafas yang dalam. Rasa nyeri ini diakibatkan gesekan
pleura yang meradang. (Price & Wilson, 1995, hal. 683).
R : Region, yaitu di manakah gangguan tersebut dirasakan ?
Apakah gangguan tersebut menyebar ke daerah lain ?
Biasanya nyeri dada timbul apabila infiltrasi radang sudah mencapai ke
pleura.
S : Scale, yaitu seberapa berat keluhan tersebut dirasakan ? bagaimana keluhan
tersebut mempengaruhi kemampuan fungsi dirinya ?
Klien tuberkulosis paru adalah klien payah, sering hiperpireksia maka
klien perlu cukup istirahat, semua kebutuhannya harus ditolong di tempat
tidur.
T : Time, yaitu berapa lama keluhan itu dirasakan ? Apakah ada perbedaan
intensitas keluhan misal : menghebat pada malam hari ?
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat penyakit dahulu
Dikaji apakah sebelumnya pernah mengalami gangguan seperti batuk-batuk,
sesak nafas, pernah mengalami trauma / pembedahan dada, penggunaan obat-
obatan dan apakah pernah dirawat di rumah sakit?. Pada kasus tuberkulosis
paru banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya penyakit tersebut maka
13
perlu dikaji hal-hal sebagai berikut : perlu dikaji lingkungan klien di rumah,
apakah ada keluarga yang perokok, cukup ventilasi rumah, adanya polusi
berlebih. juga lingkungan kerja.
2) Riwayat nutrisi
Perlu diketahui kebiasaan makan klien, baik menu dan makanan kesukaannya,
porsi makan, nafsu makan, diet, masalah yang berhubungan dengan makan.
Pada klien dengan gangguan saluran pernafasan memiliki riwayat nutrisi yang
kurang karena tidak adekuatnya masukan nutrisi. Dengan demikian zat-zat gizi
yang dibutuhkan tubuh tidak terpenuhi sehingga tubuh menjadi lemah dan
rentan terhadap penyakit.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang pernah masih diderita anggota keluarga, penyakit
menular, keturunan, jika ada penyakit yang diturunkan buat genogramnya.
f. Data biologis
1) Aktivitas sehari-hari
a) Pola nutrisi : kebiasaan makan sehari-hari, jam makan, frekuensi makan, porsi
dan jenis makanan yang disukai /tidak disukai, diet, alergi terhadap makanan.
Cairan: jenis minuman, frekuensi, kehilangan cairan yang berlebihan :
vomitus, drainage berlebihan. Asupan makanan : minum, infus.
b) Pola eliminasi : kebiasaan BAB, BAK, frekuensi, warna, bau, konsistensi,
jumlah.
14
c) Pola istirahat tidur : kebiasaan tidur sehari-hari, jam tidur, lama tidur, sering
bangun waktu tidur, masalah yang berhubungan dengan tidur.
d) Personal hygiene : kebiasaan mandi, cuci rambut, ganti pakaian, gunting kuku,
gosok gigi.
2) Penampilan umum
Klien dengan tuberkulosis paru biasanya tampak lemah.
3) Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik kepada klien untuk menentukan masalah
kesehatan, yang meliputi review of system yaitu :
a) Sistem pernafasan
Pada kasus tuberkulosis paru pada umumnya terdapat kesulitan bernafas yang
ditandai dengan adanya pergerakan cuping hidung, adanya sianosis, retraksi
interkostal, penggunaan otot-otot tambahan untuk bernafas, batuk bersputum,
pada perkusi akan didapatkan suara redup, pada auskultasi terdengar ronchi
basah, kering dan nyaring, bila infiltrat diliputi oleh penebalan pleura suara
nafas vesikuler akan lemah, pernafasan sesak (dispneu).
b) Sistem Kardiovaskular
Pada tuberkulosis paru terjadi sianosis pada wajah, leher, dinding dada bagian
bawah termasuk payudara. Sianosis pada wajah, leher, dinding dada bagian
bawah termasuk payudara menunjukkan adanya penyumbatan pada vena cava
yang menyebabkan darah kembali ke vena lainnya di bagian bawah tubuh,
vena pada dinding dada membesar. Juga terjadi takikardi. Serta kaji tekanan
15
darah /mmHg, nadi reguler/ireguler, palpitasi atau tidak, konjungtiva pucat atau
tidak, peningkatan vena jugularis atau tidak.
c) Sistem Gastrointestinal
Pada sistem ini dapat ditemukan kemungkinan adanya nafsu makan menurun,
mual muntah, penurunan berat badan. Dan juga perlu dikaji frekuensi bising
usus berapa kali/menit, keadaan mulut bersih atau tidak, BAB berapa kali/hari.
d) Sistem Muskuloskeletal
Kemungkinan dijumpai nyeri otot, otot lemah, kelelahan atau keletihan,
penurunan toleransi terhadap aktivitas. Kaji adakah nyeri otot atau tidak, kaku
otot atau tidak, keadaan ekstremitas atas maupun bawah, bentuk normal atau
tidak, nilai tonus otot, terpasang infus/ tidak.
e) Sistem Genitourinaria
Pada sistem ini kemungkinan kelainan sangat kecil, selama fungsi ginjal masih
baik. Kaji frekuensi BAK berapa kali/hari, kondisi alat genetalia ada kelainan
atau tidak, pola urinaria normal/tidak, nyeri waktu BAK/tidak, warna urine.
f) Sistem Integumen
1) Kulit
Biasanya pada kulit terjadi sianosis. Kaji suhu berapa derajat, turgor kulit,
tekstur, bersisik atau tidak, adakah luka memar atau tidak, ada lesi atau tidak.
2) Kuku
Biasanya pada penderita tuberkulosis paru jari-jarinya tabuh yang
menunjukkan adanya hipoksia. Kaji lekukan kuku normal /tidak, keadaan
kuku rapuh / tidak.
16
3) Rambut kepala
Keadaan rambut, distribusi rambut merata /tidak, mudah tidak dicabut,
bersih/kotor lebat/jarang, warna rambut.
g) Sistem Neurosensoris
Pada gangguan sistem pernafasan kemungkinan mengeluh pusing, kesadaran
komposmentis, kemungkinan ditemukan terjadinya penurunan kesadaran. Kaji
adanya tremor, gangguan bicara /tidak, penglihatan klien, nilai GCS (Glasgow
Coma Scale ), fungsi saraf cranial.
h) Sistem Endokrin
Kaji apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening , apakah
mempunyai penyakit diabetes.
g. Aspek Psiko, Sosial, Spiritual
1) Aspek psikologis
Dampak psikologis dari klien mungkin dihadapkan rasa nyeri, perubahan
tingkah laku dan cemas akibat timbulnya sesak nafas dan ketidaktahuan klien
terhadap penyakitnya.
2) Aspek sosial
Aspek sosial meliputi :
a. Pola interaksi
b. Lingkungan rumah.
3) Aspek spiritual
Aspek spiritual yaitu tentang keyakinan nilai-nilai ketuhanan yang dianut,
keyakinan dan harapan akan kesembuhan /kesehatannya.
17
h. Pemeriksaan diagnostik
1) Radiologi
2) Sputum.
Untuk menemukan kuman BTA
3) Tes Tuberkulin
Yaitu untuk menentukan diagnosa tuberkulosis terutama pada anak-anak, yang
biasa digunakan adalah tes Mantoux.
18
i. Analisa data
Data Kemungkinan PenyebabMasalah
Kesehatan(1) (2) (3)
Data subjektif :- Klien mengeluh lemas- Klien meneluh sesak
nafasData objektif :- Frekuensi nafas
>20x/mnt - Adanya ronchi,
meongi dan stridor- Adanya sekret kental
Peradangan paru
produksi mukus meningkat
penumpukan sekresi mukus pada jalan nafas
nafas tidak efektif
batuk-batuk
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Data subjektif :- Klien mengeluh sesak
nafas- Klien mengeluh lemah
Mycobacterium tuberkulosis masuk ke bronchus
Peradangan kronis
Lesi primer mengalami pengapuran menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik
Elastisitas recoil paru menurun
Kolaps alveoli
Difusi O2 terganggu
Kerusakan pertukaran gas
Data objektif :- Penurunan saturasi
oksigen - Dispneu saat
beraktivitas- Bernafas dengan bibir
dimonyongkan dengan fase ekspirasi yang lama
- Adanya sekret kentalData subjektif :- Klien mengatakan
cepat kenyang kalau makan
- Klien mengatakan tidak ada nafsu makan
- Klien mengeluh lemas Data objektif :- Sering batuk- Produksi sputum
kental- Berat badan di bawah
10-20% ideal.- Tonus otot jelek
Invasi mycobacterium TBC dalam tubuh
meningkatkan aktivitas seluler
peningkatan metabolisme berlebih
pemecahan lemak, protein, karbohidrat
BB menurun
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Data subjektif :- Klien mengatakan
kurang memahami tentang penyakitnya
- Klien mengatakan informasi tentang penyakitnya kurang lengkap
Data objektif :- Klien bertanya tentang
penyakitnya
Kurang informasi yang adekuat tentang penyakit
Kuman mycobacterium menyebar secara droplet
Klien batuk/bersin tanpa menutup mulut
risiko terjadinya penularan penyakit
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan penyakit
19
(1) (2) (3)- Klien batuk tanpa
menutup mulutData subjektif :- Klien mengeluh tidak
bisa mengeluarkan sekret
Data objektif :- Malnutrisi - Kerusakan jaringan
/adanya infeksi tambahan
kurang informasi mengenai proses penyakit
Kuman dormant muncul lagi sebagai infeksi
tuberkulosis post primer
invasi ke daerah parenkim paru
granuloma menyebar menghancurkan jaringan sekitar
kekambuhan penyakit
Risiko tinggi terjadinya penyebaran/aktivasi ulang
Kemungkinan masalah yang mungkin muncul pada klien tuberkulosis paru
menurut Doenges, dkk. (2000, hal. 240) yaitu :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif.
2) Kerusakan pertukaran gas
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan penyakit
5) Risiko tinggi terjadinya penyebaran/aktivasi ulang
1. Diagnosa keperawatan
20
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien
tuberkulosis paru adalah :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan adanya sekret
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan fungsi paru
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan mual.
4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan
pencegahan penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi penyakit.
5) Risiko tinggi terjadi penyebaran/aktivasi ulang
penyakit berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga dan klien tentang
pencegahan penyakit tuberkulosis paru.
2. Perencanaan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret yang
kental.
Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif
Kriteria : Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak
menggunakan otot pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnoe dan
sianosis, tidak ada batuk.
21
Tabel 2.1Perencanaan Diagnosa Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
No. Intervensi Rasional
1 2 31 Mandiri
Kaji bunyi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Catat kemampuan mengeluarkan mukosa/batuk efektif
Penurunan bunyi nafas dapat menyebabkan atelektasis, ronchi dan wheezing menunjukkan akumulasi sekret Sputum berdarah kental atau cerah dapat diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronchial
Berikan posisi fowler atau semi fowler tinggi
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea
Pertahankan masuknya cairan sedikitnya sebanyak 250 ml/hari kecuali kontraindikasi
Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasanMencegah obstruksi/aspirasi
Membantu pengenceran sekret
2 Kolaborasi
Berikan obat sesuai dengan indikasi mukolitik, ekspektoran, bronkodilator
Mukolitik untuk menurunkan batuk, ekspektoran untuk membantu memobilisasi sekret, bronkodilatormenurunkan spasme bronkus dan analgetik diberikan untuk menurunkan ketidaknyamanan
b) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan fungsi paru
Tujuan : Pertukaran gas lancar
Kriteria : Adanya perbaikan ventilasi dan oksigenase jaringan yang adekuat,
bebas dari segala distres pernafasan
22
Tabel 2.2Perencanaan Diagnosa Keperawatan Kerusakan Pertukaran Gas
No. Intervensi Rasional
1 2 31
Kaji dipsnea, takipenea, tak normal/menurunya bunyi napas, upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada, dan kelemahan
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran. Catat sianosis dan perubahan nada warna kulit, mukosa dan kuku.
Dorong untuk bernafas melalui bibir selama ekshalasi
TB paru menyebabkan efek luas pada paru dan bagian kecil bronchopnemonia sampai inflamasi difus lua, nekrosis, efusi pleura dan fibrosis luas Akumulasi sekret dapat mengganggu oksigenase organ vital dan jaringan
Membuat tahanan melawan udara luar.
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan, mual dan muntah
Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Kriteria : Peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan berat
badan lebih lanjut
Tabel 2.3Perencanaan Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
No Intervensi Rasional
1 2 31 Mandiri
Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai
Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus.
23
Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik
Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi karbohidrat
Auskultasi bising usus, palpasi/observasi abdomen
Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster
d) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan penyakit berhubungan
dengan kurangnya informasi penyakit.
Tabel 2.4Perencanaan Diagnosa Keperawatan Kurang Pengetahuan Kondisi Penyakit
No Intervensi Rasional
1 Mandiri Diskusikan aspek. Informasi dapat meningkatkan koping
ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan, harapan kesembuhan.
Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif/latihan pernapasan.
Tekankan pentingnya melanjutkan evaluasi medik
dan membantu menurunkan cemas dan masalah berlebihan.
Batuk efektif memudahkan untuk pengeluaran sekret dengan baik dan benar karena pasien berisiko untuk kambuh.
Dapat mencegah kambuhnya tuberkulosis paru dan komplikasi
e) Risiko tinggi terjadi penyebaran/aktivasi ulang penyakit berhubungan dengan
kurang pengetahuan keluarga dan klien tentang pencegahan penyakit
tuberkulosis paru.
Tabel 2.5Perencanaan Diagnosa Keperawatan risiko Tinggi Penyebaran/Aktivasi Ulang
No Intervensi Rasional
1 Mandiri Beri penjelasan kepada klien
tentang proses penyakit tuberkulosis paru dan
Informasi dapat mengerti tentang proses penyakit tuberkulosis paru.
24
penatalaksanaan yang benar Kolaborasi : Berikan motivasi terhadap
program pengobatan yang teratur sampai tuntas.
Berikan penjelasan tentang dosis pemberian obat
Dapat menjadi dorongan untuk berobat secara teratur dan tuntas
Dosis yang tepat akan mengefektifkan kerja obat
25