BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/2615/3/RESTU ARDIYANTO BAB II.pdf ·...

21
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal dan rangsangan eksternal. Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada obyek atau rangsangan yang nyata (Direja, 2011). Halusinasi adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsangan tersebut di sadari dan di mengerti penginderaan/sensasi. Gangguan persepsi : ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal (pikiran, perasaan) dan stimulus eksternal (Rusdi, 2013). Halusinasi penglihatan stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambar atau bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan (Kusumawati& Hartono 2011). Dari beberapa pengertian halusinasi diatas yang diungkapkan oleh para ahli maka penulis dapat menyimpulkan bahwa halusinasi penglihatan adalah kesalahan stimulus yang nyata oleh indera penglihatan klien melihat gambar yang jelas atau samar dan oranglain tidak melihat. 7 Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Transcript of BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/2615/3/RESTU ARDIYANTO BAB II.pdf ·...

7

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal dan rangsangan eksternal. Klien memberi persepsi atau

pendapat tentang lingkungan tanpa ada obyek atau rangsangan yang nyata

(Direja, 2011).

Halusinasi adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsangan

tersebut di sadari dan di mengerti penginderaan/sensasi. Gangguan persepsi :

ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul

dari sumber internal (pikiran, perasaan) dan stimulus eksternal (Rusdi, 2013).

Halusinasi penglihatan stimulus visual dalam bentuk kilatan atau

cahaya, gambar atau bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa

menyenangkan atau menakutkan (Kusumawati& Hartono 2011).

Dari beberapa pengertian halusinasi diatas yang diungkapkan oleh

para ahli maka penulis dapat menyimpulkan bahwa halusinasi penglihatan

adalah kesalahan stimulus yang nyata oleh indera penglihatan klien melihat

gambar yang jelas atau samar dan oranglain tidak melihat.

7

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

8

B. Etiologi

1. Faktor Predisposisi menurut Yosep, (2011)

a. Faktor Perkembangan

Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya mengontrol

emosi dan keharmonisasian keluarga menyebabkan klien tidak mampu

mandiri sejak kecil, mudah frustasi dan hilang percaya diri.

b. Faktor Sosiologi

Seseorang yang merasa tidak diterima di lingkungannya sejak bayi

akan membekas diingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa

disingkirkan kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.

c. Faktor Biokimia

Adanya stress yang berlebihan yang di alami oleh seseorang maka

didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat

halusinogenik neurokimia buffofenom dan dimetytranfenase sehingga

terjadi keseimbangan acetrycolin & Dofamine.

d. Faktor Psikologis

Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab akan

mudah terjerumus pada penyalah gunaan zat adiktif, klien lebih

memilih kesenangan sesaat & lari dari alam nyata menuju alam

khayal.

e. Faktor Genetik dan Pola Asuh

Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan

yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

9

2. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart, (2006) yang termasuk faktor – faktor penyebab

dari halusinasi adalah sebagai berikut :

1. Faktor presipitasi

a. Biologis

Gangguan dalam berkomunikasi dan putaran baik otak , yang

mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme

pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan

untuk secara selektif menanggapi Stimulus.

b. Stress Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap

stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan

perilaku.

c. Sumber Koping

Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman tentang

pengaruh gangguan otak pada perilaku.

C. Jenis-jenis Halusinasi

Menurut Trimelia, (2011) :

1. Halusinasi Pendengaran (audiotori)

Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mentertawakan,

mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu. Perilaku yang

muncul adalah mengarahkan telinga pada sumber suara, bicara atau

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

10

tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab menutup telinga, mulut komat-

kamit, dan ada gerakan tangan.

2. Halusinasi Penglihatan (Visual)

Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang atau

panorama yang luas dan kompleks, bisa yang menyenangkan atau

menakutkan.

Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu, menunjuk

ke arah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat.

3. Halusinasi Penciuman (olfactory)

Tercium bau busuk,amis dan bau yang menjijikan, seperti bau darah, urine

atau feses atau bau harum seperti parfum.

Perilaku yang muncul adalah ekspresi wajah seperti mencium dengan

gerakan cuping hidung, mengarahkan hidung pada tempat tertentu,

menutup hidung.

4. Halusinasi Pengecapan (gustatori)

Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan, seperti rasa

darah , urine atau feses.

Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut seperti gerakan

mengunyah sesuatu sering meludah, muntah.

5. Halusinasi Perabaan (taktil)

Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti

merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang. Merasakan

ada yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil dan mahluk

halus.

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

11

Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau meraba-

raba permukaan kulit, terlihat menggerak-gerakan badan seperti

merasakan sesuatu rabaan.

6. Halusinasi Sinestetik

Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,

makanan dicerna atau pemebentukan urine, perasaan tubuhnya melayang

diatas permukaan bumi.

Perilaku yang muncul adalah klien terlihat menatap tubuhnya sendiri dan

terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang tubuhnya.

D. Tanda dan Gejala

Data subjektif dan objektif menurut Trimelia, (2011) adalah sebagai

berikut :

1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai

2. Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara

3. Gerakan mata cepat

4. Respon verbal lamban atau diam

5. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan

6. Terlihat bicara sendiri

7. Menggerakan bola mata dengan cepat

8. Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu

9. Duduk terpaku,memandang sesuatu, tiba-tiba berlari keruangan lain

10. Disorientasi (waktu, tempat, orang)

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

12

11. Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah

12. Perubahan perilaku dan pola komunikasi

13. Gelisah, ketakutan, ansietas

14. Peka rangsang

E. Psikopatologi

Proses terjadinya halusinasi menurut Stuart, (2006) :

1. Faktor predisposisi : faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah

sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stres

2. Stressor presipitasi : stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai

tantangan, ancaman, atau tuntutan dan yang membutuhkan energi ekstra

untuk koping

3. Penilaian terhadap stresor : evaluasi tentang makna stressor bagi

kesejahteraan individu yang didalamnya stresor memiliki arti, intensitas,

dan kepentingan

4. Sumber koping : evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi individu

5. Mekanisme koping : tiap upaya yang ditujukan untuk penatalaksanaan

stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme

pertahanan ego yang digunakan untuk melindungi diri.

6. Rentang respon koping- rentang : respon manusia yang adaptif sampai

maladaptif

7. aktivitas tahap pengobatan : rentang fungsi keperawatan yang

berhubungan dengan tujuan pengobatan, pengkajian keperawatan,

intervensi keperawatan, dan hasil yang diharapkan.

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

13

Faktor predisposisi

Biologis psikologis

sosiokultural

Stressor presipitasi

Biologi Tekanan lingkungan gejala

Penilaian terhadap stresor

Mekanisme koping

Menarik diri proyeksi regresi

Konstruktif destruktif

Gambar 2.1 Psikopatologis Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

Stuart, ( 2006).

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

14

F. Rentang respon

Konstruktif restruktif

Adaptif mal adaptif

Pikiran logis Kadang-kadang

proses pikir terganggu

Waham

Perseps iakurat Ilusi Halusinasi

Emosi konsisten

dengan

pengalaman

Emosi berlebihan Kesukaran proses

emosi

perilaku cocok

Perilaku yang tidak

terbiasa

Perilaku tidak

terorganisasi

hubungan sosial

harmonis

Menarik diri Isolasi sosial

Gambar 2.2 Rentang Respon Halusinasi Penglihatan

(Direja, 2011)

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

15

G. Fase-fase halusinasi

Fase halusinasi menurut Direja, (2011) yaitu:

1. Fase pertama

Disebut juga Fase Comforting, yaitu fase yang menyenangkan.

Pada tahap ini masuk dalam golongan non psikotik. Karakteristik : klien

mengalami cemas , kesepian , perasaan berdosa dan tidak dapat

diselesaikan.Klien mulai melamun dan memikirkan hal – hal yang

menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara. Perilaku klien :

tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan bibir tanpa suara,

pergerakan mata cepat respon verbal yang lambat jika sedang asyik

dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.

2. Fase ke dua

Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu

halusinasi menjadi menjijikan, termasuk psikotik ringan. Karakteristik :

pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat

melamun, dan berfikir sendiri menjadi domainan mulai dirasakan ada

bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap

dapat mengontrolnya. Perilaku klien : meningkatnya tanda – tanda sistem

syaraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.

Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan realistis.

3. Fase ke tiga

Fase ketiga adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu

pengalaman sensori berkuasa termasuk dalam gangguan psikotik.

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

16

Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol menguasai

dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap

halusinasinya. Perilaku klien : kemauan di kendalikan halusinasi, rentang

perhatian hanya beberapa menit atau detik tanda-tanda fisik berupa klien

berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.

4. Fase ke empat

Fase ke empat adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur

dengan halusinasinya termasuk psikotik berat.

Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam,

memerintah dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya,

hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang

lain di lingkungan.

Perilaku klien potensi bunuh diri, perilaku kekerasaan, agitasi,

menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah

kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

H. Sumber Koping

Sumber koping individu harus dikaji dengan pemahaman tentang

pengaruh gangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal,

seperti intelegensi atau kriativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif

mendidik anak-anak dan dewasa muda tentang ketrampilan koping karena

mereka biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan. Sumber keluarga dapat

berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

17

waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara

berkesinambungan Fitria, (2012).

I. Mekanisme koping

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari

pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis

maladaptif Stuart, (2006) :

1. Regresi berhubungan dengan masalh proses informasi dan upaya untuk

mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup

sehari-hari.

2. Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi

3. Menarik diri

J. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan......................................................Akibat

Gangguan sensori persepsi : halusinasi................................Core Problem

Isolasi sosial................................................................Penyebab

Gambar 2.3 Pohon Masalah

(Fitria, 2009)

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

18

K. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko Perilaku Kekerasan

2. Gangguan sensori persepsi : halusinasi

3. Isolasi sosial

L. Penatalaksanaan gangguan jiwa

Terapi dalam jiwa bukan hanya meliputi pengobatan dengan

farmakologi, teteapi juga pemberian psikoterapi,serta terapi modalitas yang

sesuai dengan gejala atau penyakit pasien yang akan mendukung

penyembuhan pasien jiwa. Pada terapi diatas juga dengan dukungan keluarga

dan sosial akan memberikan peningkatan penyembuhan karena klien akan

merasa berguna dalam masyarakat dan tidak merasa disingkirkan dengan

penyakit yang dialaminya Kusumawati & Hartono , ( 2011)

1. Farmakoterapi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat-obat

yang digunakan untuk gangguan jiwa disebut dengan psikofarmaka sama

dengan psikotropika sama dengan phrenotropika. Terapi gangguan jiwa

dengan menggunakan obat-obatan disebut dengan psikofarmaterapi

medikasi psikotropika yaitu obat yang mempunyai efek terapeutik

langsung pada proses mental Penderita karena kerjanya pada otak/ sistem

saraf pusat.

2. Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan

gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi

perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

19

fisik pasien.walaupun yang diberi perlakuan adalah fisik klien ,tetapi

target terapi adalah perilaku pasien. Jenis terapi somatis adalah meliputi

pengikatan, ECT, isolasi dan fototerapi.

a. Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual

untuk membatasi moilitas fisik klienyang bertujuan untuk melindungi

cedera fisik pada klien sendiri atau orang lain.

b. Terapi kejang listrik adalah bentuk terapi kepada pasien dengan

menimbulkan kejang (grandmal) dengan mengalirkan arus listrik

kekuatan rendah (2-3 joule) melalui elektrode yang ditempelkan

beberapa detik pada pelipis kiri/kanan (lobus frontalis) klien.

c. Isolasi adalah bentuk teraapi dengan menempatkan klien sendiri

diruangan tersendiri untuk mengendalikan perilakunya dan melindungi

klien, orang lain, dan lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin

terjadi. akan tetapi tidak dianjurkan pada klien dengan risiko bunuh

diri, klien agitasi yang disertai dengan gangguan pengaturan suhu

tubuh akibat obat, serta perilaku yang menyimpang.

d. terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien

dengan mengurangi jumlah jam tidur klien sebanyak 3,5 jam. cocok

diberikan pada klien dengan depresi.

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

20

M. Intervensi

1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi menurut Direja (2011)

Tum : Klien dapat mengontrol halusinasinya.

Tuk : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria hasil :

a. Klien dapat menunjukan ekspresi wajah bersahabat

b. Menunjukan rasa sayang

c. Ada kontak mata

d. Mau berjabat tangan

e. Mau menjawab salam

f. Mau menyebut nama

g. Mau berdampingan dengan perawat

h. Mau mengutrakan masalh yang dihadapi

Tindakan keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya dengan prisip terapeutik

b. Sapa klien dengan ramah

c. Tanyakan nama lengkap klien, dan nama panggilan yang disukai

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya

f. Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

21

Klien dapat mengenal halusinasinya :

Kriteria hasil:

a. Klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frekuensi timbulnya

halusinasi

b. Klien dapat mengngkapkan perasaan terhadap halusinasinya

Tindakan keperawatan

a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku isolasi sosial dan tanda-

tandanya

b. Adakan kontak singkat dan sering secara bertahap

c. Observasi perilaku verbal dan non verbal yang berhubungan dengan

halusinasinya

d. Terima halusinasi sebagai hal nyata bagi klien dan tidak nyata bagi

perawat

e. Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi,isi

halusinasi dan frekuensi timbulnya halusinasi

f. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya ketika halusinasi

muncul

g. Diskusikan dengan klien mengenai perasaanya saat terjadi halusinasi

h. Berikan reinforcment positif atau pujian terhadap kemampuan klien

dalam mengungkapkan perasaanya.

Klien dapat mengontrol halusinasinya.

Kriteria hasil :

a. Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk

mengendalikan halusinasinya

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

22

b. Klien dapat menyebutkan cara baru untuk mengontrol halusinasinya

c. Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasinya

d. Klien dapat memilih cara mengen dalikan halusinasinya

Tindakan keperawatan

a. Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan jika

halusinasi muncul

b. Beri pujian dan penguatan terhadap tindkan positif

c. Bersama klien merencanakan kegiatan untuk mencegah halusinasi

d. Diskusikan cara mencegah timbulnya halusinasi dan mengontrol

halusinasi

e. Dorong klien untuk memilih cara yang digunakan dalam menghadapi

halusinasi

f. Beri pujian dan penguatan terhadap pilihan yang benar

g. Diskusikan bersama klien hasil upaya yang telah dilakukan

Klien mendapat dukungan keluarga atau memanfaatkan sisitem

pendukung untuk mengendalikan halusinasinya

Kriteria hasil:

a. Keluarga dapat saling percaya dengan perwat

b. Keluarga dapat menjelaskan perasaanya

c. Keluarga dapat menjelaskan cara merwat klien halusinasi

d. Keluarga dapat mendemonstrasikan cara perawatan klien halusinasi

dirumah

e. Keluarga dapat berpartisipasi dalam perawatan klien halusinasi

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

23

Tindakan keperawatan:

a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga (ucapkan salam,

perkenalkan diri sampaikan tujuan, buat kontrak dan eksplorasi

perasaan

b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang:

1) perilaku halusinasi

2) akibat yang akan terjadi jika perilaku halusinasi

3) cara keluarga menghadapi klien halusinasi

4) cara keluarga meerawat klien halusinasi

5) dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada

klien untuk mengontrol halusinasinya

c. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan berganntian menjenguk

klien miminal seminggu sekali

d. Berikan reinforcement positif atau pujian atas hal-hal yang telah

dicapai keluarga

Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

Kriteria hasil:

a. Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek samping obat

b. Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar

c. Klien mendapat informasi tentang efek samping obat dan akibat

berhenti minum obat

d. Klien dapat meneyebutkan prinsip lima benar penggunaan obat

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

24

Tindakan keperawatan :

a. Diskusikan dengan klien tentang dosis, frekuensi serta manfaat minum

obat

b. Anjurkan klienminta sendiri obat pada perawat dan merasakan

manfaatnya

c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek

samping obat

d. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan

dokter

e. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip lima benar

f. Berikan reinforcement positif atau pujian.

2. Isolasi sosial menurut Direja (2011)

Tum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Tuk : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

2. Klien dapat mengetahui keuntungan dan kerugian berhubungn

dengan orang lain.

3. Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial.

4. Klien dapat berkenalan.

5. Klien dapat menentukan topik pembicaraan.

6. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap

berkenalan dengan orang pertama (perawat).

7. Klien dapat berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan

dengan orang kedua (pasien lain).

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

25

Intervensi :

a. Beri salam dan panggil nama klien.

b. Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat tangan.

c. Jelaskan tujuan interaksi.

d. Jelaskan kontrak yang akan dibuat.

e. Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati.

f. Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.

g. Bantu klien mengungkapkan alasan klien dibawa ke rumah sakit.

h. Beri kesempatan klien mangatakan keuntungan berhubungan atau

berinteraksi.

i. Beri kesempatan klien untuk mengatakan kerugian berhubungan atau

berinteraksi dengan orang lain.

j. Beri kesempatan klien mencontohkan teknik berkenalan.

k. Beri kesempatan klien menerapkan teknik berkenalan.

l. Beri kesempatan klien dan bantu klien menentukan topik

pembicaraan.

m. Latih berhubungan sosial secara bertahap dengan perawat.

n. Masukkan dlam jadwal kegiatan klien.

o. Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih dengan teman satu

ruangan atau sesama pasien.

p. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien.

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

26

3. Risiko perilaku kekerasan menurut Direja (2011)

Tum : Klien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan baik

secara fisik, sosial, verbal, spiritual.

Tuk : 1. Bina hubungan saling percaya.

2. Klien dapat mengidentifikasi perilku kekerasan.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

4. klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.

Intervensi :

a. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan komunikasi

terapeutik.

b. Bantu klien mengungkapkan perasaan.

c. Bantu klien untuk mengungkapkan tanda perilaku kekerasan.

d. Diskusikan dengan klien keuntungan dan kerugian perilaku kekerasan.

e. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan.

f. Anjurkan klien memprktekan latihan.

4. Harga diri rendah menurut Direja (2011)

Tum : Klien mampu meningkatkan harga dirinya.

Tuk : 1. Klien mampu membina hubungan saling percaya.

2. Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

4. Klien dapat merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki.

5. Klien dapat melakukan kegiatan.

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

27

Intervensi :

a. Bina hubungan terapeutik.

b. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien.

c. Beri kesempatan klien untuk mencoba.

d. Setiap bertemu klien hindarkan penilaian agresif.

e. Utamakan memberikan pujian realistik.

f. Diskusikan dengan klien kegiatan yang masih bisa digunakan.

g. Rencanakan bersama.

h. Beri reinforcement positif atas usaha klien.

Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014