BAB II TINJAUAN/LANDASAN PUSTAKA 2.1. Teori Signaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/67/3/BAB II.pdf ·...

32
13 BAB II TINJAUAN/LANDASAN PUSTAKA 2.1. Teori Signal Teori Signal menjelaskan tentang bagaimana para investor memiliki informasi yang sama tentang prospek perusahaan sebagai manajer perusahaan ini disebut informasi asimetris. Namum dalam kenyataannya manajer sering memiliki informasi lebih baik dari investor luar. Hal ini disebut informasi asimetris, dan ini memiliki dampak penting pada struktur modal yang optimal (Brigham, 2005). Signaling theory juga menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan infomasi laporan keuangan pada pihak internal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi tersebut adalah karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak investor karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang dibanding pihak luar atau investor dan kreditor (Simanungkalit, 2009). Teori Signal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan signal kepada pengguna laporan keuangan. Signal tersebut berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik ataupun pihak yang berkepentingan. Signal yang diberikan dapat juga dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan, laporan apa yang sudah dilakukan oleh manajemen

Transcript of BAB II TINJAUAN/LANDASAN PUSTAKA 2.1. Teori Signaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/67/3/BAB II.pdf ·...

13

BAB II

TINJAUAN/LANDASAN PUSTAKA

2.1. Teori Signal

Teori Signal menjelaskan tentang bagaimana para investor

memiliki informasi yang sama tentang prospek perusahaan sebagai

manajer perusahaan ini disebut informasi asimetris. Namum dalam

kenyataannya manajer sering memiliki informasi lebih baik dari investor

luar. Hal ini disebut informasi asimetris, dan ini memiliki dampak penting

pada struktur modal yang optimal (Brigham, 2005). Signaling theory juga

menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk

memberikan infomasi laporan keuangan pada pihak internal. Dorongan

perusahaan untuk memberikan informasi tersebut adalah karena terdapat

asimetri informasi antara perusahaan dan pihak investor karena perusahaan

mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan

datang dibanding pihak luar atau investor dan kreditor (Simanungkalit,

2009).

Teori Signal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya

sebuah perusahaan memberikan signal kepada pengguna laporan

keuangan. Signal tersebut berupa informasi mengenai kondisi perusahaan

kepada pemilik ataupun pihak yang berkepentingan. Signal yang diberikan

dapat juga dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti

laporan keuangan, laporan apa yang sudah dilakukan oleh manajemen

14

untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa

promosi serta informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut

lebih baik dari pada perusahaan lain. (Brigham, 2005)

Menurut teori signal kegiatan perusahaan memberikan informasi

kepada investor tentang prospek return masa depan yang substansial.

Informasi sebagai signal yang diumumkan pihak manajemen kepada

publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus dimasa depan

(Susilowati, 2006). Marwata (2001) menyatakan bahwa return yang

meningkat akan diprediksi dan memberikan signal tentang laba jangka

pendek dan jangka panjang dan analisa yang mengungkap signal tersebut

digunakan untuk memprediksi peningkatan earning jangka panjang.

Teori signal ini membahas bagaimana seharusnya signal -signal

keberhasilan atau kegagalan managemen (agent) disampaikan kepada

pemilik modal (principle). Penyampaian laporan keuangan dapat dianggap

sebagai signal, yang berarti bahwa apakah agen telah berbuat sesuai

dengan kontrak atau belum. Teori signal juga memprediksikan bahwa

pengumuman efek pada harga saham dan kenaikan deviden adalah positif

(Marwata, 2001)

Perusahaan yang tergabung dalam Bursa Efek Indonesia wajib

mempublikasikan informasi yang berkaitan dengan kondisi perusahaan.

Informasi yang dipublikasikan oleh emiten akan memberikan sinyal bagi

investor, baik sinyal positif maupun sinyal negatif sesuai dengan

kandungan informasi yang diterima (Jogiyanto, 2000: 392). Pengumuman

15

peningkatan Earning Per share, Return On Investment, Dividend Per

share merupakan sinyal yang positif bagi investor karena menunjukkan

kondisi likuiditas perusahaan yang baik dan perusahaan mampu memenuhi

kebutuhan investor berupa dividen. Namun, apabila perusahaan

mengumumkan tingkat Earning Pershare, Return On Investment, Dividend

Pershare yang menurun, maka informasi ini diterima sebagai sinyal

negatif yang menunjukkan penurunan kinerja perusahaan. Sinyal positif

maupun negatif yang diterima oleh investor akan mepengaruhi tingkat

penawaran dan permintaan saham. Sinyal positif yang diterima oleh

investor menyebabkan permintaan atas saham tersebut menjadi tinggi

sehingga harga saham meningkat, namun jika investor menerima sinyal

negatif atas suatu informasi yang diumumkan oleh emiten maka

permintaan saham akan menurun sehingga harga saham juga menurun.

2.2. Teori Modigliani dan Miller

Sebuah perusahaan menerapkan kebijaksanaan yang berbeda dalam

menentukan struktur modalnya dengan tujuan meningkatkan laba. Struktur

modal perusahaan haruslah dapat memaksimumkan laba bagi kepentingan

modal sendiri atau ekuitas yang tercermin dari ROE. Penggabungan

berbagai sekuritas yang berbeda pada perusahaan dikenal dengan struktur

modal. Pilihan kombinasi pada struktur modal pada dasarnya merupakan

masalah pemasaran. Perusahaan dapat mengeluarkan kombinasi tak

terhitung dari berbagai sekuritas, tetapi perusahaan tetap mencari

16

kombinasi yang dapat memaksimalkan nilai pasar perusahaan secara

keseluruhan.

Menurut Brealey dan Myers (1998) dalam Hutami (2012) terdapat

dua pendekatan dalam kaitannya dengan struktur modal yang dinamakan

proporsi I dan proporsi II. Pendekatan teori struktur modal yang digunakan

dalam kaitannya dengan penetapan struktur modal yang

mempertimbangkan tingkat keuntungan dan risiko adalah teori dari

Modigliani dan Miller. Teori tersebut dikenal dengan proporsi II. Seperti

yang diungkapkan Brealey dan Myers, Modigliani dan Miller

mempublikasikan teorinya yang dikenal dengan proporsi II, dimana

dikatakan bahwa laba yang diharapkan oleh pemegang saham akan

meningkat dengan adanya penggunaan hutang dalam struktur modal

perusahaan. Kemudian Modigliani dan Miller melakukan revisi teori

sebelumnya dengan memasukkan faktor pajak perusahaan, yang

menyebutkan bahwa bunga yang dibayarkan perusahaan sebagai akibat

dari penggunaan hutang dapat digunakan untuk mengurangi laba yang

dikenakan pajak penghasilan atau disebut dengan tax-deductable.

2.3. Analisis Fundamental

Secara umum terdapat dua pendekatan yang sering digunakan oleh

investor untuk menganalisis dan menilai saham di pasar modal, yaitu

analisis fundamental dan analisis teknikal (Bodie, et al, 2005). Analisis

fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi

17

perusahaan untuk memperhitungkan nilai perusahaan. Analisa fundamental

menitikberatkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan perusahaan

untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasi secara

akurat. Tujuan analisis fundamental adalah untuk menentukan apakah nilai

saham berada pada posisi underpriced atau overpriced. Saham dikatakan

underpriced bilamana harga saham di pasar saham lebih kecil dari harga

wajar atau nilai yang seharusnya (nilai intrinsik), dan saham dikatakan

overpriced apabila harga saham di pasar saham lebih besar dari nilai

intrinsiknya.

Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa untuk memperkirakan

harga saham dapat digunakan analisis fundamental yang menganalisa

kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham

tersebut. Analisanya dapat meliputi trend penjualan dan keuntungan

perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di pasar,

hubungan kerja pihak perusahaan dengan karyawan, sumber bahan

mentah, peraturan-peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain yang

dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut.

Analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai

suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan

saham tersebut (Murtanto dan Harkivent, 2000). Kinerja keuangan

perusahaan dituangkan dalam bentuk laporan keuangan dan diukur dengan

alat ukur dalam bentuk rasio yang diantaranya berupa rasio profitabilitas

dan rasio solvabilitas.

18

2.4. Pasar Modal

Investasi merupakan kegiatan menempatkan dana pada satu atau

lebih dan satu aset selama periode tertentu dengan harapan dapat

memperoleh penghasilan dan meningkatkan nilai investasi. Seseorang

melakukan investasi antara lain ingin mendapatkan kehidupan yang lebih

layak di masa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan

untuk menghemat pajak.

Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor

dalam pengambilan keputusan. Informasi mempunyai makna apabila

investor tersebut melakukan transaksi di pasar modal. Investor dalam

melakukan investasi akan melakukan perkiraan tentang beberapa tingkat

penghasilan yang diharapkan dari investasinya untuk periode tertentu di

masa yang akan datang (Tandelilin, 2001). Ketidakpastian akan tingkat

penghasilan merupakan inti dari investasi, yaitu bahwa pemodal harus

selalu mempertimbangkan unsur ketidakpastian yang merupakan risiko

investasi.

2.5. Harga Saham

Menurut Tandelilin (2001:18), saham merupakan surat bukti bahwa

kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan

memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak

terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan

pembayaran semua kewajiban perusahaan. Harga saham dapat dikatakan

19

sebagai indikator nilai perusahaan, yang dalam pandangan investor akan

mencerminkan tingkat keberhasilan dari pengelolaan perusahaan atau

kinerja perusahaan.

Menurut Sunariyah (2006: 21) apabila perusahaan diperkirakan

memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang, maka nilai saham

akan menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan dinilai kurang

memiliki prospek, maka harga saham akan menjadi rendah. Perubahan

harga saham di pasar modal dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara

lain:

1. Adanya persepsi yang berbeda dari para investor sesuai dengan

informasi yang dimiliki, di mana persepsi tersebut dicerminkan melalui

rate of return yang diharapkan. Apabila sebagian besar investor

mempunyai persepsi bahwa rate of return dari suatu saham tertentu

tidak lagi memadai, maka mereka akan cenderung mengambil

keputusan untuk menjualnya dan ini akan berakibat pada terjadinya

penurunan harga saham.

2. Tingkat pengembalian bebas resiko, yang merupakan tingkat

pengembalian dari suatu alat atau instrumen investasi yang tidak

mengandung resiko. Instrumen tersebut dapat berupa deposito dan

tabungan.

3. Isu-isu dan peristiwa politik yang terjadi di negara yang bersangkutan.

Hal ini akan mengakibatkan para investor cenderung menjual

sahamnya guna mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak

20

diharapkan, baik terhadap perusahaan maupun terhadap investasi yang

dilakukannya.

4. Rencana emisi efek oleh suatu perusahaan besar yang diperkirakan

akan dapat mengakibatkan merosotnya harga saham-saham lain.

5. Kebijakan dividen perusahaan, yang oleh para investor dipersepsikan

sebagai suatu isyarat mengenai kondisi dan prospek perusahaan,

terutama mengenai tingkat kemampuan labanya.

6. Tingkat aliran kas (cash flow) perusahaan, terutama berkaitan dengan

tingkat likuiditas perusahaan.

7. Tingkat laba yang dapat dicapai perusahaan, di mana hal ini berkaitan

dengan besarnya tingkat keuntungan atau pengembalian yang akan

dapat diperoleh investor atas investasi yang dilakukannya.

Menurut Tandelilin (2011) dalam penilaian saham dikenal tiga

jenis nilai, yaitu: nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham.

Menurut Tandelilin (2011) pedoman yang dipergunakan adalah

sebagai berikut:

1. Apabila Nilai Investasi > harga pasar saat ini, maka saham tersebut

dinilai under valued (harganya terlalu rendah), oleh karena itu saham

layak untuk dibeli dan ditanam apabila saham tersebut telah dimiliki.

2. Apabila Nilai Investasi < harga pasar sat ini, maka saham dinilai

overvalued (harganya terlalu mahal) oleh karena itu layak dijual.

3. Apabila Nilai Investasi = harga pasar saat ini maka saham tersebut

dinilai wajar harganya dan dalam kondisi keseimbangan.

21

4. Menurut Dyah Ratih (2012), Saham adalah surat berharga sebagai

bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi atas suatu

perusahaan. Saham sebagai sekuritas yang bersifat ekuitas,

memberikan implikasi bahwa kepemilikan saham mencerminkan

kepemilikan atas suatu perusahaan. Berbeda dengan obligasi, saham

tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo dan tidak memberikan

pendapatan tetap. Dua keuntungan yang diperoleh investor dengan

membeli atau memiliki saham:

a. Deviden

Deviden merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan

dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Deviden diberikan

setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika

seorang pemodal ingin mendapatkan deviden, maka pemodal tersebut harus

memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga

kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai

pemegang saham yang berhak mendapatkan deviden.

Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai, artinya

kepada pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah

rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa deviden saham

yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah

saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan

bertambah dengan adanya pembagian deviden saham tersebut.

22

b. Capital Gain

Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital

gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

Sebagai instrument investasi, saham memiliki resiko, antara lain:

1) Capital Loss

Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana

investor menjual saham lebih rendah dari harga beli.

2) Resiko Likuidasi

Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh pengadilan,

atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari

pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban

perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika

masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut,

maka sisa tersebut dibagi secara proposional kepada seluruh pemegang

saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka

pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut.

Kondisi ini merupakan resiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk

itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus

mengikuti perkembangan perusahaan.

Menurut Widoatmojo (2011) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga,

yaitu:

a. Harga Nominal

23

Harga yang tercantum dalam sertifikat yang ditetapkan oleh

emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya

harga nominal memberikan arti penting bagi saham karena deviden

biasanya ditetapkan berdasarkan harga nominal.

b. Harga Perdana

Harga ini menetapkan pada waktu harga saham tersebut dicatat

di Bursa Efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan

oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan

diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada

masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.

c. Harga Pasar

Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan

investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan

di Bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin

emisi harga ini yang disebut sebagai harga pasar sekunder dan harga

inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya,

karena pada transaksi di pasar sekunder kecil kemungkinan terjadi

negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit.

Adapun Jenis Saham dapat dibagi menjadi:

a. Saham Biasa (Common Stock)

Pemegang saham biasa akan mendapatkan deviden pada akhir tahun

pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapatkan

24

keuntungan. Apabila perusahaan tersebut tidak mendapatkan

keuntungan atau mendapat kerugian, maka pemegang saham tidak

akan mendapat deviden dan mengenai ini ada ketentuan hukumnya,

yaitu bahwa suatu perusahaan yang menderita kerugian selama

kerugian tersebut belum dapat ditutup, maka selama ini perusahaan

tidak diperbolehkan membayar deviden. Fungsi dari saham biasa :

1) Sebagai alat untuk membelanjai perusahaan dan terutama sebagai

alat untuk memenuhi kebutuhan akan modal permanen.

2) Sebagai alat untuk menentukan pembagian laba. Sebagai alat

untuk mengadakan fusi atau kombinasi dari perusahaan-

perusahaan.

3) Sebagai alat menguasai perusahaan.

b. Saham Preferen (Preferred Stock)

Pemegang saham preferen mempunyai beberapa preferensi tertentu di

atas pemegang saham biasa, yaitu dalam hal:

1. Pembagian deviden dari saham preferen diambil lebih dahulu,

kemudian sisanya barulah disediakan untuk saham biasa. Deviden

saham preferen dinyatakan dalam persentase tertentu dari nilai

nominalnya.

2. Pembagian kekayaan, apabila perusahaan dilikuidasi, maka dalam

pembagian kekayaan saham preferen didahulukan dari pada

saham biasa. Tetapi didalam RUPS pemegang saham preferen

tidak mempunyai hak suara.

25

c. Saham Preferen Kumulatif (Cummulative Preferred Stock).

Saham preferen kumulatif hampir sama dengan saham preferen,

perbedaannya terletak pada adanya hak kumulatif. Besarnya deviden

saham preferen kumulatif dinyatakan dalam presentasi tertentu dari

nilai nominalnya.

2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Faktor-faktor yang memperngaruhi harga saham dalam penelitian

ini adalah adalah Earning Pershare, Return On Investment, Dividend Per

share. Penjelasannya adalah sebagai berikut: (Samsul, 2006)

2.6.1. Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu komponen

yang diperhatikan dalam analisis perusahaan. Informasi EPS suatu

perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang

siap dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. EPS

merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan

(return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar

saham. Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham

biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik pada Earning Per

Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang

diperoleh untuk setiap lembar saham biasa dan menggambarkan

prospek earning perusahaan di masa depan. (Gede Priana

Dwipratama. 2009)

26

Earning per share merupakan perbandingan antara laba

bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham

yang diterbitkan (Widiatmojo, 1996 dalam Martono, 2009).

Kenaikan earning per share berarti perusahaan sedang dalam tahap

pertumbuhan atau kondisi keuangannya sedang mengalami

peningkatan dalam penjualan dan laba, atau dengan kata lain

semakin besar earning per share menandakan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setiap lembar

saham.

Maksimalisasi laba (profit maximization) sering dipandang

sebagai tujuan yang tepat bagi sebuah perusahaan. Namun, hal ini

sebenarnya memiliki kelemahan karena dengan hanya menerbitkan

saham dan menggunakan hasilnya untuk berinvestasi dalam

sekuritas yang tidak berisiko laba dapat meningkat. Hal tersebut

bagi kebanyakan perusahaan mengakibatkan jatuhnya laba per

saham (EPS), sehingga ukuran yang lebih tepat adalah

memaksimalkan earning per share (Horne dan Wachowicz, 2005

dalam Martono, 2009).

Earning per share adalah termasuk salah satu rasio pasar

(Ang, 1997) rasio pasar pada dasarnya mengukur kemampuan

manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui

pengeluaran investasi. Rasio ini merupakan pengukuran yang

paling lengkap mengenai prestasi perusahaan dan berkaitan

27

langsung dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

kekayaan para pemegang saham (Ang, 1997).

Earning per share adalah salah satu rasio pasar yang

merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh para

pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas

keikutsertaan dalam perusahaan. Munawir (2001) dalam Martono

(2009) menyebutkan bahwa earning per share (laba per lembar

saham) biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh

para investor. Earning per share adalah salah satu indikator

pendapatan sehingga berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pergerakan harga saham (Taufik, 2002 dalam Martono, 2009).

Semakin tinggi laba setelah pajak yang dihasilkan perusahaan

maka semakin besar earning per share perusahaan (Subiyantoro

dan Andreani, 2001 dalam Martono, 2009). Dalam jangka pendek,

rencana pembelian kembali saham mungkin dapat menutupi

kondisi perusahaan yang sebenarnya. Namun hal itu akan

mengurangi kepercayaan pemodal terhadap perusahaan, meskipun

bagi pemodal pendapatannya sendiri dari saham tersebut

meningkat. Akibatnya permintaan akan saham tersebut menurun

dan harga saham juga mengalami penurunan (Ang, 1997).

Penggunaan rasio earning per share dalam penelitian ini

yang digunakan sebagai variabel bebas yang mempengaruhi return

saham adalah menurut pendekatan dari (Sasongko dan Nila, 2006).

28

Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang mampu membuktikan

bahwa earning per share mempunyai pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap return saham.

Pengertian Earning Per Share (EPS) menurut Eduardus

Tandelilin (2001:241) adalah :

“Suatu perusahaan dapat dihitung berdasarkan informasi

laporan neraca dan laporan laba-rugi perusahaan. Komponen

penting utama yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan

adalah laba per lembar saham atau lebih dikenal earning per share

(EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan laba bersih

yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan”.

Sementara menurut Lukman Syamsudin (2004:66) bahwa:

“Pada umumnya pemegang saham dan calon investor sangat

tertarik pada earning per share karena menggambarkan jumlah

rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa.”

Earning Per Share (EPS) selalu menjadi perhatian dalam

laporan keuangan, investor tertarik pada Earning Per Share (EPS)

karena menunjukkan keuntungan untuk tiap lembar saham. Jika

Earning Per Share (EPS) naik, investor akan berinvestasi pada

perusahaan tersebut sehingga harga saham naik. Dan menunjukkan

besarnya bagian keuntungan yang akan diterima pemegang saham.

Pernyataan ini didukung oleh Iskandar Z. Alwi (2003:77) bahwa:

29

“Pendapatan per saham (Earning per Share/EPS)

perusahaan biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada

umumnya atau calon pemegang saham dan manajemen. EPS

menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap

lembar saham”.

Earning per share (EPS) menunjukkan besarnya jumlah

uang yang akan didapatkan atas setiap saham biasa yang beredar

diperiode tersebut. EPS atau laba per saham (LPS) menurut PSAK

adalah dihitung dengan membagi laba atau rugi bersih yang

tersedia bagi pemegang saham biasa (laba bersih residual) dengan

jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar dalam satu

periode. EPS hanya ditujukan untuk perhitungan saham biasa

(common stock).

Semakin besar laba bersih suatu perusahaan, maka akan

semakin besar pula nilai EPS. Jika EPS suatu perusahaan

meningkat, maka semakin besar bagian laba bersih yang dapat

disalurkan sebagai cash dividend kepada pemegang saham biasa.

Menurut Weygandt (1996) dan Elliot (1993:250) dalam artikel

definisi Earning Per Share (http://jurnal-

sdm.blogspot.com/2010/01/earnings-per-share-eps-definisi.html)

menyatakan bahwa:

“….Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk

mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil

30

pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka

dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki

earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki

earning per share rendah”.

Formula perhitungan EPS menurut Gitman (2006:68)

adalah :

EPS = gOutstandin StockCommon of Sharesof Number

ers StockholdCommon for Available Earnings

Earnings available for common stockholders dihitung

dengan cara mengurangi Net Income dengan dividend preferred

stock pada periode tersebut atau dengan akumulasi preferred stock

pada periode tersebut. Formula penghitungan EPS di atas tersebut

dengan asumsi tidak terdapat instrumen konversi, seperti stock

option, stock warrant, stock rights, convertible bonds, dan

convertible securities lainnya yang ditukarkan kedalam bentuk

common stock yang dapat menyebabkan terjadinya diluted EPS.

Nilai EPS ini akan digunakan oleh shareholders untuk

menilai harga saham tersebut dipasaran. EPS umumnya

menunjukkan prospek stokeholders dan manajemen perusahaan.

EPS menjadi perhatian utama investasi publik dan

dipertimbangkan sebagai salah satu indikator penting dalam

menilai kesuksesan suatu perusahaan.

2.6.2. Deviden Per Share

31

Dividend Per Share (DPS) merupakan total semua dividen

tunai yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang

beredar (Intan, 2009). Informasi mengenai dividen per share sangat

diperlukan untuk mengetahui berapa besar keuntungan setiap

lembar saham yang akan diterima oleh para pemegang saham. Jika

dividen per share yang diterima naik maka akan mempengaruhi

harga saham di pasar modal. Karena dengan naiknya dividen per

share kemungkinan besar akan menarik investor untuk membeli

saham perusahaan tersebut. Dengan banyaknya saham yang dibeli

maka harga saham suatu perusahaan akan naik di pasar modal

(Maryati, 2012:4)

Menurut Darmaji (2011: 127) dividen adalah pembagian

sisa laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada pemegang

saham atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Besarnya jumlah dividen yang diperoleh oleh investor untuk per

lembar saham yang dimiliki dapat dilihat dalam rasio Dividend Per

Share (DPS). Devidend per share (DPS) menurut Warren et al

(2011) menyatakan bahwa sumber pembiayaan deviden kas kepada

pemegang saham berasal dari laba ditahan yang ditentukan dibagi

dengan jumlah lembar saham yang beredar.

Kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kemakmuran

bagi perusahaan dan pemegang saham akan mempunyai pengaruh

positif terhadap nilai perusahaan. Salah satu kebijakan di

32

perusahaan yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah

mengenai kebijakan dividen. Menurut Brigham dan Houston

(2006:76) kandungan informasi atau persinyalan yang terdapat di

dalam pengumuman dividen akan memberikan sinyal bagi investor

mengenai perubahan harga saham. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan oleh E.F. Fama dalam Einde Evana (2008: 101)

menyimpulkan bahwa rata-rata harga saham meningkat setelah

pembagian dividen. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat

dikatakan bahwa kebijakan perusahaan dalam membagikan dividen

dapat meningkatkan harga sahamnya. Dividen yang dibagikan oleh

perusahaan dapat berupa dividen saham atau dividen tunai. Dividen

tunai merupakan salah satu dividen yang dibagikan oleh

perusahaan.

2.6.3. Return on Investment (ROI)

Return on Investment (ROI) digunakan untuk mengukur

efiktivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Investment

(ROI) merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari

aktiva yang dipergunakan (Sartono 2008 : 123). Return on

Investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas

yang dimaksudkan dapat mengukur kemampuan perusahaan

dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang

33

digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan (Dwipratama, 2009).

Menurut Bambang Riyanto (2001: 336) Return on

Investment adalah net earning power ratio. Return on Investment

adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam

keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Selain

itu, Return on Investment didefinisikan oleh Lukman Syamsuddin

(1992:63) adalah sebagai berikut ROI merupakan pengukuran

kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan

keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di

perusahaan. Peningkatan laba ini mempunyai efek yang positif

terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam pencapaian tujuan

untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang akan direspon secara

positif oleh investor sehingga permintaan saham perusahaan dapat

meningkat dan dapat menaikan harga saham perusahaan.

Modigliani–Miller menyatakan bahwa nilai perusahaan akan

tergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh aktiva-aktivanya

(Brigham dan Houston, 2006: 70).

Return on investment atau pengembalian investasi, bahwa

di beberapa referensi lainnya rasio ini juga ditulis dengan return on

total asset (ROA). ROA ini melihat sejauh mana investasi yang

telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan

sesuai dengan yang diharapkan. Investasi tersebut sebenarnya sama

34

dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan (Fahmi,

2012, h.98)

2.7. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan

Tahun

Sampel dan

periode peneliti

Variabel dan metode

analisa Hasil

1. Stela (2009)

Perusahaan LQ45

yang terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia

Periode Agustus

2002 s/d 2006.

Variable indepeden

PER, DER, ROA dan

PBV

Variabel dependen “

Harga saham

Alat analisis : regresi

linier berganda

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa PER,

DER, PBV berpengaruh

terhadap harga saham

sedangkan ROA tidak

berpengaruh terhadap

harga saham.

2.

Henny

Septiana

Amalia

(2010).

Perusahaan

Farmasi di BEI

Periode penelitian

2005-2007

Variabel independen

EPS, ROI dan DER

Variabel dependen “

Harga saham

Alat analisis : regresi

linier berganda

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa EPS

dan ROI berpengaruh

terhadap harga saham

sedangkan DER tidak

berpengaruh terhadap

harga saham

3. Astrid

Amanda dkk

(2012)

Studi pada

Perusahaan Food

and Beverages

yang Terdaftar di

BEI Tahun 2008-

2011

Variable independen :

Ratio, Return on

Equity, Earning Per

Share, Price Earning

Ratio,

Variabel dependen

Harga saham

Alat analisis : regresi

linier berganda

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

secara simultan DER,

ROE, EPS, dan PER

memiliki pengaruh

signifikan sebesar 64,6%

terhadap harga saham,

sedangkan sisanya 35,4%

dipengaruhi variabel lain

yang tidak digunakan

dalam penelitian. Secara

parsial, variabel DER,

ROE, dan EPS signifikan

pengaruhnya terhadap

harga saham. DER

berpengaruh negatif

35

terhadap harga saham

dengan nilai koefisien beta

sebesar -55,3%. ROE

berpengaruh positif

terhadap harga saham

dengan nilai koefisien beta

sebesar 86,2%. EPS

berpengaruh positif

terhadap harga saham

dengan nilai koefisien beta

sebesar 43,4%.

4 Resciyana

Putri Hutami

(2012)

31 perusahaan

Industri

Manufaktur yang

terdaftar di BEI

2006-2010

1. Var. independen :

DPS, ROE, dan

NPM

2. Var. Dependen :

harga saham

Regresi linier

berganda

Variabel DPS ,ROE,

NPMsecara parsial dan

simultan berpengaruh

positif dan signifikan

terhadap harga saham

5. Mehrani dan

Syafitri

(2012)

PT Indofood

Sukses Makmur

Tbk

periode 2006-

2011

Variabel independen :

ROI, EPS, PER

Variabel dependen

Harga saham

Alat analisis : regresi

linier berganda

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ROI,

EPS, dan PER

berpengaruh secara

simultan terhadap harga

saham pada PT Indofood

Sukses Makmur Tbk.

Rasio keuangan yang

berpengaruh secara parsial

terhadap harga saham

adalah rasio EPS dan PER

sedangkan ROI tidak

berpengaruh secara parsial

terhadap harga saham.

6 Amelia Dwi

Wulandari

(2012)

Perusahaan LQ45

yang terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia

Periode Agustus

2010 s/d Januari

2011.

Variabel independen :

Earning Per Share

(EPS), Dividend Per

Share (DPS)

Variabel dependen

Harga saham

Alat analisis : regresi

linier berganda

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa EPS

dan DPS secara simultan

berpengaruh signifikan

terhadap harga saham dan

sisanya dipengaruhi faktor

lain diluar yang diteliti.

Secara parsial EPS

berpengaruh secara tidak

signifikan dan DPS

berpengaruh secara

signifikan terhadap harga

36

saham. Dari hasil tersebut

maka investor dapat

memperhatikan EPS dan

DPS sebagai pertimbangan

untuk menentukan

keputusan investasi.

7 Denies

Priatinah

Prabandaru

dan Adhe

Kusuma

(2013)

31 perusahaan

Pertambangan

yang terdaftar di

BEI

2008-2010

1) Var. independen :

EPS , DPS dan

ROI

2) Var. Dependen :

harga saham

3) Regresi linier

berganda

Variabel EPS, DPS dan

ROI secara simultan

berpengaruh terhadap

harga saham, Sedangkan

EPS dan DPS secara

parsial berpengaruh

terhadap harga saham

8 Yoga

Pratama

Putra(2014)

21 Perusahaan

Properti dan Real

Estate terdaftar di

BEI 2011-2012

1. Var.

independen :

ROI, ROE,

NPM dan EPS

2. Var.

Dependen :

harga saham

3. Regresi linier

berganda

Variabel ROI ,ROE, EPS

dan NPM secara parsial

dan simultan berpengaruh

signifikan terhadap harga

saham

2.8. Pengembangan Hipotesis

2.8.1. Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham

Menurut Zaki Baridwan (2007) yang di maksud dengan

Earning per share (EPS) atau laba per saham adalah jumlah

pendapatan yang di peroleh dalam satu periode untuk setiap lembar

saham yang beredar. Laba per lembar saham dapat memberikan

informasi bagi investor untuk mengetahui perkembangan dari

perusahaan, dalam penelitian yang dilakukan Robin Wiguna dan

Anastasia Sri mendari (2008;130) investor dalam mengambil

keputusan banyak memperhatikan pertumbuhan Earning per

37

Sharemenurut Eduardus Tandellin (2001;241) informasi EPS suatu

perusahaan menunjukan besarnya laba bersih perusahaan yang siap

dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.

Pemegang saham dan calon investor pada umumnya akan

tertarik pada Earning Per Share (EPS), karena EPS merupakan

salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Earning Per

Share (EPS) merupakan rasio perbandingan antara laba bersih

sebelum pajak dengan harga per lembar saham. EPS menunjukkan

seberapa besar keuntungan yang diberikan kepada investor dari

setiap lembar saham yang dimilikinya. Secara sederhana EPS

menggambarkan jumlah uang yang diperoleh untuk setiap lembar

saham.

Berdasarkan tingkat keberhasilan perusahaan tersebut, para

investor akan memperhatikan pengaruhnya di masa yang akan

datang dengan melihat prospek perusahaan yang baik.

Pertumbuhan laba per lembar saham perusahaan akan sangat

dipertimbangkan oleh para investor dalam membuat keputusan

untuk berinvestasi. Apabila harga saham mencerminkan kapitalisasi

dari laba yang diharapkan di masa yang akan datang, maka

peningkatan laba akan meningkatkan harga saham dan total

kapitalisasi pasar.

38

Penelitian terdahulu yang dilakukan Yerrika (2009) dalam

Priatinah (2012) variabel EPS memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap harga saham.

H1 = Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham

2.8.2. Pengaruh Dividend Per Share terhadap harga saham

Dividen per share (DPS) adalah dividen per lembar saham,

Dividen per lembar saham merupakan keuntungan yang dibagikan

kepada pemegang saham oleh perusahaan sebanding atau sesuai

dengan jumlah saham yang dimiliki dan dapat berupa dividen tunai

atau dividen saham, tetapi yang lebih sering dibagikan adalah

dividen tunai, sebagai hal yang kurang beresiko dari pada potensi

keuntungan modal. Dalam hal ini perusahaan perlu melakukan

pertimbangan dalam pembagian dividen pada rapat umum

pemegang saham tentang komposisi jumlah dividen yang akan

dibagikan dengan jumlah laba ditahan. Menurut Brigham dan

Houtson (2006:76) dalam hipotesis kandungan informasi

(information signaling content), dividen yang diberikan dapat

menimbulkan efek terhadap harga saham perusahaan karena dalam

pengumuman pembagian dividen mengandung informasi yang

penting bagi infestor sebagai sinyal dari perusahaan mengenai

prospek perusahaan di masa depan. Selain itu menurut Suad

Husnan (2001:315) faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi

harga saham seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya,

39

kebijakan dividen dan sebagainya, pendapat tersebut dapat

diartikan bahwa kebijakan dividen suatu perusahaan yaitu

pembagian dividen suatu perusahaan yaitu pembagian dividen

kepada pemegang saham merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi harga saham.

Pengumuman peningkatan Dividend Per Share merupakan

signal yang positif bagi investor karena menunjukkan kondisi

likuiditas perusahaan yang baik dan perusahaan mampu memenuhi

kebutuhan investor berupa dividen. Namun, apabila perusahaan

mengumumkan tingkat Dividend Per Share yang menurun, maka

informasi ini diterima sebagai signal negatif yang menunjukkan

penurunan kinerja perusahaan. Signal positif maupun negatif yang

diterima oleh investor akan mempengaruhi tingkat penawaran dan

permintaan saham. Signal positif yang diterima oleh investor

menyebabkan permintaan atas saham tersebut menjadi tinggi

sehingga harga saham meningkat, namun jika investor menerima

signal negatif atas suatu informasi yang diumumkan oleh emiten

maka permintaan saham akan menurun sehingga harga saham juga

menurun.

Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Cerpen Naibaho

(2010) yang hasilnya Dividend per Share berpengaruh positif dan

signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa semakin tinggi Dividend per Share akan semakin tinggi pula

40

harga saham dan sebaliknya jika Dividend per Share yang

dibagikan kepada pemegang saham semakin rendah maka harga

saham juga semakin rendah.

H2= Devidend Per Share berpengaruh terhadap harga saham

2.8.3. Pengaruh Return On Investment terhadap harga saham

Menurut Brigham dan Houston (2006:107) profitabilitas

adalah hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan yang

dilakukan oleh perusahaan dalam hal menunjukkan kombinasi efek

dari likuiditas manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi,

rasio profitabilitas antara lain adalah margin laba atas penjualan,

kemampuan dasar untuk menghasilkan laba, tingkat pengembalian

total aktiva/investasi (Return on Investment/ROI) dan tingkat

pengembalian atas ekitas (ROE). Menurut Franklin Plewa, Jr dan

George T, Frieddlob sekilas 85 persen dari semua perusahaan

menghitung ROI dari berbagai segmen bisnis sebagai bagian dari

proses penilaian kinerja para manajer meyakini ROI karena ROI

memperhatikan baik-baik besaran investasi maupun kegiatan yang

menghasilkan labanya, kemampuan manajer dalam mengelola aset

dalam pengaruh oleh usaha investasi yang akan menghasilkan laba

bagi perusahaan mempunyai peran penting terhadap kinerja

perusahaan untuk meningkatkan keuntungan, sehingga rasio ROI

dapat dijadikan indikator dalam menilai kinerja perusahaan yang

tercermin pada harga saham, investor turut berkepentingan

41

terhadap tingkat ROI dalam berinvestasi karena dengan melihat

rasio ROI maka akan terlihat kinerja perusahaan baik dan akan

menghasilkan laba bersih yang tinggi atas penggunaan total aset

perusahaan secara optimal maka dapat mempengaruhi nilai dari

perusahaan.

Return On Investment diperoleh dengan cara

membandingkan antara Net Income After Tax (NIAT) yang

diartikan sebagai pendapatan bersih sesudah pajak dengan average

total asset. ROI menunjukkan kinerja keuangan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk

operasional perusahaan. Meningkatkan ROI berarti disisi lain juga

meningkatkan pendapatan bersih perusahaan yang berarti nilai

penjualan juga akan meningkat. Perusahaan yang nilai

penjualannya meningkat, akan mendorong terjadinya peningkatan

laba yang menunjukkan kinerja keuangan perusahaan dalam

kondisi baik. Kondisi seperti ini akan mudah untuk menarik

investor, karena para investor lebih suka berinvestasi pada

perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi. Kinerja keuangan

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang

digunakan akan berdampak pada para pemegang saham

perusahaan.

ROI yang semakin meningkat menunjukkan kinerja

perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan

42

memperoleh keuntungan dari dividen yang diterima. Dengan

semakin meningkatnya dividen yang diterima oleh para pemegang

saham akan menjadi daya tarik tersendiri untuk tetap menanamkan

sahamnya dan para calon investor untuk menanamkan sahamnya ke

dalam perusahaan tersebut. Hal ini akan mendorong peningkatan

harga saham yang pada akhirnya akan meningkatkan return saham

yang akan diterima para investor.

Penelitian terdahulu oleh Priatinah dan Kusuma (2012)

yang menyatakan bahwa ROI berpengaruh signifikan terhadap

harga saham.

H3 = Return On Investment berpengaruh terhadap harga saham

2.8.4. Pengaruh EPS, DPS, dan ROI terhadap Harga Saham

Berbagai macam alternatif kegiatan untuk melakukan

investasi di Indonesia mempunyai banyak pilihan bagi seorang

investor yang mempunyai kelebihan dana dalam menyalurkan

dananya. Salah satu tempat investasi yang dapat digunakan oleh

investor untuk melakukan investasinya selain di bank atau investasi

yang berwujud seperti emas maupun tanah yaitu investasi di pasar

modal. Bagi investor, pasar modal merupakan tempat untuk

menyalurkan dananya dalam bentuk berupa saham. Investasi saham

mempunyai daya tarik bagi investor karena dengan investasi berupa

saham investor mempunyai harapan untuk memperoleh keuntungan

berupa capital gain ataupun dividen saham yang tinggi. Pasar

43

modal dapat digunakan oleh investor untuk memperoleh tingkat

penghasilan yang tinggi dan juga memiliki risiko yang tinggi

terhadap investasi tersebut. Sedangkan bagi perusahaan yang go

public, pasar modal merupakan tempat untuk memperoleh

tambahan dana untuk kegiatan operasional perusahaan agar

kelangsungan hidup perusahaan dapat bertahan dan agar dapat

mampu bersaing dengan perusahaan lain.

2.9. Kerangka Pemikiran

Dari gambaran landasan teori dan penelitian terdahulu diperoleh

suatu kesimpulan bahwa laporan keuangan memberikan gambaran kinerja

perusahaan, jika laporan tersebut merefleksikan prospek perusahaan kuat

dan baik, maka nilai saham yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut akan

mendapat pengaruh dan harganya akan meningkat, akan sebaliknya jika

laporan tersebut merefleksikan kondisi perusahaan yang lemah dan tidak

baik, maka nilai saham yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut akan

terpengaruh dan harganya akan menurun.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan model penelitian

sebagai berikut:

44

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Earning Per Share (EPS)

X1

Harga

Saham

(Y)

Ratio On Investment

(ROI ) X3

Dividend Per Share

(DPS) X2

X2

H2

H1

H3