BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

28
14 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA A. Hak Asasi Manusia 1. Sejarah Hak Asasi Manusia Pemikiran mengenail Hak Asasi Manusia secara hukum ketatanegaraan di perkirkan muncul pada awal dari abad ke-17 dan ke-18 Masehi. Hal ini terjadi sebagai reaksi terhadap arogansi dan kediktatoran raja-raja dan kaum feudal terhdap rakyat yang mereka perintah atau manusia yang mereka pekerjakan di zaman itu. Masyarakat manusa di zaman dimaksud terdiri dari dua lapisan besar, yaitu lapisan atas (minoritas) sebagai yang mempunyai sejumlah hak terhadap lapisan bawah (mayoritas) sebagai kelompok yang diperintah dan lapisan bawah yang mayoritas mempunyai sejumlah kewajiban-kewajiban terhadap lapisan minoritas yang menguasainya. 25 Munculnya konsep hukum alam serta hak-hak alam. Akan tetapi, pada umumnya para pakar di eropa berpendapat bahwa lahirnya Magna Charta pada tahun 1215 di Inggris. Magna Charta antara lainmenanamkan bahwa raja yang tadinya memiliki. Sejarah hak-hak asasi manusia itu baru tumbuh dan berkembang pada waktu hak-hak asasi itu oleh manusia mulai diperhatikan dan diperjuangkan terhadap serangan atau bahaya, yang timbul dari kekuasaan yang dimiliki oleh kesatuan masyarakat, yang disebut “Negara”. Oleh sebab itu,pada hakikatnya persoalan hak asasi 25 Ali Zainuddin, Sosiologi Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 92.

Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

14

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN

HAK ASASI MANUSIA

A. Hak Asasi Manusia

1. Sejarah Hak Asasi Manusia

Pemikiran mengenail Hak Asasi Manusia secara hukum

ketatanegaraan di perkirkan muncul pada awal dari abad ke-17 dan ke-18

Masehi. Hal ini terjadi sebagai reaksi terhadap arogansi dan kediktatoran

raja-raja dan kaum feudal terhdap rakyat yang mereka perintah atau

manusia yang mereka pekerjakan di zaman itu. Masyarakat manusa di

zaman dimaksud terdiri dari dua lapisan besar, yaitu lapisan atas

(minoritas) sebagai yang mempunyai sejumlah hak terhadap lapisan

bawah (mayoritas) sebagai kelompok yang diperintah dan lapisan bawah

yang mayoritas mempunyai sejumlah kewajiban-kewajiban terhadap

lapisan minoritas yang menguasainya.25

Munculnya konsep hukum alam serta hak-hak alam. Akan tetapi,

pada umumnya para pakar di eropa berpendapat bahwa lahirnya Magna

Charta pada tahun 1215 di Inggris. Magna Charta antara lainmenanamkan

bahwa raja yang tadinya memiliki. Sejarah hak-hak asasi manusia itu baru

tumbuh dan berkembang pada waktu hak-hak asasi itu oleh manusia mulai

diperhatikan dan diperjuangkan terhadap serangan atau bahaya, yang

timbul dari kekuasaan yang dimiliki oleh kesatuan masyarakat, yang

disebut “Negara”. Oleh sebab itu,pada hakikatnya persoalan hak asasi

25

Ali Zainuddin, Sosiologi Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm.

92.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

15

manusia itu berkisar pada hubungan manusia (individu) dengan

masyarakat.26

Secara garis besar, perkembangan HAM di Indonesia dapat dibagi

kedalam dua periode: sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan27

:

a) Periode Sebelum Kemerdekaan

Pemikiran HAM dalam periode sebelum kemerdekaan dapat

dijumpai dalam sejarah kemunculan organisasi pergerakan nasional,

seperti Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Indische Partij dan Partai Komunis

Indonesia. Lahirnya pergerakan nasional ini tidak bisa dilepaskan dari

sejarah pelanggaran HAM yang dilakukan oleh penguasa kolonial,

penjajahan dan pemerasan hak-hak masyarakat terjajah. Dalam sejarah

pemikiran HAM di Indonesia, Boedi Oetomo mewakili organisasi

pergerakan nasional mula-mula yang menyuarakan kesadaran berserikat

dan mengeluarkan pendapat melalui petisi-petisi yang ditujukan kepada

pemerintah colonial maupun lewat tulisan di surat kabar. Inti dari

perjuangannya adalah perjuangan akan kebebasan berserikat dan

mengeluarkan pendapat melalui organisasi massa dan konsep perwakilan

rakyat.

b) Periode Setelah Kemerdekaan

Pemkiran HAM pada awal pasca-kemerdekaan masih

menekankan pada wacana hak untuk merdeka, hak kebebasan untuk

berserikat melalui organisasi politik yang didirikan, serta hak untuk

kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen.

Sepanjang periode ini, wacana HAM bisa dicirikn pada bidang sipil,

politik, ekonomi, sosial dan budaya.

26

Muhammad Amin Suma, HAM dan KAM dalam Perspektif Hukum

Islam, dalam Tim Pakar Hukum Depkeh-HAM, Gagasan dan Pemikiran tentang

Pembaharuan Hukum Nasional. (Jakarta: Delta Citra.2010) hlm.32 27

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak,Op Cit. hlm.148

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

16

Kemudian pemikiran HAM pada masa demokrasi parlementer

dikenal sebagai masa yang sangat kondusif bagi perjalanan HAM di

Indonesia, suasana kebebasan mendapat tempat dalam kehidupan politik

nasional. Bagir Manan mencatat masa gemilang sejarah HAM Indonesia

pada masa ini tercermin pada lima indikator HAM yaitu; munculnya

partai-partai politik dengan berbagai ideologi; adanya kebebasan pers,

pelaksanaan pemilihan umum secara aman, bebas dan emokratis;

kontrolparlemen atas eksekutif; perdebatan HAM secara bebas dan

demokratis.

Periode Orde Baru, pada masa ini telah menorehkan tinta hitam

sejarah pelanggaran HAM di Indonesia. Orde baru memandang HAM dan

demokrasi sebagai produk barat yang individualistis dan bertentangan

dengan prinsip gotong royong dan kekeluargaan yang dianut oleh bangsa

Indonesia. Komitmen orde baru terhadap pelaksanaan HAM secara murni

dan konsekuen masih jauh dari harapan masyarakat. Masa pemerintahan

orde baru ini masih sarat akan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh

aparat Negara atas warga Negara.

HAM pada masa pasca orde baru, perhatian pemerintah akan

pelaksanaan HAM mengalami perkembangan yanh sangat signifikan.

Komitmen pemerintah akan penegakan HAM sangat menonjol dengan

pengesahan UU tentang HAM, pembentukan Kantor Menteri Negara

Urusan HAM yang kemudian digabung Departemen Hukum dan

perundang-undangan menjadi Departemen Kehakiman dan HAM.

2. Pengertian Hak Asasi Manusia

Istilah hak asasi manusia merupakan terjemahan dari istilah droits

de l’homme dalam bahasa Perancis atau Human Rights dalam bahasa

Inggris, yang artinya “hak manusia”. Pengertian secara teoritis dari hak

asasi manusia adalah :

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

17

“hak yang melekat pada martabat manusia yang melekat padanya

sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, atau hak-hak dasar

yang prinsip sebagai anugerah Illahi. Berarti hak-hak asasi manusia

merupakan hak- hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang

tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya, karena itu Hak Asasi

Manusia bersifat luhur dan suci.”28

Menurut Teaching Human Right yang diterbitkan oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Hak Asasi Manusia adalah hak-hak

yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat

hidup sebagai manusia. Hak hidup misalnya, adalah klaim untuk

memperoleh dan melakukan segala sesuatu yang dapat membuat

seseorang tetap hidup. Tanpa hak tersebut eksistensinya sebagai manusia

akan hilang.29

Senada dengan pengertian di atas adalah pernyataan awal Hak

Asasi Manusia (HAM) yang dikemukakan oleh John Locke. Menurut

Locke, Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh

Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Karena

sifatnya yang demikian, maka tidak ada kekuasaan apa pun di dunia yang

dapat mencabut hak asasi setiap manusia. HAM adalah hak dasar setiap

manusia yang diabwa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha

Esa; bukan pemberian manusia atau lembaga kekuasaan.30

Menurut Muhammad Erwin, ia mengakan bahwa Hak Asasi

Manusia merupakan hak dasar yang melekat pemberian Tuhan dan

dimiliki manusia selama hidup dan sesudahnya serta tidak dapat dicabut

dengan semau-maunya tanpa ketentuan hukum yang ada, jelas, adil dan

28

Ramdlon Naning, Cita dan Citra Hak-Hak Asasi Manusia di

Indonesia, (Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia, 1983) . hlm. 7-8 29

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan

(Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyrakat Madani), (Jakarta: Prenamedia

Group, 2016), hlm. 148 30

Ibid, hlm. 148.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

18

benar sehingga harus dihormati, dijaga dan dilindngi oleh individu,

masyarakat dan Negara.31

Ruslan Renggong menyatakan bahwa Hak Asasi Manusia adalah

hak yang melekat di dalam pribadi individu, dan hak ini merupakan yang

paling mendasar bagi setiap individu untuk berdiri dan hidup secara

merdeka dalam komunitas masyarakat. Bangunan-bangunan dasar HAM

yang melekat di dalam episentrum otoritas individu yang merdeka,

merupakan bawaan semenjak lahir, sehingga tidak bisa digugat dengan

banalitas pragmatism kepentingan kekuasaan, ambisi dan hasrat. Dengan

dan atas nama apapun, bahwa dasar-dasar kemanusiaan yang intim harus

dilindungi, dipelihara dan tidak dibiarkan berada sama sekali dalam

ruang-ruang social yang mengalienasinya.32

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa :

“Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang

melekat pada hakikat dan kleberadaan manusia sebagai makhluk

Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib

dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum

pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan

harkat dan martabat manusia”.

Berdasarkan beberapa rumusan mengenai pengertian Hak Asasi

Manusia tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Hak Asasi Manusia

merupakan hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia yang melekat dan

tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Dengwan demikian hakikat

penghormatan dan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia ialah

menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi

31

Muhammad Erwin. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks

Indonesia (Bandung : Refika Aditama, 2010) hlm. 35. 32

Ruslan Renggong. Hukum Acara Pidana, (Jakarta : Prenamedia Group,

2014), hlm. 1.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

19

keseimbangan yaitu kesimbangan antara hak dan kewajiban, serta

keseimbangan antara kepentingan perorangan dan kepentingan umum.

Segala upaya yang dilakukan untung menghormati, melindungi

dan menjunjung tinggi Hak Asasi manusia, menjadi kewajiban dan

tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah dan juga Negara.

Sifat hakiki dan kodrati HAM yang melekat pada diri setiap orang tidak

dapat dicabut atau dihapuskan oleh siapaun termasuk penguasa Negara.

Menghapus dan mencabut HAM sama artinya menghilangkan eksistensi

manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.33

Jadi, dalam memenuhi

dan menuntut Hak Asasi Manusia tidak terlepas dari pemenuhan

kewajiban yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu, pemenuhan,

perlindungan dan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia harus

diikuti dengan kewajiban asasi manusia dan tanggung jawab asasi

manusia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara.34

3. Hak Asasi Manusia dalam Islam

Ketika berbicara Hak Asasi Manusia dalam Islam maka yang

maksudkan adalah hak-hak yang telah diberikan Allah SWT. Maulana

Abul Al-Maududi didalam bukunya mengatakan bahwa :

Hak-hak yang diberikan oleh raja-raja atau majelis-majelis

legislative dengan mudahnya bisa dicabut kembali semudah saat

memberikannya, tetapi tidak ada individu maupun lembaga yang

memiliki kewenangan untuk mencbut hak-hak yang diberikan

oleh Tuhan.35

Islam juga mengajarkan tentang Hak Asasi Manusia. Dalam Islam

seluruh Hak Asasi Manusia merupakan kewajiban individu maupun

33

Ruslan Renggong. Op. Cit. hlm. 1. 34

Harifin A. Tumpa, Peluang dan Tantangan Eksistensi Pengadilan

HAM di Indonesia, (Makassar:PUKAP, 2009) hlm. ix. 35

Maulana Abul A’la Maududi, Hak- Hak Asasi Manusia dalam Islam

(Jakarta : Bumi Aksara, 2005) hlm. 13.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

20

negara yang tidak boleh diabaikan.36

Seiring dengan kuatnya pengaruh

akan kesadaran dunia tentang arti pentingnya hak asasi manusia dan

hubungannya dengan berbagai sistem nilai atau tradisi terus menjadi pusat

perhatian dalam perbincangan wacana Hak Asasi Manusia kontemporer.

Harus diakui bahwa agama sangat berperan penting dalam memberikan

landasan etik dalam kehidupan manusia.37

Menurut Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Asasi

Manusia dalam Islam terbagi menjadi dua. Pertama Hak Asasi Manusia

yang diselenggarakan oleh negara. Hak tersebut disebut sebagai hak-hak

legal. Kedua, Hak Asasi Manusia yang keberadaannya tidak secara

langsung diselenggarakan oleh Negara. Hak tersebut disebut hak-hak

moral. Perbedaan keduanya terletak pada soal pertanggung jawaban

negara. Adapun dalam soal sumber asal, sifat dan pertanggungjawaban

hak dihadapan Allah adalah sama. Dengan kata lain, menurut pandangan

Islam, setiap pelanggaran Hak Asasi Manusia tidak saja

dipertanggungjawabkan di hadapan manusia saja, tetapi juga akan

dimintai pertanggungjawabannya di akhirat.38

Menurut Supriyanto Abdi, ia mengatakan bahwa terdapat tiga

varian pandangan tentang hubungan hak asasi manusia dengan islam, baik

yang dikemukanan oleh sarjana barat atau pun yang dikemukakan oleh

pemikir muslim sendiri, antara lain yaitu :

a. Islam tidak sesuai dengan gagasan dan konsep hak asasi

manusia modern.

b. Islam menerima semangat kemanusiaan hak asasi manusia

modern.

36

Harun Nasution dan Bahtiar Effendy. Hak Asasi Manusia Dalam

Islam. (Jakarta: Pustaka Firdaus,1987) hlm. 32. 37

Jimly Asshiddiqie, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi

(Jakarta:Konstitusi Pres. 2005) hlm. 56. 38

Ibid, hlm.37.

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

21

c. Menegaskan bahwa hak asasi manusia modern

adalahkhazanah kemanusiaan universal dan islam

memberikan landasan normative yang sangat kuat

terhadapnya.39

Islam adalah agama universal agama yang mengajarkan keadilan

bagi setiap manusia tanpa memandang dari segi apapun. Sehingga agama

islam meletakkan manusia pada posisi yang sangat mulia. Manusia

digambarkan Allah di dalam Al-Qur’an sebagai makhluk yang paling

sempurna dan harus dimuliakan.40

4. Bentuk-Bentuk Hak Asasi Manusia dalam Hukum Positif

Bagir Manan membagi Hak Asasi Manusia pada beberapa

kategori yaitu, hak sipil, hak politik, hak ekonomi, dan hak social budaya.

Hak sipil terdiri dari hak diperlakukan sama dimuka hukum, hak bebas

dari kekerasan, hak khusus bagi kelompok anggota masyarakat tertentu,

dan hak hidup dan kehidupan. Hak politik terdiri dari hak kebebasan

berserikat dan berkumpul, hak kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan

lisan maupun tulisan, dan hak menyampaikan pendapat dimuka umum.

Hak ekonomi terdiri dari hak jaminan sosial, hak perlindungan kerja, hak

perdagangan, dan hak pembangunan berkelanjutan. Hak sosial budaya

terdiri dari hak memperoleh pendidikan, hak kekayaan intelektual, hak

kesehatan, dan hak memperoleh perumahan dan pemukiman.41

Sementara Baharuddin Lopa, membagi Hak Asasi Manusia dalam

beberapa jenis yaitu hak persamaan dan kebebasan, hak hidup, hak

memperoleh perlindungan, hak penghormatan pribadi, hak menikah, hak

berkeluarga, hak wanita sederajat dengan pria, hak anak dari orang tua,

39

Ibid,hlm. 62. 40

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak,Op Cit. hlm.168. 41

Komaruddin Hidayat, Pendidikan Kewargaan, Demokrasi: HAM dan

masyarakat

Madani (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm.121.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

22

hak memperoleh pendidikan, hak kebebasan memilih agama, hak

kebebasan bertindak dan mencari suaka, hak untuk bekerja, hak

memperoleh kesempatan yang sama, hak milik pribadi, hak menikmati

hasil/produk ilmu, dan hak tahanan dan narapidana.42

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 memuat Hak Asasi Manusia

yang terdiri dari beberapa hak yaitu :

1. Hak kebebasan untuk mengeluarkan pendapat

2. Hak kedudukan yang sama di dalam hukum

3. Hak kebebasan berkumpul

4. Hak kebebasan beragama

5. Hak penghidupan yang layak

6. Hak kebebasan berserikat

7. Hak memperoleh pengajaran atau pendidikan43

Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak

Asasi Manusia juga terdapat penjelasan tentang bentuk-bentuk Hak Asasi

Manusia antara lain :

1. Hak Hidup

Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup,

meningkatkan taraf hidupnya, hidup tentram, aman, damai,

bahagia, sejahtera lahir batin, serta memperoleh lingkungan

hidup yang baik dan sehat.

2. Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan

Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan

keturunan melalui perkawinan yang sah atas kehendak yang

bebas.

3. Hak Mengembangkan Diri

Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak

pengembangan dirinya, baik secara pribadi maupun kolektif,

untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.

4. Hak Memperoleh Keadilan

Setiap orang tanpa diskriminasi berhak memperoleh keadilan

dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan,

baik dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi,

serta diadili melalui proses pengadilan yang bebas dan tidak

42

Ibid, hlm. 122. 43

Ibid, hlm.216.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

23

memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin

pemeriksaan secara obyektif oleh hakim yang jujur dan adil

untuk memperoleh putusan adil dan benar.

5. Hak Memperoleh Kebebasan Pribadi

Setiap orang bebas memilih dan mempunyai keyakinan

politik, mengeluarkan pendapat di muka umum, memeluk

agama tidak diperbudak, memilih kewarganegaraan tanpa

diskriminasi, bebas bergerak, berpindah an bertempat tinggal

di wilayah Republik Indonesia.44

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana telah memuat hak-

hak tersangka ataupun terdakwa yang harus dipenuhi antara lain :

1. Hak segera mendapat pemeriksaan (Pasal 50)

2. Hak untuk diberitahukan dengan bahasa yang dimengerti

(Pasal 51)

3. Hak memberikan keterangan secara bebas (Pasal 52)

4. Hak untuk mendapatkan juru bahasa (Pasal 53)

5. Hak mendapat bantuan penasihat hukum (Pasal 54)

6. Hak menghubungi penasihat hukum (Pasal 57)

7. Hak menerima kunjungan dokter pribadi (Pasal 58)

8. Hak menerima kunjungan keluarga (Pasal 60 dan 61)

9. Hak menerima dan mengirim surat (Pasal 62)

10. Hak menerima kunjungan rohaniawan (Pasal 63)

11. Hak diadili pada sidang terbuka untuk umum (Pasal 64)

12. Hak mengajukan saksi yang menguntungkan (Pasal 65)

13. Hak untuk tidak dibebani kewajiban pembuktian (Pasal 66)

14. Hak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi (Pasal 68)

Berdasarkan beberapa bentuk-bentuk Hak Asasi Manusia di atas,

secara umum semua konsep Hak Asasi Manusia sangat mengedepankan

hak untuk hidup, hak kebebasan dan hak perlindungan. Tidak ada satupun

konsep Hak Asasi Manusia yang tidak mengedepankan hak untuk hidup,

karena hak untuk hidup merupakan hak manusia yang dibawa sejak lahir.

5. Bentuk-Bentuk Hak Asasi Manusia dalam Islam

Terdapat tiga bentuk Hak Asasi Manusia dalam Islam. Pertama,

hak dasar (hak daruri), sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut

44

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

24

dilanggar, bukan hanya membuat manusia sengsara, tetapi juga hilang

eksistensinya, bahkan hilang harkat kemanusiaannya. Contoh sederhana

hak ini di anataranya hak untuk hidup, ha katas keamanan, dan hak untuk

memiliki harta benda. Kedua, hak sekunder, yakni hak-hak yang apabila

tidak dipenihi akan berakibat pada hilangnya hak-hak dasarnya sebagai

manusia. Misalnya, jika seseorang kehilangan haknya untuk memperoleh

sandang pangan yang layak, maka akan berakibat hilangnya hak hidup.

Ketiga, hak tersier, yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak

primer dan sekunder.45

Menurut Maulana Abul A’la Al-Maududi menyatakan bahwa Hak

Asasi Manusia dalam Islam meliputi, hak untuk hidup dan keselamatan,

hak penghormatan terhadap kesucian kaum wanita, hak untuk

memperoleh kehidupan pokok, hak individu atas kebebasan, hak atas

keadilan, hak kesamaan derajat umat manusia, hak untuk kerjasama dan

tidak bekerjasama.46

a) Hak untuk Hidup dan Keselamatan

Hak asasi yang paling utama adalah hak untuk hidup. Al-Qur’an

menegaskan di dalam Surat Al Maidah ayat 32 sebagai berikut :

45

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak,Op Cit. hlm.223. 46

Maulana Abul A’la Maududi, Op. Cit. hlm. 12.

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

25

47

Artinya : “oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi

Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang

manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau

bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-

akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa

yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah

Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan

Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami

dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian

banyak diantara mereka sungguh-sungguh melampaui batas

dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”

Perbuatan menghilangkan nyawa karena alasan dendam atau

untuk menebar kerusakan hanya dapat diputuskan oleh pengadilan yang

berwenang. Hak untuk hidup yang diberikan kepada segenap umat

manusia hanya diberikan oleh Islam. Sedangkan aturan-aturan yang

memuat Hak Asasi Manusia dalam konstitusi-konstitusi atau deklarasi-

deklarasi di banyak Negara dengan jelas menyatakan hanya berlaku bagi

warga negara yang bersangkutan atau terhadap ras kulit putih saja.

Banyak cara untuk menyelamatkan hidup manusia dari kematian.

Apabila seseorang sedang sakit atau menderita luka-luka maka menjadi

kewajiban bagi kita untuk menolongnya memperoleh bantuan medis.

Apabila ia hampir mati karena kelaparan, maka kewajiban kitalah untuk

memberinya makanan. Apabila ia tenggelam, maka tugas kita

menyelamatkannya. Kita melihatnya sebagai kewajiban untuk

menyelamatkan hidup setiap manusia, karena itulah yang diperintahkan

dalam Al-Qur’an.

47

Q. S. Al Maidah ayat 32.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

26

b) Penghormatan terhadap Kesucian Kaum Wanita

Unsur selanjutnya dalam Piagam Hak Asasi Manusia yang

diberikan oleh Islam adalah bahwa kesucian seorang wanita harus

dihormati dan dilindungi setiap saat, baik apabila dia sebangsa dengan

kita atau termasuk bangsa musuh. Salah satu ayat di dalam Al-Qur’an

yang berkenaan dengan ini ialah dalam surat Al Isra ayat 32:

48

Artinya : “dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya

zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang

buruk.”

c) Hak Memperoleh Kebutuhan Hidup Pokok

Berbicara tentang hak-hak ekonomi, Al- Qur’an di dalam surat Az

Zariyat ayat 51 memerintahkan:

49

Artinya :”dan janganlah kamu Mengadakan Tuhan yang lain

disamping Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan

yang nyata dari Allah untukmu.”

Kalimat dalam perintah ini menunjukkan hal yang pasti dan tidak

ada kecualinya. Intinya ayat ini bermaksud agar siapapun yang meminta

pertolongan dan siapapun yang menderita kesusahan mempunyai hak atas

bagian harta benda dan kekayan seorang muslim.

48

Q. S. Al Isra ayat 32. 49

Q. S. Az Zariyat ayat 51.

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

27

d) Hak Individu Atas Kebebasan

Islam secara tegas melarang praktek primitive penangkapan orang

yang merdeka untuk dijadikan hamba sahaya atau budak untuk

diperjualbelikan sebagai hamba sahaya. Nabi SAW telah jelas

mengatakan bahwa ia akan menggugat manusia yang menyebabkan

seseorang yang merdeka menjadi hamba sahaya, lalu akan

memperjualbelikannya dan memakan hasil uang penjualannya.

e) Hak Atas Keadilan

Hak ini adalah hak yang sangat penting dan bernilai yang

diberikan islam kepada manusia. Al-Qur’an dalam surat An Nisa ayat 135

telah menetapkan :

50

Artinya :”Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang

yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah

biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum

kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu

kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu

karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu

memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka

Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang

kamu kerjakan.”

Dari ayat di atas telah jelas bahwa kaum muslimin harus adil

bukan saja terhadap sahabat-sahabatnya melainkan juga termasuk musuh-

musuhnya. Dengan kata lain, islam memerintahkan keadilan kepada

50

Q. S. An Nisa ayat 135.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

28

penganutnya tidak dibatasi kepada warga negaranya sendiri, atau kepada

keseluruhan umat muslim tetapi melainkan kepada seluruh umat manusia

tanpa terkecuali.

f) Kesamaan Derajat Umat Manusia

Islam tidak saja mengakui prinsip kesamaan derajat mutlak antar

manusia tanpa melihat kepada warna kulit, rasa tau kebangsaan,

melainkan menjadikannya realitas yang penting. Tuhan yang maha kuasa

telah menetapkan dalam Al-Qur’an surat Al Hujurat ayat 13 :

51

Artinya :”Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu

dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan

kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara

kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Ini berarti bahwa pembagian umat manusia kedalam bangsa-

bangsa, ras-ras, kelompok-kelompok dan suku-suku adlaah demi untuk

adanya pembedaan, sehingga rakyat dari satu ras atau suku dapat bertemu

dan berkenalan dengan rakyat yang berasal dari rasa tau suku lain dan

bekerja sama satu sama lain.

g) Hak untuk kerja sama dan tidak bekerja sama

Islam telah menjelaskan dengan rinci prinsip umum yang maha

penting dan berlaku universal. Al-Qur’an dalam surat Al Maidah ayat 2

mengatakan:

51

Q. S. Al Hujurat ayat 13.

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

29

52

Artinya :”dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat

dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,

Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”

Ini berarti bahwa orang yang melakukan perbuatan kebajikan

tanpa melihat apakah ia hidup dikutub utara atau dikutub selatan,

memiliki hak untuk mengharapkan dukungan dankerjasama aktif dari

orang muslim. Tetapi mereka yang melakyukan dosa dan kejahatan, meski

ia adalah saudara dekat atau tetangga, tidak boleh menerima dukungan

atau pertolongan atas nama ras, negeri, bahasa atau kebangsaaan, juga ia

tidak dapat mengharapkan untuk bekerja sama dengan orang-orang

muslim.

Pandangan inklusif kemanusiaan Piagam Madinah kemudian

menjadi semangat deklarasi HAM Islam di Kairo yang melahirkan

ketentuan Hak Asasi Manusia sebagai berikut :

1. Hak persamaan dan kebebasan berkeluarga

2. Hak hidup

3. Hak perlindungan diri

4. Hak kehormatan pribadi

5. Hak berkeluarga

6. Hak kesetaraan wanita dengan pria

7. Hak anak dari orang tua

8. Hak untuk mendapatkan pendidikan

9. Hak kebebasan beragama

10. Hak kebebasan mencari suaka

11. Hak memperoleh pekerjaan hak memperoleh perlakuan sama

12. Hak kepemilikan

13. Hak tahanan dan narapidana.53

52

Q. S. Al Maidah ayat 2.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

30

B. Sejarah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

KUHAP adalah kumpulan peraturan-peraturan hukum yang

mengatur mengenai tata cara bagaimana menyelenggarakan atau

mempertahankan hukum pidana materiil,sehingga diperoleh keputusan

hakim, dan bagaimana isi keputusan hakim tersebut dilaksanakan.Sejarah

lahirnya KUHAP di Indonesia yaitu54

:

1. Pada masa Hindia Belanda (Masyarakat tradisional Indonesia).

Pada masa Hindia Belanda tersebut belum terdapat adanya

ketentuan-ketentuan terhadap tindakan kejahatan atau pelanggaran antara

orang yang satu dengan yang lain. Apabila terdapat pelanggaran-

pelanggaran maka yang diberlakukan adalah Hukum adat. Menurut

Muhamad Said Dirjokusumo, Pada masa Hindia Belanda gambaran

hukum yang berlaku yaitu :

1) Belum ada pemisahan antara hukum pidana dan hukum

perdata.

2) Bahwa semua perkara penduduk dapat diselesaikan dengan

cara perdamaian.

3) Apabila ada perkara yang tidak dapat diselesaikan maka

ditujukan ke Pengadilan adat.

4) Walaupun saat itu Hukum acara belum ada,tetapi saat itu

penyelesaian perkara sudah dikenali adanya tersangka,

tergugat.

5) Cara melaksanakan putusan haruslah dapat dilakukan dengan

seadil-adilnya yaitu dalam memberikan keputusan harus dapat

memberikan kepuasan kedua belah pihak.

2. Pada masa Pemerintahan Belanda

Pada masa pemerintahan Belanda telah menurunkan beberapa

ketentuan Undang-undang bagi masing-masing golongan diantaranya :

1) Hukum materiil yaitu :

53

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak,Op Cit. hlm. 150 54

Moch Faisal Salam. Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek.

(Bandung : CV. Mandar Maju. 2001), hlm. 19.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

31

a. Wetboek Van Strafrecht Voor Nederlandesch Indie

(Tentang kejahatan yang berlaku bagi orang Eropa dan

bumi putra).

b. Algemene Politio Strafreglement (Reglemen Belanda polisi

umum, tentang pelanggaran untuk orang-orang eropa dan

bumi putra).

2) Hukum acara yaitu :

a. Reglement op de Burgerlijke rechtvordering (Hukum acara

perdata bagi golongan eropa).

b. Reglement op de Strafvordering (Hukum acara pidana bagi

orang eropa )

c. Landgerecht Reglemen (Hakim kepolisian).

d. Reglement op de rechterlijke organistik ( Tentang Undang-

undang pokok).

e. Herziene Inlandch Reglement (HIR) (Tentang hukum acara

pidana dan perdata bagi penduduk pribumi).

3) Badan pengadilan yang berlaku saat itu :

a. Raad van justitie (Pengadilan untuk orang eropa).

b. Landraad (Pengadilan untuk golongan bumi putra).

3. Pada masa Pemerintahan Jepang

Pada masa pemerintahan Jepang, di Indonesia tidak banyak

mengalami perubahan Undang-undang. Berdasarkan Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1942 tanggal 7 maret 1942 yang disebut Osamu serei

bahwa ” Hukum acara pidana atau ketentuan pada masa sebelumnya tetap

berlaku,asal tidak menyimpang peraturan-peraturan pemerintah militer

Jepang. Peraturan yang masih berlaku yaitu :

1) HIR (Herziene Inlandsch Reglement).

2) R.Bg (Reglement voor de Buitengwesten).

3) Landgerecht Reglement.

Peraturan-peraturan yang dihapus yaitu :

1) Peraturan-peraturan hukum pidana dan hukum acara pidana

untuk golongan eropa.

2) Raad van justitie (Pengadilan untuk golongan eropa).

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

32

Kemudian timbul badan peradilan untuk orang Jepang yaitu ;

Tihoo hooin, Kensatsu kyoku, saiko hooin.

4. Pada masa Kemerdekaan Republik Indonesia

1) Pada masa tahun 1950 – 1959 :

a. Badan Peradilan umum yaitu :

a) Pengadilan negeri, Untuk pemeriksaan tingkat pertama.

b) Pengadilan tinggi,Untuk pemeriksaan tingkat banding.

c) Pengadilan agung, Untuk pemeriksaan tingkat kasasi.

d) Badan peradilan agama.

e) Badan peradilan militer.

f) Badan peradilan tata usaha negara.

2) Pada masa Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Bahwa merealisasikan ketentuan pasal 2 Dekrit

Presiden 5 Juli 1959,maka dibentuk Undang-undang Nomor 19

tahun 1964, Tentang Undang-undang pokok kehakiman. tetapi

Undang-undang tersebut belum sempurna maka dirubah

dengan Undang-undang nomor 14 Tahun 1970 , Tentang

Undang-undang pokok kekuasaan kehakiman.

Pada pasal 12 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970

bahwa harus adanya Undang-undang tersendiri yang mengatur

Hukum acara pidana, maka untuk merealisasikan pasal 12 UU

No 14 tahun 1970 tersebut, dibuatlah Undang-undang Nomor 8

tahun 1981 pada tanggal 31 Desember tahun 1981, Tentang

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

C. Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum dalam bahasa Inggris dikenal istilah

“protection of the law”. Pada prinsipnya perlindungan hukum tidak

membedakan terhadap kaum pria maupun wanita, sistem pemerintahan

negara sebagaimana yang telah dicantumkan dalam penjelasan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, diantaranya

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

33

menyatakan prinsip, “Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas

hukum (rechtstaat) dan pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum

dasar)”, elemen pokok negara hukum adalah pengakuan dan perlindungan

terhadap “fundamental rights”( hak- hak dasar/asasi).55

Perumusan prinsip-prinsip perlindungan hukum di Indonesia,

berlandaskan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara. Konsepsi

perlindungan hukum bagai rakyat di Barat bersumber pada konsep-konsep

Rechtstaat dan “Rule of The Law”. Dengan menggunakan konsepsi Barat

sebagai kerangka berfikir dengan landasan pada Pancasila, prinsip

perlindungan hukum di Indonesia adalah prinsip pengakuan dan

perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada

Pancasila. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindak pemerintah

bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan

terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarahnya di Barat,

lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap

hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan

peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.56

Soetjipto rahardjo mengemukakan bahwa perlndungan hukum

adalah upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara

mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam

kepentingannya tersebut. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa salah satu

sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah memberikan

perlindungan (pengayoman) kepada masyarakat. Oleh karena itu,

55

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia,

(Surabaya: Bina Ilmu, 1987), hlm. 38. 56

Ibid, hlm. 39.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

34

perlindungan hukum terhadap masyarakat tersebut harus diwujudkan

dalam bentuk adanya kepastian hukum.57

Lebih lanjut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau

upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang

oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk

mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan

manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.58

Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan

untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau

kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam

menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama

manusia.59

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi

subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Perlindungan Hukum Preventif merupakan perlindungan yang

diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah

sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam

peraturan perundang- undangan dengan maksud untuk

mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu

atau batasan-batasan dalam melakukan suatu kewajiban.

b. Perlindungan Hukum Represif merupakan perlindungan

hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi

seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang

57

Soetjipto Rahardjo, Persoalan Hukum Di Indonesia, (Bandung:

Alumni, 1983), hlm. 23 58

Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta:

Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret,

2004), hlm. 3 59

Muchsin , Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi investor di

Indonesia, (Surakarta; Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret, 2003), hlm. 14.

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

35

diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan

suatu pelanggaran.60

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa

perlindungan hukum adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap

harkat dan martabat manusia serta pengakuan terhadap hak asasi manusia

di bidang hukum. Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia

bersumber pada Pancasila dan konsep Negara Hukum, kedua sumber

tersebut mengutamakan pengakuan serta penghormatan terhadap harkat

dan martabat manusia. Sarana perlindungan hukum ada dua bentuk, yaitu

sarana perlindungan hukum preventif dan represif.

D. Penahanan

1. Pengertian Penahanan

Penahanan adalah perampasan kemerdekaan bergerak seseorang.

Dalam hal penahan ini terdapat pertentangan antara 2 (dua) asas, yaitu

asas mengenai hak bergerak seseorang yang merupakan HAM (Hak Asasi

Manusia) yang harus dihormati di satu pihak dan kepentingan ketertiban

umum di lain pihak yang harus dipertahankan untuk orang banyak atau

masyarakat dari perbuatan jahat tersangka.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 1 butir 21

memberikan pengertian bahwa, penahanan itu adalah penempatan

tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut

umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara

yang diatur dalam undang-undang ini.61

Masalah penahanan juga telah

diatur dalam Resolusi Majelis Umum PBB No.43/173 tanggal 8 Desember

1988 tentang kumpulan Prinsip untuk Perlindungan Setiap Individu

terhadap segala bentuk Penahanan dan Pemenjaraan yang kemudian

60

Muchsin, Ibid, hlm. 20. 61

Pasal 1 butir 21 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang

Hukum Acara Pidana

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

36

disebut dengan “Kumpulan Prinsip” menyatakan bahwa yang dimaksud

dengan penahanan bearti bearti tindakan menahan seseorang karena

dugaan melakukan pelanggaran atau yang dilakukan oleh petugas yang

berwenanag.62

Penahanan merupakan persoalan yang paling esensial dalam

sejarah kehidupan manusia. Setiap penahanan dengan sendirinya

menyangkut nilai dan makna :

1) Perampasan kebebasan dan kemerdekaaan orang yang ditahan

2) Menyangkut nilai-nilai perikemanusiaan dan harkat martabat

manusia

3) Menyangkut nama baik dengan sendirinya pembatasan dan

pencabutan sementara hak-hak asasi manusia.63

Disatu sisi penahanan merupakan tindakan perampasan

kemerdekaan tersangka atau terdakwa, akan tetapi disisi lain merupakan

tindakan yang bertujuan melindungi ketertiban umum baik untuk

kepentingan tersangka atau terdakwa agar terhindar dari balas dendam

kelauarga koraban maupun untuk memperlancar proses penyelesaiaan

perkara pidana. Dengan demikian, penahanan sedapat mungkin dilakukan

apabila dipandang perlu.64

2. Syarat-Syarat Penahanan

Suatu penahanan dinyatakan sah apabila dipenuhi syarat-syarat

tertentu. Secara teoritis, dibedakan antara sahnya penahanan dan perlunya

penahanan. Sahnya penahanan bersifat objektif dan mutlak, artinya dapat

dibaca di dalam Undang-Undang tentang tindk pidana yang tersangkanya

dapat ditahan. Mutlak karena pasti, tidak dapat diatur-atur oleh penegak

hukum. Adapun perlunya penahanan bersifat relative (subjektif) karena

62

Sudibyo Triatmojo. Pelaksanaan Penahanan dan Kemungkinan yang

Ada Dalam KUHAP. (Bandung: Percetakan Offset Alumni. .1982) hlm. 39 63

Ruslan Renggong, Op. Cit. hlm. 69 64

Ibid, hlm. 70

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

37

yang menentukan kapan dipandang perlu diadakan penahanan tergantung

penilaian pejabat yang akan melakukan penahanan.65

Moeljatno, membagi syarat-syarat penahanan dalam dua bagian

yakni syarat objektif dan subjektif. Syarat objektif adalah syarat yang

dapat diuji ada atau tidaknya oleh orang lain, dalam hal ini oleh hakim

pada waktu mengadili atau memperpanjang lamanya penahanan atas

permintaan jaksa, atau pada waktu dia menerima pengaduan dari

tersangka atau terdakwa; syarat subjektif adalah syarat yang hanya

bergantung pada orang yang memerintahkan penahanan.66

a. Syarat obyektif adalah :

1) Terhadap tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5

tahun atau lebih, atau

2) Tindak pidana tertentu seperti tersebut dalam pasal 21 ayat (4)

huruf b KUHAP, meskipun ancaman pidananya kurang dari 5

tahun penjara.

Tindak pidana tertentu tersebut dalam pasal-pasal yang telah

ditunjuk yang terdapat dalam.

1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

2) Ordonasi Bea dan Cukai (Staatsblad tahun 1931 No. 471).

3) Undang-undang No. 8 Darurat tahun 1955 tentang tindak

pidana Imigrasi.

4) Undang-undang No. 9 tahun 1976 tentang Narkotika.

Syarat obyektif tersebut di atas terdapat dalam pasal 21 ayat (4)

KUHAP.

65

Andi Hamzah, Pelaksanaan Peradilan Pidana Berdasar Teori dan

Praktik (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1994) hlm. 16 66

Moeljatno. Pimpinan Pemeriksaan Permulaan dalam Perkara

Pidana yang menjadi kekuasaan Pengadilan Negeri dan Penahanan Sementara

(Yogyakarta: Majalah Hukum, 1952) hlm.26

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

38

b. Syarat subyektif adalah:

1) Untuk kepentingan penyidikan, atau untuk kepentingan

penuntutan, atau untuk kepentingan pemeriksaan hakim di

sidang pengadilan.

2) Untuk mencegah tersangka atau terdakwa akan melarikan diri.

3) Untuk mencegah tersangka atau terdakwa merusak atau

menghilangkan barang bukti.

4) Untuk mencegah tersangka atau terdakwa mengulangi tindak

pidana.

Syarat subyektif huruf 1 terdapat dalam Pasal 20 ayat (1), ayat

(2), dan ayat (3) KUHAP, dan untuk huruf 2 sampai huruf 4 terdapat

dalam Pasal 21 ayat (1) KUHAP.67

3. Dasar Hukum Penahanan

a) Kitab Undang-Uundag Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Lembaga penahanan dalam KUHAP diatur dalam Bab V

tentang penangkapan, penahanan, penggeledahan Badan,

Pemasukan Rumah, Penyitaan dan \ Pemeriksaan Surat; Bagian

kedua tentang penahanan yaitu antara Pasal 20 KUHAP sampai

dengan Pasal 31 KUHAP.

b) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Undang-undang tersebut yang berhubungan dengan

penahanan sementara terdapat dalam Pasal 7 dan Pasal 8. Dalam

Pasal 7 menyatakan Tidak seorang pun dapat dikenakan

penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan, kecuali

atas perintah tertulis dari kekuasaan yang sah dalam hal dan

menurut cara yang diatur dalam undang-undang. Pasal 8 ayat 1

menyatakan Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan,

dituntut, atau dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap

67

Ibid, hlm. 16

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

39

tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan

kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.68

E. Penahanan dalam Qanun Hukum Acara Jinayah (QHAJ)

1. Pengertian Penahanan dalam Qanun Hukum Acara Jinayah

(QHAJ)

Berdasarkan Pasal 1 angka 26 QHAJ, maka yang dimaknai

dengan penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat

tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum atau hakim dengan

penetapannya dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-

undang dan/atau qanun.69

Terdapat dua unsur penting di dalam Pasal 22 ayat (1) QHAJ

yang dapat dijadikan alasan penahanan terhadap seorang tersangka atau

terdakwa, yaitu :

1) Adanya unsur “diduga keras” bahwa tersangka atau

terdakwa telah melakukan tindak pidana berdasarkan bukti

yang cukup.

2) Adanya unsur kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa

akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang

bukti dan atau mengulangi jarimah.

2. Tujuan Penahanan dalam Qanun Hukum Acara Jinayah

(QHAJ)

Tujuan dilakukannya penahanan terhadap tersangka atau terdakwa

menurut Pasal 21 QHAJ, yaitu :70

1) Untuk kepentingan penyidikan. Dalam tahap penyidikan,

penyidik atau penyidik pembantu berwenang untuk

melakukan penahanan terhadap tersangka

2) Untuk kepentingan penuntutan. Dalam tahap penuntutan,

penuntut umum selaku jaksa yang diberi wewenang oleh

68

Andi Hamzah, Op. Cit. hlm. 20. 69

Zulkarnain Lubis dan Bakti Ritonga, Dasar-dasar Hukum Acara

Jinayah (Jakarta: Prenadamedia Group,2016) hlm. 71. 70

Ibid, hlm.71.

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

40

QHAJ untuk melakukan penuntutan, berwenang untuk

melakukan penahanan atau penahanan lanjuta terhadap

tersangka.

3) Untuk kepentingan pemeriksaan sidang. Hakim berwenang

mengeluarkan penetapan untuk melakukan penahanan

terhadap terdakwa.

3. Masa Waktu Penahanan dalam Qanun Hukum Acara

Jinayah (QHAJ)

Penahanan terhadap tersangka atau terdakwa mempunyai masa

waktu yang berbeda sebagaimana diatur di dalam Pasal 31 QHAJ, sebagai

berikut :71

1) Penahanan yang dilakukan oleh penyidik berlaku untuk

jangka waktu penahanan paling lama 20 hari dan jika

diperlukan guna pemeriksaan yang belum selesai dapat

diperpanjang oleh penuntut umum yang berwenang paling

lama 30 hari.

2) Penahanan yang diperintahkan oleh penuntut umum

hanya berlaku untuk jangka waktu paling lama 15 hari

dan apabila diperlukan guna kepentingan yang belum

selesai dapat diperpanjang oleh ketua mahkamah yang

berwenang menjadi 25 hari.

3) Penahanan guna kepentingan pemeriksaan di mahkamah,

hakim yang berwenang terhadap perkara tersebut dapat

mengeluarkan surat perintah penahanan untuk jangka

waktu paling lama 20 hari dan jika diperlukan untuk

kepentingan pemeriksaan yang belum selesai oleh ketua

mahkamah yang bersangkutan dapat diperpanjang untuk

waktu paling lama 40 hari.

4) Penahanan guna kepentingan pelaksanan eksekusi atau

uqubat hakim dapat mengeluarkan penetapan penahanan

paling lama 30 hari.

5) Penahanan guna kepentingan pemeriksaan di tingkat

banding, mka hakim mahkamah Syar’iyah Aceh dapat

mengeluarkan penetapan penahanan untuk waktu paling

lama 20 hari. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang

guna pemeriksaan yang belum selesai untuk waktu paling

lama 30 hari.

71

Ibid, hlm 72

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HAK …

41

6) Penahanan guna kepentingan pemeriksaan di tingkat

kasas dalam hal tidak diatur secara tersendiri oleh

Mahkamah Agung maka Hakim Mahkamah Agung yang

mengadili guna pemeriksaan kasasi berwenang

melakukan penahanan paling lama 50 hari.