BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No....

17

Click here to load reader

Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No....

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, DAN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

1.1 Balai Pengawas Obat dan Makanan

1.1.1 Kedudukan, tugas, fungsi, dan kewenangan balai POM Republik Indonesia

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001, tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Non Departemen

sebagaimana telah beberapa kali diubah, dengan perubahan terakhir yaitu Peraturan Presiden

Nomor 3 Tahun 2013, Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ditetapkan sebagai Lembaga

Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang bertanggungjawab langsung kepada Presiden.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005 tentang Perubahan Keenam Atas

Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tersebut, bahwa dalam melaksanakan tugasnya

BPOM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan, khususnya dalam perumusan kebijakan yang

berkaitan dengan instansi pemerintah lainnya serta penyelesaian permasalahan yang timbul

dalam pelaksanaan kebijakan yang dimaksud.

Balai Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat BPOM adalah sebuah lembaga di

Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-obatan dan makanan di Indonesia. Fungsi

dan tugas badan ini menyerupai fungsi dan tugas Food and Drug

Administration (FDA) diAmerika Serikat.1 Pengawasan Obat dan Makanan merupakan bagian

integral dari upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Misi Balai POM dalam melindungi

masyarakat dari produk Obat dan Makanan yang membahayakan kesehatan dituangkan dalam

1 Wikipedia, Badan Pengawas Obat dan Makanan, https://id.wikipedia.org/wiki/

Balai_Pengawas_Obat_dan_Makanan, diakses pada 07 Januari 2016

23

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

sistem pengawasan full spectrum mulai dari pre-market hingga post-market control yang disertai

dengan upaya penegakan hukum dan pemberdayaan masyarakat (community empowerment).2

Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, Balai

POM RI merupakan lembaga pemerintah non departemen yang dibentuk untuk melaksanakan

tugas kepemerintahan tertentu dari Presiden. Balai POM RI dikepalai oleh pejabat setingkat

menteri.Tugas Balai POM RI adalah melaksanakan tugas pemerintah di bidang pengawasan obat

dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam

melaksanakan tugasnya Balai POM RI melakukan fungsinya yang meliputi berbagai kegiatan

sebagai berikut :

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan

makanan.

2. Pelaksanaaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan.

3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM.

4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi

pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan.

5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan

umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,

persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

Dalam menyelenggarakan fungsinya, Balai POM RI memiliki kewenangan sebagai

berikut :

1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang pengawasan obat dan makanan.

2Badan Pengawas Obat dan Makanan, Pelaksanaan Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi Badan

POM RI, http://www.pom.go.id/index.php/home/reformasi_birokrasi/next1, diakses pada 07 Januari 2016

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

2. Perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan untuk mendukung

pengobatan secara makro.

3. Penetapan sistem informasi di bidang pengawasan obat dan makanan.

4. Penetapan persyaratan penggunaan bahan makanan tambahan (zat aditif) tertentu untuk

makanan dan penetapan pedoman pengemasan peredaran obat dan makanan.

5. Pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri farmasi.

6. Penetapan pedoman penggunaan, konservasi dan pengembangan tanaman obat.

1.1.2 Struktur organisasi Balai POM Republik Indonesia

Dalam rangka tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik, Balai POM diwajibkan

melaksanaan Reformasi Birokrasi (RB) secara menyeluruh yang dilaksanakan bertahap 5 (lima)

tahunan sampai tahun 2025. Berbagai peraturan sebagai landasan legal dan operasional untuk

mempercepat pelaksanaan RB periode 2010–2014 telah dikeluarkan oleh Pemerintah yaitu:

1) Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi

(GDRB) yang berisi rancangan induk kebijakan reformasi birokrasi secara nasional

untuk kurun waktu 2010-2025;

2) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

(PAN dan RB) Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB)

berisi rancangan rinci program reformasi birokrasi berdasarkan dalam kurun waktu lima

tahun 2010-2014; dan

3) Sembilan (9) Peraturan Menteri PAN dan RB sebagai pedoman operasional penyusunan

dan penerapan program RB di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. eraturan

Presiden Nomor 81 Tahun 2010 menegaskan bahwa pada tahun 2011 seluruh

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

Kementerian dan Lembaga telah mewujudkan komitmen melaksanakan proses

Reformasi Birokrasi secara bertahap untuk mewujudkan Visi RB 2025.

Visi Reformasi Birokrasi adalah “Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia”, yaitu pemerintahan

yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu memberikan pelayanan prima kepada

masyarakat dan manajemen pemerintahan yang demokratis. Visi Reformasi Birokrasi tersebut

adalah keputusan strategis untuk memaksimalkan peran aparatur birokrasi guna mewujudkan visi

pembangunan nasional berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional, yaitu: “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan

Makmur”.

Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM mengatur struktur organisasi

Balai POM RI. Bagan struktur organisasi Badan POM dapat dilihat pada Lampiran 1 yaitu

sebagai berikut:

(1) Kepala Balai POM RI Organisasi Balai POM RI dipimpin oleh seorang Kepala yang

bertugas :

1. Memimpin Balai POM RI sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

2. Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum sesuai dengan tugas Balai

POM RI.

3. Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas Balai POM RI yang menjadi

tanggung jawabnya.

4. Membina dan melaksanakan kerja sama dengan instansi dan organisasi yang lain.

(2) Sekretariat Utama Balai POM RI

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

Sekretariat Utama yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Utama bertugas

mengkoordinasikan perencanaan, pengendalian terhadap program, administrasi dan

sumber daya lingkungan Balai POM RI. Sekretariat utama terdiri atas :

1. Biro Perencanaan dan Keuangan.

2. Biro Kerjasama Luar Negeri.

3. Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat.

4. Biro Umum.

5. Kelompok Jabatan Fungsional.

Sekretaris Utama Balai POM RI secara administrasi membina pelaksanaan tugas sehari-

hari dari Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional, Pusat Penyidikan Obat dan

Makanan, Pusat Riset Obat dan Makanan, dan Pusat Informasi Obat dan Makanan.

(3) Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat

Adiktif

Dikepalai oleh seorang Deputi bertugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang

pengawasan terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif. Deputi Bidang

Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif terdiri dari

lima Direktorat, yaitu :

1. Direktorat Penilaian Obat dan Produk Biologi.

2. Direktorat Standardisasi Produk Terapetik dan Perbekalan Kesehatan Rumah

Tangga (PKRT).

3. Direktorat Pengawasan Produksi Produk Terapetik dan PKRT.

4. Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT.

(4) Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA).

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

Dikepalai oleh seorang Deputi bertugas melaksanakan penilaian dan registrasi obat

tradisional, kosmetik dan suplemen makanan sebelum beredar di Indonesia, selanjutnya

melakukan pengawasan peredaran obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen,

termasuk penandaan dan periklanan. Penegakan hukum dilakukan dengan inspeksi Cara

Produksi Obat yang Baik (CPOB), Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik

(CPOTB), Cara Produksi Kosmetik yang Baik (CPKB), sampling, penarikan produk,

public warning sampai pro justisia, didukung antara lain oleh Tim Penilai Obat

Tradisional dan Tim Penilai Kosmetik. Deputi Bidang Pengawasan Obat tradisional,

Kosmetika dan Produk komplemen terdiri dari empat Direktorat, yaitu :

1. Direktorat Penilaian Obat Ttradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik.

2. Direktorat Standarisasi Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen.

3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk

Komplemen.

4. Direktorat Obat Asli Indonesia.

(5) Deputi Bidang Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

Dikepalai oleh seorang Deputi bertugas melaksanakan penilaian dan evaluasi keamanan

pangan sebelum beredar di Indonesia dan selama peredaran seperti pengawasan

terhadap sarana produksi dan distribusi maupun komiditinya, termasuk penandaan dan

periklanan, dan pengamanan produk dan bahan berbahaya. Di samping itu, deputi ini

melakukan sertifikasi produk pangan. Produsen dan distributor dibina untuk

menerapkan sistem jaminan mutu, terutama penerapan Cara Pembuatan Makanan yang

Baik (CPMB), Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP), Cara Distribusi

Makanan yang Baik (CDMB) serta Total Quality Management (TQM). Di samping itu

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

diselenggarakan Surveilance, penyuluhan informasi keamanan pangan serta pengawasan

produk dan bahan berbahaya, yang didukung antara lain oleh Tim Penilai Keamanan

Pangan. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya terdiri

dari lima Direktorat, yaitu :

1. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan.

2. Direktorat Standardisasi Produk Pangan.

3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan.

4. Direktorat Surveillance dan Penyuluhan Keamanan Pangan.

5. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya.

(6) Inspektorat Balai POM RI

Inspektorat yang dikepalai oleh seorang Inspektur mempunyai tugas melaksanakan

pengawasan fungsional di lingkungan Balai POM RI. Inspektorat terdiri dari :

1. Kelompok Jabatan Fungsional.

2. Sub-bagian Tata Usaha.

(7) Pusat Pengujian Obat dan Makanan

Dikepalai oleh seorang Kepala mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan secara

laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika

dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan

berbahaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta

melaksanakan pembinaan mutu laboratorium pengawasan obat dan makanan.

(8) Pusat Penyidikan Obat dan Makanan Pusat Penyidikan Obat dan Makanan yang

dikepalai oleh seorang Kepala mempunyai tugas melaksanakan penyelidikan dan

penyidikan terhadap perbuatan melawan hukum di bidang produk terapetik, narkotika,

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisonal, kosmetik, produk komplemen dan

makanan, serta produk jenis lainnya.

(9) Pusat Riset Obat dan Makanan Pusat Riset Obat dan Makanan yang dikepalai oleh

seorang Kepala mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang riset toksikologi,

keamanan pangan, dan produk terapetik serta mempunyai fungsi sebagai berikut : 1.

Penyusunan rencana dan program riset obat dan makanan. 2. Pelaksanaan riset obat dan

makanan. 3. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan riset obat dan makanan.

(10) Pusat Informasi Obat dan Makanan Pusat Informasi Obat dan Makanan mempunyai

tugas melaksanakan kegiatan di bidang pelayanan informasi obat, informasi keracunan

dan teknologi informasi.

(11) Unit Pelaksana Teknis Balai POM RI Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI merupakan

unit organisasi yang melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan obat dan makanan di

wilayah kerjanya, diatur dengan keputusan Kepala Balai POM RI, setelah mendapat

persetujuan tertulis dari menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan

aparatur negara. Fungsi pengawasan obat dan makanan di daerah dilaksanakan oleh

Balai Besar dan Balai POM yang merupakan perpanjangan tangan dari Badan POM.

(12) Kelompok Jabatan Fungsional Badan POM RI Kelompok Jabatan Fungsional

mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku : 1. Kelompok Jabatan

Fungsional terdiri dari berbagai jabatan fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan,

Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dan jabatan fungsional lain sesuai dengan bidang

keahliannya. 2. Masing-masing Kelompok Jabatan Fungsional dikoordinasikan oleh

seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Sekertaris Utama. 3. Jumlah tenaga

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

fungsional sebagaimana dimaksud, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional, diatur berdasarkan peraturan

perundangundangan yang berlaku.

1.1.3 Kebijakan dan strategi badan POM Republik Indonesia

Mengenai kebijakan dan strategi Badan POM RI periode 2015-2019 yaitu sebagai

berikut:

Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan:

1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi

masyarakat

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian

pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat dan

Makanan

3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui

kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan

Obat dan Makanan

4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan melalui penataan

struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja

yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan

efisien.3

Selain arah kebijakan, terdapat juga strategi yang akan dilaksanakan oleh BPOM mencakup

eksternal dan internal sebagai berikut:

Eksternal:

3 Badan POM Banda Aceh, Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019,

http://www.pom.go.id/ppid/2015/rbalai/aceh.pdf, h. 48, diakses pada 10 Januari 2016

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan Makanan;

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan Edukasi

kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan;

Internal :

3) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;

4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja individu/pegawai;

5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk

mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;

6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BADANPOM secara lebih proporsional dan

akuntabel;

7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam

mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.4

Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan dengan lintas sektor dan

lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarakat sipil). Mengingat begitu

kompleksnya tantangan dari lingkungan strategis baik internal maupun eskternal seperti yang

diuraikan pada Bab I tersebut di atas, maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-

penyesuaian dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan BPOM sendiri. Untuk

konteks kerjasama misalnya, secara kelembagaan selama ini di BPOM belum ada satu

Deputi/Biro/Bagian khusus yang menangani terkait dengan kerjasama ini. Bahwa ada Biro

Kerjasama Luar Negeri, tetapi fokus tugas dan fungsi Biro ini tidak terkait dengan model

kerjasama yang akan dikembangkan oleh BPOM ke depan. Oleh sebab itu, perlu segera

melakukan pembenahan di level organisasi dan kelembagaan dengan membentuk satu

4Ibid, h. 48-49

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

Deputi/Biro/Bagian khusus yang bertanggungjawab atas program kerjasama dan kemitraan ini.

Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal organisasi dan

kelembagaan serta sumber daya pegawai BADAN POM sendiri. Poin penting yang harus

diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena kunci keberhasilan sebuah lembaga sangat

ditentukan dari kualitas SDM-nya. Sistem pengawasan, manajemen kinerja, pengelolaan

anggaran yang efisien, efektif dan akuntabel, peningkatan kualitas.5

1.2 Perlindungan Konsumen

1.2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Perlindungan terhadap konsumen telah mulai diberlakukan sejak sebelum Indonesia

merdeka. Hukum Perlindungan Konsumen merupakan cabang hukum yang bercorak Universal.

Sebagian besar perangkatnya diwarnai hukum asing, namun kalau dilihat dari hukum positif

yang sudah ada di Indonesia ternyata dasar-dasar yang menopang sudah ada sejak dulu termasuk

hukum adat.6

Menurut pendapat Az. Nasution sebagaimana dikutip oleh Shidarta bahwa hukum

perlindungan konsumen adalah hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah

yang bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen.

Adapun hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum

yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan

barang dan/atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup.7

5 ibid

6 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2001, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen , Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta, h. 11-12 7 Shidarta, op.cit, h. 9

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

Undang-undang yang secara khusus mengatur mengenai perlindungan konsumen

sekaligus sebagai dasar hokum dari perlindungan konsumen di Indonesia termuat dalam Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UU

Perlindungan Konsumen). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen mulai berlaku sejak tanggal 20 April 2000. Undang-Undang Perlindungan Konsumen

ini, walaupun judulnya mengenai perlindungan konsumen tetepi materinya lebih banyak

membahas mengenai pelaku usaha dengan tujuan melindungi konsumen. Hal ini disebabkan

pada umumnya kerugian yang diderita oleh konsumen merupakan akibat perilaku dari pelaku

usaha, sehingga perlu diatur agar tidak merugikan konsumen.

Menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 1 UU Perlindungan Konsumen

menyatakan bahwa “Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.” Konsumen menurut

ketentuan Pasal 1 angka 2 UU Perlindungan Konsumen adalah : “setiap orang pemakai barang

dan/jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri keluarga, orang lain,

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”

Az Nasution berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari

hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga

mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Sedangkan hukum konsumen

diartikan sebagai keseluruhan asasasas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan

masalah antara berbagai pihak atau satu sama lain berkaitan dengan barang dan/atau jasa di

dalam pergaulan hidup.8

1.2.2 Asas-Asas Perlindungan Konsumen

8 Az. Nasution, 2000, Konsumen dan Hukum: Tinjauan Sosial Ekonomi dan Hukum Pada Perlindungan

Konsumen Indonesia, Pustaka Harapan, Jakarta, (selanjutnya disebut Az. Nasution I) h. 72

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

Asas merupakan landasan paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum. Peraturan-

peraturan hukum itu pada akhirnya dikembalikan kepada asas-asas hukum tersebut, kecuali

disebut landasan, asas hukum ini layak disebut sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum

atau merupakan ratio legis dari suatu peraturan hukum. Dengan adanya asas hukum, hukum itu

bukan sekedar kumpulan peraturan-peraturan, karena asas itu mengandung nilai-nilai dan

tuntutan etismerupakan jembatan antara peraturan-peraturan hukum dengan cita-cita sosial dan

pandangan etis masyarakatnya.9 Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama

seluruh pihak yang terkait, masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah berdasarkan lima

asasAsas-asas dari perlindungan konsumen tercantum dalam ketentuan Pasal 2 UU Perlindungan

Konsumen yang terdiri dari:

1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam

menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-

besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara

maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk

memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan

spiritual.

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan

jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,

pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/jasa yang dikonsumsi dan digunakan.

9 Rachmadi Usman, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen , Refika Aditama, Jakarta, h.75

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen menaati

hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen,

serta negara menjamin kepastian hukum.

1.2.3 Tujuan perlindungan konsumen

Memberikan perlindungan bagi konsumen merupakan tujuan dari usaha yang akan

dicapai atau keadaan yang akan diwujudkan. Oleh karena itu, tujuan perlindungan konsumen

perlu dirancang dan dibangun secara berencana dan dipersiapkan sejak dini. Tujuan perlindungan

konsumen mencakup aktivitas-aktivitas penciptaan dan penyelenggaraan sistem perlindungan

konsumen.Tujuan dari perlindungan konsumen tercantum dalam ketentuan Pasal 3 UU

Perlindungan Konsumen yaitu :

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri.

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari

ekses negatif pemakaian dan/atau jasa.

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut

hak-haknya sebagai konsumen.

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan

informasi.

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam

berusaha.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

6. Meningkatkan kualitas barang dan/jasa yang menjamin kelangsungan usaha

produksi barang dan/jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan

konsumen.

Tujuan perlindungan konsumen disusun secara bertahap, mulai dari penyadaran hingga

pemberdayaan. Pencapaian tujuan perlindungan konsumen tidak harus melalui tahapan

berdasarkan susunan tersebut, tetapi dengan melihat urgensinya. Misal, tujuan meningkatkan

kualiatas barang, pencapaiannya tidak harus menunggu tujuan pertama tercapai adalah

meningkatkan kesadaran konsumen. Idealnya, pencapaian tujuan perlindungan konsumen

dilakukan secara serempak.10

1.2.4 Hak dan Kewajiban Konsumen Serta Pelaku Usaha

Sebagai makhluk sosial maka sadar atau tidak sadar manusia selalu melakukan

perbuatan hukum (rechtshandeling) dan hubungan hukum (rechtsbetrekkingen).11 Suatu

hubungan hukum akan memberikan hak dan kewajiban yang telah ditentukan oleh peraturan

perundang-undangan, sehingga apabila dilanggar akan mengakibatkan pihak pelanggar dapat

dituntut di pengadilan.12

Tiap hubungan hukum tentu menimbulkan hak dan kewajiban, selain itu masing-masing

anggota masyarakat tentu mempunyai hubungan kepentingan yang berbeda-beda dan saling

berhadapan atau berlawanan, untuk mengurangi ketegangan dan konflik maka tampil hukum

yang mengatur dan melindungi kepentingan tersebut yang dinamakan perlindungan hukum.

Istilah perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum. Oleh karena itu,

10

Wahyu Sangsoko, 2007, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen , Universitas

Lampung, Bandar Lampung, h. 40-41 11

R. Soeroso, 2006, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 49 12

Soedjono Dirjosisworo, 2001, Pengantar Ilmu Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 131

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi yang mendapatkan

perlindungan hukum itu bukan sekedar fisik melainkan termasuk juga hak-haknya bersifat

abstrak. Dengan kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan

yang diberikan hukum terhadap hak-hak konsumen.13

Menurut Pasal 4 UU Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa konsumen memiliki

hak-hak yang harus dilindungi antara lain :

1. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

3. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

dan/atau jasa; 4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

5. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

6. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; 8. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang

dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Berdasarkan sembilan butir hak konsumen yang disebutkan di atas terlihat bahwa masalah

keamanan, kenyamanan, dan keselamatan konsumen merupakan hal yang paling pokok dan

utama dalam perlindungan konsumen.

Selain hak, konsumen juga memiliki kewajiban yang harus ditaati. Kewajiban dari

konsumen tercantum dalam ketentuan Pasal 5 UU Perlindungan Konsumen yaitu :

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang demi keamanan dan keselamatan. 2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang. 3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

13

Shidarta, op.cit, h. 19

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS … II.pdf · Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, ... laboratorium, ... 1.1.3 Kebijakan dan strategi badan

Untuk memberikan kepastian hukum dan kejelasan akan hak-hak dan kewajiban-

kewajiban para pihak, Undang-undang Perlindungan Konsumen telah memberikan batasan

mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari pelaku

usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UU Perlindungan Konsumen (tentang hak pelaku

usaha) dan Pasal 7 UU Perlindungan Konsumen (mengenai kewajiban pelaku usaha) adalah

sebagai berikut:

Pasal 6 UU Perlindungan Konsumen:

Hak Pelaku Usaha a. Menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai

tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

b. Mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik; c. Melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa

konsumen; d. Rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen

tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Pasal 7 UU Perlindungan Konsumen:

Kewajiban Pelaku Usaha

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunanaan, perbaikan dan pemeliharaan.

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang

dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang dperdagangkan.

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak seseuai dengan perjanjian.