BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm....

28
21 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR SIPIL NEGARA 2.1 Aparatur Sipil Negara 2.1.1 Pengertian Aparatur Sipil Negara Sebelum berbicara lebih jauh mengenai ASN, terlebih dahulu perlu diketahui apa yang dimaksud dengan ASN. Pengertian mengenai ASN itu sendiri tertuang pada pasal 1 angka 1 UU No. 5 tahun 2014 yang menyebutkan bahwa ASN adalah profesi bagi PNS dan PPPK yang bekerja pada instansi pemerintah. PNS menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, adalah orang yang bekerja untuk pemerintah atau negara. Menurut Kranenburg PNS adalah pejabat yang ditunjuk, jadi pengertian tersebut tidak termasuk terhadap mereka yang memangku jabatan mewakili seperti anggota parlemen, presiden dan sebagainnya. 1 Pengertian PNS menurut Mahfud MD ada dua bagian yaitu : a. Pengertian Stipulatif adalah pengertian yang diberikan oleh undang- undang tentang PNS sebagaimana yang tertuang dalam pasal 1 angka 3 UU No. 5 tahun 2014 yang menyatakan bahwa PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. b. Pengertian ekstensif adalah pengertian yang hanya berlaku pada hal-hal tertentu. Hal-hal tertentu yang dimaksud adalah lebih kepada beberapa golongan yang sebenarnya bukan PNS. Contoh: ketentuan pasal 92 KUHP 1 Sri Hartini, 2008, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 31.

Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm....

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

21

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR SIPIL NEGARA

2.1 Aparatur Sipil Negara

2.1.1 Pengertian Aparatur Sipil Negara

Sebelum berbicara lebih jauh mengenai ASN, terlebih dahulu perlu

diketahui apa yang dimaksud dengan ASN. Pengertian mengenai ASN itu sendiri

tertuang pada pasal 1 angka 1 UU No. 5 tahun 2014 yang menyebutkan bahwa

ASN adalah profesi bagi PNS dan PPPK yang bekerja pada instansi pemerintah.

PNS menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, adalah orang yang bekerja untuk

pemerintah atau negara. Menurut Kranenburg PNS adalah pejabat yang ditunjuk,

jadi pengertian tersebut tidak termasuk terhadap mereka yang memangku jabatan

mewakili seperti anggota parlemen, presiden dan sebagainnya.1

Pengertian PNS

menurut Mahfud MD ada dua bagian yaitu :

a. Pengertian Stipulatif adalah pengertian yang diberikan oleh undang-

undang tentang PNS sebagaimana yang tertuang dalam pasal 1 angka 3

UU No. 5 tahun 2014 yang menyatakan bahwa PNS adalah warga negara

Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN

secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan

pemerintahan.

b. Pengertian ekstensif adalah pengertian yang hanya berlaku pada hal-hal

tertentu. Hal-hal tertentu yang dimaksud adalah lebih kepada beberapa

golongan yang sebenarnya bukan PNS. Contoh: ketentuan pasal 92 KUHP

1Sri Hartini, 2008, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 31.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

22

yang berkaitan dengan status anggota dewan rakyat, anggota dewan daerah

dan kepala desa. Menurut pasal 92 KUHP dimana dijelaskan bahwa yang

termasuk ke dalam PNS adalah orang-orang yang dipilih dalam pemilihan

berdasarkan peraturan-peraturan umum dan mereka yang bukan dipilih

tetapi diangkat menjadi anggota dewan rakyat dan anggota dewan daerah

serta kepala desa dan sebagainya. Pengertian PNS menurut KUHP

sangatlah luas akan tetapi pengertian tersebut hanya berlaku dalam hal

orang-orang yang melakukan kejahatan atau pelanggaran jabatan dan

tindak pidana lain yang disebutkan dalam KUHP, jadi pengertian ini tidak

termasuk dalam hukum kepegawaian.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa PNS

adalah orang-orang yang bekerja di lingkungan instansi pemerintahan sesuai

dengan syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-

undangan. Sesuai dengan UU No. 5 tahun 2014.

2.1.2 Jenis, Status, dan Kedudukan Apratur Sipil Negara

a. Jenis ASN

Mengenai jenis pegawai ASN diatur pada pasal 6 UU No. 5 tahun 2014.

Dimana pegawai ASN terdiri atas PNS dan PPPK.

b. Status ASN

Berbicara mengenai status pegawai ASN, terdapat dua status yang

diberlakukan bagi pegawai ASN yaitu pegawai pemerintah yang diangkat sebagai

pegawai tetap yaitu PNS dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

23

Mengenai status ASN diatur pada pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 5 tahun

2014 yang menyatakan bahwa :

(1) PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a merupakan Pegawai ASN

yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat pembina kepegawaian dan

memiliki nomor induk pegawai secara nasional.

(2) PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b merupakan Pegawai

ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat

pembina kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan

ketentuan Undang-Undang ini.

c. Kedudukan

Rumusan kedudukan pegawai ASN didasarkan pada pokok-pokok pikiran

bahwa pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi umum pemerintahan, tetapi

juga harus mampu melaksanakan fungsi pembangunan atau dengan kata lain

pemerintah bukan hanya menyelenggarakan tertib pemerintahan, tetapi juga harus

mampu menggerakan dan memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat

banyak. C.F Strong, dalam bukunya yang berjudul Modern Political Constitutions

berpendapat bahwa :

Government in the broader sense is charged with the maintenance of the

peace and security of in a state therefore must have first, military power; second,

the means of making laws; thirdly, financial, power or the ability to extract

sufficient money from the comunity to defray the cost of defending the state and of

enforcing the law it makes on the state behalf. 2

Artinya pemerintah dalam arti yang lebih luas dibebankan dengan pemeliharaan

perdamaian dan keamanan di negara oleh karena itu harus memiliki pertama,

kekuatan militer; kedua, sarana pembentukan hukum; Ketiga, keuangan,

kekuasaan atau kemampuan untuk mengambil uang yang cukup dari masyarakat

2C.F Strong, 1951, Modern Political Constitutions, Sidgwick and Jackson Limited,

London, hlm. 6.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

24

untuk membiayai biaya membela negara dan menegakkan hukum itu atas nama

negara

Pegawai ASN mempunyai peran yang amat sangat penting sebab pegawai

ASN merupakan unsur dari aparatur negara untuk menyelenggarakan, dan

melaksanakan pemerintahan serta pembangunan nasional dalam rangka mencapai

tujuan negara. Kelancaran dari penyelengaraan dan pelaksanaan pemerintahan

serta pembangunan nasional dalam rangka mencapai tujuan negara sangat

tergantung sekali pada kesempurnaan aparatur negara.

Berbicara mengenai konteks hukum publik, pegawai ASN bertugas

membantu presiden sebagai kepala pemerintahan dalam menyelenggarakan

pemerintahan, yaitu dengan cara melaksanakan peraturan perundang-undangan,

dalam arti kata wajib mengusahakan agar setiap peraturan perundang-undanganan

ditaati oleh masyarakat. Di dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan

pada umumnya, kepada pegawai ASN diberikan tugas kedinasan untuk

dilaksanakan sebaik-baiknya. Sebagai abdi negara seorang pegawai ASN juga

wajib setia dan taat kepada Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara, kepada

Undang-Undang Dasar 1945, kepada negara, dan kepada pemerintah. Pegawai

ASN sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat dituntut

untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, karenanya ia harus mempunyai

kesetiaan, ketaatan penuh terhadap Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,

negara dan pemerintah sehingga dapat memusatkan segala perhatian dan pikiran

serta mengarahkan segala daya upaya dan tenaganya untuk menyelenggarakan

tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

25

Kedudukan ASN berdasarkan UU No. 5 tahun 2014 diatur dalam pasal 8 dimana

ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara.

2.1.3 Fungsi, Tugas, dan Peran Apratur Sipil Negara

Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014, Fungsi, Tugas, dan Peran dari ASN

diatur dalam BAB IV pasal 10, pasal 11, dam pasal 12. Yaitu sebagai berikut :

a. Berdasarkan pada pasal 10 pegawai ASN memiliki fungsi sebagai pelaksana

kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa.

b. Berdasarkan pada pasal 11 pegawai ASN mempunyai tugas untuk

melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat pembina

kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, dan

mempererat persatuan dan kesatuan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c. Berdarkan Pasal 12 peran dari pegawai ASN adalah sebagai perencana,

pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan

pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik

yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik KKN.

2.1.4 Hak dan Kewajiban Aparatur Sipil Negara

Dasar dari adanya hak adalah manusia mempunyai berbagai kebutuhan

yang merupakan pemacu bagi dirinya untuk memenuhi kebutuhannya, seperti

bekerja untuk memperoleh uang bagi pemenuhan kebutuhan. Manusia dalam

kajian ekonomi disebut sebagai sumber daya karena memiliki kecerdasan. Melalui

kecerdasan yang semakin meningkat mengakibatkan manusia dikatakan sebagai

homo sapiens, homo politikus dan homo ekonomikus dan dalam kajian yang lebih

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

26

mendalam dapat dikatakan pula bahwa manusia adalah zoon politicon.

Berdasarkan perkembangan dunia modern, dalam prosesnya setiap individu akan

berinteraksi dalam masyarakat yang semakin meluas dan perkembangan

berikutnya adalah dimulainya konsep organisasi yang melingkupi bidang

pemerintahan, sehingga manusia dapat dikatakan sebagai homo administratikus

dan organization man.3

Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014, hak dari pegawai ASN diatur pada

pasal 21. Dimana seorang PNS berhak memperoleh beberapa hal seperti gaji,

tunjangan, dan fasilitas, cuti, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, perlindungan

dan pengembangan kompetensi. Selanjutnya kewajiban dari pegawai ASN adalah

segala sesuatu yang wajib dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Menurut Sastra Djatmika, kewajiban pegawai ASN dibagi dalam tiga jenis yaitu,

kewajiban yang berhubungan dengan kedudukannya sebagai pegawai negeri pada

umumnya, kewajiban berdasarkan pangkat dan jabatan, serta kewajiban-

kewajiban lain.4

Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014, kewajiban dari Pegawai ASN diatur

pada pada pasal 23 yang menyatakan bahwa:

Pegawai ASN wajib:

a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah

yang sah;

b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;

c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang

berwenang;

d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;

3Sri Hartini, Op.cit, hlm. 41-43.

4Sastra Djatmika, 1964, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, Djembatan, Jakarta hlm.145.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

27

e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,

kesadaran, dan tanggung jawab;

f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan

tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;

g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.1.5 Pengertian Pejabat Pembina Kepegawaian

Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014 pejabat pembina kepegawaian

merupakan seorang pegawai pemerintah yang memegang jabatan penting,

seseorang yang diamanahi kedudukan dalam sebuah organisasi atau institusi

karena dianggap amat jujur dalam melaksanakan tugasnya. Pejabat pembina

kepegawaian mempunyai kewenangan untuk menetapkan pengangkatan,

pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN serta pembinaan terhadap

manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2003 tentang

Wewnang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian PNS (lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 2003 nomor 15 dan tambahan lembaran Negara

Republik Inonesia nomor 4263) yang selanjutnya disingkat PP No. 9 tahun 2003,

mengenai pejabat pembina kepegawaian diatur dalam pasal 1 angka 3, angka 4,

dan angka 5.

a. Pasal 1 angka 3 menyatakan bahwa :

Pejabat pembina kepegawaian Pusat adalah Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan

Kesekretariatan Lembaga Kepresidenan, Kepala Kepolisian Negara, Pimpinan

Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga

Tertinggi/Tinggi Negara, Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional,

serta pimpinan Kesekretariatan Lembaga lain yang dipimpin oleh Pejabat

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

28

Struktural Eselon I dan bukan merupakan bagian dari Departemen/Lembaga

Pemerintah Non Departemen.

b. Pasal 1 angka 4 menyatakan bahwa pejabat pembina kepegawaian daerah

Provinsi adalah seorang Gubernur.

c. Pasal 1 angka 5 menyatakan bahwa pejabat pembina kepegawaian daerah

kabupaten/kota adalah seorang Bupati/Walikota.

Dari beberapa pengertian mengenai pejabat pembina kepegawaian dapat

dilihat bahwa kewenangan dari pejabat pembina kepegawain bertujuan untuk

dapat menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan yang berhasil dan berdaya

guna. Pejabat pembina kepegawaian harus mampu dan dapat melaksanakan

manajemen kepegawaian sesuai dengan sistem merit yang merupakan kebijakan

dan manajemen ASN yang didasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja

secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna

kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi

kecacatan secara baik dan tepat. Sehingga dapat menciptakan sumber daya

manusia dalam hal ini pegawai ASN yang baik, bermutu, memiliki nilai dasar,

etika profesi, bebas dari intervensi partai politik dan bersih dari praktik KKN.

Selain itu pejabat pembina kepegawaian memiliki peran penting karena pejabat

pembina kepegawaian mempunyai kewenangan untuk menetapkan pengangkatan,

pemindahan dan pemberhentian pegawai ASN dan pembinaan manajemen ASN di

instansi pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

29

2.2 Kewenangan

2.2.1 Pengertian Kewenangan

Secara umum berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud

dengan kewenangan adalah hak dan kekusaan yang dimiliki untuk melakukan

sesuatu.5 Menurut F.P.C.L. Tonnaer kewenangan pemerintah dalam kaitan ini

dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan hukum positif, dan dengan

begitu, dapat diciptakan hubungan hukum antara pemerintah dengan warga

negara.6 Kemudian menurut F.A.M Stroink dan J.G Steenbeek kewenangan

memiliki kedudukan yang penting yaitu sebagai konsep inti dalam kajian hukum

tata negara dan hukum administrasi negara. Merujuk akan hal tersebut H.D. Stout

berpendapat bahwa wewenang itu adalah sebuah pengertian yang berasal dari

hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan

aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang

pemerintahan oleh hukum publik di dalam hubungan hukum publik.7

Berdasarkan pendapat dari Harbet A Simon yang menyatakan bahwa

pengertian wewenang adalah kekuasaan untuk mengambil suatu keputusan yang

membimbing tindakan-tindakan individu lainnya.Wewenang merupakan

hubungan antara dua individu dimana salah satunya adalah atasan dan yang

lainnya bawahan.8 Sedangkan menurut Philipus M. Hadjon mengatakan bahwa

5Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003, edisi ketiga, Balai Pustaka Jakarta, hlm.1272.

6Ridwan HR, Op.cit, hlm.98.

7ibid, hlm. 99.

8Herbert A Simon, 1984, Perilaku Administrasi, terjemahan cetakan Kedua, PT Bina

Aksara, Jakarta, hlm. 195.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

30

wewenang terdiri atas sekurang-kurangnya ada tiga komponen hukum yaitu

sebagai berikut :

1) Pengaruh, Komponen pengaruh ini menekankan pengunaan wewenang

yang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku subjek hukum.

2) Dasar Hukum, komponen dasar hukum ini dimaksudkan untuk

menegaskan bahwa wewenang itu harus mempunyai dasar hukum yang

jelas.

3) Komfomitas Hukum, komponen komfornitas hukum ini dimakasudkan

untuk menjelaskan bahwa wewenang itu haruslah mempunyai suatu

standar yaitu standar umum untuk semua jenis wewenang dan standar

khusus untuk semua wewenang.9

Menurut S.F. Marbun dalam bukunya yang berjudul Peradilan

Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia menyatakan bahwa

wewenang adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik

atau secara yuridis wewenang adalah kemampuan untuk bertindak sesuai dengan

yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-

hubungan hukum. Sedangkan menurutnya secara pribadi kewenangan adalah

kekuasaan yang diformalkan baik terhadap segolongan orang tertentu, maupun

kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan secara bulat yang berasal dari

kekuasaan legislatif maupun kekuasaan dari pemerintah. Jadi kewenangan

merupakan kumpulan dari wewenang-wewenang.10

2.2.2 Jenis-Jenis Kewenangan

9Philipus M Hadjon, 2008, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gdjah Mada

University Perss, Yogyakarta, hlm.135. 10

SF Marbun, Op.cit, hlm. 135.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

31

a) Berdasarkan Sumber dan Cara Memperoleh Kewenangan

Berdasarkan dengan pilar negara hukum, yaitu asas legalitas atau

legaliteitsbeginsel atau het beginsel van wetmatigheid van bestuur, maka

berdasarkan prinsip ini tersirat bahwa wewenang pemerintahan berasal dari

undang-undang, artinya sumber wewenang bagi pemerintah adalah peraturan

perundang-undangan. Secara teoritik kewenangan yang bersumber dari peraturann

perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi,

dan mandat.

Berdasarkan buku DR Ridwan HR, HD Van Wijk/Willem

Konijnenbelt menjelaskan mengenai Kewenangan yang diperoleh melalui tiga

cara tersebut yaitu sebagai berikut:

1) Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-

undang kepada organ pemerintahan. Artinya bahwa wewenang untuk

membuat suatu keputusan langsung bersumber pada undang-undang.

Kewenangan ini disebut juga kewenangan asli.

2) Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ

pemerintahan kepada pemerintahan lainnya. Artinya adalah adanya

penyerahan wewenang untuk membuat keputusan oleh pejabat

pemerintahan kepada pihak lain, atau dengan kata lain pemindahan

tanggung jawab dari yang memberi delegasi atau yang disebut delegans

kepada yang menerima delegasi atau yang disebut delegataris.

3) Mandat terjadi pada saat organ pemerintahan mengizinkan

kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya. Artinya organ

pemerintahan yang merupakan atasan memberikan wewenang kepada

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

32

bawahan untuk membuat suatu keputusan atas namanya sebagai pejabat

yang memberikan mandat dan tanggung jawab pemberi mandat bukan

menjadi tanggung jawab dari penerima mandat atau yang disebut

mandataris.11

Mengenai atribusi, delagasi, dan mandat diatur juga pada UU No. 30

Tahun 2014 pada pasal 1 angka 21, angka 22, dan angka 23 yaitu sebagai berikut:

a. Berdasarkan pasal 1 angka 21 atribusi adalah pemberian kewenangan kepada

badan atau pejabat pemerintahan oleh Undang-Undang Dasar 1945 atau Undang-

Undang.

b. Berdasarkan pasal 1 angka 22 delegasi adalah pelimpahan kewenangan dari

badan atau pejabat pemerintahan yang lebih tinggi kepada badan atau pejabat

pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat

beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi.

c. Berdasarkan pasal 1 angka 23 mandat adalah pelimpahan kewenangan dari

badan atau pejabat pemerintahan yang lebih tinggi kepada badan atau pejabat

pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat

tetap berada pada pemberi mandat.

Berdasarkan keterangan tersebut tampak bahwa mengetahui sumber dan

cara memperoleh wewenang organ pemerintahan ini penting dalam kajian hukum

administrasi negara karena berkenaan dengan pertanggungjawaban hukum dalan

penggunan wewenang. Setiap pemberian kewenangan kepada pejabat

11

Ridwan HR, Op.cit, hlm. 101-102.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

33

pemerintahan pasti tersirat di dalamnya pertanggungjawaban dari pejabat yang

bersangkutan.12

b) Berdasarkan Sifat dari Kewenanagan

Menurut kepustakaan terdapat pembagian wewenang berdasarkan sifat

yakni terikat, fakultatif, dan bebas. Hal ini berkaitan dengan kewenangan

pembuatan dan penerbitan keputusan-keputusan (beschikkingen) oleh organ

pemerintah. Lebih lanjut Indroharto dalam bukunya DR Ridwan HR menjelaskan

mengenai wewenang yang bersifat terikat, fakultatif, dan bebas yaitu sebagai

berikut :

1) Wewenang Terikat adalah wewenang yang terjadi apabila peraturan

dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan bagaimana wewenang

tersebut dapat digunakan atau peraturan dasarnya sedikit banyak

menentukan tentang isi dari keputusan yang harus diambil, dengan kata

lain, terjadi apabila peraturan dasar menentukan isi dari keputusan yang

harus diambil secara terperinci.

2) Wewenang Fakultatif adalah wewenang yang terjadi dalam hal badan atau

pejabat tata usaha negara yang bersangkutan tidak wajib menerapkan

wewenangnya, atau sedikit banyak masih ada pilihan sekalipun pilihan

tersebut hanya dapat dilakukan dalam hal-hal atau keadaan-keadaan

tertentu sebagaimana yang telah ditentukan dalam peraturan dasar.

3) Wewenang Bebas adalah wewenang yang terjadi ketika peraturan dasarnya

memberi kebebasan kepada badan atau pejabat tata usaha negara dalam

12

Ibid, hlm. 105.

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

34

menentukan sendiri mengenai isi dari keputusan yang akan dikeluarkannya

atau peraturan dasarnya memberi ruang lingkup kebebasan kepada kepada

badan atau pejabat tata usaha negara yang bersangkutan.13

2.3 Mutasi Kepegawaian

2.3.1 Pengertian Mutasi Kepegawaian

Pada dasarnya mutasi adalah usaha menempatkan pegawai pada pekerjaan

dan jabatan yang sesuai. Kata mutasi atau pemindahan secara umum tidaklah

suatu hal yang dianggap tabu melainkan sudah sangat dikenal oleh masyarakat

khususnya di kalangan PNS. Mutasi atau pemindahan adalah suatu kegiatan

memindahkan pegawai dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lainnya yang dianggap

setingkat atau sejajar.14

Akan tetapi mutasi tidak selamanya sama dengan

pemindahan. Mutasi meliputi beberapa kegiatan yaitu, memindahkan pegawai,

pemindahan tanggung jawab, pemindahan status kepegawaian, dan sejenisnya.

Adapun pemindahan dimaksudkan hanya terbatas pada mengalihkan pegawai dari

satu tempat ke tempat lain.15

Mutasi atau pemindahan merupakan suatu aktifitas

rutin dan mutlak yang harus dilakukan khususnya pada pegawai di sebuah

organisasi dalam rangka untuk mengembangkan pegawai menjadi lebih

bertanggung jawab dalam pengembangan dan pembinaannya berdasarkan pada

prinsip The Right Man in The Right Place yang artinya orang yang tepat pada

tempat yang tepat. Karena tidak selamanya pegawai yang ditempatkan pada

pekerjaan atau jabatannya pada suatu organisasi akan merasa cocok dan nyaman

13

Ibid, hlm. 107-109. 14

Fathoni, Abdurrahmat, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Rineka

Cipta, Jakarta, hlm. 32. 15

Hasibuan, Malayu S.P, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,

Jakarta, hlm. 24.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

35

dengan pekerjaan atau jabatan maupun lingkungan keja mereka. Hal tersebut bisa

disebabkan oleh kemampuan dan kualifikasi yang dimiliki oleh pegawai tidak

sesuai dengan beban tugas dan pekerjaan yang dibebankan dipundak mereka

ataupun lingkungan pekerjaan yang kurang memberikan semangat dan kegairahan

kepada mereka. Namun juga bukan merupakan suatu hal yang mustahil yang

menjadi penyebab utama akan hal tersebut adalah lingkungan pekerjaan yang tiba-

tiba berubah ataupun karena pribadi dari pegawai itu sendiri juga mengalami

perubahan. Apabila terjadi gejala yang demikian maka akan dapat dijadikan bukti

konkret adalah kuantitas dan kualitas kerja mereka, walaupun di sisi lain banyak

faktor yang dapat dilihat, misalnya displin kerja, semangat atau kegairahan kerja,

kelalaian atau kemangkiran, pemborosan, sering terjadi kerusakan dan

sebagainya.16

Berdasarkan hal tersebut maka dengan demikian mutasi itu

dilaksanakan dengan tujuan agar pekerjaan dapat dilakukan secara lebih efektif

dan lebih efisien.

Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut, dapat diasumsikan bahwa

pelaksanaan mutasi di bidang kepegawaian lebih diarahkan untuk mencapai

peningkatan kinerja secara efisien dan efektif sebagai bagian dari usaha-usaha

untuk mempercepat pencapaian tujuan, melalui penempatan orang yang tepat pada

tempat yang tepat, dengan tetap mempertimbangkan aspek pembinaan bagi

aparatur negara yang meniti beratkan kepada sistem prestasi kerja.

16

I komang Ardana, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta,

hlm. 110-111.

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

36

2.4 Jabatan Kepegawaian

2.4.1 Pengertian Jabatan

Jabatan ialah suatu lingkungan pekerjaan tetap (kring van vaste

werkzaamheden) yang diadakan dan dilakukan guna kepentingan negara atau

kepentingan umum. Tiap jabatan adalah suatu lingkungan pekerjaan tetap yang

dihubungkan dengan organisasi sosial tertinggi yang disebut negara.17

Selain itu

jabatan merupakan sekumpulan pekerjaan yang berisi tugas-tugas yang sama atau

berhubungan satu dengan yang lain, dan yang dalam pelaksanaannya meminta

suatu kecakapan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang juga sama

meskipun tersebar di berbagai tempat.

Menurut Logeman jabatan adalah suatu lembaga dengan lingkup pekerjaan

sendiri yang dibentuk untuk waktu lama dan kepadanya diberikan tugas dan

wewenang. Menurut Bagir Manan, jabatan adalah lingkungan pekerjaan tetap

yang berisi fungsi-fungsi tertentu yang secara keseluruhan mencerminkan tujuan

dan tata kerja suatu organisasi.18

Negara berisi dengan berbagai jabatan atau

lingkungan kerja tetap dengan berbagai fungsi untuk mencapai tujuan negara,

dengan kata lain jabatan adalah suatu lingkungan pekerjaan tetap (kring van vaste

werkzaamheden) yang diadakan atau dilakukan guna kepentingan negara. Jabatan

itu bersifat tetap, sementara pemegang jabatan (ambtsdrager) dapat berganti-

ganti. F.C.M.A. Michiels mengatakan, jabatan itu tetap para pejabat yang dapat

berganti-ganti sebagai akibat dari adanya pemilihan atau pengangkatan.19

17

E. Utrecht, 1986, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Pustaka Tinta Mas,

Surabaya, hlm. 200. 18

Ridwan HR, Op.cit, hlm. 70. 19

Ibid, hlm. 71.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

37

Berdasarkan pada hukum administrasi yang menempatkan organ atau

jabatan pemerintahan sebagai salah satu objek kajian utama, mengenal

karakteristik dari jabatan pemerintahan merupakan sesuatu yang tak terelakkan.

meskipun orang atau jabatan pemerintahan dapat melakukan perbuatan hukum

perdata, mewakili badan hukum induknya, namun yang terpenting dalam konteks

hukum administrasi negara adalah mengetahui organ atau jabatan pemerintahan

dalam melakukan perbuatan hukum yang bersifat publik.20

P. Nicolai dan kawan-

kawan menyebutkan beberapa ciri atau karakteristik yang terdapat pada jabatan

atau organ pemerintahan, yaitu:

a) Organ pemerintahan menjalankan wewenang atas nama dan tanggung

jawab sendiri, yang dalam pengertian modern, diletakan sebagai

pertanggungjawaban politik dan kepegawaian atau tanggung jawab

pemerintah sendiri di hadapan Hakim. Organ pemerintahan adalah

pemikul kewajiban tanggung jawab.

b) Pelaksanaan wewenang dalam rangka menjaga dan mempertahankan

norma hukum administrasi, organ pemerintahan dapat bertindak sebagai

pihak tergugat dalam proses peradilan, yaitu dalam hal ada keberatan,

banding, atau perlawanan.

c) Di samping sebagai pihak tergugat, organ pemerintahan juga dapat

tampil menjadi pihak yang tidak puas, artinya sebagai penggugat.

d) Pada prinsipnya organ pemerintahan tidak memiliki harta kekayaan

sendiri. Organ pemerintahan merupakan bagian atau alat dari badan

20

Ibid, hlm. 73.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

38

hukum menurut hukum privat dengan harta kekayaannya. Jabatan

bupati/walikota adalah organ-organ dari badan umum kabupaten/kota.

Berdasarkan aturan hukum badan umum inilah yang dapat memiliki harta

kekayaan, bukan organ pemerintahannya.

Apa yang disebutkan P. Nicolai khususnya pada ciri yang keempat dapat

menimbulkan salah pengertian bagi sebagian orang, karena dalam praktik

penyelenggaraan pemerintahan para pejabat itu terlibat dan menggunakan harta

dan kekayaan. Ada kesan yang kuat bahwa jabatan pemerintahan itu memiliki

harta kekayaan dan digunakan untuk penyelengaraan tugas-tugas pemerintahan.

Jika berpegang pada teori tentang badan hukum yang salah satu unsurnya

memiliki harta kekayaan, maka apa yang dikemukakan oleh Nicolai tersebut

sejalan dengan teori ilmu hukum dimana, jabatan tidak memiliki harta kekayaan.

Dimana yang memiliki harta kekayaan adalah badan umum (oopenbaar lichaam)

yang menjadi induk dari jabatan tersebut. Pendapat tersebut sama halnya seperti

apa dikemukakan F.R. Bothlink, yang menyatakan bahwa, pembebanan untuk

membayar ganti kerugian itu tidak diucapkan atau ditujukan terhadap organ, tetapi

kepada badan umum terkait, karena hanya badan umum yang dapat membayar

sebagai subjek harta kekayaan.21

Antara jabatan dan pejabat diatur dan tunduk pada hukum yang berbeda.

Jabatan diatur oleh hukum tata negara dan hukum administrasi negara, sedangkan

pejabat diatur dan tunduk pada hukum kepegawaian. Pejabat menampilkan dirinya

dalam dua kepribadian yaitu selaku pribadi dan selaku personifikasi dari organ,

21

Ibid, hlm. 74.

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

39

yang berarti, selain diatur dan tunduk pada hukum kepegawaian juga tunduk pada

hukum keperdataan dalam kapasitasnya selaku individu atau pribadi

(privepersoon). Dalam hukum administrasi negara, tindakan hukum jabatan

pemerintahan dijalankan oleh jabatan pemerintah. Dengan demikian kedudukan

hukum pemerintah berdasarkan hukum publik adalah sebagai wakil

(vertegenwoordiger) dari jabatan pemerintahan.22

2.4.2 Jenis-jenis Jabatan Aparatur Sipil Negara

Jabatan ASN pada UU No. 5 tahun 2014 berbeda jauh dengan jabatan

PNS yang berdasarkan pada sistem birokrasi baik itu dari segi istilah dan fungsi

pokoknya. Kedudukan jabatan PNS pada sistem birokrasi indonesia yang berlaku

sebelum diundangkannya UU No. 5 tahun 2014 dianggap belum sempurna

menjadi satu pertimbangan pelaksanaan reformasi birokrasi. Pada sistem birokrasi

pemerintah sebelum diundangkannya UU No. 5 tahun 2014 dikenal adanya

jabatan karier, yaitu sebuah jabatan dalam lingkungan birokrasi yang hanya dapat

diduduki oleh PNS. Jabatan karier dimaksud dapat dibedakan menjadi dua macam

jabatan yaitu sebagai berikut:

1) Jabatan Struktural, yaitu jabatan yang secara tegas ada dalam struktur

organisasi. Kedudukan jabatan struktural bertingkat-tingkat dari tingkat

yang terendah (eselon IV/b) hingga yang tertinggi (eselon I/a). Contoh

jabatan struktural di PNS Pusat adalah: Sekretaris Jenderal, Direktur

Jenderal, Kepala Biro, dan Staf Ahli. Sedangkan contoh jabatan struktural

di PNS Daerah adalah: sekretaris daerah, kepala dinas/badan/kantor,

22

Ibid, hlm 79.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

40

kepala bagian, kepala bidang, kepala seksi, camat, sekretaris camat, lurah,

dan sekretaris lurah.

2) Jabatan Fungsional, yaitu jabatan teknis yang tidak tercantum dalam

struktur organisasi, tetapi dari sudut pandang fungsinya sangat diperlukan

dalam pelaksansaan tugas-tugas pokok organisasi, misalnya: auditor

(Jabatan Fungsional Auditor atau JFA), guru, dosen, dokter, perawat,

bidan, apoteker, peneliti, perencana, pranata komputer, statistisi, pranata

laboratorium pendidikan, dan penguji kendaraan bermotor.

Berdasarkan pada UU No. 5 tahun 2014 dalam hal jabatan ASN diatur

pada pasal 13. Dimana jenis jabatan ASN terdiri dari jabatan administrasi, jabatan

fungsional, dan jabatan pimpinan tinggi. Jabatan administrasi pada ASN seperti

yang ada pada pasal 13 tersebut adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan

tugas berkaitan dengan pelayanan publik, dan administrasi pemerintahan serta

pembangunan. Pejabat administrasi adalah pegawai ASN yang menduduki jabatan

administrasi pada instansi pemerintah. Jabatan administrasi dibagi lagi menjadi

tiga dan diatur dalam pasal 14, dimana jenis jabatan administrasi terdiri atas:

a. Jabatan administrator, dimana merupakan jabatan yang bertanggung jawab

memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan publik serta administrasi

pemerintahan dan pembangunan.

b. Jabatan pengawas, dimana merupakan jabatan yang sebagaimana bertanggung

jawab mengawasi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

41

c. Jabatan pelaksana, dimana merupakan jabatan yang bertanggung jawab dalam

melaksanakan kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan

pembangunan.

Jabatan fungsional pada ASN seperti yang ada pada pasal 13 tersebut

adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan

pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu.

Jabatan fungsional dibagi lagi menjadi dua jenis jabatan fungsional sebagaimana

yang diatur dalam pasal 18 yang menyatakan bahwa:

Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan

jabatan fungsional keterampilan.

(2) Jabatan fungsional keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. ahli utama;

b. ahli madya;

c. ahli muda; dan

d. ahli pertama.

(3) Jabatan fungsional keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas:

a. penyelia;

b. mahir;

c. terampil; dan

d. pemula.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Jabatan pimpinan tinggi seperti yang ada pada pasal 13 tersebut adalah

sekelompok jabatan tertinggi pada instansi dan perwakilan. Jabatan pimpinan

tinggi dibagi lagi menjadi tiga jenis jabatan pimpinan tinggi sebagaimana yang

diatur dalam pasal 19 yang menyatakan bahwa:

(1) Jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas:

a. jabatan pimpinan tinggi utama;

b. jabatan pimpinan tinggi madya; dan

c. jabatan pimpinan tinggi pratama.

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

42

(2) Jabatan Pimpinan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi

memimpin dan memotivasi setiap Pegawai ASN pada Instansi Pemerintah

melalui:

a. kepeloporan dalam bidang:

1. keahlian profesional;

2. analisis dan rekomendasi kebijakan; dan

3. kepemimpinan manajemen.

b. pengembangan kerja sama dengan instansi lain; dan

c. keteladanan dalam mengamalkan nilai dasar ASN dan melaksanakan kode

etik dan kode perilaku ASN.

(3) Untuk setiap Jabatan Pimpinan Tinggi ditetapkan syarat kompetensi,

kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan

integritas, serta persyaratan lain yang dibutuhkan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan syarat kompetensi, kualifikasi,

kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas, serta

persyaratan lain yang dibutuhkan Jabatan Pimpinan Tinggi sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2.5 Disiplin Pegawai Negeri Sipil

2.5.1 Pengertian Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Sebelum membahas mengenai displin PNS secara lebih mendalam, ada

baiknya terlebih dahulu kita harus mengetahui apa arti atau makna dari displin itu

sendiri. Pengertian disiplin dapat dikonotasikan sebagai suatu hukuman, meskipun

arti yang sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin

Disciplina yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta

pengembangan tabiat. Jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap

yang layak terhadap pekerjaan.23

Selain itu yang dimaksud dengan disiplin adalah

sikap mental yang tercermin dalam perbuatan, tingkah laku perorangan, kelompok

atau masyarakat yang berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan-

peraturan yang ditetapkan pemerintah atau etik, norma serta kaidah yang berlaku

23

IG Wursanto, 1989, Managemen Kepegawaian, Kenisisus, Yogyakarta, hlm.108.

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

43

dalam masyarakat.24

Menurut Sutopo Yuwono diungkapkan bahwa disiplin adalah

sikap kejiwaan dari seseorang atau kelompok orang yang senantiasa berkehendak

untuk mengikuti atau mematuhi keputusan yang telah ditetapkan.25

Alfred R.

Lateiner dan I.S. Levine juga telah memberikan definisi dari disiplin, dimana

disiplin merupakan suatu kekuatan yang selalu berkembang di tubuh para pekerja

yang membuat mereka dapat mematuhi keputusan dan peraturan-peraturan yang

telah ditetapkan.26

Jadi Disiplin PNS adalah kesanggupan dari PNS untuk menaati kewajiban

dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan

serta peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar akan dijatuhi

hukuman disiplin. Peraturan disiplin adalah suatu peraturan yang memuat

keharusan, larangan, dan penjatuhan sanksi apabila keharusan tidak dilaksanakan

dan larangan itu dilanggar. Bentuk lain dari disiplin bagi PNS adalah ketepatan

dalam melaksanakan tugas kerjanya atau lebih menekankan pada output (hasil).

Seorang PNS dituntut untuk dapat melaksanakan dan menyelesaikan tugas sesuai

dengan aturan dan jadwal yang telah ditentukan.

Pada lingkungan pegawai negeri dalam rangka menjamin tata tertib dan

kelancaran pelaksanaan tugas dan pekerjaan, telah dibuat suatu ketentuan peraturan

disiplin bagi PNS. Mengenai ketentuan peraturan disiplin PNS yang dimaksud telah

diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS

(lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2010 nomor 74 dan tambahan

24

Wirjo Surachmad, 1993, Wawasan Kerja Aparatur Negara, Pustaka Jaya, Jakarta,

hlm.24. 25

Nurlita Witarsa, 1988, Dasar-Dasar Produksi, Karunika, Jakarta, hlm. 102. 26

I.S. Livine, 1980, Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja, terjemahan oleh Iral

Soedjono, Cemerlang, Jakarta, hlm. 71.

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

44

lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5135), yang selanjutnya disebut PP

No. 53 tahun 2010 ini mengatur hal-hal seperti kewajiban, larangan, dan hukuman

disiplin yang dapat dijatuhkan kepada PNS yang telah terbukti melakukan

pelanggaran. Bagi PNS yang dijatuhi hukuman disiplin diberikan hak untuk

membela diri melalui upaya administratif, sehingga dapat dihindari terjadinya

kesewenang-wenangan dalam penjatuhan hukuman disiplin.

2.5.2 Macam-macam Larangan bagi Pegawai Negeri Sipil

PNS sebagai unsur dari aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat

selain mempunyai hak dan kewajiban terdapat juga larangan-larangan yang tidak

boleh dilanggar oleh PNS dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya untuk

negara, dimana seorang PNS dilarang untuk hal-hal seperti yang telah diatur

dalam pasal 4 PP No. 53 tahun 2010 yaitu sebagai berikut :

1. Menyalahgunakan wewenang;

2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun untuk

pihak lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;

3. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain atau

pada lembaga atau organisasi internasional;

4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau menjadi bagian

lembaga swadaya masyarakat asing;

5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau

meminjamkan barang-barang baik itu barang yang bergerak atau tidak

bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;

6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau

orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk

keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau

tidak langsung merugikan Negara;

7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik

secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat

dalam jabatan;

8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang

berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;

9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

45

10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat

menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga

mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;

11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

12. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dengan cara:

a) Ikut serta sebagai pelaksana kampanye;

b) Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau

atribut PNS;

c) Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau

d) Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara

13. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara:

a) membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau

merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

b) mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap

pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan

sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,

atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya,

anggota keluarga, dan masyarakat;

14. memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah

atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan

surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat

Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundangundangan; dan

15. memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah,

dengan cara:

a) terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah;

b) menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan

kampanye;

c) membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau

merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

d) mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap

pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan

sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,

atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya,

anggota keluarga, dan masyarakat.

2.5.3 Jenis-jenis Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS

yang tidak menaati kewajiban dan melanggar larangan ketentuan disiplin PNS,

baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. PNS yang melakukan

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

46

pelanggaran disiplin dapat dijatuhi hukuman displin oleh pejabat yang berwenang

untuk menghukum.27

Berdasarkan pada PP No. 53 Tahun 2010 Jenis-Jenis

Pelanggaran Disiplin PNS dibagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut :

1. Pelanggaran terahadap kewajiban PNS,

2. Pelanggaran terhadap terhadap larangan bagi PNS.

Mengenai pelanggaran terhadap kewajiban diatur dalam pasal 8, pasal 9, dan

pasal 10. Sedangkan Pelanggaran terhadap terhadap larangan bagi PNS diatur

dalam pasal 11, pasal 12, dan pasal 13 PP No. 53 Tahun 2010.

2.5.4 Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil

A. Tingkat Hukuman Disiplin

Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS karena

telah melanggar peraturan disiplin PNS. Pelanggaran itu bisa berupa pelanggaran

terhadap kewajiban PNS dan pelanggaran terhadap larangan bagi PNS. Berbicara

tentang Disiplin PNS, maka harus mengetahui juga mengenai tingkat dan jenis

hukuman Disiplin bagi seorang PNS apabila terjadi suatu pelanggaran terhadap

aturan disiplin itu sendiri. Tingkat dan jenis hukuman disiplin bagi PNS diatur

dalam pasal 7 PP No. 53 tahun 2010. Tingkat hukuman disiplin bagi PNS itu

dibagi menjadi tiga jenis yaitu sebagai berikut :

1) Tingkat Hukuman Disiplin Ringan

2) Tingkat Hukuman Disiplin Sedang

3) Tingkat Hukuman Disiplin Berat

27

Miftah Thoha MPA, 2008, Manajemen Kepegawaian Sipil Di Indonesia, Kencana,

Jakarta, hlm. 76-77.

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

47

B. Tingkat Hukuman Disiplin PNS

Jenis hukuman disiplin bagi PNS itu dibagi menjadi tiga jenis yaitu

sebagai berikut :

1. Jenis hukuman disiplin ringan biasanya berupa :

a. Teguran Lisan

Teguran lisan adalah hukuman disiplin yang berupa teguran yang

dinyatakan dan disampaikan secara langsung oleh pejabat yang berwenang untuk

menghukum kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin.

b. Teguran Tertulis

Teguran Tertulis adalah hukuman disiplin yang berupa teguran yang

dinyatakan dan disampaikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang untuk

menghukum PNS yang melakukan pelanggaran.

c. Penyataan Rasa Ketidakpuasan atas Kinerja Secara Tertulis.

Pernyataan rasa tidak puas secara tertulis adalah hukuman disiplin yang

berupa pernyataan rasa tidak puas yang dinyatakan dan disampaikan secara

tertulis oleh pejabat yang berwenang untuk menghukum PNS yang melakukan

pelanggaran.

2. Jenis hukuman disiplin sedang biasanya berupa :

a) penundaan kenaikan gaji berkala selama satu tahun,

b) penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun,

c) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama satu tahun.

3. Jenis hukuman disiplin berat biasanya berupa :

a) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama tiga tahun,

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI APARATUR … II.pdfdan kepala desa. Menurut pasal 92 ... London, hlm. 6. 24 ... kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau

48

b) pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah,

c) pembebasan dari jabatan,

d) pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS,

e) pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.